Anda di halaman 1dari 99

i

PENCEGAHAN PERILAKU SEKS


PRANIKAH PADA REMAJA
MINANGKABAU MELALUI PERAN
ORANG TUA

Penulis :
Dewi Susanti, SST, M.Keb
Erwani, SKM, M.Kes
Aprizal Ponda, SKM, M.Kes
Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani, SST, M. Keb, Ph.D

Editor :
Ari Indra Susanti, SST, M.Keb
Dian Purnama, S.Pd.

Desain Cover :
Apriliyanto Rhamadhan, S.Pd.

Penata Letak :
Lila Andana Fitri, S.T.

ISBN : 978-623-5877-40-2 (PDF)

Diterbitkan oleh :
CV. Penulis Cerdas Indonesia
Anggota IKAPI No. 280/JTI/2021
Jalan Selat Karimata E6/No. 1
Kota Malang
E-mail: Idbookstore.official@gmail.com
Website: Idbookstore.id

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang memperbanyak atau


memindahkan sebagian atau selurruh isi buku ini dalam bentuk apa pun,
bak secara elektronis maupun mekanis, termasuk me-fotokopi, merekam,
atau dengan system penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena
atas izinNya Buku Kesehatan Reproduksi Pencegahan Perilaku Seks
Pranikah Pada Remaja Minangkabau Melalui Peran Orang Tua.
dapat diselesaikan dengan baik.
Buku ini dibuat sebagai pedoman bagi orang tua dalam
memberikan pendidikan kesehatan dan materi pembelajarannya dapat
digunakan sebagai bahan belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan orang tua dalam pencegahan perilaku seks pranikah pada
remaja.
Buku ini disusun dari hasil kajian literatur dan hasil penelitian
kualitatif yang menghasilkan faktor penyebab perilaku seks pranikah dan
variabel peran orang tua dalam mencegah perilaku seks pra nikah pada
remaja
Tentu saja, buku ini tidak dapat memenuhi apa yang diinginkan
oleh semua pembaca. Apabila pembaca ingin menggali lebih dalam,
bisa membaca pada sumber yang ada di Daftar Pustaka. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan saran dari para pembaca. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penerbitan modul ini.
Dalam memenuhi keinginan masing-masing pembaca, buku ini
tentu saja tidak sepenuhnya memenuhi apa yang dibutuhkan pembaca.
Jadi jika pembaca ingin mendalami tentang pembahasan ini, bisa
membaca sumber-sumber yang ada di daftar pustaka.
Terakhir, penulis mengucapkan terima kasih bagi semua pihak
yang telah berkontribusi terhadap terbitnya buku ini.

Padang, 14 Juli 2022



Penulis

iii
iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................... iii


DAFTAR ISI................................................................... v
LEMBAR EVALUASI................................................... 11
BAB 1 KONSEP DASAR PERILAKU SEKSUAL 25
PRANIKAH.....................................................................
1.1 Deskripsi Singkat.............................................. 25
1.2 Tujuan Pembelajaran ....................................... 26
1.3 Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran.... 26
1.4 Peta Konsep....................................................... 27
1.5 Uraian Materi.................................................... 28
1.5.1 Definisi Perilaku Seksual Pranikah............... 28
1.5.2 Bentuk - Bentuk Perilaku Seksual 28
Pranikah........................................................
1.5.3 Faktor - Faktor Yang Menimbulkan Perilaku 31
Seksual Pranikah..........................................
1.5.4 Dampak Perilaku Seksual Pranikah............... 32
1.6 Evaluasi ............................................................. 34
1.7 Referensi............................................................. 38
BAB 2 FAKTOR PENYEBAB PERILAKU
SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA SUKU
MINANGKABAU.......................................................... 39
2.1 Deskripsi Singkat.............................................. 39
2.2 Tujuan Pembelajaran ....................................... 40
2.3 Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran.... 40
2.4 Peta Konsep....................................................... 42

v
2.5 Uraian Materi.................................................... 42
2.5.1 Media Massa................................................. 42
2.5.2 Pengaruh Teman............................................ 46
2.5.3 Pergeseran Nilai............................................ 49
2.5.4 Hubungan Dengan Orang Tua ...................... 51
2.6 Evaluasi ............................................................. 55
2.7 Referensi............................................................. 59
BAB 3 PERAN ORANG TUA DALAM
PENCEGAHAN PERILAKU SEKSUAL
PRANIKAH PADA REMAJA................................... 61
3.1 Deskripsi Singkat.............................................. 61
3.2 Tujuan Pembelajaran ....................................... 62
3.3 Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran.... 62
3.4 Peta Konsep....................................................... 64
3.5 Uraian Materi.................................................... 64
3.5.1 Pendidik......................................................... 64
3.5.2 Panutan.......................................................... 73
3.5.3 Pendamping................................................... 78
3.5.4 Konselor......................................................... 80
3.5.5 Komunikator.................................................. 83
3.6 Evaluasi ............................................................. 86
3.7 Referensi............................................................. 90

vi
TENTANG MODUL
1. Latar belakang
Analisa situasi
Di Indonesia setiap tahunnya tingkah laku seks
pranikah khususnya pada anak muda terus meningkat.
Pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2017, menerangkan 1,5% remaja perempuan
dan 7,8% remaja laki-laki telah melakukan hubungan
seks pranikah, lebih dari 60% remaja tidak mengetahui
tentang adanya infeksi menular seksual, sedangkan
75, 4% remaja tidak memakai alat kontrasepsi ketika
berhubungan seks. Di Indonesia, remaja yang memiliki
hubungan dengan lawan jenis cenderung semakin
terbuka dan berani, seperti remaja perempuan 64% dan
laki-laki 75% berpegangan tangan ketika berpacaran,
sedangkan remaja perempuan 17 % dan laki-laki 33%
berpelukan ketika bersama. Dalam berhubungan seperti
berciuman 50% remaja laki-laki dan perempuan 30%
telah dilakukan, sedangkan Meraba atau merangsang
dilakukan oleh remaja perempuan 5% dan laki-laki 22%.
Melakukan hubungan intim atau seksual 2% remaja
perempuan dan 8% remaja laki-laki . Kehamilan yang
tidak diinginkan terjadi sekitar 12% dan dilaporkan
oleh remaja perempuan dan yang mempunyai pasangan
dengan kehamilan yang tidak diinginkan 7% oleh remaja
laki-laki. Sehingga, 19% remaja laki-laki dan 23%
remaja perempuan mengetahui bahwa teman mereka
telah melakukan aborsi (SDKI, 2017).
Salah satu program pemerintah untuk
menanggulangi permasalahan tersebut dengan Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR) yang dipelopori International

1
Conference of Population and Development (ICPD) pada
tahun 1994 di Cairo. Namun kenyataan nya tidak sejalan
dengan rencana, meskipun telah melaksanakan program
KRR tidak dapat menurunkan angka tingkah laku seks
bebas, aborsi, Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), dan
IMS yaitu AIDS/ HIV. Hal tersebut terlihat dari tingginya
angka kejadian KTD di Indonesia berdasarkan SDKI
tahun 2012, bahwa remaja mengalami KTD sebanyak
30%, sementara itu kejadian aborsi mencapai 2,4 juta per
tahun.

Dasar Hukum
Merujuk pada Undang-Undang Republik
Indonesia (UU RI) Nomor 35 tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, terutama pada pasal
72 yang mempertegas peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan perlindungan anak dilakukan dengan
cara:
1) Memberikan informasi melalui sosialisasi dan
edukasi mengenai hak anak dan peraturan perundang-
undangan tentang anak
2) Memberikan masukan dalam perumusan kebijakan
yang terkait Perlindungan anak
3) Melaporkan kepada pihak berwenang jika terjadi
pelanggaran Hak anak
4) Berperan aktif dalam proses rehabilitasi dan
reintegrasi sosial bagi anak
5) Melakukan pemantauan, pengawasan dan ikut
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan

2
perlindungan anak
6) Menyediakan sarana dan prasarana serta menciptakan
suasana kondusif untuk tumbuh kembang anak
7) Berperan aktif dengan menghilangkan pelabelan
negatif terhadap anak korban
8) Memberikan ruang kepada anak untuk dapat
berpartisipasi dan menyampaikan pendapat
Salah satu strategi dalam mengatasi hal tersebut,
yaitu meningkatkan kapasitas bagi peran orang tua
untuk mencegah dan merespon tingkah laku seks
pranikah yang dialami khususnya bagi remaja. Untuk
itu, penulis menyusun buku peran orang tua pada remaja
dalam mencegah perilaku seks pranikah sebagai usaha
penanggulangan terjadinya kasus seksual pranikah pada
remaja.
2. Tujuan dan sasaran
Tujuan
1) Buku yang berisikan modul ini ditulis sebagai
pegangan untuk orang tua dalam memberikan edukasi
secara langsung pada remaja terkait pencegahan
perilaku seks pranikah.
2) Buku ini digunakan sebagai pegangan bagi orang
tua untuk mencegah perilaku seks pranikah dengan
meningkatkan kapasitas remaja.
Sasaran
1) Buku ini bisa digunakan secara langsung oleh orang
tua.

3
2) Modul ini juga dapat digunakan secara tidak langsung
oleh remaja.
3. Cara menggunakan Modul
Sebaiknya setiap sesi pada modul ini dilakukan berturut-
turut sebab adanya kesinambungan pada sesi sebelumnya,
tetapi kalau tidak memungkinkan dan tidak punya waktu
yang lama, setiap modul atau topik bisa dilakukan secara
terpisah ketika melaksanakan pertemuan, baik mingguan
atau bulanan.
Setiap modul, terdapat langkah-langkah dan tahapan-
tahapan yang harus dilaksanakan dalam mejalankan
sesi bersama dengan peserta. Fasilitator diharuskan
menyiapkan bahan-bahan atau material yang diperlukan
sebagai alat bantu sehingga dapat melancarkan dan
memudahkan pelaksanaan dalam setiap sesi dari modul
ini.
Fasilitator perlu mengamati hal-hal berikut ini:
1) Memakai acuan dalam berperilaku sopan,
komunikasi yang baik, dan hal berbahasa perlu
diperhatikan dalam adat istiadat setempat.
2) Membangun ikatan dengan peserta secara baik,
dengan menjadi pendengar dalam memahami
apa saja yang diperlukan bagi peserta seperti
dorongan kepada peserta dalam berpartisipasi
aktif dan berpendapat.
3) Berpatokan pada tujuan sesi dengan
memperhatikan dan berusaha menjalankan sesi
tersebut.
4) Saling menghormati dalam memahami kesamaan

4
posisi fasilitator dan peserta
5) Setiap peserta diberi kesempatan yang sama
untuk memberikan pendapat, berpartisipasi, dan
menyetujui atau tidak setuju dalam melaksanakan
kegiatan.
6) Mempunyai kefahaman dalam hak-hak, gender,
reproduksi, dan kesehatan seksual.
7) Menghargai setiap pendapat meskipun berbeda-
beda, norma, nilai, yang mungkin pernah
dialami oleh peserta dan masyarakat, dan tidak
menyalahkan peserta.
8) Dalam melaksanakan kegiatan sesi perlu
diperhatikan kondisi peserta, seperti kemampuan
mengikuti kegiatan maupun kemampuan
penerimaan.
9) Menggunakan bahasa yang sederhana, tidak
vulgar, dan sesuai dengan adat istiadat yang
berlaku.
10) Kreatif dan fleksibel ketika memakai modul,
aktivitas, bahan-bahan atau materi yang
disediakan dan disesuaikan dengan kondisi dan
peserta ketika mengikuti pelatihan.
Hal yang perlu diperhatikan:
a. Waktu dan tempat diskusi
1) Waktu untuk melaksanakan kegiatan
harus disepakati bersama dengan peserta.
2) Disarankan untuk tempat diskusi memilih
tempat yang nyaman dan tertutup sesuai

5
dengan kesepakatan fasilitator dan orang
tua
3) Telah mendiskusikan terlebih dahulu
bersama peserta, kalau tempat tersebut
outdoor, aman, dan nyaman untuk peserta.
4) Diperlukannya susunan aturan dalam
tempat duduk bagi peserta, sehingga
seluruh peserta yang ada dalam diskusi
disarankan saling memandang satu sama
lain seperti bentuk lingkaran.
5) Makanan dan minuman harus disiapkan
sesuai dengan persetujuan bersama.
6) Kotak Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K) diperlukan untuk
mengantisipasi ketika terjadi kecelakaan
ringan atau berat.
b. Pemanasan dan Pemberi Semangat
1) Untuk mencairkan suasana dengan
nyaman, dimulai dengan diskusi atau
pelatihan seperti bermain dan berkenalan
satu sama lain.
2) Peserta dapat menyarankan permainan
apa yang mereka inginkan kalau semangat
peserta mulai turun.
4. Evaluasi dan umpan balik
Evaluasi dan umpan balik bertujuan untuk memahami
peningkatan pengetahuan peserta pelatihan yang
dilaksanakan dalam setiap pelatihan. Beberapa tata cara

6
dalam melakukan evaluasi dan umpan balik ketika
melakukan pelatihan, sebagai berikut:
1) Pre-test merupakan proses sebelum peserta
mendapatkan pelatihan, sehingga fasilitator
dapat mengetahui kemampuan dan pengetahuan
peserta.
2) Post-test adalah proses akhir, yaitu setelah peserta
mendapatkan pelatihan akan ada perubahan
yang terjadi pada peserta yang dapat dilihat oleh
fasilitator.
3) Mempersiapkan lembar atau kertas pre-test dan
post-test sebanyak-banyaknya pada halaman 11
sesuai jumlah peserta.
4) Sebelum sesi dimulai akan dilakukan kegiatan
Pre-test. Soal pre-test, terdiri dari:
• No 1- No 10 Untuk Materi 1
• No 11- No 20 Untuk Materi 2
• No 21- No 30 Untuk Materi 3
5) Post-test dilakukan 2 bulan setelah pelatihan dan
pemberian modul
6) Di akhir pelatihan atau diskusi, peserta diminta
untuk memberikan umpan balik terkait hal apa
yang peserta rasakan mengenai manfaat yang
didapat dan perbaikan hal apa yang diinginkan
untuk pelatihan selanjutnya.
Cara menilai pre-test dan post-test, yaitu:
1) Lembar pre-test dan post-test jangan disatukan.

