3770 9561 1 SM
3770 9561 1 SM
Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46 Cibinong 16911.
Email : wawoal@yahoo.com
ABSTRACT
The red fruit (Pandanus conoideus Lamk) is one of the local bioresources on the Central Highlands Region of
Papua. Exploration to reveal the red fruit diversity in this region had been carried out in 2016 and 2017 which
covers Kurima, Kurulu, Siepkosi, Wesaput and Kaninmbaga / Bokondini areas. The method used in exploration
were interview the local residents, observations of plant morphology, soil, micro-climate, surrounding species,
and collection of propagation material. The observed red fruit morphology includes; stem height and diameter,
leaf length and width, and number of roots. Observation of fruit development was carried out at the Royal
Biological Garden in Wamena (KRBW). The results of the exploration obtained 23 red fruit cultivars in the
Central Highlands region of Papua. All cultivars grow in moist environments; the texture of the soil is clay
mixed with sand and loam. The development of fruit from young fruit into ripe fruit takes 3-4 months which is
divided into 3 stages. Ex-situ red fruit conservation efforts have been carried out at the Royal Biological
Garden in Wamena (KRBW). Until now, 141 numbers of red fruits have been conserved in KRBW. The
community has also cultivated a number of red fruit cultivars in their yard and garden such as Bergum, Maler,
Wona and Wesi cultivars as in situ conservation. The four cultivars are very popular because the fruit is large
and the oil content is more than other cultivars.
Keywords: Diver sity, Red Fr uit, Conser vation, Royal Biological Gar den in Wamena, Centr al Highlands
Region of Papua
ABSTRAK
Buah merah (Pandanus conoideus Lamk) adalah salah satu bioresources lokal dari Wilayah Pegunungan
Tengah Papua. Eksplorasi untuk mengungkap keanekaragaman buah merah di wilayah ini telah dilakukan pada
tahun 2016 dan 2017 yang meliputi daerah Kurima, Kurulu, Siepkosi, Wesaput dan Kaninmbaga/Bokondini.
Metode yang digunakan dalam eksplorasi adalah wawancara penduduk lokal, pengamatan terhadap morfologi
tanaman, tanah, iklim mikro, spesies sekitar, serta pengumpulan material perbanyakan. Morfologi tanaman
buah merah yang diamati meliputi; tinggi dan diameter batang, panjang dan lebar daun, dan jumlah akar.
Pengamatan perkembangan buah dilakukan di Kebun Raya Biologi Wamena (KRBW). Hasil eksplorasi
tersebut diperoleh 23 kultivar buah merah di wilayah Pegunungan Tengah Papua. Semua kultivar tumbuh pada
lingkungan lembab, tekstur tanah berliat bercampur dengan pasir dan tanah halus. Perkembangan buah dari
buah muda menjadi buah matang membutuhkan waktu 3 – 4 bulan yang terbagi ke dalam 3 tahap. Upaya
konservasi terhadap 141 nomor telah dilakukan secara ex-situ di Kebun Raya Biologi Wamena. Beberapa
seperti Bergum, Maler, Wona dan Wesi telah dibudidayakan. Keempat kultivar ini sangat populer karena
buahnya besar dan kandungan minyaknya lebih banyak dari kultivar lainnya.
Kata Kunci : Keanekar agaman, Buah mer ah, Konser vasi, Kebun Raya Biologi Wamena, Pegunungan
Tengah Papua
107
Wawo dkk.
yang khas. Sebagai bioresources lokal, buah dan obyek pengamatan studi biologi lainnya.
merah memiliki arti penting bagi masyarakat Penelitian ini bertujuan mengungkap keragaman
Papua karena beberapa hal, yaitu minyak buah buah merah dan habitatnya di Pegunungan Tengah
merah digunakan sebagai minyak makan dan Papua serta upaya konservasi yang dilakukan di
bahan dasar obat (Wawo dkk. 2016a). Potongan KRBW dan masyarakat lokal. Data pertumbuhan
buah merah yang direbus bersama daun ubi jalar bibit buah merah dan pola pertumbuhan buahnya
digunakan sebagai pakan babi. Daun buah merah juga akan dilaporkan untuk mendukung kegiatan
belum dimanfaatkan secara baik walaupun telah konservasi buah merah di KRBW.
diketahui dapat dijadikan bahan anyaman.
