Anda di halaman 1dari 10

PEMBERDAYAAN SOSIAL SUKU KAILI DA’A DI KABUPATEN SIGI

SOCIAL EMPOWERMENT TRIBES KAILI DA’A ON SIGI REGENCY

Irmawan
Balai Besar Penelitian, Pengembangan dan Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Jl. Kesejahteraan Sosial No. 1 Sonosewu, Daerah Istimewa Yogyakarta
E-mail: sirmawan@yahoo.co.id

Diterima: 14 Desember 2017; Direvisi: 13 Maret 2018; Disetujui: 9 April 2018

Abstrak
Komunitas Adat Terpecil merupakan salah satu penyandang masalah sosial, dan menjadi sasaran
program pemberdayaan sosial yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kondisiSuku Kaili Da’a setelah diberdayakan, yang dilihat dari aspek permukiman,
pendidikan, kesehatan, agama dan kepercayaan, sarana dan prasarana serta mata pencaharian. Pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara dengan panduan wawancara, observasi, pemotretan, telaah dokumen
dan internet. Analisis data secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa setelah
diberdayakan terbukti ada perubahan pada permukiman, pendidikan, kesehatan, kepercayaan dan agama,
sarana prasarana serta mata pecaharaian. Rekomendasi kepada Kementerian Sosial RI dapat melanjutkan
dan memperluas program pemberdayaan KAT.
Kata Kunci: pemberdayaan, komunitas adat terpencil, suku kaili da’a.
Abstract
Isolated Community is one among social problems that stated as a target of social empowerment that held
by Ministry of Social Affairs of Indonesia. This research has aimed to dig up varies of social condition of
Kaili Da’a ethnic, in terms of dwelling, education, health, religi and believe, and their income generating..
Data has been collected through interview, observation, mapping, and documentary study. Data has
analized qualitatively. The result of study shows that after empowerment, those community have enhanced
in terms of their dwelling, education, health, religi and belief, and also in their income generation. Hence,
its recommended for the Ministry of Social Affairs to replicate the program in similar community

Keywords: empowering, isolated community, tribe kaili da’a.

PENDAHULUAN layanan pendidikan, kesehatan, dan pelayanan


Pemberdayaan komunitas adat terpencil sosial lainnya.
(KAT) merupakan salah satu program prioritas
Untuk melakukan pemberdayaan KAT,
nasional, dan secara teknis diselenggarakan
Kemensos RI berpegang pada empat pilar,
oleh Kementerian Sosial RI. Komunitas adat
yaitu peningkatan jangkauan dan kualitas
terpencil hidup dalam kemiskinan, pendidikan
pemberdayaan sosial, peningkatan dan
rendah, kesehatan memburuk dan tinggal di
penguatan sumber daya manusia, sosial, dan
rumah tidak layak huni. Berdasarkan data pada
budaya, ekonomi dan lingkungan, peningkatan
Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat
peran pemerintah daerah, kelembagaan
Terpencil – Kementerian Sosial RI (Kemensos
masyarakat dan perangkat pelayanan sosial
RI), terdapat 231.266 kepala keluarga yang
tingkat lokal, serta peningkatan peran aktif
tinggal di berbagai wilayah terpencil di
masyarakat. Kementerian Sosial sudah
Indonesia. Mereka tinggal di daerah terpencil,
menangani sebanyak 123.977 KK dari total
dan memiliki keterbatasan untuk mengakses
231.268 KK adat terpencil dengan program

Pemberdayaan Suku Kaili Da’a di Kabupaten Sigi, Irmawan 91


pemberdayaan. Tahun 2017, diberdayakan KAT, DPRD dan warga Suku Kaili Da’a yang
3.955 KK. “Sisanya, 123.336 KK, yang belum telah diberdayakan. Selain itu dilakukan
diberdayakan. Untuk akselesari pencapaian observasi di lingkungan.. Analisis data secara
tujuan program, Kementerian Sosial RI kualitatif.
memberikan kesempatan keapda semua pihak,
termasuk dunia usaha. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAT merupakan sekelompok warga 1. Permukiman


