Form Work Method SPP Mooring Dolphin
Form Work Method SPP Mooring Dolphin
NAMA PROYEK : PEMBANGUNAN NEW CONSTRUCTION JETTY & TEMPORARY ACCESS ROAD
REVISI TABULASI
LEMBAR RESPON
DOKUMEN REF. : -
Dokumen / Hal.
No. Komen Inisial Respon Inisial Keterangan
Ref.
1 Hal. 11 Tambahkan Sudah
Acceptance Criteria ditambahkan
-
WORK METHOD
Nomor Dokumen PEMANCANGAN SPP MOORING Rev. 1C
U2003-004-DAP-C07-N0004 DOLPHIN Page 4 of 11
DAFTAR ISI
1. FLOWCHART .....................................................................................................................................6
1. FLOWCHART
2. PEKERJAAN PERSIAPAN
Hal penting yang harus diperhatikan adalah monitoring stok tiang pancnag baja yang sudah di-
coating, sesuai kebutuhan untuk menjaga kontinuitas pekerjaan pemancangan. Peralatan yang
digunakan untuk pemindahan ini adalah crane service 65 ton dan truk trailer.
a. Tenaga Kerja
- Tim Pemancangan
- Welder Team
- Surveyor
- Helper
b. Alat yang digunakan
- Crane Pancang - Waterpass - Welding Habitat
- Diesel Hammer - Welding Machine - Kawat Las 3,2 – 4 mm
- Vibro Hammer Perlengkapan Pengelasan (menyesuaikan spek)
- Total Station - (Stang las, cover/kedok las, dll) - Roughter Crane
WORK METHOD
Nomor Dokumen PEMANCANGAN SPP MOORING Rev. 1C
U2003-004-DAP-C07-N0004 DOLPHIN Page 6 of 11
4) Selama proses pemancangan/pemukulan tiang berlangsung, akan terus dikontrol oleh surveyor
supaya tiang pancang tidak sampai keluar dari arah yang hendak dicapai.
5) Dalam pelaksanaan penentuan titik-titik pancang tersebut, perlu adanya alat komunikasi, guna
koordinasi antara surveyor dengan tim pancang, serta operator crane. Penentuan titik-titik BM
yang dipakai untuk referensi posisi alat ukur berdiri disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan
maksud memudahkan pengukuran dan sasaran tidak terhalang.
6) Arahkan crew pancang mengikuti arah sudut yang anda set, Jika sudah oke tiang pancang bisa
diturunkan, setelah mencapai tanah, cek kembali posisi tiang pancang apakah masih di posisi
yang benar atau sudah bergeser, jika bergeser minta crew pancang untuk membetulkan lagi
posisi tiang pancangnya.
4. TRANSPORTASI SPP
1) Pengangkutan SPP dilakukan bantuan sling yang dihubungkan pada peralatan crane yang dipakai.
2) Ada 2 kondisi cara pengangkatan tiang yang dilakukan, yaitu:
a. Single Pipe Pile (10 m atau 12 m), dengan cara mengkaitkan sling pada kedua bagian tepi
tiang yang dihubungkan dengan crane seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 (a).
b. Double Pipe Pile / pipa baja yang telah disambung (20 m atau 24 m), dengan cara
mengkaitkan sling pada kedua bagian tepi tiang dengan jarak 0,25 panjang tiang, kemudian
dihubungkan dengan crane seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 (b).
WORK METHOD
Nomor Dokumen PEMANCANGAN SPP MOORING Rev. 1C
U2003-004-DAP-C07-N0004 DOLPHIN Page 7 of 11
>60° >60°
L L
1/4L 1/4L
(a) (b)
3) Proses pengangkutan dengan alat angkat dan alat angkut, harus mengikuti dokumen lifting plan
yang telah disetujui owner.
5. PEMANCANGAN SPP
5.1 Urutan Kerja Pemancangan
1) Pada tiang pancang akan diberi nomor / angka, penomoran ini berguna untuk
pemantauan proses pemancangan pada interval 0,5 m dan 1 m di pakai sebagai data
pemancangan
2) Setiap tiang pipa baja yang akan dipancang dan di las diberi penomoran / heat number
untuk memudahkan identifikasi pada pipa baja tersebut
3) Alat pancang ditempatkan sesuai dengan posisinya sehingga as hammer jatuh pada
titik pancang yang telah ditentukan.
4) Mengangkat tiang pancang bawah (bottom pile ) dan mempersiapkan pemancangan
awal (pre-driving ) dengan memposisikan ujung tiang pada titik rencana, dengan
mempergunakan alat survey.
5) Tiang bottom akan dipancang dengan cara digetarkan menggunakan Vibro Hammer .
Pada pukulan tiang pertama, tiang harus dipancang dengan hati - hati dan melakukan
pengecekan kembali menggunakan waterpass .
6) Tiang pancang kedua atau middle akan dipancang menggunakan diesel hammer.
7) Pemancangan tidak menggunakan guide beam dikarenakan lokasi pemancangan di
darat.
Maka akan dibuatkan titik pinjaman dari as 150 cm.
8) Pada pemancangan tiang pancang dengan kondisi miring (sudut 1:10) maka
dibuat perbandingan dengan kemiringan menggunakan waterpass. Apabila sudah tepat
maka tiang pancang di turunkan sesuai dengan kemiringannya dan siap untuk dipancang.
9) Setiap hammer yang dijatuhkan selama pemancangan, kemiringan (sudut 1:10) akan selalu
dikontrol terus-menerus oleh surveyor
10) Tim pemancangan akan selalu mengikuti arahan surveyor untuk control kemiringan.
11) Dalam pelaksanaan tim surveyor dengan tim pancang serta operator crane akan selalu
berkoordinasi menggunakan alat komunikasi.
12) Apabila tiang sudah mendekati kedalaman tanah rencana, dilakukan kalendering.
13) Aktifitas pemancangan dihentikan apabila sudah mencapai kedalaman rencana
WORK METHOD
Nomor Dokumen PEMANCANGAN SPP MOORING Rev. 1C
U2003-004-DAP-C07-N0004 DOLPHIN Page 8 of 11
14) Pengecekan elevasi top tiang kemudian dilakukan pemotongan tiang pancang.
5.2 Kalendering
1) Proses final set dimana pemancangan telah mencapai kedalaman rencana
2) Final set ditentukan setelah mendapatkan hasil dari kalendering,
3) Saat Kalendering tes telah ditentukan, pemukulan dengan hammer pile dihentikan
sementara
4) Lalu dipasang kertas millimeter pada tiang pancang menggunakan selotip
5) Siapkan pulpen/spidol yang ditumpukan pada balok kayu, kemudian menempelkan
ujung pulpen/spidol pada kertas millimeter
6) Menjalankan pemukulan pemancangan Kembali
7) Satu orang melakukan kalendering dan satu orang mengawasi serta menghitung
jumlah pukulan, setelah 10 pukulan kertas millimeter diambil
8) Tahap ini bisa dilaksanan 2-3 kali apabila belum diperoleh grafik sesuai yang diinginkan
9) Setelah tahapan selesai hasil kalendering tes ditanda tangani bersama untuk
selanjutnya dihitung daya dukungnya.
2) Tiang pancang ditumbuk sebanyak dua sampai lima kali, sesuai instruksi supervisi PDA
3) Hasil rekaman PDA (Piling Driving Analyzer) dianalisis lebih lanjut dengan
metode CAPWAP yaitu metode analisis yang mengkombinasikan data pengukuran di
lapangan dengan data persamaan gelombang untuk menaksir kapasitas daya dukung
statis dan distribusi tahanan.
4) Menganalisis benturan tiang berdasarkan hasil rekaman PDA dengan cara
menganalisis karakteristik kurva F (gaya tumbuk) dan V (kecepatan rambat
gelombang).
10) Dilengkapi dengan welding habitat pada saat pengelasan untuk menghindari korosi
dan humidity.
11) Setelah pengelasan selesai kemudian dilakukan cooling down
12) Lakukann NDT sesuai dengan NDT Map.
b. Pengelasan di Workshop
1) Pengelasan dilakukan di atas lantai kerja yang datar
2) Dudukan tiang pancang di beri H beam sesuai dokumen metode splicing pile
3) Penyambungan dilakukan dengan Menyusun tiang pancang atas dan bawah, posisi
kedua tiang harus sejajar.
4) Penyambungan SPP harus ada gap sesuai dengan WPS
5) Pengelasan sambungan pipa akan dilakukan 3 lapisan secara bertahap (root,
filler, capping)
6) Kawat las menggunakan ukuran 3,2-4 mm (menyesuaikan dengan WPS & PQR Welding)
7) Pengelasan akan dilakukan oleh 2 orang welder dengan durasi las
menyesuaikan kebutuhan
8) Dilengkapi dengan welding habitat pada saat pengelasan untuk menghindari korosi
dan humidity.
9) Setelah pengelasan selesai kemudian dilakukan cooling down
10) Lakukann NDT sesuai dengan NDT Map.
6. ACCEPTANCE CRITERIA
Kriteria yang diterima adalah:
- Material SPP sesuai dengan spesifikasi yang disetujui owner
- Kedalaman pancang sesuai dengan rencana
- SPP memiliki kemampuan / Daya dukung sesuai dengan perencanaan
- Hasil pengelasan dapat diterima dan dinyatakan layak