Terkait fungsinya sebagai bahan dasar BAHAN DAN CARA KERJA
obat, maka minyak buah merah telah dianalisis
kandungan kimianya dan diketahui mengandung Studi perawakan morfologi tanaman buah
Asam Lemak dan proksimat (Wawo dkk. 2016b merah di Wilayah Pegunungan Tengah Papua
& Murningsih 1992). Pasta buah merah yang dilakukan melalui metode eksplorasi. Eksplorasi
lembut dapat dijadikan sambal dan saos kemudian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama pada
dioleskan pada hipere (ubi jalar), hom (talas) dan tahun 2016, meliputi Kecamatan Kurima (Kabupaten
nasi yang telah matang untuk penambah selera Yahokimo) dan tahap kedua dilakukan tahun
makan (Puslit Biologi 2005). Bimo dkk (2018) 2017 pada Kabupaten Jayawijaya (Kecamatan
menjelaskan bahwa saus pedas buah merah Siepkosi, Wesaput dan Kurulu) dan Kabupaten
sebaiknya disimpan pada suhu rendah untuk Tolikara (Kecamatan Bokondini).
mempertahankan aroma, warna dan rasanya. Pada setiap lokasi yang dikunjungi tim
Penyimpanan pada suhu 27oC dapat mengawetkan eksplorasi didampingi seorang pemandu lokal
saus pedas buah merah hingga 25 bulan, semakin yang mengetahui bahasa daerah, pengetahuan
tinggi suhu simpan semakin pendek waktu yang luas mengenai kultivar buah merah dan
simpannya. Oleh karena buah merah memiliki dapat memberi rekomendasi mengenai penduduk
potensi besar maka setiap keluarga yang akan dijadikan target sampel. Pertimbangan
membudidayakan beberapa kultivar buah merah di jauhnya jarak antara rumah satu dengan lainnya,
sekitar tempat tinggal dan di dalam kebun mereka. dan kondisi keamanan serta keterbatasan waktu,
Terdapat banyak kultivar buah merah di maka pengamatan hanya dilakukan pada satu
wilayah Pegunungan Tengah Papua. Kultivar orang penduduk yang diketahui menanam buah
yang populer adalah Maler, Bergum, Wona dan merah yang beragam dan memiliki pengetahuan
Wesi. Keempatnya memiliki ukuran buah yang yang cukup mengenai buah merah yang ditanamnya.
besar dan kandungan minyak yang banyak. Pada kegiatan eksplorasi dilakukan wawancara
Setiap lokasi/daerah memiliki nama kultivar penduduk lokal, pengamatan morfologi pohon
yang berbeda terhadap buah merah yang tumbuh di dan buah, serta pengumpulan bahan spesimen
daerahnya karena itu perlu studi morfologi dan material propagasi. Pengamatan lapang meliputi
untuk memetakan keberagaman buah merah di umur pohon, tinggi pohon, jumlah percabangan,
wilayah ini sekaligus mengidentifikasi karakter jumlah akar, panjang dan lebar daun. Spesimen
khas antara kultivar tersebut. buah merah hasil eksplorasi disimpan sebagai
Kebun Raya Biologi Wamena (KRBW) koleksi Herbarium Bogorience, sedangkan bahan
sebagai tapak konservasi ex-situ telah melakukan perbanyakan, berupa stek dan anakan ditumbuhkan
koleksi buah merah semenjak tahun 2002. Pada terlebih dahulu di KRBW selanjutnya ditanam
tahun 2016 pengayaan koleksi buah merah sebagai tumbuhan koleksi. Tiga kultivar yang
bertambah dengan penanaman sebanyak 30 terdiri dari Maler, Bergum dan Wona telah
individu (Wawo dkk. 2016 b) dan pada tahun ditanam sebagai tumbuhan koleksi dalam
2017 telah dikonservasi sejumlah bibit buah KRBW pada tahun 2016, Data pertumbuhan
merah dari Distrik Bokondini dan Kurulu. ketiga kultivar ini diamati mulai umur 3 bulan
Kehadiran buah merah dalam KRBW bukan hingga 24 bulan setelah tanam (bst) meliputi
saja sebagai komponen konservasi tetapi juga tinggi bibit, jumlah daun, panjang dan lebar
sebagai materi/bahan penelitian fisiologi pertumbuhan daun, jumlah akar dan jumlah anakan. Selain
108
Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk) Bioresources Pegunungan Tengah Papua
Gambar 1. Buah mer ah dar i Kur ima. a. Wam, b. Toweh, c. Mulih, d. Sawuah, e. Contoh daunnya.