masyarakat yang tinggal di daerah terpencil Sebelum diberdayakan, kondisi rumah
(terisolir), dan hidup sangat sederhana. Mereka Suku Kaili Topo Da’a sangat sederhana.
hanya berfikir untuk memenuhi kebutuhan Mereka tinggal di daerah pegunungan
primer, dengan mata pencaharian sebagai berupa bukit ataupun puncak gunung yang
perambah hutan, seperti mencari kayu, madu, berkabut. Bangunan rumah mereka belum
burung dan hewan, berhuma, ladang berpindah permanen dengan ukuran panjang empat
dengan menanam jagung, ubi jalar, ataupun meter dan lebar dua meter, ruangan rumah
padi, dan sebagian kecil bidang pertanian.. tanpa sekat atau kamar, dan menjadi tempat
segala aktivitas keseharian. Pada bagian
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan pojok belakang bangunan terdapat dapur
dalam penelitian adalah: Bagaimanakah kondisi (tungku) yang digunakan untuk memasak
Suku Kaili Da’a di Kabupaten Sigi setelah dan sekaligus sebagai penghangat di malam
diberdayakan ? Berdasarakan rumusan masalah hari. Sebagian dari mereka juga ada yang
tersebut, maka tujuan yang akan dciapai dalam membuat rumah di atas pohon disebut rumah
peneltian ini adalah mendeskripsikan kondisi pohon dengan ukuran dua meter persegi.
Suku Kaili Da’a setelah diberdayakan. Manfaat Pohon tersebut menurut salah seorang warga
hasil penelitian sebagai bahan masukan untuk yang dituakan dan berpengalaman tentang
menyusun kebijakan tentang pemberdayaan tradisi leluhurnya, dinamakan dengan pohon
KAT yang dilakukan oleh Kementerian Sosial. jawa, karena asal pohon tersebut dari pulau
Jawa. Rumah warga yang belum permanen
METODE terbuat dari bahan bambu ataupun kayu
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif untuk lantai dan dinding, serta beratapkan
dengan pendekatan kualitatif, yaitu untuk daun rumbia yang dianyam. Pada umumnya
menggambarkan kondisi Suku Kaili Da’a mereka tinggal di tepi jurang (tebing)
setelah diberdayakan, yang dilihat dari demi menjaga keamanan karena dapat
aspek permukiman, pendidikan, kesehatan, mengawasi musuh yang datang dari suku
kepercayaan dan agama, sarana dan prasarana, lain, serta untuk mempermudah dalam
serta mata pencaharian. Lokasi penelitian berburu binatang. Pemberdayaan Suku Kaili
di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Teknik Da’a di Dusun III Desa Kalora Kecamatan
pengumpulan data menggunakan pedoman Kinovaro Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah,
wawancara, untuk memperoleh informasi yang dimulai dengan memperbaiki tempat
menyeluruh dan mendalam tentang kondisi Suku tinggal sebanyak 90 kepala keluarga yang
Kaili Da’a sebelum dan sesudah diberdayakan. belum permanen menjadi permanen dan
Jumlah informan sebanyak 10 orang dan dipilih penyekatan ruangan, seperti kamar tidur,
secara purposive yaitu tokoh adat, tokoh agama, ruang tamu, atau dapur. Selain itu, juga
wakil dari instansi pemerintah yang menangani

92 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 02, Januari - April, Tahun 2017


penggantian bahan bangunan rumah yang bantuan dana antara Rp. 17 juta hingga 26,5
lebih baik yakni berupa kayu, batu merah, juta dalam rangka memberdayakan KAT.
seng/asbes. Lokasi pembangunan rumah Hal tersebut merupakan implikasi dari
tidak dipindah ke desa lain, namun hanya kebijakan pemerintahan Jokowi-JK tentang
dipindah di dekat rumahnya yang dahulu, Nawacita, terutama cita yang ketiga, yaitu
sehingga tidak banyak mengalami perubahan Membangun Indonesia dari pinggiran
lingkungan sosial. Gambaran kondisi rumah dengan memperkuat daerah dan desa-
sebelum dan sesudah diberdayakan, seperti desa dalam kerangka Negara Kesatuan.
tabel berikut. Sebab dengan membangun KAT, maka
dapat mengurangi masalah kemiskinan dan
Tabel 1. Kondisi Rumah Suku Kaili Da’a Desa
Kalora Sebelum dan Sesudah Diberdayakan
keterisolasian serta dapat meningkatkan
ketahanan sosial. Disamping itu, warga KAT
Kondisi Sebelum Sesudah
Rumah Diberdayakan Diberdayakan merasakan bahwa negara dan pemerintah
Bentuk Rumah panggung, Rumah dapat hadir untuk membantu mengatasi
bangunan tidak permanen kampung, kesulitan sesuai dengan Nawacita yang
rumah permanen kedua. (Sumber data: Bahan workshop
Bahan Kayu, bambu, Kayu, batu bata,
rancangan penelitian di B2P3KS Yogyakarta
bangunan daun rumbia seng/asbes
Pembagian Belum ada Sudah ada
2016 dari Kabid Perencanaan pada Asdep
ruang R. tidur, dapur,dll Infrastruktur Ekonomi dan Kesra BNPP
Sumber: hasil observasi, 2017 oleh. Drs. Isnawan Harijono, M.Si)

Berdasar tabel di atas dapat diketahui Untuk membangun rumah mendapat


kondisi rumah warga KAT Suku Kaili bantuan dari Kementerian Sosial sebesar
Da’a, bahwa bentuk bangunan rumah KAT 17 juta rupiah setiap rumah. Pada awalnya
sebelum mereka diberdayakan adalah sebanyak 30 keluarga warga KAT yang
rumah panggung tidak permanen, dengan memperoleh rumah bantuan. Kemudian
ukuran panjang empat meter dan lebar tiga pada tahap kedua memperoleh bantuan 60
meter, dinding berbahan kayu atau bambu, unit rumah per unit senilai 26,5 juta rupiah,
lantai juga dari papan, dan atap dengan pembangunannya mempekerjakan warga
dedaunan (rumbia). Sebagian dari mereka sekitar, dan ternyata hasilnya lebih baik
bahkan bertempat tinggal di atas pohon dibanding kondisi rumah bantuan tahap
(rumah pohon) dengan ukuran dua kali pertama yang dikerjakan secara proyek.
dua meter. Setelah diberdayakan mereka Rumah yang dibangun sudah ditempati
mendapat bantuan rumah dengan ukuran semua, sedangkan rumah yang lama
panjang lima meter dan lebar empat meter, sebagian kecil dijadikan sebagai dapur
berbahan batu bata untuk dinding, berlantai ataupun gudang dan sebagian besar rumah
plester semen, dan beratap dari seng dan yang lama sudah dibongkar. Pada umumnya
atau asbes. Rumah bantuan tersebut sudah Suku Kaili Da’a di Desa Kalora memiliki
dilengkapi ruang tamu, kamar tidur, dan ternak kambing serta memiliki peralatan
dapur. Perbaikan rumah KAT tersebut elektronika, seperti radio, televisi dan HP
merupakan program dari Kementerian karena sudah memiliki listrik dari PLN.
Sosial dengan bantuan dana untuk Rumah Dengan memiliki rumah yang layak huni,
Tidak Layak Huni (Rutilahu) dengan maka seluruh keluarga dapat hidup aman

Pemberdayaan Suku Kaili Da’a di Kabupaten Sigi, Irmawan 93


dan nyaman. Apalagi mereka juga sudah tahun bebas pungutan”.
menggunakan listrik dari PLN, sehingga
Kondisi tersebut memperlihatkan
dapat membantu kebutuhan keluarga,
bahwa pemberdayaan KAT tidak hanya
seperti lampu penerangan, kompa air,
bersifat fisik tetapi juga membangun
setrika listrik, dan radio ataupun televisi
Sumber Daya Manusia (SDM) melalui
untuk mengetahui perkembangan dunia
pendidikan serta menumbuhkan semangat
luar, sehingga tidak ketinggalan informasi
cinta tanah air terutama bagi generasi muda
dan tidak terisolir dengan dunia luar.
sebagai penerus bangsa Indonesia. Setelah
2. Pendidikan warga KAT memiliki pendidikan yang
layak, diharapkan dapat meningkatkan
Suku Kaili Da’a dahulu belum mengenal
meningkatkan kesejahteraan sosial.
pendidikan formal, sehingga mereka tidak
dapat membaca ataupun menulis latin dan 3. Kondisi Kesehatan
belum dapat berbahasa Indonesia. Mereka
Suku Kaili Da’a sebelum diberdayakan
berkomunikasi menggunakan bahasa Da’a.
kondisi fisik jasmaninya termasuk sehat.
Ketika peneliti menanyatakan kepada
Mereka banyak melakukan kegiatan
warga suku Kaili Da’a yang sudah tua
fisik dalam memenuhi kebutuhan hidup,
(umur 60 tahun ke atas), mereka belum
seperti banyak berjalan kaki, memanjat
dapat berbahasa Indonesia, sehingga untuk
pohon, mencangkul lahan dan berburu
menanyakan sesuatu, harus memakai
binatang. Apabila mereka mengalami sakit,
penerjemah dari bahasa Indonesia ke
pengobatannya dilakukan secara tradisional
bahasa Da’a yang dibantu oleh seorang
dengan jamu ataupun secara non medis
warga Da’a yang masih muda. Ketika
dengan pertolongan tetua adat (dukun,
itu, peneliti menanyakan berapa usianya?
supranatural, mistik). Sebagian warga KAT
maka jawabannya setelah diindonesiakan
Suku Kaili Da’a memiliki kepercayaan,
adalah saya tidak tahu umurku. Namun ada
bahwa seseorang yang sakit dapat
tradisi dari leluhurnya, yaitu: pada zaman
disebabkan oleh gangguan mahkluk halus,
dahulu, orangtua yang melahirkan anaknya
sehingga mereka meminta pertolongan
memiliki tradisi menanam pohon, sehingga
kepada tetua adat yang dianggap dapat
umur anak yang dilahirkan setara dengan
menyembuhkan mereka yang sakit.
umur pohon tersebut.
Para perempuan Suku Kaili Da’a
Kondisi pendidikan di Kabupaten Sigi
dahulu melahirkan sendiri ataupun hanya
termasuk masih rendah, karena tingkat
dibantu oleh dukun beranak kemudian
buta huruf masih tinggi. Hal tersebut juga
bayinya dimandikan, karena dipercaya
terlihat dari kemampuan belajar rata-rata di
sebagai cara menjaga kekebalan tubuh,
Kabupaten Sigi selama delapan tahun atau
agar kebal dari penyakit maupun senjata
setara dengan kelas dua SLTP, sedangkan
tajam. Untuk menjaga kesehatan jasmani
wajib belajar secara nasional adalah 12 tahun
suku Kaili Da’a banyak mengkonsumsi
atau setara dengan lulus SLTA. Sedangkan
pisang dan kacang tanah, sehingga sebagian
pemerintah dengan Nawacita ke lima antara
kecil warga ada yang menjual kacang
lain menyatakan bahwa ”Meningkatkan
dan pisang secara keliling desa. Untuk
kualitas hidup manusia melalui program
mengobati penyakit fisik, maka Habib
Indonesia pintar dengan wajib belajar 12

94 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 02, Januari - April, Tahun 2017


Shaleh sering memberikan pengobatan ketuhanan, bahwa segala sesuatu di alam
kepada warga masyarakat secara tradisional jagad raya ini memiliki penguasa (Pue’)
dengan memakai tanaman (herbal), seperti: masing-masing. Dunia atas (langit) dikuasai
dedaunan, akar-akaran, buah dan kulit kayu. oleh Pue Ri Langi/Pue Nulangi dan dunia
Misalnya: sakit perut dengan ramuan daun bawah (bumi) dikuasai oleh Pue Ri Tana/
sambirata, butrowali. Untuk mengobati Pue Nulino sehingga hampir setiap aktivitas
cacingan dan meningkatkan nafsu makan kehidupan yang dilakukan sehari-hari,
dengan daun pepaya yang ditumbuk (jawa: selalu meminta izin kepada yang menguasai
dipipis) dan diminum air pepayanya. Untuk tempat di dunia langit dan dunia bumi.
menjaga kesehatan jasmani dilakukan Suku Kaili Da’a di Desa Kalora sebelum
dengan memakan garam sedikit, sebelum diberdayakan menganut kepercayaan
dan sesudah makan. Hal tersebut dipercaya animisme dan dinamisme, yaitu percaya
dapat mencegah keracunan tubuh serta dan menghormati arwah nenek moyang,
dapat mencegah terjadinya 70 jenis penyakit yang dianggap memiliki kekuatan ataupun
tubuh. Sedangkan untuk mengobati penyakit hubungan dengan kehidupan mereka serta
psikis, maka diberi minuman air putih yang percaya bahwa setiap benda (gunung, batu
telah diberi doa untuk penyembuhan dan tinggi, gua, pohon besar, laut, sungai) yang
keselamatan. Air putih tersebut diperoleh dianggap keramat memiliki kekuatan dan
pada waktu kegiatan pengajian rutin yang harus dihormati sesuai adat setempat.
dilakukan Majelis Dzikir Nurul Khairat.
Setelah diberdayaakan, maka Suku Kaili
Banyak warga yang membawa botol berisi
Da’a memeluk agama Islam. Perkembangan
air putih untuk mengatasi masalah kesehatan
keagamaan di Desa Kalora ditandai dengan
jasmani maupun rohani.
pembangunan masjid dan musholla sebagai
Setelah diberdayakan, maka pengobatan tempat beribadah, pengajian dan kegiatan
secara tradisional maupun secara religius Islam. Bahkan untuk perkembangan
masih dilakukan karena dianggap lebih generasi muda, sudah ada Taman Pendidikan
murah dan mudah melakukannya. Al-Qur’an (TPA) untuk belajar agama Islam
Namun seiring dengan kemajuan zaman, bagi anak-anak. Kondisi masyarakat yang
teknologi informasi dan program-program religius juga tampak pada model pakaian
pemerintah untuk mengatasi masalah yang digunakan, seperti baju koko, jubah,
kemiskinan, semakin gencar sampai di kopiah untuk kaum laki-laki dan maju
kawasan pedesaan, maka warga KAT juga muslimah, jilbab untuk kaum perempuan.
mulai menggunakan pengobatan secara Pada acara pengajian selalu ada kesenian
medis dengan membeli obat di warung ”Hadroh” dan acara makan bersama dalam
maupun berobat ke dokter, bidan, tenaga satu tempat (nampan) seperti budaya bangsa
medis yang ada di pos kesehatan terdekat, Arab.
seperti posyandu dan pos lansia. Hal ini
Sebagian dari mereka sudah dapat
dikarenakan belum ada Puskesmas ataupun
menjadi guru agama di masyarakat
rumah sakit di lokasi tersebut.
disekitarnya. Meskipun demikian, sebagian
4. Kepercayaan dan agama mereka juga masih dipertahankan tradisi.
Misalnya tradisi mengolah sawah/ladang,
Suku Kaili Da’a dahulu memiliki
masih didahului dengan makan bersama
kepercayaan yang berkenaan dengan konsep

