Pencegahan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Minangkabau Melalui Peran Orang Tua
Pencegahan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Minangkabau Melalui Peran Orang Tua
Penulis :
Dewi Susanti, SST, M.Keb
Erwani, SKM, M.Kes
Aprizal Ponda, SKM, M.Kes
Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani, SST, M. Keb, Ph.D
Editor :
Ari Indra Susanti, SST, M.Keb
Dian Purnama, S.Pd.
Desain Cover :
Apriliyanto Rhamadhan, S.Pd.
Penata Letak :
Lila Andana Fitri, S.T.
Diterbitkan oleh :
CV. Penulis Cerdas Indonesia
Anggota IKAPI No. 280/JTI/2021
Jalan Selat Karimata E6/No. 1
Kota Malang
E-mail: Idbookstore.official@gmail.com
Website: Idbookstore.id
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena
atas izinNya Buku Kesehatan Reproduksi Pencegahan Perilaku Seks
Pranikah Pada Remaja Minangkabau Melalui Peran Orang Tua.
dapat diselesaikan dengan baik.
Buku ini dibuat sebagai pedoman bagi orang tua dalam
memberikan pendidikan kesehatan dan materi pembelajarannya dapat
digunakan sebagai bahan belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan orang tua dalam pencegahan perilaku seks pranikah pada
remaja.
Buku ini disusun dari hasil kajian literatur dan hasil penelitian
kualitatif yang menghasilkan faktor penyebab perilaku seks pranikah dan
variabel peran orang tua dalam mencegah perilaku seks pra nikah pada
remaja
Tentu saja, buku ini tidak dapat memenuhi apa yang diinginkan
oleh semua pembaca. Apabila pembaca ingin menggali lebih dalam,
bisa membaca pada sumber yang ada di Daftar Pustaka. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan saran dari para pembaca. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penerbitan modul ini.
Dalam memenuhi keinginan masing-masing pembaca, buku ini
tentu saja tidak sepenuhnya memenuhi apa yang dibutuhkan pembaca.
Jadi jika pembaca ingin mendalami tentang pembahasan ini, bisa
membaca sumber-sumber yang ada di daftar pustaka.
Terakhir, penulis mengucapkan terima kasih bagi semua pihak
yang telah berkontribusi terhadap terbitnya buku ini.
iii
iv
DAFTAR ISI
v
2.5 Uraian Materi.................................................... 42
2.5.1 Media Massa................................................. 42
2.5.2 Pengaruh Teman............................................ 46
2.5.3 Pergeseran Nilai............................................ 49
2.5.4 Hubungan Dengan Orang Tua ...................... 51
2.6 Evaluasi ............................................................. 55
2.7 Referensi............................................................. 59
BAB 3 PERAN ORANG TUA DALAM
PENCEGAHAN PERILAKU SEKSUAL
PRANIKAH PADA REMAJA................................... 61
3.1 Deskripsi Singkat.............................................. 61
3.2 Tujuan Pembelajaran ....................................... 62
3.3 Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran.... 62
3.4 Peta Konsep....................................................... 64
3.5 Uraian Materi.................................................... 64
3.5.1 Pendidik......................................................... 64
3.5.2 Panutan.......................................................... 73
3.5.3 Pendamping................................................... 78
3.5.4 Konselor......................................................... 80
3.5.5 Komunikator.................................................. 83
3.6 Evaluasi ............................................................. 86
3.7 Referensi............................................................. 90
vi
TENTANG MODUL
1. Latar belakang
Analisa situasi
Di Indonesia setiap tahunnya tingkah laku seks
pranikah khususnya pada anak muda terus meningkat.
Pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2017, menerangkan 1,5% remaja perempuan
dan 7,8% remaja laki-laki telah melakukan hubungan
seks pranikah, lebih dari 60% remaja tidak mengetahui
tentang adanya infeksi menular seksual, sedangkan
75, 4% remaja tidak memakai alat kontrasepsi ketika
berhubungan seks. Di Indonesia, remaja yang memiliki
hubungan dengan lawan jenis cenderung semakin
terbuka dan berani, seperti remaja perempuan 64% dan
laki-laki 75% berpegangan tangan ketika berpacaran,
sedangkan remaja perempuan 17 % dan laki-laki 33%
berpelukan ketika bersama. Dalam berhubungan seperti
berciuman 50% remaja laki-laki dan perempuan 30%
telah dilakukan, sedangkan Meraba atau merangsang
dilakukan oleh remaja perempuan 5% dan laki-laki 22%.
Melakukan hubungan intim atau seksual 2% remaja
perempuan dan 8% remaja laki-laki . Kehamilan yang
tidak diinginkan terjadi sekitar 12% dan dilaporkan
oleh remaja perempuan dan yang mempunyai pasangan
dengan kehamilan yang tidak diinginkan 7% oleh remaja
laki-laki. Sehingga, 19% remaja laki-laki dan 23%
remaja perempuan mengetahui bahwa teman mereka
telah melakukan aborsi (SDKI, 2017).
Salah satu program pemerintah untuk
menanggulangi permasalahan tersebut dengan Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR) yang dipelopori International
1
Conference of Population and Development (ICPD) pada
tahun 1994 di Cairo. Namun kenyataan nya tidak sejalan
dengan rencana, meskipun telah melaksanakan program
KRR tidak dapat menurunkan angka tingkah laku seks
bebas, aborsi, Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), dan
IMS yaitu AIDS/ HIV. Hal tersebut terlihat dari tingginya
angka kejadian KTD di Indonesia berdasarkan SDKI
tahun 2012, bahwa remaja mengalami KTD sebanyak
30%, sementara itu kejadian aborsi mencapai 2,4 juta per
tahun.
Dasar Hukum
Merujuk pada Undang-Undang Republik
Indonesia (UU RI) Nomor 35 tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, terutama pada pasal
72 yang mempertegas peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan perlindungan anak dilakukan dengan
cara:
1) Memberikan informasi melalui sosialisasi dan
edukasi mengenai hak anak dan peraturan perundang-
undangan tentang anak
2) Memberikan masukan dalam perumusan kebijakan
yang terkait Perlindungan anak
3) Melaporkan kepada pihak berwenang jika terjadi
pelanggaran Hak anak
4) Berperan aktif dalam proses rehabilitasi dan
reintegrasi sosial bagi anak
5) Melakukan pemantauan, pengawasan dan ikut
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
2
perlindungan anak
6) Menyediakan sarana dan prasarana serta menciptakan
suasana kondusif untuk tumbuh kembang anak
7) Berperan aktif dengan menghilangkan pelabelan
negatif terhadap anak korban
8) Memberikan ruang kepada anak untuk dapat
berpartisipasi dan menyampaikan pendapat
Salah satu strategi dalam mengatasi hal tersebut,
yaitu meningkatkan kapasitas bagi peran orang tua
untuk mencegah dan merespon tingkah laku seks
pranikah yang dialami khususnya bagi remaja. Untuk
itu, penulis menyusun buku peran orang tua pada remaja
dalam mencegah perilaku seks pranikah sebagai usaha
penanggulangan terjadinya kasus seksual pranikah pada
remaja.
2. Tujuan dan sasaran
Tujuan
1) Buku yang berisikan modul ini ditulis sebagai
pegangan untuk orang tua dalam memberikan edukasi
secara langsung pada remaja terkait pencegahan
perilaku seks pranikah.
2) Buku ini digunakan sebagai pegangan bagi orang
tua untuk mencegah perilaku seks pranikah dengan
meningkatkan kapasitas remaja.
Sasaran
1) Buku ini bisa digunakan secara langsung oleh orang
tua.
3
2) Modul ini juga dapat digunakan secara tidak langsung
oleh remaja.
