Anda di halaman 1dari 8

Cegah Bau Mulut Saat Berpuasa dengan

5 Cara Ini!
Dikirim oleh aan | Pada 9 July,2013 | Dalam Kesehatan

Sebentar lagi umat Islam dari seluruh dunia akan


menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Namun ada satu hal yang
bisa mengurangi kepercayaan diri sesorang pada saat berpuasa, yaitu bau mulut. Ingin
tahu cara mencegahnya?

Bau mulut secara medis disebut juga halitosis disebabkan oleh kebiasaan perawatan gigi
yang buruk dan juga merupakan tanda masalah kesehatan lainnya. Bau mulut juga dapat
disebabkan oleh jenis makanan yang dikonsumsi dan kebiasaan gaya hidup tidak sehat
lainnya.

Kebiasan mengonsumsi makanan atau minuman manis pada saat berbuka puasa dapat
menyebabkan nyeri terutama pada gigi berlubang dan berkontribusi pada bau mulut.
Untuk menjaga kesegaran napas sepanjang hari dan kesehatan gigi diperlukan langkah-
langkah untuk mempersiapkan diri sebelum melaksanakan ibadah puasa. Bau mulut yang
kurang sedap akan sangat berpengaruh pada kepercayaan diri saat sedang berkomunikasi
dengan orang lain.

Nah, ada 5 hal yang bisa membantu mencegah bau mulut Anda pada saat berpuasa,
yaitu :

1. Minumlah air putih yang cukup pada saat sahur dan berbuka, untuk mencegah mulut
kering. Salah satu penyebab bau mulut pada saat berpuasa disebabkan oleh mulut
mengalami kekeringan akibat kurangnya cairan ludah (saliva).

2. Gosok gigi dan juga lidah Anda secara menyeluruh setelah sahur. Dua sumber utama
bau mulut ialah bakteri dan sisa makanan yang membusuk, maka dari itu diperlukan
perawatan yang teratur dengan cara menyikat gigi, bisa juga menggunakan dental floss,
untuk bisa menjangkau sisa makanan yang terselip diantara gigi.

3. Minumlah teh hijau tanpa gula saat berbuka puasa, kerena teh hijau diketahui memiliki
kandungan zat polyphenol yang dapat membantu membunuh bakteri yang menyebabkan
bau mulut.
4. Kurangi makanan yang mengandung banyak gula, kerena makanan manis bisa
menyebabkan nyeri pada gigi berlubang sehingga dapat menimbulkan bau mulut.

5. Hindari makanan yang yang bisa memicu bau mulut seperti misalnya cokelat. Cokelat
adalah makanan yang bersifat diuretik (merangsang pengeluaran urin). Akibatnya, mulut
akan cepat mengalami kekeringan.

Well fitness mania, selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan dan jangan
lupa tetap menjaga kesehatan gigi dan mulut ya! (boy)

Manfaat Wudhu Sebelum Tidur


Dikirim oleh aan | Pada 11 March,2013 | Dalam Kesehatan, Muhammad SAW

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim … Memang ini


kedengarannya sepele.Tapi jangan anggap enteng soal ini, pasalnya nabi senantiasa
wudhu sebelum tidur. Berwudhu, disamping bernilai ibadah juga bermanfaat besar bagi
kesehatan.

peneliti dari Universitas Alexsandria, dr musthafa syahatah ,yang sekaligus menjabat


sebagai Dekan Fakultas THT, menyebutkan bahwa jumlah kuman pada orang yang
berwudhu lebih sedikit dibanding orang yang tidak berwudhu.

Dengan ber-istisnaq (menghirup air dalam hidung) misalnya kita dapat mencegah
timbulnya penyakit dalam hidung. Dengan mencuci kedua tangan, kita dapat menjaga
kebersihan tangan.

Kita juga bisa menjaga kebersihan kulit wajah bila kita rajin berwudhu. Selain itu, kita
juga bisa menjaga kebersihan daun telinga dan telapak kaki kita, artinya dengan sering
berwudhu kita dapat menjaga kesehatan tubuh kita.

Lalu, bagaimana jika berwudhu dilakukan sebelum tidur ? Nah, para pakar kesehatan di
dunia senantiasa menganjurkan agar kita mencuci kaki mulut dan muka sebelum tidur.
Bahkan, sejumlah pakar kecantikan memproduki alat kecantikan agar dapat menjaga
kesehatan kulit muka.
Di samping itu tentunya anjuran untuk berwudhu juga mengandung nilai ibadah yang
tinggi. Sebab ketika seseorang dalam keadaan suci. Jika seseorang berada dalam keadaan
suci,berarti ai dekat dengan Allah. Karena Allah akan dekat dan cinta kepada orang-orang
yang berada dalam keadaan suci.

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa tidur dimalam hari dalam keadaan suci
(berwudhu’) maka Malaikat akan tetap mengikuti, lalu ketika ia bangun niscaya Malaikat
itu akan berucap ‘Ya Allah ampunilah hamba mu si fulan, kerana ia tidur di malam hari
dalam keadaan selalu suci’”. (HR Ibnu Hibban dari Ibnu Umar r.a.)

Hal ini juga ditulis dalam kitab tanqih al-Qand al-Hatsis karangan syekh muhamad bin
umar an-nawawi al-mantany. Dari umar bin harits bahwa nabi bersabda :”barangsiapa
tidur dalam keadaan berwudhu ,maka apabila mati disaat tidur maka matinya dalam
keadaan syahid disisi allah.

Maksudnya orang yang berwudhu sebelum tidur akan memperoleh posisi yang tinggi
disisi Allah.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa berwudhu sebelu tidur merupakan anjuran nabi
yang harus dikerjakan bila seseorang ingin memperoleh kemuliaan disisi Allah.

Manfaat Wudhu Sebelum Tidur …

Pertama, merilekskan otot-otot sebelum beristirahat. Mungkin tidak terlalu banyak


penjelasan. Bisa dibuktikan dalam ilmu kedokteran bahwa percikan air yang dikarenakan
umat muslim melakukan wudhu itu merupakan suatu metode atau cara mengendorkan
otot-otot yang kaku karna lelahnya dalam beraktifitas.

Sangat diambil dampak positifnya bahwa jika seseorang itu telah melakukan wudhu,
maka pikiran kita akan terasa rileks. Badan tidak akan terasa capek.

Kedua, mencerahkan kulit wajah. Wudhu dapat mencerahkan kulit wajah karena kinerja
wudhu ini menghilangkan noda yang membandel dalam kulit. Kotoran-kotoran yang
menempel pada kulit wajah kita akan senantiasa hilang dan tentunya wajah kita menjadi
cerah dan bersih.

Ketiga, didoakan malaikat. Dalam sabda Beliau yang disinggung pada bagian atas,
malaikat akan senantiasa memberikan do’a perlindungan kepada umat muslim yang
senantiasa wudhu sebelum tidur.

Padahal malaikat adalah makhluk yang senantiasa berdzikir kepada Allah. niscaya
do’anya akan senantiasa dikabulkan pula oleh Allah. Oleh karena itu, senantiasa
berwudhu itu adalah hal yang wajib kita lakukan.

Fenomena Meninggal Dunia Saat Tidur Dalam Sunnah …


Jauh-jauh hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sudah memberikan bimbingan dalam
tidur agar tidak menimbulkan bahaya, di antaranya tidur sambil miring ke kanan, tidak
tidur sambil tengkurap.

Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, Pernah suatu hari
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melewati seseorang yang tidur tengkurap di atas
perutnya, lalu beliau menendangnya dengan kakinya seraya bersabda,

“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang tidak disukai Allah
Azza Wa Jalla.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim).

Sesungguhnya sebab kematian itu bermacam-macam, namun kematian tetaplah satu.


Selain Sleep Apnea masih ada sebab lainnya yang menjadi media datangnya kematian.
Karenanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan tips terbaik bagi umatnya
dalam menghadapi kematian yang datangnya tak terduga ini.

Disebutkan dalam Shahihain, dari sabahat al-Bara’ bin Azib radliyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepadanya;

“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu


terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan shalat.” (HR. Bukahri dan
Muslim).

Dalam menjelaskan faidah dari perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini, Al-Hafidz
Ibnul Hajar menyebutkan hikmahnya, di antaranya yaitu: Agar dia tidur pada malam itu
dalam keadaan suci supaya ketika kematian menjemputnya dia dalam keadaan yang
sempurna.

Dari sini diambil kesimpulan dianjurkannya untuk bersiap diri untuk menghadapi
kematian dengan menjaga kebersihan (kesucian) hati karena kesucian hati jauh lebih
penting daripada kesucian badan.

Imam al-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menyebutkan tiga hikmah berwudlu
sebelum tidur (yang maksudnya tidur dalam keadaan suci). Salah satunya adalah khawatir
kalau dia meninggal pada malam tersebut.

Abdul Razak mengeluarkan sebuah atsar dari Mujahid dengan sanad yang kuat, Ibnu
Abbas radliyallahu ‘anhuma berkata,

“Janganlah engkau tidur kecuali dalam kondisi berwudlu (suci), karena arwah akan
dibangkitkan sesuai dengan kondisi saat dia dicabut.”

Wallahu’alam bishshawab

Berapa Jumlah Rakaat Shalat Tarawih?


Rubrik: Fiqih Islam, Hadits | Oleh: Mochamad Bugi - 13/09/07 | 13:17 | 01 Ramadhan
1428 H

 53 Komentar
 34774 hits
 27 email

Rasulullah saw menganjurkan kepada kita untuk menghidupkan malam Ramadhan


dengan memperbanyak sholat. Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Nabi saw. Sangat
mengajurkan qiyam ramadhan dengan tidak mewajibkannya. Kemudian Nabi saw.
Bersabda, “Siapa yang mendirikan shalat di malam Ramadhan dengan penuh keimanan
dan harapan, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (muttafaq alaih)

Dan fakta sejarah memberi bukti, sejak zaman Rasulullah saw. hingga kini, umat Islam
secara turun temurun mengamalkan anjuran Rasulullah ini. Alhamdulillah. Tapi sayang,
dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan di beberapa hal yang kadang mengganggu
ikatan ukhuwah di kalangan umat. Seharusnya itu tak boleh terjadi jika umat tahu sejarah
disyariatkannya shalat tarawih.

Pada awalnya shalat tarawih dilaksanakan Nabi saw. dengan sebagian sahabat secara
berjamaah di Masjid Nabawi. Namun setelah berjalan tiga malam, Nabi membiarkan para
sahabat melakukan tarawih secara sendiri-sendiri. Hingga dikemudian hari, ketika
menjadi Khalifah, Umar bin Khattab menyaksikan adanya fenomena shalat tarawih
terpencar-pencar di dalam Masjid Nabawi. Terbersit di benak Umar untuk
menyatukannya.Umar memerintahkan Ubay bin Kaab untuk memimpin para sahabat
melaksanakan shalat tarawih secara berjamaah. ‘Aisyah menceritakan kisah ini seperti
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Untuk selengkapnya silahkan lihat Al-Lu’lu
War Marjan: 436. berdasarkan riwayat itulah kemudian para ulama sepakat menetapkan
bahwa shalat tarawih secara berjamaah adalah sunnah.

Bahkan, para wanita pun dibolehkan ikut berjamaah di masjid, padahal biasanya mereka
dianjurkan untuk melaksanakan shalat wajib di rumah masing-masing. Tentu saja ada
syarat: harus memperhatikan etika ketika di luar rumah. Yang pasti, jika tidak ke masjid
ia tidak berkesempatan atau tidak melaksanakan shalat tarawih berjamaah, maka
kepergiannya ke masjid tentu akan memperoleh kebaikan yang banyak.

Jumlah Rakaat

Berapa rakaat shalat tarawih para sahabat yang diimami oleh Ubay bin Kaab? Hadits
tentang kisah itu yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari tidak menjelaskan hal ini. Begitu
juga hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah. Hanya menyebut Rasulullah saw. shalat
tarawih berjamaah bersama para sahabat selama tiga malam. Berapa rakaatnya, tidak
dijelaskan. Hanya ditegaskan bahwa tidak ada perbedaan jumlah rakaat shalat malam
yang dilakukan Rasulullah di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan. Jadi, hadits ini
konteksnya lebih kepada shalat malam secara umum. Maka tak heran jika para ulama
menjadikan hadits ini sebagai dalil untuk shalat malam secara umum. Misalnya, Iman
Bukhari memasukkan hadits ini ke dalam Bab Shalat Tahajjud. Iman Malik di Bab Shalat
Witir Nabi saw. (Lihat Fathul Bari 4/250 dan Muwattha’ 141).

Inilah yang kemudian memunculkan perbedaan jumlah rakaat. Ada yang menyebut 11,
13, 21, 23, 36, bahkan 39. Ada yang berpegang pada hadits ‘Aisyah dalam Fathul Bari,
“Nabi tidak pernah melakuka shalat malam lebih dari 11 rakaat baik di bulan Ramadhan
maupun di luar Ramadhan.”

