MPD 1. KEBIJAKAN PIS-PK Final
MPD 1. KEBIJAKAN PIS-PK Final
PUSAT PELATIHAN SDMK-BPPSDMK Bekerjasama dengan UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .....................................................................................................
i
.
1 : DESKRIPSI SINGKAT ............................................................... 1
2 : TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................ 1
3 : MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ........................... 2
4 : METODE ..………………………………….................................... 2
5 : MEDIA DAN ALAT BANTU ……………………….……………… 2
6 : LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN .................................. 3
7 : URAIAN MATERI ........................................................................ 4
Konsep Kebijakan Program Indonesia
Pokok Bahasan 1 : 4
Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Penguatan Puskesmas dengan
Pokok Bahasan 2 : 26
Pendekatan Keluarga
34
8 : Rangkuman ………....................................................................
9 : Daftar Pustaka………................................................................. 34
1 DESKRIPSI SINGKAT
Salah satu arah kebijakan dan strategi dalam RPJMN Tahun 2020-2024 adalah
meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama
penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong
peningkatan upaya promotif dan preventif. Hal tersebut didukung inovasi dan
pemanfaatan teknologi antara lain melalui penguatan sistem kesehatan dan pengawasan
obat dan makanan salah satunya mencakup penguatan pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan yang difokuskan antara lain pada optimalisasi penguatan pelayanan kesehatan
dasar melalui pendekatan keluarga. Pelaksanaan pendekatan keluarga guna optimalisasi
penguatan pelayanan kesehatan dasar tersebut diukur melalui indikator “Jumlah
kabupaten/kota yang telah melaksanakan PIS-PK dengan 100% intervensi keluarga”
dengan target tahun 2024 adalah 514 kabupaten/kota (kumulatif).
2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu memahami tentang Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
4 METODE
1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab (CTJ)
2. Komputer
3. LCD Projector
4. Sound System
5. Flip chart
6. Spidol (ATK)
7. Modul
LANGKAH – LANGKAH
6 PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran mata
pelatihan ini.
Langkah 1: Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran mata pelatihan ini dan materi pokok yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 3: Rangkuman
Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan refleksi dan membuat rangkuman materi.
Kegiatan ini kemudian diakhiri dengan memberikan apresiasi atas partisipasi aktif
peserta.
7 URAIAN MATERI
Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
dalam rangka mencapai tujuan bernegara (UU 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional). Dalam kerangka pembangunan nasional
tersebut, pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Pasal
2, UU 36/2009).
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat adalah suatu tindakan yang sistematis dan terencana
yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan
kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas
hidup. GERMAS mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa
mengesampingkan upaya kuratif- rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen
bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat. Tujuan GERMAS adalah terciptanya
masyarakat berperilaku sehat yang berdampak pada kesehatan terjaga, produktif,
lingkungan bersih, dan biaya berobat berkurang.
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (GERMAS) mengamanatkan setiap pihak terkait untuk menetapkan kebijakan dan
mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing
untuk mewujudkan GERMAS, melalui peningkatan aktivitas fisik, peningkatan perilaku
hidup sehat, penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi, peningkatan
pencegahan dan deteksi dini penyakit, peningkatan kualitas lingkungan, dan peningkatan
edukasi hidup sehat. Inpres ini juga mengamanatkan Menteri Kesehatan untuk
melaksanakan kampanye GERMAS serta meningkatkan advokasi dan pembinaan
daerah dalam pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), meningkatkan
pendidikan mengenai gizi seimbang dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, aktivitas
fisik, dan meningkatkan pelaksanaan deteksi dini penyakit di puskesmas dan menyusun
panduan pelaksanaan deteksi dini penyakit di instansi pemerintah dan swasta.