3. Cara menggunakan Modul
Sebaiknya setiap sesi pada modul ini dilakukan berturut-
turut sebab adanya kesinambungan pada sesi sebelumnya,
tetapi kalau tidak memungkinkan dan tidak punya waktu
yang lama, setiap modul atau topik bisa dilakukan secara
terpisah ketika melaksanakan pertemuan, baik mingguan
atau bulanan.
Setiap modul, terdapat langkah-langkah dan tahapan-
tahapan yang harus dilaksanakan dalam mejalankan
sesi bersama dengan peserta. Fasilitator diharuskan
menyiapkan bahan-bahan atau material yang diperlukan
sebagai alat bantu sehingga dapat melancarkan dan
memudahkan pelaksanaan dalam setiap sesi dari modul
ini.
Fasilitator perlu mengamati hal-hal berikut ini:
1) Memakai acuan dalam berperilaku sopan,
komunikasi yang baik, dan hal berbahasa perlu
diperhatikan dalam adat istiadat setempat.
2) Membangun ikatan dengan peserta secara baik,
dengan menjadi pendengar dalam memahami
apa saja yang diperlukan bagi peserta seperti
dorongan kepada peserta dalam berpartisipasi
aktif dan berpendapat.
3) Berpatokan pada tujuan sesi dengan
memperhatikan dan berusaha menjalankan sesi
tersebut.
4) Saling menghormati dalam memahami kesamaan
4
posisi fasilitator dan peserta
5) Setiap peserta diberi kesempatan yang sama
untuk memberikan pendapat, berpartisipasi, dan
menyetujui atau tidak setuju dalam melaksanakan
kegiatan.
6) Mempunyai kefahaman dalam hak-hak, gender,
reproduksi, dan kesehatan seksual.
7) Menghargai setiap pendapat meskipun berbeda-
beda, norma, nilai, yang mungkin pernah
dialami oleh peserta dan masyarakat, dan tidak
menyalahkan peserta.
8) Dalam melaksanakan kegiatan sesi perlu
diperhatikan kondisi peserta, seperti kemampuan
mengikuti kegiatan maupun kemampuan
penerimaan.
9) Menggunakan bahasa yang sederhana, tidak
vulgar, dan sesuai dengan adat istiadat yang
berlaku.
10) Kreatif dan fleksibel ketika memakai modul,
aktivitas, bahan-bahan atau materi yang
disediakan dan disesuaikan dengan kondisi dan
peserta ketika mengikuti pelatihan.
Hal yang perlu diperhatikan:
a. Waktu dan tempat diskusi
1) Waktu untuk melaksanakan kegiatan
harus disepakati bersama dengan peserta.
2) Disarankan untuk tempat diskusi memilih
tempat yang nyaman dan tertutup sesuai
5
dengan kesepakatan fasilitator dan orang
tua
3) Telah mendiskusikan terlebih dahulu
bersama peserta, kalau tempat tersebut
outdoor, aman, dan nyaman untuk peserta.
4) Diperlukannya susunan aturan dalam
tempat duduk bagi peserta, sehingga
seluruh peserta yang ada dalam diskusi
disarankan saling memandang satu sama
lain seperti bentuk lingkaran.
5) Makanan dan minuman harus disiapkan
sesuai dengan persetujuan bersama.
6) Kotak Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K) diperlukan untuk
mengantisipasi ketika terjadi kecelakaan
ringan atau berat.
b. Pemanasan dan Pemberi Semangat
1) Untuk mencairkan suasana dengan
nyaman, dimulai dengan diskusi atau
pelatihan seperti bermain dan berkenalan
satu sama lain.
2) Peserta dapat menyarankan permainan
apa yang mereka inginkan kalau semangat
peserta mulai turun.
4. Evaluasi dan umpan balik
Evaluasi dan umpan balik bertujuan untuk memahami
peningkatan pengetahuan peserta pelatihan yang
dilaksanakan dalam setiap pelatihan. Beberapa tata cara
6
dalam melakukan evaluasi dan umpan balik ketika
melakukan pelatihan, sebagai berikut:
1) Pre-test merupakan proses sebelum peserta
mendapatkan pelatihan, sehingga fasilitator
dapat mengetahui kemampuan dan pengetahuan
peserta.
2) Post-test adalah proses akhir, yaitu setelah peserta
mendapatkan pelatihan akan ada perubahan
yang terjadi pada peserta yang dapat dilihat oleh
fasilitator.
3) Mempersiapkan lembar atau kertas pre-test dan
post-test sebanyak-banyaknya pada halaman 11
sesuai jumlah peserta.
4) Sebelum sesi dimulai akan dilakukan kegiatan
Pre-test. Soal pre-test, terdiri dari:
• No 1- No 10 Untuk Materi 1
• No 11- No 20 Untuk Materi 2
• No 21- No 30 Untuk Materi 3
5) Post-test dilakukan 2 bulan setelah pelatihan dan
pemberian modul
6) Di akhir pelatihan atau diskusi, peserta diminta
untuk memberikan umpan balik terkait hal apa
yang peserta rasakan mengenai manfaat yang
didapat dan perbaikan hal apa yang diinginkan
untuk pelatihan selanjutnya.
Cara menilai pre-test dan post-test, yaitu:
1) Lembar pre-test dan post-test jangan disatukan.
7
2) Pada lampiran halaman terakhir dari modul ini
harus disesuaikan jawaban pada lembar peserta
dengan kunci jawaban.
3) Setelah menerima hasil dari lembar jawaban
peserta, fasilitator dapat membandingkan atau
mengevaluasi hasil pre-test dan post-test peserta.
4) Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa adanya peningkatan atau perubahan
pengetahuan pada peserta atau tidak.
5) Berdasarkan hasil tersebut, fasilitator dapat
menyimpulkan apakah ada perubahan atau
peningkatan pengetahuan pada peserta.
8
tidak mendukung, sehingga fasilitator bisa terjebak
dalam logika, adanya pemaksaan opini fasilitator dan
dapat mendorong peluang “penghakiman” pada opini
dan pengalaman tertentu. Dalam kegiatan ini, fasilitator
diharuskan mengerti bahwa partisipasi menjadi salah
satu tolak ukur ketika melakukan kegiatan.
9
10
LEMBAR EVALUASI
TUJUAN
Sebelum pelatihan dimulai, peserta akan membahas topik
tentang perilaku seksual pranikah pada remaja menurut
pandangan mereka sehingga fasilitator dapat mengetahui
gambaran pengetahuan peserta.
METODE
Pre-test diisi oleh peserta
ALAT BANTU
Lembar atau kertas pre-test
WAKTU
10 menit menggunakan pena (pena bolpen)
LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Dimulai dengan memberitahu apa tujuan
pembelajaran pada peserta.
2. Semua peserta diberi lembar lembar pre-test.
3. Memberitahu kepada peserta bahwa ini bukan tes
untuk mengukur pengetahuan.
4. Menyarangkan tidak melihat jawaban peserta lain
ketika mengisi lembar pre-test
5. Mengumpulkan lembar pre-test setelah peserta
selesai mengisi.
6. Mengucapkan terima kasih untuk menutup sesi
11
pembelajaran
7. Berikan semangat kepada semua peserta untuk
memulai sesi ini dengan riang gembira.
8. Sesi dimulai dengan suasana riang gembira dengan
memberikan semangat ke semua peserta.
12
Nama Peserta:
Petunjuk : Pilih salah satu jawaban yang benar !
1. Apa yang dimaksud dengan seksual pranikah?
a. Mendapatkan kenikmatan dengan bersenang-
senang bersama lawan jenis
b. Melakukan hubungan seksual tanpa melalui
proses pernikahan yang resmi menurut
hukum dan agama
c. Perilaku yang didorong dari hasrat seksual
antara lawan jenis atau sesama jenis
d. Kegiatan untuk memperoleh kenikmatan
seksual melalui berbagai tindakan
2. Apa yang dimaksud dengan masturbasi?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual
3. Apa yang dimaksud dengan bersenggama?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada
13
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual
4. Apa yang dimaksud dengan cunnilingus?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual
5. Apa yang dimaksud dengan fellatio?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual
14
6. Di bawah ini adalah faktor-faktor yang tidak
mempengaruhi seks pranikah...…
a. Penundaan usia perkawinan
b. Edukasi seks sejak dini
c. Tabu atau larangan
d. Meningkatnya libido seksual
7. Dampak psikologis yang timbul akibat melakukan
seksual pranikah?
a. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD),
tindakan aborsi, penyakit menular seksual
(PMS), dan HIV/AIDS.
b. Dikucilkan, putus sekolah, menjadi figur ibu,
tidak adanya kesiapan, serta tekanan dari
lingkungan.
c. Perasaan senang, puas, percaya diri,
membanggakan, dan sombong
d. Perasaan marah, depresi, rendah diri, takut,
berdosa, dan bersalah telah melakukan seks.
8. Pengaruh sosial yang timbul akibat melakukan seks
pranikah?
a. Kehamilan tidak diinginkan, tindakan aborsi,
penyakit menular seksual (PMS), dan HIV/
AIDS
b. Dikucilkan, putus sekolah, perubahan peran
menjadi ibu, belum memiliki kesiapan, serta
tekanan dari masyarakat.
15
c. Perasaan senang, puas, percaya diri,
membanggakan, dan sombong
d. Perasaan marah, depresi, rendah diri, takut,
berdosa, dan bersalah telah melakukan seks.
9. Pengaruh fisik yang timbul akibat melakukan seks
pranikah?
a. Kehamilan tidak diinginkan, tindakan aborsi,
penyakit menular seksual (PMS), dan HIV/
AIDS
b. Dikucilkan, putus sekolah, perubahan peran
menjadi ibu, belum memiliki kesiapan, serta
tekanan dari masyarakat.
c. Perasaan senang, puas, percaya diri,
membanggakan, dan sombong
d. Perasaan bersalah, rendah diri, depresi,
marah, takut, dan berdosa.
10. Apa saja faktor yang mendorong remaja melakukan
seks pranikah bagi
a. Orang tua tertutup, kurangnya pengetahuan
tentang seksual pranikah, pergaulan tidak
sehat, meningkatnya hasrat seksual,
keingintahuan, pengawasan yang kurang, dan
ada kesempatan melakukan seksual pranikah.
b. Tingginya angka remaja bersekolah, bekerja
kelompok, aktivitas remaja yang sering
berjumpa serta pemilihan teman sebaya
c. Adanya rasa cinta dan suka kepada
pasangannya, berpikir bahwa seks adalah
16
bagian dari cinta, penuh rasa ingin tahu, ingin
mencobanya.
d. Kurangnya pengawasan dari orang tua dan
guru
11. Apa saja faktor penyebab seks pranikah pada remaja
Minangkabau?
a. Norma adat, peran keluarga, dan lingkungan
sekolah
b. Media massa, pengaruh teman, dan ikatan
bersama orang tua
c. Media massa, ikatan bersama orang tua, dan
lingkungan sekolah
d. Semua salah
12. Menurut Artha (2016), supaya siaran televisi
memberikan dampak positif untuk membentuk
kebiasaan pada remaja, hendaknya ...
a. Menyiarkan siaran tv dengan cerminan
tingkah laku yang positif
b. Memberikan batasan tayang pada televisi
c. Melakukan penyaringan acara televisi agar
menayangkan acara yang edukatif
d. Menanyakan program pembelajaran secara
berkala
17
13. Menurut Sarwono (2016), perilaku apa yang remaja
akan lakukan ketika melihat gambar pornografi …
a. Merasa tertarik dan menirunya ketika sudah
mulai terangsang
b. Terus mencari lebih banyak untuk
menuntaskan penasaran
c. Kaget dan mencari tahu lebih banyak
d. Membagikan dengan teman sebaya
14. Yang merupakan faktor penyebab media massa
yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja
Minangkabau adalah…
a. Imitasi tontonan televisi dan smartphone
b. Berpacaran agar diakui kelompok
c. Berkurangnya rasa malu
d. Pengabaian orang tua
15. Yang bukan merupakan pergeseran nilai pada remaja
Minangkabau adalah ...
a. Berpacaran agar diakui kelompok
b. Berkurangnya rasa malu
c. Berboncengan dengan lawan jenis, berciuman
di depan umum
d. Hamil di luar nikah merupakan hal yang
umum
18
16. Yang merupakan faktor penyebab teman yang
mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja
Minangkabau adalah…
a. Imitasi tontonan televisi dan smartphone
b. Berpacaran agar diakui kelompok
c. Berkurangnya rasa malu
d. Pengabaian orang tua
17. Yang merupakan faktor penyebab hubungan dengan
orang tua yang mempengaruhi tingkah laku seksual
pranikah pada remaja Minangkabau adalah…
a. Imitasi tontonan televisi dan smartphone
b. Berpacaran agar diakui kelompok
c. Berkurangnya rasa malu
d. Pengabaian orang tua
18. Pemicu terjadinya tingkah laku seksual remaja
menurut Haryani (2015) yaitu ...
a. Bebasnya pergaulan dan maraknya
penggunaan smartphone tanpa pengawasan
pada remaja
b. Lingkungan yang mengalami pergeseran nilai
dan menganggap hal tabu menjadi lebih biasa
c. Kurangnya perhatian orang tua dan pergeseran
nilai yang terjadi pada keluarga yang memicu
terjadi tingkah laku seksual bagi remaja
d. Adanya kelonggaran dari perhatian dan
19
pengawasan orang tua, berada di lingkungan
bebas, masuk pergaulan yang bebas, hal
yang memberikan rangsangan seks semakin
banyak
19. Berikut ini, dampak negatif yang akan terjadi ketika
remaja kurang mendapatkan perhatian orang tua,
kecuali...
a. Perilaku seks pranikah
b. Mencari perhatian di tempat lain
c. Berperilaku tidak sesuai norma
d. Lebih dewasa dan bertanggung jawab
20. Mengapa adiksi smartphone lebih sering muncul
pada remaja dibandingkan dengan orang tua?
a. Karena remaja menggunakan smartphone 24
jam penuh untuk pendidikan
b. Pendidikan remaja yang sudah lebih tinggi
dan pelajaran yang lebih canggih
c. Tuntutan dari guru untuk selalu
memperhatikan aplikasi chat jika sewaktu-
waktu ada penugasan
d. Remaja mempunyai kecenderungan fokus
dan cenderung aktif ketika menggunakan
media
21. Apa saja peran orang tua untuk menghindari
terjadinya tingkah laku seksual pranikah bagi remaja?
a. Pendidik, pengajar, pendamping, konselor,
20
komunikator
b. Pendidik, pendamping, penjaga, konselor,
komunikator
c. Pendidik, panutan, pendamping, konselor,
komunikator
d. Pendidik, pengajar, penjaga, konselor,
komunikator
22. Siapa yang seharusnya memberikan pendidikan
seksual kepada anak pertama kali
a. Orang tua
b. Teman sekolah
c. Guru sekolah
d. Tetangga
23. Siapa pendidik utama dalam keluarga?
a. Nenek
b. Kakak
c. Ibu
d. Ayah
24. Apa peran ibu sebagai panutan dalam mencegah
terjadinya perilaku seksual pranikah pada remaja
Minangkabau?
a. Memberi contoh teladan dalam rumah
b. Memiliki kewibawaan dan sosok yang
dihormati
21
c. Memiliki waktu luang khusus bersama anak
d. Sikap lemah lembut dan kasih sayang
kepada anak
25. Apa saja peran ayah sebagai panutan untuk
menghindari terjadinya tingkah laku seksual pranikah
bagi remaja Minangkabau ?
