870 1697 1 SM
870 1697 1 SM
Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah Malang
ABSTRAK
Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan suatu program Pemerintah dalam rangka pemberdayaan UMKMK.
Menurut jumlah plafonnya, KUR dibagi menjadi dua, yakni KUR Ritel dan KUR Mikro. KUR Mikro merupakan
kredit pembiayaan modal kerja dan atau kredit investasi dengan jumlah plafon maksmimal 20juta. KUR disalurkan
oleh beberapa bank di Indonesia, salah satunya BRI dan KUR diberikan penjaminan oleh Pihak Penjamin yakni
Askrindo atau Jamkrindo. BRI merupakan bank penyalur KUR terbesar dengan KUR Mikro nya, dan disertai NPL
yang paling kecil diantara bank penyalur lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
mekanisme serta strategi penyaluran KUR Mikro oleh BRI. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Dari hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa dalam mekanisme penyaluran
kredit, seperti kredit pada umumnya. Kebijakan yang ditetapkan oleh BRI adalah penetapan jangka waktu kredit
hanya sampai dengan 3 tahun, wajib melakukan pengecekan dengan SID dan agunan tambahan dapat berupa
sertifikat rumah, BPKB mobil atau sepeda motor. Strategi perencaan BRI yakni matching antara core bussines dan
peraturan Pemerintah. Dalam hal pembinaan dan pengawasan, tidak dilakukan atau tidak sesuai dengan prosedur.
Untuk penanganan kredit macet, dilakukan penagihan secara berkala, penyitaan barang jaminan, dan atau pengajuan
klaim kepada pihak penjamin. Strategi perluasan penyaluran KUR adalah pendirian unit kerja baru dan perekrutan
SDM yang berkualitas. Selain itu strategi marketing berada ditangan masing-masing Mantri. Hasil penelitian
menunjukkan adanya makelar KUR. Makelar KUR timbul disaat strategi keluarga berantai atau rekomendasi
nasabah dilakukan. Untuk tetap mendapatkan kredit yang sehat, diharapkan Mantri tetap mengacu pada prinsip
analisis kredit yang baik dan benar.
A. PENDAHULUAN
Bank memegang peranan yang penting dalam perekonomian suatu negara. Dapat dikatakan bahwa pada
dasarnya bank melaksanakan kegiatan distribusi karena bank bertindak sebagai perantara antara pihak pemberi
pinjaman dan pihak peminjam. Perkreditan merupakan bisnis pokok dari bank komersial, dan dalam bidang
inilah mereka memiliki pengalaman, keahlian, dan fleksibelitas yang memberikan kepada mereka keunggulan
kompetitif dari semua lembaga keuangan lainnya. Penyaluran kredit ini pun memiliki manfaat-manfaat bagi bank
yang bersangkutan. Muljono (1990 : 57-61) menerangkan mengenai manfaat perkreditan ditinjau dari sudut
kepentingan bank, antara lain memperoleh pendapatan bunga kredit, untuk menjaga solvabilitas usahanya,
membantu memasarkan jasa-jasa perbankan yang lain, mempertahankan dan mengembangkan usahanya, untuk
merebut pasar, dan yang terakhir adalah dengan pemberian kredit akan memungkinkan perbankan untuk
mendidik para staffnya untuk mengenal kegiatan-kegiatan industri yang lain secara mendetail.
Dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM-K), penciptaan
lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah menerbitkan Paket Kebijakan yang bertujuan
meningkatkan Sektor Riil dan memberdayakan UMKM-K. Kebijakan pengembangan dan pemberdayaan
UMKM-K mencakup peningkatan akses pada sumber pembiayaan, pengembangan kewirausahan, peningkatan
pasar produk UMKM-K, dan reformasi regulasi UMKM-K. Upaya peningkatan akses pada sumber pembiayaan
antara lain dilakukan dengan cara memberikan penjaminan kredit melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR
merupakan kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM-K yang feasible tapi belum
bankable. KUR dibagi menjadi dua, yakni KUR Mikro dan KUR Ritel. KUR Mikro merupakan KUR yang
diberikan dengan plafon maksimum sebesar Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah). Sedangkan KUR Ritel
dengan plafon diatas Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah). KUR ditujukan kepada UMKM yang memiliki potensi namun juga beresiko. Berikut akan disajikan
tabel realisasi penyaluran KUR.
1
Tabel 1. Realisasi dan NPL Penyaluran KUR Bank Nasional (per 31 Agustus 2013)
Sumber : Sebaran Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Periode November 2007-Agustus 2013 (www.komite-
kur.com)
Adanya kepentingan dari bank sebagai lembaga intermediasi, dan BRI merupakan bank plat merah yang
wajib menyalurkan KUR kepada UMKM, dimana UMKM sebagai calon debitur yang pastinya memiliki
berbagai resiko dalam penyaluran kredit tersebut karena UMKM dikatakan belum bankable. BRI sebagai salah
satu bank pelaksana wajib mematuhi berbagai peraturan dan ketentuan yang ada dan yang telah disetuji. Dan,
menurut sebaran realisasi KUR diatas, BRI merupakan bank plat merah yang menyalurkan KUR terbanyak
dibandingkan bank lainnya. Penyaluran terbesar oleh BRI ialah KUR Mikro dengan plafon maksimal Rp 20 juta.
Jumlah penyaluran BRI yakni sebanyak Rp. 61,9 triliun dan NPL yang terendah sebesar 1,9%. Untuk itu, disini
penulis tertarik untuk mengambil judul ” Mekanisme Dan Strategi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Mikro (Studi Kasus pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah Malang) ”.
B. KAJIAN PUSTAKA
Prinsip Dasar Kredit Secara Umum
UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watku tertentu dengan
pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit maka ia akan dikenakan bunga tagihan. Kredit
merupakan sumber utama pendapatan bank dan sekaligus sumber resiko bisnis terbesar. Pemberian suatu kredit
merupakan kegiatan utama bank yang mengandung risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan
kelangsungan usaha bank. Unsur – unsur yang yang terkandung dalam pemberian suatu kredit menurut
Toejekam (dalam Fitria dan Sari, 2012 : 90) unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit antara
lain yaitu waktu, kepercayaan, penyerahan , risiko, persetujuan/perjanjian.
