Anda di halaman 1dari 18

BIPOLAR

01
DISORDER NAMA KELOMPOK :

02
1. Anggi Setiawati (1911102415134)
2. Dwi Apriliani (1911102415046)
3. Gita Setya Ningrum (1911102415127)

03
DEFINISI

01
Gangguan bipolar merupakan gangguan kronis berulang ditandai dengan munculnya
fluktasi keadaan mood dan energi. Sifatnya melumpuhkan disebut mania-depresi.

Bipolar ganggguan yang ditandai oleh perubahan mood atau suasana perasaan yang
parah. Gangguan Bipolar ini juga sering disebut gangguan unipolar (depresi berat),

02
dimana perubahan suasana hati hanya di satu kutub saja namun dibandingkan dengan
bipolar adalah perubahan suasana hati terjadi diantara dua kutub yang tinggi dan
rendah

03
01

01
02
EPIDEMIOLOGI

BIPOLAR DAN TERAPI


EPIDEMIOLOGI

01
Data WHO menunjukkan gangguan bipolar mempengaruhi sekitar 60 juta
orang di seluruh dunia. Sekitar 1 dari setiap 100 orang dewasa terkena
gangguan bipolar pada beberapa titik dalam kehidupan mereka. Biasanya
dimulai antara usia 15 sampai 19 tahun dan jarang terjadi setelah usia 40
tahun, hal ini di karnakan oleh beberapa factor yaitu pengaruh gen dan factor
biologis yang disebabkan oleh adanya kelainan pada zat kimiawi di sel saraf

02
otak dan yang terakhir adalah psiko-sosial yaitu kejadian yang menimbulkan
dampak psikologis, seperti kematian, penyakit, kerusakan hubungan, maupun
kondisi finansial dapat menjadi pemicu timbulnya gangguan bipolar. Pada
laki-laki dan perempuan mempunyai kemungkinan sama untuk terkena
gangguan bipolar (RCPpsych, 2015). Anak-anak juga dapat mengalami
gangguan bipolar, penyakit ini biasanya berlangsung seumur hidup

03
(MentalHealth, 2017).
LANJUTAN…

Setiap tahun 2,9% populasi Amerika Serikat didiagnosis menderita

01
gangguan bipolar, dan hampir 83% kasus tergolong parah (Mind, 2017). Prevalensi
gangguan bipolar I menunjukkan data yang sama besar antara laki-laki dan
perempuan. Sedangkan pada gangguan bipolar tipe II, menunjukkan prevalensi pada
perempuan lebih besar daripada laki-laki, menurut Dr.dr Nurmiati Amir, SpKJ (K), wakit
ketua seksi Bipolar dan Gangguan Mood lainnya ini karena terkait hormonal, yakni
hormone estrogen yang mempengaruhi mood perempuan. Misal saat haid, hamil,

02
pasca melahirkan, pre-menopause dan menopause.Pada saat itu hormone estrogen
dapat terganggu dan menurut Dr. Dewi Ratih, SpKJ. Remaja perempuan rentan
mengalami bipolar karena dipengaruhi oleh hormone pada saat akhir balik. Depresi
atau distimia yang terjadi pertama kali pada prapubertas memiliki risiko untuk menjadi
gangguan bipolar (Kusumawardhani, 2012).

03
Gangguan depresi berat masih berada di urutan
prevalensi seumur hidup tertinggi dari gangguan

01
psikiatri (Kaplan & Sadock’s, 2015). Usaha bunuh
diri terjadi hingga 50% pasien dengan gangguan
bipolar, dan 10 hingga19% individu dengan
gangguan bipolar I bunuh diri. Tingkat prevalensi

02
seumur hidup untuk depresi berat adalah 5
sampai 17 persen (Wells et al., 2015).

03
02

02
ETIOLOGI

BIPOLAR DAN TERAPI


ETIOLOGI
Depresi merupakan sekolompok penyakit gangguan mood
dengan dasar yang sama.Beberapa faktor yang diduga
berpengaruh terhadap etiologi depresi, khususnya pada anak dan
remaja adalah :

1.Faktor Genetik
Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat

02
diketahui dengan pasti (Jiwo, 2012). Data keluarga menunjukkan
bahwa apabila dari salah satu orang tua memiliki gangguan
mood, seorang anak akan memiliki risiko antara 10 dan 25
persen mewarisi gangguan mood. Jika kedua orang tua terkena

03
bipolar, risiko ini berpengaruh besar terhadap anaknya (Kaplan &
Sadock’s, 2015).
2. Faktor Sosial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status perkawinan orang tua,


jumlah sanak saudara, status sosial keluarga, perpisahan orangtua,
perceraian, fungsi perkawinan, atau struktur keluarga banyak berperan
dalam terjadinya gangguan depresi pada anak. Ibu yang menderita
depresi lebih besar pengaruhnya terhadap kemungkinan gangguan
psikopatologi anak dibandingkan ayah yang mengalami depresi. Pada
tahun 1998, Levitan dkk dan tahun 1999, Weiss dkk melaporkan adanya
hubungan yang signifikan antara riwayat penganiayaan fisik atau seksual

02
dengan depresi, tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti.
3.Faktor biologis lainnya

Dua hipotesis yang menonjol mengenai mekanisme gangguan


mood terfokus pada terganggunya regulator sistem monoamine-
neurotransmiter, termasuk noreepinefrin dan serotonin (5-
hidroxytriptamine). Hipotesis lain mengatakan bahwa depresi