a. Memberi contoh teladan dalam rumah
b. Memiliki kewibawaan dan sosok yang
dihormati
c. Memiliki waktu luang khusus bersama anak
d. Semua benar
26. Tugas orang tua sebagai pendamping untuk
menghindari tingkah laku seks pranikah bagi remaja
Minangkabau, adalah …
a. Memastikan anak-anak bergaul dengan
anak-anak dan lingkungan yang baik
b. Pendidikan agama bagi anak
c. Menjadi pendengar yang baik
d. Semua benar
27. Peran orang tua sebagai pendamping dalam pergaulan
anak dalam memilih teman harus…
a. Membatasi pergaulan anak
b. Memilih-milih dengan siapa anak akan
berteman
c. Memberikan gambaran teman yang baik
22
atau buruk pada anak
d. Memutuskan dengan siapa anak harus
berteman
28. Figur orang tua sebagai komunikator untuk
menghindari tingkah laku seks pranikah bagi remaja
Minangkabau adalah…
a. Memakai bahasa yang mudah dimengerti
dan sederhana
b. Menjadi pendengar yang baik
c. Ayah memberikan rasa aman dan terlindungi
untuk anak
d. Ibu memberikan kehangatan dan rasa
nyaman bagi anak
29. Tugas orang tua sebagai konselor untuk menghindari
seksual pranikah bagi remaja Minangkabau adalah…
a. Mempunyai komunikasi secara baik antara
anak dan orang tua
b. Menjadi pendengar yang baik
c. Memakai bahasa yang mudah dimengerti
dan sederhana.
d. Melatih anak terbuka
30. Tugas orang tua sebagai konselor untuk menghindari
seksual pranikah bagi remaja Minangkabau adalah…
a. Memastikan anak-anak bergaul dengan
anak-anak dan lingkungan yang baik
23
b. Pendidikan agama bagi anak
c. Menjadi pendengar yang baik
d. Semua benar
24
BAB 1
KONSEP DASAR PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH
25
1.2 Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan pembelajaran umum
Setelah pembelajaran selesai, peserta bisa melakukan
pencegahan perilaku pranikah seksual
2. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah pembelajaran selesai, peserta bisa:
1) Menerangkan definisi perilaku seksual pranikah
2) Menerangkan bentuk perilaku seksual pranikah
3) Menjelaskan faktor—faktor yang menimbulkan
tingkah laku seksual
4) Menjelaskan pengaruh tingkah laku seks pranikah
26
1.4 Peta konsep
27
1.5 Uraian materi
28
No. Bentuk Perilaku Definisi
Seksual
1 Perasaan tertarik Adanya keinginan remaja
melakukan tingkah laku seks
seperti rasa cinta,rasa suka,
dan rasa sayang.
2 Berkencan Saling mengunjungi ke ru-
mah pasangan dan berduaan
bersama pacar merupakan
aktivitas remaja ketika ber-
pacaran.
29
Sedangkan, menurut Crooks & Baur
(2016) perilaku seksual remaja meliputi
1. Masturbasi
Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual disebut masturbasi.
2. Ekspresi seksual noncoital
Seks noncoital merupakan sentuhan tubuh erotis
terkait dengan, pegangan (holding), sentuhan
(touching), ciuman (kissing), dan stimulasi oral-
genital atau stimulasi manual, tapi bukan koitus.
a. Ciuman (kissing) biasanya dilakukan oleh
sepasang kekasih dengan bibir, kissing
mengarah yang penuh kasih sayang dan
lebih lembut. Ciuman dengan mulut
terbuka memiliki niat yang lebih seksual
(french kissing atau deep).
b. Sentuhan (touching) arti dasar seksualitas
manusia dibagi dengan orang lain. Sentuhan
merupakan bentuk hubungan utama, suara
tenang yang menghindari jebakan verbal
dengan mengekspresikan emosinya.
c. Stimulasi oral-genital merupakan kegiatan
dari pasangan ke pasangannya yang
dilakukan secara bersamaan. Ada dua jenis
stimulasi oral-genital, yaitu fellatio dan
cunnilingus. Fellatio adalah kegiatan yang
dilakukan oleh perempuan terhadap penis
pasangannya yaitu laki-laki, sedangkan
cunnilingus merupakan aktivitas stimulasi
30
oral dilakukan oleh pria pada vagina
pasangan.
31
tidak dapat menahan diri. Orang tua menganggap
membahas seks secara terbuka adalah tabu
karena ketidaktahuan ataupun sikapnya dalam
menangani hal ini, sehingga orang tua lebih
membuat jarak dengan anak yang terkait pada
hal yang bersifat seksual. Akibatnya, perilaku
seksual yang tidak diharapkan muncul kepada
remaja.
4. Kurangnya informasi tentang seks
Adanya teknologi canggih seperti media massa
dapat menyebarkan informasi dan rangsangan
seksual yang menyebabkan pelanggaran semakin
meningkat dengan menggunakan internet, telepon
genggam, VCD, video cassette, dan lain-lain.
Remaja yang tidak pernah diinformasikan
tentang masalah seksual oleh orang tuanya dapat
mendorong remaja yang sedang menstruasi untuk
penasaran dan mencoba meniru yang mereka
dengar dan lihat di media massa.
5. Pergaulan yang semakin bebas
Semakin bebasnya pergaulan antara perempuan
dan laki-laki di masyarakat, karena kedudukan
perempuan semakin sejajar dengan laki-laki
dalam berkembangnya peran dan pendidikan
bagi perempuan.
32
dampak sosial atau fisik yang diperlihatkan. Namun,
perilaku seksual yang dampaknya benar-benar serius
terjadi adalah kemungkinan masuknya sperma ke dalam
vagina perempuan yang menjadi sebagian dari tingkah
laku seksual.
Beberapa dampak negatif yang dapat
ditimbulkan dari seksual pranikah pada remaja,
diantaranya berikut ini:
33
positif kepada remaja dengan mendirikan organisasi anti
seks.
1.6 Evaluasi
1. Apakah seksual pranikah itu ?
a. Memperoleh kenikmatan dengan bersenang-
senang bersama lawan jenis.
b. Melakukan hubungan seksual tanpa melalui
proses pernikahan resmi menurut hukum
maupun agama
c. Perilaku didorong karena adanya hasrat
seksual dengan pasangan lawan jenis atau
pasangan sesama jenis
d. Berbagai perilaku dilakukan untuk
mendapatkan kesenangan pada organ seksual
2. Apa yang dimaksud dengan masturbasi?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual
3. Apa yang dimaksud dengan bersenggama?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada
34
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual
4. Apa yang dimaksud dengan cunnilingus?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual
5. Apa yang dimaksud dengan fellatio?
a. Perempuan melakukan stimulasi oral pada
penis pasangannya
b. Laki-laki melakukan stimulasi oral pada
vagina pasangannya
c. Persiapan remaja untuk hubungan seksual
dengan pacar
d. Merangsang alat kelamin sendiri untuk
kenikmatan seksual
35
6. Contoh faktor yang bukan termasuk dampak seksual
pranikah adalah …
a. Penundaan usia perkawinan
b. Edukasi seks sejak dini
c. Tabu atau larangan
d. Meningkatnya libido seksual
7. Dampak psikologis yang timbul akibat melakukan
seksual pranikah?
a. Kehamilan tidak diinginkan, tindakan aborsi,
penyakit menular seksual (PMS), dan HIV/
AIDS
b. Dikucilkan, putus sekolah, perubahan peran
menjadi ibu, belum memiliki kesiapan, serta
tekanan dari masyarakat.
c. Perasaan senang, puas, percaya diri,
membanggakan, dan sombong
d. Merasa bersalah, rendah diri, depresi,
kemarahan, ketakutan, dan merasa berdosa.
8. Dampak sosial apa yang timbul akibat melakukan
seks pranikah?
a. Kehamilan tidak diinginkan, tindakan aborsi,
penyakit menular seksual (PMS), dan HIV/
AIDS
b. Dikucilkan, putus sekolah, perubahan peran
menjadi ibu, belum memiliki kesiapan, serta
tekanan dari masyarakat.
36
c. Perasaan senang, puas, percaya diri,
membanggakan, dan sombong
d. Merasa bersalah, rendah diri, depresi,
kemarahan, ketakutan, dan merasa berdosa.
9. Dampak fisik apa yang timbul akibat melakukan seks
pranikah?
a. Kehamilan tidak diinginkan, tindakan aborsi,
penyakit menular seksual (PMS), dan HIV/
AIDS
b. Dikucilkan, putus sekolah, perubahan peran
menjadi ibu, belum memiliki kesiapan, serta
tekanan dari masyarakat.
c. Perasaan senang, puas, percaya diri,
membanggakan, dan sombong
d. Merasa bersalah, rendah diri, depresi,
kemarahan, ketakutan, dan merasa berdosa.
10. Faktor-faktor apa yang menyebabkan remaja
melakukan seksual pranikah?
a. Meningkatnya pergaulan bebas, hasrat
seksual, rasa ingin tahu, kurangnya
edukasi tentang seksual, tertutup nya orang
tua membahas seksual, dan penurunan
pengawasan yang memunculkan potensi atau
peluang melakukan seksual pranikah.
b. Tingginya angka remaja bersekolah, bekerja
kelompok, aktivitas remaja yang sering
berjumpa serta pemilihan teman sebaya
c. Adanya perasaan cinta dan suka kepada
37
pacar/pasangan, menganggap seks menjadi
bagian dari cinta, keingintahuan tinggi, dan
ingin mencoba.
d. Kurangnya pengawasan dari orang tua dan
guru
1.7 Referensi
38
BAB 2
FAKTOR PENYEBAB PERILAKU SEKSUAL
PRANIKAH PADA REMAJA SUKU MINANGKABAU
39
2.2 Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan pembelajaran umum
Setelah pembelajaran ini selesai, peserta dapat
memahami faktor penyebab perilaku seksual
pranikah pada remaja Minangkabau
2. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah pembelajaran ini selesai, peserta mampu:
1) Menjelaskan faktor media massa penyebab
perilaku seksual pranikah pada remaja
Minangkabau
2) Menjelaskan faktor pengaruh teman penyebab
perilaku seksual pranikah pada remaja
Minangkabau
3) Menjelaskan faktor pergeseran nilai penyebab
perilaku seksual pranikah pada remaja
Minangkabau
4) Menjelaskan faktor hubungan dengan orang tua
penyebab perilaku seksual pranikah pada remaja
Minangkabau
40
1. Langkah 1 (15 menit)
2. Langkah 2 (30 menit)
41
2.4 Peta Konsep
42
globalisasi berkembang sangat pesat, dan dampak
komunikasi dan informasi yang cepat dan tanpa
hambatan akan mempercepat perubahan perilaku,
baik positif maupun negatif.
43
lain, sexting dapat didefinisikan sebagai mengirim,
menerima, atau mengirimkan pesan, foto, atau gambar
seksual eksplisit melalui smartphone, komputer, atau
perangkat digital lainnya (Dewi R & Murtiningsih
M, 2020).
Remaja yang memiliki smartphone dapat
memberikan efek positif dan negatif. seperti
pengaruh negatif menggunakan smartphone adalah
penyimpangan perilaku seksual di kalangan anak
muda. Intensitas penggunaan smartphone pada
remaja sangat sering sekali. Dengan dipermudahnya
akses media informasi pada smartphone, maka
dampak negatif dari kenakalan remaja tidak dapat
dihindarkan (Meitasari, 2017).
Menurut Sarwono (2016) bahwa remaja
pada masa periode nya, memiliki keinginan untuk
mengetahui, meniru, dan mencoba tergantung yang
dilihat dan didengar melalui media. Maka dari itu,
remaja akan merasa tertantang untuk menirukan nya
dan mulai terangsang saat remaja melihat gambar
porno tersebut.
44
diperkenalkan dengan media baru (Kwon et al, 2013).
Para remaja yang sering mengakses video
atau foto yang berbau pornografi yang berasal dari
internet, merupakan perilaku seksual yang sangat
ditakuti karena dapat menjadikan remaja tersebut
kecanduan terhadap tayangan pornografi. Apabila
remaja menyukai hal yang berbau pornografi akan
memunculkan dorongan untuk terus mencari materi
pornografi, efek tersebut akan sering dialami oleh
konsumen yang membutuhkan hal tersebut. Adanya
pemicu tingkah laku yang menyimpang di kalangan
remaja disebabkan oleh pecandu terus mengalami
peningkatan kebutuhan untuk mencari tayangan
pornografi (Armando dalam Anisah, 2016).
Media massa berperan besar dalam
memberikan informasi tentang seksualitas dan
kenakalan anak muda. Remaja yang belum
sepenuhnya memahami seksualitas mencoba untuk
meniru apa yang mereka dengar atau lihat. Adanya
dorongan seseorang untuk berhubungan seks
disebabkan kebiasaan menonton video seks atau
porno. Kegiatan tersebut bisa dilakukan melalui
masturbasi atau langsung dengan lawan jenis atau
sesama jenis.
45
menonton film porno terhadap perilaku remaja adalah
berkembangnya imitasi yang mengkhawatirkan.
Peristiwa dalam film memotivasi dan mendorong
kaum muda untuk meniru dan mempraktekkan apa
yang mereka lihat (Adriani, 2012).
46
norma yang cenderung dikembangkan oleh remaja
sendiri. Berikut adalah bentuk-bentuk faktor teman
yang mempengaruhi tingkah laku seksual pranikah di
Minangkabau khususnya pada remaja.
47
dengan pasangannya, mereka mengalami penerimaan
sosial yang lebih besar, kompetensi persahabatan,
dan kompetensi yang akan mereka rasakan. Hal yang
dialami remaja dalam keromantisan bukan hanya
memberikan dampak positif tapi juga berdampak
negatif, yaitu menyebabkan remaja dapat terlibat
dalam penyalahgunaan obat terlarang, perilaku
seksual, dan kenakalan remaja atau pergaulan bebas
(Furman, Low & Ho dalam Santrok, 2011).
Perilaku seksual pranikah dapat dimotivasi
oleh kasih sayang didominasi oleh rasa kedekatan
atau hasrat yang kuat terhadap pasangan, tanpa
komitmen atau janji yang jelas antara pasangan
karena dipengaruhi oleh kelompok (konformitas).
Remaja ingin menjadi bagian dari suatu kelompok
sesuai dengan norma yang dianut oleh kelompok
tersebut. Dalam hal ini, kelompok tersebut sudah
melakukan tingkah laku seks pranikah.
48
2.5.3 Pergeseran Nilai
49
(misalnya) preferensi untuk ditemani lawan jenis,
yang berkembang menjadi perilaku yang biasa
dikonsumsi oleh publik, yaitu berkencan atau
pacaran. Istilah pacaran atau berkencan untuk remaja
bukanlah hal baru. Bahkan kebanyakan anak remaja
yang menganggap masa puber adalah masa pacaran,
sehingga remaja yang tidak pacaran dipandang kolot,
ketinggalan zaman, dan kurang bersosialisasi.
50
d. Hamil Luar Nikah Hal Yang Biasa
Pada era sekarang, banyak remaja yang
menikah dini karena aktivitas seksual yang tidak
terkontrol dan kehamilan yang tidak diharapkan
akibat hubungan seksual yang berlebihan, sehingga
terjadi kehamilan tanpa melalui proses pernikahan
pada remaja putri. Di masa lalu, kehamilan di luar
nikah dipandang sebagai kecelakaan dan tabu.
Namun, sekarang sudah umum dimana seorang
wanita yang sudah hamil duluan, sebelum melakukan
pernikahan (Hartanto, 2017).
51
seseorang yang lebih berhati-hati, percaya diri, dan
mampu bertanggung jawab. Rasa percaya diri dan
rasa tanggung jawab ini, sangat dibutuhkan sebagai
dasar pembentukan kepribadian positif pada anak.
Setiap orang tua, pasti menginginkan hal
terbaik untuk anaknya sendiri, rasa kekhawatiran
yang berlebihan membuat orang tua melakukan
berbagai cara, agar anak tidak melakukan perbuatan
yang menyimpang, dan dapat menjaga nama baik
diri sendiri, keluarga, dan orang tua. Terkadang
pendidikan yang diberikan secara berlebihan, dapat
mengekang keinginan anak, sehingga membuat anak
mudah untuk mencoba melakukan hal-hal yang tidak
sewajarnya dilakukan. (Willis, 2017).
Pada saat anak beranjak dewasa, banyak
permasalahan yang akan dialaminya, termasuk
masalah dalam penyesuaian diri. Orang tua
memainkan peran besar karena remaja memiliki
banyak waktu luang dalam keluarga mereka. Remaja
dapat lebih mudah melihat dan memahami perubahan-
perubahan yang terjadi dalam dirinya apabila
diberikan penjelasan dan arahan dalam suasana yang
terbuka dan harmonis. Berikut hubungan antara
orang tua dan remaja yang mempengaruhi tingkah
laku seksual pranikah di Minangkabau.
a. Rasa Aman Dalam Keluarga
Rasa aman merupakan kebutuhan dasar semua
manusia dan hanya bisa didapatkan melalui “sebuah
hubungan yang penuh kehangatan dan dilandasi
rasa percaya”. Jika hal ini didapatkan, maka akan
membuat seseorang/individu merasa bahwa dirinya
52
dicintai, diinginkan, dan dihargai. Perasaan aman
ini merupakan sebuah konsep yang bertumpu pada
pandangan subjektif dari individu dalam melihat
dirinya terkait dengan dunia di sekitarnya.
Anak akan merasa aman jika kebutuhan
dasarnya terpenuhi, seperti kebutuhan akan makan
dan minum. Anak juga akan merasa aman, jika
mereka dapat mempercayai orangtuanya yang selalu
hadir, saat dibutuhkan ketika mereka merasakan
ada ancaman. Kehadiran orangtua dengan cara ini,
menjadikan anaknya pribadi yang percaya diri dan
memiliki keyakinan bahwa dunia di sekitarnya.
Meskipun tidak selalu aman, namun relatif akan dapat
dikelola dan dihadapi sehingga akan menjadi tempat
yang cukup stabil dan aman untuk perkembangan
dirinya.
Jangan sampai tidak adanya rasa aman dan
rasa percaya di dalam rumah membuat anak lari ke
tempat yang salah. Jadi, ciptakan sebuah hubungan
yang penuh kehangatan. Menyayangi anak dengan
seringnya memberikan pelukan dan suara yang
lembut, serta perhatian yang dibutuhkan anak.
53
dianggap benar. Hal tersebut cenderung membuat
anak beranggapan bahwa kebiasaan orang tuanya
adalah benar dan patut diteladani.
54
buruk untuk perkembangan anak di masa depan. Pada
masa remaja, anak sangat membutuhkan dukungan
moral dan dukungan dari keluarga, terutama orang
tua agar tidak terjerumus ke hal yang negatif.
2.6 Evaluasi
1. Apa saja faktor penyebab seks pranikah pada remaja
Minangkabau ?
a. Norma adat, peran keluarga, dan lingkungan
sekolah
b. Media massa, pengaruh teman, dan hubungan
dengan orang tua
c. Media massa, hubungan dengan orang tua,
dan lingkungan sekolah
d. Semua salah
2. Menurut Artha (2016) agar televisi berpengaruh
positif dalam pembentukan kebiasaan pada remaja,
hendaknya ...
a. Memberi batasan tayang pada televisi
b. Menayangkan program pembelajaran secara
berkala
c. Menayangkan acara dengan model perilaku
yang positif
d. Melakukan penyaringan acara televisi agar
menayangkan acara yang edukatif
3. Menurut Sarwono (2016), ketika remaja melihat
gambar-gambar pornografi maka remaja akan…
55
a. Membagikan dengan teman sebaya
b. Kaget dan mencari tahu lebih banyak
c. Terus mencari lebih banyak untuk
menuntaskan penasaran
d. Merasa tertantang dan menirunya ketika
sudah mulai terangsang
4. Yang merupakan faktor penyebab media massa
yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja
Minangkabau adalah…
a. Imitasi tontonan televisi dan smartphone
b. Berpacaran agar diakui kelompok
c. Berkurangnya rasa malu
d. Pengabaian orang tua
5. Yang bukan merupakan Pergeseran nilai pada remaja
Minangkabau adalah ...
a. Berkurangnya rasa malu
b. Berpacaran agar diakui kelompok
c. Hamil di luar nikah adalah hal yang biasa
d. Berboncengan dengan lawan jenis, berciuman
di depan umum
6. Yang merupakan faktor penyebab teman yang
mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja
Minangkabau adalah…
a. Imitasi tontonan televisi dan smartphone
56
b. Berpacaran agar diakui kelompok
c. Berkurangnya rasa malu
d. Pengabaian orang tua
7. Yang merupakan faktor penyebab hubungan dengan
orang tua yang mempengaruhi perilaku seks pranikah
remaja Minangkabau adalah…
a. Imitasi tontonan televisi dan smartphone
b. Berpacaran agar diakui kelompok
c. Berkurangnya rasa malu
d. Pengabaian orang tua
8. Penyebab terjadinya perilaku seksual pada remaja
menurut Haryani (2015) adalah ...
a. Bebasnya pergaulan dan maraknya
penggunaan smartphone tanpa pengawasan
pada remaja
b. Lingkungan yang mengalami pergeseran nilai
dan menganggap hal tabu menjadi lebih biasa
c. Kurangnya perhatian orang tua dan
pergeseran nilai yang terjadi pada keluarga
yang menyebabkan terjadinya perilaku
seksual pada remaja
d. Pengawasan dan perhatian orang tua yang
longgar, pola pergaulan bebas, lingkungan
yang bebas, semakin banyaknya hal-hal yang
memberikan rangsangan seksual
57
9. Dampak negatif yang akan terjadi ketika remaja
kurang mendapatkan perhatian orang tua, kecuali...
a. Perilaku seks pranikah
b. Mencari perhatian di tempat lain
c. Berperilaku tidak sesuai norma
d. Lebih dewasa dan bertanggung jawab
10. Mengapa adiksi smartphone lebih sering muncul
pada remaja dibandingkan dengan orang tua?
a. Karena remaja menggunakan smartphone 24
jam penuh untuk pendidikan
b. Pendidikan remaja yang sudah lebih tinggi
dan pelajaran yang lebih canggih
c. Tuntutan dari guru untuk selalu
memperhatikan aplikasi chat jika sewaktu-
waktu ada penugasan
d. Remaja mempunyai kecenderungan focus
dan cenderung aktif ketika menggunakan
media
58
2.7 Referensi
59
Meitasari. 2017. Perilaku Seksual Remaja Pengguna
Smartphone (Studi Kasus Di Ma Raudlatul Hidayah
Ma’Arif Nu 03 Lampung Timur). Jurnal Bimbingan
dan Konseling Ar-Rahman: Volume 3, Nomor 1.
60
BAB 3
PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN
PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA
61
3.2 Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan pembelajaran umum
Setelah pembelajaran selesai, peserta bisa memahami
peran atau tugas orang tua untuk menghindari
tingkah laku seksual pranikah remaja Minangkabau
2. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah pembelajaran ini selesai, peserta mampu:
1) Menerangkan peran atau tugas orang tua sebagai
pendidik untuk menghindari tingkah laku
seksual pranikah pada remaja di Minangkabau
2) Menjelaskan peran atau tugas orang tua sebagai
panutan untuk menghindari tingkah laku seksual
pranikah remaja di Minangkabau
3) Menjelaskan peran atau tugas orang tua sebagai
pendamping untuk menghindari tingkah laku
seksual pranikah remaja di Minangkabau
4) Menjelaskan peran atau tugas orang tua sebagai
konselor untuk menghindari tingkah laku
seksual pranikah remaja di Minangkabau
5) Menjelaskan peran atau tugas orang tua sebagai
komunikator untuk menghindari tingkah laku
seksual pranikah pada remaja di Minangkabau
62
63
3.4 Peta Konsep
3.5.1 Pendidik
64
Pendidik merupakan orang yang mendidik atau
bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi
pelajar secara mental, moral, fisik, intelektual, dan
kecakapan lainnya. Pendidik pertama dan terpenting
yang bertanggung jawab atas perkembangan anak
dalam keluarga adalah ayah dan ibu (Helmawati,
2014).
a. Pendidikan Agama Bagi Anak
Tugas orang tua adalah menciptakan landasan
bagi pendidikan agama, mewujudkan ikatan erat,
hubungan hangat di dalam rumah, dan menjadikan
anak memahami kebiasaan baik dan buruk orang
(Haryani dkk, 2015).
Anak-anak menjadikan orang tua sebagai
panutan mereka. Orang tua juga menjadi panutan
bagi anak-anaknya yang perilakunya ditiru
dan diikuti. Melahirkan, membesarkan, dan
mengasuh dengan benar dapat menyebabkan
kemaslahatan antara dunia dan agama. Orang
tua ingin keturunan mereka menjadikan anak
yang taat dan setia karena mereka adalah
ahli waris dari orang tuanya (Hidayat, 2020).
65
Selain perannya sebagai role model, orang
tua harus mampu menjadi panutan agar senantiasa
menjadi pengingat tingkah laku dengan hidup
sehat dan bersih. Peran, kebiasaan hidup sehat dan
bersih anak akan meningkat.
c. Menutup Aurat
Setiap muslim diwajibkan menutup aurat.
Jika seseorang selalu menjaga aurat artinya muslim
tersebut menjaga nilai luhur ilmu islam dan
menanamkan eksistensi manusia yang dimuliakan
dari Allah SWT. (Al-azizi, 2015).
Supaya remaja terhindar dari tingkah
laku seksual pranikah pada remaja, maka Islam
mengatur kewajiban menutup aurat bagi semua
manusia. Pentingnya menutup aurat, terutama
wanita dalam mencegah pandangan syahwat oleh
pria. Kejahatan bisa mengancam keselamatan
wanita yang disebabkan oleh pakaian minim.
Pakaian minim memiliki banyak efek negatif, baik
pada orang lain yang memandang atau diri sendiri
memandang. Pengaruh negatif dapat berupa
pelecehan verbal atau perilaku.
Sebagai orang tua hendaklah
memperhatikan anaknya dalam berpakaian serta
mengajarkan anaknya untuk menutup aurat. Hal
ini merupakan salah satu upaya menghindari
perilaku-perilaku negatif, terutama perilaku
pelecehan seksual yang banyak terjadi pada usia
remaja.
66
d. Menjaga Pandangan
Firman Allah SWT memerintahkan
menahan pandangan mata, yang artinya:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
“Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya; yang demikian
itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”.
Dan katakanlah kepada wanita yang beriman:
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya”. (Qs an-Nûr/24: 30-31).
Awal terjadinya zina adalah pandangan
manusia, sehingga Allah SWT menciptakan
aturan “Menahan Pandangan” sebagai awal dari
perintah menjaga kemaluan. Seluruh peristiwa
yang memalukan dimulai dari mata, seperti api
besar dari percikan yang diremehkan. Dimulai
dengan melihat, berimajinasi, dan melangkah yang
berujung pada zina. Oleh karena itu, barang siapa
membuka mata untuk melihat apa yang dilarang
oleh Allah SWT telah menyeret dirinya ke dalam
jurang maksiat.
Tatapan mata manusia dapat membawa
seseorang kepada keburukan bahkan zina yang
dilarang oleh Allah SWT. Perzinahan, seperti
melihat lawan jenis, dapat dihindari dengan
menjauhkan pandangan dari maksiat yang dilarang
oleh Allah SWT.
67
e. Menjaga Tidak Berdua-Duaan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
telah memperingatkan dalam haditsnya yang
agung: “Tidaklah seorang lelaki berduaan dengan
seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah
setan.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad). Betapa
banyak orang yang mengabaikan bimbingan yang
mulia ini, akhirnya terjadilah apa yang terjadi.
Kita berlindung kepada-Nya dari perbuatan
tersebut. Berhubungan seks tanpa melalui proses
pernikahan adalah hal yang haram. Tidaklah
seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita
yang bukan mahramnya kecuali ketiganya adalah
setan (Husaini, 2001).
Cara menghindari seks pranikah pada
remaja, harus menjauhi pergaulan bebas. Karena,
Pergaulan tidak sehat bisa menjerumuskan kepada
perilaku seks pranikah. Berhubungan dengan
lawan jenis yang tidak terkendali seperti berdua-
duan bisa menuju kepada perilaku seks pranikah.
Oleh karena itu, pergaulan tidak sehat tidak
mencapai pada tingkah laku pacaran.
68
menekan perilaku seks bebas pada remaja (Syukri,
2011).
Salah satu bentuk pengawasan dari orang
tua yang harus sangat diperhatikan adalah cara
berpakaian dari seorang anak. Pakaian yang
berlebihan dan tidak wajar akan menjerumuskan
anak ke hal yang negatif. Upaya menghindari hal
yang tidak diinginkan yaitu orang tua memberikan
masukan dan contoh mengenai pakaian yang baik
untuk anak.
69
mengandung. Dengan kata lain, dengan berusaha
berpikir, cerdas, melakukan hal yang benar,
menyediakan makanan halal, dan memberikan
suasana yang menyenangkan bagi anak-anak.
70
mencoba meluangkan waktu untuk mendengarkan.
Bangun percakapan dua arah daripada “ceramah”
pada orang tua dan dorong remaja untuk hanya
mendengarkan. Alih-alih komunikasi yang lancar,
hal ini justru bisa membuat anak merasa lebih
merasa dihakimi. Orang tua juga didorong untuk
menghormati pendapat anak remajanya. Dengan
cara ini komunikasi yang lancar dapat terjalin
dengan lebih mudah.
71
mengarah pada seks pranikah, seperti: berciuman,
ciuman lidah, dan hubungan seksual dll.
72
3.5.2 Panutan
73
a. Ayah Sebagai Pemberi Contoh Teladan Yang
Utama Dalam Rumah
Orang tua khususnya ayah, sangat penting
mempunyai jiwa keteladanan sehingga mampu
menjadi panutan anak-anak. Ayah sebagai panutan
bagi anak-anaknya penting untuk memperkuat
nilai-nilai Islam pada anak-anaknya. Sehingga,
anak-anak terus berada di jalan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT melalui nasehat,
petunjuk dan petunjuk yang baik (Rohman, 2021).
Seorang ayah akan dijadikan panutan dalam
keluarga bagi anak dan istrinya.
Orang-orang di lingkungan sekitar anak,
salah satunya ayah dapat mempengaruhi perilaku
dan perkembangan anaknya. Oleh karena itu,
tidak heran jika para-ayah menjadi panutan bagi
anak-anaknya. Maka, ayah harus menjadi panutan
bagi anak. Tingkah laku yang baik seorang ayah
diteladani oleh anaknya dan menjadi dasar bagi
perkembangan kepribadiannya kelak. Begitu pula
sebaliknya, tingkah laku yang buruk diperlihatkan
dari seorang ayah akan dapat ditiru oleh anaknya
sendiri.
74
memperlakukan orang tuanya dengan hormat.
Namun beberapa orang tua mungkin berpikir
bahwa semakin ketat dengan anak-anak, semakin
terlihat berwibawa mereka. Padahal, ketika
anak menjadi takut pada orang tuanya, reaksi
tersembunyi anak tersebut adalah rasa kesal, rasa
tidak hormat, bahkan kebencian terhadap orang
tuanya.
75
Ayah harus membagi waktu dengan anak agar
nantinya anak bisa lebih dekat dengannya.
Kedekatan seorang ayah dengan anak-anaknya
dan teladan yang diberikannya menginspirasi
mereka saat menjadi orang tua.
76
yang cepat, maka diperlukan keahlian seorang ibu
untuk menganalisis perubahan perilaku remaja.
77
3.5.3 Pendamping
78
anak-anak harus diarahkan lebih bijak dalam
menentukan teman yang baik untuk mereka
dengan arahan dari orang tuanya. Orang tua bisa
mengkomunikasikan apa yang mereka anggap
perlu untuk membatasi perilaku menyimpang anak
mereka, merundingkan aturan dan menerapkan
nya dengan kesepakatan bersama. Hal ini dianggap
untuk meminimalkan pergaulan remaja yang salah
dan menanamkan pada anak-anak pandangan
dalam memilih teman baik dan teman buruk.
79
d. Memastikan Anak-Anak Bergaul Dengan
Anak-Anak Dan Lingkungan Yang Baik
Menurut Agustiani (2016) bahwa orang
tua harus berusaha untuk memperkenalkan
anak-anaknya ke lingkaran sosial dan teman
sebaya dengan menggunakan aturan seperti
memberikan pengawasan dan komunikasi yang
dapat meminimalkan risiko aktivitas seksual yang
berlebihan. Dengan adanya lingkungan yang baik
menjamin kehidupan yang positif bagi kesehatan
fisik dan mental anak serta perkembangannya.
3.5.4 Konselor
80
dapat melihat situasi dan perilaku remaja yang
menginginkan sesuatu dari orang tuanya. Sebagai
orang tua yang membimbing anaknya mereka juga
menjadi konselor yang mendengarkan, menafsirkan,
membimbing, dan menginformasikan yang baik
dan benar kepada remaja. Selain itu, orang tua juga
harus menjadi perantara antara anak muda dengan
masa depan mereka dengan pembentukan dalam
masalahnya agar anak muda merasa nyaman saat
bersama orang tuanya (Clara, 2015). Seorang anak
dapat mengambil keputusan terbaik dengan diberikan
gambaran dan pertimbangan nilai positif dan negatif
oleh orang tua (BKKBN, 2009).
81
perkembangan anak. Hal tersebut akan berbeda
dengan orang tua yang selalu menginterogasi
anaknya. Interogasi akan berakibat pada sikap anak
yang malas berbagi cerita dengan orang tuanya, dan
anak akan menjadi tertutup. Dewasa ini, anak-anak
lebih cerdas ketimbang orang tuanya. Mereka pandai
untuk memutar balikkan fakta, ketika dirinya merasa
tersudut.
82
3.5.5 Komunikator
83
yaitu dengan berkomunikasi interpersonal antara
anak dan orang tua
84
terbuka dan percaya bahwa orang tua adalah
teman terbaik untuk berbagi cerita dibandingkan
dengan teman sebayanya. Misalnya, dimulai
dengan menjadi pendengar yang baik, memulai
komunikasi terlebih dahulu, tidak hanya meminta
anak bercerita mengenai kegiatannya seharian
tetapi orang tua juga menceritakan kegiatannya.
85
berhubungan sosial dengan lebih baik. Adanya
dukungan dari seorang ayah dapat membuat anak
perempuannya menstimulasi rasa ingin tahu, minat
menjelajah, dan kemampuan untuk bertindak
mandiri
3.6 Evaluasi
1. Apa saja peran orang tua untuk mencegah terjadinya
tingkah laku seks pranikah remaja?
a. Pendidik, pengajar, pendamping, konselor,
komunikator
b. Pendidik, pendamping, penjaga, konselor,
komunikator
c. Pendidik, panutan, pendamping, konselor,
komunikator
d. Pendidik, pengajar, penjaga, konselor,
komunikator
2. Siapa yang seharusnya memberikan pendidikan
seksual kepada anak pertama kali?
86
a. Orang tua
b. Teman sekolah
c. Guru sekolah
d. Tetangga
3. Siapa pendidik utama dalam keluarga…
a. Nenek
b. Kakak
c. Ibu
d. Ayah
4. Apa peran ibu sebagai panutan dalam mencegah
terjadinya perilaku seksual pranikah pada remaja
Minangkabau?
a. Memberi contoh teladan dalam rumah
b. Memiliki kewibawaan dan sosok yang
dihormati
c. Memiliki waktu luang khusus bersama anak
d. Sikap lemah lembut dan kasih sayang kepada
anak
5. Apa saja peran ayah sebagai panutan untuk
menghindari terjadinya tingkah laku seksual
pranikah remaja Minangkabau ?
a. Memberi contoh teladan dalam rumah
b. Memiliki kewibawaan dan sosok yang
dihormati
87
c. Memiliki waktu luang khusus bersama anak
d. Semua benar
6. Tugas orang tua sebagai pendamping untuk
menghindari perilaku seksual pranikah remaja
Minangkabau adalah …
a. Memastikan anak-anak bergaul dengan
anak-anak dan lingkungan yang baik
b. Pendidikan agama bagi anak
c. Menjadi pendengar yang baik
d. Semua benar
7. Peran orang tua sebagai pendamping dalam
pergaulan anak dalam memilih teman harus …
a. Membatasi pergaulan anak
b. Memilih-milih dengan siapa anak akan
berteman
c. Memberikan gambaran teman yang baik
atau buruk pada anak
d. Memutuskan dengan siapa anak harus
berteman
8. Tugas orang tua sebagai komunikator untuk
menghindari tingkah laku seksual pranikah remaja
Minangkabau adalah…
a. Memakai kata yang mudah dimengerti dan
sederhana
b. Menjadi pendengar yang baik
88
c. Ayah memberikan rasa aman dan terlindungi
untuk anak
d. Ibu memberikan kehangatan dan rasa
nyaman bagi anak
9. Tugas orang tua sebagai konselor dalam
pencegahan perilaku seksual pranikah pada remaja
Minangkabau adalah…
a. Komunikasi yang baik antara orang tua dan
anak
b. Menjadi pendengar yang baik
c. Menggunakan kata-kata yang sederhana
dan mudah dipahami
d. Melatih anak terbuka
10. Peran orang tua sebagai pendidik untuk
menghindari tingkah laku seksual pranikah remaja
Minangkabau adalah…
a. Memastikan anak-anak bergaul dengan
anak-anak dan lingkungan yang baik
b. Pendidikan agama bagi anak
c. Menjadi pendengar yang baik
d. Semua benar
89
3.7 Referensi
90
Lestari, s. 2013. Psikologi Keluarga. Jakarta: kencana
prenada media group
91