Analisis kredit merupakan penelitian yang dilakukan oleh account officer terhadap kelayakan perusahaan,
kelayakan usaha nasabah, kebutuhan kredit, kemampuan menghasilkan laba, sumber pelunasan kredit serta
jaminan yang tersedia untuk meng-cover permohonan kredit. Analisis kredit bertujuan untuk memperoleh dan
meyakinkan apakah usaha nasabah layak, nasabah memiliki kemampuan dan kemauan memenuhi kewajibannya
2
kepada bank secara baik, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya sesuai dengan kesepakatan
dengan bank (Rivai dkk, 2013 : 217).
Walean (1990 : 267-271) menerangkan prinsip dasar dan umum didalam penilaian/analisa kredit
merupakan prinsip klasik adalah prinsip yang dikenal dengan „Prinsip 5 C‟, yang terdiri dari :
1. Character (Watak). Character adalah watak dan sifat dari peminjam baik dalam kehidupan pribadi maupun
dalam lingkungan usaha.
2. Capacity (Kecakapan atau Kemampuan). Capacity yaitu kemampuan yang dimiliki peminjam untuk
membuat rencana dan mewujudkan rencana itu menjadi kenyataan termasuk kemampuan dalam
menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan.
3. Capital (Modal). Capital merupakan dana yang dimiliki peminjam untuk menjalankan dan memelihara
kelangsungan usahanya.
4. Collateral (Jaminan). Collateral merupakan barang–barang yang akan diserahkan peminjam sebagai
jaminan terhadap kredit yang diterimanya.
5. Condition of Economy (Kondisi Perekonomian). Condition of economy merupakan keadaan/ kondisi
perekonomian pada suatu saat yang dapat mempengaruhi maju mundurnya perusahaan.
Selain 5 (lima) C, Rivai dkk (2013 : 219–225) menyebutkan aspek–aspek analisis kredit terdiri dari aspek
yuridis, aspek pemasaran, aspek manajemen dan organisasi, aspek teknis, aspek keuangan, aspek jaminan dan
aspek sosial ekonomi dan analisis dampak lingkungan (AMDAL). Sedangkan Triandaru dan Budisantoso (2007 :
114-115) menerangkan, dalam pemberian kredit bank wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang
mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya. Mengingat hal
tersebut diatas dan adanya prinsip kehati-hatian, maka pihak bank selalu ingin mengetahui segala sesuatu tentang
kemampuan dan kemauan debiturnya. Hal-hal tersebut terdiri dari perijinan dan legalitas, karakter, pengalaman
dan manajemen, kamampuan teknis, pemasaran, sosial, keuangan, dan agunan.
3
3. Dalam hal UMKM-K masih memiliki baki debet yang tercatat pada Sistem Informasi Debitur Bank
Indonesia, tetapi yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman, maka diperlukan Surat Keterangan
Lunas/Roya dengan lampiran cetakan rekening dari Bank Pelaksana/ pembiayaan sebelumnya.
4. Untuk UMKM-K yang akan meminjam KUR Mikro, baik yang disalurkan secara langsung maupun tidak
langsung, tidak diwajibkan untuk dilakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia.
Bank sebagai pihak pelaksana KUR pada hakikatnya memiliki kewajiban – kewajiban serta peraturan
yang harus ditaati. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 22/PMK.05/2010 Tentang Fasilitas Penjaminan
Kredit Usaha Rakyat (Mantik, 2010) Pasal 4 berbunyi sebagai berikut :
1. Bank Pelaksana menyediakan dan menyalurkan dana untuk KUR.
2. Bank Pelaksana wajib menatausahakan KUR secara terpisah dengan program kredit lainnya.
3. Bank Pelaksana dapat mengambil tindakan–tindakan yang diperlukan untuk menyediakan dan menyalurkan
KUR secara tepat jumlah dan tepat waktu sesuai dengan program yang ditetapkan oleh Pemerintah, serta
mematuhi semua ketentuan yang berlaku.
4. Bank Pelaksana memutuskan pemberian KUR berdasarkan penilaian terhadap kelayakan usaha sesuai
dengan asas–asas perkreditan yang sehat, serta dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.
5. Bank Pelaksana dapat menyalurkan KUR secara langsung kepada UMKM-K dan/atau tidak langsung
melalui Lembaga linkage dengan pola executing dan/atau pola channeling.
Di dalam dunia bisnis dengan tingkat persaingan yang ketat dan lingkungan yang dinamis, strategi
merupakan kunci dari pencapaian keunggulan bersaing dan keberhasilan sebuah bisnis. Begitu juga bank, juga
harus siap bersaing. Siagian (dalam Respati, 2008 : xxvi) mengungkapkan bahwa manajemen stratejik adalah
serangkaian keputusan dan tidakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh
seluruh jajaran suatu organisasi tersebut. Pemilihan strategi merupakan fokus utama dari top manajemen. Salah
satu metode untuk mengembangkan alternatif strategi adalah SWOT Matrix. Dalam bukunya Manajemen
Perkreditan, Mulyono (1990:82-87), SWOT merupakan perencanaan perkreditan melalui pendekatan pasar.
Orientasi perencanaan kredit ini disebut dengan customer oriented dan pola pemasarannya pun berubah dari
seller market ke buyer market. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan kredit melalui
pendekatan pasar ini adalah corak pemasaran, corak persaingan, corak dari para nasabah, dan corak dari produk.
Setelah menganalisis faktor-faktor tersebut, maka dapatlah dibuat SWOT analysis, yaitu Strengthness (kekuatan
bank dalam menerobos pasar yang dapat diukur dari jumlah cabang sebagai sales force yang dimiliki, jumlah
dana yang siap dipasarkan, nasabah debitur yang telah dikuasai, dll), Weaknesses (letak kelemahan dari
perkreditan bank yang bersangkutan), Opportunities (letak peluang usaha uang dapat dimanfaatkan dalam
menerobos pasar), Threat analysis (siapa saja yang menjadi ancaman persaingan berapa market share yang telah
dimiliki yang harus dipertahankan).
Selain perencanaan kredit berdasarkan pendekatan pasar, ada pula pendekatan perencanaan kredit
berdasarkan sumber dana, anggaran, dan peraturan moneter. Pendekatan perencanaan kredit melalui pendekatan
sumber–sumber dana didasarkan atas jumlah dana yang dapat dikumpulkan, pendekatan ini pada hakekatnya
merupakan production oriented pada suatu perusahaan industri fabrikasi. Sudah tentu cara ini tidak sesuai untuk
kegiatan perbankan yang kompetitif, dan hanya cocok untuk kegiatan perkreditan dimana jumlah permintaan
dana jauh lebih besar dari pihak–pihak yang menawarkan. Dengan demikian agar pendekatan ini dapat
bermanfaat perlu dikombinasikan dengan pendekatan–pendekatan yang lain karena bagaimanapun juga dalam
setiap kegiatan usaha faktor–faktor produksi tidak dapat diabaikan begitu saja.
Dalam pendekatan anggaran ini pola berfikir yang dipakai adalah sesuai dengan pengertian anggaran itu
sendiri yaitu sesuai rencana kerja yang dimanifestasikan dalam bentuk kesatuan mata uang. Pendekatan ini
terdiri dari 7 tahap. Tahap satu perumusan kebijaksanaan, kedua tahap pengenalan faktor–faktor usaha yang akan
terlibat dalam pencapaian obyektif, ketiga penetapan critical point, tahap keempat penetapan target usaha dalam
perencanaan kredit, tahap kelima penyusunan penetapan planning assumption, keenam diadakan perhitungan
tarif biaya dan pendapatan yang menyangkut kegiatan perkreditan, dan tahap terakhir menyusun anggaran
(perencanaan kredit). Perencanaan kredit tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan
manajemen misalnya perencanaan kredit per wilayah, dsb.
Pendekatan perencanaan kredit terakhir berdasarkan pendekatan pada peraturan moneter yang ada.
Beberapa model ketentuan moneter dibidang perkreditan yang dapat terjadi dan cara–cara pemanfaatannya dapat
diberikan ilustrasi seperti pada pemberian kredit ke sektor ekonomi yang diprioritaskan, akan dapat memberikan
4
manfaat bagi bank komersiil karena adanya kredit likuiditas dari bank sentral dengan suku bunga yang rendah,
dan adanya bantuan share dana dari pemerintah; dalam rangka perluasan kesempatan kerja dan perbaikan
distribusi pendapatan, maka arah pemberian kredit kepada perusahaan yang padat karya; dalam rangka
pengembangan usaha golongan ekonomi lemah, maka arah pemberian kredit ditujukan kepada kepada pengusaha
kecil, dalam rangka peningkatan kesempatan memperoleh keahlian dan pengetahuan, maka arah pemberian
kredit ditujukan pada usaha dibidang pendidikan, atau kepada mahasiswa, dan lain–lain.
Sedangkan menurut Sutojo (1997 : 223–232) sebagian besar bank merasa perlu memiliki kebijaksanaan
kredit yang jelas dan komprehensif. Kebijaksanaan kredit bank yang komprehensif terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Kebijaksanaan Umum.
Kebijaksanaan umum kredit meliputi lima hal yaitu sasaran yang ingin dicapai, strategi pokok
penyaluran kredit, daerah pemasaran, standar mutu kredit dan jaminan, dan batasan wewenang
pemberian persetujuan kredit.
2. Prosedur Pemberian Dan Pengawasan Kredit.
Disamping kebijaksanaan umum, kebijaksanaan kredit memuat pedoman umum tentang prosedur
pemberian dan pengawasan kredit yang wajib dipenuhi, baik oleh bank maupun oleh debitur. Pedoman
prosedur pemberian dan pengawasan kredit terdiri dari standar dokumentasi kredit, perlindungan
asuransi, dan pengawasan kredit.
3. Pedoman Khusus Penanganan Kredit Tertentu
Cara penanganan kredit yang disalurkan ke sektor ekonomi yang berbeda sering kali tidak sama, karena
setiap sektor ekonomi mempunyai kondisi khusus yang tidak sama dengan sektor ekonomi yang lain.
Hal yang sama berlaku dalam penanganan kredit yang dipergunakan untuk tujuan yang berbeda.
C. METODE PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang ingin dijawab pada penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat mendalam, karena penelitian
ini ingin mengetahui mengenai mekanisme serta strategi yang diterapkan di tempat penelitian. Penelitian ini
menggunakan metode fenomenologi. Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah Malang. Adapun pemilihan lokasi penelitian di bank BRI karena BRI
5
merupakan penyalur KUR Mikro terbesar. Penelitian ini menggunakan unit analisis yang berfokus pada
persoalan penelitian mengenai mekanisme serta strategi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro di PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah Malang. Berdasarkan unit analisis yang telah
dikemukakan di atas, maka pihak-pihak yang akan dijadikan informan dalam penelitian ini adalah :
1. Informan kunci : Bankir dari Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah Malang.
2. Informan pendukung : Nasabah KUR Mikro dari Bank BRI .
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, antara lain seperti wawancara,
dokumentasi dan observasi. Sedangkan dalam menganalisa data dalam penelitian ini, peneliti melalui beberapa
proses yaitu proses reading dan coding, data reduction, data displaying dan interpreting. Data-data yang telah
didapatkan dalam penelitian tentunya memerlukan pengujian agar data yang didapat tersebut reliable (handal),
kredibel dan teruji validitasnya. Dalam penelitian ini data diuji kredibilitasnya dengan menggunakan triangulasi
data, atau pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Uji keabsahan melalui
trianggulasi dilakukan karena dalam penelitian kualitatif untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat
dilakukan dengan alat uji statistik (Bungin, 2008 : 205). Terdapat 3 macam yaitu triangulasi sumber, triangulasi
teknik, dan triangulasi waktu. Dari ketiga macam triangulasi yang ada, maka peneliti memutuskan untuk
menggunakan triangulasi sumber, yakni menggunakan beberapa sumber informasi guna menyesuaikan dan
memperkuat data, baik dalam metode pengumpulan data yang berbeda (wawancara dan observasi) maupun
menggunakan informan pendukung. Namun jika dalam proses penelititan ternyata ditemukan keadaan dimana
harus menggunakan triangulasi lain, maka peneliti juga akan mempertimbangkan untuk menggunakan triangulasi
yang sesuai.
Sebagaimana yang dijelaskan bahwa penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Berdasarkan
jenis penelitian tersebut, data yang diperoleh sangat bergantung dari informasi-informasi yang diberikan oleh
informan, baik informan kunci maupun informan pendukung. Informan inti pada penelitian ini tentu saja adalah
pihak terkait dari BRI Kantor Wilayah Malang. Kemudian informan pendukung dalam penelitian ini adalah
nasabah yang pernah atau sedang menerima KUR Mikro.Secara rinci, informan-informan tersebut dapat dilihat
pada tabel 2 berikut :
Daftar nama informan diatas bukan merupakan nama yang sebenarnya. Daftar diatas merupakan daftar
informan yang menjadi sumber informasi dalam penelitian dan dirasa dapat menjawab rumusan masalah dalam
penelitian ini.
6
oleh Penjamin yaitu sebesar 70%. Sedangkan sisa sebesar 30% merupakan bagian kerugian BRI. Berdasarkan
sumber data yang tidak dapat dieksplisitkan, diperoleh informasi mengenai suku bunga dalam KUR Mikro yang
dibedakan sesuai dengan jangka waktu kredit, yaitu dalam jangka waktu 12 bulan, suku bunga flate/ bulan
sebesar 1,025 %. Jangka waktu 24 bulan, suku bunga flate/ bulan sebesar 1,020 %. Jangka waktu 36 bulan, suku
bunga flate/ bulan sebesar 1,040 %. Jangka waktu 48 bulan, suku bunga flate/ bulan sebesar 1,065 % dan jangka
waktu 60 bulan dengan suku bunga flate/ bulan sebesar 1,095%. Namun, pada prakteknya, penyaluran KUR
Mikro hanya sampai dengan 3 tahun saja. Apabila penyaluran KUR Mikro dilakukan selama 5 tahun dianggap
terlalu beresiko oleh pihak BRI.
Dalam hal tunggakan, pokok dan atau bunga, debitur KUR Mikro tidak dikenakan denda/penalty. Selain
itu, debitur KUR Mikro tidak dipungut biaya administrasi dan provisi, dan tidak diasuransikan jiwa. Mengenai
Sistem Informasi Debitur (SID), dalam Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan
Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan
Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Nomor : KEP-
01/D.I.M.EKON/01/2010 Tentang Standar Operasional Dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat, dalam
penyaluran KUR Mikro tidak diwajibkan untuk dilakukan pengecekan SID/BI Checking. Namun dalam
kebijakannya, pihak BRI khususnya Mantri mengaku tetap melakukan menggunakan SID.
Unit BRI sebagai penyalur KUR Mikro wajib mengirimkan laporan bulanan kepada Kanca BRI, yang
selanjutnya akan dikirimkan kepada Kantor Pusat dan dilaporkan kepada Komite KUR. Pihak Unit BRI juga
mengirimkan laporan bulanan kepada Penjamin yang biasanya diajukan kepada Askrindo. Laporan yang
dikirimkan terdiri dari nama debitur, nomor rekening, alamat debitur, plafon, dan jangka waktu kredit. Penulisan
laporan KUR Mikro di Unit BRI dilakukan oleh Customer Service KUR Mikro. Customer Service KUR Mikro
juga mengerjakan klaim penjaminan kepada pihak Penjamin (Askrindo). Adapun ketentuan klaim penjaminan
adalah sebagai berikut :
1. Kerugian yang dijamin oleh penjamin akan dibayarkan kepada BRI apabila resiko kerugian yang diderita
BRI disebabkan oleh salah satu dari hal-hal berikut :
a. Debitur tidak dapat melunasi kewajiban KUR pada saat KUR jatuh tempo atau KUR telah memenuhi
persyaratan kolektibilitas 4 (diragukan).
b. Keadaan insolvent (tidak mampu melaksanakan kewajiban).
2. Besarnya hak klaim sebesar-besarnya adalah 70% x plafon.
3. Kerugian yang tidak dijamin/resiko kerugian debitur KUR yang tidak dijamin yaitu bencana alam nasional
(atau wabah penyakit menular pada manusia/hewan berkuku/unggas) yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat; reaksi nuklir, sentuhan radio aktif, radiasi reaksi inti atom yang langsung mengakibatkan kegagalan
usaha debitur untuk melunasi KUR tanpa memandang bagairnana dan dirnana terjadinya; peperangan atau
dalam keadaan bahaya atau dalarn keadaan darurat perang di seluruh atau di sebagian wilayah Indonesia
yang dinyatakan oleh Pemerintah Pusat; huru-hara yang berkaitan dengan gerakan atau kerusuhan politik
yang secara langsung mengakibatkan kegagalan debitur untuk melunasi KUR; tindakan hukum yang
dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia terhadap debitur dan/atau bank yang mengakibatkan debitur
wanprestasi.
Apabila hal-hal sebagaimana dimaksud diatas terjadi dan tidak terdapat kesepakatan penyelesaian,
maka Penjamin bersama Penerima Jaminan (BRI) membawa permasalahan tersebut kepada Komite
Kebijakan KUR untuk memperoleh penyelesaian.
4. Mekanisme penjaminan :
a. Permintaan penjaminan kredit kepada Perusahaan Penjamin dilakukan melalui Kantor Cabang PT.
Askrindo atau Perum Jamkrindo.
b. Penjaminan kredit dilaksanakan secara otomatis dengan mengajukan Permintaan Penjaminan yang
dibuat kolektif secara periodik (bulanan) oleh BRI Unit dan dilaporkan ke Kanca BRI untuk
disampaikan kepada Kanca Penjamin.
c. Permintaan Penjaminan dari BRI Unit, baik untuk debitur baru maupun suplesi dan atau perpanjangan,
paling lambat dikirimkan ke Kanca BRI tanggal 5 bulan berikutnya. Apabila tanggal tersebut jatuh
pada hari libur/cuti bersama yang ditetapkan Pemerintah, maka batas waktu penyampaian Permintaan
Penjaminan dihitung paling lambat 1 (satu) hari kerja sejak tanggal berakhirnya libur/cuti bersama.
d. Kanca BRI meneruskan permintaan penjaminan dari BRI Unit secara kolektif kepada Kanca Penjamin
menggunakan Surat Pengantar, yang memuat jumlah total debitur per BRI Unit dan jumlah total
permintaan penjaminan per BRI Unit kepada Perusahaan Penjamin, secara periodik paling lambat
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya.
7
e. Berdasarkan pengajuan permintaan penjaminan tersebut, Perusahaan Penjamin akan menerbitkan
Sertifikat Penjaminan Kredit selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kalender sejak tanggal
diterimanya permintaan penjaminan dari unit kerja BRI
f. Unit kerja BRI dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya
surat dari Perusahaan Penjamin melakukan penegasan atas Sertifikat Penjaminan berikut lampirannya
yang diterbitkan Perusahaan Penjamin dengan cara menandatangani dan mengirimkan kembali
fotocopy/tindasan Sertifikat Penjaminan dalam rangka penagihan Imbal Jasa Penjaminan kepada
Pemerintah.
g. Unit kerja BRI menyimpan seluruh kelengkapan berkas administrasi kredit debitur KUR, meliputi :
1. Identitas dan atau legalitas debitur.
2. Surat Pengakuan Hutang beserta perubahannya.
3. Analisa Kredit
4. Laporan Kunjungan Nasabah
h. Permintaan Penjaminan oleh BRI Unit agar ditatakerjakan oleh Kantor Cabang yang bersangkutan.
i. Masa berlakunya Penjaminan Penjaminan kredit berdasarkan ketentuan ini berlaku secara otomatis
sejak tanggal akad kredit sampai dengan jatuh tempo kredit atau kredit lunas.
Peraturan penyaluran KUR Mikro dalam hal agunan yang tertuang dalam Keputusan Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Tim
Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan
Koperasi Nomor : KEP- 01 /D.I.M.EKON/01/2010 Tentang Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan
Kredit Usaha Rakyat, menerangkan bahwa agunan pokok ialah kelayakan usaha dan obyek yang dibiayai,
sedangkan untuk agunan tambahan disesuaikan dengan ketentuan pada Bank Pelaksana KUR Mikro. Pada BRI,
agunan tambahan untuk KUR Mikro bisa berupa sertifikat rumah, BPKB mobil atau sepeda motor.
Dalam penyaluran KUR Mikro terdapat suplesi, perpanjangan waktu. Debitur KUR Mikro yang usaha
mengalami peningkatan dapat diberikan tambahan kredit (suplesi) dan/atau perpanjangan jangka waktu tanpa
menunggu KUR yang bersangkutan dilunasi. Adapun ketentuannya seperti debitur yang dimaksud masih belum
dapat dikategorikan bankable, total eksposur maksimal 20 juta (jumlah pemberian awal ditambah dengan suplesi
maksimal 20 juta), penambahan kredit (suplesi) tersebut dapat digunakan untuk modal kerja dan atau investasi
pada usaha yang sama dari sebelumnya, jangka waktu maksimal yang dapat diberikan adalah 6 tahun (terhitung
sejak tanggal perjanjian kredit awal). Sebagai catatan penting, perhitungan besar suplesi dan jangka waktu tetap
mengacu pada perhitungan kemampuan debitur.
8
5. Survey usaha calon debitur oleh mantri KUR. Selain survei, mantri KUR juga mencari informasi-informasi
dari pihak ketiga seperti tetangga sekitar calon debitur.
6. Setelah dilakukan survei, mantri menimbang apakah calon debitur tersebut layak mendapatkan pinjaman
dengan patokan RPC. Apabila RPC terpenuhi, diputuskan persetujuan kredit beserta plafon kredit yang
akan diberikan.
7. Tahap selanjutnya dilakukan perjanjian kredit antara pihak BRI dengan debitur KUR Mikro.
8. Tahap terakhir yakni realisasi di Teller. Pada saat realisasi, dokumen atau syarat-syarat sudah harus
dilengkapi oleh calon debitur.
Proses penyaluran KUR Mikro mulai dari permohonan sampai dengan realisasi ini membutuhkan waktu
kisaran 3-5 hari kerja.
Analisis Kredit
Dalam pemberian kredit, analisis kredit merupakan hal yang sangat penting. Untuk KUR Mikro, analisis
kredit dilakukan oleh Mantri KUR Mikro. Analisis KUR Mikro sama dengan kredit pada umumnya yang
menggunakan analisis 5C, yang terdiri dari character, capacity, capital, collateral, condition of economy. Dalam
hal analisis, wawancara merupakan hal yang penting. Wawancara digunakan untuk melihat karakter, omzet dan
prospek usahanya. Daya saing dari calon debitur juga menjadi pertimbangan. Tidak hanya itu, tapi pengeluaran
rumah tangga bulanan seperti listrik, air, dan sebagainya juga perlu diketahui guna menghitung RPC. Saat
pengajuan pertama, calon debitur mengajukan jumlah kredit yang diinginkan, kemudian mantri melakukan
survei usaha calon debitur apakah layak diberi kredit sebesar itu.
Wawancara dan survei digunakan untuk melihat character, capacity, capital, dan condition of economy.
Untuk character, penilaian ini merupakan penilaian secara kualitatif, dan karakter merupakan hal yang penting
untuk diketahui lewat wawancara dengan debitur, informasi oleh pihak ketiga misalnya tetangga debitur, dan
SID. Begitu juga dengan capacity dan capital, saat wawancara mantri dapat melihat dari omzet yang mampu
dihasilkan oleh calon debitur. Tidak hanya dilihat dari omzet, tapi juga perlu diketahui apakah ada penghasilan
tambahan dan mengenai pengeluaran dari calon debitur tersebut. Dalam penilaian condition of economy, mantri
dapat melihat dari kegiatan yang biasa dilakukan oleh debitur dalam hal usahanya, dan daya saing disekitar
tempat usaha calon debitur.
9
nasabah „alhamdulillah berkat pinjaman dari BRI mas saya bisa tambah modal dan sekarang bisa seperti
ini‟.”
Manfaat selanjutnya ialah merebut pasar, hal ini jelas terbukti bahwa BRI memiliki market share yang
baik. Dengan banyaknya jumlah KUR Mikro yang disalurkan di BRI Unit, dimana BRI Unit didirikan di setiap
kecamatan yang tersebar di seluruh Indonesia, jelas sekali BRI dapat merebut pasar dengan baik pula. Manfaat
terakhir yakni mendidik staff untuk mengenal kegiatan–kegiatan industri yang lain secara mendetail. Perlu
diketahui bahwa mantri KUR Mikro dan Customer Service KUR Mikro merupakan pegawai kontrak yang masih
„baru‟ dalam dunia kerja. Untuk itu dengan adanya KUR Mikro maka manfaat terakhir dari penyaluran kredit
didapatkan oleh BRI.
BRI merupakan bank pertama di Indonesia yang sampai saat ini BRI, yang didirikan sejak tahun 1895
tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil. Bukti dari konsistensi BRI yang fokus
pada masyarakat kecil diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. BRI
merupakan bank yang menyalurkan KUR terbanyak dengan KUR Mikro nya. Tidak hanya penyalur terbesar tapi
disertai dengan NPL yang terkecil pula dibanding dengan bank lainnya. Matching antara core bussiness BRI
kepada sektor usaha menengah kebawah serta BRI sebagai Bank BUMN yang diwajibkan oleh Pemerintah untuk
menyalurkan KUR Mikro, ini merupakan alasan BRI mau dan antusias dalam memberikan KUR. BRI memiliki
keunggulan kompetitif dalam hal brand name dan pengalaman bisnis mikro, serta memiliki jaringan kerja yang
tersbesar dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Hingga sampai saat ini BRI memiliki 9300 unit kerja, dan
untuk mendukung penyaluran KUR ini BRI akan terus menambah jumlah Unit kerja, dan perekrutan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tentunya.
BRI sejak dari dulu sampai dengan saat ini tetap konsisten terhadap bisnis mikronya. Dan tidak sia-sia
usaha dari BRI selama 118 tahun, seperti pernyataan yang dilontarkan oleh Mantri KUR Mikro diatas bahwa
kredit kepada sektor mikro menjadi laba terbesar yang didapat oleh BRI. BRI meraih penghargaan sebagai bank
terbaik dalam acara "Excellence in Retail Financial Service" yang diselenggarakan oleh The Asian Bankir di
Seoul, Korea Selatan, 21 Maret 2013. BRI terpilih sebagai bank terbaik dalam pembiayaan mikro, Best
Microfinance Business. Selain itu, BRI merupakan bank penyalur KUR terbanyak dengan KUR Mikro nya,
diiringi dengan Non Performing Loan (NPL) yang paling rendah. Berikut penuturan Pak Badu mengenai kunci
atau strategi BRI dalam penyaluran KUR Mikro :
“Kuncinya pada fakta yang ada pekerja marketing bener-bener selektif dalam memilih nasabah. Dan
apabila terjadi tunggakan temen-temen mantri jarang yang sampai bentak-bentak dalam penagihan.
Kita lebih tekankan penyelesaian secara kekeluargaan. Berarti dari strategi pemasaran dan pengelolaan
nasabah itu bagus. Ditunjang dengan bunga yang murah dan klaim asuransi itu tadi juga sih. Jadi untuk
yang aku sebut mantri BRI beban kerjanya tidak sama dengan bank lain itu juga sangat bermanfaat,
karena setiap mantri dituntut bertanggung jawab atas setiap kredit yang diberikan kepada nasabah
sampai dengan lunas. Gak berani lah kalo kita mau ngasih kredit ke sembarang orang, karena resiko
kembali ke mantri itu sendiri, apabila terjadi tunggakan kan juga nagih-nagih sendiri.”
Kebijakan Umum
Berbicara tentang kredit sebenarnya tidak dapat lepas dari permasalahan–permasalahan yang ada dalam
suatu kegiatan perbankan. Bank pun dirasa perlu memiliki kebijakan-kebijakan kredit yang komprehensif. Begitu
juga BRI dalam menyalurkan KUR Mikro memiliki kebijakan-kebijakan yang terapkan guna kelancaran,
meminimalisir resiko serta untuk kesehatan BRI. Kebijakan mengenai jangka waktu kredit yang diterapkan oleh
BRI dalam penyaluran KUR Mikro untuk meminimalisir resiko. Dalam Keputusan Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro Dan Keuangan Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Tim Pelaksana
Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi Nomor
: KEP-01/D.I.M.EKON/01/2010 menerangkan bahwa jangka waktu KUR tidak melebihi 3 tahun untuk kredit
modal kerja, dan tidak lebih 5 tahun untuk kredit investasi. Namun kebijakan BRI untuk meminimalisir resiko
kredit macet, kredit modal kerja maupun kredit investasi diberikan jangka waktu maksimal 3 tahun. Unsur –
unsur yang yang terkandung dalam pemberian suatu kredit menurut Toejekam (dalam Fitria dan Sari, 2012 : 90),
salah satunya yakni resiko. Risiko yang menyatakan adanya risiko yang mungkin timbul sepanjang jarak antara
saat memberikan dan perlunasannya. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula
sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik yang disengaja oleh nasabah maupun yang tidak di
sengaja. Maka dari itu BRI menentukan kebijakan jangka waktu kredit tidak lebih dari 3 tahun.
Dalam penyaluran KUR Mikro ini, seperti yang tertera dalam Keputusan Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro dan Keuangan Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Tim Pelaksana
Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Nomor
10
: KEP- 01 /D.I.M.EKON/01/2010 Tentang Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat,
menerangkan bahwa agunan pokok ialah kelayakan usaha dan obyek yang dibiayai dan agunan tambahan
merupakan ketentuan dariBank Pelaksana. BRI menentukan agunan atau jaminan tambahan adalah sertifikat
rumah atau BPKB mobil atau sepeda motor. Kebijakan ini digunakan agar debitur memiliki tanggung jawab
lebih atas kewajibannya. Namun agunan dapat berupa BPKB sepeda motor saja, ini juga menjadi pertimbangan
oleh pihak Mantri dalam memberikan jumlah kredit atau plafon kredit kepada debitur KUR Mikro. Harga
pasaran jaminan juga dijadikan pertimbangan dalam menentukan plafon kredit yang akan diberikan selain
analisis kredit pada usaha debitur. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir resiko yang bisa terjadi atau moral
hazard yang bisa dilakukan oleh debitur.
Selain jangka waktu dan agunan, kebijakan yang dilakukan oleh BRI adalah penggunaan Sistem
Informasi Debitur (SID) BI checking. Dari Pemerintah sebenarnya tidak mewajibkan dilakukan pengecekan,
namun SID tetap digunakan/dilakukan oleh BRI. Maksud dari kebijakan tentang penggunaan SID ini ialah salah
satu langkah kehati-hatian yang dilakukan oleh BRI sebagai penyalur KUR Mikro. SID digunakan untuk
mengetahui apakah calon debiturnya sedang menerima kredit/pinjaman di bank lain atau tidak, dan untuk
mengetahui track record calon debitur KUR Mikro tersebut. SID memang tidak wajib digunakan dalam KUR
Mikro namun pihak BRI tetap menggunakan SID sebagai kebijakannya untuk mengurangi resiko yang ada.
11
belum lagi kita dituntut target, minim 200juta per bulan per mantri. Secara riil atau kenyataannya gak
nutut. Karena mantri dituntut untuk mencari nasabah, melakukan penilaian kredit nasabah, pengerjaan
kredit atau analisis kredit, sampai dengan penagihan.”
Dari penuturan Pak Badu diatas, mengungkapkan bahwa dengan banyaknya tugas yang harus dilakukan
Mantri, waktu yang ada tidak mencukupi apabila dilakukan pembinaan atau pengawasan kepada seluruh debitur
KUR Mikro. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang ada. Dalam teori yang diungkapkan oleh Triandaru dan
Budisantoso (2007 : 121-122) bahwa usaha mikro kecil memerlukan metode monitoring kredit yang khusus,
untuk itu perlu dilakukan pengawasan, ataupun pembinaan kepada debitur maupun usaha debitur.
12
“Iya, tapi kalo sebagai marketing itu bagaimana caranya agar nasabah itu selalu lancar pinjamannya.
Jadi kita gunakan jaminan padahal KUR sebenarnya tanpa jaminan. Kalo Askrindo itu kalo nasabah
sudah bener-bener sulit atau pailit atau biasanya orangnya menghilang. Intinya Askrindo itu sudah opsi
terakhir kalo sudah tidak ada lagi jalan keluar penyelesaian kredit nasabah”
Klaim kepada Penjamin atau kepada Askrindo merupakan opsi terakhir. Pengajuan klaim dilakukan
ketika debitur memasuki kolektibilitas 4, setelah itu hangus atau tidak dapat diajukan klaim. Untuk itu ketika
sudah memasuki kolektibilitas 3, BRI sudah melakukan tindakan. Hal ini merupakan kebijakan masing-masing
unit kerja.
13
Strategi rekomendasi memang banyak, mudah dan efektif dilakukan oleh Mantri. Namun apabila Mantri
hanya melihat rekomendasi dan tidak benar-benar melakukan analisis kredit yang baik dan benar, maka apabila
terjadi tunggakan atau kredit macet, yang rugi adalah pihak BRI dan Mantri sendiri. Begitu juga dengan adanya
sistem target yang diberikan oleh BRI kepada Mantri, Mantri harus menanggapi dengan positif. Selain target
tercapai, tapi juga diiringi dengan kredit yang sehat pula. Berikut penuturan Pak Sutani :
“Tapi juga jangan terpacu dengan target. Soalnya tiap anak itu berbeda cara berpikirnya. Ditarget itu dia
ada yang positip, ada yang negatip. Yang positif nggak masalah, kalo dia kena target, dia ngikuti target,
bagus..tapi karna dia paham, dia nyambung, dia cari yang tenanan tapi yang sehat beneran. Tapi kalo
orang ditarget dia nggak, nggak nyambung..dia seng penting pokoke targetku tercape, nha itu
bahaya..ini bom waktu inii..bom waktu, dan dia, otomatis, satu, bom waktu dan kedua juga akan,
istilahnya, akan istilahnya menumbuhkan suatu kredit masalah, NPLnya tinggi.”
Untuk meminimalisir tanggapan negatif yang bisa terjadi saat diterapkannya target, hal yang dilakukan
oleh BRI adalah membebankan tugas-tugas kepada Mantri, mulai dari pencarian nasabah, pengerjaan kredit atau
analisis, hingga penagihan. Jadi Mantri BRI akan berhati-hati dalam memberikan kreditnya. Penuturan Pak Badu
selaku Mantri KUR Mikro :
”...mantri dituntut untuk mencari nasabah, melakukan penilaian kredit nasabah, pengerjaan kredit atau
analisis kredit, sampai dengan penagihan. Di bank lain gak ada loh yang kerjanya seperti itu. kalo di
bank lain biasanya ada petugas pencari nasabah baru sendiri, pengerjaan paket kredit atau analisis kredit
sendiri, bagian penagihan juga ada sendiri.”
Mantri merupakan kunci utama dalam keberhasilan penyaluran KUR Mikro. Dengan banyaknya tugas
yang diberikan pihak BRI pusat kepada Mantri, mulai dari pencarian nasabah, analisis kredit, sampai dengan
penagihan, diharapkan Mantri dapat bekerja dengan maksimal dan bertanggung jawab atas kredit yang
diberikannya, mengingat Mantri yang memprakarsai putusan kredit. Sedangkan dalam hal target, berbeda-beda
untuk masing-masing unit tergantung pencapaian target sebelumnya. Jadi, pencapaian target unit tahun
sebelumnya dijadikan patokan kuota target untuk tahun selanjutnya.
14
5. Dalam hal pembinaan dan pengawasan untuk debitur KUR Mikro yang dibebankan kepada Mantri, di rasa
waktu yang ada tidak mencukupi. Mengingat tugas yang dibebankan kepada Mantri juga banyak mulai dari
pemasaran KUR Mikro, analisis kredit, hingga penagihan.
6. Dalam hal perluasan KUR Mikro, strategi yang dilakukan BRI selain pembangunan unit kerja baru dan
perekrutan SDM, pemasaran KUR Mikro dilakukan langsung oleh Mantri. Mantri bekerja dengan target
outstanding yang diberikan oleh BRI pusat. Strategi Mantri dalam peningkatan outstanding ini seperti
memperbanyak relasi, menyebarkan brosur, terjun langsung ke wilayah unit kerja yang berpotensi, atau bisa
juga dengan strategi keluarga berantai atau rekomendasi nasabah.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat disampaikan beberapa saran antara lain :
1. Penanganan kredit macet dengan solusi penyitaan di rasa tidak tepat untuk dilakukan mengingat KUR Mikro
ini merupakan program Pemerintah dalam rangka pemberdayaan UMKM.
2. Strategi perluasan KUR Mikro oleh Mantri dengan cara strategi keluarga berantai atau rekomendasi nasabah
perlu di wasapadai, sebab dapat menyebabkan adanya makelar KUR Mikro. Strategi keluarga berantai atau
rekomendasi nasabah bisa dilakukan tapi tetap mengacu pada landasan analisis kredit atau kemampuan calon
debitur, dan Mantri tidak hanya terpaku oleh target yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Masykur. 2011. Peran Dan Tantangan ASEAN Economic Community (AEC) Dalam Mewujudkan
Integrasi Ekonomi Kawasan Di Asia Tenggara. Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional, Vol.8,
(No.1).
American Institute of Banking. 1970. Manajemen Bank. Terjemahan oleh Ali, A. Hasymi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Andrasukma, Angela Narwastu. 2012. Strategi dan Manajemen. http://angela-n-a-
fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-48715-STKS-Strategi%20dan%20Manajemen.html (diakses
pada 8 Oktober 2013 pukul 17.45 WIB)
Anggraini, Dewi&Syahrir Hakim Nasution. 2013. Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi
Pengembangan UMKM Di Kota Medan (Studi Kasus Bank BRI). Jurnal Ekonomi dan Keuangan,
Vol.1, (No.3).
Ansori, Muhammad. 2009. Petunjuk untuk Mengevaluasi Strategi Bisnis.
http://strategiusaha.wordpress.com/2009/04/23/petunjuk-untuk-mengevaluasi-strategi-bisnis/ (diakses
pada 8 Oktober 2013 pukul 17.52 WIB)
Astari, Kurniawati Dian. 2011. Telaah Kritis Strategi Penyaluran Kredit Ritel dalam Kerangka Risk and
Return (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Kediri). Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
Basrowi. Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Bhinadi, Ardito. 2010. Profitabilitas Kredit Bermasalah Pada Bank Perkreditan Rakyat. Jurnal Ekonomi
dan Studi Pembangunan, Vol 11, (No. 1) hal 51-62.
BRI. 2013. http://bri.co.id (diakses pada 22 Oktober 2013 pukul 09.29)
Bungin, Burhan. 2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Citraleka. 2012. Definisi UKM, Kelebihan UKM, dan Kelemahan UKM.
http://citraleka.com/CMBlog/definisi-ukm-kelebihan-ukm-dan-kelemahan-ukm/ (diakses pada 22
Oktober 2013 pukul 11.05)
Faisal, Ryantiar Fahmi. 2013. Peran Pembiayaan Bank Syariah terhadap Pengembangan Sektor Riil (Studi
Kasus pada Bank Jatim Syariah Cabang Surabaya). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Ilmu
Ekonomi Fakultas Ekonomi&Bisnis Universitas Brawijaya.
Fitria, Nurul&Raina Linda Sari. 2012. Analisis Kebijakan Pemberi Kredit Dan Pengaruh Non Performing
Loan Terhadap Loan To Deposit Ratio Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang
Rantau, Aceh Tamiang (Periode 2007-2011). Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.1, (No.1).
15
Ginting, Ramlan. 2005. Pengaturan Pemberian Kredit Bank Umum. Bandung: Disampaikan dalam Diskusi
Hukum di Hotel Panghegar Bandung, 6 Agustus 2005.
Hening, Yasinta. 2013. Kontribusi UMKM dalam Perekonomian Indonesia.
http://yasintahening.wordpress.com/2013/03/27/kontribusi-umkm-dalam-perekonomian-indonesia/
(diakses pada 22 Oktober 2013 pukul 11.07)
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Edisi
kedua. Jakarta: Erlangga.
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2013. http://depkop.go.id
(diakses pada 22 Oktober 2013 pukul 11.41)
Komite KUR. 2013. http://komite-kur.com (diakses pada 22 Oktober 2013 pukul 09.23)
Kuncoro, Wahyu. 2013. http://bappeda.jatimprov.go.id/2013/09/25/daya-saing-umkm-menghadapi-aec-
2015/ (diakses pada 3 Januari 2013 pukul 19.07)
Luckett, Dudley G. 1994. Uang dan Perbankan. Edisi kedua. Terjemahan oleh Rosyadi, Paul C. Dalam
Hutauruk, Gunawan (Ed). Jakarta: Erlangga.
Mantik, Erlangga. 2010. Kumpulan Peraturan Terbaru Kredit Usaha Rakyat (KUR). Deputi Bidang
Koordinator Ekonomi Makro dan Keuangan Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Selaku
Ketua Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/ Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan
Koperasi.
Muharam, Agus. Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun 2010-2011.
Muljono, Teguh Pudjo.1990. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersiil. Edisi kedua. Yogyakarta:
BPEE.
Mustamu, Ronny. 2008. Mengenal Manajemen Strategik.
http://mustamu.wordpress.com/2008/05/07/mengenal-manajemen-strategik-suatu-pengantar/ (diakses
pada 8 Oktober 2013 pukul 17.30 WIB)
Putra, I Gusti Agung A.S&I A.Nyoman Saskara. 2013. Efektifitas Dan Dampak Program Bantuan Kredit
Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Pendapatan Dan Kesempatan Kerja Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Di Kota Denpasar. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, Vol.
2, (No. 10).
Respati, Dimas Bayu. 2008. Membangun Strategi Bisnis Melalui Fasilitas Kredit Bank dan Lingkungan
Usaha dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Studi Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) sebagai Nasabah PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Cabang Purwodadi). Tesis
Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
Rivai, Veithzal. Sofyan Basir. Sarwono Sudarto. Arifiandy Permata Veithzal. 2013. Commercial Bank
Management. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rusydi, Muhammad. 2013. Pengaruh Penyaluran Kredit Terhadap Profitabilitas Pada PT. Bank XYZ
Cabang Pangkep. Jurnal Ekonomi Balance Fekon Unismuh Makassar.
Saputro, Triono. 2013. Strategi Bisnis yang Baik.
http://manajemenppm.wordpress.com/2013/04/18/strategi-bisnis-yang-baik/ (diakses pada 8 Oktober
2013 pukul 17.00 WIB)
Suatma, Jasa. 2012. Kesiapan Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015. Jurnal
STIE Semarang, Vol 4, (No.1)
Sutojo, Siswanto. 1997. Manajemen Terapan Bank. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Syofwan, Ari. 2012. Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan
Kecil (UMK) Di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat (Studi Kasus : Bank BRI Kecamatan
Gebang). Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara Medan.
Triandaru, Sigit. Budisantoso, Totok. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi kedua. Jakarta:
Salemba Empat.
Wardhani, Nurul. 2010. Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Rakyat Indonesia
Unit Kuwarasan Cabang Gombong. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Walean, Sam A dkk. 1990. Bank & Wiraswasta. Edisi ketiga. Jakarta: Sam A Walean.
Wikisource. 2013.
http://id.wikisource.org/wiki/UndangUndang_Republik_Indonesia_Nomor_10_Tahun_1998 (diakses
pada 22 Oktober 2013 pukul 09.38)
16