7
2) Pada lampiran halaman terakhir dari modul ini
harus disesuaikan jawaban pada lembar peserta
dengan kunci jawaban.
3) Setelah menerima hasil dari lembar jawaban
peserta, fasilitator dapat membandingkan atau
mengevaluasi hasil pre-test dan post-test peserta.
4) Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa adanya peningkatan atau perubahan
pengetahuan pada peserta atau tidak.
5) Berdasarkan hasil tersebut, fasilitator dapat
menyimpulkan apakah ada perubahan atau
peningkatan pengetahuan pada peserta.

5. Metode Fasilitasi Partisipatif


Pandangan atau Pengalaman peserta terkait
pencegahan perilaku seks pranikah tentang pengalaman
setiap individu yang beragam. Keragaman ini adalah
bahan utama pembelajaran pencegahan seks pranikah.
Strategi pembelajaran pada pelatihan ini, menggunakan
pendekatan partisipatoris yang menekan peserta
partisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Fasilitator
memberikan materi dengan mendorong peserta untuk
berpartisipasi dengan metode pembelajaran yang cukup
menarik, misalnya diskusi dan permainan dan lain-
lainnya, sehingga memberikan kesempatan kepada
semua peserta untuk ikut aktif pada proses belajar.
Tidak diharuskan modul menjadi patokan yang
baku. “Mengisi gelas kosong” diartikan jika fasilitator
terlalu menuntut sesuai dengan modul ketika keadaan

8
tidak mendukung, sehingga fasilitator bisa terjebak
dalam logika, adanya pemaksaan opini fasilitator dan
dapat mendorong peluang “penghakiman” pada opini
dan pengalaman tertentu. Dalam kegiatan ini, fasilitator
diharuskan mengerti bahwa partisipasi menjadi salah
satu tolak ukur ketika melakukan kegiatan.

9
10
LEMBAR EVALUASI

TUJUAN
Sebelum pelatihan dimulai, peserta akan membahas topik
tentang perilaku seksual pranikah pada remaja menurut
pandangan mereka sehingga fasilitator dapat mengetahui
gambaran pengetahuan peserta.
METODE
Pre-test diisi oleh peserta
ALAT BANTU
Lembar atau kertas pre-test
WAKTU
10 menit menggunakan pena (pena bolpen)
LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Dimulai dengan memberitahu apa tujuan
pembelajaran pada peserta.
2. Semua peserta diberi lembar lembar pre-test.
3. Memberitahu kepada peserta bahwa ini bukan tes
untuk mengukur pengetahuan.
4. Menyarangkan tidak melihat jawaban peserta lain
ketika mengisi lembar pre-test
5. Mengumpulkan lembar pre-test setelah peserta
selesai mengisi.
6. Mengucapkan terima kasih untuk menutup sesi

11
pembelajaran
7. Berikan semangat kepada semua peserta untuk
memulai sesi ini dengan riang gembira.
8. Sesi dimulai dengan suasana riang gembira dengan
memberikan semangat ke semua peserta.

12
Nama Peserta:
Petunjuk : Pilih salah satu jawaban yang benar !
1. Apa yang dimaksud dengan seksual pranikah?
a. Mendapatkan kenikmatan dengan bersenang-
senang bersama lawan jenis
b. Melakukan hubungan seksual tanpa melalui
proses pernikahan yang resmi menurut
hukum dan agama
c. Perilaku yang didorong dari hasrat seksual
antara lawan jenis atau sesama jenis
d. Kegiatan untuk memperoleh kenikmatan
seksual melalui berbagai tindakan
2. Apa yang dimaksud dengan masturbasi?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual
3. Apa yang dimaksud dengan bersenggama?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada

13
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual
4. Apa yang dimaksud dengan cunnilingus?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual
5. Apa yang dimaksud dengan fellatio?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual

14
6. Di bawah ini adalah faktor-faktor yang tidak
mempengaruhi seks pranikah...…
a. Penundaan usia perkawinan
b. Edukasi seks sejak dini
c. Tabu atau larangan
d. Meningkatnya libido seksual
7. Dampak psikologis yang timbul akibat melakukan
seksual pranikah?
a. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD),
tindakan aborsi, penyakit menular seksual
(PMS), dan HIV/AIDS.
b. Dikucilkan, putus sekolah, menjadi figur ibu,
tidak adanya kesiapan, serta tekanan dari
lingkungan.
c. Perasaan senang, puas, percaya diri,
membanggakan, dan sombong
d. Perasaan marah, depresi, rendah diri, takut,
berdosa, dan bersalah telah melakukan seks.
8. Pengaruh sosial yang timbul akibat melakukan seks
pranikah?
a. Kehamilan tidak diinginkan, tindakan aborsi,
penyakit menular seksual (PMS), dan HIV/
AIDS
b. Dikucilkan, putus sekolah, perubahan peran
menjadi ibu, belum memiliki kesiapan, serta
tekanan dari masyarakat.

15
c. Perasaan senang, puas, percaya diri,
membanggakan, dan sombong
d. Perasaan marah, depresi, rendah diri, takut,
berdosa, dan bersalah telah melakukan seks.
9. Pengaruh fisik yang timbul akibat melakukan seks
pranikah?
a. Kehamilan tidak diinginkan, tindakan aborsi,
penyakit menular seksual (PMS), dan HIV/
AIDS
b. Dikucilkan, putus sekolah, perubahan peran
menjadi ibu, belum memiliki kesiapan, serta
tekanan dari masyarakat.
c. Perasaan senang, puas, percaya diri,
membanggakan, dan sombong
d. Perasaan bersalah, rendah diri, depresi,
marah, takut, dan berdosa.
10. Apa saja faktor yang mendorong remaja melakukan
seks pranikah bagi
a. Orang tua tertutup, kurangnya pengetahuan
tentang seksual pranikah, pergaulan tidak
sehat, meningkatnya hasrat seksual,
keingintahuan, pengawasan yang kurang, dan
ada kesempatan melakukan seksual pranikah.
b. Tingginya angka remaja bersekolah, bekerja
kelompok, aktivitas remaja yang sering
berjumpa serta pemilihan teman sebaya
c. Adanya rasa cinta dan suka kepada
pasangannya, berpikir bahwa seks adalah

16
bagian dari cinta, penuh rasa ingin tahu, ingin
mencobanya.
d. Kurangnya pengawasan dari orang tua dan
guru
11. Apa saja faktor penyebab seks pranikah pada remaja
Minangkabau?
a. Norma adat, peran keluarga, dan lingkungan
sekolah
b. Media massa, pengaruh teman, dan ikatan
bersama orang tua
c. Media massa, ikatan bersama orang tua, dan
lingkungan sekolah
d. Semua salah
12. Menurut Artha (2016), supaya siaran televisi
memberikan dampak positif untuk membentuk
kebiasaan pada remaja, hendaknya ...
a. Menyiarkan siaran tv dengan cerminan
tingkah laku yang positif
b. Memberikan batasan tayang pada televisi
c. Melakukan penyaringan acara televisi agar
menayangkan acara yang edukatif
d. Menanyakan program pembelajaran secara
berkala

17
13. Menurut Sarwono (2016), perilaku apa yang remaja
akan lakukan ketika melihat gambar pornografi …
a. Merasa tertarik dan menirunya ketika sudah
mulai terangsang
b. Terus mencari lebih banyak untuk
menuntaskan penasaran
c. Kaget dan mencari tahu lebih banyak
d. Membagikan dengan teman sebaya
14. Yang merupakan faktor penyebab media massa
yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja
Minangkabau adalah…
a. Imitasi tontonan televisi dan smartphone
b. Berpacaran agar diakui kelompok
c. Berkurangnya rasa malu
d. Pengabaian orang tua
15. Yang bukan merupakan pergeseran nilai pada remaja
Minangkabau adalah ...
a. Berpacaran agar diakui kelompok
b. Berkurangnya rasa malu
c. Berboncengan dengan lawan jenis, berciuman
di depan umum
d. Hamil di luar nikah merupakan hal yang
umum

18
16. Yang merupakan faktor penyebab teman yang
mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja
Minangkabau adalah…
a. Imitasi tontonan televisi dan smartphone
b. Berpacaran agar diakui kelompok
c. Berkurangnya rasa malu
d. Pengabaian orang tua
17. Yang merupakan faktor penyebab hubungan dengan
orang tua yang mempengaruhi tingkah laku seksual
pranikah pada remaja Minangkabau adalah…
a. Imitasi tontonan televisi dan smartphone
b. Berpacaran agar diakui kelompok
c. Berkurangnya rasa malu
d. Pengabaian orang tua
18. Pemicu terjadinya tingkah laku seksual remaja
menurut Haryani (2015) yaitu ...
a. Bebasnya pergaulan dan maraknya
penggunaan smartphone tanpa pengawasan
pada remaja
b. Lingkungan yang mengalami pergeseran nilai
dan menganggap hal tabu menjadi lebih biasa
c. Kurangnya perhatian orang tua dan pergeseran
nilai yang terjadi pada keluarga yang memicu
terjadi tingkah laku seksual bagi remaja
d. Adanya kelonggaran dari perhatian dan

19
pengawasan orang tua, berada di lingkungan
bebas, masuk pergaulan yang bebas, hal
yang memberikan rangsangan seks semakin
banyak
19. Berikut ini, dampak negatif yang akan terjadi ketika
remaja kurang mendapatkan perhatian orang tua,
kecuali...
a. Perilaku seks pranikah
b. Mencari perhatian di tempat lain
c. Berperilaku tidak sesuai norma
d. Lebih dewasa dan bertanggung jawab
20. Mengapa adiksi smartphone lebih sering muncul
pada remaja dibandingkan dengan orang tua?
a. Karena remaja menggunakan smartphone 24
jam penuh untuk pendidikan
b. Pendidikan remaja yang sudah lebih tinggi
dan pelajaran yang lebih canggih
c. Tuntutan dari guru untuk selalu
memperhatikan aplikasi chat jika sewaktu-
waktu ada penugasan
d. Remaja mempunyai kecenderungan fokus
dan cenderung aktif ketika menggunakan
media
21. Apa saja peran orang tua untuk menghindari
terjadinya tingkah laku seksual pranikah bagi remaja?
a. Pendidik, pengajar, pendamping, konselor,

20
komunikator
b. Pendidik, pendamping, penjaga, konselor,
komunikator
c. Pendidik, panutan, pendamping, konselor,
komunikator
d. Pendidik, pengajar, penjaga, konselor,
komunikator
22. Siapa yang seharusnya memberikan pendidikan
seksual kepada anak pertama kali
a. Orang tua
b. Teman sekolah
c. Guru sekolah
d. Tetangga
23. Siapa pendidik utama dalam keluarga?
a. Nenek
b. Kakak
c. Ibu
d. Ayah
24. Apa peran ibu sebagai panutan dalam mencegah
terjadinya perilaku seksual pranikah pada remaja
Minangkabau?
a. Memberi contoh teladan dalam rumah
b. Memiliki kewibawaan dan sosok yang
dihormati

21
c. Memiliki waktu luang khusus bersama anak
d. Sikap lemah lembut dan kasih sayang
kepada anak
25. Apa saja peran ayah sebagai panutan untuk
menghindari terjadinya tingkah laku seksual pranikah
bagi remaja Minangkabau ?
a. Memberi contoh teladan dalam rumah
b. Memiliki kewibawaan dan sosok yang
dihormati
c. Memiliki waktu luang khusus bersama anak
d. Semua benar
26. Tugas orang tua sebagai pendamping untuk
menghindari tingkah laku seks pranikah bagi remaja
Minangkabau, adalah …
a. Memastikan anak-anak bergaul dengan
anak-anak dan lingkungan yang baik
b. Pendidikan agama bagi anak
c. Menjadi pendengar yang baik
d. Semua benar
27. Peran orang tua sebagai pendamping dalam pergaulan
anak dalam memilih teman harus…
a. Membatasi pergaulan anak
b. Memilih-milih dengan siapa anak akan
berteman
c. Memberikan gambaran teman yang baik

22
atau buruk pada anak
d. Memutuskan dengan siapa anak harus
berteman
28. Figur orang tua sebagai komunikator untuk
menghindari tingkah laku seks pranikah bagi remaja
Minangkabau adalah…
a. Memakai bahasa yang mudah dimengerti
dan sederhana
b. Menjadi pendengar yang baik
c. Ayah memberikan rasa aman dan terlindungi
untuk anak
d. Ibu memberikan kehangatan dan rasa
nyaman bagi anak
29. Tugas orang tua sebagai konselor untuk menghindari
seksual pranikah bagi remaja Minangkabau adalah…
a. Mempunyai komunikasi secara baik antara
anak dan orang tua
b. Menjadi pendengar yang baik
c. Memakai bahasa yang mudah dimengerti
dan sederhana.
d. Melatih anak terbuka
30. Tugas orang tua sebagai konselor untuk menghindari
seksual pranikah bagi remaja Minangkabau adalah…
a. Memastikan anak-anak bergaul dengan
anak-anak dan lingkungan yang baik

23
b. Pendidikan agama bagi anak
c. Menjadi pendengar yang baik
d. Semua benar

24
BAB 1
KONSEP DASAR PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

1.1 Deskripsi Singkat


Buku yang berisikan modul ini ditulis untuk
pegangan bagi orang tua mengenai konsep dasar
perilaku seksual pranikah upaya meningkatkan figur
atau peran orang tua dalam pencegahan tingkah laku
seks pranikah. Yang adanya prosedur pernikahan
sah menurut agama dan hukum, adanya dorongan
organ vital (alat kelamin) berasal dari hasrat seksual
untuk memperoleh kesenangan organ seksual disebut
Perilaku seksual pranikah.

25
1.2 Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan pembelajaran umum
Setelah pembelajaran selesai, peserta bisa melakukan
pencegahan perilaku pranikah seksual
2. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah pembelajaran selesai, peserta bisa:
1) Menerangkan definisi perilaku seksual pranikah
2) Menerangkan bentuk perilaku seksual pranikah
3) Menjelaskan faktor—faktor yang menimbulkan
tingkah laku seksual
4) Menjelaskan pengaruh tingkah laku seks pranikah

1.3 Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Modul ini membutuhkan waktu 45 menit.
Berikut kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk
memperlancar proses pembelajaran:

26
1.4 Peta konsep

27
1.5 Uraian materi

1.5.1 Definisi Perilaku Seksual Pranikah


Menurut Sarwono (2015) menyatakan bahwa
tingkah laku seksual merupakan perilaku yang dipicu
dari hasrat seksual, tanpa memandang jenis kelamin.
Perbuatan yang didasarkan pada dorongan seksual dan
perbuatan yang berusaha memperoleh kesenangan
dari alat kelamin melalui berbagai perilaku disebut
sebagai perilaku seksual, antara lawan jenis maupun
sesama jenis (Imran, 2000)
Tanpa adanya proses pernikahan yang sah
menurut hukum dan agama, semua perilaku yang
dipicu oleh hasrat seksual untuk memperoleh
kesenangan dari alat kelamin disebut tingkah laku
seksual pranikah.

1.5.2 Bentuk-Bentuk Perilaku Seksual Pranikah


Perilaku seksual dimulai dengan adanya
perasaan ketertarikan, sehingga munculnya tingkah
laku bersenggama, berkencan, dan bercumbu
(Sarwono, 2015). Tindakan seks diawali suatu objek
yang berwujud orang lain atau imajinasi dan dari diri
sendiri

28
No. Bentuk Perilaku Definisi
Seksual
1 Perasaan tertarik Adanya keinginan remaja
melakukan tingkah laku seks
seperti rasa cinta,rasa suka,
dan rasa sayang.
2 Berkencan Saling mengunjungi ke ru-
mah pasangan dan berduaan
bersama pacar merupakan
aktivitas remaja ketika ber-
pacaran.

3 Bercumbu Berpegangan tangan, mera-


ba payudara, mencium bibir
atau pipi, menyentuh ke-
maluan di balik pakaian, dan
menyentuh kemaluan di atas
pakaian merupakan aktivitas
seksual di saat berpacaran.

4 Bersenggama Pasangan mempersiapkan


diri dalam melakukan hubun-
gan seksual

29
Sedangkan, menurut Crooks & Baur
(2016) perilaku seksual remaja meliputi
1. Masturbasi
Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual disebut masturbasi.
2. Ekspresi seksual noncoital
Seks noncoital merupakan sentuhan tubuh erotis
terkait dengan, pegangan (holding), sentuhan
(touching), ciuman (kissing), dan stimulasi oral-
genital atau stimulasi manual, tapi bukan koitus.
a. Ciuman (kissing) biasanya dilakukan oleh
sepasang kekasih dengan bibir, kissing
mengarah yang penuh kasih sayang dan
lebih lembut. Ciuman dengan mulut
terbuka memiliki niat yang lebih seksual
(french kissing atau deep).
b. Sentuhan (touching) arti dasar seksualitas
manusia dibagi dengan orang lain. Sentuhan
merupakan bentuk hubungan utama, suara
tenang yang menghindari jebakan verbal
dengan mengekspresikan emosinya.
c. Stimulasi oral-genital merupakan kegiatan
dari pasangan ke pasangannya yang
dilakukan secara bersamaan. Ada dua jenis
stimulasi oral-genital, yaitu fellatio dan
cunnilingus. Fellatio adalah kegiatan yang
dilakukan oleh perempuan terhadap penis
pasangannya yaitu laki-laki, sedangkan
cunnilingus merupakan aktivitas stimulasi

30
oral dilakukan oleh pria pada vagina
pasangan.

1.5.3 Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Perilaku


Seksual Pranikah
Faktor internal dan eksternal mempengaruhi
perilaku seksual pranikah
Faktor-faktor berikut ini adalah masalah seksualitas
yang muncul pada remaja (Sarwono, 2015)
1. Meningkatnya libido seksual
Libido seksualitas atau perubahan hormonal
yang meningkatkan hasrat seksual pada remaja.
Adanya peningkatan atau dorongan hasrat
seksual seseorang ini membutuhkan penyaluran
dengan tingkah laku seksual tertentu.
2. Penundaan usia perkawinan
Penundaan usia perkawinan disebabkan oleh
berbagai macam hal, seperti adanya batas usia
menikah di Undang-Undang perkawinan, atau
disebabkan adanya tuntutan persyaratan yang
semakin lama makin tinggi dalam norma sosial
untuk perkawinan, seperti persiapan mental,
pekerjaan, pendidikan, dan sebagainya.
3. Tabu-larangan
Meski usia menikah ditunda, norma agama yang
melarang seks pranikah tetap berlaku, bahkan
larangan itu meluas ke perilaku lain seperti
berciuman dan masturbasi. Sementara ada
larangan-larangan yang beberapa remaja juga

31
tidak dapat menahan diri. Orang tua menganggap
membahas seks secara terbuka adalah tabu
karena ketidaktahuan ataupun sikapnya dalam
menangani hal ini, sehingga orang tua lebih
membuat jarak dengan anak yang terkait pada
hal yang bersifat seksual. Akibatnya, perilaku
seksual yang tidak diharapkan muncul kepada
remaja.
4. Kurangnya informasi tentang seks
Adanya teknologi canggih seperti media massa
dapat menyebarkan informasi dan rangsangan
seksual yang menyebabkan pelanggaran semakin
meningkat dengan menggunakan internet, telepon
genggam, VCD, video cassette, dan lain-lain.
Remaja yang tidak pernah diinformasikan
tentang masalah seksual oleh orang tuanya dapat
mendorong remaja yang sedang menstruasi untuk
penasaran dan mencoba meniru yang mereka
dengar dan lihat di media massa.
5. Pergaulan yang semakin bebas
Semakin bebasnya pergaulan antara perempuan
dan laki-laki di masyarakat, karena kedudukan
perempuan semakin sejajar dengan laki-laki
dalam berkembangnya peran dan pendidikan
bagi perempuan.

1.5.4 Dampak Perilaku Seksual Pranikah


Sarwono (2015) mengutip pendapat Simkins
(1984) bahwa sebagian tingkah laku seksual pada
dasarnya tidak memberikan dampak, misalnya tidak ada

32
dampak sosial atau fisik yang diperlihatkan. Namun,
perilaku seksual yang dampaknya benar-benar serius
terjadi adalah kemungkinan masuknya sperma ke dalam
vagina perempuan yang menjadi sebagian dari tingkah
laku seksual.
Beberapa dampak negatif yang dapat
ditimbulkan dari seksual pranikah pada remaja,
diantaranya berikut ini:

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di


Aceh, bahwa dampak dari seks berisiko adalah kasus
kehamilan tidak diinginkan, penyakit kelamin menular,
HIV/AIDS, serta aspek psikologi dan sosial lainnya
(Kasim F, 2014). Menurut Wahyuni, Annisa Sri  (2020)
Ada beberapa upaya untuk menanggulangi perilaku seks
pranikah, yaitu; a) Adanya niat remaja untuk mengubah
pribadi atau sikap yang lebih baik. b) Membaca buku-
buku tentang keagamaan dan ceramah keagamaan,
sehingga menambah ilmu agama. c)   Memperhatikan
dalam memilih teman, sehingga mendorong ke arah yang
lebih baik dan tidak lalai akan agama. d) Mengajarkan
tentang pendidikan seks kepada remaja yang diperangi
oleh orang tuanya sendiri. e) Menyebarkan informasi
kepada remaja dan masyarakat dengan mengadakan
sosialisasi tentang bahayanya perilaku seks yang dapat
merugikan seseorang. f) Memberikan kegiatan yang

33
positif kepada remaja dengan mendirikan organisasi anti
seks.

1.6 Evaluasi
1. Apakah seksual pranikah itu ?
a. Memperoleh kenikmatan dengan bersenang-
senang bersama lawan jenis.
b. Melakukan hubungan seksual tanpa melalui
proses pernikahan resmi menurut hukum
maupun agama
c. Perilaku didorong karena adanya hasrat
seksual dengan pasangan lawan jenis atau
pasangan sesama jenis
d. Berbagai perilaku dilakukan untuk
mendapatkan kesenangan pada organ seksual
2. Apa yang dimaksud dengan masturbasi?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual
3. Apa yang dimaksud dengan bersenggama?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada

34
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual
4. Apa yang dimaksud dengan cunnilingus?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual
5. Apa yang dimaksud dengan fellatio?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual

35
6. Contoh faktor yang bukan termasuk dampak seksual
pranikah adalah …
a. Penundaan usia perkawinan
b. Edukasi seks sejak dini
c. Tabu atau larangan
d. Meningkatnya libido seksual
7. Dampak psikologis yang timbul akibat melakukan
seksual pranikah?
a. Kehamilan tidak diinginkan, tindakan aborsi,
penyakit menular seksual (PMS), dan HIV/
AIDS
b. Dikucilkan, putus sekolah, perubahan peran
menjadi ibu, belum memiliki kesiapan, serta
tekanan dari masyarakat.
c. Perasaan senang, puas, percaya diri,
membanggakan, dan sombong
d. Merasa bersalah, rendah diri, depresi,
kemarahan, ketakutan, dan merasa berdosa.
8. Dampak sosial apa yang timbul akibat melakukan
seks pranikah?
a. Kehamilan tidak diinginkan, tindakan aborsi,
penyakit menular seksual (PMS), dan HIV/
AIDS
b. Dikucilkan, putus sekolah, perubahan peran
menjadi ibu, belum memiliki kesiapan, serta
tekanan dari masyarakat.

36
c. Perasaan senang, puas, percaya diri,
membanggakan, dan sombong
d. Merasa bersalah, rendah diri, depresi,
kemarahan, ketakutan, dan merasa berdosa.
9. Dampak fisik apa yang timbul akibat melakukan seks
pranikah?
a. Kehamilan tidak diinginkan, tindakan aborsi,
penyakit menular seksual (PMS), dan HIV/
AIDS
b. Dikucilkan, putus sekolah, perubahan peran
menjadi ibu, belum memiliki kesiapan, serta
tekanan dari masyarakat.
c. Perasaan senang, puas, percaya diri,
membanggakan, dan sombong
d. Merasa bersalah, rendah diri, depresi,
kemarahan, ketakutan, dan merasa berdosa.
10. Faktor-faktor apa yang menyebabkan remaja
melakukan seksual pranikah?
a. Meningkatnya pergaulan bebas, hasrat
seksual, rasa ingin tahu, kurangnya
edukasi tentang seksual, tertutup nya orang
tua membahas seksual, dan penurunan
pengawasan yang memunculkan potensi atau
peluang melakukan seksual pranikah.
b. Tingginya angka remaja bersekolah, bekerja
kelompok, aktivitas remaja yang sering
berjumpa serta pemilihan teman sebaya
c. Adanya perasaan cinta dan suka kepada

37
pacar/pasangan, menganggap seks menjadi
bagian dari cinta, keingintahuan tinggi, dan
ingin mencoba.
d. Kurangnya pengawasan dari orang tua dan
guru

1.7 Referensi

Crooks, R. ., & Baur, K. (2016). Our Sexuality 13th ed.


Canada: Nelson Education, Ltd.

Imran, I. 2000. Perkembangan Seksualitas Remaja.


Jakarta: PKBI

Sarwono, S. W. 2015. Psikologi Remaja Revisi. Jakarta:


PT RajaGrafindo Persada.

38
BAB 2
FAKTOR PENYEBAB PERILAKU SEKSUAL
PRANIKAH PADA REMAJA SUKU MINANGKABAU

2.1 Deskripsi Singkat


Modul ini disusun untuk memahami faktor pemicu
tingkah laku seksual pranikah remaja Minangkabau
untuk membekali para orang tua untuk menentukan
peran orang tua dalam menangani atau menghalangi
tingkah laku seksual pranikah di Minangkabau. Faktor
penyebab perilaku seksual pranikah pada remaja
Minangkabau, terdiri dari faktor media massa, pengaruh
teman, pergeseran nilai, dan hubungan orang tua.

39
2.2 Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan pembelajaran umum
Setelah pembelajaran ini selesai, peserta dapat
memahami faktor penyebab perilaku seksual
pranikah pada remaja Minangkabau
2. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah pembelajaran ini selesai, peserta mampu:
1) Menjelaskan faktor media massa penyebab
perilaku seksual pranikah pada remaja
Minangkabau
2) Menjelaskan faktor pengaruh teman penyebab
perilaku seksual pranikah pada remaja
Minangkabau
3) Menjelaskan faktor pergeseran nilai penyebab
perilaku seksual pranikah pada remaja
Minangkabau
4) Menjelaskan faktor hubungan dengan orang tua
penyebab perilaku seksual pranikah pada remaja
Minangkabau

2.3 Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Modul ini membutuhkan waktu 45 menit. Berikut
kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk
memperlancar proses pembelajaran:

40
1. Langkah 1 (15 menit)
2. Langkah 2 (30 menit)

41
2.4 Peta Konsep

2.5 Uraian Materi


2.5.1 Media Massa

Media massa merupakan sarana penyebaran


pesan yang dapat menjadi tujuan suatu komunitas
sebagai sarana komunikasi untuk menyebarkan berita
atau pesan secara langsung kepada masyarakat. Tren

42
globalisasi berkembang sangat pesat, dan dampak
komunikasi dan informasi yang cepat dan tanpa
hambatan akan mempercepat perubahan perilaku,
baik positif maupun negatif.

a. Imitasi Tontonan Televisi Dan Smartphone


Imitasi dapat dilakukan oleh remaja
tergantung yang dilihat dengan menggunakan
televisi atau media, melalui observational learning.
Dari film yang mereka lihat bahwa tingkah laku seks
itu menyenangkan/memuaskan dan bisa diterima
oleh lingkungan. Meningkatnya stimulasi yang
mendorong munculnya perilaku seks disebabkan
dari banyaknya pengalaman melihat, mendengar, dan
melakukan hubungan seksual atau intim
Kalau siaran televisi berkali-kali
menampilkan model pornografi dan kekerasan, maka
perilaku tersebut lama kelamaan dapat menjadi
bagian dari perilaku remaja. Supaya tv memiliki
dampak positif untuk membentuk kebiasaan pada
kaum muda, televisi harus menyediakan lebih banyak
program dengan pola tingkah laku positif maupun
memperkuat tingkah laku anak-anak selama sekolah
(Artha, 2016).
Perkembangan teknologi di era digital
telah memperluas jangkauan media elektronik
berupa smartphone yang digunakan oleh semua
kalangan, termasuk kalangan remaja. Smartphone
pada umumnya memiliki fungsi utama sebagai alat
telekomunikasi dan kumpulan informasi melalui
internet (Utami A.N & Kurniawati F, 2019).
Smartphone memiliki konotasi negatif. Dengan kata

43
lain, sexting dapat didefinisikan sebagai mengirim,
menerima, atau mengirimkan pesan, foto, atau gambar
seksual eksplisit melalui smartphone, komputer, atau
perangkat digital lainnya (Dewi R & Murtiningsih
M, 2020).
Remaja yang memiliki smartphone dapat
memberikan efek positif dan negatif. seperti
pengaruh negatif menggunakan smartphone adalah
penyimpangan perilaku seksual di kalangan anak
muda. Intensitas penggunaan smartphone pada
remaja sangat sering sekali. Dengan dipermudahnya
akses media informasi pada smartphone, maka
dampak negatif dari kenakalan remaja tidak dapat
dihindarkan (Meitasari, 2017).
Menurut Sarwono (2016) bahwa remaja
pada masa periode nya, memiliki keinginan untuk
mengetahui, meniru, dan mencoba tergantung yang
dilihat dan didengar melalui media. Maka dari itu,
remaja akan merasa tertantang untuk menirukan nya
dan mulai terangsang saat remaja melihat gambar
porno tersebut.

b. Durasi Keterpaparan Meningkatkan Ketagihan


Untuk Menonton
Penggunaan smartphone yang berlebihan
merupakan pola atau perilaku maladaptif (tidak
mengikuti persyaratan lingkungan) atau disebut
Adiksi smartphone, ini lebih sering terjadi pada
remaja daripada orang dewasa. Remaja memiliki
kecenderungan fokus ketika menggunakan media
atau smartphone. Berurusan dengan media baru
cenderung membuat anak muda lebih proaktif ketika

44
diperkenalkan dengan media baru (Kwon et al, 2013).
Para remaja yang sering mengakses video
atau foto yang berbau pornografi yang berasal dari
internet, merupakan perilaku seksual yang sangat
ditakuti karena dapat menjadikan remaja tersebut
kecanduan terhadap tayangan pornografi. Apabila
remaja menyukai hal yang berbau pornografi akan
memunculkan dorongan untuk terus mencari materi
pornografi, efek tersebut akan sering dialami oleh
konsumen yang membutuhkan hal tersebut. Adanya
pemicu tingkah laku yang menyimpang di kalangan
remaja disebabkan oleh pecandu terus mengalami
peningkatan kebutuhan untuk mencari tayangan
pornografi (Armando dalam Anisah, 2016).
Media massa berperan besar dalam
memberikan informasi tentang seksualitas dan
kenakalan anak muda. Remaja yang belum
sepenuhnya memahami seksualitas mencoba untuk
meniru apa yang mereka dengar atau lihat. Adanya
dorongan seseorang untuk berhubungan seks
disebabkan kebiasaan menonton video seks atau
porno. Kegiatan tersebut bisa dilakukan melalui
masturbasi atau langsung dengan lawan jenis atau
sesama jenis.

c. Semakin Sering Terpapar Semakin Besar


Keinginan Untuk Mencoba Perilaku Seks
Pranikah
Semakin banyak remaja terpapar pornografi,
semakin besar keinginan mereka untuk melakukan
aktivitas seksual. Semakin intens kunjungan ke situs
porno, semakin kuat perilaku seksualnya. Pengaruh

45
menonton film porno terhadap perilaku remaja adalah
berkembangnya imitasi yang mengkhawatirkan.
Peristiwa dalam film memotivasi dan mendorong
kaum muda untuk meniru dan mempraktekkan apa
yang mereka lihat (Adriani, 2012).

2.5.2 Pengaruh Teman

Peningkatan sosialisasi dalam perkembangan


anak terjadi pada saat usia sekolah, ketika anak
cenderung lebih tertarik berhubungan di luar rumah
daripada di dalam rumah, contohnya bergaul bersama
teman seumuran. Hal seksualitas merupakan salah
satu peran yang signifikan dalam kehidupan remaja
khususnya lingkungan teman sebaya. Di kalangan
anak muda, pacaran mempunyai gaya tersendiri
hal tersebut menjadi semacam model atau acuan
bagi remaja untuk digunakan saat berpacaran dan
acuan atau standar norma teman sebaya. Adanya
pertentangan pada norma umum yang berlaku dengan

46
norma yang cenderung dikembangkan oleh remaja
sendiri. Berikut adalah bentuk-bentuk faktor teman
yang mempengaruhi tingkah laku seksual pranikah di
Minangkabau khususnya pada remaja.

a. Bercerita Dan Berdiskusi Dengan Teman Hingga


Berjam-Jam
Menurut Purnomo (2014) bahwa dalam
kehidupan remaja bukan hanya memiliki ikatan
keluarga namun juga memiliki ikatan pertemanan
yang cukup tinggi pada masa remaja. Ikatan
persahabatan berasal dari simpati, kasih sayang,
pengertian, dan berbagi pengalaman sebagai tempat
remaja memperoleh otonomi dan kemandirian.
Remaja memiliki keinginan yang tinggi
untuk mengambil informasi yang diperoleh oleh
sahabat mereka, tanpa mengetahui dasar informasi
yang penting dari sumber yang dapat dipercaya.
Tidak jarang remaja menimbulkan rasa ingin tahu
yang membentuk sederet pertanyaan seputar perilaku
seksual pranikah. Semakin sering ia berbicara dengan
temannya, menyebabkan rasa ingin mengetahui
semakin tinggi dan hasrat ingin mencoba melakukan
perilaku seks pranikah semakin tinggi.

1. Keinginan Berpacaran Karena Ingin


Diakui Oleh Kelompoknya.
Remaja memiliki tuntutan dalam menghadapi
pengelompokan remaja yang mengharuskan mereka
berkencan jika masih ingin jadi bagian dari anggota
kelompok. Ketika remaja menjadi lebih romantis

47
dengan pasangannya, mereka mengalami penerimaan
sosial yang lebih besar, kompetensi persahabatan,
dan kompetensi yang akan mereka rasakan. Hal yang
dialami remaja dalam keromantisan bukan hanya
memberikan dampak positif tapi juga berdampak
negatif, yaitu menyebabkan remaja dapat terlibat
dalam penyalahgunaan obat terlarang, perilaku
seksual, dan kenakalan remaja atau pergaulan bebas
(Furman, Low & Ho dalam Santrok, 2011).
Perilaku seksual pranikah dapat dimotivasi
oleh kasih sayang didominasi oleh rasa kedekatan
atau hasrat yang kuat terhadap pasangan, tanpa
komitmen atau janji yang jelas antara pasangan
karena dipengaruhi oleh kelompok (konformitas).
Remaja ingin menjadi bagian dari suatu kelompok
sesuai dengan norma yang dianut oleh kelompok
tersebut. Dalam hal ini, kelompok tersebut sudah
melakukan tingkah laku seks pranikah.

b. Rasa Penasaran Ingin Mencoba Gaya Pacaran


Yang Diceritakan Teman
Kebanyakan remaja yang berkencan
menganggap seks itu wajar. Pada era sekarang,
semakin banyak remaja yang melakukan hubungan
seks di luar nikah yang sah, tanpa menyadari akibat
dari tindakan mereka. Dalam hal perilaku remaja
atau perilaku yang melanggar atau bertentangan
dengan norma yang berlaku di masyarakat, biasanya
dilakukan atas dasar rasa penasaran akibat cerita dari
temannya. Dampak dari hal tersebut, remaja tersebut
tidak hanya menyebabkan masalah bagi dirinya
sendiri, mereka juga menyebabkan masalah sosial.

48
2.5.3 Pergeseran Nilai

Ketika moral dalam kehidupan masyarakat


sudah mengalami pergeseran maka akan
menyebabkan terjadinya perubahan perilaku
masyarakat. Pergeseran ini menyebabkan terjadinya
perubahan norma, nilai dan gaya hidup pada remaja.
Pergeseran nilai-nilai tersebut, membawa perubahan
bagi remaja. Remaja mulai beradaptasi dengan nilai-
nilai yang dibawa dari luar dan jauh dari norma moral
sosial yang berlaku. Di bawah ini adalah bentuk-
bentuk dari faktor yang mempengaruhi perilaku
seksual pranikah remaja Minangkabau. Remaja
di Minangkabau dipengaruhi oleh bentuk-bentuk
dari faktor perilaku seksual pranikah remaja, yang
dijelaskan di bawah ini.
a. Pacaran Hal Yang Biasa
Ciri kedewasaan psikologis remaja adalah
ketertarikan pada lawan jenis. Ini biasanya berbentuk

49
(misalnya) preferensi untuk ditemani lawan jenis,
yang berkembang menjadi perilaku yang biasa
dikonsumsi oleh publik, yaitu berkencan atau
pacaran. Istilah pacaran atau berkencan untuk remaja
bukanlah hal baru. Bahkan kebanyakan anak remaja
yang menganggap masa puber adalah masa pacaran,
sehingga remaja yang tidak pacaran dipandang kolot,
ketinggalan zaman, dan kurang bersosialisasi.

b. Berkurangnya Rasa Malu


Selama berpacaran remaja merasakan
pengalaman seksual adalah hal yang menyenangkan
untuk dilakukan bersama dengan pasangannya.

Pengalaman seksual yang menyenangkan


selama pacaran akan menyebabkan sepasang kekasih
menganggap, bahwa perilaku seksual sebagai suatu
hal yang menyenangkan untuk dilakukan dengan
pasangannya. Remaja beranggapan bahwa tingkah
laku seksual dengan pasangan adalah hal yang normal
atau dilakukan oleh orang yang telah dewasa dan
bukan hal yang memalukan untuk konsumsi publik.

c. Berboncengan Motor Dengan Lawan Jenis Dan


Berciuman Di Depan Umum
Tahapan pacaran yang melibatkan ketertarikan
terhadap lawan jenis diketahui, seperti tersenyum
dan melihat, saling mengunjungi, berjalan bersama,
berpelukan, berciuman, dan menyentuh.

50
d. Hamil Luar Nikah Hal Yang Biasa
Pada era sekarang, banyak remaja yang
menikah dini karena aktivitas seksual yang tidak
terkontrol dan kehamilan yang tidak diharapkan
akibat hubungan seksual yang berlebihan, sehingga
terjadi kehamilan tanpa melalui proses pernikahan
pada remaja putri. Di masa lalu, kehamilan di luar
nikah dipandang sebagai kecelakaan dan tabu.
Namun, sekarang sudah umum dimana seorang
wanita yang sudah hamil duluan, sebelum melakukan
pernikahan (Hartanto, 2017).

2.5.4 Hubungan Dengan Orang Tua

Tingkah laku seks pranikah remaja merupakan


salah satu akibat kurang dekatnya hubungan dengan
orang tua. seperti kurangnya ikatan antara orang tua
dan remaja. Bimbingan dan nasihat orang tua sangat
dibutuhkan oleh anak sebagai acuan dalam menghadapi
masalah. Anak yang mendapat bimbingan ataupun
diberi kesempatan untuk mempertanggungjawabkan
perbuatan yang dilakukan, akan tumbuh menjadi

51
seseorang yang lebih berhati-hati, percaya diri, dan
mampu bertanggung jawab. Rasa percaya diri dan
rasa tanggung jawab ini, sangat dibutuhkan sebagai
dasar pembentukan kepribadian positif pada anak.
Setiap orang tua, pasti menginginkan hal
terbaik untuk anaknya sendiri, rasa kekhawatiran
yang berlebihan membuat orang tua melakukan
berbagai cara, agar anak tidak melakukan perbuatan
yang menyimpang, dan dapat menjaga nama baik
diri sendiri, keluarga, dan orang tua. Terkadang
pendidikan yang diberikan secara berlebihan, dapat
mengekang keinginan anak, sehingga membuat anak
mudah untuk mencoba melakukan hal-hal yang tidak
sewajarnya dilakukan. (Willis, 2017).
Pada saat anak beranjak dewasa, banyak
permasalahan yang akan dialaminya, termasuk
masalah dalam penyesuaian diri. Orang tua
memainkan peran besar karena remaja memiliki
banyak waktu luang dalam keluarga mereka. Remaja
dapat lebih mudah melihat dan memahami perubahan-
perubahan yang terjadi dalam dirinya apabila
diberikan penjelasan dan arahan dalam suasana yang
terbuka dan harmonis. Berikut hubungan antara
orang tua dan remaja yang mempengaruhi tingkah
laku seksual pranikah di Minangkabau.
a. Rasa Aman Dalam Keluarga
Rasa aman merupakan kebutuhan dasar semua
manusia dan hanya bisa didapatkan melalui “sebuah
hubungan yang penuh kehangatan dan dilandasi
rasa percaya”. Jika hal ini didapatkan, maka akan
membuat seseorang/individu merasa bahwa dirinya

52
dicintai, diinginkan, dan dihargai. Perasaan aman
ini merupakan sebuah konsep yang bertumpu pada
pandangan subjektif dari individu dalam melihat
dirinya terkait dengan dunia di sekitarnya.
Anak akan merasa aman jika kebutuhan
dasarnya terpenuhi, seperti kebutuhan akan makan
dan minum. Anak juga akan merasa aman, jika
mereka dapat mempercayai orangtuanya yang selalu
hadir, saat dibutuhkan ketika mereka merasakan
ada ancaman. Kehadiran orangtua dengan cara ini,
menjadikan anaknya pribadi yang percaya diri dan
memiliki keyakinan bahwa dunia di sekitarnya.
Meskipun tidak selalu aman, namun relatif akan dapat
dikelola dan dihadapi sehingga akan menjadi tempat
yang cukup stabil dan aman untuk perkembangan
dirinya.
Jangan sampai tidak adanya rasa aman dan
rasa percaya di dalam rumah membuat anak lari ke
tempat yang salah. Jadi, ciptakan sebuah hubungan
yang penuh kehangatan. Menyayangi anak dengan
seringnya memberikan pelukan dan suara yang
lembut, serta perhatian yang dibutuhkan anak.

b. Kebiasaan Dan Tingkah Laku Orang Tua


Keluarga dan Orang tua adalah tempat
pertama kali anak belajar. lingkungan keluarga sangat
mempengaruhi kepribadian seorang anak. Orang tua
sering dianggap sebagai panutan bagi anak-anaknya.
Kebiasaan orang tua sering terlihat pada anak-anak.
Akibatnya dari kebiasaan ini, baik atau buruknya
perilaku orang tua akan diproses oleh otak anak dan

53
dianggap benar. Hal tersebut cenderung membuat
anak beranggapan bahwa kebiasaan orang tuanya
adalah benar dan patut diteladani.

c. Pengabaian Dan Kurang Perhatian Orang Tua


Kenakalan remaja terjadi disebabkan oleh
salah satu faktor yaitu kurangnya minat orang
tua, yang membuat mereka lebih rentan terhadap
pengaruh orang-orang di sekitarnya. Bahkan, perilaku
orang dewasa akan ditiru oleh anak tersebut. Jika
anak remaja tidak mendapatkan perhatian atau kasih
sayang dari orang tuanya sendiri, remaja tersebut
cenderung dapat dipengaruhi oleh orang dewasa dari
mereka di lingkungannya.
Anak melampaui akal sehat untuk
mendapatkan perhatian. Terkadang tidak apa-apa
memberi perhatian yang buruk dibandingkan dengan
tidak memperhatikan sama sekali. Kemungkinan
besar anak akan mencari bimbingan di tempat lain
dan umumnya di tempat yang salah, dikarenakan
anak tersebut tidak memperoleh perhatian atau
bimbingan dari orang tuanya.

d. Orang Tua Terlalu Sibuk


Pengawasan orang tua yang intensif terhadap
media komunikasi yang digunakan anak sangat
penting bagi anak. Di zaman globalisasi seperti saat
ini, komunikasi berkembang pesat tanpa adanya
monitor dan pengawasan, sehingga orang tua yang
wajib mengawasi media yang digunakan anak.
Pengawasan orang tua yang kurang, akan berakibat

54
buruk untuk perkembangan anak di masa depan. Pada
masa remaja, anak sangat membutuhkan dukungan
moral dan dukungan dari keluarga, terutama orang
tua agar tidak terjerumus ke hal yang negatif.

2.6 Evaluasi
1. Apa saja faktor penyebab seks pranikah pada remaja
Minangkabau ?
a. Norma adat, peran keluarga, dan lingkungan
sekolah
b. Media massa, pengaruh teman, dan hubungan
dengan orang tua
c. Media massa, hubungan dengan orang tua,
dan lingkungan sekolah
d. Semua salah
2. Menurut Artha (2016) agar televisi berpengaruh
positif dalam pembentukan kebiasaan pada remaja,
hendaknya ...
a. Memberi batasan tayang pada televisi
b. Menayangkan program pembelajaran secara
berkala
c. Menayangkan acara dengan model perilaku
yang positif
d. Melakukan penyaringan acara televisi agar
menayangkan acara yang edukatif
3. Menurut Sarwono (2016), ketika remaja melihat
gambar-gambar pornografi maka remaja akan…

55
a. Membagikan dengan teman sebaya
b. Kaget dan mencari tahu lebih banyak
c. Terus mencari lebih banyak untuk
menuntaskan penasaran
d. Merasa tertantang dan menirunya ketika
sudah mulai terangsang
4. Yang merupakan faktor penyebab media massa
yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja
Minangkabau adalah…
a. Imitasi tontonan televisi dan smartphone
b. Berpacaran agar diakui kelompok
c. Berkurangnya rasa malu
d. Pengabaian orang tua
5. Yang bukan merupakan Pergeseran nilai pada remaja
Minangkabau adalah ...
a. Berkurangnya rasa malu
b. Berpacaran agar diakui kelompok
c. Hamil di luar nikah adalah hal yang biasa
d. Berboncengan dengan lawan jenis, berciuman
di depan umum
6. Yang merupakan faktor penyebab teman yang
mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja
Minangkabau adalah…
a. Imitasi tontonan televisi dan smartphone

56
b. Berpacaran agar diakui kelompok
c. Berkurangnya rasa malu
d. Pengabaian orang tua
7. Yang merupakan faktor penyebab hubungan dengan
orang tua yang mempengaruhi perilaku seks pranikah
remaja Minangkabau adalah…
a. Imitasi tontonan televisi dan smartphone
b. Berpacaran agar diakui kelompok
c. Berkurangnya rasa malu
d. Pengabaian orang tua
8. Penyebab terjadinya perilaku seksual pada remaja
menurut Haryani (2015) adalah ...
a. Bebasnya pergaulan dan maraknya
penggunaan smartphone tanpa pengawasan
pada remaja
b. Lingkungan yang mengalami pergeseran nilai
dan menganggap hal tabu menjadi lebih biasa
c. Kurangnya perhatian orang tua dan
pergeseran nilai yang terjadi pada keluarga
yang menyebabkan terjadinya perilaku
seksual pada remaja
d. Pengawasan dan perhatian orang tua yang
longgar, pola pergaulan bebas, lingkungan
yang bebas, semakin banyaknya hal-hal yang
memberikan rangsangan seksual

57
9. Dampak negatif yang akan terjadi ketika remaja
kurang mendapatkan perhatian orang tua, kecuali...
a. Perilaku seks pranikah
b. Mencari perhatian di tempat lain
c. Berperilaku tidak sesuai norma
d. Lebih dewasa dan bertanggung jawab
10. Mengapa adiksi smartphone lebih sering muncul
pada remaja dibandingkan dengan orang tua?
a. Karena remaja menggunakan smartphone 24
jam penuh untuk pendidikan
b. Pendidikan remaja yang sudah lebih tinggi
dan pelajaran yang lebih canggih
c. Tuntutan dari guru untuk selalu
memperhatikan aplikasi chat jika sewaktu-
waktu ada penugasan
d. Remaja mempunyai kecenderungan focus
dan cenderung aktif ketika menggunakan
media

58
2.7 Referensi

Adriani, S. 2012. Efek Menonton Film Porno Terhadap


Perilaku Seks Remaja di Kota Makassar. Makassar:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin.

