Trem Diky Wahyudi - 1907230137 - Toyota Rush
Trem Diky Wahyudi - 1907230137 - Toyota Rush
Disusun Oleh:
DIKY WAHYUDI
1907230137
Disusun Oleh:
DIKY WAHYUDI
1907230137
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………...
iii
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala
puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia dan nikmat yang tiada terkira. Salah satu dari nikmat tersebut adalah
keberhasilan penulis dalam menyelesaikan Tugas Rancangan Elemen Mesin
yang meliputi Perencanaan Kopling dan Roda Gigi pada mobil Toyota Rush
dengan Daya : 109 Ps dan Putaran: 6000 rpm
Banyak pihak telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Rancangan
Elemen Mesin ini, untuk itu penulis menghaturkan rasa terima kasih yang tulus
dan dalam kepada:
1. Bapak Munawar Alfansury Siregar, S.T., M.T selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2. Bapak Chandra A Siregar, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik
Mesin, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Ibu Riadini Wanty Lubis, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas
Rancangan Elemen Mesin ini.. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Teknik Mesin, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu
kepada penulis.
5. Orang tua penulis yang telah bersusah payah membesarkan dan membiayai
studi penulis.
6. Bapak/Ibu Staf Administrasi di Biro Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Tugas Rancangan Elemen Mesin ini tentunya masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis berharap kritik dan masukan yang konstruktif
untuk menjadi bahan pembelajaran berkesinambungan penulis di masa depan.
iv
Semoga Tugas Rancangan Elemen Mesin ini dapat bermanfaat bagi dunia
konstruksi Teknik Mesin
Diky Wahyudi
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN SPESIFIKASI iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 1
1.3. Batasan Masalah 2
1.4. Sistematika Penulisan 2
vi
BAB 5 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAK
LAMPIRAN
LEMBAR ASISTENSI
SPESIFIFIKASI MOBIL
SURAT BIMBINGAN
GAMBAR TEKNIK KOPLING
GAMBAR TEKNIK RODA GIGI
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Dalam rangka mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian cepat. Maka, setiap mahasiswa teknik mesin harus
mengetahui dan memahami proses perencanaan, pembuatan, pemasangan dan
pemeliharaan sistem itu sendiri. Walaupun lebih ditekankan pada proses
perencanaannya.
Sesuai dengan tujuan seperti tersebut diatas, maka setiap mahasiswa prodi
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
diberikan tugas perencanaan ulang sistem transmisi dari suatu peralatan atau
mesin yang merupakan syarat untuk mengikuti tugas akhir.
1.2. Tujuan Perencanaan
Kopling
Adapun tujuan dari sistem kopling adalah :
1. Untuk merancang sebuah kopling yang digunakan untuk memutuskan
dan menghubungkan putaran daya dari poros penggerak ke poros
yang digerakkan.
2. Untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada kopling.
3. Agar dapat memilih/mengetahui bahan-bahan dan jenis bahan dalam
perencanaan sebuah kopling.
Roda Gigi
Adapun tujuan dari sistem Roda Gigi adalah :
1. Untuk merancang sebuah roda gigi yang digunakan untuk
mentransmisikan putaran atau daya dari motor penggerak.
2. Untuk memperoleh ukuran komponen-komponen utama dan
komponen-komponen pendukung dari suatu roda gigi.
3. Untuk mengetahui jenis roda gigi yang sesuai digunakan untuk Mobil
TOYOTA RUSH
2
Batasan-batasannya adalah :
1. Daya (p) = 109 Ps
2. Putaran (n) = 6000 rpm
2.1. Kopling
Kopling adalah suatu komponen mesin yang digunakan untuk
menghubungkan dua bagian konstruksi mesin yaitu antar poros yang bergerak
dan poros yang digerakkan.Kopling ini berfungsi untuk memindahkan tenaga
mesin dan putaran mesin ke roda belakang secara perlahan-lahan sehingga dapat
bergerak dengan lembut pada saat tenaga mesin dipindahkan ke transmisi.
Kopling ini ditempatkan diantara roda penerus dan transmisi dengan demikian
jelaslah bahwa kopling merupakan komponen yang utama dalam suatu mesin
yaitu menghubungkan dan melepaskan hubungan antara putaran mesin dan
transmisi.
Jika ditinjau dari sistem pengoperasian dan cara kerjanya maka kopling dapat
dibedakan atau diklasifikasikan menjadi sebagi berikut :
a. Kopling tetap
b. Kopling tidak tetap
4
a. Kopling tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti
(tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis
lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya. Berbeda dengan kopling tidak tetap
yang dapat dilepaskan dan dihubungkan bila diperlukan, maka kopling tetap
selalu dalam keadaan terhubung.
a. Kopling Kaku
Kopling kaku digunakan bila kedua poros dihubungkan dengan
sumbusegaris. Koplingini banyak digunakan pada poros mesin dan transmisi
umum dipabrik-pabrik.
Kopling Bus
Kopling ini digunakan apabila dua buah poros saling disambungkan
sentrik dengan teliti. Pada konstruksinya ujung poros pada kopling ini harus
dirapikan dan distel satu terhadap yang lainnya dengan teliti, juga pada arah
memanjang. Kopling ini sering digunakan pada bubungan, baling - baling kapal
dan juga pada poros baling – baling
5
.
Gambar 2.1 Kopling Bus (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Gambar 2.2 Kopling Flens Kaku (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Kopling Flens Tempa
Kopling ini flensnya ditempa menjadi satu dengan poros pada ujung poros
dan disebut poros flens tempa. Keuntungannya adalah diameter flens dibuat
kecil karena tidak memerlukan naaf. Kopling ini digunakan untuk poros turbin
air yang dihubungkan dengan generator sebagai pembangkit listrik.
6
Gambar 2.3 Kopling Flens Tempa (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Kopling Karet Bintang
Kopling ini juga hampir sama kerjanya dimana digunakan karet sehingga
memungkinkan poros ikut berputar tidak pada satu garis. Kopling ini biasanya
digunakan untuk penyambungan daya yang besar, seperti pada turbin uap untuk
menggerakkan generator.
Gambar 2.4 Kopling Karet Bintang (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Kopling Rantai
Sesuai dengan namanya kopling ini menggunakan rantai untuk
menghubungkan kedua buah poros. Kopling rantai umumnya digunakan untuk
memindahkan momen yang besar, seperti pada mesin gilas dan turbin uap.
b. Kopling Universal
Salah satu jenis kopling universal yaitu kopling universal hook. Kopling
ini dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memindahkan putaran walaupun
poros tidak sejenis. Kopling ini digunakan pada mesin frais..
Gambar 2.7 Kopling Universal Hook (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
c. Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif(tidak dengan
perantaraan gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar,
yaitu kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral. Kopling cakar persegi
8
dapat meneruskan momen dalam dua arah putaran, tetapi tidak dapat
dihubungkan dalam keadaan berputar sebaliknya, kopling cakar spiral dapat
dihubungkan dalam keadaan berputar tetapi hanya baik untuk satu putaran saja.
d. Kopling Plat
Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan. Dengan
demikikan pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu
dihubungkan dapat dihindari. Selain itu, karena dapat terjadi slip maka kopling
ini sekaligus juga dapat berfungsi sebagai pembatas momen. Menurut jumlah
platnya, kopling ini dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat banyak,
dan menurut cara pelayanannya dapat dibagi atas cara manual, hidrolik dan
magnetik. Kopling disebut kering bila plat - plat gesek tersebut bekerja dalam
keadaan kering dan disebut basah bila terendam atau dilumasi dengan minyak.
9
e. Kopling Kerucut ( Cone Clutch )
Kopling ini menggunakan bidang gesek yang berbentuk kerucut. Kopling
ini mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat
ditransmisikan momen yang besar. Kelemahannya adalah daya yang diteruskan
tidak seragam.
f. Kopling Friwil
Dalam permesinan sering diperlukan kopling yang dapat lepas dengan
sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah
berlawanan arah dari poros yang digerakkan.
10
2.1.3. Dasar Pemilihan Kopling
Dalam merencanakan kopling untuk kendaraaan bermotor, maka yang
sering dipakai adalah jenis kopling tidak tetap, yaitu kopling cakar, kopling plat,
kopling kerucut dan juga kopling friwil.
Tabel 2.1 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Kopling (Sularso dan
Kiyokatsu Suga,2004)
Nama Kopling Kelebihan Kekurangan
Kopling Cakar Dapat meneruskan momen Tidak dapat dihubungkan
dalam dua arah putaran dalam keadaan berputar
Dari tabel di atas maka roda gigi ini dapat dibedakan atau diklasifikasikan
menjadi sebagi berikut :
a. Roda gigi dengan poros sejajar.
b. Roda gigi dengan poros yang berpotongan.
c. Roda gigi dengan poros silang / tegak lurus.
13
Roda gigi lurus adalah jenis roda gigi yang dapat mentransmisikan daya
dan putaran antara dua poros yang sejajar. Roda gigi ini merupakan yang paling
dasar dengan jalur gigi yang sejajar dengan poros.
Gambar. 2.12. Roda gigi lurus (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
14
kecepatan keliling dan daya diteruskan dan diperbesar tetapi pada pembuatannya
agak sukar.
15
Merupakan dasar propil pahat pembuat gigi. Pasangan antara batang gigi
dan pinyon digunakan untuk merubah gerak putar menjadi gerak lurus atau
sebaliknya.
16
Gambar. 2.18. Roda gigi kerucut spiral ((Agustinus_Purna_Irawan/tramsmisi-
roda-gigi/perancangan.)
17
j) Roda Gigi Cacing Silindris
Roda gigi ini membentuk silindris dan lebih umum dipakai. Digunakan
untuk mentransmisikan daya dan putaran yang lebih besar tanpa mengurangi
dayanya. Kemiringan antara 250 – 450,roda gigi ini banyak dipakai pada sistem
kemudi.
18
Gambar. 2.23. Roda gigi hypoid (Sularso 2004)
19
BAB 3
PERHITUNGAN UKURAN UTAMA KOPLING
3.1 Kopling
Kopling adalah suatu komponen mesin yang digunakan untuk
menghubungkan dua bagian konstruksi mesin yaitu antar poros yang bergerak
dan poros yang digerakkan. Kopling ini berfungsi untuk memindahkan tenaga
mesin dan putaran mesin ke roda belakang secara perlahan-lahan sehingga dapat
bergerak dengan lembut pada saat tenaga mesin dipindahkan ke transmisi.
Kopling ini ditempatkan diantara roda penerus dan transmisi dengan demikian
jelaslah bahwa kopling merupakan komponen yang utama dalam suatu mesin
yaitu menghubungkan dan melepaskan hubungan antara putaran mesin dan
transmisi.
3.1.1 Poros
Komponen ini merupakan yang terpenting dari beberapa elemen mesin
yang biasa dihubungkan dengan putaran dan daya. Poros merupakan komponen
stasioner yang berputar, biasanya yang berpenampang bulat yang akan
mengalami beban puntir dan lentur atau gabungannya.
Kadang poros ini dapat mengalami tegangan tarik, kelelahan, tumbukan atau
pengaruh konsentrasi tegangan yang akan terjadi pada diameter poros yang
terkecil atau pada poros yang terpasang alur pasak, hal ini biasanya dilakukan
pada penyambungan atau penghubungan antar komponen agar tidak terjadi
pergeseran
20
Pada perencanaan ini poros memindahkan Daya (P) sebesar 109 PS dan Putaran
(n) sebesar 6000 rpm. Jika daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka harus
dikalikan 0,735 untuk mendapatkan daya dalam (kW)
Dimana :
1 PS = 0,735 kW
P = 109 x 0,735 kW
P = 80,115 kW
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka faktor keamanan
sf dapat diambil dalam perencanaan. Jika faktor koreksi adalah fc (Tabel 3.1)
maka daya rencana Pd (kW) sebagai berikut:
Pd fc P (kW )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =
1,1073
Maka daya rencana Pd adalah :
Pd fc P
1,1073 80,115
= 88,71 kW
21
Jika momen puntir (torsi) adalah T (kg.mm), maka torsi untuk daya maksimum :
Pd
T 9,74x105
n
88,71
T 9,74x105
6000
T 14400,6 kg mm
B
Tegangan geser yang di izinkan a
sf1 sf 2
dimana :
a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm²)
22
60
=
6,0 2,0
= 5 kg / mm2
5,1
1/ 3
maka :
1/ 3
d 1,8 2 14400,6
5,1
5
s
23
Keterangan : 1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan
dipilih
dari bilangan standar.
2. Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian
Dimana akan dipasang bantalan gelinding.
Pada diameter poros di atas 38 mm, maka tegangan geser yang terjadi pada
poros adalah :
5,1 T ..................................................
( Lit 1, hal 7 )
d s3
dimana :
5,114400,6
383
= 1,34 kg / mm2
24
Diagram aliran poros
START
10. <
STOP
END
25
3.1.2. Spline dan Naaf
Pada dasarnya fungsi spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan
daya dan putaran dari poros ke komponen - komponen lain yang terhubung
dengannya, ataupun sebaliknya. Perbedaannya adalah spline menyatu atau
menjadi bagian dari poros sedangkan pasak merupakan komponen yang terpisah
dari poros dan memerlukan alur pada poros untuk pemasangannya.
Selain itu jumlah spline pada suatu konstruksi telah tertentu (berdasarkan standar
SAE), sedangkan jumlah pasak ditentukan sendiri oleh perancangnya. Hal ini
menyebabkan pemakaian spline lebih menguntungkan dilihat dari segi
penggunaannya karena sambungannya lebih kuat dan beban puntirnya merata
diseluruh bagian poros dibandingkan dengan pasak yang menimbulkan
konsentrasi tegangan pada daerah dimana pasak dipasang.
Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s ) sebesar (38
mm) bahan yang digunakan yaitu S45C-D dengan kekuatan tarik 60 kg/mm2,
untuk spline pada kendaraan dapat diambil menurut DIN 5462 sampai 5464.