Germas tidak hanya dijalankan oleh Kementerian Kesehatan saja, tetapi juga lintas
kementerian dan lembaga, gubernur, bupati/walikota, akademisi, dunia usaha, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi dan ditunjang peran serta seluruh lapisan
masyarakat mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat dalam mempraktikkan pola
hidup sehat. Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah dalam menyiapkan sarana
dan prasarana pendukung, memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya. Pelaksanaan
GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari
b. Paradigma Sehat.
Paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya, yang akan
mempengaruhinya dalam berfikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku
(psikomotorik). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan
praktik yang diterapkan dalam memandang realitas di sebuah komunitas. Dengan
demikian, Paradigma Sehat dapat didefinisikan sebagai cara pandang, asumsi, konsep,
nilai, dan praktik yang mengutamakan upaya menjaga dan memelihara kesehatan, tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Dengan Paradigma Sehat maka orang-orang yang sehat akan diupayakan agar tetap
sehat dengan menerapkan pendekatan yang holistik. Selama ini cara pandang, asumsi,
konsep, nilai, dan praktik yang berlaku tampaknya masih menitikberatkan pada
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan – Paradigma Sakit. Apalagi dengan
dilaksanakannya JKN yang saat ini masih lebih memperhatikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan bagi perorangan. Oleh sebab itu, dalam kurun waktu lima
tahun ke depan harus dilakukan perubahan, agar Paradigma Sehat benar-benar
diterapkan dalam membangun kesehatan masyarakat, termasuk dalam pelaksanaan
JKN. Perubahan yang dimaksud mencakup perubahan pada penentu kebijakan (lintas
sektor), tenaga kesehatan, institusi kesehatan, dan masyarakat sebagaimana disajikan
dalam tabel berikut:
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan
sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan
mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.
Selain itu Puskesmas juga harus meningkatkan kerjasama dengan jejaringnya (fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama lain di wilayahnya), agar fasilitas-fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama lain tersebut juga turut menyelesaikan masalah-
masalah kesehatan keluarga. Yakni masalah-masalah kesehatan keluarga dari peserta
JKN yang dilayaninya.
Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya dua
belas indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas
indikator utama tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Pelaksanaan pendekatan keluarga ini memiliki tiga hal yang harus tersedia atau
dikembangkan, yaitu:
1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.
2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.
Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa forum-
forum berikut.
1. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.
2. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group discussion
(FGD) melalui Dasawisma dari PKK.
3. Kesempatan konseling di UKBM-UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan lain-
lain).
4. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug desa,
selapanan, dan lain-lain.
Pelaksanaan Pendekatan Keluarga dilakukan mulai dari satu desa/kelurahan secara utuh
diawali dari keluarga, RT, RW, sehingga melingkupi seluruh desa/kelurahan di wilayah
kerja Puskesmas. Kegiatan pendekatan keluarga meliputi tahapan pelatihan, persiapan,
kunjungan keluarga dan intervensi awal, analisis IKS awal, intervensi lanjut dan analisis
perubahan IKS.
Saat ini, kita dihadapkan dengan pandemi COVID-19. Pandemi ini membawa dampak
pada pelayanan Puskemas yang dituntut untuk tetap berperan aktif dalam penanganan
COVID-19 sekaligus tetap memberikan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
protokol kesehatan yang telah ditetapkan dan kaidah-kaidah Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) dan physical distancing guna memutus mata rantai penularan.
Termasuk pelaksanaan PIS-PK tetap harus dilaksanakan dengan penyesuaian-
penyesuaian yang mengedepankan aspek keselamatan petugas dan masyarakat sesuai
protokol kesehatan.
Agar pelaksanaan pelayanan dapat berjalan efektif dan efisien maka beberapa upaya
dapat dilakukan yaitu:
1. Integrasi kegiatan PIS-PK dengan kegiatan lain
Sebagai contoh pelaksanaan kunjungan keluarga di daerah dapat diintegrasikan
dengan kegiatan surveilans yang merupakan kegiatan utama dalam lingkup
pencegahan dan pengendalian COVID-19 atau kegiatan kunjungan rumah pada
pelayanan ibu dan anak, pelayanan gizi, dan pelayanan lain yang dilakukan melalui
kunjungan rumah.
2. Pemanfaatan raw data Individu
Dengan memanfaatkan data PISPK, Puskesmas dapat memiliki basis data kelompok
masyarakat misal berdasarkan faktor komorbid, penyakit kronis, dll sebagai bentuk
pemetaan Kesehatan wilayah untuk memudahkan analisis dan perumusan intervensi
yang tepat.
Indikator Keluarga
No. Pendukung Keberhasilan Pihak yang Terkait
Sehat
1 Keluarga ikut program 1. tersedianya pelayanan KB BKKBN & jajarannya
keluarga berencana sampai di tingkat desa/kelurahan
2. promosi KB oleh nakes/di faskes Kemenkes & jajarannya
3. promosi KB oleh pemuka- Kemenag & jajarannya
pemuka agama
-Kemendikbud &
4. pendidikan Kespro/KB di SLTA &
jajarannya
perguruan tinggi
-Kemenristekdikti
-Kemenpan dan RB
5. PNS, anggota Polri & anggota
-Polri
TNI sebagai panutan ber-KB
-TNI
-BKKBN & jajarannya
6. Kampanye nasional KB
-Kemenkominfo
7. tersedianya pelayanan medis KB Kemenkes & jajarannya
sampai di Puskesmas
2 Ibu bersalin di fasilitas 1. tersedianya pelayanan Kemenkes & jajarannya
kesehatan puskesmas Poned & RS Ponek
yang merata dan berkualitas
2. tersedianya rumah tunggu Kemendagri/Pemda &
kelahiran dans “ambulan”/alat jajarannya
transportasi untuk bumil di tempat-
tempat yang memerlukan
3. tersedianya pelayanan ANC & Kemenkes & jajarannya
senam bumil di Puskesmas
4. promosi oleh nakes dan kader -Kemenkes & jajarannya
PKK tentang persalinan di fasilitas -Kemendagri/Pemda &
kesehatan jajarannya
Indikator Keluarga
No. Pendukung Keberhasilan Pihak yang Terkait
Sehat
3 Bayi mendapat 1. tersedianya pelayanan imunisasi Kemenkes & jajarannya
imunisasi dasar lengkap dasar di Puskesmas dan FKTP lain
2. promosi oleh nakes/di faskes Kemenkes & jajarannya
tentang imunisasi dasar
3. promosi oleh pemuka-pemuka Kemenag & jajarannya
agama tentang imunisasi dasar
4. promosi oleh kader PKK tentang Kemendagri/Pemda dan
imunisasi dasar jajarannya
5. kampanye nasional imunisasi -Kemenkes dan
dasar lengkap jajarannya
-Kemenkominfo
4 Bayi diberi asi eksklusif 1. tersedianya pelayanan konseling Kemenkes dan
selama 6 bulan asi di Puskesmas & FKTP lain jajarannya
2. tersedianya ruang -Kemendagri/pemda dan
menyusui/memerah dan jajarannya
menyimpan asi di tempat-tempat
umum dan perkantoran/perusahaan -Kemenpan dan RB
-Kemenaker dan
jajarannya
3. promosi oleh nakes/di faskes Kemenkes dan
tentang ASI eksklusif jajarannya
4. promosi oleh kader PKK tentang Kemendagri/pemda &
ASI eksklusif jajarannya
5. kampanye nasional pemberian -Kemenkes dan
asi eksklusif jajarannya
-Kemenkominfo
5 Pertumbuhan balita 1. posyandu yang berfungsi dengan Kemendagri/pemda &
dipantau baik dan reguler (minimal 1 bulan jajarannya
sekali)
2. supervisi dan bimbingan yang Kemenkes dan
reguler dari puskes-mas ke jajarannya
posyandu
3. pemantauan pertumbuhan murid Kemendikbud dan
play group dan taman kanak-kanak jajarannya
4. promosi oleh kader PKK tentang Kemendagri/pemda dan
pemantauan pertumbuhan balita jajarannya
5. promosi oleh nakes/di faskes ttg Kemenkes dan
pemantauan pertumbuhan balita jajarannya
Indikator Keluarga
No. Pendukung Keberhasilan Pihak yang Terkait
Sehat
6 Penderita tb paru 1. tersedianya pelayanan Kemenkes dan
berobat sesuai standar pengobatan tb paru di puskesmas, jajarannya
FKTP lain dan rumah sakit
2. tersedianya pengawas menelan -Kemendagri/pemda dan
obat (PMO) di rumah dan/di tempat jajarannya
kerja -Kemenaker dan
jajarannya
3. promosi oleh nakes/di faskes Kemenkes dan
tentang pengobatan TB paru jajarannya
4. promosi oleh kader PKK tentang Kemendagri/pemda dan
pengobatan TB paru jajarannya
5. promosi di tempat-tempat umum Kemendagri/pemda dan
tentang pengobatan TB paru jajarannya
7 Penderita hipertensi 1. akses pelayanan terpadu PTM di Kemenkes dan
berobat teratur FKTP jajarannya
2. tersedianya posbindu PTM di Kemendagri/pemda dan
setiap desa/ kelurahan yang jajarannya
berfungsi dengan baik
3. sistem pengawasan keteraturan Kemendagri/Pemda dan
menelan obat dari kader kesehatan jajarannya
kepatuhan keteraturan minum obat kemenkes dan
oleh tenaga kesehatan jajarannya
4. tersedianya pelayanan konseling Kemenkes dan
berhenti merokok di jajarannya
puskesmas/FKTP dan RS
5. peningkatan kegiatan senam & Kemenpora dan
aktivitas fisik di kalangan jajarannya
masyarakat
6. pembatasan kandungan gula, Kemenperin dan
garam dan lemak dlm makanan jajarannya
olahan & pangan siap saji Kemendag dan
jajarannya
7. promosi oleh nakes/di faskes Kemenkes dan jajarann
tentang pengobatan hipertensi
8 Penderita gangguan jiwa 1. akses pelayanan terpadu PTM di Kemenkes dan
diobati dan tidak FKTP jajarannya
ditelantarkan/dipasung 2. promosi oleh nakes/di faskes Kemenkes dan
tentang pengobatan dan perlakuan jajarannya
terhadap penderita gangguan jiwa
Indikator Keluarga
No. Pendukung Keberhasilan Pihak yang Terkait
Sehat
3. promosi di tempat-tempat kerja -Kemenpan dan RB
tentang pengobatan dan perlakuan
terhadap penderita gangguan jiwa -Kemenaker dan
jajarannya
4. promosi oleh kader PKK tentang Kemendagri/Pemda dan
pengobatan dan perlakuan jajarannya
terhadap penderita
5. promosi tentang pengobatan dan Kemendagri/Pemda dan
perlakuan terhadap penderita jajarannya
gangguan jiwa
9 Tidak ada anggota 1. tersedianya pelayanan konseling Kemenkes dan
keluarga yang merokok berhenti merokok di jajarannya
puskesmas/FKTP dan RS
2. pembatasan iklan rokok dlm - Kemenkominfo
berbagai bentuk - Kemendag dan
jajarannya
3. pemberlakuan KTR di tujuh Kemendagri/Pemda,
tatanan yang diamanatkan undang- seluruh K/L terkait dan
undang, yaitu, fasyankes, tempat jajarannya
kerja, tempat anak bermain,tempat
belajar mengajar, tempat ibadah,
angkutan umum, fasilitas umum
4. pemberlakuan kawasan dilarang - Kemendikbud dan
merokok di sekolah/madrasah dan jajarannya
perguruan tinggi - Kemenag dan
jajarannya
- Kemenristekdikti
5. pemberlakuan batas usia pembeli Kemendagri/Pemda dan
rokok jajarannya
6. kenaikan cukai rokok Kemenkeu
7. kampanye nasional ttg bahaya Kemenkominfo
merokok
10 Keluarga memiliki 1. tersedianya sarana air bersih - Kemenpu dan
sarana air bersih sampai ke desa/ kelurahan jajarannya
- Kemendagri/Pemda
dan jajarannya
2. tersedianya sarana air bersih di - Kemendikbud dan
sekolah/ madrasah jajarannya
- Kemenag dan
jajarannya
Indikator Keluarga
No. Pendukung Keberhasilan Pihak yang Terkait
Sehat
- Kemendagri/Pemda &
jajarannya
3. promosi oleh nakes/di faskes ttg Kemenkes dan
pentingnya penggunaan air bersih jajarannya
4. promosi oleh kader Kemendagri/pemda &
kesehatan/kader pkk ttg pentingnya jajarannya
penggunaan air bersih
11 Keluarga 1. tersedianya jamban sehat di - Kemenpu dan
memiliki/menggunakan setiap keluarga jajarannya
jamban sehat - Kemendagri/pemda
dan jajarannya
2. tersedianya jamban sehat di - Kemendikbud dan
sekolah/ madrasah & perguruan jajarannya
tinggi - Kemenag dan
jajarannya
- Kemenristekdikti
3. promosi oleh nakes/di faskes Kemenkes dan
tentang pentingnya penggunaan air jajarannya
bersih
4. promosi oleh kader Kemendagri/Pemda dan
kesehatan/kader pkk ttg pentingnya jajarannya
penggunaan jamban sehat
12 Sekeluarga sudah 1. tersedianya pelayanan BPJS kesehatan dan
menjadi peserta JKN kepesertaan JKN yang mudah dan jajarannya
efisien
2. tersedianya pelayanan FKTP dan kemenkes dan
RS yang bermutu dan merata serta jajarannya
rujukan yang nyaman
3. promosi tentang kepesertaan BPJS kesehatan dan
JKN jajarannya
4. kampanye nasional tentang Kemenkominfo
kepesertaan JKN
5. Melakukan sosialisasi dengan lintas sektor, perangkat desa,RW, RT, PKK dan
kader kesehatan
Pendekatan Keluarga dilaksanakan dengan Konsep Wilayah, yaitu dimulai dari keluarga
kemudian satu RT, selanjutnya berkembang menjadi satu RW, satu desa/kelurahan
secara utuh baru berpindah ke desa/kelurahan lainnya, hingga total seluruh
desa/kelurahan di wilayah kerja Puskesmas dilaksanakan. Hal ini dilakukan secara total
coverage untuk setiap tingkatan agar didapatkan Indeks Keluarga Sehat (IKS), mulai
tingkat keluarga sampai tingkat kecamatan.
Faktor yang paling berperan dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat adalah
prilaku dan lingkungan. Oleh sebab itu, Puskesmas sebagai kontak pertama memiliki
prinsip mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Untuk itu, Puskesmas diberikan kewenangan dalam menggerakkan
masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap
tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan pimpinan wilayah dan
sektor lain terkait. Selain itu, Puskesmas juga berwenang melaksanakan pembinaan
teknis terhadap institusi dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif,
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu
mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat (Permenkes No. 65
th 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan).
pelayanan kesehatan, dapat dimotivasi untuk memanfaatkan UKBM yang ada dan/atau
pelayanan Puskesmas. Selain itu, keluarga juga dapat dimotivasi untuk memperbaiki
kondisi kesehatan lingkungan dan berbagai faktor risiko lainnya, dengan pendampingan
dari kader-kader kesehatan UKBM dan/atau petugas profesional Puskesmas.
