Anda di halaman 1dari 119

TUGAS RANCANGAN ELEMEN MESIN

KOPLING DAN RODA GIGI


TOYOTA RUSH

DAYA (P) : 109 Ps


PUTARAN (n) : 6000 rpm

Disusun Oleh:

DIKY WAHYUDI
1907230137

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS RANCANGAN ELEMEN MESIN

KOPLING DAN RODA GIGI


TOYOTA RUSH

Disusun Oleh:

DIKY WAHYUDI
1907230137

Diketahui Oleh Disetujui Oleh


Ketua Prodi Teknik Mesin Dosen Pembimbing

Chandra A Siregar, S.T., M.T Riadini Wanty Lubis, S.T., M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
ii
HALAMAN SPESIFIKASI
TUGAS RANCANGAN ELEMEN MESIN

KOPLING DAN RODA GIGI

Nam : Diky Wahyudi


NPM : 1907230137
Semester : VII(Tujuh)
Spesifikasi :

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………...

Medan, 3 Januari 2023


Dosen Pembimbing

Riadini Wanty Lubis, S.T., M.T

iii
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala
puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia dan nikmat yang tiada terkira. Salah satu dari nikmat tersebut adalah
keberhasilan penulis dalam menyelesaikan Tugas Rancangan Elemen Mesin
yang meliputi Perencanaan Kopling dan Roda Gigi pada mobil Toyota Rush
dengan Daya : 109 Ps dan Putaran: 6000 rpm
Banyak pihak telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Rancangan
Elemen Mesin ini, untuk itu penulis menghaturkan rasa terima kasih yang tulus
dan dalam kepada:
1. Bapak Munawar Alfansury Siregar, S.T., M.T selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2. Bapak Chandra A Siregar, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik
Mesin, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Ibu Riadini Wanty Lubis, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas
Rancangan Elemen Mesin ini.. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Teknik Mesin, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu
kepada penulis.
5. Orang tua penulis yang telah bersusah payah membesarkan dan membiayai
studi penulis.
6. Bapak/Ibu Staf Administrasi di Biro Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Tugas Rancangan Elemen Mesin ini tentunya masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis berharap kritik dan masukan yang konstruktif
untuk menjadi bahan pembelajaran berkesinambungan penulis di masa depan.

iv
Semoga Tugas Rancangan Elemen Mesin ini dapat bermanfaat bagi dunia
konstruksi Teknik Mesin

Medan, 3 Januari 2023

Diky Wahyudi

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN SPESIFIKASI iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 1
1.3. Batasan Masalah 2
1.4. Sistematika Penulisan 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4


2.1. Kopling 4
2.1.1.Klasifikasi Kopling 4
2.1.2.Macam-macam kopling 5
2.1.3 .Dasar pemilihan kopling 10
2.2. Roda Gigi 10
2.2.1.Klasifikasi roda gigi 11
2.2.2.Macam-macam roda gigi 13

BAB 3 PERHITUNGAN BAGIAN UTAMA 19


3.1 Kopling 19
3.1.1 Poros 19
3.1.2 Spline dan Naf 25
3.1.3 Plat Gesek 30
3.1.4 Pegas 36
3.1.5 Bantalan 42
3.1.6 Baut dan Mur 47
3.1.7 Paku Keling 52
3.2 Roda Gigi 58
3.2.1 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Satu 58
3.2.2 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Dua 64
3.2.3 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Tiga 68
3.2.4 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Empat 69
3.2.5 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Lima 76
3.2.6 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Mundur 81
3.2.7 Bantalan 87
3.2.8 Baut dan Mur 91
3.2.9
BAB 4 PERAWATAN
4.1 Koling 95
4.2 Roda Gigi 97

vi
BAB 5 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAK
LAMPIRAN
LEMBAR ASISTENSI
SPESIFIFIKASI MOBIL
SURAT BIMBINGAN
GAMBAR TEKNIK KOPLING
GAMBAR TEKNIK RODA GIGI

vii
DAFTAR TABEL

Tabel .2.1.Perbandingan kelebihan dan kekurangan kopling 10


Tabel .2.2.Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin 12
Tabel .3.1.Faktor koreksi daya yang akan di transmisikan (fc) 20
Tabel .3.2.Standart bahan poros 21
Tabel .3.3.Diameter poros 22
Tabel .3.4.DIN 5462-DIN 5464 25
Tabel .3.5. Harga µ dan pa 30
Tabel .3.6.Momen puntir gesek statis 32
Tabel .3.7.Laju keausan permukaan pelat gesek 34
Tabel .3.8.Batas keausan rem dan kopling pelat tunggal kering 34
Tabel .3.9.Harga modulus geser (G) 36
Tabel .3.10.Bantalan bola 42
Tabel .3.11. Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0 43
Tabel .3.12.Ukuran standart ulir kasar metris 48
Tabel .3.13.Faktor bentuk gigi 58
Tabel .3.14.Faktor dinamis fv 58
Tabel .3.15.Bantalan bola 85
Tabel .3.16.Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0 86
Tabel .3.17.Ukuran standart ulir metris 91

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar.2.1. Kopling Bus 5


Gambar.2.2. Kopling Flens Kaku 6
Gambar.2.3. Kopling flens tempa 6
Gambar.2.4. Kopling karet bin 7
Gambar.2.5. Kopling rantai 7
Gambar.2.6. Kopling gigi 7
Gambar.2.7. Kopling universal hook 8
Gambar.2.8. Kopling cakar 8
Gambar.2.9. Kopling plat 9
Gambar.2.10. Kopling kerucut 9
Gambar.2.11. Kopling Friwil 10
Gambar.2.12. Roda gigi lurus 13
Gambar.2.13. Roda gigi miring 14
Gambar.2.14. Roda gigi miring ganda 14
Gambar.2.15. Roda gigi dalam dan pinyon 15
Gambar.2.16. Roda gigi dan pinyon 15
Gambar.2.17. Roda gigi kerucut lurus 15
Gambar.2.18. Roda gigi kerucut spiral 16
Gambar.2.19. Roda gigi permukaan 16
Gambar.2.20. Roda gigi miring silang 16
Gambar.2.21. Roda gigi cacing silindris 17
Gambar.2.22. Roda gigi cacing selubung ganda 17
Gambar.2.23. Roda gigi hipoid 18
Gambar.3.1 Poros 19
Gambar.3.2 Spline 25
Gambar.3.3 Plat gesek 30
Gambar.3.4 Pegas kejut 36
Gambar.3.5 Bantalan 42
Gambar.3.6 Baut dan mur 47
Gambar.3.7 Paku keling 52
Gambar.3.8 Nama-nama bagian pada roda gigi 57
Gambar.3.9 Bantalan 85
Gambar.3.10 Baut dan mur 90

ix
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada pergerakan mesin diperlukan suatu komponen yang bisa memutuskan
dan menghubungkan daya dan putaran. Kopling (cluth) adalah suatu komponen
mesin yang berfungsi sebagai penerus dan pemutus putaran daya dari poros
penggerak ke poros. Dalam hal ini diusahakan supaya tidak terjadi slip yang
dapat merugikan atau mengurangi efisiensi suatu mesin.

Dalam rangka mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi yang sedemikian cepat. Maka, setiap mahasiswa teknik mesin harus
mengetahui dan memahami proses perencanaan, pembuatan, pemasangan dan
pemeliharaan sistem itu sendiri. Walaupun lebih ditekankan pada proses
perencanaannya.
Roda Gigi merupakan suatu elemen yang mempunyai peran sangat penting
di dalam mentransmisikan daya dan putaran dari suatu penggerak atau motor.
Roda gigi berfungsi untuk mentransmisikan daya dan putaran dari suatu poros ke
poros yang lain dengan rasio kecepatan yang konstan dan memiliki efisiensi
yang tinggi.
Diluar transmisi di atas ada pula cara lain untuk memindahkan daya,
misalnya dengan sabuk dan rantai, tetapi transmisi dengan roda gigi jauh lebih
unggul dibandingkan dengan sabuk dan rantai sebab faktor slip pada roda gigi
kecil dan putaran lebih tinggi dan tepat serta daya yang dipindahkan lebih besar.
Meskipun demikian dalam dunia industri tidak selalu dipakai roda gigi sebagai
alat transmisi karena roda gigi memerlukan ketelitian yang besar dalam waktu
pembuatan, pemasangan maupun waktu pemeliharaannya.
Alat transmisi pada saat ini semakin berkembang pesat, dimana sekarang
ini dari sistem manual menjadi sistem matic. Walaupun demikian sistem
transmisi secara manual masih ada juga yang menggunakan tetapi lebih dominan
masyarakat menggunakan sistem transmisi matic.

1
Dalam rangka mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian cepat. Maka, setiap mahasiswa teknik mesin harus
mengetahui dan memahami proses perencanaan, pembuatan, pemasangan dan
pemeliharaan sistem itu sendiri. Walaupun lebih ditekankan pada proses
perencanaannya.
Sesuai dengan tujuan seperti tersebut diatas, maka setiap mahasiswa prodi
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
diberikan tugas perencanaan ulang sistem transmisi dari suatu peralatan atau
mesin yang merupakan syarat untuk mengikuti tugas akhir.
1.2. Tujuan Perencanaan
 Kopling
Adapun tujuan dari sistem kopling adalah :
1. Untuk merancang sebuah kopling yang digunakan untuk memutuskan
dan menghubungkan putaran daya dari poros penggerak ke poros
yang digerakkan.
2. Untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada kopling.
3. Agar dapat memilih/mengetahui bahan-bahan dan jenis bahan dalam
perencanaan sebuah kopling.
 Roda Gigi
Adapun tujuan dari sistem Roda Gigi adalah :
1. Untuk merancang sebuah roda gigi yang digunakan untuk
mentransmisikan putaran atau daya dari motor penggerak.
2. Untuk memperoleh ukuran komponen-komponen utama dan
komponen-komponen pendukung dari suatu roda gigi.
3. Untuk mengetahui jenis roda gigi yang sesuai digunakan untuk Mobil
TOYOTA RUSH

1.3. Batasan Masalah


Adapun batasan masalah agar tidak menyimpang dari tujuan perancangan
yang akan di harapkan, penulis perlu membatasi masalah yang akan dihitung
dalam rancangan kopling dan roda gigi.

2
Batasan-batasannya adalah :
1. Daya (p) = 109 Ps
2. Putaran (n) = 6000 rpm

1.4. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dimulai dari BAB 1 yang akan memuat Latar
Belakang, Perencanaan, Tujuan Perencanaan, Batasan Masalah, dan Sistematika
Penulisan. Pada BAB 2 akan di bahas mengenai Tinjauan Pustaka mengenai
kopling dan roda gigi. Pada BAB 3 yang akan yaitu perhitungan bagian-bagian
utama Kopling dan Roda gigi yang meliputi:
 Perhitungan ukuran Poros
 Perhitungan ukuran Spline & Naaf
 Perhitungan ukuran Plat Gesek
 Perhitungan ukuran Pegas
 Perhitungan ukuran Bantalan
 Perhitungan ukuran Baut & Mur
 Perhitungan ukuran Paku Keling
 Perencanaan Roda Gigi
 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Satu
 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Dua
 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Tiga
 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Empat
 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Lima
 Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Mundur
 Bantalan
 Baut dan Mur

Selanjutnya pada BAB 4 akan ditulis mengenai Pemeliharaan Maintenance


dari kopling dan roda gigi. BAB 5 akan diisi dengan Kesimpulan dari
perhitungan kopling dan gigi. Dan di akhiri dengan Daftar Pustaka,
Lampiran,Lembar Asistensi,Spesifikasi Mobil,Surat Bimbingan,Gambar Teknik
Kopling dan Roda Gigi.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kopling
Kopling adalah suatu komponen mesin yang digunakan untuk
menghubungkan dua bagian konstruksi mesin yaitu antar poros yang bergerak
dan poros yang digerakkan.Kopling ini berfungsi untuk memindahkan tenaga
mesin dan putaran mesin ke roda belakang secara perlahan-lahan sehingga dapat
bergerak dengan lembut pada saat tenaga mesin dipindahkan ke transmisi.
Kopling ini ditempatkan diantara roda penerus dan transmisi dengan demikian
jelaslah bahwa kopling merupakan komponen yang utama dalam suatu mesin
yaitu menghubungkan dan melepaskan hubungan antara putaran mesin dan
transmisi.

2.1.1 Klasifikasi Kopling


Kopling merupakan komponen mesin yang banyak sekali digunakan dalam
konstruksi mesin,sehingga untuk merencanakan kopling harus diperhatikan hal -
hal sebagai berikut :

 Pemasangan yang mudah dan cepat.


 Aman pada putaran tinggi, getaran dan tumbukan kecil.
 Konstruksinya yang baik dan praktis.
 Material kopling harus tahan terhadap :
* Temperatur yang tinggi dan sifat penghantar arus.
* Keausan dan goresan.
* Koefisien gesek yang tinggi.
* Sifat ductility yang baik.
 Dapat mencegah pembebanan lebih.

Jika ditinjau dari sistem pengoperasian dan cara kerjanya maka kopling dapat
dibedakan atau diklasifikasikan menjadi sebagi berikut :
a. Kopling tetap
b. Kopling tidak tetap

4
a. Kopling tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti
(tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis
lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya. Berbeda dengan kopling tidak tetap
yang dapat dilepaskan dan dihubungkan bila diperlukan, maka kopling tetap
selalu dalam keadaan terhubung.

b. Kopling tidak tetap


Kopling tidak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan
poros yang digerakkan dan poros penggerak dengan putaran yang sama dalam
meneruskan daya. Serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik
dalam keadaan diam maupun berputar.

2.1.2. Macam - macam Kopling

a. Kopling Kaku
Kopling kaku digunakan bila kedua poros dihubungkan dengan
sumbusegaris. Koplingini banyak digunakan pada poros mesin dan transmisi
umum dipabrik-pabrik.

 Kopling Bus
Kopling ini digunakan apabila dua buah poros saling disambungkan
sentrik dengan teliti. Pada konstruksinya ujung poros pada kopling ini harus
dirapikan dan distel satu terhadap yang lainnya dengan teliti, juga pada arah
memanjang. Kopling ini sering digunakan pada bubungan, baling - baling kapal
dan juga pada poros baling – baling

5
.
Gambar 2.1 Kopling Bus (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)

 Kopling Flens Kaku


Kopling flens kaku terdiri atas naaf dengan flens yang terbuat dari besi cor
atau baja dan dipasang pada ujung dengan diberi pasak serta diikat dengan baut
pada flensnya.Dalam beberapa hal naaf dapat dipasang pada poros dengan
sumbu pres atau kerut.

Gambar 2.2 Kopling Flens Kaku (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
 Kopling Flens Tempa
Kopling ini flensnya ditempa menjadi satu dengan poros pada ujung poros
dan disebut poros flens tempa. Keuntungannya adalah diameter flens dibuat
kecil karena tidak memerlukan naaf. Kopling ini digunakan untuk poros turbin
air yang dihubungkan dengan generator sebagai pembangkit listrik.

6
Gambar 2.3 Kopling Flens Tempa (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
 Kopling Karet Bintang
Kopling ini juga hampir sama kerjanya dimana digunakan karet sehingga
memungkinkan poros ikut berputar tidak pada satu garis. Kopling ini biasanya
digunakan untuk penyambungan daya yang besar, seperti pada turbin uap untuk
menggerakkan generator.

Gambar 2.4 Kopling Karet Bintang (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
 Kopling Rantai
Sesuai dengan namanya kopling ini menggunakan rantai untuk
menghubungkan kedua buah poros. Kopling rantai umumnya digunakan untuk
memindahkan momen yang besar, seperti pada mesin gilas dan turbin uap.

Gambar 2.5 Kopling Rantai (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)


7
 Kopling Gigi
Kopling ini pada bagaian sillinder dalam terdapat gigi - gigi yang
dihubungkan dengan silinder luar. Silinder luar ini dihubungkan dengan
menggunakan baut. Pada kopling ini terdapat tempat untuk memasukkan
minyak. Kopling ini digunakan pada mesin pengaduk beton.Kopling gigi seperti
terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.6 Kopling Gigi (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)

b. Kopling Universal
Salah satu jenis kopling universal yaitu kopling universal hook. Kopling
ini dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memindahkan putaran walaupun
poros tidak sejenis. Kopling ini digunakan pada mesin frais..

Gambar 2.7 Kopling Universal Hook (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)

c. Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif(tidak dengan
perantaraan gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar,
yaitu kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral. Kopling cakar persegi

8
dapat meneruskan momen dalam dua arah putaran, tetapi tidak dapat
dihubungkan dalam keadaan berputar sebaliknya, kopling cakar spiral dapat
dihubungkan dalam keadaan berputar tetapi hanya baik untuk satu putaran saja.

Gambar 2.8 Kopling Cakar (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)

d. Kopling Plat
Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan. Dengan
demikikan pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu
dihubungkan dapat dihindari. Selain itu, karena dapat terjadi slip maka kopling
ini sekaligus juga dapat berfungsi sebagai pembatas momen. Menurut jumlah
platnya, kopling ini dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat banyak,
dan menurut cara pelayanannya dapat dibagi atas cara manual, hidrolik dan
magnetik. Kopling disebut kering bila plat - plat gesek tersebut bekerja dalam
keadaan kering dan disebut basah bila terendam atau dilumasi dengan minyak.

Gambar 2.9 Kopling Plat (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)

9
e. Kopling Kerucut ( Cone Clutch )
Kopling ini menggunakan bidang gesek yang berbentuk kerucut. Kopling
ini mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat
ditransmisikan momen yang besar. Kelemahannya adalah daya yang diteruskan
tidak seragam.

Gambar 2.10 Kopling Kerucut (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)

f. Kopling Friwil
Dalam permesinan sering diperlukan kopling yang dapat lepas dengan
sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah
berlawanan arah dari poros yang digerakkan.

Gambar 2.11 Kopling Friwil (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)

10
2.1.3. Dasar Pemilihan Kopling
Dalam merencanakan kopling untuk kendaraaan bermotor, maka yang
sering dipakai adalah jenis kopling tidak tetap, yaitu kopling cakar, kopling plat,
kopling kerucut dan juga kopling friwil.
Tabel 2.1 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Kopling (Sularso dan
Kiyokatsu Suga,2004)
Nama Kopling Kelebihan Kekurangan
Kopling Cakar Dapat meneruskan momen Tidak dapat dihubungkan
dalam dua arah putaran dalam keadaan berputar

Kopling Plat Dapat dihubungkan dalam Hanya dapat memutar


keadaan berputar sekitar 50 rpm
Terjadinya slip sangat kecil

Kopling Kerucut Gaya aksial kecil Dayanya tidak seragam


menghasilkan momen torsi
besar

Kopling Friwil Kopling ini dapat lepas Tidak dapat dihubungkan


dengan sendirinya bila poros dalam keadaan berputar
penggerak mulai lambat kencang.

2.2. Roda Gigi


Sesuai dengan fungsinya roda gigi adalah merupakanelemen mesin yang
dapat mentransmisikan daya dan putaran. Aspek yang harus diperhatikan dalam
perencanaan ini adalah efek - efek yang diakibatkan dalam pemindahan daya dan
putaran. Dalam pemindahan daya dan putaran tersebut masih ada alat yang
berperan sebagai pemindah daya dan putaran yaitu sabuk 8 rantai.
Diluar transmisi diatas ada pula cara lain untuk memindahkan daya,
misalnya dengan sabuk (belt) dan rantai (chain), tetapi transmisi dengan roda
gigi jauh lebih unggul dibandingdengan sabuk dan rantai, faktor slip pada roda
gigi jauh lebih kecil dan putaran lebih tinggi tepat serta daya yang dipindahkan
lebih besar. Namun untuk merencanakan sebagai alat pemindah daya pada
transmisi (gear box) harus benar - benar mampu memindahkan roda gigi sebagai
alat pemindah daya.
Oleh karena itu di dalam perencanaan roda gigi harus benar-benar teliti
untuk perencanaan dan pembuatannya sehingga pada putaran yang tinggi tidak
11
terjadi slip yang dapat mengakibatkan putaran roda gigi tidak bekerja
sebagaimana yang diinginkan dalam perencanaan ini.

2.2.1. Klasifikasi Roda Gigi


Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya sehingga penerusan daya
dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda gigi sering
digunakan karena dapat meneruskan putaran dan daya yang lebih bervariasi dan
lebih kompak daripada menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu roda
gigi juga memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan alat transmisi
lainnya, yaitu:
 Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang
besar.
 Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
 Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat
kecil.
 Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan
dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar.
Roda gigi dapat diklasifikasikan menurut poros arah putaran dan bentuk gigi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin (Sularso dan
Kiyokatsu Suga,2004)
Letak poros Roda gigi Keterangan
Roda gigi lurus, (a) (Klasifikasi atas dasar
Roda gigi miring, (b) bentuk alur gigi)
Roda gigi dengan Roda gigi miring ganda, (c)
poros sejajar Roda gigi luar Arah putaran
Roda gigi dalam dan pinyon, berlawanan
(d) Arah putaran sama
Batang gigi dan pinyon,(e) Gerak lurus & berputar
Roda gigi kerucut lurus, (f)
Roda gigi kerucut spiral, (g)
Roda gigi kerucut ZEROL (Klasifikasi atas dasar
Roda gigi kerucut miring bentuk jalur gigi)
Roda gigi dengan Roda gigi kerucut miring
poros berpotongan ganda
(Roda gigi dengan
Roda gigi permukaan dengan
poros berpotongan
poros berpotongan, (h)
berbentuk istimewa)
12
Kontak titik
Roda gigi miring silang, (i)
Gerakan lurus dan
Batang gigi miring silang
berputar
Roda gigi cacing silindris, (j)
Roda gigi dengan Roda gigi cacing selubung
poros silang Ganda (globoid), (k)
Roda gigi cacing samping
Roda gigi hiperboloid
Roda gigi hipoid, (l)
Roda gigi permukaan silang

Dari tabel di atas maka roda gigi ini dapat dibedakan atau diklasifikasikan
menjadi sebagi berikut :
a. Roda gigi dengan poros sejajar.
b. Roda gigi dengan poros yang berpotongan.
c. Roda gigi dengan poros silang / tegak lurus.

a. Roda gigi dengan Poros Sejajar


Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana gigi - giginya
sejajar pada dua bidang silinder. Kedua bidang silinder tersebut
bersinggungan dan yang satu mengelilingi pada yang lain dengan sumbu
tetap sejajar.

b. Roda gigi dengan Poros yang Berpotongan


Roda gigi dengan poros yang berpotongan ini digunakan pada suatu
transmisi yang memiliki poros tidak sejajar.
c. Roda gigi dengan Poros Silang / Tegak Lurus
Yang termasuk pada jenis ini adalah roda gigi miring silang, batang gigi
miring silang (kontak gigi gerakan lurus dan berputar), roda gigi cacing
silindris, roda gigi cacing selubung ganda (globoid), roda gigi cacing
samping, roda gigi tipe hiperboloid, roda gigi hipoid, roda gigi permukaan
silang.

2.2.2. Macam-macam Roda Gigi


a) Roda Gigi Lurus

13
Roda gigi lurus adalah jenis roda gigi yang dapat mentransmisikan daya
dan putaran antara dua poros yang sejajar. Roda gigi ini merupakan yang paling
dasar dengan jalur gigi yang sejajar dengan poros.

Gambar. 2.12. Roda gigi lurus (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)

b) Roda Gigi Miring


Roda gigi miring ini memiliki jalur gigi yang berbentuk ulir silindris yang
mempunyai jarak bagi. Jumlah pasangan gigi yang saling membuat kontak
serentak (perbandingan kontak) adalah lebih besar dari pada roda gigi lurus
sehingga pemindahan momen atau putaran melalui gigi - gigi tersebut dapat
berlangsung lebih halus. Roda gigi ini sangat baik dipakai untuk
mentransmisikan putaran yang tinggi dan besar.

Gambar. 2.13. Roda gigi miring (Agustinus_Purna_Irawan/tramsmisi-


roda-gigi/perancangan.)

c) Roda Gigi Miring Ganda


Pada roda gigi ini gaya aksial yang timbul pada gigi mempunyai alur
berbentuk alur V yang akan saling memindahkan. Dengan roda gigi ini reduksi,

14
kecepatan keliling dan daya diteruskan dan diperbesar tetapi pada pembuatannya
agak sukar.

Gambar. 2.14. Roda gigi miring ganda (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

d) Roda Gigi Dalam dan Pinyon


Roda gigi ini dipakai jika diinginkan transmisi dengan ukuran kecil
denganreduksi yang besar, karena ada pinyon yang terletak di dalam roda gigi
ini.

Gambar. 2.15. Roda gigi dalam dan pinyon(Agustinus_Purna_Irawan/tramsmisi-


roda-gigi/perancangan.)

e) Batang Gigi dan Pinyon

15
Merupakan dasar propil pahat pembuat gigi. Pasangan antara batang gigi
dan pinyon digunakan untuk merubah gerak putar menjadi gerak lurus atau
sebaliknya.

Gambar. 2.16. Roda gigi dan pinyon (suroso 2000)

f) Roda Gigi Kerucut Lurus


Roda gigi kerucut lurus adalah roda gigi yang paling mudah dan paling
sering digunakan / dipakai, tetapi sangat berisik karena perbandingan kontaknya
yang kecil.Konstruksinya juga tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada
kedua ujung porosnya.

Gambar. 2.17. Roda gigi kerucut lurus (Suroso 2000)


g) Roda Gigi Kerucut Spiral
Pada roda gigi ini memiliki perbandingan kontak yang terjadi lebih besar
dan dapat meneruskan putaran tinggi dengan beban besar. Sudut poros kedua
gigi kerucut ini biasanya dibuat 90 0.

16
Gambar. 2.18. Roda gigi kerucut spiral ((Agustinus_Purna_Irawan/tramsmisi-
roda-gigi/perancangan.)

h) Roda Gigi Permukaan


Roda gigi ini merupakan roda gigi dengan poros berpotongan yang bagian
permukaan giginya rata.

Gambar. 2.19. Roda gigi permukaan (Suroso 2004)

i) Roda Gigi Miring Silang


Roda gigi ini mempunyai kemiringan 7osampai 23o, digunakan untuk
mentransmisikan daya yang lebih besar dari pada roda gigi lurus. Roda gigi ini
juga meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi yang benar.

Gambar. 2.20. Roda gigi miring silang (Suroso 2004)

17
j) Roda Gigi Cacing Silindris
Roda gigi ini membentuk silindris dan lebih umum dipakai. Digunakan
untuk mentransmisikan daya dan putaran yang lebih besar tanpa mengurangi
dayanya. Kemiringan antara 250 – 450,roda gigi ini banyak dipakai pada sistem
kemudi.

Gambar. 2.21. Roda gigi cacing silindris(Agustinus_Purna_Irawan/tramsmisi-


roda-gigi/perancangan.)

k) Roda Gigi Cacing Selubung Ganda (Globoid)


Roda gigi ini digunakan untuk mentransmisikan daya dan putaran pada
beban besardengan perbandingan kontak yang lebih besar pula.