109
Wawo dkk.
Tabel 2. Per awakan Kultivar Hiwa dan Ulumuk Tabel 3. Per awakan Kultivar Wesi dan Menanih
110
Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk) Bioresources Pegunungan Tengah Papua
pertama adalah kultivar yang memiliki buah distrik ini adalah kampung Kaninmbaga. Letak
besar dan minyaknya banyak terdiri dari rumah penduduk di kampung ini terpencar -
Bergum, Maler, Wona dan Wesi (Tabel 4; pencar satu dengan lainnya dan memiliki
Gambar 4). Grup kedua adalah kultivar yang halaman / kebun di sekitarnya. Tanaman buah
rasa minyaknya enak terdiri dari Magari, merah tumbuh alami pada daerah lembah dekat
Wanggani, Kiba dan Gepe (Tabel 5; Gambar 5). tepi sungai.
Grup ketiga adalah kultivar yang belum banyak Terdapat 2 orang petani yang telah membangun
diketahui masyarakat dan kurang populer terdiri kebun buah merah dan menanam berbagai
dari Kenen, Uaghelu dan Kuambir (Tabel 6; kultivar buah merah yaitu ibu Rupina Jikwa dan
Gambar 6) sedangkan peraweakan morfologi Bapak pendeta Nduri Jikwa. Penduduk yang
beberapa kultivar buah merah dapat dilihat pada belum memiliki kebun mengambil buah merah
Tabel 7 dan Gambar 7. yang tumbuh alami di hutan. Di kampung
Kaninmbaga terdapat sekitar 13 kultivar buah
Bokondini Kabupaten Jayawijaya merah, semua kultivar terdapat dalam kebun ibu
Distrik Bokondini adalah salah satu distrik Rupina Jikwa yang merupakan anak dari Kepala
di kabupaten Tolikara yang banyak ditumbuhi suku Jikwa. Kedua belas kultivar buah merah
buah merah. Kampung yang dikunjungi dalam itu adalah, Bergum, Maler, Wona, Wesi, Kenen,
Tabel 4. Per awakan Kultivar Ber gum, Maler , Wona dan Wesi
111
Wawo dkk.
Uaghelu, Magari, Gepe, Wanggani, Kiba, Kuambir lokasi ini Tanaman buah merah tumbuh pada
dan 5 kultivar buah merah yang tidak terdapat di tanah dengan tekstur campuran pasir dan tanah
lokasi-lokasi lain yaitu: Komoeluk, Tawue, liat. Tanahnya kurang subur yang dicirikan
Koanggok, Wundi dan Ndambala. Perawakan 5 dengan banyaknya alang-alang (Imperata
kultivar yang hanya terdapat di lokasi ini adalah cylindrica) dan senggani/harendong (Melastoma
sebagai berikut. malabarthricum) (Tjhiaw & Djohan 2009;
Isnaniarti dkk. 2018). Buah merah tumbuh di
Habitat Buah Merah tepi sungai kecil sehingga kondisi tempat
Di kecamatan Kurima tanaman buah merah tumbuhnya tetap lembab.