Dalam perencanaan ini diambil DIN 5463 untuk beban menengah. Seperti yang
terdapat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.4. DIN 5462 – DIN 5464(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Diameter Ringan DIN 5462 Menengah DIN 5463 Berat DIN 5464
dalam Banyaknya Baji Banyaknya Baji Banyaknya Baji
d1 (mm) (I) d2 (mm) b (mm) (I) d2 (mm) b (mm) (I) d2 (mm) b (mm)
11 - - - 6 14 3 - - -
13 - - - 6 16 3,5 - - -
16 - - - 6 20 4 10 20 2,5
18 - - - 6 22 5 10 23 3
21 - - - 6 25 5 10 26 3
23 6 26 6 6 28 6 10 29 4
26 6 30 6 6 32 6 10 32 4
28 6 32 7 6 34 7 10 35 4
26
32 8 36 6 8 38 6 10 40 5
36 8 40 7 8 42 7 10 45 5
42 8 46 8 8 48 8 10 52 6
46 8 50 9 8 54 9 10 56 7
Tabel 3.5. Formulasi for SAE straight spline(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
To slide when not To slide when under
No. of All fits Permanent fits
under load load
Spline
W H D H D H D
4 0,241 D 0,075 D 0,850 D 0,125 D 0,750 D - -
ds d . D
Dimana
d = 0,81 (Sesuai table 3.5)
maka
ds 0,81 x D
38
D 46,9mm diambil 46mm (dari tabel 3.4)
0,81
Spline yang direncanakan atau ketentuan ukurannya (dari tabel 3.4.) antara lain :
Jumlah ( i ) = 8 buah
Lebar ( b ) = 8 mm
Diameter luar ( d2) = 46 mm
Perhitungan Spline dan Naaf
d 2 ds
Tinggi ( H ) =
2
46 38
= = 4 mm
2
3
2d
Panjang ( L ) =
ds2
48 3
= = 67,4 mm
38 2
27
d 2 ds
Jari - jari ( Rm ) =
4
48 38
= =21 mm
4
T
F
Rm
dimana :
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 14400,6 kg.mm
Rm = jari-jari spline (mm)
maka :
14400,6
F
21
685,74 kg
F
g
i w L
dimana :
g= tegangan geser yang terjadi pada spline (kg/mm2)
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
i = jumlah gigi spline
w = jarak antar spline (mm)
L = panjang spline (mm)
28
maka :
685,74
g
8 23 67,4
0,0552 kg / mm2
F
P
iH L
685,74
8 23 67,4
0,254 kg / mm2
Kekuatan tarik dari bahan yang direncanakan adalah 60 kg/mm2 dengan faktor
keamanan untuk pembebanan dinamis (8 – 10) diambil 10 untuk meredam
getaran yang terjadi.
gi 0,8 trk
dimana :
60
trk 6 kg / mm2
10
maka :
Maka spline dan naaf aman terhadap tegangan geser yang terjadi. Dimana dapat
dibuktikan :
g gi
0,0552 4,8
Tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan
(aman).
29
Diagram aliran spline dan naaf
START a
g
STOP
END
30
3.1.3. Plat Gesek
Plat gesek berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran poros penggerak
dengan poros yang digerakkan akibat terjadinya gesekan pada plat, sekaligus
juga sebagai penahan dan penghindar dari adanya pembebanan yang berlebihan.
Syarat plat gesek yaitu :
1. Tahan pada suhu tinggi
Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes. Dengan
asumsi material sangat baik untuk menghantar panas serta tahan pada temperatur
tinggi yaitu sampai sekitar 200oC. Seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini :
31
Diketahui : P = 109 PS
n = 6000 rpm
ds = 38 mm ( diameter poros )
Daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka harus diubah untuk mendapatkan
daya dalam (kW).
Dimana : 1 PS = 0,735 kW
Maka :
P = 109 x 0,735 kW
P = 80,115 kW
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,1073 80,115
88,71 kW
Pd
T 9,74x105
n
88,71
T 9,74x105
6000
T 14400,6 kg mm
32
Perbandingan diameter dalam bidang gesek D1 dan diameter luar bidang gesek
Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga tekanan
rm D 1 D 2 / 4
0,8 1D2 / 4
0,45 D2
Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga koefisien
gesekan kering ( 0,35 - 0,65 ) diambil 0,4
maka :
T F rm
14400,6 0,4 0,00565.D2 0,45D
2 2
14400,6
D2 3 304,81
508,5106
D2 304,81
33
Diameter dalam kopling :
D1 0,8 D2
0,8 304,81
243,85 mm
F
3,14
243,8522 304,8121 0,02
4
= 525,124 Kg
Tabel 3.6. Momen puntir gesek statis kopling plat tunggal kering(Sularso dan
Kiyokatsu Suga, 2004)
Nomor Kopling 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
GD2 pada sisi rotor diambil berdasarkan diameter lubang = 38 dari tabel di atas.
maka :
38 20
GD2 0,0882 0,2192 0,0882
40 20
0,2061 kg m 2
34
Tl1 T 14400,6 kg mm = 14,4006 kg m
GD2 n r
T T .............................................. ( Lit 1, hal 67 )
a
375 t e l1
dimana :
Ta = momen start (kg.m)
maka :
0,2061 6000
Ta 14,4006
375 0,3
25,393 kg m
tae GD2 n r
375 Ta Tl1
0,2061 6000
375 25,393 14,4006
0,3 s
tae te
0,3 s 0,3 s , baik
Tabel 3.7. Laju keausan permukaan pelat gesek(Sularso dan Kiyokatsu Suga,
2004)
Bahan Permukaan w = [cm3/(kg.m)]
35
Paduan tembaga sinter (3 - 6) x 10-7
Paduan sinter besi (4 - 8) x 10-7
Setengah logam (5 - 10) x 10-7
Damar cetak (6 - 12) x 10-7
Tabel 3.8. Batas keausan rem dan kopling pelat tunggal kering(Sularso dan
Kiyokatsu Suga, 2004)
Nomor kopling / rem 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Batas keausan
2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
permukaan (mm)
Volume total pada
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210
batas keausan (cm3)
Dengan mengambil nomor tipe kopling 38, maka dapat diambil volume keausan
yang diizinkan dari tabel 3.8. sebesar :
38 20
L3 63,5 91,0 63,5
40 20
88,25 cm3
36
Diagram aliran kopling plat gesek
START b a
12.
>
4. Momen puntir rencana :T =14400,6 kg.mm
<
5. Diameter dalam :D1 = 243,85 mm
Diameter luar : D2 = 304,81 mm
jari-jari : rm = 0,45 D2
Jari - jari :rm = 0,45 D2 13.Bahan gesek paduan tembaga sinter
Volume keausan yang diizinkan :L3 =
88,25 cm3
Laju keausan permukaan :w = 4x10-7
6. Gaya tekanan gesekan :F = 0,00565 D 22 cm3/kg.m
b a
3.1.4. Pegas
Pegas kendaraan dapat berfungsi sebagai pelunak tumbukan atau kejutan
dan meredam getaran yang terjadi. Pegas yang dimaksudkan disini adalah pegas
kejut pada plat gesek. Pegas kejut ini berfungsi untuk mengontrol gerakan dan
menyimpan energi. Pegas kejut ini dibuat dari kawat baja tarik keras yang
dibentuk dingin atau kawat yang ditemper dengan minyak.
Hf
Tabel 3.9. Harga modulus geser G(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Harga G
Bahan Lambang
( kg/mm2 )
8 x 103
Baja pegas
8 x 103
Kawat baja keras 8 x 103
SUP SW SWP
Kawat piano 8 x 103
--- SUS
Kawat distemper 7,5 x 103
dengan minyak
Kawat baja tahan 4 x 103
BsW NSWS 4 x 103
karat PBW 4,5 x 103
(SUS 27, 32, 40) BeCuW 5 x 103
Kawat kuningan
Kawat perak
nikel Kawat
perunggu fosfor
Kawat tembaga
berilium
38
Momen puntir (torsi) adalah T 14400,6 kg mm , jumlah pegas kejut
direncanakan 6 buah dan direncanakan diameter rata - rata pegas ( D ) = 28 mm,
D D
harga perbandingan berkisar antara 4 - 8. Dalam rancangan ini, harga
d d
diambil 4, sehingga diperoleh :
D
4
d
28
4 d 7
d
Beban maksimum Wl :
39
Indeks pegas :
c = D/d
c=4
Faktor tegangan :
4c 1 0,615 ...........................................
K ( Lit 1, hal 316 )
4c 4 c
4 4 1 0,615
4 4 4 4
1,404
Tegangan geser :
T T
Zp / 6 d 3
14400,6
3,14 / 6 7 3
80,225 kg / mm2
Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) dengan tegangan geser maksimum yang
tabel 3.9.)
Tegangan rencana :
d a 0,8
65 0,8 52 kg / mm2
Wl
k
40
1028,6
51,43 kg / mm
20
51,43
8n 28
3
n 2,127
n 2,127 2
Lendutan total :
1
t 20 10 mm
2
Tinggi bebas H f :
H c n 1,5 d
2 1,5 7 24,5 mm
C l H l H c / n 1,5
H l 25,9 mm
Maka :
H f Hl
20 H f 25,9
41
H f 25,9 20 45,9 mm
C s H s H c / n 1,5
o H f H s
45,9 29,75
16,15 mm
Wo H f Hs k
45,9 29,7551,43
830,606 kg
Lendutan efektif h :
h o
20 16,15
3,85 mm
42
Tinggi mampat H c 24,5 mm
Hl Hc
25,9 mm 24,5 mm , baik
Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 1,0 – 2,0 mm, maka diambil
Cs 1,5 mm
Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 0,2 – 0,6 mm, maka diambil
Cl 0,4 mm
Hf /D 5
45,9 / 28 5
1,64 < 5
Diameter kawat d 7 mm
Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) perlakuan panas
Jumlah lilitan yang bekerja n 2
Lilitan yang mati 1 pada setiap ujung
Lendutan efektif h 1,64 mm
Lendutan total 20 mm
Tinggi tekan H c 24,5 mm
43
Diagram aliran pegas
START a
b
1. Beban maksimum :Wl = 1028,6 kg 11. Beban awal terpasang :Wo = 830,606 kg
Lendutan : δ = 18 – 20 mm Lendutan efektif : h = 3,85 mm
Tarik atau tekan Tinggi pada lendutan maksimum:
Diameter rata-rata :D =28 mm Tinggi pd lendutan maksimum :Hl = 25,9 mm
2. Taksiran awal :
Indeks pegas : c = 4 13. Tinggi mampat :Hc =24,5 mm
Diamater kawat :d = 7mm
Diameter kawat :d = 7 mm
45
Momen yang ditransmisikan dari poros T 9184,33 kg mm dan putaran
(n) = 6000 rpm
Tabel 3.10. Bantalan Bola Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Nomor Bantalan Ukuran luar (mm) Kapasitas Kapasitas
Dua nominal nominal
Jenis Dua sekat dinamis statis
D D B R
terbuka sekat tanpa spesifik C spesifik
kontak (kg) Co (kg)
6000 10 26 8 0,5 360 196
6001 6001ZZ 6001VV 12 28 8 0,5 400 229
6002 6002ZZ 6002VV 15 32 9 0,5 440 263
6003 6003ZZ 6003VV 17 35 10 0,5 470 296
6004 6004ZZ 6004VV 20 42 12 1 735 465
6005 6005ZZ 6005VV 25 47 12 1 790 530
6006 6006ZZ 6006VV 30 55 13 1,5 1030 740
6007 6007ZZ 6007VV 35 62 14 1,5 1250 915
6008 6008ZZ 6008VV 38 68 15 1,5 1310 1010
6009 6009ZZ 6009VV 45 75 16 1,5 1640 1320
6010 6010ZZ 6010VV 50 80 16 1,5 1710 1430
Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s ) sebesar
(38mm). Berdasarkan dari tabel 3.10. di atas maka ukuran-ukuran dari bantalan
dapat ditentukan sebagai berikut :
Untuk bantalan bola alur dalam Fa 0,014 (direncanakan) dari tabel 3.11.
Co
di bawah ini :
Tabel 3.11. Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0 Sularso dan Kiyokatsu Suga,
2004)
Beban Beban Baris Baris Baris
Jenis bantalan Baris ganda e
putar pd putar pd tunggal tunggal ganda
46
cincin cincin
Fa / VFr > e Fa /VFr ≤ e Fa /VFr > e
dalam luar
V X Y X Y X Y X0 Y0 X0 Y0
Fa /C0 = 0,014 2,30 2,30 0,19
= 0,028 1,99 1,99 0,22
= 0,056 1,71 1,71 0,26
Bantalan
= 0,084 1,55 1,55 0,28
bola alur = 0,11 1 1,2 0,56 1,45 1 0 0,56 1,45 0,30 0,6 0,5 0,6 0,5
dalam = 0,17 1,31 1,31 0,34
= 0,28 1,15 1,15 0,38
= 0,42 1,04 1,04 0,42
= 0,56 1,00 1,00 0,44
Fa Co 0,014
1310 0,014 14,14 kg
Dari tabel di atas juga dapat diketahui harga beban radial Fr dengan
menggunakan persamaan :
Fa
e
v Fr
47
Fa
maka : Fr
ve
14,14
74,421 kg
1 0,19
P X Fr Y Fa
maka :
P 0,56 74,421 2,30 14,14
74,198 kg
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan f n bantalan adalah :
33,3 1/ 3
fn
n
fn 33,3 1/ 3
6000 0,177
Faktor umur bantalan f h :
48
C
fh f n
P
1310
0,177 3,126
74,198
L h 500 f h
3
START
49
4. faktor kecepatan : fn = 0,177
Faktor umur :fh = 3,126
Wd fc W
Wd 1,1073 74,198
82,156 kg
50
f a
(difinis tinggi)
4 Wd
d1
a
4 82,156
d1
3,14 6
d1 4,177 mm
Tabel 3.12. Ukuran standar ulir kasar metris Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Ulir dalam
Jarak Tinggi Diamete
Ulir Diameter Diameter r
bagi kaitan luar D efektif D2 dalam
p H1 D1
1 2 3 Ulir luar
Diamete
Diameter Diameter
r
luar d efektif d2
inti d1
M6 1 0,541 6,000 5,350 4,917
M7 1 0,541 7,000 6,350 5,917
M8 1,25 0,677 8,000 7,188 6,647
M9 1,25 0,677 9,000 8,188 7,647
M 10 1,5 0,812 10,000 9,026 8,376
M 11 1,5 0,812 11,000 10,026 9,376
M 12 1,75 0,947 12,000 10,863 10,106
M 14 2 1,083 14,000 12,701 11,835
M 16 2 1,083 16,000 14,701 13,835
M 18 2,5 1,353 18,000 16,376 15,294
M 20 2,5 1,353 20,000 18,376 17,294
M 22 2,5 1,353 22,000 20,376 19,294
M 24 3 1,624 24,000 22,051 20,752
M 27 3 1,624 27,000 25,051 23,752
M 30 3,5 1,894 30,000 27,727 26,211
M 33 3,5 1,894 33,000 30,727 29,211
M 36 4 2,165 36,000 34,402 31,670
M 39 4 2,165 39,000 36,402 34,670
Dipilih ulir metris kasar diameter inti d1 4,917 mm 4,177 mm dari tabel
3.12. di atas.
51
Maka pemilihan ulir standar ulir luar
diameter luar d 6 mm
52
Tinggi kaitan gigi dalam H1 0,541 mm
Tinggi mur
H z p
H 31 3 mm
b
Wd
(dimana k 0,84 )
d1 k p z
2,112 kg / mm
82,159 2
b
3,14 4,917 0,84 1 3
Wd
n (dimana j 0,75 )
D j pz
82,159
n 1,938 kg / mm
2
3,14 6 0,75 1 3
53
Tegangan geser akar ulir baut b dan tegangan geser akar ulir mur n lebih
kecil dari tegangan geser yang diizinkan a , maka baut dan mur yang
direncanakan aman terhadap tegangan geser.
Bahan baut dan mur baja liat dengan kadar karbon 0,22 %.
Diameter nominal ulir : Baut = M 6, Mur = M 6, tinggi mur = 3 mm.
START b a
τb :τa
> 13. τn :τa
6. Pemilihan ulir standar
Diameter luar :d = 6 mm
Diameter inti :d 1 = 4,917 mm
Jarak bagi :p = 1 mm ≤
END
a
3.1.7.Paku Keling
Paku keling merupakan alat penyambung tetap / mati. Dalam banyak kasus
penggunaannya, sambungan paku keling digantikan dengan sambungan las
karena sambungan paku keling memerlukan waktu lebih lama dari pada
sambungan las yang lebih sederhana. Pada sisi lain sambungan paku keling
terlihat jauh lebih aman dan mudah untuk dilakukan pengontrolan yang lebih
baik (dibunyikan dengan pukulan). Khususnya untuk sambungan logam ringan
orang lebih menyukai pengelingan,untuk menghindarkan penuruna kekuatan
disebabkan tingginya suhu seperti karena pengelasan (pengaruh dari struktur
pengelasan).
Paku keling yang dipasang pada plat gesek dan plat penghubung berfungsi untuk
meneruskan putaran plat gesek ke plat penghubung dan selanjutnya ke poros.
D 1,6 d
1,6 5 8 mm
Lebar kepala paku keling :
K 0,6 d
55
0,6 5
= 3 mm
Karena paku keling terletak di tengah-tengah kopling plat gesek, sehingga :
D 1 D2
rm
4
dimana :
rm = jarak paku keling dari sumbu poros (mm)
maka :
243,85 304,81
rm
4
137,17 mm
T
F
rm
dimana :
F = gaya yang bekerja pada paku keling (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 14400,6 kg.mm
rm = jarak antara paku keling (mm)
maka :
14400,6
F
137,17
104,98 kg
56
F
F'
n
dimana :
F ' = gaya yang diterima setiap paku keling (kg)
F = gaya yang diterima seluruh paku keling (kg)
n = banyaknya paku keling yang direncanakan
maka :
104,98
F' 4,374 kg
24
57
Jadi setiap paku keling menerima gaya F’ = 4,374 kg
37
= 4,11 kg / mm2
9
3,14 2
A d
4
3,14 2
5 19,625 mm2
4
F'
g
A
4,374
0,223 kg / mm
2
19,625
gi 0,8 i
gi g
58
3,289 0,223
START
5. Faktor keamanan 9
10. τgi>τg
STOP
END
59
3.2. Roda Gigi
Pemindahan daya dan putaran direncanakan dengan transmisi roda gigi secara
bertingkat dengan perbandingan gigi sebagai berikut :
I 3,769
II 2,045
III 1,376
PERBANDINGAN GIGI
IV 1,000
V 0,838
R 4,128
60
Tabel 3.13. Faktor bentuk gigi
Jumlah gigi Jumlah gigi Jumlah gigi
Y Y Y
Z Z z
10 0,201 19 0,314 43 0,396
11 0,226 20 0,320 50 0,408
12 0,245 21 0,327 60 0,421
13 0,261 23 0,333 75 0,434
14 0,276 25 0,339 100 0,446
15 0,289 27 0,349 150 0,459
16 0,295 30 0,358 300 0,471
17 0,302 34 0,371 Batang gigi 0,484
18 0,308 38 0,383
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,1073 80,115 88,71 kW
61
2 200
d1 83,875 mm
1 3,769
2 ai
d2
1 i
2 200 3,769
d 316,125 mm
2
1 3,769
62
Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d ............................................
m z ( Lit 1, hal 214 )
z m
d1 83,875
z 13,9 14
1
m 6
d
z 2 316,125 52,6 53
2
m 6
Perbandingan gigi :
z2 ...............................................................................................
i ( Lit 1, hal 216 )
z1
53
i 3,786
14
Kelonggaran puncak :
Ck 0,25 m
63
0,25 6 1,5
Diameter kepala :
d k1 z1 2 m 14 2 6 96 mm
d k 2 z 2 2 m 53 2 6 330 mm
Diameter kaki :
d f 1 z1 2 m 2 C k
d f 2 z2 2 m 2 Ck
Kedalaman pemotongan :
H 2 m Ck
2 6 1,5 13,5 mm
Gaya tangensial :
64
102 Pd ..................................................
F ( Lit 1, hal 238 )
t
v
102 88,71
F 343,1 kg
t
26,376
Faktor dinamis :
5,5
f v
5,5 v
5,5
fv 0,517
5,5 26,376
B2 20 kg mm
2
Kekuatan tarik
FC 20 : a 2 9 kg mm2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, KH 0,079 kg mm2 .
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
F 'b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,276 0,517
22,265 kg / mm
65
F 'b2 a 2 m Y2 f v
9 6 0,411 0,517
11,477 kg / mm
2 53
F' H 0,517 0,079 84
14 53
5,429 kg / mm
Lebar sisi
Ft 343,1 63,188mm
b
F'H 5,429
66
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc
=1,1073
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,1073 80,115 88,71 kW
2 ai
d2
1 i
2 200 2,045
d 2 270,55 mm
1 2,045
Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1 129,45
z 21,57 22
1
m 6
d2 270,55
z 45,1 45
2
m 6
Perbandingan gigi :
z2
i
z1
67
45
i 2,045
22
d 02 z2 m
45 6 270 mm
Kelonggaran puncak :
Ck 0,25 m
0,25 6 1,5
Diameter kepala :
d k1 z1 2 m 22 2 6 144 mm
d k 2 z 2 2 m 45 2 6 282 mm
Diameter kaki :
d f 1 z1 2 m 2 C k
d f 2 z2 2 m 2 Ck
68
2 6 1,5 13,5 mm
22 21
z 22 Y 0,327 0,339 0,327
1 1
25 21
Y1 0,33
45 43
z 45 Y 0,396 0,408 0,396
2 2
50 43
Y2 0,399
Kecepatan keliling :
d01 n
v
60 1000
3,14 132 6000
41,448 m s
60 1000
Gaya tangensial :
102 Pd
Ft
v
120 88,71
218,31 kg
41,448
Faktor dinamis :
5,5
f v
5,5 v
5,5
0,461
5,5 41,448
69
Kekuatan tarik B1 52 kg mm2
Kekerasan permukaan gigi HB1 187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :
B2 20 kg mm
2
Kekuatan tarik
FC 20 : a 2 9 kg mm2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, KH 0,079 kg mm2 .
F 'b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,33 0,532
23,933 kg / mm
F 'b2 a 2 m Y2 f v
9.6.0399 0,461
9,927 kg / mm
Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :
F' f k d 2 z2
H v H 01
z 1 z2
2 45
F' H 0,532 0,079 132
22 45
6,454 kg / mm
70
Lebar sisi
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =
1,1073
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,1073 80,115 88,71 kW
Modul Pahat m = 6
Jumlah gigi
71
d d
m z ....................
z m
d1 168,35
z 28,1 28
1
m 6
d2 231,65
z 38,6 39
2
m 6
Perbandingan gigi
z2
i ........................
z1
39
i 1,393
28
Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar)
d 01 z1 m
d01 28 6 168 mm
d 02 z2 m
d02 39 6 234 mm
Kelonggaran puncak
Ck 0,25 m
0,25 6 1,5
Diameter kepala
d k1 z1 2 m 28 2 6 180 mm
72
d k 2 z 2 2 m 39 2 6 246 mm
Diameter Kaki
d f 1 z1 2 m 2 Ck
d f 2 z2 2 m 2 Ck
Kedalaman pemotongan
H 2 m Ck
2 6 1,5 13,5 mm
z2 39 Y2 0,385
Kecepatan keliling :
d01 n
v
60 1000
3,14 168 6000
v 52,75 m s
60 1000
Gaya tangensial :
102 Pd
Ft
v
102 88,71
Ft 171,53 kg
52,75
Faktor dinamis :
5,5
f v
5,5 v
73
5,5
fv 0,431
5,5 52,75
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik B1 52 kg mm2
Kekerasan permukaan gigi HB1 187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :
B2 20 kg mm
2
Kekuatan tarik
FC 20 : a 2 9 kg mm2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, KH 0,079 kg mm2 .
F 'b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,351 0,431
23,596 kg / mm
F 'b2 a 2 m Y2 f v
9 6 0,385 0,431
8,959 kg / mm
F' f k d 2 z2
H v H 01
z 1 z2
74
2 39
F' H 0,431 0,079 168
28 39
6,658 kg / mm
Lebar sisi
Ft 171,53 25,76mm
b
F'H 6,658
75
2 200 1,000
d2 200 mm
1 1,000
Modul Pahat m = 6
Jumlah gigi
d d
m z
z m
d1 200
z 33,3 33 mm
1
m 6
d2 200
z 33 33 mm
2
m 6
Perbandingan gigi
z2
i
z1
33
i 1 mm
33
d 01 z1 m
33 6 198 mm
d 02 z2 m
33 6 198 mm
76
198 198
198 mm
2
Kelonggaran sisi C0 0 mm
Kelonggaran puncak
Ck 0,25 m 88
0,25 6 1,5
Diameter kepala
d k1 z 2 2 m 33 2 6 210 mm
Diameter Kaki
d f 1 z1 2 m 2 C k
d f 2 z2 2 m 2 Ck
z2 33 Y2 0,367
Kecepatan keliling :
77
d01 n
v
60 1000
3,14 198 6000
v 62,172 m s
60 1000
Gaya tangensial :
102 Pd
Ft
v
102 88,71
Ft 145,539 kg
62,172
Faktor dinamis :
5,5
5,5 v
fv
5,5
fv 0,411
5,5 62,172
B2 20 kg mm
2
Kekuatan tarik
S 35 C : a1 26 kg mm2
FC 20 : a 2 9 kg mm2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, KH 0,079 kg mm2 .
78
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
Fb a m Y f v
F 'b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,367 0,411
23,525 kg / mm
F 'b2 a 2 m Y2 f v
9 6 0,367 0,411
8,143 kg / mm
F' f k d 2 z2
H v H 01
z 1 z2
2 33
F' H 0,411 0,079 198
33 33
6,427 kg / mm
Lebar sisi
Ft 145,539
b 22,64mm
F' H
6,427
79
n1 = 6000 rpm
i = 0,838 ( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
𝑎 = 200 mm (jarak sumbu poros yang direncanakan)
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =
1,1073
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,1073 `80,115 88,71 kW
Modul Pahat m = 6
Jumlah gigi
d d
m z
z m
d1 217,628
z 36,2 36
1
m 6
d2 182,372
z 30,2 30
2
m 6
Perbandingan gigi
z2
i
z1
30
i 0,833
36
80
Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar)
d 01 z1 m
36 6 216 mm
d 02 z2 m
30 6 180 mm
Kelonggaran sisi C0 0 mm
Kelonggaran puncak
Ck 0,25 m
0,25 6 1,5
Diameter kepala
d k1 z1 2 m 36 2 6 228 mm
d k 2 z 2 2 m 30 2 6 192 mm
Diameter Kaki
d f 1 z1 2 m 2 Ck
d f 2 z2 2 m 2 Ck
H 2 m Ck
81
2 6 1,5 13,5 mm
z2 30 Y2 0,358
Kecepatan keliling :
d01 n
v
60 1000
3,14 216 6000
v 67,824 m s
60 1000
Gaya tangensial :
102 Pd
Ft
v
102 88,71
Ft 133,41 kg
67,824
Faktor dinamis :
5,5
f v
5,5 v
5,5
fv 0,4
5,5 67,824
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik B1 52 kg mm2
Kekerasan permukaan gigi HB1 187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :
82
Kekuatan tarik B2 20 kg mm2
Kekerasan permukaan gigi HB2 170 (rata-rata)
FC 20 : a 2 9 kg mm2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, KH 0,079 kg mm2 .