Gambar. 2.22. Roda gigi cacing selubung (Agustinus_Purna_Irawan/tramsmisi-


roda-gigi/perancangan.)

l) Roda Gigi Hipoid


Roda gigi ini mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada bidang kerucut
yang sumbunya saling bersilangan dan pemindahan gaya pada permukaan gigi
berlangsung secara meluncur dan menggelinding. Roda gigi ini dipakai pada
deferensial.

18
Gambar. 2.23. Roda gigi hypoid (Sularso 2004)

19
BAB 3
PERHITUNGAN UKURAN UTAMA KOPLING

3. Kopling dan Roda Gigi

3.1 Kopling
Kopling adalah suatu komponen mesin yang digunakan untuk
menghubungkan dua bagian konstruksi mesin yaitu antar poros yang bergerak
dan poros yang digerakkan. Kopling ini berfungsi untuk memindahkan tenaga
mesin dan putaran mesin ke roda belakang secara perlahan-lahan sehingga dapat
bergerak dengan lembut pada saat tenaga mesin dipindahkan ke transmisi.
Kopling ini ditempatkan diantara roda penerus dan transmisi dengan demikian
jelaslah bahwa kopling merupakan komponen yang utama dalam suatu mesin
yaitu menghubungkan dan melepaskan hubungan antara putaran mesin dan
transmisi.

3.1.1 Poros
Komponen ini merupakan yang terpenting dari beberapa elemen mesin
yang biasa dihubungkan dengan putaran dan daya. Poros merupakan komponen
stasioner yang berputar, biasanya yang berpenampang bulat yang akan
mengalami beban puntir dan lentur atau gabungannya.
Kadang poros ini dapat mengalami tegangan tarik, kelelahan, tumbukan atau
pengaruh konsentrasi tegangan yang akan terjadi pada diameter poros yang
terkecil atau pada poros yang terpasang alur pasak, hal ini biasanya dilakukan
pada penyambungan atau penghubungan antar komponen agar tidak terjadi
pergeseran

Gambar 3.1 Poros(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)

20
Pada perencanaan ini poros memindahkan Daya (P) sebesar 109 PS dan Putaran
(n) sebesar 6000 rpm. Jika daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka harus
dikalikan 0,735 untuk mendapatkan daya dalam (kW)

Daya (P) = 109 PS


Putaran (n) = 6000 rpm

Dimana :
1 PS = 0,735 kW
P = 109 x 0,735 kW
P = 80,115 kW
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka faktor keamanan
sf dapat diambil dalam perencanaan. Jika faktor koreksi adalah fc (Tabel 3.1)
maka daya rencana Pd (kW) sebagai berikut:

Pd  fc  P (kW )

Dimana : Pd = Daya rencana


fc = faktor koreksi
P = Daya
Tabel 3.1. Faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan (fc) (Sularso dan
Kiyokatsu Suga, 2004)
Daya yang di transmisikan Fc
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2
Daya normal 1,0 - 1,5

Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =
1,1073
Maka daya rencana Pd adalah :

Pd  fc  P
 1,1073 80,115

= 88,71 kW
21
Jika momen puntir (torsi) adalah T (kg.mm), maka torsi untuk daya maksimum :

Pd
T  9,74x105 
n
88,71
T  9,74x105 
6000

T  14400,6 kg  mm

Tabel 3.2. Standart bahan poros(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)


Standard dan Perlakuan Kekuatan tarik
Lambang Keterangan
Macam panas (kg/mm2)
S30C Penormalan 48
S35C “ 52
Baja karbon
S40C “ 55
konstruksi mesin
S45C “ 58
(JIS G 4501)
S50C “ 62
S55C “ 66
Ditarik
S35C-D - 53 dingin,digerinda,
Batang baja yang
S45C-D - 60 dibubut, atau
difinis dingin
S55C-D - 72 gabungan antara
hal-hal tersebut

B
Tegangan geser yang di izinkan a 
sf1  sf 2

dimana :
 a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm²)

 B = kekuatan tarik bahan poros (kg/mm²)


sf1 = faktor keamanan akibat pengaruh massa untuk bahan S-C
(batang baja) diambil 6,0 sesuai dengan standart ASME( lit 1 hal 8 )
sf 2 = faktor keamanan akibat pengaruh bentuk poros atau daya spline
pada poros, harga sebesar 1,3- 3,0 maka di ambil 2.0 ( lit 1 hal 8 )
Bahan poros di pilih daribahan yang difinis dinginS45C-Ddengan kekuatan tarik
 B  60 kg / mm2
maka :
B
 
a
sf 1 sf
2

22
60
=
6,0  2,0

= 5 kg / mm2

Pertimbangan untuk momen diameter poros :

5,1  
1/ 3

d s    Kt  Cb  T  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 8)


 a 
dimana :
d s = diameter poros (mm)

 a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm²)


T = momen torsi rencana (kg.mm)
Cb = faktor keamanan terhadap beban lentur harganya 1,2 - 2,3
(diambil 1,8).
K t = faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar 1,5 - 3,0
(diambil 2)

maka :
1/ 3

d   1,8  2 14400,6 
5,1
 5 

s

 37,54 mm  38 mm ( sesuai dengan tabel 3.3.)

Tabel 3.3. Diameter poros(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)


4,5 *11,2 28 45 *112 280 450
12 330 120 300 460
*31,5 48 *315 480
5 *12,5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5,6 14 *31,5 56 140 *355 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600

23
Keterangan : 1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan
dipilih
dari bilangan standar.
2. Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian
Dimana akan dipasang bantalan gelinding.
Pada diameter poros di atas 38 mm, maka tegangan geser yang terjadi pada
poros adalah :

5,1 T ..................................................
 ( Lit 1, hal 7 )
d s3

dimana :

 = tegangan geser (kg/mm2)


T = momen torsi rencana (kg.mm)
ds = diameter poros (mm)
maka :

5,114400,6

383

= 1,34 kg / mm2

Berdasarkan perhitungan di atas maka poros tersebut aman di pakai karena


tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan yaitu
: 1,34 < 5 kg/mm². ( aman ).

24
Diagram aliran poros

START

1. Daya yang ditransmisikan :P = 80,115 kW


Putaran poros : n1 = 6000 rpm

2. Faktor koreksi :fc =1,1073

3. Daya rencana :Pd = 88,71 kW

4. Momen puntir rencana :T = 14400,6 kg.mm

5. Bahan poros S45C, baja karbon


kekuatan tarik : σB = 60 kg/mm2
Faktor keamanan Sf1 = 6,0, Sf2 = 2,5

6. Tegangan geser yang diizinkan :τa = 5 kg/mm2

7. Faktor koreksi untuk


momen puntir Kt = 1,8
Faktor lenturan :Cb = 2

8. Diameter poros :ds = 38 mm

9. Tegangan geser :τ = 1,34 kg/mm2

10. <

STOP

END
25
3.1.2. Spline dan Naaf
Pada dasarnya fungsi spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan
daya dan putaran dari poros ke komponen - komponen lain yang terhubung
dengannya, ataupun sebaliknya. Perbedaannya adalah spline menyatu atau
menjadi bagian dari poros sedangkan pasak merupakan komponen yang terpisah
dari poros dan memerlukan alur pada poros untuk pemasangannya.
Selain itu jumlah spline pada suatu konstruksi telah tertentu (berdasarkan standar
SAE), sedangkan jumlah pasak ditentukan sendiri oleh perancangnya. Hal ini
menyebabkan pemakaian spline lebih menguntungkan dilihat dari segi
penggunaannya karena sambungannya lebih kuat dan beban puntirnya merata
diseluruh bagian poros dibandingkan dengan pasak yang menimbulkan
konsentrasi tegangan pada daerah dimana pasak dipasang.

Gambar 3.2 Spline(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)

Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s ) sebesar (38
mm) bahan yang digunakan yaitu S45C-D dengan kekuatan tarik 60 kg/mm2,
untuk spline pada kendaraan dapat diambil menurut DIN 5462 sampai 5464.
Dalam perencanaan ini diambil DIN 5463 untuk beban menengah. Seperti yang
terdapat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.4. DIN 5462 – DIN 5464(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Diameter Ringan DIN 5462 Menengah DIN 5463 Berat DIN 5464
dalam Banyaknya Baji Banyaknya Baji Banyaknya Baji
d1 (mm) (I) d2 (mm) b (mm) (I) d2 (mm) b (mm) (I) d2 (mm) b (mm)
11 - - - 6 14 3 - - -
13 - - - 6 16 3,5 - - -
16 - - - 6 20 4 10 20 2,5
18 - - - 6 22 5 10 23 3
21 - - - 6 25 5 10 26 3
23 6 26 6 6 28 6 10 29 4
26 6 30 6 6 32 6 10 32 4
28 6 32 7 6 34 7 10 35 4

26
32 8 36 6 8 38 6 10 40 5
36 8 40 7 8 42 7 10 45 5
42 8 46 8 8 48 8 10 52 6
46 8 50 9 8 54 9 10 56 7
Tabel 3.5. Formulasi for SAE straight spline(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
To slide when not To slide when under
No. of All fits Permanent fits
under load load
Spline
W H D H D H D
4 0,241 D 0,075 D 0,850 D 0,125 D 0,750 D - -

6 0,250 D 0,050 D 0,900 D 0,075 D 0,850 D 0,100 D 0,800 D

10 0,156 D 0,045 D 0,910 D 0,070 D 0,860 D 0,095 D 0,810 D

Diameter maksimum ( diambil d s = 38 mm )

ds  d . D
Dimana
d = 0,81 (Sesuai table 3.5)
maka
ds  0,81 x D

38
D  46,9mm  diambil  46mm (dari tabel 3.4)
0,81
Spline yang direncanakan atau ketentuan ukurannya (dari tabel 3.4.) antara lain :
Jumlah ( i ) = 8 buah
Lebar ( b ) = 8 mm
Diameter luar ( d2) = 46 mm
Perhitungan Spline dan Naaf

d 2  ds
Tinggi ( H ) =
2
46  38
= = 4 mm
2
3
2d
Panjang ( L ) =
ds2
48 3
= = 67,4 mm
38 2
27
d 2  ds
Jari - jari ( Rm ) =
4
48  38
= =21 mm
4

Jarak antara spline ( w ) = 0,5  d2


= 0,5 46 mm = 23 mm

Besar gaya yang bekerja pada Spline :

T
F
Rm

dimana :
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 14400,6 kg.mm
Rm = jari-jari spline (mm)

maka :
14400,6
F
21
 685,74 kg

Tegangan geser pada poros spline adalah :

F
 g 
i  w L

dimana :
 g= tegangan geser yang terjadi pada spline (kg/mm2)
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
i = jumlah gigi spline
w = jarak antar spline (mm)
L = panjang spline (mm)

28
maka : 
685,74
 g 
8 23 67,4

 0,0552 kg / mm2

Sedangkan tegangan tumbuk yang terjadi adalah :

F
P
iH L

685,74

8 23 67,4

 0,254 kg / mm2
Kekuatan tarik dari bahan yang direncanakan adalah 60 kg/mm2 dengan faktor
keamanan untuk pembebanan dinamis (8 – 10) diambil 10 untuk meredam
getaran yang terjadi.

Tegangan geser yang diizinkan :

 gi  0,8  trk

dimana :
60
 trk   6 kg / mm2
10

maka :

 gi  0,8  6  4,8 kg / mm2

Maka spline dan naaf aman terhadap tegangan geser yang terjadi. Dimana dapat
dibuktikan :
 g   gi

0,0552  4,8

Tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan
(aman).
29
Diagram aliran spline dan naaf

START a

1. Diameter poros :ds = 38 mm 8. Faktor keamanan = 10

9. Tegangan geser yang


2. Jumlah spline dan naaf :i =8 diizinkan :τgi = 4,8 kg/mm2
buah,Lebar spline dan naaf : b = 8 mm,
diameter luar : 𝑑2 = 38
Diameter luar :d2 = 46 mm

3. Tinggi :H = 4 mm, jari-jari : Rm = 21 mm 10.  gi  a

g

4. Gaya pada spline :F =685,74 kg

STOP

5. Tegangan geser: τg = 0,0552 kg/mm2

END

6. Tegangan tumbukan :P = 0,254 kg/mm2

7. Kekuatan tarik bahan yang direncanakan = 60 kg/mm2

30
3.1.3. Plat Gesek
Plat gesek berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran poros penggerak
dengan poros yang digerakkan akibat terjadinya gesekan pada plat, sekaligus
juga sebagai penahan dan penghindar dari adanya pembebanan yang berlebihan.
Syarat plat gesek yaitu :
1. Tahan pada suhu tinggi

2. Tahan pada gesekan

Gambar 3.3 Plat Gesek(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)

Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes. Dengan
asumsi material sangat baik untuk menghantar panas serta tahan pada temperatur
tinggi yaitu sampai sekitar 200oC. Seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.5. Harga µ dan pa (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)



Bahan Permukaan Kontak pa (kg/mm2)
Kering Dilumasi
Bahan cor dan besi cor 0,10 – 0,20 0,08 – 0,12 0,09 – 0,17
Besi cor dan perunggu 0,10 – 0,20 0,10 – 0,20 0,05 – 0,08
Besi cor dan asbes (ditenun) 0,35 – 0,65 - 0,007 – 0,07
Besi cor dan serat 0,05 – 0,10 0,05 – 0,10 0,005 – 0,03
Besi cor dan kayu - 0,10 – 0,35 0,02 – 0,03

31
Diketahui : P = 109 PS
n = 6000 rpm
ds = 38 mm ( diameter poros )

Daya yang ditransmisikan P :

Daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka harus diubah untuk mendapatkan
daya dalam (kW).

Dimana : 1 PS = 0,735 kW

Maka :
P = 109 x 0,735 kW
P = 80,115 kW

Putaran poros n1 = 6000 rpm

Faktor koreksi (fc)= 1,1073

Daya rencana Pd : 

Pd  fc  P
 1,1073 80,115

 88,71 kW

Momen puntir rencana T :

Pd
T  9,74x105 
n
88,71
T  9,74x105 
6000

T  14400,6 kg  mm

32
Perbandingan diameter dalam bidang gesek D1  dan diameter luar bidang gesek

D2  > 0,5. Maka direncanakan perbandingan diameter D1 / D 2  0,8


Gaya tekanan gesekan F :

Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga tekanan

permukaan yang diizinkan pada bidang gesek Pa  0,02 kg / mm2


maka :

F D2  D 2  P
2 1 a
4

3,14
12  0,82 D2  0,02
2
4
 0,00565 D 22

rm  D 1  D 2 / 4
 0,8  1D2 / 4
 0,45 D2

Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga koefisien
gesekan kering ( 0,35 - 0,65 ) diambil   0,4
maka :

T    F  rm
14400,6  0,4  0,00565.D2  0,45D
2 2

14400,6  0,0005085 D  508,5 106 D 3


3
2 2

14400,6
D2  3  304,81
508,5106

D2  304,81

Maka diameter luar bidang gesek D2  = 304,81 mm

33
Diameter dalam kopling :

D1  0,8  D2
 0,8 304,81

 243,85 mm

F
3,14
243,8522  304,8121  0,02
4
= 525,124 Kg

Tabel 3.6. Momen puntir gesek statis kopling plat tunggal kering(Sularso dan
Kiyokatsu Suga, 2004)
Nomor Kopling 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100

Momen gesek statis


1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
(kg.m)
GD2 sisi rotor
(kg.m2) 0,0013 0,0034 0,0089 0,0221 0,0882 0,2192 0,4124 1,1257
GD2 sisi stator 0,0022 0,0052 0,0150 0,0322 0,1004 0,2315 0,5036 1,0852
2
(kg.m )
Diameter lubang 15 20 25 30 40 50 60 70
Alur pasak 5x2 5x2 7x3 7x3 10 x 3,5 15 x 5 15 x 5 18 x 6

GD2 pada sisi rotor diambil berdasarkan diameter lubang = 38 dari tabel di atas.
maka :
 38  20 
GD2  0,0882   0,2192  0,0882 
 40  20 

 0,2061 kg  m 2

Putaran relatif nr = 6000 rpm

Waktu penghubung rencana te = 0,3 s

Faktor keamanan kopling f = 2,1


Momen start :

34
Tl1  T  14400,6 kg  mm = 14,4006 kg  m
GD2  n r
T   T .............................................. ( Lit 1, hal 67 )
a
375  t e l1

dimana :
Ta = momen start (kg.m)

GD2 = efek total roda gaya terhadap poros kopling (kg.m2)


nr = kecepatan putaran relatif (rpm)

te = waktu penghubungan rencana (s)

Tl1 = momen beban pada saat start (kg.m)

maka :
0,2061 6000
Ta  14,4006
375  0,3
 25,393 kg  m

Waktu penghubungan yang sesungguhnya :

tae  GD2  n r  

375  Ta  Tl1

 0,2061 6000
375  25,393 14,4006
 0,3 s

tae  te
0,3 s  0,3 s , baik
Tabel 3.7. Laju keausan permukaan pelat gesek(Sularso dan Kiyokatsu Suga,
2004)
Bahan Permukaan w = [cm3/(kg.m)]

35
Paduan tembaga sinter (3 - 6) x 10-7
Paduan sinter besi (4 - 8) x 10-7
Setengah logam (5 - 10) x 10-7
Damar cetak (6 - 12) x 10-7

Tabel 3.8. Batas keausan rem dan kopling pelat tunggal kering(Sularso dan
Kiyokatsu Suga, 2004)
Nomor kopling / rem 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100

Batas keausan
2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
permukaan (mm)
Volume total pada
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210
batas keausan (cm3)

Bahan gesek paduan tembaga sinter


Berdasarkan tabel 3.7. dengan bahan paduan tembaga sinter maka: w  4 107
cm3 / kg  m

Volume keausan yang diizinkan ( L3 ) :

Dengan mengambil nomor tipe kopling 38, maka dapat diambil volume keausan
yang diizinkan dari tabel 3.8. sebesar :

 38  20 
L3  63,5   91,0  63,5 
 40  20 

 88,25 cm3

36
Diagram aliran kopling plat gesek

START b a

Daya yang ditransmisikan:P= 80,115 kW 10. Pemilihan tipe kopling


Puratan poros :n1 = 6000 rpm Nomor tipe kopling 38
Momen gesekan statis : Tso = 30

2.Faktor koreksi :fc = 1,1073


11.Waktu penghubungan sesungguhnya: tae = 0,3 s

3. Daya rencana :Pd = 56,577 kW

12.
>
4. Momen puntir rencana :T =14400,6 kg.mm

<
5. Diameter dalam :D1 = 243,85 mm
Diameter luar : D2 = 304,81 mm
jari-jari : rm = 0,45 D2
Jari - jari :rm = 0,45 D2 13.Bahan gesek paduan tembaga sinter
Volume keausan yang diizinkan :L3 =
88,25 cm3
Laju keausan permukaan :w = 4x10-7
6. Gaya tekanan gesekan :F = 0,00565 D 22 cm3/kg.m

7.GD2 pada poros kopling = 0,206kg/mm2


Puratan relatif :nr = 6000 rpm 14. Nomor kopling 30Bahan gesek
paduan tembaga sinter

8. Waktu penghubungan rencana :te = 0,3 s


faktor keamanan kopling : f = 2,1
STOP
37
9. Momen start :Ta = 25,393 kg.m
END

b a
3.1.4. Pegas
Pegas kendaraan dapat berfungsi sebagai pelunak tumbukan atau kejutan
dan meredam getaran yang terjadi. Pegas yang dimaksudkan disini adalah pegas
kejut pada plat gesek. Pegas kejut ini berfungsi untuk mengontrol gerakan dan
menyimpan energi. Pegas kejut ini dibuat dari kawat baja tarik keras yang
dibentuk dingin atau kawat yang ditemper dengan minyak.

Hf

Gambar 3.4 Pegas Kejut(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)

Tabel 3.9. Harga modulus geser G(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Harga G
Bahan Lambang
( kg/mm2 )
8 x 103
Baja pegas
8 x 103
Kawat baja keras 8 x 103
SUP SW SWP
Kawat piano 8 x 103
--- SUS
Kawat distemper 7,5 x 103
dengan minyak
Kawat baja tahan 4 x 103
BsW NSWS 4 x 103
karat PBW 4,5 x 103
(SUS 27, 32, 40) BeCuW 5 x 103
Kawat kuningan
Kawat perak
nikel Kawat
perunggu fosfor
Kawat tembaga
berilium

38
Momen puntir (torsi) adalah T  14400,6 kg  mm , jumlah pegas kejut
direncanakan 6 buah dan direncanakan diameter rata - rata pegas ( D ) = 28 mm,
D D
harga perbandingan berkisar antara 4 - 8. Dalam rancangan ini, harga
d d
diambil 4, sehingga diperoleh :

D
4
d
28
4  d 7
d

Beban maksimum Wl :

T  D / 2Wl .................................................. ( Lit 1, hal 72 )


maka :
T
Wl  
D / 2
14400,6
  1028,6 kg
28 / 2

Lendutan yang terjadi pada beban  = (18 – 20) mm, diambil 20 mm

39
Indeks pegas :

c = D/d
c=4

Faktor tegangan :
4c  1 0,615 ...........................................
K  ( Lit 1, hal 316 )
4c  4 c
4  4 1 0,615
 
4 4  4 4

 1,404

Tegangan geser  :
T T
 
Zp  / 6  d 3
14400,6

3,14 / 6 7 3
 80,225 kg / mm2

Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) dengan tegangan geser maksimum yang

diizinkan  a  65 kg / mm2 , Modulus geser G  8000 kg / mm2 (berdasarkan

tabel 3.9.)

Tegangan rencana :

 d   a  0,8

 65  0,8  52 kg / mm2

Wl
k


40
1028,6
  51,43 kg / mm
20

Jumlah lilitan yang bekerja :


Gd4
k 
8n  D 3
8000  7 
4

51,43 
8n  28
3

n  2,127

n  2,127  2

Lendutan total :
1
t  20   10 mm
2
Tinggi bebas H f :

H c  n 1,5 d

 2 1,5 7  24,5 mm

Cl = 0,2 – 0,6 mm, diambil 0,4 mm

C l  H l  H c  / n  1,5

0,4  H l  24,5 / 2 1,5

H l  25,9 mm

Maka :
  H f  Hl

20  H f  25,9

41
H f  25,9  20  45,9 mm

Tinggi awal terpasang H s :

Cs = 1,0 – 2,0 mm, diambil 1,5 mm

C s  H s  H c  / n  1,5

1,5  H s  24,5 / 2 1,5


H s  29,75 mm
Lendutan awal terpasang :

o  H f  H s

 45,9  29,75

 16,15 mm

Beban awal terpasang Wo :

Wo  H f  Hs  k

 45,9  29,7551,43

 830,606 kg

Lendutan efektif h :

h    o
 20 16,15
 3,85 mm

Tinggi pada lendutan maksimum H l  25,9 mm

Jumlah lilitan mati pada setiap ujung 2

42
Tinggi mampat H c  24,5 mm

Hl  Hc
25,9 mm  24,5 mm , baik

Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 1,0 – 2,0 mm, maka diambil
Cs  1,5 mm

Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 0,2 – 0,6 mm, maka diambil
Cl  0,4 mm

Hf /D  5
45,9 / 28  5

1,64 < 5

Diameter kawat d  7 mm
Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) perlakuan panas
Jumlah lilitan yang bekerja n  2
Lilitan yang mati 1 pada setiap ujung
Lendutan efektif h  1,64 mm
Lendutan total   20 mm
Tinggi tekan H c  24,5 mm

Beban awal terpasang Wo  830,606 kg

43
Diagram aliran pegas

START a
b

1. Beban maksimum :Wl = 1028,6 kg 11. Beban awal terpasang :Wo = 830,606 kg
Lendutan : δ = 18 – 20 mm Lendutan efektif : h = 3,85 mm
Tarik atau tekan Tinggi pada lendutan maksimum:
Diameter rata-rata :D =28 mm Tinggi pd lendutan maksimum :Hl = 25,9 mm

12.Jumlah lilitan mati pd setiap ujung 2

2. Taksiran awal :
Indeks pegas : c = 4 13. Tinggi mampat :Hc =24,5 mm
Diamater kawat :d = 7mm
Diameter kawat :d = 7 mm

3. Faktor tegangan :K = 1,404 > 14. Hl t Hc


ae

4. Tegangan geser :τ = 80,225 kg/mm2


<

15. Kelonggaran kawat pada


5. Bahan pegas SUP4 (Baja pegas)
Tegangan geser maksimum yang awal terpasang : Cs = 1,5 mm
diizinkan :τa = 65 kg/mm2 Kelonggaran kawat pada 44
Modulus geser : G= 8000 kg/mm2 lendutan maksimum : C = 0,4 mm
Tegangan rencana : τd = 52 kg/mm2

7. Jumlah lilitan yang bekerja :n = 2 16. Hf /D 5

8. Lendutan total :δt = 10 mm

9. Konstanta pegas :k = 32,801 kg/mm 17. Diameter kawat :d = 7 mm


Bahan pegas SUP4 (Baja pegas)
Perlakuan panas
Jumlah lilitan yang bekerja :n = 2
10. Tinggi bebas :Hf = 45,9 mm Lilitan mati 1
Tinggi awal terpasang : Hs = 29,75 mm Lendutan efektif :h = 3,85 mm
Lendutan awal terpasang : δo = Lendutan total :δt = 10 mm
16,15mm Tinggi tekan :Hc = 24,5 mm
Beban awal :Wo = 830,606 kg
3.1.5. Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban


sehingga putaran dan getaran bolak-balik dapat berputar secara halus, dan tahan
lama. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya
bekerja dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh sistem akan menurun atau tidak berkerja semestinya.

Gambar 3.5 Bantalan

45
Momen yang ditransmisikan dari poros T  9184,33 kg  mm dan putaran
(n) = 6000 rpm
Tabel 3.10. Bantalan Bola Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Nomor Bantalan Ukuran luar (mm) Kapasitas Kapasitas
Dua nominal nominal
Jenis Dua sekat dinamis statis
D D B R
terbuka sekat tanpa spesifik C spesifik
kontak (kg) Co (kg)
6000 10 26 8 0,5 360 196
6001 6001ZZ 6001VV 12 28 8 0,5 400 229
6002 6002ZZ 6002VV 15 32 9 0,5 440 263
6003 6003ZZ 6003VV 17 35 10 0,5 470 296
6004 6004ZZ 6004VV 20 42 12 1 735 465
6005 6005ZZ 6005VV 25 47 12 1 790 530
6006 6006ZZ 6006VV 30 55 13 1,5 1030 740
6007 6007ZZ 6007VV 35 62 14 1,5 1250 915
6008 6008ZZ 6008VV 38 68 15 1,5 1310 1010
6009 6009ZZ 6009VV 45 75 16 1,5 1640 1320
6010 6010ZZ 6010VV 50 80 16 1,5 1710 1430
Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s ) sebesar
(38mm). Berdasarkan dari tabel 3.10. di atas maka ukuran-ukuran dari bantalan
dapat ditentukan sebagai berikut :

Nomor bantalan 6008,


Diameter bantalan : D  68 mm
Lebar bantalan : B  15 mm
Kapasitas nominal dinamis spesifik : C  1310 kg

Kapasitas nominal statis spesifik : C o  1010 kg

Untuk bantalan bola alur dalam Fa  0,014 (direncanakan) dari tabel 3.11.
Co
di bawah ini :
Tabel 3.11. Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0 Sularso dan Kiyokatsu Suga,
2004)
Beban Beban Baris Baris Baris
Jenis bantalan Baris ganda e
putar pd putar pd tunggal tunggal ganda

46
cincin cincin
Fa / VFr > e Fa /VFr ≤ e Fa /VFr > e
dalam luar
V X Y X Y X Y X0 Y0 X0 Y0
Fa /C0 = 0,014 2,30 2,30 0,19
= 0,028 1,99 1,99 0,22
= 0,056 1,71 1,71 0,26
Bantalan
= 0,084 1,55 1,55 0,28
bola alur = 0,11 1 1,2 0,56 1,45 1 0 0,56 1,45 0,30 0,6 0,5 0,6 0,5
dalam = 0,17 1,31 1,31 0,34
= 0,28 1,15 1,15 0,38
= 0,42 1,04 1,04 0,42
= 0,56 1,00 1,00 0,44

α = 20o 0,43 1,00 1,09 0,70 1,63 0,57 0,42 0,84


Bantalan
= 25o 0,41 0,87 0,92 0,67 1,41 0,68 0,38 0,76
bola = 30o 1 1,2 0,39 0,76 1 0,78 0,63 1,24 0,80 0,5 0,33 1 0,66
sudut = 35o 0,37 0,66 0,66 0,60 1,07 0,95 0,29 0,58
= 40o 0,35 0,57 0,55 0,57 0,93 1,14 0,26 0,52

Beban aksial bantalan Fa :

Fa  Co  0,014
 1310  0,014  14,14 kg

Dari tabel di atas juga dapat diketahui harga beban radial Fr dengan
menggunakan persamaan :

Fa
e
v  Fr

dimana : v = beban putar pada cincin dalam


e = 0,19

47
Fa
maka : Fr 
ve
 14,14
  74,421 kg
1 0,19

Dengan demikian beban ekivalen dinamis P dapat diketahui melalui persamaan


di bawah ini :

P  X  Fr  Y  Fa

dimana : P = beban ekivalen (kg)


Fr = beban radial (kg)

Fa = beban aksial (kg)


X ,Y = harga - harga baris tunggal yang terdapat dalam tabel 3.11
di atas

maka :
P  0,56  74,421  2,30 14,14

 74,198 kg

Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan f n bantalan adalah :

 33,3 1/ 3
fn   
 n 
fn   33,3 1/ 3 
6000   0,177
 

Faktor umur bantalan f h :

48
C
fh  f n 
P
1310
 0,177   3,126
74,198

Umur nominal dari bantalan Lh :

L h  500   f h 
3

 500  3,126   15272,28 jam


3

Diagram aliran bantalan gelinding

START

1.Momen yang ditransmisikan :T = 14400,6 kg.mm


Putaran poros : n = 6000 rpm

2. Nomor nominal yang


diasumsikan.
Kapasitas nominal dinamis
spesifik :C = 1310 kg
Kapasitas nominal statis spesifik :

3. Cincin yang berputar dalam


∑ Fa / Co = 0,014, faktor e = 0,19
∑ Fa / V .∑ Fr : faktor X = 0,56
faktor Y = 2,30
Beban ekivalen dinamis :P = 74,198 kg

49
4. faktor kecepatan : fn = 0,177
Faktor umur :fh = 3,126

5. Umur :Lh = 15272,28 jam


3.1.6.Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk
mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur
sebagai alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan
ukuran yang sesuai. Di dalam perencanaan kopling ini. Baut dan mur berfungsi
sebagai pengikat gear box. Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai
faktor harus diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja,
kekuatan bahan, kelas ketelitian, dan lain-lain.

Gambar 3.6 Baut dan Mur

Beban yang diterima baut merupakan beban yang diterima bantalan

W  P pada bantalan  74,198 kg

Faktor koreksi (fc) = 1,1073

Maka beban rencana Wd :

Wd  fc W

Wd  1,1073  74,198

 82,156 kg

Bahan baut dipakai baja liat dengan kadar karbon 0,22 %


Kekuatan tarik :  B  42 kg / mm2

Faktor keamanan : S  7 dengan tegangan yang diizinkan  6 kg / mm2

50
f a

(difinis tinggi)

Diameter inti yang diperlukan

4 Wd
d1 
  a


4 82,156
d1 
3,14  6

d1  4,177 mm

Tabel 3.12. Ukuran standar ulir kasar metris Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Ulir dalam
Jarak Tinggi Diamete
Ulir Diameter Diameter r
bagi kaitan luar D efektif D2 dalam
p H1 D1
1 2 3 Ulir luar
Diamete
Diameter Diameter
r
luar d efektif d2
inti d1
M6 1 0,541 6,000 5,350 4,917
M7 1 0,541 7,000 6,350 5,917
M8 1,25 0,677 8,000 7,188 6,647
M9 1,25 0,677 9,000 8,188 7,647
M 10 1,5 0,812 10,000 9,026 8,376
M 11 1,5 0,812 11,000 10,026 9,376
M 12 1,75 0,947 12,000 10,863 10,106
M 14 2 1,083 14,000 12,701 11,835
M 16 2 1,083 16,000 14,701 13,835
M 18 2,5 1,353 18,000 16,376 15,294
M 20 2,5 1,353 20,000 18,376 17,294
M 22 2,5 1,353 22,000 20,376 19,294
M 24 3 1,624 24,000 22,051 20,752
M 27 3 1,624 27,000 25,051 23,752
M 30 3,5 1,894 30,000 27,727 26,211
M 33 3,5 1,894 33,000 30,727 29,211
M 36 4 2,165 36,000 34,402 31,670
M 39 4 2,165 39,000 36,402 34,670
Dipilih ulir metris kasar diameter inti d1  4,917 mm  4,177 mm dari tabel
3.12. di atas.

51
Maka pemilihan ulir standar ulir luar
diameter luar d  6 mm

diameter inti d1  4,917 mm


jarak bagi p  1 mm

Tegangan geser yang diizinkan

 a  (0,5  0,75)   a  diambil 0,5


maka :
 a  0,5  6  3 kg / mm2

dengan tekanan permukaan yang diizinkan q a  3 kg / mm2

Diameter luar ulir dalam D  6 mm

Diameter efektif ulir dalam D2  5,350 mm

52
Tinggi kaitan gigi dalam H1  0,541 mm

Jumlah ulir mur yang diperlukan


Wd
z
  D2  H1  qa
82,156
z
3,14  5,350  0,541 3
z  3,01  3

Tinggi mur
H  z p
H  31  3 mm

Jumlah ulir mur


H
z' 
p
3
z' 3
1

Tegangan geser akar ulir baut

 b 
 Wd
(dimana k  0,84 )
  d1  k  p  z

   2,112 kg / mm
82,159 2

b
3,14  4,917  0,84 1 3

Tegangan geser akar ulir mur

Wd
 n  (dimana j  0,75 )
 D j pz
82,159
 n   1,938 kg / mm
2
3,14  6  0,75 1 3

53
Tegangan geser akar ulir baut  b  dan tegangan geser akar ulir mur  n  lebih

kecil dari tegangan geser yang diizinkan  a , maka baut dan mur yang
direncanakan aman terhadap tegangan geser.

Bahan baut dan mur baja liat dengan kadar karbon 0,22 %.
Diameter nominal ulir : Baut = M 6, Mur = M 6, tinggi mur = 3 mm.

Diagram aliran baut dan mur

START b a

1.Beban :W = 74,198 kg 9. Jmlh ulir mur yg diperlukan :z = 3

2..Faktor koreksi :fc = 1,1073 10. Tinggi mur :H = 3 mm

3. Bebanrencana :Wd = 82,159kg 11. Jumlah ulir mur :z’ = 3 mm

4. Bahan baut : baja liat


Kekuatan tarik :σB = 42 kg/mm2 12. Tegangan geser akar
Faktor keamanan :Sf = 7 ulir baut : τb = 2,112 kg/mm2
Tegangan geser yang Tegangan geser akar54
diizinkan :τa = 3 kg/mm2
ulir mur : τn = 1,938 kg/mm2

5. Diameter inti yang diperlukan :d1 = 4,177 mm

τb :τa
> 13. τn :τa
6. Pemilihan ulir standar
Diameter luar :d = 6 mm
Diameter inti :d 1 = 4,917 mm
Jarak bagi :p = 1 mm ≤

7. Bahan mur : baja liat 14. Bahan baut : baja liat


Kekuatan tarik :σB = 42 kg/mm2 Bahan mur : baja liat
Tegangan geser yang diizinkan :τa = 3 Diameter nominal ulir :
kg/mm2 baut = M 6, mur = M 6
Tegangan permukaan yang Tinggi mur :H = 3 mm
2

8. Diameter luar ulir dalam :D = 6 mm


Diameter efektif ulir dalam :D2 = 5,350 mm STOP
Tinggi kaitan gigi dalam :H1 = 0,541 mm

END
a
3.1.7.Paku Keling
Paku keling merupakan alat penyambung tetap / mati. Dalam banyak kasus
penggunaannya, sambungan paku keling digantikan dengan sambungan las
karena sambungan paku keling memerlukan waktu lebih lama dari pada
sambungan las yang lebih sederhana. Pada sisi lain sambungan paku keling
terlihat jauh lebih aman dan mudah untuk dilakukan pengontrolan yang lebih
baik (dibunyikan dengan pukulan). Khususnya untuk sambungan logam ringan
orang lebih menyukai pengelingan,untuk menghindarkan penuruna kekuatan
disebabkan tingginya suhu seperti karena pengelasan (pengaruh dari struktur
pengelasan).

Paku keling yang dipasang pada plat gesek dan plat penghubung berfungsi untuk
meneruskan putaran plat gesek ke plat penghubung dan selanjutnya ke poros.

Gambar 3.7 Paku Keling

Jumlah paku keling dalam perencanaan ini sebanyak 24 buah.


Diameter paku keling d = (2,3 – 6) mm, diambil 5 mm.
Diameter kepala paku keling :

D  1,6  d
 1,6  5  8 mm
Lebar kepala paku keling :

K  0,6  d

55
 0,6 5
= 3 mm
Karena paku keling terletak di tengah-tengah kopling plat gesek, sehingga :

D 1  D2
rm 
4

dimana :
rm = jarak paku keling dari sumbu poros (mm)

D1 = diameter dalam plat gesek (mm)


D2 =diameter luar plat gesek (mm)

maka :
243,85  304,81
rm 
4
 137,17 mm

Gaya yang bekerja pada paku keling :

T
F
rm
dimana :
F = gaya yang bekerja pada paku keling (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 14400,6 kg.mm
rm = jarak antara paku keling (mm)

maka :
14400,6
F
137,17
 104,98 kg

Jadi seluruh paku keling mengalami gaya F = 104,98 kg


Sedangkan gaya yang berkerja pada masing - masing paku keling dapat di
asumsikan dengan persamaan berikut ini :

56
F
F' 
n

dimana :
F ' = gaya yang diterima setiap paku keling (kg)
F = gaya yang diterima seluruh paku keling (kg)
n = banyaknya paku keling yang direncanakan

maka :
104,98
F'  4,374 kg
24

57
Jadi setiap paku keling menerima gaya F’ = 4,374 kg

Bahan paku keling aluminium dengan tegangan tarik   37 kgb / mm2

faktor keamanan paku keling v  8 10, diambil 9

Tegangan izin paku keling.


b
 
i
v

37
=  4,11 kg / mm2
9

Luas penampang paku keling A :

3,14 2
A d
4
3,14 2
  5  19,625 mm2
4

Tegangan geser yang terjadi :

F'
g 
A
4,374
  0,223 kg / mm
2
19,625

Tegangan geser yang diizinkan :

 gi  0,8   i

 0,8 4,111  3,289 kg / mm2

Maka paku keling aman terhadap tegangan geser yang terjadi.


dimana dapat dibuktikan :

 gi  g

58
3,289  0,223

Diagram aliran paku keling

START

1.Banyak paku keling :n = 24

2. Diameter paku keling :d = 5 mm

3. Gaya yang bekerja pada paku keling :F= 104,98 kg

4.Bahan paku keling Aluminium

7. Luas penampang paku keling :A = 19,625 mm2

8. Tegangan geser yang terjadi :τg = 0,223kg/mm2

5. Faktor keamanan 9

6.Tegangan tarik :τb = 37 kg/mm2

9. Tegangan geser yang diizinkan :τgi = 3,289 kg/mm2

10. τgi>τg

11. Bahan paku keling Aluminium


Diameter paku keling :d = 5 mm
Banyaknya paku keling :n = 24

STOP

END
59
3.2. Roda Gigi

Gambar. 3.8. Nama-nama bagian roda gigi

Roda gigi transmisi yang direncanakan adalah :


Daya (N) = 109 PS
Putaran (n) = 6000 rpm

Pemindahan daya dan putaran direncanakan dengan transmisi roda gigi secara
bertingkat dengan perbandingan gigi sebagai berikut :

I 3,769
II 2,045
III 1,376
PERBANDINGAN GIGI
IV 1,000
V 0,838
R 4,128

60
Tabel 3.13. Faktor bentuk gigi
Jumlah gigi Jumlah gigi Jumlah gigi
Y Y Y
Z Z z
10 0,201 19 0,314 43 0,396
11 0,226 20 0,320 50 0,408
12 0,245 21 0,327 60 0,421
13 0,261 23 0,333 75 0,434
14 0,276 25 0,339 100 0,446
15 0,289 27 0,349 150 0,459
16 0,295 30 0,358 300 0,471
17 0,302 34 0,371 Batang gigi 0,484
18 0,308 38 0,383

Tabel 3.14. Faktor dinamis fv


Kecepatan 3
v  0,5 10 m s f 
Rendah
v
3v
Kecepatan 6
v  5  20 m s f 
Sedang
v
6v
Kecepatan v  20  50 m s 5,5
f 
v
5,5  v
Sumber : lit. 1 hal 240, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