Yang terpenting dalam penyelenggaraan UKBM adalah meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya UKBM sebagai sarana skrining penyakit
sehingga menumbuhkan rasa kebutuhan untuk ikut berperan aktif dan bertanggungjawab
terhadap kesehatan diri dan keluarganya.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan
dasar yang merupakan urusan wajib daerah yg berhak diperoleh setiap warga secara
minimal. SPM diarahkan untuk pelayanan dasar yang terkait dengan kebutuhan pokok
masyarakat
Esensi SPM adalah:
• SPM merupakan standar minimum pelayanan dasar yang wajib disediakan oleh
Pemda kepada masyarakat.
• Adanya SPM akan menjamin minimum pelayanan dasar yang berhak diperoleh
masyarakat Indonesia dari Pemerintah
• Bagi Pemda: SPM dapat dijadikan tolok ukur (benchmark) dalam penentuan biaya
yang diperlukan untuk membiayai penyediaan pelayanan.
• Bagi masyarakat: SPM akan menjadi acuan mengenai kualitas dan kuantitas suatu
pelayanan dasar yang disediakan oleh Pemda.
• SPM harus mampu menjamin terwujudnya hak-hak individu serta dapat menjamin
akses masyarakat mendapat pelayanan dasar yang wajib disediakan Pemda sesuai
ukuran yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Tujuan SPM:
• Panduan dari pemerintah pusat untuk daerah dalam memberikan pelayanan esensial
• Alat pemerintah pusat dalam memastikan bahwa setiap WNI memperoleh pelayanan
esensial yang sama
• Alat kontrol masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk
meningkatkan akuntabilitas pemda terhadap masyarakat.
Dari 12 SPM tersebut sebanyak tujuh SPM terkait dengan 7 indikator keluarga sehat
sehingga dapat mendukung pencapaian penerapan SPM yaitu: Ibu melakukan
persalinan di fasilitas kesehatan
1. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
2. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
3. Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan
4. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
5. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
6. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
Dengan demikian, bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, pendekatan keluarga
merupakan salah satu cara yang sangat besar artinya bagi terlaksananya SPM Bidang
Kesehatan. Jika SPM menghendaki cakupan pelayanan secara universal (total
coverage), demikian pun dengan pendekatan keluarga. Dalam pendekatan keluarga,
Puskesmas harus mendata seluruh (total coverage) dari keluarga yang ada di wilayah
kerjanya dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi setiap anggota
keluarga.
Dalam implementasinya, PIS-PK merupakan moda untuk mendukung pencapaian
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten/Kota Bidang Kesehatan. Sesuai PP nomor
2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal dan Permenkes Nomor 4 Tahun 2019
tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan, terdapat 12 pelayanan dasar yang pencapaiannya harus
100%. Sebagian besar bentuk pelayanan dasar SPM tersebut beririsan dengan 12
Indikator Keluarga Sehat dan terdapat 7 Indikator Keluarga Sehat terkait dengan
Pelayanan Dasar pada SPM, yaitu persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, imunisasi
dasar lengkap, ASI eksklusif, pemantauan pertumbuhan balita, tuberkulosis paru,
hipertensi, dan gangguan jiwa berat. Sehingga jika pendekatan keluarga dilaksanakan
dengan baik maka pelayanan dasar SPM Kabupaten/Kota Bidang Kesehatan akan
tercapai. Disamping itu, dari hasil kunjungan keluarga PIS-PK (jika sudah dilaksanakan
secara total coverage) dapat dilakukan analisis untuk penghitungan kebutuhan
pemenuhan pelayanan dasar serta sasaran secara riil. Sasaran SPM yang ditemukan
adalah ibu hamil, jumlah per kelompok umur dan jumlah kelompok suspek/penderita TB,
Hipertensi, ODGJ. Dalam Permenkes Nomor 4 Tahun 2019, Penetapan sasaran layanan
dasar SPM di wilayah kabupaten/kota dalam satu tahun menggunakan data proyeksi
BPS atau data riil yang diyakini benar, dengan mempertimbangkan estimasi dari hasil
survei/ riset yang terjamin validitasnya, yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
b. Pemanfaatan Hasil PIS-PK untuk meningkatkan Cakupan Program
Dari hasil kunjungan keluarga yang dilakukan Puskesmas dapat memanfaatkan raw data
individu sebagai basis data di wilayah kerjanya. Puskesmas memperoleh basis data
menurut nama dan alamat (by name by adress) untuk perencanaan intervensi lanjut,
data sasaran riil sebagai sasaran SPM, dan untuk melengkapi analisis data program serta
mengaitkan capaian PIS-PK dengan capaian program, misalnya apakah terjadi miss
opportunity (contoh capaian persalinan di Fasyankes dengan capaian HbO dan IMD yang
tidak sinkron pada hal memiliki sasaran sama).