Anisah, N. 2016. Efek Tayangan Pornografi Di Internet


Pada Perilaku Remaja Di Desa Suka Maju Kecamatan
Tenggarong Seberang. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial
Dan Politik Universitas Mulawarman: Samarinda

Artha, Dewi Juni. 2016. Pengaruh Pemilihan Tayangan


Televisi Terhadap Perkembangan Sosialisasi Anak.
Jurnal EduTech: Vol. 2 No. 1, ISSN: 2442-6024
e-ISSN: 2442-7063

Bauermeister, J; Elkingtron KB-C. 2010. Sexual


behavior and percieved peer norms: Comparting
perinatally infected and affected youth. Journal Youth
Adolescence.

John W. Santrock. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta:


Gelora Aksara Utama

Kwon M, Kim D-J, Cho H, Yang S. 2013. The


Smartphone Addiction Scale: Development and
Validation of a Short Version for Adolescents. https://
doi.org/10.1371/journal.pone.0083558

59
Meitasari. 2017. Perilaku Seksual Remaja Pengguna
Smartphone (Studi Kasus Di Ma Raudlatul Hidayah
Ma’Arif Nu 03 Lampung Timur). Jurnal Bimbingan
dan Konseling Ar-Rahman: Volume 3, Nomor 1.

Potard C, Courtois R, Rusch E. 2008. The influence of


peers on risky sexual behaviour during adolescence.
Eur J Contracept Reprod Health Care.

Santrock, J. W. 2011. Educational psychology, 5th


Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc

Sarwono, S. W. 2016. Psikologi Remaja Revisi. Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada

Willis, Sofyan S. 2017. Remaja Dan Masalahnya.


Bandung : CV Alfabeta

60
BAB 3
PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN
PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

3.1 Deskripsi Singkat


Orang tua selain memenuhi kebutuhan primer anak
diharapkan juga menunjukkan peran nyata sebagai
orang tua dalam keluarga. Tugas orang tua diharapkan
sebagai pendidik, panutan, pendamping, konselor serta
komunikator.

Modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran


peran orang tua dalam melakukan pencegahan perilaku
seksual pranikah pada remaja di Minangkabau. Peran
ini dapat dilakukan di dalam sebuah keluarga.

61
3.2 Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan pembelajaran umum
Setelah pembelajaran selesai, peserta bisa memahami
peran atau tugas orang tua untuk menghindari
tingkah laku seksual pranikah remaja Minangkabau
2. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah pembelajaran ini selesai, peserta mampu:
1) Menerangkan peran atau tugas orang tua sebagai
pendidik untuk menghindari tingkah laku
seksual pranikah pada remaja di Minangkabau
2) Menjelaskan peran atau tugas orang tua sebagai
panutan untuk menghindari tingkah laku seksual
pranikah remaja di Minangkabau
3) Menjelaskan peran atau tugas orang tua sebagai
pendamping untuk menghindari tingkah laku
seksual pranikah remaja di Minangkabau
4) Menjelaskan peran atau tugas orang tua sebagai
konselor untuk menghindari tingkah laku
seksual pranikah remaja di Minangkabau
5) Menjelaskan peran atau tugas orang tua sebagai
komunikator untuk menghindari tingkah laku
seksual pranikah pada remaja di Minangkabau

3.3 Langkah-Langkah Kegiatan


Modul ini membutuhkan waktu 45 menit.
Berikut kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk
memperlancar proses pembelajaran:

62
63
3.4 Peta Konsep

3.5 Uraian Materi

3.5.1 Pendidik

64
Pendidik merupakan orang yang mendidik atau
bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi
pelajar secara mental, moral, fisik, intelektual, dan
kecakapan lainnya. Pendidik pertama dan terpenting
yang bertanggung jawab atas perkembangan anak
dalam keluarga adalah ayah dan ibu (Helmawati,
2014).
a. Pendidikan Agama Bagi Anak
Tugas orang tua adalah menciptakan landasan
bagi pendidikan agama, mewujudkan ikatan erat,
hubungan hangat di dalam rumah, dan menjadikan
anak memahami kebiasaan baik dan buruk orang
(Haryani dkk, 2015).
Anak-anak menjadikan orang tua sebagai
panutan mereka. Orang tua juga menjadi panutan
bagi anak-anaknya yang perilakunya ditiru
dan diikuti. Melahirkan, membesarkan, dan
mengasuh dengan benar dapat menyebabkan
kemaslahatan antara dunia dan agama. Orang
tua ingin keturunan mereka menjadikan anak
yang taat dan setia karena mereka adalah
ahli waris dari orang tuanya (Hidayat, 2020).

b. Menjaga Kebersihan Diri


Orang tua harus mementingkan gaya hidup
sehat dan bersih untuk keturunan mereka. Anak-
anak terbiasa menjaga kebersihan tubuhnya
setiap saat. Perlakuan seperti ini oleh orang
tua memungkinkan anak untuk selalu menjaga
kebersihan pribadinya (Graha 2008).

65
Selain perannya sebagai role model, orang
tua harus mampu menjadi panutan agar senantiasa
menjadi pengingat tingkah laku dengan hidup
sehat dan bersih. Peran, kebiasaan hidup sehat dan
bersih anak akan meningkat.
c. Menutup Aurat
Setiap muslim diwajibkan menutup aurat.
Jika seseorang selalu menjaga aurat artinya muslim
tersebut menjaga nilai luhur ilmu islam dan
menanamkan eksistensi manusia yang dimuliakan
dari Allah SWT. (Al-azizi, 2015).
Supaya remaja terhindar dari tingkah
laku seksual pranikah pada remaja, maka Islam
mengatur kewajiban menutup aurat bagi semua
manusia. Pentingnya menutup aurat, terutama
wanita dalam mencegah pandangan syahwat oleh
pria. Kejahatan bisa mengancam keselamatan
wanita yang disebabkan oleh pakaian minim.
Pakaian minim memiliki banyak efek negatif, baik
pada orang lain yang memandang atau diri sendiri
memandang. Pengaruh negatif dapat berupa
pelecehan verbal atau perilaku.
Sebagai orang tua hendaklah
memperhatikan anaknya dalam berpakaian serta
mengajarkan anaknya untuk menutup aurat. Hal
ini merupakan salah satu upaya menghindari
perilaku-perilaku negatif, terutama perilaku
pelecehan seksual yang banyak terjadi pada usia
remaja.

66
d. Menjaga Pandangan
Firman Allah SWT memerintahkan
menahan pandangan mata, yang artinya:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
“Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya; yang demikian
itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”.
Dan katakanlah kepada wanita yang beriman:
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya”. (Qs an-Nûr/24: 30-31).
Awal terjadinya zina adalah pandangan
manusia, sehingga Allah SWT menciptakan
aturan “Menahan Pandangan” sebagai awal dari
perintah menjaga kemaluan. Seluruh peristiwa
yang memalukan dimulai dari mata, seperti api
besar dari percikan yang diremehkan. Dimulai
dengan melihat, berimajinasi, dan melangkah yang
berujung pada zina. Oleh karena itu, barang siapa
membuka mata untuk melihat apa yang dilarang
oleh Allah SWT telah menyeret dirinya ke dalam
jurang maksiat.
Tatapan mata manusia dapat membawa
seseorang kepada keburukan bahkan zina yang
dilarang oleh Allah SWT. Perzinahan, seperti
melihat lawan jenis, dapat dihindari dengan
menjauhkan pandangan dari maksiat yang dilarang
oleh Allah SWT.

67
e. Menjaga Tidak Berdua-Duaan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
telah memperingatkan dalam haditsnya yang
agung: “Tidaklah seorang lelaki berduaan dengan
seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah
setan.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad). Betapa
banyak orang yang mengabaikan bimbingan yang
mulia ini, akhirnya terjadilah apa yang terjadi.
Kita berlindung kepada-Nya dari perbuatan
tersebut. Berhubungan seks tanpa melalui proses
pernikahan adalah hal yang haram. Tidaklah
seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita
yang bukan mahramnya kecuali ketiganya adalah
setan (Husaini, 2001).
Cara menghindari seks pranikah pada
remaja, harus menjauhi pergaulan bebas. Karena,
Pergaulan tidak sehat bisa menjerumuskan kepada
perilaku seks pranikah. Berhubungan dengan
lawan jenis yang tidak terkendali seperti berdua-
duan bisa menuju kepada perilaku seks pranikah.
Oleh karena itu, pergaulan tidak sehat tidak
mencapai pada tingkah laku pacaran.

f. Tidak Berpenampilan Berlebih-Lebihan


Wanita Muslim dapat melindungi diri dari
seks di luar nikah. Faktor utama yang berkontribusi
terhadap perilaku seksual adalah mengekspos
aurat wanita secara bebas yang dilakukan oleh
lawan jenis, yang dengan cepat membuat lawan
jenis terangsang secara seksual. Oleh karena itu,
busana wanita muslim merupakan solusi untuk

68
menekan perilaku seks bebas pada remaja (Syukri,
2011).
Salah satu bentuk pengawasan dari orang
tua yang harus sangat diperhatikan adalah cara
berpakaian dari seorang anak. Pakaian yang
berlebihan dan tidak wajar akan menjerumuskan
anak ke hal yang negatif. Upaya menghindari hal
yang tidak diinginkan yaitu orang tua memberikan
masukan dan contoh mengenai pakaian yang baik
untuk anak.

g. Ibu Sebagai Pendidik Utama Dalam Keluarga


Tugas ibu adalah berperan besar dalam
mencegah kejadian yang tidak diinginkan dalam
membentuk kepribadian anak. Ibu diprioritaskan
sebagai landasan untuk mengajarkan nilai-nilai
agama, akhlak dan budi pekerti serta untuk
mencapai kehidupan keluarga yang harmonis.
Pada era saat ini, figur ibu semakin penting dan
berbagai tantangan lebih sulit dihadapi. Namun
tentu saja, seorang ibu yang kuat tidak akan
menyerah atau mengeluh jika menjalani seluruh
tantangan dalam hidup dengan kesadaran dan
kesabaran. (Pudjiwati, 1997).
Di sebagian besar keluarga, ibu memiliki
peran paling penting dalam merawat anak-anak
mereka. Seorang ibu yang telah berada di sisi
anaknya. Ibu memberi minum, makan, merawat,
dan bermain dengan anak-anaknya. Seorang
ibu dapat memberikan contoh ilmu yang baik
untuk keturunannya sejak dalam perut ketika

69
mengandung. Dengan kata lain, dengan berusaha
berpikir, cerdas, melakukan hal yang benar,
menyediakan makanan halal, dan memberikan
suasana yang menyenangkan bagi anak-anak.

h. Cara Mendidik Anak Dengan Tidak


Menghakimi, Menakut-Nakuti Tapi Mendidik
Anak Dengan Cara Yang Bersahabat Dan
Bahasa Yang Sesuai Dengan Anak Zaman
Sekarang
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi
yang menciptakan pengertian, kegembiraan, sikap
yang berpengaruh, hubungan dan perilaku yang
lebih baik, dan mencegah nasihat dari ibu dan
ayah yang dianggap sebagai angin lalu. Aturan
yang jelas dan terkomunikasikan dengan baik
adalah upaya pertama untuk mengoreksi perilaku
anak ketika mereka ingin dan mencegah remaja
melakukan hubungan seks pranikah. (Maulida,
2020).
Hal yang tidak diinginkan orang tua kadang
dilakukan oleh anak remaja. Namun, ini tidak
berarti bahwa ayah dan ibu dapat menyerang atau
mengkritik anak-anak mereka. Hindari melihat
remaja yang tidak mengerti hanya karena mereka
tidak memiliki pengalaman atau keterampilan
yang dipunyai oleh orang tuanya. Perlu diingat,
anak tidak selalu salah di mata orang tua.
Remaja biasanya memiliki keinginan untuk
mengkomunikasikan apa yang mereka pikirkan
dan rasakan. Oleh karena itu, ayah dan ibu bisa