3.2.1. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Satu


Diketahui : P = 109 PS = 80,115 kW
n1 = 6000 rpm
i = 3,769 ( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
𝑎 = 200 mm (jarak sumbu poros yang direncanakan)
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =
1,1073

Daya rencana Pd : 
Pd  fc  P
 1,1073 80,115  88,71 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2a
d1  .
1 i

61
2  200
d1   83,875 mm
1 3,769

2 ai
d2 
1 i
2  200  3,769
d   316,125 mm
2
1 3,769

62
Modul pahat m = 6

Jumlah gigi :
d d ............................................
m z ( Lit 1, hal 214 )
z m
d1 83,875
z   13,9  14
1
m 6
d
z  2  316,125  52,6  53
2
m 6

Perbandingan gigi :
z2 ...............................................................................................
i ( Lit 1, hal 216 )
z1
53
i  3,786
14

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :


d 01  z1  m
 14  6  84 mm
d 02  z2  m
 53 6  318 mm

Jarak sumbu poros :


d01  d 02
a0 
2
84  318
  201 mm
2

Kelonggaran puncak :
Ck  0,25  m

63
 0,25  6  1,5

Diameter kepala :
d k1  z1  2  m  14  2   6  96 mm

d k 2   z 2  2  m  53  2   6  330 mm

Diameter kaki :
d f 1  z1  2 m  2  C k

 14  2 6  21,5  96 mm

d f 2  z2  2 m  2  Ck

 53  2 6  21,5  303 mm

Kedalaman pemotongan :
H  2  m  Ck
 2 6 1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5.


z1 14  Y1  0,276
 53  50 
z  53  Y  0,408   0,421  0,408 
2 2
 60  50 
Y2  0,411




Kecepatan keliling :
  d01  n .......................................................
v ( Lit 1, hal 238 )
60 1000
3,14 84  6000
v  26,376 m s
60 1000

Gaya tangensial :

64
102  Pd ..................................................
F  ( Lit 1, hal 238 )
t
v
102 88,71
F   343,1 kg
t
26,376


Faktor dinamis :

5,5
f v 
5,5  v
 5,5
fv   0,517
5,5  26,376

Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :


Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 kg mm2
Kekerasan permukaan gigi HB1  187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :

B2  20 kg mm
2
Kekuatan tarik

Kekerasan permukaan gigi HB2 170 (rata-rata)

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :  a1  26 kg mm2

FC 20 :  a 2  9 kg mm2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, KH  0,079 kg mm2 .
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :

Fb   a  m  Y  f v ............................................. ( Lit 1, hal 240 )

F 'b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,276  0,517
 22,265 kg / mm

65
F 'b2   a 2  m  Y2  f v
 9  6  0,411 0,517
 11,477 kg / mm

Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :

F'  f  k  d 2  z2 . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 244 )



z 1  z2
H v H 01

2  53
F' H  0,517  0,079 84 
 14  53
 5,429 kg / mm

Harga minimum F'min  5,429 kg / mm dari F' H

Lebar sisi 
Ft  343,1  63,188mm
b 
F'H 5,429

Jarak bagi  P = m.  = 6 . 3,14 = 18,84 mm


m  63,14
Tebal gigi  S =   9,42mm
2 2
Lebar gigi  b = 0,7 . d 01
= 0,7 .84 = 58,8 mm

3.2.2. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Dua


Diketahui : P = 109 PS = 80,115 kW
n1 = 6000 rpm
i = 2,045 ( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
𝑎 = 200 mm (jarak sumbu poros yang direncanakan)

66
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc
=1,1073

Daya rencana Pd : 
Pd  fc  P
 1,1073  80,115  88,71 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2a
d1 
1 i
2  200
d1   129,45 mm
1 2,045

2 ai
d2 
1 i
2  200  2,045
d 2  270,55 mm
1 2,045

Modul pahat m = 6

Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1 129,45
z    21,57  22
1
m 6

d2 270,55
z    45,1  45
2
m 6

Perbandingan gigi :
z2
i
z1

67
45
i  2,045
22

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :


d 01  z1  m
 22  6  132 mm

d 02  z2  m
 45  6  270 mm

Jarak sumbu poros :


d01  d 02
a0 
2
132  270
  198 mm
2

Kelonggaran puncak :
Ck  0,25  m
 0,25  6  1,5

Diameter kepala :
d k1   z1  2   m  22  2   6  144 mm

d k 2   z 2  2  m  45  2   6  282 mm

Diameter kaki :
d f 1  z1  2 m  2  C k

 22  2 6  2 1,5  117 mm

d f 2  z2  2 m  2  Ck

 45  2 6  2 1,5  255 mm


Kedalaman pemotongan :
H  2  m  Ck

68
 2 6 1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5.

 22  21 
z  22  Y  0,327   0,339  0,327 
1 1
 25  21 
Y1  0,33
 45  43 
z  45  Y  0,396   0,408  0,396 
2 2
 50  43 
Y2  0,399


Kecepatan keliling :
  d01  n
v
60 1000
3,14 132  6000
  41,448 m s
60 1000

Gaya tangensial :
102  Pd
Ft 
v
120  88,71
  218,31 kg
41,448

Faktor dinamis : 
5,5
f v 
5,5  v
 5,5
  0,461
5,5  41,448

Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :


Pinyon S 35 C :

69
Kekuatan tarik  B1  52 kg mm2
Kekerasan permukaan gigi HB1  187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :

B2  20 kg mm
2
Kekuatan tarik

Kekerasan permukaan gigi HB2 170 (rata-rata)

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :  a1  26 kg mm2

FC 20 :  a 2  9 kg mm2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, KH  0,079 kg mm2 .

Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :


Fb   a  m  Y  f v

F 'b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,33  0,532
 23,933 kg / mm

F 'b2   a 2  m  Y2  f v
 9.6.0399  0,461
 9,927 kg / mm
Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :

F'  f  k  d 2  z2
H v H 01

z 1  z2
2  45
F' H  0,532  0,079 132 
 22  45
 6,454 kg / mm

Harga minimum=6,454 kg / mm dari F' H

70
Lebar sisi

Jarak bagi  P = m .  = 6 . 3,14 = 18,84 mm


m    6  3,14  9,24mm
Tebal gigi  S =
2 2
Lebar gigi  b = 0,7 . d 01
= 0,7 . 132 = 92,4 mm

3.2.3. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Tiga


Diketahui : P = 109 PS = 80,115 kW
n1 = 6000 rpm
i = 1,376 ( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
𝑎 = 200 mm (jarak sumbu poros yang direncanakan)

Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =
1,1073
Daya rencana Pd :
Pd  fc  P
 1,1073 80,115  88,71 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2a
d1  ..........................
1 i
2  200
d1   168,35 mm
11,376
2 ai
d2  .........................
1 i
2  200 1,376
d 2  231,65 mm
11,376

Modul Pahat m = 6

Jumlah gigi

71
d d
m  z ....................
z m
d1 168,35
z   28,1  28
1
m 6
d2 231,65
z    38,6  39
2
m 6

Perbandingan gigi
z2
i ........................
z1
39
i  1,393
28
Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar)
d 01  z1  m

d01  28  6  168 mm

d 02  z2  m

d02  39  6  234 mm

Jarak sumbu poros


d01  d 02
a0 
2
168  234
a0   201 mm
2
Kelonggaran sisi C0  0 mm

Kelonggaran puncak
Ck  0,25  m
 0,25  6  1,5
Diameter kepala
d k1  z1  2  m  28  2  6  180 mm

72
d k 2  z 2  2  m  39  2  6  246 mm

Diameter Kaki
d f 1  z1  2 m  2  Ck

 28  2 6  21,5 153 mm

d f 2  z2  2 m  2  Ck

 39  2 6  21,5  219 mm

Kedalaman pemotongan
H  2  m  Ck
 2 6 1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi


Dari Tabel 3.5.
z1  28  Y1  0,351

z2  39  Y2  0,385

Kecepatan keliling :
  d01  n
v
60 1000
3,14 168  6000
v  52,75 m s
60 1000

Gaya tangensial :
102  Pd
Ft 
v
102 88,71
Ft   171,53 kg
52,75
Faktor dinamis :
5,5
f v 
5,5  v

73

5,5
fv   0,431
5,5  52,75
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 kg mm2
Kekerasan permukaan gigi HB1  187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :

B2  20 kg mm
2
Kekuatan tarik

Kekerasan permukaan gigi HB2 170 (rata-rata)

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :  a1  26 kg mm2

FC 20 :  a 2  9 kg mm2

Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, KH  0,079 kg mm2 .

Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :


Fb   a  m  Y  f v

F 'b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,351 0,431
 23,596 kg / mm

F 'b2   a 2  m  Y2  f v
 9  6  0,385  0,431
 8,959 kg / mm

Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :

F'  f  k  d 2  z2
H v H 01

z 1  z2

74
2  39
F' H  0,431 0,079 168 
 28  39
 6,658 kg / mm

Harga minimum F'min  6,658 kg / mm dari F' H

Lebar sisi 
Ft  171,53  25,76mm
b 
F'H 6,658

Jarak bagi  P = m .  = 6 . 3,14 = 18,84 mm


m  63,14
Tebal gigi  S =   9,42mm
2 2
Lebar gigi  b = 0,7 . d 01
= 0,7 . 168 = 117,6 mm

3.2.4. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Empat


Diketahui : P = 109 PS = 80,115 kW
n1 = 6000 rpm
i = 1,000 ( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
𝑎 = 200 mm (jarak sumbu poros yang direncanakan)
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =
1,1073
Daya rencana Pd :
Pd  fc  P
 1,1073 80,115  88,71 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2a
d1 
1 i
2  200
d1   200 mm
1  1,000
2ai
d2
1 i

75
2  200 1,000
d2  200 mm
1 1,000

Modul Pahat m = 6

Jumlah gigi
d d
m  z
z m
d1 200
z    33,3  33 mm
1
m 6

d2 200
z    33  33 mm
2
m 6

Perbandingan gigi

z2
i
z1
33
i  1 mm
33

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar)

d 01  z1  m

 33  6  198 mm
d 02  z2  m

 33  6  198 mm

Jarak sumbu poros


d01  d 02
a0 
2

76
198 198
  198 mm
2

Kelonggaran sisi C0  0 mm

Kelonggaran puncak

Ck  0,25  m 88
 0,25  6  1,5
Diameter kepala

d k1  z1  2  m  33  2  6  210 mm

d k1  z 2  2  m  33  2  6  210 mm

Diameter Kaki
d f 1   z1  2   m  2  C k

 33  2 6  2 1,5  183 mm

d f 2  z2  2 m  2  Ck

 33  2 6  2 1,5  189 mm


Kedalaman pemotongan
H  2  m  Ck
 2 6 1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi


Dari Tabel 3.5.
33  30 
z  33  Y  0,358   0,371  0,358 
1 1
 34  30 
Y1  0,367

z2  33  Y2  0,367

Kecepatan keliling :

77
  d01  n
v
60 1000
3,14 198  6000
v  62,172 m s
60 1000

Gaya tangensial :
102  Pd
Ft 
v
102 88,71
Ft   145,539 kg
62,172

Faktor dinamis : 
5,5 

5,5  v
fv

 5,5

fv   0,411
5,5  62,172

Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :


Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 kg mm2
Kekerasan permukaan gigi HB1  187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :

B2  20 kg mm
2
Kekuatan tarik

Kekerasan permukaan gigi HB2 170 (rata-rata)

Tegangan lentur yang diizinkan :

S 35 C :  a1  26 kg mm2

FC 20 :  a 2  9 kg mm2

Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, KH  0,079 kg mm2 .

78
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
Fb   a  m  Y  f v

F 'b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,367  0,411
 23,525 kg / mm

F 'b2   a 2  m  Y2  f v
 9  6  0,367  0,411
 8,143 kg / mm

Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :

F'  f  k  d 2  z2
H v H 01

z 1  z2
2  33
F' H  0,411 0,079 198 
 33  33
 6,427 kg / mm

Harga minimum F'min  6,427 kg / mm dari F' H

Lebar sisi
Ft 145,539
b   22,64mm
F' H
6,427

Jarak bagi  P = m .  = 6 . 3,14 = 18,84 mm


m  .  6  3,14  9,42mm
Tebal gigi  S =
2 2
Lebar gigi  b = 0,7 . d 01
= 0,7 .198 = 138,6 mm

3.2.5. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Lima


Diketahui : P = 109 PS = 80,115 kW

79
n1 = 6000 rpm
i = 0,838 ( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
𝑎 = 200 mm (jarak sumbu poros yang direncanakan)
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =
1,1073
Daya rencana Pd :
Pd  fc  P
 1,1073 `80,115  88,71 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2a
d1 
1 i
2  200
  217,628 mm
1 0,838
2ai
d2
1 i
2  200  0,838
  182,372 mm
1 0,838

Modul Pahat m = 6

Jumlah gigi
d d
m  z
z m
d1 217,628
z   36,2  36
1
m 6
d2 182,372
z    30,2  30
2
m 6

Perbandingan gigi
z2
i
z1
30
i  0,833
36

80
Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar)

d 01  z1  m

 36  6  216 mm

d 02  z2  m
 30  6  180 mm

Jarak sumbu poros


d01  d 02
a0 
2
216 180
  198 mm
2

Kelonggaran sisi C0  0 mm

Kelonggaran puncak

Ck  0,25  m
 0,25  6  1,5

Diameter kepala
d k1  z1  2  m  36  2  6  228 mm

d k 2  z 2  2  m  30  2  6  192 mm

Diameter Kaki

d f 1  z1  2 m  2  Ck

 37  26  21,5  207 mm

d f 2  z2  2 m  2  Ck

 30  2 6  21,5 165 mm


Kedalaman pemotongan

H  2  m  Ck
81
 2 6 1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5


36  34 
z  36  Y  0,371   0,383  0,371 
1 1
 38  34 
Y1  0,379

z2  30  Y2  0,358


Kecepatan keliling :
  d01  n
v
60 1000
3,14  216  6000
v  67,824 m s
60 1000

Gaya tangensial :
102  Pd
Ft 
v
102 88,71
Ft   133,41 kg
67,824

Faktor dinamis : 
5,5 
f v 
5,5  v
 
5,5
fv   0,4
5,5  67,824
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 kg mm2
Kekerasan permukaan gigi HB1  187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :

82
Kekuatan tarik B2  20 kg mm2
Kekerasan permukaan gigi HB2 170 (rata-rata)

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :  a1  26 kg mm2

FC 20 :  a 2  9 kg mm2

Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, KH  0,079 kg mm2 .
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
Fb   a  m  Y  f v

F 'b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,385  0,4
 23,737 kg / mm

F 'b2   a 2  m  Y2  f v
 9  6  0,355  0,4
 7,613 kg / mm

Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :

F'  f  k  d 2  z2
H v H 01

z 1  z2
2  30
F' H  0,4  0,079  216 
 36  30
 6,212 kg / mm

Harga minimum F'min  6,212 kg / mm dari F' H

Lebar sisi

83
Ft 133,41
b   13,525mm
F' H
6,212

Jarak bagi  P = m .  = 6 . 3,14 = 18,84 mm


m  .  6  3,14  9,42mm
Tebal gigi  S =
2 2
Lebar gigi  b = 0,7 . d 01
= 0,7. 216 = 151,2 mm

3.2.6. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Enam (Reverse)


Diketahui : P = 109 PS = 80,115 kW
n1 = 6000 rpm
i = 4,128 ( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
𝑎 = 200 mm (jarak sumbu poros yang direncanakan)
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =
1,1073

Daya rencana Pd : 
Pd  fc  P
 1,1073 80,115  88,71 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2a
d1  .
1 i
2  200
d1   78,,003 mm
1 4,128

2 ai
d2 
1 i
2  200  4,128
d   321,997 mm
2
1 4,128

Modul pahat m = 6
84
Jumlah gigi :
d d ............................................
m z ( Lit 1, hal 214 )
z m
d1 78,003
z   13,01  13
1
m 6
d
z  2  321,997  53,6  54
2
m 6

Perbandingan gigi :
z2 ...............................................................................................
i ( Lit 1, hal 216 )
z1
54
i  4,154
13

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :


d 01  z1  m
 13 6  78 mm

d 02  z2  m
 54  6  324 mm

Jarak sumbu poros :


d01  d 02
a0 
2
54  324
  201 mm
2

Kelonggaran puncak :
Ck  0,25  m
 0,25  6  1,5

85
Diameter kepala :
d k1   z1  2   m  13  2   6  90 mm

d k 2   z 2  2  m  54  2  6  336 mm

Diameter kaki :
d f 1  z1  2 m  2  C k

 13  2 6  21,5  63 mm

d f 2  z 2  2  m  2  Ck

 54  2 6  21,5  309 mm

Kedalaman pemotongan :
H  2  m  Ck
 2 6 1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5.


z1  13  Y1  0,261
 51  50 
z  54  Y  0,408   0,421  0,408 
2 2
 60  50 
Y2  0,412




Kecepatan keliling :
  d01  n .......................................................
v ( Lit 1, hal 238 )
60 1000
3,14  78  6000
v  24,492 m s
60 1000

Gaya tangensial :
102  Pd ..................................................
Ft  ( Lit 1, hal 238 )
v

86
102 88,71
F  396,444 kg
t
24,492
Faktor dinamis :


5,5
f v 
5,5  v
 5,5
fv   0,526
5,5  24,492

Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :


Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 kg mm2
Kekerasan permukaan gigi HB1  187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :

B2  20 kg mm
2
Kekuatan tarik
Kekerasan permukaan gigi HB2 170 (rata-rata)

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :  a1  26 kg mm2

FC 20 :  a 2  9 kg mm2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, KH  0,079 kg mm2 .
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :

Fb   a  m  Y  f v ............................................. ( Lit 1, hal 240 )

F 'b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,261 0,526
 21,432 kg / mm

F 'b2   a 2  m  Y2  f v

87
 9  6  0,412  0,526
 11,711 kg / mm

Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :

F'  f  k  d 2  z2 . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 244 )



z 1  z2
H v H 01

2  54
F' H  0,526  0,079  78 
 13  54
 5,228 kg / mm

Harga minimum F'min  5,228 kg / mm dari F' H

Lebar sisi 
Ft 369,444
b    70,662mm
F'H
5,228

Jarak bagi  P = m.  = 6 . 3,14 = 18,84 mm


m  63,14
Tebal gigi  S =   9,42mm
2 2
Lebar gigi  b = 0,7 . d 01
= 0,7 .78 = 54,2 mm

88
3.1.7. Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban


sehingga putaran dan getaran bolak-balik dapat berputar secara halus, dan tahan
lama. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya
bekerja dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh sistem akan menurun atau tidak berkerja semestinya.

Gambar 3.7 Bantalan

Momen yang ditransmisikan dari poros T  9184,33 kg  mm dan putaran


(n) = 6000 rpm
Tabel 3.10. Bantalan Bola Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Nomor Bantalan Ukuran luar (mm) Kapasitas Kapasitas
Dua nominal nominal
Jenis Dua sekat dinamis statis
D D B R
terbuka sekat tanpa spesifik C spesifik
kontak (kg) Co (kg)

89
6000 10 26 8
360 0,5 196
6001 6001ZZ 6001VV 12 28 8
400 0,5 229
6002 6002ZZ 6002VV 15 32 9
440 0,5 263
6003 6003ZZ 6003VV 17 35 10
470 0,5 296
6004 6004ZZ 6004VV 20 42 12
735 1 465
6005 6005ZZ 6005VV 25 47 12
790 1 530
6006 6006ZZ 6006VV 30 55 13
1030 1,5 740
6007 6007ZZ 6007VV 35 62 14
1250 1,5 915
6008 6008ZZ 6008VV 38 68 15
1310 1,5 1010
6009 6009ZZ 6009VV 45 75 16
1640 1,5 1320
6010 6010ZZ 6010VV 50 80 16
1710 1,5 1430
Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s ) sebesar
(38mm). Berdasarkan dari tabel 3.10. di atas maka ukuran-ukuran dari bantalan
dapat ditentukan sebagai berikut :

Nomor bantalan 6008,


Diameter bantalan : D  68 mm
Lebar bantalan : B  15 mm
Kapasitas nominal dinamis spesifik : C  1310 kg

Kapasitas nominal statis spesifik : C o  1010 kg

Fa
Untuk bantalan bola alur dalam  0,014 (direncanakan) dari tabel 3.11.
Co
di bawah ini :
Tabel 3.11. Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0 Sularso dan Kiyokatsu Suga,
2004)
Beban Beban Baris
Baris ganda
putar pd putar pd tunggal Baris Baris
Jenis bantalan cincin cincin e tunggal ganda
Fa / VFr > e Fa /VFr ≤ e Fa /VFr > e
dalam luar
V X Y X Y X Y X0 Y0 X0 Y0
Fa /C0 = 0,014 2,30 2,30 0,19
= 0,028 1,99 1,99 0,22
Bantalan = 0,056 1,71 1,71 0,26
bola alur = 0,084 1 1,2 0,56 1,55 1 0 0,56 1,55 0,28 0,6 0,5 0,6 0,5
dalam = 0,11 1,45 1,45 0,30
= 0,17 1,31 1,31 0,34
= 0,28 1,15 1,15 0,38
= 0,42 1,04 1,04 0,42

90
= 0,56 1,00 1,00 0,44

α = 20o 0,43 1,00 1,09 0,70 1,63 0,57 0,42 0,84


Bantalan
= 25o 0,41 0,87 0,92 0,67 1,41 0,68 0,38 0,76
bola = 30o 1 1,2 0,39 0,76 1 0,78 0,63 1,24 0,80 0,5 0,33 1 0,66
sudut = 35o 0,37 0,66 0,66 0,60 1,07 0,95 0,29 0,58
= 40o 0,35 0,57 0,55 0,57 0,93 1,14 0,26 0,52

Beban aksial bantalan Fa :

Fa  Co  0,014
 1310  0,014  14,14 kg

Dari tabel di atas juga dapat diketahui harga beban radial Fr dengan
menggunakan persamaan :

Fa
e
v  Fr

dimana : v = beban putar pada cincin dalam


e = 0,19

Fa
maka : Fr 
ve
 14,14
  74,421 kg
1 0,19

Dengan demikian beban ekivalen dinamis P dapat diketahui melalui persamaan


di bawah ini :

P  X  Fr  Y  Fa

91
dimana : P = beban ekivalen (kg)
Fr = beban radial (kg)

Fa = beban aksial (kg)


X ,Y = harga - harga baris tunggal yang terdapat dalam tabel 3.11
di atas

maka :
P  0,56  74,421  2,30 14,14

 74,198 kg

Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan f n bantalan adalah :

 33,3 1/ 3
fn   
 n 
fn   33,3 1/ 3 
6000   0,177
 

Faktor umur bantalan f h :

C
fh  f n 
P
1310
 0,177   3,126
74,198

Umur nominal dari bantalan Lh :

L h  500   f h 
3

 500  3,126   15272,28 Jam.


3

92
3.1.8.Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk
mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur
sebagai alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan
ukuran yang sesuai. Di dalam perencanaan kopling ini. Baut dan mur berfungsi
sebagai pengikat gear box. Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai
faktor harus diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja,
kekuatan bahan, kelas ketelitian, dan lain-lain.

Gambar 3.6 Baut dan Mur

Beban yang diterima baut merupakan beban yang diterima bantalan

W  P pada bantalan  74,198 kg

Faktor koreksi (fc) = 1,1073

Maka beban rencana Wd :

Wd  fc W
Wd  1,1073  74,198
 82,156 kg

Bahan baut dipakai baja liat dengan kadar karbon 0,22 %


Kekuatan tarik :  B  42 kg / mm2

Faktor keamanan : S  7 dengan tegangan yang diizinkan  6 kg / mm2

93
Diameter inti yang diperlukan

4 Wd
d1 
  a


4 82,156
d1 
3,14  6

d1  4,177 mm

Tabel 3.12. Ukuran standar ulir kasar metris Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Ulir dalam
Diamete
Ulir Diameter Diameter r
Jarak Tinggi luar D efektif D2 dalam
bagi kaitan D1
p H1 Ulir luar
1 2 3 Diamete
Diameter Diameter
r
luar d efektif d2
inti d1
M6 1 0,541 6,000 5,350 4,917
M7 1 0,541 7,000 6,350 5,917
M8 1,25 0,677 8,000 7,188 6,647
M9 1,25 0,677 9,000 8,188 7,647
M 10 1,5 0,812 10,000 9,026 8,376
M 11 1,5 0,812 11,000 10,026 9,376
M 12 1,75 0,947 12,000 10,863 10,106
M 14 2 1,083 14,000 12,701 11,835
M 16 2 1,083 16,000 14,701 13,835
M 18 2,5 1,353 18,000 16,376 15,294
M 20 2,5 1,353 20,000 18,376 17,294
M 22 2,5 1,353 22,000 20,376 19,294
M 24 3 1,624 24,000 22,051 20,752
M 27 3 1,624 27,000 25,051 23,752
M 30 3,5 1,894 30,000 27,727 26,211
M 33 3,5 1,894 33,000 30,727 29,211
M 36 4 2,165 36,000 34,402 31,670
M 39 4 2,165 39,000 36,402 34,670
Dipilih ulir metris kasar diameter inti d1  4,917 mm  4,177 mm dari tabel
3.12. di atas.

Maka pemilihan ulir standar ulir luar


94
diameter luar d  6 mm

diameter inti d1  4,917 mm


jarak bagi p  1 mm

Tegangan geser yang diizinkan

 a  (0,5  0,75)   a  diambil 0,5


maka :
 a  0,5  6  3 kg / mm2

dengan tekanan permukaan yang diizinkan q a  3 kg / mm2

Diameter luar ulir dalam D  6 mm

Diameter efektif ulir dalam D2  5,350 mm


Tinggi kaitan gigi dalam H1  0,541 mm

95
Jumlah ulir mur yang diperlukan
Wd
z
  D2  H1  qa
82,156
z
3,14  5,350  0,541 3
z  3,01  3

Tinggi mur
H  z p
H  31  3 mm

Jumlah ulir mur


H
z' 
p
3
z' 3
1

Tegangan geser akar ulir baut

 b 
 Wd
(dimana k  0,84 )
  d1  k  p  z

   2,112 kg / mm
82,159 2

b
3,14  4,917  0,84 1 3

Tegangan geser akar ulir mur

Wd
 n  (dimana j  0,75 )
 D j pz
82,159
 n   1,938 kg / mm
2
3,14  6  0,75 1 3

Tegangan geser akar ulir baut  b  dan tegangan geser akar ulir mur  n  lebih

kecil dari tegangan geser yang diizinkan  a , maka baut dan mur yang

96
direncanakan aman terhadap tegangan geser.

Bahan baut dan mur baja liat dengan kadar karbon 0,22 %.
Diameter nominal ulir : Baut = M 6, Mur = M 6, tinggi mur = 3 mm.

97
BAB 4
PERAWATAN KOPLING

Beberapa gejala yang dialami tentang masalah kopling adalah mobil suka
loncat dan sulit untuk mengendalikan kopling,maka dari hal seperti ini harus
dihindari agar kopling dapat bekerja sesuai dengan perencanaan dan lebih awet
dari perhitungan yang direncanakan
Ada beberapa hal yang harus diketahui dan dipahami dalam perawatan
kopling yaitu :

4.1. PEMELIHARAAN
Pemeliharaan yang di butuhkan oleh kopling adalah perawatan berkala
yang dilakukan setiap 6 bulan sekali, meliputi:
a) Pembersihan sisa-sisa gesekan plat gesek yang berbahan dasar asbes
yang biasanya meninggalkan sisa di bagian dalam rumah kopling
b) Pemberian minyak pelumas pada pegas kopling guna mencegah karat
yang timbul karena usia atau waktu
c) Penggantian karet penekan kopling yang biasanya juga rusak karena
waktu atau jangka pemakaian.
d) Pemeliharaam ini haruslah dilakukan di bengkel, hal ini karena untuk
membongkar kopling terlebih dahulu haruslah menurunkan rumah
transmisi atau biasa di sebut Trasdown.

98
Dengan pemakaian dari kopling yang sering tidak di gantung dapat membuat
kopling menjadi tahan lama atau awet

4.1.1. PENGGUNAAN KOPLING YANG BENAR:

Jika menginjak pedal kopling, maka tekanlah pedal kopling sepenuhnya.


Tujuannya adalah agar roda gila (flywheel) dan pelat/piringan kopling (clutch
plate) dapat terpisah secara sempurna, sehingga dapat memudahkan dalam
memindahkan tuas transmisi.

1. Ketika sedang menginjak pedal kopling secara sempurna, pindahkan tuas


transmisi.
2. Setelah memindahkan tuas transmisi, selanjutnya bebaskan injakan
kopling secara perlahan diselaraskan dengan injakan pedal gas agar
kendaraan dapat berjalan dengan halus dan tidak membuat kendaraan
meloncat.

4.1.2. PENGGUNAAN KOPLING YANG SALAH:

Seringkali kita tak mengetahui sebenarnya terdapat beberapa hal yang


menjadikan komponen kopling cenderung mudah mengalami kerusakan. Berikut
ini hal-hal yang dapat memudahkan komponen kopling mengalami kerusakan,
antara lain:

1. Meletakkan kaki pada pedal kopling selama kendaraan berjalan. Hal ini
dapat mempercepat keausan pada release bearing dan pelat/piringan
kopling.
2. Menahan setengah kopling saat mobil antri di tanjakan. Hal ini dapat
mempercepat kerusakan sistem kopling. Mesin pun sering terasa bergetar
sehingga membuat fungsi karet penahan mesin (engine mounting) juga
dapat terganggu. Sebaiknya gunakan rem tangan untuk menahan
kendaraan ketika sedang antri di tanjakan.

99
3. Menginjak dan melepas kopling secara kasar. Bila dilakukan dengan cara
yang kasar maka sentukan pelat/piringan kopling terhadap roda gila
(flywheel) akan terasa lebih keras, hal ini akan mempercepat keausan
sistem kopling.

4.1.3. Tips Merawat Kopling

1. Melakukan pengecekan dan perawatan kopling secara rutin.


2. Gunakan selalu gigi satu untuk start awal kendaraan, karena jika
menggunakan gigi di atasnya, kopling akan dibebani secara berlebihan
dan mempercepat keausan.
3. Netralkan tuas transmisi jika berhenti. Contoh: di lampi merah.

4.1.4. Masalah umum yang terjadi pada kopling

1. Kopling selip. Akibat dari kopling selip, kendaraan tidak dapat berjalan,
kurang tenaga, dan dapat menyebabkan boros bahan bakar, hal ini
disebabkan tenaga mesin tidak tersalurkan ke sistem penggerak
(transmisi) karena pelat/piringan kopling sudah aus.
2. Kopling jeblos. Akibat dari kopling jeblos, tuas transmisi tidak
dapat/susah dipindahkan, hal ini disebabkan tidak dapat terpisahnya
pelat/piringan kopling dengan mesin karena tenaga yang disalurkan dari
pedal tidak mampu diteruskan ke sistem kopling. Kabel kopling yang
putus, silinder kopling bocor, dan matahari yang rusak merupakan
beberapa hal yang membuat tenaga dari pedal tidak dapat diteruskan ke
sistem kopling.
3. Kopling lengket. Akibat dari kopling lengket, tuas transmisi tidak
dapat/susah dipindahkan karena tidak terpisahnya pelat kopling dan
mesin akibat pelat/piringan kopling lengket. Penyebab kopling lengket
karena air atau lumpur yang masuk ke area sistem kopling.

Jika pada saat menggunakan kopling, tercium bau terbakar, disarankan


segera menghentikan kendaraan dan parkir terlebih dahulu karena indikasi

100
tersebut menunjukkan bahwa terjadi panas tinggi pada kopling, hal ini dapat
mengakibatkan kerusakan pada sistem kopling.
4.2 Roda Gigi
Adapun Pemeliharaan yang di butuhkan oleh roda gigi yaitu :

1. Oli transmisi yang berkualitas baik


Untuk mempercepat serta memperhalus pengoperasian pada roda gigi,
sebaiknya pilihlah tipe oli fully syntetis dengan viscositas 75-90 W. Ciri-
ciri dari pelumas itu terbilang encer serta tahan panas, dan juga dapat
memberikan proteksi pada transmisi menjadi lebih maksimal. Apabila
perawatan transmisi kurang maka dapat menyebabkan kebocoran
sehingga membuat oli transmisi menjadi lebih cepat kering. Penyebab
kebocoran biasanya berasal dari baut tempat pembuangan oli yang
mengalami kerusakan ataupun yang tidak rapat.

2. Penyetelan kopling yang sesuai


Untuk memperhalus dan mempercepat perubahan gigi sebaiknya
setel kopling terlebih dahulu, karena jarak pedal kopling yang terlalu
tinggi dapat merenggangkan jarak pada kopling serta transmisi. Hal ini
dapat menyebabkan perpindahan gigi menjadi kasar serta berat saat
perpindahan gigi dilakukan. Hindarilah meletakkan kaki di kopling saat
tidak digunakan, agar kopling tidak cepat aus. Saat gigi sudah masuk dan
kendaraan sudah melaju, biasakan agar kaki tidak menyentuh pedal
kopling . cara ini efektif untuk mengurangi cepat ausnya kopling.

3. Mengganti oli transmisi secara berkala


Untuk memperpanjang umur pemakaian transmisi. Perawatan oli
secara berkala dan teratur akan memberikan efek dan pegaruh besar pada
kinerja mesin sebab keberadaan oli sangat menunjang sebagai bahan
pelumas pada mesin. Faktor dalam pemelihan oli yang disesuaikan
dengan standar kebutuhan mesin juga sangat penting untuk menunjang
keawetan mesin. Selain itu, pemilihan oli yang tepat juga bisa

101
menghindari terjadinya panas yang berlebih ketika mesin mobil
beroperasi.

4. Menggunakan suku cadang berkualitas


Penggunaan suku cadang asli dapat mengurangi kerusakan lebih
cepat, karena dengan produk asli artinya kualitas lebih terjamin karena
memang sudah melewati percobaan dan kelayakan dalam penggunaan.

102
BAB 5
KESIMPULAN

Dari hasil perhitungan rancangan Kopling untuk TOYOTA RUSH


diperoleh data sebagai berikut :
1. Perhitungan Poros

Momen Torsi ( T ) = 14400,6 kg.mm


Bahan Poros = S45C-D
Diameter Poros = 38 mm

2. Perhitungan Spline Dan Naaf

Bahan spline dan naaf = S45C-D


Lebar spline ( b ) = 8 mm
Jumlah spline dan naaf ( i ) = 8
Diameter luar spline ( D ) = 46 mm
Jari - jari spline dan naaf ( Rm ) = 21 mm
Tinggi spline dan naaf ( H ) = 4 mm
Panjang spline dan naaf ( L ) = 67,4 mm
Gaya bekerja pada spline dan naaf = 687,72 kg

103
3. Perhitungan Plat gesek

Diameter dalam ( D1 ) = 243,85 mm


Diameter luar ( D2 ) = 304,81 mm
Momen start ( Ta ) = 25,393 kg.m
Volume keausan izin ( L3 ) = 100,83 cm3

4. Perhitungan Pegas

Bahan pegas = SUP4 ( Baja pegas )


Beban maksimum ( Wl ) = 1028,614 kg
Diameter pegas ( d ) = 7 mm
Diameter rata - rata pegas ( D ) = 28 mm
Tinggi bebas ( Hf ) = 53,3 mm

5. Perhitungan Bantalan

Diameter bantalan ( D ) = 75 mm
Lebar bantalan ( B ) = 16 mm
Beban ekivalen dinamis bantalan ( P ) = 74,198 kg
Umur nominal bantalan ( Lh ) = 15272,28 jam

6. Perhitungan Baut dan Mur

Diameter luar ( D ) = 6 mm
Diameter efektif ( D2 ) = 5,350 mm
Diameter dalam ( D1 ) = 4,917 mm
Diameter inti ( d1 ) = 4,177 mm
Jarak bagi ( p ) = 1 mm
Tinggi kaitan ( H1 ) = 0,541 mm
Tinggi mur ( H ) = 3 mm

7. Perhitungan Paku Keling

Diameter paku keling ( d ) = 5 mm

104
Diameter kepala paku keling ( D ) = 8 mm
Lebar kepala paku keling ( K ) = 3 mm
Bahan paku keling = Aluminium
Gaya bekerja pada paku keling ( F ) = 171,84 kg
Luas penampang paku keling ( A ) = 19,625 mm2

Dari hasil perhitungan rancangan Roda Gigi untuk TOYOTA RUSH


diperoleh data sebagai berikut :

1. Perhitungan komponen utama roda gigi :


Roda Gigi 1
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlah gigi ( z1 ) = 14
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 84 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 96 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 69 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 5,429 kg/mm

2. Roda Gigi 2
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 22
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 132 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 144 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 117 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,454 kg/mm

105
3. Roda Gigi 3
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 28
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 168 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 180 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 153 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,658 kg/mm

4. Roda Gigi 4
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 33
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 198 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 210 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 183 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,427 kg/mm

5. Roda Gigi 5
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 36
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 216 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 228 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 201 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,212 kg/mm

6. Roda Gigi mundur (reverse)


Bahan roda gigi = FC 20

106
Jumlaah gigi ( z1 ) = 13
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 78 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 90 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 63 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 5,228 kg/mm

7. Perhitungan Bantalan

Diameter bantalan ( D ) = 75 mm
Lebar bantalan ( B ) = 16 mm
Beban ekivalen dinamis bantalan ( P ) = 74,198 kg
Umur nominal bantalan ( Lh ) = 15272,28 jam

8. Perhitungan Baut dan Mur

Diameter luar ( D ) = 6 mm
Diameter efektif ( D2 ) = 5,350 mm
Diameter dalam ( D1 ) = 4,917 mm
Diameter inti ( d1 ) = 4,22 mm
Jarak bagi ( p ) = 1 mm
Tinggi kaitan ( H1 ) = 0,541 mm
Tinggi mur ( H ) = 3 mm

Dalam perencanaan roda gigi pada umumnya mempunyai keterbatasan pada


pemakaiannya. Walaupun bahan utamanya adalah yang terbaik, maka salah satu
jalan untuk memperpanjang roda gigi dan elemen-elemen adalah dengan
memperhitungkan poin-poin disamping.
Perencanaan roda gigi ini bekerja berulang-ulang karena roda gigi n, 1, 2, 3, 4, 5,
yang berkerja. Dengan demikian dapat kita lihat mesin dan perlengkapanya
sangat erat hubungannya sesuai keperluan dan kebutuhan manusianya.
Untuk kelanggengan mesin maka tenaga ahli mesin sangat dibutuhkan.

107
1. Tenaga operator guna untuk pengoperasian mesin.
2. Langkah-langkah yang merupakan perlengkapan dari keseluruhan
termasuk dasar bagian mesin antara lain : transmisi adalah suatu alat
yang menghubungkan antara mesin dan rangka.
3. Kontrol mesin dalam yaitu pedal dan rem.
4. Pelumas pada suatu mesin sangat diperlukan pada bagian yang berputar,
sehingga akibat tidak dikendalikan panas tersebut akan mengakibatkan
keausan pada motor tersebut.
Kita menyadari bahwa dimana-mana mesin adalah suatu alat yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, karena dalam penggunaannya mesin-
mesintersebut dapat menaikkan taraf hidup manusia tersebut. Oleh karena itu
pengetahuan dan pemeliharaan merupakan suatu pengetahuan yang sangat
diperlukan guna mengembangkan daya kerja manusia dibidang teknologi

108
DAFTAR PUSTAKA

1. Allex Vallance; Ventor levi Doughtie; Design of Machine members;


third edition, Mc Graw – Hill Book Company Inc, New York, 1951.

2. G. Takeshi Sato dan N Sugiarto H; Menggambar Mesin menurut Standart


ISO, Pradnya Paramita, Jakarta, 1992.

3. Ir. Jack Stolk dan Ir. C. Kros, 1993, Elemen Mesin ( Elemen Kostruksi
Bangunan Mesin ), PENERBIT Erlangga, Jakarta Pusat.

4. Ir. Sularso, MSME dan Kyokatsu Suga, 1983, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, P.T. Pradya Paramitha Jakarta.

5. Niemann, H. Winter. 1992; Elemen Mesin Jilid 2. erlangga, Jakarta.

6. Ir. Jack Stolk dan Ir. C. Kros, 1993, Elemen Mesin ( Elemen Kostruksi Bangunan
Mesin ), PENERBIT Erlangga, Jakarta Pusat.

7. Ir. Sularso, MSME dan Kyokatsu Suga, 1983, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, P.T. Pradya Paramitha Jakarta.

8. Niemann, H. Winter. 1992; Elemen Mesin Jilid 2. erlangga, Jakarta.

109
110

Anda mungkin juga menyukai