Anda di halaman 1dari 4

Hasil Sidang Ketiga PPKI

PPKI kembali mengadakan sidang ketiga pada 22 Agustus 1945. Dalam sidang ini PPKI memutuskan
persoalan mengenai pembentukan Komite Nasional, lembaga pertahanan negara, partai politik.
1. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Dalam sidang ketiga PPKI memutuskan persoalan mengenai pembentukan Komite Nasional di seluruh
Indonesia yang berpusat di Jakarta. Tujuan pembentukan Komite Nasional sebagai berikut.
a. Mempersatukan semua lapisan dan bidang pekerjaan untuk mewujudkan solidaritas dan kesatuan
nasional yang erat dan utuh.
b. Membantu menenteramkan rakyat dan melindungi keamanan.
c. Membantu para pemimpin mewujudkan cita-cita negara.
Komite Nasional Indonesia di tingkat pusat dikenal
dengan nama Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Anggota KNIP dilantik pada 29 Agustus 1945. Anggota
KNIP berjumlah 137 orang dan diketuai oleh Kasman
Singodimedjo. Dalam menjalankan tugasnya, Kasman
Singodimedjo dibantu oleh tiga orang wakil ketua yaitu
Sutardjo Kartohadikusumo (wakil ketua I), Johannes
Latuharhary (wakil ketua II), dan Adam Malik (wakil
ketua III).
Setelah KNIP diresmikan, tugas PPKI dinyatakan
berakhir. Pembentukan KNIP diikuti dengan pembentukan Pelantikan anggota KNIP pada 29 Agustus 1945
Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID). Sejak awal Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka (1945–1949), Citra
September 1945, KNID sudah terbentuk di beberapa Lamtoro Gung Persada, 1985

daerah mulai tingkat keresidenan hingga desa. Akan tetapi,


pembentukan pemerintahan di daerah juga mengalami keterlambatan. Kondisi tersebut disebabkan oleh
sikap Jepang yang berusaha menghalang-halangi penyebaran berita proklamasi.
Berdasarkan pasal VI Aturan Peralihan UUD 1945, Komite Nasional bertugas membantu presiden
menjalankan kekuasaan MPR, DPR, dan DPA sebelum lembaga-lembaga tersebut terbentuk. Oleh karena itu,
pada 7 Oktober 1945 kelompok pemuda dalam KNIP mengajukan petisi yang ditandatangani oleh lima
puluh orang kepada Presiden Soekarno agar KNIP diberi wewenang legislatif.
Pada 16 Oktober 1945 Wakil Presiden Mohammad Hatta mengeluarkan Maklumat Nomor X Tahun
1945. Maklumat tersebut dikeluarkan sebagai respons pemerintah terhadap petisi yang diajukan anggota
KNIP. Maklumat Nomor X Tahun 1945 menyatakan sebelum MPR dan DPR dibentuk, KNIP diberikan
kekuasaan legislatif dan ikut serta menentukan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Maklumat
tersebut juga menyatakan tugas sehari-hari KNIP dijalankan oleh Badan Pekerja KNIP (BP KNIP).
2. Pembentukan Partai Politik
Sidang PPKI pada 22 Agustus 1945 juga memutuskan pembentukan Partai Nasional Indonesia (PNI).
PNI diharapkan menjadi lembaga yang dapat menyatukan potensi bangsa Indonesia, memperteguh
persatuan, mengembangkan rasa kebangsaan, dan mewujudkan perdamaian dunia. Dalam sidang tersebut,
PPKI menetapkan PNI merupakan satu-satunya staatspartij (partai negara).
Beberapa hari kemudian penetapan PNI sebagai partai negara dibatalkan ”untuk sementara
waktu” karena dikhawatirkan dapat menimbulkan kesan adanya partai tunggal yang tidak demokratis.
Pembentukan PNI juga mendapat penolakan dari golongan muda. PNI dianggap ”berbau” Jawa Hokokai
karena sebagian besar anggotanya merupakan tokoh-tokoh yang duduk dalam organisasi bentukan
Jepang tersebut. Partai ini juga dianggap tidak mewakili aspirasi dan kepentingan segenap golongan
dalam masyarakat.
Menanggapi pembatalan penetapan PNI sebagai partai tunggal, Badan Pekerja KNIP mengajukan
usul kepada pemerintah agar rakyat diberi kesempatan mendirikan partai politik. Usulan ini diterima dan
ditindaklanjuti pemerintah dengan mengeluarkan Maklumat Pemerintah pada 3 November 1945 yang
berisi kesempatan kepada rakyat untuk membentuk partai politik.
Maklumat tersebut menandai sistem multipartai resmi ditetapkan di Indonesia. Terdapat sepuluh
partai yang muncul setelah dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. Adapun
sepuluh partai tersebut dapat Anda perhatikan pada tabel berikut.
Tabel Partai Politik yang Terbentuk pasca-Maklumat 3 November 1945
No. Nama Partai Nama Pemimpin Tanggal Berdiri

 1. Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia) Dr. Soekiman 7 November 1945

 2. Partai Komunis Indonesia (PKI) Mohammad Jusuf 7 November 1945

 3. Partai Buruh Indonesia (PBI) Njono 8 November 1945

 4. Partai Rakyat Jelata Sutan Dewanis 8 November 1945

 5. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) Probowinoto 10 November 1945

 6. Partai Sosialis Indonesia (PSI) Amir Syarifuddin 10 November 1945

 7. Partai Rakyat Sosialis (PRS) Sutan Sjahrir 20 November 1945

 8. Partai Khatolik Republik Indonesia (PKRI) I.J. Kasimo 8 Desember 1945

 9. Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai) J.B. Assa 17 Desember 1945

10. Partai Nasional Indonesia (PNI) Sidik Djojosukarto 29 Januari 1946

Pada Desember 1945 Partai Sosialis Indonesia (PSI) dan Partai Rakyat Sosialis (PRS) bergabung dengan
nama Partai Sosialis yang dipimpin oleh Sutan Sjahrir, Amir Sjarifuddin, dan Oei Hwee Goat. Sementara
itu, Partai Nasional Indonesia (PNI) merupakan hasil penggabungan antara Partai Rakyat Indonesia
(PRI), Gerakan Republik Indonesia, dan Serikat Rakyat Indonesia yang telah berdiri pada November dan
Desember 1945.
Berdasarkan Maklumat 3 November 1945, pembentukan partai politik bertujuan memperkuat
perjuangan dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dan menjamin keamanan masyarakat. Secara
umum partai politik adalah suatu kelompok terorganisasi yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi,
nilai-nilai, dan cita-cita sama. Kelompok ini bertujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksanakan berbagai kebijaksanaan.
Pembentukan partai politik juga dimaksudkan sebagai sarana mengatur aspirasi rakyat dari berbagai
golongan. Dengan adanya partai politik, aspirasi-aspirasi yang berbeda dijadikan pemikiran dan program
sistematis dan teratur untuk diperjuangkan sebagai kebijakan publik. Dengan demikian, partai berfungsi
sebagai broker of idea sekaligus pelopor bagi masyarakat serta berfungsi mengelola perbedaan yang ada.
3. Pembentukan Lembaga Pertahanan Negara
Selain membahas mengenai lembaga pemerintahan, sidang PPKI ketiga membahas pembentukan
lembaga pertahanan negara. Lembaga pertahanan tersebut diharapkan menjadi kekuatan militer bangsa
Indonesia untuk menjaga keamanan dan pertahanan Indonesia. Pada awal kemerdekaan Indonesia
kekuatan militer didominasi oleh badan-badan perjuangan yang dibentuk pada masa penjajahan Belanda
dan Jepang. Oleh karena itu, pemerintah berusaha membentuk organisasi ketentaraan yang mampu
melindungi rakyat Indonesia dan mampu mempertahankan dari serangan musuh.
a. Badan Keamanan Rakyat (BKR)
Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibentuk untuk mengawal dan menjaga keamanan serta
stabilitas negara yang dilakukan bersama rakyat dan penyelenggara pemerintahan Republik
Indonesia. Pembentukan BKR merupakan perubahan hasil sidang PPKI pada 19 Agustus 1945 yang
sebelumnya merencanakan pembentukan tentara kebangsaan. Menurut beberapa tokoh, pembentukan
tentara kebangsaan cenderung memicu serangan dari pihak Jepang dan Sekutu yang telah memiliki
kesepakatan untuk mempertahankan status quo di Indonesia.
Presiden Soekarno mengumumkan pembentukan BKR pada 23 Agustus 1945. Dalam
pengumuman tersebut, Presiden Soekarno mengajak para sukarelawan pemuda serta mantan prajurit
Peta, Heiho, dan Kaigun untuk bergabung dengan BKR serta bersiap diri dipanggil menjadi prajurit
tentara Indonesia. Para sukarelawan, khususnya para pemuda dan mantan tentara Peta dengan cepat
merespons pengumuman Presiden Soekarno tersebut.
Di Jakarta para pemuda dan mantan perwira Peta berhasil merumuskan struktur BKR sesuai
struktur organisasi pada masa pendudukan Jepang. Para pemuda tersebut menamakan dirinya dengan
pengurus BKR tingkat pusat. Tokoh yang terlibat dalam kepengurusan BKR tingkat pusat ini, yaitu
Kaprawi, Sutaklasana, Latief Hendraningrat, Arifin Abdurrachman, Machmud, dan Zulkifli Lubis.
Pembentukan BKR di luar Jakarta dipelopori oleh Arudji Kartawinata (Jawa Barat), Mustopo (Jawa
Timur), dan Soedirman (Jawa Tengah). Selain BKR unsur Darat, dibentuk BKR Laut. Pembentukan
BKR Laut dipelopori oleh bekas murid dan guru dari Sekolah Pelayaran Tinggi dan para pelaut dari
Jawatan Pelayaran yang terdiri atas Mas Pardi, Adam, R.E. Martadinata, dan R. Suryadi.
Keterbatasan sarana komunikasi pada masa awal kemerdekaan Indonesia menyebabkan tidak
semua daerah di Indonesia mengetahui pembentukan BKR. Meskipun demikian, para pemuda di
daerah membentuk organisasi yang kelak menjadi inti pembentukan tentara, seperti Pemuda Republik
Indonesia, Angkatan Pemuda Indonesia, dan Pemuda Indonesia Maluku.
b. Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Pada 5 Oktober 1945 Badan Keamanan Rakyat
(BKR) diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat
(TKR). Perubahan ini dilakukan berdasarkan
maklumat yang dikeluarkan oleh pemerintah
Indonesia. Pembentukan TKR dilatarbelakangi oleh
kondisi Indonesia yang belum memiliki tentara
kebangsaan saat tentara Inggris yang diboncengi
Belanda atas nama Sekutu datang di Indonesia.
Pembentukan TKR juga dilatarbelakangi oleh
keinginan para anggota BKR dan para pejuang untuk
segera membentuk suatu tentara nasional Indonesia.
Setelah dikeluarkannya maklumat pembentukan Barisan Tentara Keamanan Rakyat
tentara nasional, pemerintah memanggil Oerip Sumber: Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 6: Perang dan
Revolusi, Ichtiar Baru van Hoeve, 2012
Soemohardjo ke Jakarta. Wakil Presiden Mohammad
Hatta mengangkatnya menjadi Kepala Staf Umum
TKR dengan pangkat letnan jenderal. Untuk menindaklanjuti maklumat
tersebut, KNIP menyerukan kepada para pemuda yang tergabung dalam
laskar bersama dengan BKR untuk bergabung dengan TKR.
Setelah TKR terbentuk, pada 6 Oktober 1945 Presiden Soekarno
mengangkat Supriyadi, seorang tokoh perlawanan Peta terhadap Jepang
di Blitar untuk menjadi menteri keamanan rakyat dan pemimpin tertinggi
TKR. Akan tetapi, Supriyadi tidak pernah muncul hingga November 1945
sehingga TKR tidak mempunyai pimpinan tertinggi. Untuk mengatasi
kondisi ini, pada 12 November 1945 diadakan konferensi TKR di
Yogyakarta.
Konferensi TKR di Yogyakarta dipimpin oleh Kepala Staf Umum
TKR Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo. Hasil konferensi tersebut
adalah terpilihnya Kolonel Soedirman (pimpinan Divisi V Jawa yang
berkedudukan di Purwokerto) sebagai pemimpin tertinggi TKR. Kolonel
Soedirman diangkat secara resmi oleh pemerintah Republik Indonesia
menjadi Panglima Besar TKR pada 18 Desember 1945 dengan pangkat Oerip Soemohardjo
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
jenderal. (1945–1949), Citra Lamtoro
Gung Persada, J1985
c. Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Pada 8 Januari 1946 pemerintah mengeluarkan Penetapan Pemerintah Nomor 2/SD 1946.
Penetapan tersebut berisi tentang pengubahan nama Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara
Keselamatan Rakyat. Selain itu, melalui PP tersebut pemerintah mengganti nama Kementerian
Keamanan Rakyat menjadi Kementerian Pertahanan. Belum genap satu bulan, pada 26 Januari 1946