02
yang terjadi erat hubungannnya dengan perubahan
keseimbangan adrenergic-asetilkolin yang ditandai dengan
meningkatnya kolinergik, sementara dopamin secara fungsional
menurun.
03
PATOFISIOLOGI DAN
TATA LAKSANA
TERAPI

03
BIPOLAR DAN TERAPI
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi bipolar belum sepenuhnya dipahami. Teknik
pencitraan seperti post emission tomography (PET) dan functional
magnetic resonance imaging (fMRI) digunakan dalam penjelasan
mengenai penyebab bipolar. Penelitianpenelitian terdahulu befokus pada
neurotransmitter seperti norepinefrin (NE), dopamine (DA) dan serotonin
(ChisholmBurns, et al., 2016). Faktor lain yang dapat menjadi penyebab
gangguan bipolar adalah faktor genetik Suatu studi keluarga
menunjukkan bahwa keluarga tingkat pertama dari penderita gangguan
bipolar memiliki risiko 7 kali lebih besar terkena gangguan bipolar I
dibandingkan populasi umum. Risiko seumur hidup gangguan bipolar
pada keluarga penderita ialah 40-70%untuk kembar monozigot dan 5-10%
untuk kerabat tingkat pertama lainnya (Axelson, 2015; Chisholm-Burns et
al, 2016).
TATA LAKSANA TERAPI
1. Terapi Non Farmakologia
A. Psikoterapi
Menggobati penyalagunaan zat serta pemberian nutrisi yang baik dengan protein normal dan
asupan asam lemak esensial, berolahraga, tidur yang cukup, pengurangan stres, dan terapi
psikososial (Wells et al., 2015). Ini bisa dilakukan dengan memberikan dukungan, edukasi, dan
bimbingan kepada orang-orang dengan gangguan bipolar dan keluarga penderita gangguan bipolar.
Beberapa perawatan psikoterapi yang digunakan untuk mengobati gangguan bipolar
meliputi (NIMH, 2016) : Terapi kognitif(CBT), Terapi keluarga, Terapi psycotherapy inter personal.

B. Electroconvulsive Therapy
Bentuk perawatan psikologis yang berbeda telah terbukti membantu mengurangi gejala depresi
(Kring et al., 2012). Electroconvulsive therapy(ECT) adalah perawatan yang aman dan efektif untuk
penyakit mental berat tertentu. Pasien dengan depresi adalah target untuk ECT yang cocok untuk
diterapkan (Wells et al., 2015). Electroconvulsive Therapy(ECT) dapat memberikan bantuan bagi
orang dengan gangguan bipolar berat yang tidak dapat sembuh dengan perawatan lainnya.
Terkadang ECT digunakan untuk gejala bipolar saat kondisi medis lainnya, termasuk kehamilan,

03
yang terlalu berisiko minum obat. Pasien gangguan bipolar harus mendiskusikan kemungkinan
manfaat dan risiko ECT dengan profesional kesehatan. Dikarenakan ECT dapat menyebabkan
beberapa efek samping jangka pendek, termasuk kebingungan, disorientasi, dan
penurunan memori. Hingga amnesia (NIHM, 2012).
LANJUTAN…
2.Terapi Farmakologi
Penatalaksaan secara farmakalogi first-line dalam pengobatan episode manic dan episode
depresi berulang dari gangguan bipolar adalah Litium. Golongan obat penstabil mood atau antikonvulsan
juga telah banyak digunakan (contohnya, carbamazepine dan asam valproat) untuk pengobatan episode
mania akut dan untuk pencegahan kekambuhannya. Lamotrigin juga dapat digunakan untuk terapi
pencegahan kekambuhan. aripiprazol, klorpromazin, olanzapine, quetiapine, risperidone, dan
ziprasidoneare disetujui oleh FDA untuk pengobatan episode manic gangguan bipolar. Pengobatan
adjuvan jangka pendek dengan benzodiazepin juga dapat membantu (APA, 2010). Mekanisme kerja
Diazepam dengan cara mengurangi konsentrasi epinefrin plasma, serta menurunkan kecemasan, dan
sebagai hasilnya Diazepam meningkatkan fungsi seksual pada orang yang terhambat oleh kecemasan
(Kaplan and Sadock’s, 2015). Sedikit pasien memiliki kecemasan yang melumpuhkan dan mungkin perlu
benzodiazepin jangka pendek. Benzodiazepin bermanfaat dalam mengurangi kecemasan. Diazepam
dinyatakan memiliki anti-fobia, anti-panik dan anti-kecemasan. Obat lain yang digunakan termasuk
clonazepam dan alprazolam (Ahuja, 2011).
LANJUTAN….

3.Obat Gangguan Bipolara


A. Mood Stabilizer
Obat ini terkadang efektif dalam pengobatan mania. Kata antimania sering
digunakan untuk mendeskripsikannya. Akan tetapi, karena efektif dalam
mencegah perubahan mood pada gangguan bipolar, istilah yang lebih baik
adalah agen penstabil mood atau agen profilaksis. Agen penstabil mood yang
paling umum digunakan adalah litium, valproat, karbamazepin, dan
lamotrigin, meskipun ada beberapa mood stabilizer lainnya seperti
oxcarbazepine (Ahuja, 2011).
LAMPIRAN
JURNAL

03
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai