Anda di halaman 1dari 5

SI-3212 Struktur Baja

McCormac and Csernak, “Structural Steel Design”, 5th Ed, Pearson, 2012

Chapter 5 – Introduction to Axially Loaded Compression Members


5.1. General
Terdapat beberapa komponen struktur yang merupakan batang tekan, misalnya kolom, bracing,
dan lain-lain. Batang tekan dapat mengalami 4 jenis kegagalan, yaitu leleh, tekuk global (Euler
buckling), tekuk lokal, dan tekuk global dengan torsi. Mekanisme kegagalan batang tekan biasanya
tergantung panjangnya yang akan mempengaruhi kelangsingan. Batang tekan yang panjang
cenderung mengalami kegagalan tekuk, sementara batang tekan yang pendek cenderung
mengalami kegagalan leleh. Selain panjangnya, kegagalan dapat dipengaruhi oleh jenis sambungan,
ketidaksempurnaan material, eksentrisitas beban, dan tegangan sisa.
5.2. Residual Stresses
Tegangan sisa biasa terjadi pada baja yang dibentuk melalui proses pemanasan. Misal baja W,
bagian ujung sayap dan bagian tengah badannya akan dingin lebih cepat dibandingkan dengan titik
pertemuan badan dan sayap. Bagian yang dingin lebih cepat biasanya akan mengalami tegangan
sisa. Bagian yang mengalami tegangan sisa akan berkurang kekuatannya dan lebih cepat mencapai
kondisi non-linear. Selain pembentukan profil baja, tegangan sisa dapat disebabkan juga oleh
pengelasan, dan proses cambering.
5.3. Sections Used for Columns
Terdapat banyak profil yang dapat digunakan sebagai batang tekan, misalnya siku, baja T, C, W,
Hollow, built-up, dan beberapa profil lainnya, selengkapnya terdapat pada Gambar 5.2 Pustaka
Utama.
5.4. Development of Column Formulas
Kekuatan kolom pertama kali dihitung menggunakan persamaan yang diestimasikan oleh Pieter van
Musschenbroek pada tahun 1729. Akan tetapi, terdapat matematikawan yang mengajukan teori
tentang tekuk kolom, yaitu Leonhard Euler yang kini dikenal sebagai “The Euler Formula”. Teori
tersebut berkaitan dengan kelangsingan kolom, di mana kegagalan kolom akan dibagi menjadi 3,
yaitu kelelehan, tekuk, dan area intermediate.
5.5. The Euler Formula
The Euler Formula membahas tentang kuat tekuk kolom yang dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut.
𝜋 2𝐸
𝐹𝑒 =
𝐿 2
(𝑟 )
Persamaan ini tidak tergantung pada kekuatan penampang baja yang digunakan. Untuk
menggunakan persamaan ini, kelangsingan kolom harus berada pada zona intermediate atau
potensi terdapat kegagalan tekuk.
5.6. End Restraint and Effective Lengths of Columns
Kolom dengan tumpuan yang dapat menahan beban translasi dan rotasi akan dapat menahan
beban lebih besar. Tumpuan tersebut juga akan mempengaruhi panjang efektif kolom. Oleh karena
itu, panjang kolom akan dikalikan dengan faktor K untuk mengetahui panjang efektifnya yang
besarnya tergantung tumpuan pada ujung kolom. Nilai faktor K yang digunakan dapat mengikuti
panduan pada Tabel 5.1 Pustaka Utama. Tabel tersebut dapat digunakan sebagai acuan awal untuk
preliminary design.
5.7. Stiffened and Unstiffened Elements
Tekuk lokal dapat terjadi pada penampang, misal pada sayap baja W. Hal tersebut bisa disebabkan
oleh kekakuan pada sayap yang lebih kecil dibandingkan badannya karena hanya dikekang di satu

1
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja
titik, sementara badan dikekang di dua titik. Oleh karena itu, bagian penampang dapat
dikategorikan menjadi 2, yaitu stiffened dan unstiffened. Kedua elemen tersebut dapat dihitung
rasio lebar terhadap tebalnya, lalu tergantung besarnya diklasifikasikan lagi menjadi elemen
compact, non-compact, dan slender. Utamanya, diharapkan suatu profil termasuk kategori non-
slender (compact atau non-compact) karena perhitungannya dapat mengacu pada kuat tekuk,
sedangkan untuk elemen slender juga harus memperhitungkan torsi. Perhitungan batas rasio lebar
terhadap tebal elemen dapat mengikuti panduan pada Tabel 5.2 Pustaka Utama.
5.8. Long, Short, and Intermediate Columns
Mekanisme kegagalan kolom akan tergantung pada panjang efektif kolom tersebut. Berdasarkan
panjang efektifnya, kolom terbagi menjadi 3, yaitu kolom panjang, pendek, dan intermediate.
Kolom panjang biasanya akan mengalami kegagalan tekuk (mengikuti The Euler Formula), kolom
leleh mengalami kegagalan leleh, dan kolom intermediate bisa mengalami keduanya. Umumnya,
kolom yang digunakan termasuk kolom intermediate.
5.9. Column Formulas
Persamaan yang digunakan untuk menentukan kuat tekan yaitu sebagai berikut.
𝜙𝑃𝑛 = 𝐹𝑐𝑟 𝐴𝑔
𝜙 = 0.9 (𝐿𝑅𝐹𝐷)
Kuat kritis ditentukan berdasarkan jenis kolom, yaitu kuat leleh untuk kolom pendek dan kuat tekuk
untuk kolom panjang. Untuk kolom intermediate, kuat kritis dapat ditentukan menggunakan
persamaan berikut.
𝐹𝑦
𝐾𝐿 𝐸
([0.658 𝐹𝑒 ] 𝐹𝑦 ) , ≤ 4.71√
𝑟 𝐹𝑦
𝐹𝑐𝑟
𝐾𝐿 𝐸
(0.877𝐹𝑒 ), > 4.71√
𝑟 𝐹𝑦
{
5.10. Maximum Slenderness Ratios
AISC tidak lagi menyediakan syarat rasio kelangsingan maksimum. Akan tetapi, disarankan rasio
kelangsingan KL/r tidak melebihi 200.

Chapter 6 – Design of Axially Loaded Compression Members


6.1. Introduction
Desain batang tekan dilakukan dengan mengasumsikan bahwa batang tekan tersebut dikategorikan
sebagai kolom intermediate dengan rasio kelangsingan KL/r bernilai 50. Setelah itu, dihitung kuat
tekan penampang terfaktornya, dan dipilih profil yang memenuhi syarat tersebut.
6.2. AISC Design Tables
Untuk memilih profil yang memenuhi syarat kuat tekan penampang minimum yang dibutuhkan,
dilakukan trial and error dengan cara menghitung luas penampang minimum yang dibutuhkan,
memilih profil yang memenuhi syarat luas minimum tersebut, dan menghitung kembali kuat tekan
penampang profil yang ditentukan. Selain itu, dapat digunakan juga AISC Design Tables yang telah
menyediakan kuat tekan penampang setiap profil sehingga pemilihan profil tidak perlu melalui
proses trial and error.
6.3. Column Splices
Baja profil umumnya disediakan sepanjang 12 meter. Oleh karena itu, untuk membangun gedung
dengan tinggi lebih dari 12 meter dengan struktur baja, diperlukanlah suatu sambungan
menggunakan pelat. Biasanya sambungan tersebut berada pada setengah tinggi lantai yang

2
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja
dilakukan sambungan. Tidak seperti pada batang tarik, pelat sambungan pada batang tekan
biasanya tidak menerima gaya.
6.4. Built-Up Columns
Profil yang digunakan sebagai batang tekan dapat berupa built-up section, yaitu profil yang
dibentuk dengan menyambung dua atau lebih profil. Misal baja T dan baja kanal yang dapat
dibentuk dari 2 baja siku.
6.5. Built-Up Columns with Components in Contact with Each Other
Apabila terdapat dua buah profil identik yang tidak disambung diberi gaya, kedua profil tersebut
akan menerima gaya yang sama besar yaitu setengahnya sehingga deformasinya pun sama. Akan
tetapi, jika keduanya disambung sepanjang batangnya, deformasinya akan berbeda.
6.6. Connection Requirements for Built-Up Columns Whose Components are in Contact with Each
Other
Terdapat syarat sambungan untuk elemen batang tekan yang merupakan elemen built-up. Berikut
contoh syarat sambungan yang ditetapkan.

6.7. Built-Up Columns with Components Not in Contact with Each Other

Selain disambung kedua profilnya, dua profil juga dapat disambung dengan pelat yang telah
disesuaikan sehingga keduanya tidak saling kontak, misalnya baja profil MC. Hal tersebut bertujuan
agar tegangan terdistribusi ke berbagai komponen.

6.8. Single-Angle Compression Members


Baja siku sudah lama menjadi hal yang diperhatikan karena masalah terkait beban konsentris
karena biasanya hanya disambung di satu sisi lengan, sementara lengan lainnya bebas. Oleh karena
itu, diasumsikan lengan yang tidak disambung merupakan sumbu lemah dan mengalami lentur
sehingga diperhitungkan rasio kelangsingannya di arah tersebut menggunakan persamaan berikut.

3
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja
3𝐿 𝐿
(72 + ) , ≤ 80
𝐾𝐿 4𝑟𝑥 𝑟𝑥
𝑟 5𝐿 𝐿
(32 + ) , 80 < ≤ 200
{ 4𝑟𝑥 𝑟𝑥
6.9. Sections Containing Slender Elements
Apabila terdapat elemen slender pada penampang, kuat leleh harus dikalikan faktor Q dalam
perhitungan kuat tekan kolom. Faktor Q dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
𝐴𝑒
𝑄=
𝐴𝑔
𝐴𝑒 = 𝐴𝑔 − 𝐴𝑢𝑛𝑢𝑠𝑒𝑑
Keterangan :
Ae = Luas efektif
Aunused = Luas akibat panjang yang tidak dapat digunakan

Panjang yang tidak dapat digunakan dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
𝑏 𝑜𝑟 ℎ𝑢𝑛𝑢𝑠𝑒𝑑 = 𝑏 ′ 𝑜𝑟 ℎ′ − 𝑏 𝑜𝑟 ℎ𝑒
𝑏 ′ 𝑜𝑟 ℎ′ = 𝑏 𝑜𝑟 ℎ − 3𝑡
𝐸 0.38 𝐸
𝑏 𝑜𝑟 ℎ𝑒 = 1.92𝑡√ [1 − √( )]
𝐹𝑦 𝑏 𝑜𝑟 ℎ
( ) 𝐹𝑦
𝑡
6.10. Flexural-Torsional Buckling of Compression Members
Torsi biasanya tidak akan terjadi pada profil yang simetris jika beban lateral tersalurkan melalui titik
tengah gesernya. Walaupun tidak akan terjadi, kuat torsi tetap dapat dihitung. Torsi biasanya
sangat dihindari karena sangat kompleks. Oleh karena itu, kolom biasa diberikan penahan gaya
lateral.

Chapter 7 – Design of Axially Loaded Compression Members (Continued) and Column Base
Plates
7.1. Introduction
Pada bab 6, dipelajari pendekatan nilai panjang efektif kolom menggunakan Direct Analysis
Method. Terdapat metode lain yaitu Effective Length Method yang akan dipelajari pada bab 7.
7.2. Further Discussion of Effective Lengths
Nilai K yang telah ditentukan sebelumnya disarankan untuk beberapa jenis perletakan. Nilai
tersebut juga biasanya digunakan dengan asumsi kolom tidak bergoyang karena tertahan. Selain
itu, nilai K tersebut juga diasumsikan hanya terdapat 1 kolom, sementara nilai K seharusnya
ditentukan dari keseluruhan struktur. Oleh karena itu, penentuan nilai K biasanya dilakukan
menggunakan alignment chart pada Gambar 7.2 Pustaka Utama dengan bantuan persamaan
berikut.
4𝐸𝐼
∑ 𝑓𝑜𝑟 𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛𝑠
𝐺= 𝐿
4𝐸𝐼
∑ 𝑓𝑜𝑟 𝑔𝑖𝑟𝑑𝑒𝑟
𝐿
Catatan tambahan : nilai G untuk joint sendi = 10
7.3. Frames Meeting Alignment Chart Assumptions
Terdpat beberapa asumsi yang digunakan dalam alignment chart tersebut, misalnya elemen yang
elastis, dihubungkan sendi yang kaku, kolom tekuk bersamaan, dan lain-lain (selengkapnya pada
Section 7.2 Appendix 7 AISC). Biasanya, nilai Kx dan Ky dihitung masing-masing.
4
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja
7.4. Frames not Meeting Alignment Chart Assumptions as to Joint Rotations
Dari asumsi-asumsi yang telah disebutkan sebelumnya, apabila terdapat kolom yang tidak
memenuhi asumsi tersebut, terutama jika kolom bergoyang dan mengalami rotasi, dibutuhkan
faktor koreksi yang harus dikalikan dengan I/L. Faktor koreksi tersebut dapat ditentukan
menggunakan panduan pada Tabel 7.1 Pustaka Utama.
7.5. Stiffness-Reduction Factors
Selain asumsi kolom bergoyang dan mengalami rotasi, terdapat juga asumsi kolom elastis. Apabila
terdapat kolom yang tidak elastis, alignment chart dapat digunakan dengan mengalikan nilai G
dengan faktor reduksi yang terdapat pada Tabel 7.2 Pustaka Utama.
Catatan tambahan : Joint sendi memiliki nilai G = 10 dan joint jepit memiliki nilai G = 1.
7.6. Columns Leaning on Each Other for In-Plane Design
Alignment chart menggunakan asumsi bahwa seluruh kolom pada satu lantai akan tekuk akibat
bergoyang pada saat yang bersamaan. Jika asumsi itu benar, diketahui bahwa kolom yang lain yang
dihubungkan dengan balok tidak dapat menjadi penahan bagi satu sama lainnya. Akan tetapi, dalam
beberapa situasi, misal terdapat banyak kolom berjajar dan kolom terluar belum mencapai kuat
tekuk sementara kolom yang di dalam sudah, kolom terluar dapat menjadi penahan bagi kolom
yang di dalam sehingga tidak terjadi tekuk.
7.7. Base Plates for Concentrically Loaded Columns
Misal suatu kolom ditumpu oleh pondasi, beban yang diterima kolom harus disebar merata agar
titik pertemuan kolom dan pondasi tidak menerima beban berlebih. Biasanya akan digunakan suatu
pelat yang menghubungkan kolom dengan pondasi. Pelat yang digunakan juga telah disesuaikan
dimensi serta kekuatannya. Selain pelat, pondasi yang digunakan juga harus disesuaikan
kekuatannya sehingga mampu menahan beban dari pelat.

5
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha

Anda mungkin juga menyukai