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
Fb a m Y f v
F 'b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,385 0,4
23,737 kg / mm
F 'b2 a 2 m Y2 f v
9 6 0,355 0,4
7,613 kg / mm
F' f k d 2 z2
H v H 01
z 1 z2
2 30
F' H 0,4 0,079 216
36 30
6,212 kg / mm
Lebar sisi
83
Ft 133,41
b 13,525mm
F' H
6,212
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,1073 80,115 88,71 kW
2 ai
d2
1 i
2 200 4,128
d 321,997 mm
2
1 4,128
Modul pahat m = 6
84
Jumlah gigi :
d d ............................................
m z ( Lit 1, hal 214 )
z m
d1 78,003
z 13,01 13
1
m 6
d
z 2 321,997 53,6 54
2
m 6
Perbandingan gigi :
z2 ...............................................................................................
i ( Lit 1, hal 216 )
z1
54
i 4,154
13
d 02 z2 m
54 6 324 mm
Kelonggaran puncak :
Ck 0,25 m
0,25 6 1,5
85
Diameter kepala :
d k1 z1 2 m 13 2 6 90 mm
d k 2 z 2 2 m 54 2 6 336 mm
Diameter kaki :
d f 1 z1 2 m 2 C k
d f 2 z 2 2 m 2 Ck
Kedalaman pemotongan :
H 2 m Ck
2 6 1,5 13,5 mm
Gaya tangensial :
102 Pd ..................................................
Ft ( Lit 1, hal 238 )
v
86
102 88,71
F 396,444 kg
t
24,492
Faktor dinamis :
5,5
f v
5,5 v
5,5
fv 0,526
5,5 24,492
B2 20 kg mm
2
Kekuatan tarik
Kekerasan permukaan gigi HB2 170 (rata-rata)
FC 20 : a 2 9 kg mm2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, KH 0,079 kg mm2 .
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
F 'b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,261 0,526
21,432 kg / mm
F 'b2 a 2 m Y2 f v
87
9 6 0,412 0,526
11,711 kg / mm
2 54
F' H 0,526 0,079 78
13 54
5,228 kg / mm
Lebar sisi
Ft 369,444
b 70,662mm
F'H
5,228
88
3.1.7. Bantalan
89
6000 10 26 8
360 0,5 196
6001 6001ZZ 6001VV 12 28 8
400 0,5 229
6002 6002ZZ 6002VV 15 32 9
440 0,5 263
6003 6003ZZ 6003VV 17 35 10
470 0,5 296
6004 6004ZZ 6004VV 20 42 12
735 1 465
6005 6005ZZ 6005VV 25 47 12
790 1 530
6006 6006ZZ 6006VV 30 55 13
1030 1,5 740
6007 6007ZZ 6007VV 35 62 14
1250 1,5 915
6008 6008ZZ 6008VV 38 68 15
1310 1,5 1010
6009 6009ZZ 6009VV 45 75 16
1640 1,5 1320
6010 6010ZZ 6010VV 50 80 16
1710 1,5 1430
Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s ) sebesar
(38mm). Berdasarkan dari tabel 3.10. di atas maka ukuran-ukuran dari bantalan
dapat ditentukan sebagai berikut :
Fa
Untuk bantalan bola alur dalam 0,014 (direncanakan) dari tabel 3.11.
Co
di bawah ini :
Tabel 3.11. Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0 Sularso dan Kiyokatsu Suga,
2004)
Beban Beban Baris
Baris ganda
putar pd putar pd tunggal Baris Baris
Jenis bantalan cincin cincin e tunggal ganda
Fa / VFr > e Fa /VFr ≤ e Fa /VFr > e
dalam luar
V X Y X Y X Y X0 Y0 X0 Y0
Fa /C0 = 0,014 2,30 2,30 0,19
= 0,028 1,99 1,99 0,22
Bantalan = 0,056 1,71 1,71 0,26
bola alur = 0,084 1 1,2 0,56 1,55 1 0 0,56 1,55 0,28 0,6 0,5 0,6 0,5
dalam = 0,11 1,45 1,45 0,30
= 0,17 1,31 1,31 0,34
= 0,28 1,15 1,15 0,38
= 0,42 1,04 1,04 0,42
90
= 0,56 1,00 1,00 0,44
Fa Co 0,014
1310 0,014 14,14 kg
Dari tabel di atas juga dapat diketahui harga beban radial Fr dengan
menggunakan persamaan :
Fa
e
v Fr
Fa
maka : Fr
ve
14,14
74,421 kg
1 0,19
P X Fr Y Fa
91
dimana : P = beban ekivalen (kg)
Fr = beban radial (kg)
maka :
P 0,56 74,421 2,30 14,14
74,198 kg
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan f n bantalan adalah :
33,3 1/ 3
fn
n
fn 33,3 1/ 3
6000 0,177
Faktor umur bantalan f h :
C
fh f n
P
1310
0,177 3,126
74,198
L h 500 f h
3
92
3.1.8.Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk
mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur
sebagai alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan
ukuran yang sesuai. Di dalam perencanaan kopling ini. Baut dan mur berfungsi
sebagai pengikat gear box. Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai
faktor harus diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja,
kekuatan bahan, kelas ketelitian, dan lain-lain.
Wd fc W
Wd 1,1073 74,198
82,156 kg
93
Diameter inti yang diperlukan
4 Wd
d1
a
4 82,156
d1
3,14 6
d1 4,177 mm
Tabel 3.12. Ukuran standar ulir kasar metris Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Ulir dalam
Diamete
Ulir Diameter Diameter r
Jarak Tinggi luar D efektif D2 dalam
bagi kaitan D1
p H1 Ulir luar
1 2 3 Diamete
Diameter Diameter
r
luar d efektif d2
inti d1
M6 1 0,541 6,000 5,350 4,917
M7 1 0,541 7,000 6,350 5,917
M8 1,25 0,677 8,000 7,188 6,647
M9 1,25 0,677 9,000 8,188 7,647
M 10 1,5 0,812 10,000 9,026 8,376
M 11 1,5 0,812 11,000 10,026 9,376
M 12 1,75 0,947 12,000 10,863 10,106
M 14 2 1,083 14,000 12,701 11,835
M 16 2 1,083 16,000 14,701 13,835
M 18 2,5 1,353 18,000 16,376 15,294
M 20 2,5 1,353 20,000 18,376 17,294
M 22 2,5 1,353 22,000 20,376 19,294
M 24 3 1,624 24,000 22,051 20,752
M 27 3 1,624 27,000 25,051 23,752
M 30 3,5 1,894 30,000 27,727 26,211
M 33 3,5 1,894 33,000 30,727 29,211
M 36 4 2,165 36,000 34,402 31,670
M 39 4 2,165 39,000 36,402 34,670
Dipilih ulir metris kasar diameter inti d1 4,917 mm 4,177 mm dari tabel
3.12. di atas.
95
Jumlah ulir mur yang diperlukan
Wd
z
D2 H1 qa
82,156
z
3,14 5,350 0,541 3
z 3,01 3
Tinggi mur
H z p
H 31 3 mm
b
Wd
(dimana k 0,84 )
d1 k p z
2,112 kg / mm
82,159 2
b
3,14 4,917 0,84 1 3
Wd
n (dimana j 0,75 )
D j pz
82,159
n 1,938 kg / mm
2
3,14 6 0,75 1 3
Tegangan geser akar ulir baut b dan tegangan geser akar ulir mur n lebih
kecil dari tegangan geser yang diizinkan a , maka baut dan mur yang
96
direncanakan aman terhadap tegangan geser.
Bahan baut dan mur baja liat dengan kadar karbon 0,22 %.
Diameter nominal ulir : Baut = M 6, Mur = M 6, tinggi mur = 3 mm.
97
BAB 4
PERAWATAN KOPLING
Beberapa gejala yang dialami tentang masalah kopling adalah mobil suka
loncat dan sulit untuk mengendalikan kopling,maka dari hal seperti ini harus
dihindari agar kopling dapat bekerja sesuai dengan perencanaan dan lebih awet
dari perhitungan yang direncanakan
Ada beberapa hal yang harus diketahui dan dipahami dalam perawatan
kopling yaitu :
4.1. PEMELIHARAAN
Pemeliharaan yang di butuhkan oleh kopling adalah perawatan berkala
yang dilakukan setiap 6 bulan sekali, meliputi:
a) Pembersihan sisa-sisa gesekan plat gesek yang berbahan dasar asbes
yang biasanya meninggalkan sisa di bagian dalam rumah kopling
b) Pemberian minyak pelumas pada pegas kopling guna mencegah karat
yang timbul karena usia atau waktu
c) Penggantian karet penekan kopling yang biasanya juga rusak karena
waktu atau jangka pemakaian.
d) Pemeliharaam ini haruslah dilakukan di bengkel, hal ini karena untuk
membongkar kopling terlebih dahulu haruslah menurunkan rumah
transmisi atau biasa di sebut Trasdown.
98
Dengan pemakaian dari kopling yang sering tidak di gantung dapat membuat
kopling menjadi tahan lama atau awet
1. Meletakkan kaki pada pedal kopling selama kendaraan berjalan. Hal ini
dapat mempercepat keausan pada release bearing dan pelat/piringan
kopling.
2. Menahan setengah kopling saat mobil antri di tanjakan. Hal ini dapat
mempercepat kerusakan sistem kopling. Mesin pun sering terasa bergetar
sehingga membuat fungsi karet penahan mesin (engine mounting) juga
dapat terganggu. Sebaiknya gunakan rem tangan untuk menahan
kendaraan ketika sedang antri di tanjakan.
99
3. Menginjak dan melepas kopling secara kasar. Bila dilakukan dengan cara
yang kasar maka sentukan pelat/piringan kopling terhadap roda gila
(flywheel) akan terasa lebih keras, hal ini akan mempercepat keausan
sistem kopling.
1. Kopling selip. Akibat dari kopling selip, kendaraan tidak dapat berjalan,
kurang tenaga, dan dapat menyebabkan boros bahan bakar, hal ini
disebabkan tenaga mesin tidak tersalurkan ke sistem penggerak
(transmisi) karena pelat/piringan kopling sudah aus.
2. Kopling jeblos. Akibat dari kopling jeblos, tuas transmisi tidak
dapat/susah dipindahkan, hal ini disebabkan tidak dapat terpisahnya
pelat/piringan kopling dengan mesin karena tenaga yang disalurkan dari
pedal tidak mampu diteruskan ke sistem kopling. Kabel kopling yang
putus, silinder kopling bocor, dan matahari yang rusak merupakan
beberapa hal yang membuat tenaga dari pedal tidak dapat diteruskan ke
sistem kopling.
3. Kopling lengket. Akibat dari kopling lengket, tuas transmisi tidak
dapat/susah dipindahkan karena tidak terpisahnya pelat kopling dan
mesin akibat pelat/piringan kopling lengket. Penyebab kopling lengket
karena air atau lumpur yang masuk ke area sistem kopling.
100
tersebut menunjukkan bahwa terjadi panas tinggi pada kopling, hal ini dapat
mengakibatkan kerusakan pada sistem kopling.
4.2 Roda Gigi
Adapun Pemeliharaan yang di butuhkan oleh roda gigi yaitu :
101
menghindari terjadinya panas yang berlebih ketika mesin mobil
beroperasi.
102
BAB 5
KESIMPULAN
103
3. Perhitungan Plat gesek
4. Perhitungan Pegas
5. Perhitungan Bantalan
Diameter bantalan ( D ) = 75 mm
Lebar bantalan ( B ) = 16 mm
Beban ekivalen dinamis bantalan ( P ) = 74,198 kg
Umur nominal bantalan ( Lh ) = 15272,28 jam
Diameter luar ( D ) = 6 mm
Diameter efektif ( D2 ) = 5,350 mm
Diameter dalam ( D1 ) = 4,917 mm
Diameter inti ( d1 ) = 4,177 mm
Jarak bagi ( p ) = 1 mm
Tinggi kaitan ( H1 ) = 0,541 mm
Tinggi mur ( H ) = 3 mm
104
Diameter kepala paku keling ( D ) = 8 mm
Lebar kepala paku keling ( K ) = 3 mm
Bahan paku keling = Aluminium
Gaya bekerja pada paku keling ( F ) = 171,84 kg
Luas penampang paku keling ( A ) = 19,625 mm2
2. Roda Gigi 2
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 22
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 132 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 144 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 117 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,454 kg/mm
105
3. Roda Gigi 3
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 28
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 168 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 180 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 153 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,658 kg/mm
4. Roda Gigi 4
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 33
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 198 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 210 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 183 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,427 kg/mm
5. Roda Gigi 5
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 36
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 216 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 228 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 201 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,212 kg/mm
106
Jumlaah gigi ( z1 ) = 13
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 78 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 90 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 63 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 5,228 kg/mm
7. Perhitungan Bantalan
Diameter bantalan ( D ) = 75 mm
Lebar bantalan ( B ) = 16 mm
Beban ekivalen dinamis bantalan ( P ) = 74,198 kg
Umur nominal bantalan ( Lh ) = 15272,28 jam
Diameter luar ( D ) = 6 mm
Diameter efektif ( D2 ) = 5,350 mm
Diameter dalam ( D1 ) = 4,917 mm
Diameter inti ( d1 ) = 4,22 mm
Jarak bagi ( p ) = 1 mm
Tinggi kaitan ( H1 ) = 0,541 mm
Tinggi mur ( H ) = 3 mm
107
1. Tenaga operator guna untuk pengoperasian mesin.
2. Langkah-langkah yang merupakan perlengkapan dari keseluruhan
termasuk dasar bagian mesin antara lain : transmisi adalah suatu alat
yang menghubungkan antara mesin dan rangka.
3. Kontrol mesin dalam yaitu pedal dan rem.
4. Pelumas pada suatu mesin sangat diperlukan pada bagian yang berputar,
sehingga akibat tidak dikendalikan panas tersebut akan mengakibatkan
keausan pada motor tersebut.
Kita menyadari bahwa dimana-mana mesin adalah suatu alat yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, karena dalam penggunaannya mesin-
mesintersebut dapat menaikkan taraf hidup manusia tersebut. Oleh karena itu
pengetahuan dan pemeliharaan merupakan suatu pengetahuan yang sangat
diperlukan guna mengembangkan daya kerja manusia dibidang teknologi
108
DAFTAR PUSTAKA
3. Ir. Jack Stolk dan Ir. C. Kros, 1993, Elemen Mesin ( Elemen Kostruksi
Bangunan Mesin ), PENERBIT Erlangga, Jakarta Pusat.
4. Ir. Sularso, MSME dan Kyokatsu Suga, 1983, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, P.T. Pradya Paramitha Jakarta.
6. Ir. Jack Stolk dan Ir. C. Kros, 1993, Elemen Mesin ( Elemen Kostruksi Bangunan
Mesin ), PENERBIT Erlangga, Jakarta Pusat.
7. Ir. Sularso, MSME dan Kyokatsu Suga, 1983, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, P.T. Pradya Paramitha Jakarta.
109
110