yang diamati tumbuh di kampung Sukuarek Hasil analisis tanah pada 5 lokasi lain yang
pada tepi kebun bapak Abraham Hazela. Di merupakan habitat tanaman buah merah tertera
112
Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk) Bioresources Pegunungan Tengah Papua
pada Tabel 9. Di kampung Analagak, distrik sedang. Kandungan P205 dan K2O pada level
Siepkosi, diketahui bahwa tempat tumbuh buah sangat tinggi. Kandungan mineral Kalsium (Ca)
merah pada tanah bertekstur lempung liat terdapat pada level sangat tinggi, Magnesium
dengan keasaman tanah bersifat netral (pH 7,0). (Mg) pada level tinggi sedangkan kandungan Al
Kandungan bahan organik tanah pada level sangat rendah dengan nilai KTK pada level
tinggi dan kandungan N dalam tanah pada level sangat tinggi (Hardjowigeno 1995). Dengan
Tabel 7. Per awakan Kultivar Maler , Ber gum, Magar i, Kuambir , Wanggani
113
Wawo dkk.
demikian dapat disebutkan bahwa habitat yang ternaungi oleh berbagai jenis pohon dan
tanaman buah merah di kampung Analagak genangan air dalam parit menyebabkan kondisi
berada pada kondisi kesuburan tanah pada level lahan tetap lembab.
tanah subur. Pertumbuhan buah merah di Di kampung Kumina, distrik Kurulu
kampung Analagak didukung juga oleh adanya diketahui bahwa tanaman buah merah tumbuh
aliran air sepanjang tahun yang selalu menjaga pada tanah bertekstur Lempung Liat Berdebu
kelembaban tanah. dengan keasaman tanah bersifat masam (pH
Di kampung Wesaput, distrik Wesaput
diketahui bahwa buah merah tumbuh pada tanah
dengan tekstur berliat halus dengan keasaman
tanah bersifat agak alkalis (pH 8). Kandungan
bahan organik dan N dalam tanah berada pada
level rendah. Kandungan P2O5 pada level sangat
tinggi, K2O pada level sangat rendah, Ca pada
level sangat tinggi, Mg pada level rendah, Al
sangat rendah dengan KTK rendah
(Hardjowigeno 1995). Dengan demikian dapat
disebutkan bahwa habitat tanaman buah merah
di kampung Wesaput pada kondisi kesuburan
Gambar 7. Kultivar Maler tumbuh di tanah kering
tanah pada level kurang subur. Kondisi lokasi telah berumur 40 tahun
Tabel 8. Per awakan Kultivar Komoeluk, Tawue, Koanggok, Wundi dan Ndambala
114
Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk) Bioresources Pegunungan Tengah Papua
5,1). Kandungan bahan organik dan N dalam tinggi, kandungan Ca dan Mg berada pada
tanah pada level sedang. Kandungan P2O5 dan level tinggi, Al berada pada level sangat rendah
K2O berada pada level tinggi hingga sangat dengan KTK pada level tinggi (Hardjowigeno
Tabel 9. Analisis Tanah Tempat Tumbuh Buah Mer ah di Siepkosi, Wesaput, Kumina, Ambena dan
Kaninmbaga
115
Wawo dkk.
1995). Dengan demikian dapat disebutkan (sangat halus) dengan keasaman tanah bersifat
bahwa habitat tanaman buah merah di kampung netral (pH 6,2). Kandungan bahan organik
Kumina pada kondisi kesuburan tanah pada tanah dan kandung N dalam tanah berada pada
level sedang. Kondisi lahan yang berada di level sedang. Kandungan P2O5 pada level
bawah naungan beberapa jenis pohon dan tinggi, K2O pada level rendah, Mg pada level
genangan air dalam parit menyebabkan kondisi tinggi, Al pada level sangat rendah dengan
tanah tetap lembab. KTK pada level tinggi (Hardjowigeno 1995).
Di kampung Ambena, distrik Kurulu Dengan demikian dapat disebutkan bahwa
diketahui bahwa tanaman buah merah habitat tanaman buah merah di kampung
tumbuh pada tanah dengan tekstur berliat Kaninmbaga pada kondisi kesuburan tanah pada
dengan keasaman tanah bersifat netral (pH level sedang. Kondisi kelembaban tanah cukup
7,0). Kandungan bahan organik pada level tinggi karena lokasi kampung Kaninmbaga
selalu ada hujan dan pada lembah-lembah
sedang dan kandungan N dalam tanah pada
selalu ada aliran sungai.
level rendah. Kandungan P2O5 pada level
sangat tinggi, K2O pada level sedang,
Pertumbuhan Buah Merah Dalam KRBW
kandungan Ca pada level tinggi, Mg pada level
Salah satu koleksi tumbuhan dalam Kebun
sedang dan Al pada level sangat rendah dengan
Raya Biologi Wamena (KRBW) adalah
KTK pada level sedang (Hardjowigeno 1995).
tanaman buah merah. Pada tahun 2000 - 2002
Dengan demikian dapat disebutkan bahwa
telah dikoleksi berbagai kultivar buah merah
habitat tanaman buah mera di kampung
dalam kebun ini tetapi pihak pengelola KRBW
Ambena pada kondisi kesuburan tanah pada
tidak memiliki data pertumbuhan buah merah
level sedang. Kondisi tanah kurang lembab
tersebut. Oleh karena itu pada tahun 2016 telah
karena tidak ada pengairan.
dilakukan pengayaan koleksi dengan menanam
Di Kampung Kaninmbaga, distrik Bokondini,
3 kultivar buah merah yaitu Maler, Bergum dan
kabupaten Tolikara diketahui bahwa buah merah
Wona yang diperoleh dari distrik Kurulu,
tumbuh pada tanah dengan tekstur berliat
Jayawijaya. Data pertumbuhan ketiga kultivar
Tabel 10. Rata-Pertumbuhan bibit buah merah pada buah merah tersebut adalah sebagai berikut.
umur 3 bulan Berdasarkan penuturan masyarakat lokal
ketiga varietas ini adalah varietas unggul
karena selain menghasilkan buah yang panjang
dan besar juga menghasilkan minyak yang
banyak. Pertumbuhan bibit dari ketiga varietas
pada tiga bulan pertama belum menunjukkan
perbedaan yang mencolok. Hal ini karena pada
tiga bulan pertama bibit baru mulai melakukan
adaptasi dengan kondisi lapangan di Kebun
Raya Biologi Wamena (Wawo dkk. 2016b).
Pertumbuhan bibit ketiga kultivar buah
merah pada umur 12 dan 18 bulan setelah
tanam belum menunjukkan pertumbuhan yang
berbeda secara mencolok. Walaupun demikian
kultivar Maler menunjukkan pertumbuhan
yang terbaik dibandingkan dengan kultivar
Bergum dan wona.
Dari Tabel 11 diketahui bahwa kultivar
Gambar 10. Pola Pertumbuhan buah merah dan Uku- Maler menunjukkan tinggi batang, lingkar
ran Buah merah pada Varietas Bergum, Maler, batang, jumlah daun dan panjang daun yang
Wesi, Kenen dan Uaghelu sangat mencolok dibandingkan dengan kedua
Keterangan: a. Tahap Pertama, b. Tahap Kedua, c. ahap
Ketiga kultivar lainnya. Pada umur 2 tahun rata-rata
116
Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk) Bioresources Pegunungan Tengah Papua
semua bibit telah menghasilkan akar namun sebagian jumlah kultivar tanaman buah merah
belum tumbuh anakan pada pangkal batangnya sudah dibudidayakan oleh masyarakat. Penulis
kecuali Maler. Perbedaan pada kecepatan tidak menggunakan istilah varietas karena
pertumbuhan vegetatif ini mungkin dipengaruhi oleh varietas berkaitan dengan hasil silangan atau
sifat-sifat genetis yang dimiliki oleh masing- seleksi yang telah stabil dan dilepaskan secara
masing kultivar. legal oleh Kementerian Pertanian. Mengacu
pada keberadaan buah merah pada 5 distrik
Pola Pertumbuhan Buah yang dikunjungi pada tahun 2016 dan 2017,
Musim berbuah tanaman buah merah di maka hingga tahun 2019 telah diketahui
Pegunungan Tengah Papua berkisar dari bulan terdapat 23 kultivar yang tersebar di wilayah
September hingga bulan Maret. Kultivar Kenen Pegunungan Tengah Papua. Walujo dkk,
biasanya berbuah lebih dahulu kemudian (2005) menjelaskan bahwa pemberian nama
diikuti oleh kultivar-kultivar lainnya. Buah pada buah merah berdasarkan pada ukuran dan
tanaman buah merah tumbuh pada ujung batang warna buah. Masyarakat lokal di lokasi
atau cabang. Pertumbuhan buah pada buah merah penelitian memberi nama pada buah merah
berlangsung 3 tahap yang memakan waktu langsung menyebutkan kultivarnya seperti
hampir 3 – 4 bulan. Batang atau cabang buah Bergum, Maler, Wona, Kenen, Kuambir, dll,
merah yang telah dipetik buahnya umumnya tanpa menambahkan kata atau imbuhan apapun
menghasilkan cabang yang baru di depan atau di belakang kata tawi. Pendapat
Ukuran buah umumnya tergantung dari ini sesuai dengan Zebua & Walujo (2016) yang
kultivarnya. Bergum, Maler, Wesi, Wona mengatakan suku Dani tidak memiliki kata
adalah buah yang berukuran besar sehingga tambahan di belakang kata tawi dalam
lebih berat dari buah Kenen, Uaghelu dan pemberian nama buah merah.
Kuanggok yang buahnya berukuran kecil. Ukuran buah ada besar, sedang dan kecil.
Perbedaan pada ukuran buah (panjang dan Buah merah yang berukuran besar terdapat
berat) menyebabkan jumlah minyak yang pada kultivar Bergum, Maler, Wona, Wesi.
dihasilkan juga berbeda. Buah besar Sedangkan yang berukuran kecil terdapat pada
menghasilkan minyak banyak dan buah kecil kultivar Kenen dan Kuambir. Warna buah ada
menghasilkan minyak sedikit. Tabel 12 yang berwarna merah dan kuning. Warna pada
menunjukkan ukuran buah dan jumlah buah merah umumnya berwarna merah dengan
minyaknya. beberapa variannya. Warna kuning terdapat
Gambar 11 memperlihatkan perbedaan pada kultivar Wanggani yang banyak tersebar
pada ukuran buah. Varietas Bergum dan Maler di Membramo. Pemberian nama yang berkaitan
menunjukan buah yang besar dibandingkan dengan biji buah merah hanya terdapat pada
dengan varietas-varietas lainnya. kultivar Uaghelu (Uaghelu berarti tulang
burung). Kultivar ini memiliki ujung-ujung biji
PEMBAHASAN yang runcing seperti tulang burung sehingga
menyulitkan pemerasan minyak karena akan
Keanekaragaman menusuk telapak tangan. Besar kemungkinan
Dalam tulisan ini penulis menyebutkan akan terjadi penambahan jumlah kultivar buah
buah merah dengan sebutan kultivar karena merah dari 23 kultivar yang telah ditemukan,
Tabel 11. Pertumbuhan bibit Buah merah pada umur 12 bulan dan 24 bulan
117
Wawo dkk.
118
Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk) Bioresources Pegunungan Tengah Papua
daunnya pendek dan sempit, ukuran buahnya pada batangnya. Gardner dkk, (1991) mengatakan
tidak sebesar ketika berumur 10 – 15 tahun. bahwa pertumbuhan akar tanaman dipengaruhi
Perubahan pertumbuhan ini dapat dipahami oleh interaksi faktor genetik dan lingkungan.
karena semakin tua tanaman maka proses Faktor lingkungan yang dimaksudkan adalah
metabolisme dan diferensiasi sel pada jaringan kelembaban, temperatur, kandungan nutrisi
tanaman semakin menurun sehingga ukuran tanah, bahan beracun yang tersedia, agen biologis dan
perawakan morfologi semakin mereduksi kekerasan tanah. Kondisi tanah bertekstur liat
(Gardner dkk. 1991). Jebb (1991) menjelaskan memiliki aerasi tanah kurang baik sehingga
bahwa tanaman pandan yang masih muda mengganggu akar untuk melakukan pernapasan
memiliki daun yang panjang, semakin tinggi dalam tanah. Pertumbuhan akar juga tergantung
pohon maka panjang daunnya semakin pada kultivar dan umur tanaman buah merah.
tereduksi. Menurut penuturan masyarakat Semakin tua umur tanaman maka jumlah akar
bahwa tanaman buah merah menghasilkan buah yang tumbuh pada batang semakin berkurang.
berukuran besar ketika buah tersebut dipanen Jebb (1991) menjelaskan bahwa kehadiran akar
dari percabangan ketiga hingga kelima (Wawo napas pada pandan tergantung pada jenisnya.
dkk. 2016a). Apabila informasi penuturan ini Pertumbuhan ketiga kultivar buah merah
diproyeksikan pada kultivar Maler berarti yaitu Maler, Bergum dan Wona yang ditanam
tanaman Maler akan menghasilkan buah yang dalam KRBW, memiliki pertumbuhan yang
besar ketika berumur antara 9 – 12 tahun baik. Pada umur 24 bulan setelah tanam
Jebb (1991) dan Keim (2007) menjelaskan diketahui pertumbuhan bibit kultivar Maler
bahwa akar napas pada marga Pandan jumlahnya lebih pesat dari kultivar Bergum dan Wona.
terbatas. Keterbatasan jumlah akar napas tersebut Kultivar Bergum memiliki pertumbuhan yang
karena akar napas yang semula tumbuh lebih aktif dari kultivar Wona. Umumnya akar
menggantung pada batang akan bertumbuh dan napas pada bibit buah merah yang ditanam
masuk ke dalam tanah, kemudian berubah dalam kebun mulai tumbuh ketika bibit telah
fungsi menjadi akar penopang (proproots). Pada berumur 12 bulan. Perbedaan pertumbuhan
mulanya akar napas berfungsi untuk membantu pada fase bibit sebagai awal pertumbuhan akan
pernapasan ketika akar itu masih menggantung berpengaruh pada pertumbuhan lanjutan ketika
tanaman tersebut memasuki fase dewasa.
Tabel 13. Daftar Kultivar Buah mer ah dar i
Pegunungan Tengah Papua Pola pertumbuhan buah
Santoso dkk (2011) mengatakan bahwa
tanaman buah merah di kabupaten Manokwari
mulai berbuah pada umur 2,5 – 3 tahun setelah
tanam tetapi tergantung pada kondisi
lingkungannya. Bibit buah merah yang ditanam
dalam KRBW sejak tahun 2016 hingga saat ini
belum menunjukkan gejala akan berbuah,
pertumbuhan vegetatifnya masih sangat aktif.
Kemungkinan perbedaan kultivar dan kondisi
lingkungan menjadi faktor yang mempengaruhi
pembungaan dan pembuahan pada tanaman
buah merah. Gardner dkk (1991) mengatakan
bahwa kondisi lingkungan yang berpengaruh
terhadap pembungaan dan pembuahan pada
tanaman adalah fotoperiodik dan temperatur.
Jebb (1991) menjelaskan bahwa buah tanaman
buah merah tumbuh pada ujung batang atau
cabang dan menggantung, berwarna merah atau
kuning. Santoso dkk (2011) menjelaskan bahwa di
119
Wawo dkk.
120
Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk) Bioresources Pegunungan Tengah Papua
121