nama Tentara Keselamatan Rakyat diganti menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).
Untuk menyempurnakan organisasi tentara menurut standar internasional, Presiden Soekarno
membentuk Panitia Pembentukan Organisasi Tentara Nasional. Pada 15 Mei 1947 Presiden Republik
Indonesia mengeluarkan ketetapan tentang penyatuan TRI dengan badan dan laskar perjuangan
menjadi satu organisasi tentara. Selanjutnya, pada 3 Juni 1947 Presiden Soekarno mengesahkan
pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Keputusan Presiden Soekarno tersebut dimuat
dalam Berita Negara Tahun 1947 Nomor 24.
Selain mengesahkan pembentukan TNI, Presiden Soekarno menetapkan susunan tertinggi TNI.
Panglima Besar Angkatan Perang Jenderal Sudirman diangkat menjadi kepala pimpinan TNI dengan
anggotanya yang terdiri atas Oerip Soemohardjo, Laksamana Muda Nazir, Komodor Suryadarma,
Jenderal Mayor Sutomo, Jenderal Mayor Sakirman, dan Jenderal Mayor Jokosuyono. Presiden Soekarno
juga menyatakan semua satuan angkatan perang dan satuan laskar yang melebur menjadi TNI
diwajibkan taat dan tunduk kepada instruksi yang dikeluarkan oleh pimpinan TNI, Jenderal Sudirman.
d. Pembentukan Kepolisian Negara
Pada 29 September 1946 Presiden Soekarno melantik Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo
menjadi Kepala Kepolisian Negara (KKN). Pada awalnya badan kepolisian berada dalam lingkungan
Kementerian Dalam Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara yang secara operasional
bertanggung jawab kepada jaksa agung.
Pada 1 Juli 1946 pemerintah mengeluarkan Penetapan Pemerintah Tahun 1956 Nomor 11/SD
yang berisi keputusan bahwa Djawatan Kepolisian Negara bertanggung jawab kepada perdana menteri.
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, selain bertugas sebagai penegak hukum anggota kepolisian
negara berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kepolisian negara menyatakan dirinya
sebagai ”combatant” yang tidak tunduk pada Konvensi Jenewa.
4. Pembentukan Komite van Aksi dan Badan Perjuangan
Komite van Aksi dibentuk Sukarni dan Adam Malik. Pembentukan organisasi ini dimaksudkan
untuk melucuti senjata dan kantor-kantor serdadu Jepang. Selain itu, Komite van Aksi memelopori
pengambilalihan sarana transportasi dan komunikasi seperti kereta api, bengkel kereta api, stasiun kereta
api, dan beberapa pemancar radio di Jakarta.
Pada 2 September 1945 Komite van Aksi memberikan dukungan terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan mengeluarkan sebuah manifesto yang disebut Suara Rakyat Nomor 1. Manifesto yang
berisi dorongan kepada rakyat Indonesia untuk mengambil alih kekuasaan dari pemerintah Jepang.
Keberadaan Komite van Aksi mendorong lahirnya badan perjuangan lain seperti Angkatan Pemuda
Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA), dan Barisan Buruh Indonesia (BBI). Badan-badan
perjuangan tersebut selanjutnya berada di bawah Komite van Aksi. Selain itu, pembentukan Komite van
Aksi di Jakarta telah menginspirasi pembentukan badan-badan perjuangan di berbagai daerah Indonesia.
Dalam badan-badan perjuangan tersebut terbentuk laskar-laskar perjuangan. Badan perjuangan
dibagi menjadi dua jenis. Pertama, badan perjuangan yang didirikan oleh para pemuda politik. Kedua,
badan perjuangan yang dibentuk oleh para pemuda militer. Pemuda politik merupakan para pemuda
yang tidak tergabung dalam organisasi militer bentukan Jepang. Adapun pemuda militer merupakan para
pemuda yang menjadi anggota organisasi militer Jepang.

Anda mungkin juga menyukai