Berdasarkan hasil evaluasi implementasi PIS-PK di Puskesmas, belum seluruh
Puskesmas memanfaatkan raw data, karenanya, dilakukan pengembangan tools yang
mempermudah Puskesmas dalam melakukan analisis raw data. Aplikasi KS versi 2.0
memiliki menu crosstab yang dapat mengolah raw data dan melakukan tabulasi silang.
Untuk keperluan analisis data, Puskesmas dapat mengupload raw data dengan format
csv (comma delimited) dan memilih variabel yang akan disandingkan secara online.
Selain menggunakan fitur crosstab, terdapat alternatif pengolahan data secara offline
menggunakan Instrumen Analisis Raw data PIS-PK (INARATA) dalam bentuk excel yang
dapat menghasilkan informasi untuk perencanaan secara evidence based (berupa
sasaran riil program/intervensi lanjut maupun SPM) serta dapat menampilkan mapping
wilayah kerja. Instrumen ini dapat diunduh melalui link bit.ly/INARATA_PIS-PK pada link
tersebut telah dilengkapi buku petunjuk serta video tutorial pemanfaatannya.
Disamping itu, telah dikembangkan syntax untuk analisis raw data menggunakan SPSS.
Puskesmas mengexport data dan menjalankan syntax SPSS yang telah disiapkan.
Data PIS-PK dapat diperkaya dengan data program di luar 12 indikator yang dimiliki
Puskesmas dengan menggunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) untuk sinkronisasi
datanya. Data yang sudah diolah harus digunakan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis masalah-masalah kesehatan di tingkat keluarga, tingkat desa/kelurahan
dan tingkat kecamatan dan atau Puskesmas. Sehingga intervensi lanjut bisa dilakukan di
tingkat keluarga, tingkat kelompok dan di tingkat wilayah dalam bentuk pendekatan
wilayah
Intervensi lanjut yang dilaksanakan merupakan kegiatan program namun
pelaksanaannya menitikberatkan pada integrasi lintas program,. Contoh pada indikator
TB Paru, yaitu ditemukan suspek TB pada kunjungan keluarga, dimana terdapat peran
intervensi lanjut masing-masing program yang dilakukan secara terintegrasi, yaitu antara
petugas Perkesmas, petugas TB, petugas kesehatan lingkungan dan petugas gizi seperti
pada gambar berikut.
Prediksi Risiko PTM melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) di fasilitas kesehatan tingkat pertama.
Dalam pelaksanaannya, Pandu PTM bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,
disabilitas, dan kematian akibat PTM (mencegah terjadinya PTM dan/atau
komplikasinya), yang bergerak lebih ke hulu dengan mengutamakan aspek promotif dan
preventif. Kegiatan ini dilaksanakan secara komprehensif dan berkelanjutan dengan
tidak mengabaikan aspek kuratif, rehabilitatif dan paliatif.
8 RANGKUMAN
9 REFERENSI