Pemberdayaan Suku Kaili Da’a di Kabupaten Sigi, Irmawan 95


sebelum menanam padi ataupun jagung. mandi, mencuci dan buang air besar. Dalam
Tradisi sekarang untuk anak laki-laki sudah memasak keseharian, mereka menggunakan
banyak yang disunat ketika masih bayi, bahan bakar kayu yang banyak terdapat di
umur di bawah satu tahun ataupun masih lingkungan setempat. Setelah diberdayakan,
usia anak di bawah usia 10 tahun sehingga kondisi sarana dan prasarana berupa jalan,
kehidupan Suku Kaili Da’a di Desa Kalora penerangan ataupun listrik, air bersih, MCK
sudah religius islami. Hal tesebut sejalan (Mandi, Cuci, Kakus), tempat belajar,
dengan konsep pemberdayaan menurut tempat berobat, tempat beribadah, balai
peneliti, yaitu peningkatan pengetahuan sosial warga KAT Suku Kaili Da’a di Desa
dengan bukti dapat membaca dan menulis Kalora menjadi baik. Berikut gambaran
latin (bahasa Indonesia) serta bahasa Arab, sarana dan prasarana permukiman warga
penguatan nilai yang positif dan peningkatan KAT di Kabupaten Sigi sebelum dan
komitmen keagamaan dengan menerapkan sesudah diberdayakan.
syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari,
Tabel 2. Jenis Sarana Permukiman Suku Kaili
seperti kegiatan jamaah sholat wajib lima Da’a Desa Kalora Kabupaten Sigi
waktu di musholla ataupun masjid, kegiatan
Jenis Sebelum Sesudah
pengajian dan peringatan hari-hari besar Sarana Diberdayakan Diberdayakan
Islam (Idul Fitri, Idul Adha, Isrok-Mikrod, MCK Tidak ada Ada
Maulud Nabi, Nuzulul Qur’an). Jalan Buruk Baik, Aspal
Penerangan Lampu minyak Listrik PLN
Kegiatan yang bersifat budaya lokal
Tempat Tidak ada Ada TPA,
tetap dilestarikan dengan menyesuaikan Belajar Pesantren
syariat Islam. Misalnya tradisi perkawinan Tempat Tidak ada Ada sederhana
dan kelahiran anak. Pemberdayaan pada Berobat
aspek religius ini berkat dukungan dari Tempat Tidak ada Ada Musholla,
Habib Shaleh, seorang tokoh agama yang Ibadah Masjid,
Balai Sosial Tidak ada Ada sederhana
konsisten menggunakan metode dakwah
dengan menghargai budaya lokal. Sumber: hasil observasi, 2017