Sebagian berpegang pada riwayat bahwa Umar bin Khattab –seperti yang tertera di
Muwattha’ Imam Malik—menyuruh Ubay bin Kaab dan Tamim Ad-Dari untuk
melaksanakan shalat tarawih 11 rakaat dengan rakaat-rakaat yang panjang. Namun dalam
riwayat Yazid bin Ar-Rumman dikabarkan jumlah rakaat shalat tarawih yang
dilaksanakan di zaman Umar adalah 23 rakaat.

Dalam kitab Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq, Imam At-Tirmidzi menyatakan bahwa
Umar, Ali, dan sahabat lainnya melaksanakan shalat tarawih 20 rakaat selain witir.
Pendapat ini didukung Imam At-Tsauri, Imam Ibnu Mubarak, dan Imam Asy-Syafi’i.

Di Fathul Bari ditulis bahwa di masa Umar bin Abdul Aziz, kaum muslimin shalat
tarawih hingga 36 rakaat ditambah witir 3 rakaat. Imam Malik berkata bahwa hal itu telah
lama dilaksanakan.

Masih di Fathul Bari, Imam Syafi’i dalam riwayat Az-Za’farani mengatakan bahwa ia
sempat menyaksikan umat Islam melaksanakan shalat tarawih di Madinah dengan 39
rakaat dan di Makkah 33 rakaat. Menurut Imam Syafi’i, jumlah rakaat shalat tarawih
memang memiliki kelonggaran.

Dari keterangan di atas, jelas akar persoalan shalat tarawih bukan pada jumlah rakaat.
Tapi, pada kualitas rakaat yang akan dikerjakan. Ibnu Hajar berkata, “Perbedaan yang
terjadi dalam jumlah rakaat tarawih mucul dikarenakan panjang dan pendeknya rakaat
yang didirikan. Jika dalam mendirikannya dengan rakaat-rakaat yang panjang, maka
berakibat pada sedikitnya jumlah rakaat; dan demikian sebaliknya.”

Imam Syafi’i berkata, “Jika shalatnya panjang dan jumlah rakaatnya sedikit itu baik
menurutku. Dan jika shalatnya pendek, jumlah rakaatnya banyak itu juga baik
menurutku, sekalipun aku lebih senang pada yang pertama.” Selanjutnya beliau
mengatakan bahwa orang yang menjalankan tarawih 8 rakaat dengan 3 witir dia telah
mencontoh Rasulullah, sedangkan yang menjalankan tarawih 23 rakaat mereka telah
mencontoh Umar, generasi sahabat dan tabi’in. Bahkan, menurut Imam Malik, hal itu
telah berjala lebih dari ratusan tahun.

Menurut Imam Ahmad, tidak ada pembatasan yang signifikan dalam jumlah rakaat
tarawih, melainkan tergantung panjang dan pendeknya rakaat yang didirikan. Imam Az-
Zarqani mengkutip pendapat Ibnu Hibban bahwa tarawih pada mulanya 11 rakaat dengan
rakaat yang sangat panjang, kemudian bergeser menjadi 20 rakaat tanpa witir setelah
melihat adanya fenomena keberatan umat dalam melaksanakannya. Bahkan kemudian
dengan alasan yang sama bergeser menjadi 36 rakaat tanpa witir (lihat Hasyiyah Fiqh
Sunnah: 1/195)

Jadi, tidak ada alasan sebenarnya bagi kita untuk memperselisihkan jumlah rakaat. Semua
sudah selesai sejak zaman sahabat. Apalagi perpecahan adalah tercela dan persatuan umat
wajib dibina. Isu besar dalam pelaksanaan shalat tarawih adalah kualitas shalatnya.
Apakah benar-benar kita bisa memanfaatkan shalat tarawih menjadi media yang
menghubungkan kita dengan Allah hingga ke derajat ihsan?

Cara Melaksanakan Tarawih

Hadits Bukhari yang diriwayatkan Aisyah menjelaskan cara Rasulullah saw.


melaksanakan shalat malam adalah dengan tiga salam. Jadi, dimulai dengan 4 rakaat yang
sangat panjang lalu ditambah 4 rakaat yang panjang lagi kemudian disusul 3 rakaat
sebagai witir (penutup).

Boleh juga dilakukan dengan dua rakaat dua rakaat dan ditutup satu rakaat. Ini
berdasarkan cerita Ibnu Umar bahwa ada sahabat bertanya kepada Rasulullah saw.
tentang cara Rasulullah saw. mendirikan shalat malam. Rasulullah saw. menjawab,
“Shalat malam didirikan dua rakaat dua rakaat, jika ia khawatir akan tibanya waktu subuh
maka hendaknya menutup dengan satu rakaat (muttafaq alaih, lihat Al-Lu’lu War Marjan:
432). Rasulullah saw. sendiri juga melakukan cara ini (lihat Syarh Shahih Muslim 6/46-
47 dan Muwattha’: 143-144).

Dari data-data di atas, Ibnu Hajar menyimpulkan bahwa Rasulullah saw. kadang
melakukan witir dengan satu rakaat dan kadang tiga rakaat.

Jadi, sangat tidak pantas jika perbedaan jumlah rakaat shalat tarawih menjadi isu yang
pemecah persatuan umat. []

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2007/09/13/252/berapa-jumlah-rakaat-shalat-
tarawih/#ixzz2YZ2C4QKD
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
INGAPURA, KOMPAS.com — Pada survei yang dilakukan oleh Barclays Bank, yang
dirilis pekan lalu, terungkap bahwa kekayaan warga Singapura meningkat paling cepat
jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Sebagaimana dikutip dari Forbes, Selasa (9/7/2013), survei tersebut dilakukan dengan
melibatkan perseorangan dengan kekayaan individu minimal 1,5 juta dollar AS atau
sekitar Rp 15 miliar. Jumlah responden yang terlibat dalam survei ini mencapai 2.000
orang yang tersebar di seluruh dunia.

Hasil yang paling menonjol dari survei itu adalah kekayaan warga Singapura naik paling
cepat jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Rata-rata orang Singapura hanya
butuh waktu 10 tahun untuk menjadi orang dengan kekayaan setidaknya Rp 15 miliar.
Meskipun krisis keuangan melanda berbagai negara di kawasan Eropa dan Amerika
Serikat, hal itu tak banyak memengaruhi laju kenaikan kekayaan orang Singapura, yang
dalam hal ini naik hingga 50 persen.

Kenaikan tersebut juga erat hubungannya dengan menguatnya bursa saham Singapura.
Indeks Straits Times yang naik dua kali lipat pada periode 2008-2013 membuat kekayaan
warga negara ini juga melejit. Namun, kondisi tersebut juga membuat sebagian besar
kekayaan warga Singapura selalu dibayangi fluktuasi dari lantai bursa.

Dari survei itu, salah satu yang menarik untuk disimak adalah bagaimana orang
Singapura membagi uangnya, yang membuat mereka begitu cepat kaya.

Tabungan dan investasi. Ternyata, orang Singapura begitu memprioritaskan untuk


menabung dan berinvestasi. Dari seluruh kekayaan yang dimilikinya, sebanyak 61 persen
dimasukkan ke bank maupun diinvestasikan ke instrumen pasar modal. Porsi tersebut di
bawah alokasi penduduk Hongkong, yang menyisihkan 66 persen kekayaannya untuk
ditabung dan diinvestasikan, sedangkan warga China daratan mengalokasikan 58 persen.

"Traveling" dan kegiatan amal. Orang Singapura adalah warga yang selalu disibukkan
dengan berbagai aktivitas. Berjalan selalu terburu-buru menjadi pemandangan yang biasa
di setiap sudut negara kecil itu. Namun, di balik kesibukannya itu, warga Singapura
adalah orang yang senang bepergian dan menghabiskan waktu luang.

Di sisi lain, mereka juga senang menyisihkan sebagian kekayaan untuk kegiatan sosial
kendati mereka identik dengan orang yang money oriented. Untuk keperluan berwisata
dan mendukung kegiatan amal, orang Singapura menyisihkan 16 persen dari kekayaan
mereka.

Mobil dan perhiasan. Dari survei Barclays, diketahui, ternyata orang Singapura tak
begitu terobsesi untuk membeli mobil, perhiasan, maupun benda-benda untuk dikoleksi
sehingga untuk pos ini, rata-rata orang Singapura hanya mengalokasikan 7 persen dari
kekayaannya.

Kondisi ini berbeda dengan warga India yang sangat gemar membeli mobil dan perhiasan
sehingga alokasi dana untuk pembelanjaan ini mencapai 17 persen.

Obsesi. Di sisi lain, survei itu juga mengungkapkan cita-cita orang Singapura dengan
harta yang mereka miliki itu. Ini agak mengejutkan lantaran orang Singapura sangat ingin
melakukan sesuatu yang bisa bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Bahkan, karena itu,
mereka punya cita-cita untuk memberikan 50 persen kekayaannya untuk lembaga amal
dan 13 persen diwariskan kepada keturunannya.

Bagaimana dengan Anda...?

Anda mungkin juga menyukai