70
mencoba meluangkan waktu untuk mendengarkan.
Bangun percakapan dua arah daripada “ceramah”
pada orang tua dan dorong remaja untuk hanya
mendengarkan. Alih-alih komunikasi yang lancar,
hal ini justru bisa membuat anak merasa lebih
merasa dihakimi. Orang tua juga didorong untuk
menghormati pendapat anak remajanya. Dengan
cara ini komunikasi yang lancar dapat terjalin
dengan lebih mudah.

i. Menjelaskan Bahaya Pornografi


Tugas orang tua dianggap sangat
diperlukan untuk menghindari  pornografi dan
kegiatan seksual di kalangan anak-anak dan
remaja. Salah satu caranya adalah dengan
menjelaskan bahaya pornografi secara langsung
kepada anak-anak. Menjelaskan bahaya pornografi
secara langsung kepada anak-anak menjadi salah
satu cara mencegah terjadinya pornografi. Adanya
keterbukaan Orang tua dan keinginan untuk
berdiskusi pada anak mereka tentang bahayanya
pornografi. Bagi orang dewasa seks telah menjadi
hal yang umum atau normal tapi menjelaskannya
kepada anak-anak dan remaja tentang seks
merupakan hal yang penting.
Membahas pornografi dan seks lebih
mudah ketika anak tumbuh dewasa dan tentu saja
dia sudah tertarik. Orang tua dapat menjelaskan
bahaya pornografi yang dapat mempengaruhi
pola pikir dan perilaku sehingga tidak fokus pada
tanggung jawab di sekolah, kurangnya semangat
belajar, bahkan ketagihan akan hal-hal negatif yang

71
mengarah pada seks pranikah, seperti: berciuman,
ciuman lidah, dan hubungan seksual dll.

j. Dampak Perilaku Seks Pranikah


Seks pranikah di kalangan remaja memiliki
efek beruntun atau multiplier effect (Soetjiningsih,
2008). Rahardjo (2008) melakukan penelitian yang
menemukan bahwa adanya dampak negatif dari
perilaku seksual pranikah yang hampir dialami
semua partisipan (98%). Artinya, mereka yang
menyetujui seks pranikah cenderung menganggap
seks pranikah berdampak negatif.
Pengaruh psikologis dari perilaku seksual
pranikah dapat mempengaruhi bagi remaja,
misalnya beban emosional, berkembangnya
perasaan bersalah dan berdosa, berkembangnya
kecemasan, rendah diri, memicu ketakutan, dan
kebosanan setelah menikah karena berhubungan
seks sebelum pernikahan. Untuk itu anak harus
diberikan pendidikan sejak dini agar tau dampak
dari perilaku seks pranikah.

72
3.5.2 Panutan

Orang tua adalah lingkungan sosial pertama


bagi seorang anak, orang yang menentukan kualitas
hidup anak, dan orang yang paling dekat dengannya
baik secara fisik maupun psikis, sehingga orang tua
merupakan peran sentral dalam kehidupan seorang
anak. Dalam sebuah keluarga, orang tua adalah peran
sentral di kehidupan anak sebab orang tua merupakan
lingkungan sosial pertama yang dikenal seorang
anak, sosok yang menentukan kualitas hidup seorang
anak, dan sosok yang dekat dengannya baik lahir dan
batin. Memberikan contoh teladan kepada anak-anak
oleh orang tua dalam bersosialisasi dan menjalani
kehidupan sehari-hari. Peran orang tua sebagai
suri tauladan atau figure panutan dapat terwujud
ketika tindakan orang tua menginspirasi anak-anak.
Akibatnya, sikap dan perilaku orang tua menjadi baik
dan buruk akan menjadi panutan bagi anak.

73
a. Ayah Sebagai Pemberi Contoh Teladan Yang
Utama Dalam Rumah
Orang tua khususnya ayah, sangat penting
mempunyai jiwa keteladanan sehingga mampu
menjadi panutan anak-anak. Ayah sebagai panutan
bagi anak-anaknya penting untuk memperkuat
nilai-nilai Islam pada anak-anaknya. Sehingga,
anak-anak terus berada di jalan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT melalui nasehat,
petunjuk dan petunjuk yang baik (Rohman, 2021).
Seorang ayah akan dijadikan panutan dalam
keluarga bagi anak dan istrinya.
Orang-orang di lingkungan sekitar anak,
salah satunya ayah dapat mempengaruhi perilaku
dan perkembangan anaknya. Oleh karena itu,
tidak heran jika para-ayah menjadi panutan bagi
anak-anaknya. Maka, ayah harus menjadi panutan
bagi anak. Tingkah laku yang baik seorang ayah
diteladani oleh anaknya dan menjadi dasar bagi
perkembangan kepribadiannya kelak. Begitu pula
sebaliknya, tingkah laku yang buruk diperlihatkan
dari seorang ayah akan dapat ditiru oleh anaknya
sendiri.

b. Ayah Memiliki Kewibawaan Dan Menjadi Orang


Yang Dihormati Oleh Anak
Kewibawaan tidak akan muncul ketika ayah
mampu memenuhi kebutuhan materi keluarganya.
Kewibawaan orang tua terlihat karena
kualitas ikatan seorang ayah dan keluarganya.
Hubungan yang baik dan harmonis berarti anak

74
memperlakukan orang tuanya dengan hormat.
Namun beberapa orang tua mungkin berpikir
bahwa semakin ketat dengan anak-anak, semakin
terlihat berwibawa mereka. Padahal, ketika
anak menjadi takut pada orang tuanya, reaksi
tersembunyi anak tersebut adalah rasa kesal, rasa
tidak hormat, bahkan kebencian terhadap orang
tuanya.

c. Sikap Lemah Lembut Dan Kasih Sayang Ibu


Yang Dibutuhkan Anak
Ketika ibu yang membesarkan anaknya
dengan kebaikan, kasih sayang dan keteguhan
memunculkan karakter anak yang bertanggung
jawab. Dalam hal pencegahan seks pranikah,
ketegasan dan sikap kasih sayang ibu terhadap
anaknya membentuk dirinya menjadi pribadi yang
baik dan membuatnya lebih memikirkan apa yang
dilarang, yaitu tidak melakukan hubungan seks
pranikah.

d. Ayah Memiliki Waktu Luang Khusus Bersama


Anak
Sebagian ayah masih percaya bahwa
membesarkan anak adalah semata-mata pekerjaan
ibu dan tidak memiliki kewajiban selain untuk
memenuhi kebutuhan materi istri dan anak.
Hal tersebut merupakan pendapat dan sudut
pandang yang keliru. Ayah harus terlibat dalam
membimbing, bermain dengan anak, berpartisipasi
dalam kegiatan sekolah, dan mendukung
perkembangan anak dalam kegiatan komunitas.

75
Ayah harus membagi waktu dengan anak agar
nantinya anak bisa lebih dekat dengannya.
Kedekatan seorang ayah dengan anak-anaknya
dan teladan yang diberikannya menginspirasi
mereka saat menjadi orang tua.

e. Ibu Harus Memiliki Pengetahuan Dan Pendidikan


Yang Cukup
Sebagai seorang wanita diharuskan
untuk mengetahui perannya sebagai seorang ibu
dan membekali dirinya dengan ilmu yang akan
membantunya memenuhi perannya.

Oleh karena itu, para ibu harus


dipersiapkan untuk memenuhi kewajibannya
sebagai istri bagi suami dan anak-anaknya,
didukung oleh pendidikan tinggi dan pengetahuan
yang luas, terutama keterampilan dan kemampuan
untuk mengatur kesejahteraan keluarga yang
harmonis. Seorang ibu tidak dapat berperan atau
bertindak selayaknya di hadapan anak jika tidak
mempersiapkan dirinya menjadi seorang ibu.
Dengan demikian, perilaku orang tua terkadang
dapat menyebabkan kerusakan moral kepada anak
tanpa disadari oleh orang tuanya sendiri.

f. Kemampuan Analisa Ibu


Masalah yang dihadapi oleh anak remaja
tidak selalu diceritakan kepada orang tuanya.
Sehingga orang tua sulit untuk memahami
masalah yang dihadapi anaknya. Remaja yang
sedang tumbuh harus siap menghadapi perubahan

76
yang cepat, maka diperlukan keahlian seorang ibu
untuk menganalisis perubahan perilaku remaja.

g. Ibu Memberi Contoh Dalam Bersikap Dan


Bertindak
Seorang anak dilahirkan dari kandungan
ibu, sehingga ibulah yang mempengaruhi
perkembangan pribadi, tingkah laku dan
akhlak anak. Sejak anak lahir, ia terus-menerus
memperhatikan dan mengamati gerak-gerik dan
tindakan ibunya. Dari perilaku ibu, anak akan
selalu meniru dan melihat apa yang dianut, dimiliki
dan diterapkan dalam kehidupannya. Pada masa
perkembangan anak, proses identifikasi dimulai
pada usia 3-5 tahun. Anak kemudian mempunyai
nilai-nilai, sikap dan tingkah laku dari ibu.
Sehingga, orang tua diharuskan dapat memberi
contoh yang baik bagi anak-anaknya.

77
3.5.3 Pendamping

Anak yang mengalami masa peralihan perlu


peran orang tua dalam membimbing masalah yang
dihadapi anak tersebut dan adanya kesabaran yang
lebih tentang perubahan anak. Peran pendamping
anak adalah untuk memungkinkan mereka berbagi
pengalaman, baik yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan, seolah-olah mereka memberi
tahu teman-teman mereka secara terbuka bahwa
mereka tidak menyembunyikan apa pun.

a. Orang Tua Mendampingi Anak Dalam


Bergaul, Bukan Memutuskan Dengan Siapa
Anak Berteman
Tidak diharuskan orang tua untuk
memutuskan dengan siapa anak-anak kita
berteman. Anak-anak yang menentukan sendiri
dengan siapa mereka akan berteman. Namun,

78
anak-anak harus diarahkan lebih bijak dalam
menentukan teman yang baik untuk mereka
dengan arahan dari orang tuanya. Orang tua bisa
mengkomunikasikan apa yang mereka anggap
perlu untuk membatasi perilaku menyimpang anak
mereka, merundingkan aturan dan menerapkan
nya dengan kesepakatan bersama. Hal ini dianggap
untuk meminimalkan pergaulan remaja yang salah
dan menanamkan pada anak-anak pandangan
dalam memilih teman baik dan teman buruk.

b. Orang Tua Menjadi Sahabat Untuk Anak


Selain sebagai pendidik dan juga teladan
bagi anak, orang tua juga dianjurkan menjadi
sahabat bagi anak. Apabila seorang anak
menganggap orang tua dapat dijadikan sahabat
atau teman dekat mereka, maka nantinya tidak
ada yang perlu ditutupi antara anak dan orang
tua. Sehingga, anak lebih sering bercerita dan
mendengarkan orang tuanya.

c. Mengetahui Siapa Saja Yang Menjadi Teman


Anak
Orang tua yang baik harus mengenal
dengan siapa anak mereka bergaul. Selalu
bertanya kepada sang anak akan pergi dimana,
kapan kembali ke rumah, dan kegiatan apa saja
yang telah dilakukan anak. Hendaknya orang tua
juga mengamati jika anak membawa temannya ke
rumah dan mengenal sahabat lain anaknya.

79
d. Memastikan Anak-Anak Bergaul Dengan
Anak-Anak Dan Lingkungan Yang Baik
Menurut Agustiani (2016) bahwa orang
tua harus berusaha untuk memperkenalkan
anak-anaknya ke lingkaran sosial dan teman
sebaya dengan menggunakan aturan seperti
memberikan pengawasan dan komunikasi yang
dapat meminimalkan risiko aktivitas seksual yang
berlebihan. Dengan adanya lingkungan yang baik
menjamin kehidupan yang positif bagi kesehatan
fisik dan mental anak serta perkembangannya.

3.5.4 Konselor

Orang yang memiliki pengalaman atau


keahlian dalam konsultasi disebut Konselor. Ketika
berhadapan dengan remaja, peran orang tua penting
untuk menjadi penasehat dalam keluarga khususnya
anak remaja. Remaja memiliki hubungan yang
paling dekat dengan orang tuanya, sehingga kita

80
dapat melihat situasi dan perilaku remaja yang
menginginkan sesuatu dari orang tuanya. Sebagai
orang tua yang membimbing anaknya mereka juga
menjadi konselor yang mendengarkan, menafsirkan,
membimbing, dan menginformasikan yang baik
dan benar kepada remaja. Selain itu, orang tua juga
harus menjadi perantara antara anak muda dengan
masa depan mereka dengan pembentukan dalam
masalahnya agar anak muda merasa nyaman saat
bersama orang tuanya (Clara, 2015). Seorang anak
dapat mengambil keputusan terbaik dengan diberikan
gambaran dan pertimbangan nilai positif dan negatif
oleh orang tua (BKKBN, 2009).

a. Komunikasi Yang Baik Antara Ayah Dan Ibu


Dalam Menggali, Menemukan Dan Membantu
Mencari Solusi Ketika Anak Bermasalah
Remaja yang terpengaruh oleh perilaku
menyimpang seksual pranikah melalui pertemanan
yang tanpa batas, kurangnya perhatian, pengawasan
dari orang tua, dan juga tanpa mendiskusikan
informasi, keterbukaan tentang seks antara orang
tua dan remaja, yang bisa mengakibatkan anak
mendapatkan akses kebebasan yang lebih tinggi.

b. Menjadi Pendengar Yang Baik


Peran orang tua sebagai pendengar yang
baik merupakan pengawasan terhadap anak secara
tidak langsung. Dari situ, orang tua akan melihat
bagaimana aktivitas anaknya sehari-hari, lingkungan
pergaulannya di luar rumah, dan mencermati

81
perkembangan anak. Hal tersebut akan berbeda
dengan orang tua yang selalu menginterogasi
anaknya. Interogasi akan berakibat pada sikap anak
yang malas berbagi cerita dengan orang tuanya, dan
anak akan menjadi tertutup. Dewasa ini, anak-anak
lebih cerdas ketimbang orang tuanya. Mereka pandai
untuk memutar balikkan fakta, ketika dirinya merasa
tersudut.

c. Ayah Memberikan Rasa Aman Dan Terlindungi


Untuk Anak
Di mata seorang anak, ayah adalah figur
yang protektif dan pemberani. Anak-anak merasa
di lindungi dan lebih aman dari bahaya ketika ayah
berada di dekat mereka. Anak juga belajar menjadi
pemberani dari ayahnya, karena anak adalah peniru
terbaik. Kesiapan bersosialisasi di lingkungan sangat
penting untuk anak.

d. Ibu Memberikan Kehangatan Dan Rasa Nyaman


Bagi Anak
Menurut Hulei (2006) bahwa seorang ibu
diharuskan mempunyai keahlian untuk merawat anak
dengan tepat karena seorang ibu merupakan tempat
permulaan anak bersekolah dan menjadikan landasan
pembelajaran kehidupan yang memungkinkan
mereka tumbuh secara fisik dan mental. Seorang ibu
dalam kehidupan seorang anak memiliki pengaruh
yang besar terhadap pertumbuhan anak, sehingga ibu
mengambil peran sebagai pemberi kasih sayang yang
tulus, kehangatan, sentuhan dalam bentuk pelukan,
ciuman, ajakan untuk berbicara, dan lain-lain, untuk
menciptakan rasa kenyamanan dalam keluarga

82
3.5.5 Komunikator

Sangat penting bagi remaja untuk


berkomunikasi dengan orang tuanya dalam
upaya mereka dapat mengontrol, memantau dan
mendukung anaknya. Tindakan orang tua tersebut
dapat memotivasi ke pemikiran yang positif ataupun
negatif oleh remaja, namun tergantung pola asuh
orang tua ketika komunikasi pada anak ( Sri Lestari,
2013).

a. Komunikasi Yang Baik Antara Orang Tua Dan


Anak
Figur orang tua dalam penanaman nilai dan
proses sosialisasi merupakan perang yang sangat
penting dalam komunikasi interpersonal, terutama
memberikan pemahaman terkait seks kepada remaja
(Gustina, 2017). Keluarga bukan satu-satunya yang
mempengaruhi perkembangan remaja, tetapi hal
efektif yang penting untuk melalui masa kritis remaja

83
yaitu dengan berkomunikasi interpersonal antara
anak dan orang tua

b. Menggunakan Kata-Kata Yang Sederhana Dan


Mudah Dipahami
Upaya awal untuk mengurangi terjadinya
tingkah laku seksual pranikah dapat dimulai
dengan figur dari orang tua untuk peningkatan
komunikasi. Ini diikuti oleh aturan yang dapat
ditegakkan dalam sistem keluarga untuk
membatasi sikap di luar apa yang dapat dilakukan
oleh setiap anggota keluarga. Saat berdiskusi
tentang pencegahan perilaku seksual, orang tua
dapat menjelaskan atau menginformasikan hal ini
dengan istilah yang sederhana dan dapat dipahami
oleh anak. Misalnya, orang tua dapat memberikan
alasan sederhana mengapa anak lawan jenis
dilarang berbagi kamar saat remaja.

c. Melatih Anak Terbuka


Membesarkan anak remaja tidak semudah
yang dibayangkan. Anak-anak akan mulai
mempunyai dunianya sendiri, dan sangat suka
menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah,
bertemu dengan teman-teman untuk mencari tahu
apa yang sebenarnya mereka inginkan. Tidak
dipungkiri bahwa remaja lebih terbuka dengan
teman-teman mereka daripada dengan orang
tuanya. Padahal, sudah menjadi kewajiban orang
tua untuk mengetahui tumbuh kembang anaknya,
termasuk menyadari permasalahan yang dihadapi
anaknya. Oleh karena itu, diperlukan pola asuh
yang tepat untuk mendorong anak agar mau lebih

84
terbuka dan percaya bahwa orang tua adalah
teman terbaik untuk berbagi cerita dibandingkan
dengan teman sebayanya. Misalnya, dimulai
dengan menjadi pendengar yang baik, memulai
komunikasi terlebih dahulu, tidak hanya meminta
anak bercerita mengenai kegiatannya seharian
tetapi orang tua juga menceritakan kegiatannya.

d. Tidak Membuka Rahasia Anak


Ketika orang tua tidak dapat menyimpan
rahasia anak mereka dan mengatakannya kepada
orang lain, hal tersebut dapat merusak kepercayaan
anak kepada ibu. Situasi ini akan membuat anak
kehilangan kepercayaan dirinya, bukan hanya
kepada orang tua, tetapi juga kepada orang lain.

e. Tidak Membuat Anak Menjadi Malu


Orang tua harus bisa menempatkan dirinya
ketika dengan anaknya dan orang lain. Sebagai
orang tua perlu menunjukkan bagaimana cara
bersosialisasi, bersikap ramah dengan orang lain.
Sehingga anak tidak akan malu ketika bertemu
dengan orang lain.

f. Ayah Menetapkan Aturan Bagi Anak - Anak


Peran ayah dalam menerapkan disiplin
yang cukup tinggi akan mengurangi kecenderungan
anak untuk berperilaku buruk, seperti marah,
bandel dan berperilaku menyimpang terutama
pada masa sekolahnya. Keterlibatan ayah juga
akan mengembangkan kemampuan anak untuk
berempati, bersikap penuh perhatian, serta

85
berhubungan sosial dengan lebih baik. Adanya
dukungan dari seorang ayah dapat membuat anak
perempuannya menstimulasi rasa ingin tahu, minat
menjelajah, dan kemampuan untuk bertindak
mandiri

g. Pengawasan Penerapan Aturan Oleh Ibu


Menerapkan aturan disiplin kepada anak
merupakan salah satu peran ibu. Dibanding dengan
ayah, keseharian anak lebih banyak bersama ibu.
Ibu dapat konsisten menerapkan aturan-aturan yang
telah disepakati bersama ayah. Ibu dapat berperan
sebagai pengawas tingkah laku anaknya. Dalam
pengawasan seorang ibu, anak akan berpikir dua
kali dalam melakukan pelanggaran aturan.

3.6 Evaluasi
1. Apa saja peran orang tua untuk mencegah terjadinya
tingkah laku seks pranikah remaja?
a. Pendidik, pengajar, pendamping, konselor,
komunikator
b. Pendidik, pendamping, penjaga, konselor,
komunikator
c. Pendidik, panutan, pendamping, konselor,
komunikator
d. Pendidik, pengajar, penjaga, konselor,
komunikator
2. Siapa yang seharusnya memberikan pendidikan
seksual kepada anak pertama kali?

86
a. Orang tua
b. Teman sekolah
c. Guru sekolah
d. Tetangga
3. Siapa pendidik utama dalam keluarga…
a. Nenek
b. Kakak
c. Ibu
d. Ayah
4. Apa peran ibu sebagai panutan dalam mencegah
terjadinya perilaku seksual pranikah pada remaja
Minangkabau?
a. Memberi contoh teladan dalam rumah
b. Memiliki kewibawaan dan sosok yang
dihormati
c. Memiliki waktu luang khusus bersama anak
d. Sikap lemah lembut dan kasih sayang kepada
anak
5. Apa saja peran ayah sebagai panutan untuk
menghindari terjadinya tingkah laku seksual
pranikah remaja Minangkabau ?
a. Memberi contoh teladan dalam rumah
b. Memiliki kewibawaan dan sosok yang
dihormati

87
c. Memiliki waktu luang khusus bersama anak
d. Semua benar
6. Tugas orang tua sebagai pendamping untuk
menghindari perilaku seksual pranikah remaja
Minangkabau adalah …
a. Memastikan anak-anak bergaul dengan
anak-anak dan lingkungan yang baik
b. Pendidikan agama bagi anak
c. Menjadi pendengar yang baik
d. Semua benar
7. Peran orang tua sebagai pendamping dalam
pergaulan anak dalam memilih teman harus …
a. Membatasi pergaulan anak
b. Memilih-milih dengan siapa anak akan
berteman
c. Memberikan gambaran teman yang baik
atau buruk pada anak
d. Memutuskan dengan siapa anak harus
berteman
8. Tugas orang tua sebagai komunikator untuk
menghindari tingkah laku seksual pranikah remaja
Minangkabau adalah…
a. Memakai kata yang mudah dimengerti dan
sederhana
b. Menjadi pendengar yang baik

88
c. Ayah memberikan rasa aman dan terlindungi
untuk anak
d. Ibu memberikan kehangatan dan rasa
nyaman bagi anak
9. Tugas orang tua sebagai konselor dalam
pencegahan perilaku seksual pranikah pada remaja
Minangkabau adalah…
a. Komunikasi yang baik antara orang tua dan
anak
b. Menjadi pendengar yang baik
c. Menggunakan kata-kata yang sederhana
dan mudah dipahami
d. Melatih anak terbuka
10. Peran orang tua sebagai pendidik untuk
menghindari tingkah laku seksual pranikah remaja
Minangkabau adalah…
a. Memastikan anak-anak bergaul dengan
anak-anak dan lingkungan yang baik
b. Pendidikan agama bagi anak
c. Menjadi pendengar yang baik
d. Semua benar

89
3.7 Referensi

Al-Azizi, Abdul Syukur. 2015. Buku Lengkap Fiqh


Wanita. Yogyakarta: DIVA Press

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.


2009. Buku Penyuluhan Bina Keluarga Remaja
[internet]. Available from: http:// www.bkkbn.
go.id.

Clara Wagner, Lauren Alloy and Lyn Abramson.


2015. Trait Rumination, Depression, and
Executive Function in Early Adolenscence.
Journal of Youth & Adolenscence, vol. 44

Graha, C. 2008. Keberhasilan Anak Di Tangan


Orang Tua : Panduan Bagi Orang Tua Untuk
Memahami Perannya Dalam Membantu
Keberhasilan Anak. Jakarta : PT Elex Media

Haryani Dkk. 2015. Peran Orang Tua Berhubungan


dengan Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja di
SMKN 1 Sedayu. Jurnal Ners dan Kebidanan
Indonesia: Vol.3 No.3

Helmawati. 2014. Pendidikan Keluarga. Bandung:


ROSDA.

Husaini, Adian. 2001. Rajam dalam Arus Budaya


Syahwat. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

90
Lestari, s. 2013. Psikologi Keluarga. Jakarta: kencana
prenada media group

Pudjiwati, Sayogyo. 1997. Peranan Wanita Dalam


Perkembangan Masyarakat Desa. Jakarta: CV
Rajawali

Rohman, Abdul. 2021. Peran Keteladanan Ayah


Mendidik Aanak yang Berakhlakul Karimah
dan Pemimpin Masa Depan Dalam Perspektif
Islam. Jurnal Hukum Keluarga dan Peradilan
Islam : Vol. 2, no. 2, ISSN: 2745-8741(p),
2746-3990 (e), doi: 10.15575/as.v2i2.14330

Soetjiningsih. 2008. Tumbuh kembang remaja dan


permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Syukri, Muhammad Yusuf. 2011. Busana Islami di


Nanggroe Syariat. Banda Aceh: Dinas Syariat
Islam

91

Anda mungkin juga menyukai