Fasilitas mandi mencuci dan buang air


5. Sarana dan Prasarana
(MCK) di permukiman warga KAT suku
Kehidupan Suku Kaili Da’a dahulu
Kaili Da’a di Desa Kalora Kecamatan
sangat sederhana, belum terjangkau fasilitas
Kinovaro sudah tersedia meskipun sifatnya
listrik, belum memiliki peralatan elektronik
untuk bersama dan setiap satu unit MCK
seperti radio dan televisi, sehingga mereka
dimanfaatkan sekitar 20 rumah tangga. Air
mengalami ketertinggalan informasi
bersih diperoleh dari mata air di puncak
dan perkembangan teknologi. Prasarana
bukit pegunungan setempat, kemudian
transportasi berupa jalan tanah masih
disalurkan pada lingkungan rumah
setampak, serta kondisi jalannya naik-
penduduk menggunakan pipa pralon,
turun dan berkelok-kelok karena lokasinya
sehingga kebutuhan air bersih warga
berada di puncak perbukitan (pegunungan)
KAT terpenuhi secara memadai. Kondisi
dan belum dilengkapi sarana transportasi
tersebut menunjukkan, bahwa potensi alam
seperti ojek dan angkot. Mereka belum
di lingkungan Suku Kaili Da’a seperti
terfasilitasi MCK dan air bersih, sehingga
keberadaan sumber air sudah mereka
masih menggunakan air sungai untuk

96 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 02, Januari - April, Tahun 2017


manfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air mushola dengan keberadaan ustad (guru
bersih. Warga KAT Suku Kaili Da’a dapat mengaji) pembimbing keagamaan di
dikatakan telah berhasil mendayagunakan wilayah tersebut. Kegiatan keagamaan
sumberdaya alam dengan bertumpu pada sangat dinamis seperti adanya pengajian,
kearifan lokal, yaitu menggunakan sumber yasinan, dan hadroh. Anak lelaki warga
air bersir dari puncak bukit disalurkan Suku Kaili Da’a di daerah tersebut bahkan
dengan pipa prolan ataupun selang plastik sudah disunat (dikhitan) ketika masih bayi.
ke rumah-rumah penduduk ataupun MCK Pakaian yang mereka kenakan ketika di
umum, sehingga hidupnya lebih sehat dan mushola telah bernuansa muslim seperti
nyaman. berbaju koko, memakai sarung, dan kopiah.
Suku tersebut bahkan memiliki tradisi
Kondisi jalan menuju permukiman
mengadakan makan bersama dengan satu
KAT di Desa Kalora Kecamatan Kinovaro
tempat makanan
sudah beraspal atau sebagian telah di cor
semen, sehingga mudah dilalui baik dengan 8. Mata Pencaharian
kendaraan sepeda motor maupun mobil,
Jenis pekerjaan suku Kaili Da’a baik
meskipun kondisi jalan banyak tikungan,
sebelum maupun sesudah diberdayakan
tanjangan, dan turunan karena merupakan
mayoritas adalah sebagai petani. Tanaman
daerah pegunungan, namun kondisi sudah
yang dibudidaya meliputi pae (padi ladang)
baik, karena sudah diaspal, sehingga dapat
dengan masa panennya enam hingga
dilalui motor maupun mobil dengan lancar.
sembilan bulan, kasubi (ubi kayu), ‘ntoku
Sedangkan penerangan warga KAT sudah
(ubi jalar), keladi, dan jagung. Hasil panen
menggunakan listrik dari PLN, setiap
tanaman tersebut hanya untuk pemenuhan
keluarga dapat memanfaatkan lampu listrik
kebutuhan hidup keluarga, belum menjadi
dan memiliki peralatan elektronik seperti
usaha ekonomi produktif. Alat produksi
televisi, radio, dan handphone. Keadaan
yang digunakan masih sederhana seperti
tersebut membuka warga Suku Kaili
parang, kampak, cangkul dan sekop.
dari kondisi keterisolasian menjadi lebih
Mereka dahulu melakukan perladangan
terbuka, sehingga mereka dapat mengakses
berpindah tempat sesuai dengan tradisi.
pelayanan publik. Keberadaan air bersih
Sumberdaya lain yang dimanfaatkan
untuk MCK, listrik untuk penerangan dan
adalah hasil hutan seperti rotan dan durian
bekerja, kondisi jalan yang baik merupakan
yang memiliki nilai jual. Hasil penjualan
bukti bahwa instansi yang terkait dengan
rotan dan durian digunakan untuk membeli
pemberdayaan KAT sudah berkontribusi
berbagai kebutuhan keluarga. Pada musim
sesaui dengan peranannya, seperti MCK
rotan dan durian, warga Suku Kaili Da’a
dengan Dinas Kesehatan, Listrik dengan
berinteraksi dengan dunia luar karena
PLS, jalan umum dengan Dinas PU.
mereka membawa hasil hutan yang
Fasilitas untuk belajar membaca, dibutuhkan oleh masyarakat di luar warga
menulis, dan berbahasa Indonesia sudah KAT. Sebagian mereka juga ada yang
mulai dirintis dengan didirikannya Taman bekerja sebagai perambah hutan untuk
Pendidikan Al Quran (TPA). Bagi warga mencari madu ataupun berburu binatang
KAT yang ingin belajar agama Islam di seperti musang dengan bantuan sekelompok
permukiman tersebut sudah dibangun anjing yang dilatih ataupun berburu burung

Pemberdayaan Suku Kaili Da’a di Kabupaten Sigi, Irmawan 97


dengan senjata sumpit (tulup) yang dibuat Sumberdaya lain yang dimanfaatkan
dari bambu. adalah hasil hutan seperti rotan dan durian
yang memiliki nilai jual. Hasil penjualan
Tradisi Suku Kaili Da’a dalam
rotan dan durian digunakan untuk membeli
pembukaan lahan untuk menanam padi
keperluan keluarga (Studi Kelayakan
di ladang melakukan beberapa tradisi
Komunitas Adat Terpencil Topo Daa
sebagai tahapan, meliputi: a) Mangala
Banjasio, 2012).
tanah (melihat tanah), merupakan proses
pemilihan lahan yang akan ditanami padi. Suku Kaili Da’a sesudah diberdayakan
Maksudnya adalah meminta izin pemakaian memiliki jenis matapencaharian yang
lahan untuk menanam padi kepada Yang tidak banyak berubah, karena lokasi
Maha Kuasa. b) Nantalu (memaras) adalah permukiman masih dalam satu desa,
tahap pembersihan lahan. Jika si pemilik sehingga tidak mengalami perbedaan
lahan masih mampu membersihkan lahan lingkungan secara menyolok. Jenis mata
sendiri, maka akan dilakukan sendiri, tetapi pencaharian warga KAT sebanyak 70
jika tidak mampu, maka meminta bantuan keluarga atau 88 persen adalah sebagai
kepada kerabat. c) Notunju (membakar) petani ladang dengan menanam padi,
adalah tahap membakar rumput dan jagung, ubi jalar, dan ketela. Selanjutnya
kayu yang tersisa dari pembersihan delapan keluarga atau 10 persen bekerja
yang dilakukan sebelumnya. Tujuannya sebagai pedagang kecil (berjualan) dengan
mempersiapkan lahan untuk ditanami memasarkan pisang, kacang, dan sayuran
dengan cara membakar vegetasi yang hasil dari pertanian. Satu keluarga atau
tumbuh di atas lahan. d) Nompepoyu adalah dua persen sisanya berburu binatang.
ritual permohonan izin kepada penghuni Meskipun jenis matapencahariannya tidak
tanah (tupuntana) sesuai kepercayaan banyak berubah, tetapi dengan diberikan
mereka. bantuan stimulan berupa bibit tanaman dan
peralatan pertanian, maka kehidupannya
Suku Kaili Da’a pada umumnya
juga semakin baik dan sejahtera.
percaya bahwa dunia atas memiliki penjaga
(tu rilangi) dan yang menjaga bumi
KESIMPULAN
(tupu tana). Tupu tana mereka anggap
Pemberdayaan Suku Kaili Da’a di
sebagai faktor penentu keberhasilan dan
Kabupaten Sigi menunjukkan keberhasilan,
berlimpahnya hasil panen. e) Nolilondi
karena dapat dapat menempat rumah layak huni,
nantunu manu (bakar ayam), yakni prosesi
pendidikan, kesehatan, kepercayaan dan agama,
adat yang dilakukan untuk memohon agar
sarana prasarana serta mata pencaharaian.
sang pencipta memberikan kesehatan
Sebagian warga KAT Suku Kaili Da’a
bagi peladang dan memberi hasil panen
menempati kawasan hutan lindung, sehingga
yang berlimpah. f) Nantiwa (memetik)
sulit mengurus sertifikat tanah. Peran tokoh
yaitu tahap pemetikan hasil panen. Pada
agama dalam pemberdayaan KAT Suku Kaili
pemetikan pertama tidak dilakukan secara
Da’a serta kontribusi lembaga terkait (Dinas
sembarang, karena menurut masyarakat
Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan/
setempat jika proses pemetikan pertama
Universitas, Bapeda, BPS dapat mempengaruhi
dilakukan secara sembarangan, maka
keberhasilan pemberdayaan KAT.
dapat mengakibatkan sakit pada tanaman.

98 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 02, Januari - April, Tahun 2017


SARAN com/social-sciences/sociologi
Indikator keberhasilan pemberdayaan /1992756-dampak-perubahan-sosial-
KAT dapat diukur dan dinilai dengan budaya/#ixzzlbCRgQoCU, diakses
aspek terjadi nya perbaikan permukiman, pada tanggal 10 Oktober 2011.
pendidikan, kesehatan, kepercayaan dan
Anonym ”Sosial Budaya Sulawesi Tengah”
agama, sarana prasarana serta dapat hidup
dalam http://www.google.co.id/sosial-
nyaman tanpa kehilangan tradisi. Hal tersebut
budaya-Sulawesi-Tengah/ diakses pada
membutuhkan kerjasama dan koordinasi
tanggal 7 Oktober 2018.
lembaga yang terkait dengan pemberdayaan
KAT, sehingga perlu mengaktifkan kembali Harijono.I (2016). Kebijakan Nawacita
Forum Pemberdayaan KAT. Kementerian Presiden Jokowi-JK. Bahan workshop
Sosial RI bertugas memberdayakan KAT, rancangan penelitian di B2P3KS
antara lain dengan program perbaikan Rumah Yogyakarta, tanggal: 18 Maret 2016
Layak Huni (Rutilahu)). Dana tersebut dari dari Kabid Perencanaan pada Asdep
APBN disalurkan ke pemerintah daerah (Dinas Infrastruktur Ekonomi dan Kesra. Badan
Sosial Kabupaten/Kota). Pemerintah daerah Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).
diwajibkan berkontribusi untuk mengawal
proses pemberdayaan KAT. Pemberdayaan Irmawan (2015). Pemberdayaan Jamaah
KAT yang berhasil dapat dijadikan model Shalawatan Jawa Guna Memperkuat
dan dijadikan study banding serta diberi Modal Sosial di Desa Wonokromo
penghargaan bagi mereka yang memiliki PLeret Bantul. Penerbit B2P3KS Press
kontribusi dalam memberdayakan KAT. Yogyakarta.

Kementerian Sosial RI, (2017). Peraturan


UCAPAN TERIMA KASIH
Menteri Sosial Republik Indonesia No.
Kepada Drs. Benny Setia Nugraha, M.Si yang 20 Tahun 2017 Badan Pusat Statistik
telah memberi kesempatan untuk melakukan (2016). Kabupaten Sigi Dalam Angka.
penelitian Suku Kaili Da’a di Kabupaten Sigi
Sulawesi tengah, kami menyampaikan banyak Kissumi D, & Retnaningdyah.W (2017).
terimakasih yang setulusnya, semoga hasil Komitmen Pemerintah Daerah dalam
penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
lembaga serta masyarakat pada umumnya. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial
Kepada Habib Shaleh Al Idrus, kami Volume 16 No. 2 Juni 2017 Penerbit
menyampaikan terimakasih yang mendalam, B2P3KS Yogyakarta.
karena telah banyak dibantu dalam melakukan
Moleong (2014). Motode Penelitian Kualitatif.
penelitian KAT serta informasi dan kisah-
Bandung Remaja Rosdakarya.
kisah yang inspiratif. Kepada Kepala Dinas
Sosial Kabupaten Sigi, dan para pendamping Mulyana, D (2003). Metodologi Peneltian
serta warga KAT, kami menghaturkan banyak Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu
terimakasih atas kerjasama dan bantuannya. Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya,
Remaja Rosdakarya.
DAFTAR PUSTAKA
Nawawi, H, H. (2002). Metode Penelitian
Anonym. ”Dampak Perubahan Sosial
Bidang Sosial. Gadjah Mada University
Budaya”. Dalam http://id.shvoong.

Pemberdayaan Suku Kaili Da’a di Kabupaten Sigi, Irmawan 99


Press. Yogyakarta.

Rusmiyati.C.et.al (2017). Pemberdayaan


Komunitas Adat Terpencil. Penerbit
B2P3KS Press Yogyakarta.

Suharto, E. (2010). Membangun Masyarakat


Memberdayakan Rakyat. (Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan
Sosial dan Pekerjaan Sosial). Bandung.
PT Refina Aditama.

Siagian, S, P. (2001). Manajemen Sumber Daya


Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.

Universitas Tadulako (2012). Study Kelayakan


Komunitas Adat Terpencil Topo
Da’a Desa Bambakaenu Kecamatan
Pinembani. Universitas Tadulako
Sulawesi Tengah.

100 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 02, Januari - April, Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai