Maklah Ryanda
Maklah Ryanda
TASAWUF
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pembimbing: DR. H. Indra Harahap, MA
DISUSUN OLEH:
Alfi Rahmat (0404221005)
Mora Nandatambak (0404221025)
Ryanda Iqbaal Pradipta Widadi (0404222028)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kepada Allah Tuhan semesta alam, atas segala limpahan rahmat, karunia
dan karunia-Nya yang tak ternilai dan tak ternilai yang dilimpahkan kepada kami
kesehatan, sementara kami mampu mengumpulkan dan menyelesaikan artikel ini
dengan judul “Hubungan Ilmu Kalam Dengan Falsafah Dan Tasawuf”, dimana tugas
artikel ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Tasawuf.
Juga, jika ada kesalahan dalam artikel ini, perkenankan kami, penulis, untuk
menyampaikan permintaan maaf kami. Memang artikel ini belum sempurna dan masih
banyak kelemahan dan kekurangan dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal lainnya
yang belum kita ketahui.
Besar harapan kami ke depan, dokumen ini dapat menjadi referensi untuk
meningkatkan pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca. Kami juga berharap
para pembaca dapat berkomentar agar kedepannya kami dapat memperbaiki dokumen
ini dengan lebih baik. Akhir kata, kami berterima kasih kepada semua pihak atas
perhatiannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalam ........................................................................................................ 2
B. Pengertian Falsafah.................................................................................................. ... 3
C. Pengertian Tasawuf ..................................................................................................... 4
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Kalam lahir setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Diawali dengan
permasalahan pengangkatan khalifah yang selanjutnya setelah Rasulullah,
hingga membahas soal jabr (takdir) yang nantinya di namai dengan kaum
Jabariyyah dan ikhtiyar (free will) yang nantinya di namai dengan sebutan kaum
Qadariyyah. Akhirnya terpecahlah beberapa aliran yang membahas antara kedua
itu dengan dalilnya masing-masing. Seiring berjalannya waktu semakin
banyaklah sekte- sekte Islam yang mencoba menerangkan tentang Sifat Tuhan
dan apapun yang berehubungan dengan ketuhanan. Namun sekte-sekte ini
mempunyai metodologi yang berbeda, ada yang menggunakan Filsafat secara
mendominasi ada pula yang tidak memberikan kewenangan berfikir dalam
mendalami ilmu kalam ini.
Kajian agama erat hubungannya dengan kajian filosofis, lantaran agama juga
menyangkut fundamental value dan ethnic values, untuk tidak semata mata
bersifat teologis. Hal demikian dapat dimaklumi, lantaran pendekatan legal-
formal dan lebih-lebih lagi pendekatan fiqh jauh lebih dominan dari pada
pendekatan yang lainnya. Baik ilmu kalam,filsafat, maupun tasawuf berurusan
dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Kalam
B. Pengertian Falsafah/Filsafat
1
Abuddin Nata, Ilmu Kalam, ( Jakarta, Amzah, 2021), Hlm. 18
2
Filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yakni philos
dan shopia, philos mempunyai makna mencintai dan shopia mempunyai makna
kebijaksanaan atau kebenaran. Secara singkat filsafat adalah mencintai
kebijaksanaan (love of wisdom) dalam kebenaran suatu ilmu. Filsafat berusaha
untuk menafsirkan hidup itu sendiri yang menjadi sebab pokok bagi partikel-
partikel itu beserta fungsi-fungsinya. Cakupan filsafat Islam tidak jauh berbeda
dari objek filsafat ini. Hanya dalam proses pencarian itu Filsafat Islam telah
diwarnai oleh nilai-nilai yang Islami.
Tujuan mempelajari filsafat Islam ialah mencintai kebenaran dan
kebijaksanaan. Sedangkan manfaat mempelajarinya ialah:
Al- Farabi filosuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina mengatakan filsafat
adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan brtujuan menyelidiki
hakikatnya yang sebenarnya. Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang mencakup metafisika, etika, agama, dan antripologi.
Menurutnya, tujuan filsafat itu memikirkan kebenaran, karena kebenaran itu
hanya ada satu,tidak ada yang lain .Al-Farabi berkeyakinan bahwa agama dan
filsafattidak bertentangan, justru sama-samamembawa kebenaran.
C. Pengertian Tasawuf
2
Abd Aziz Dahlan, Pemikiran Filsafat Islam, ( Jakarta, Djambatan, 2003 ), Hlm. 59
3
Ahmad Hanafi, Pengantar filsafat Islam, ( Jakarta, Bulan Bintang, 1996). Hlm. 81
3
Samsul Munir menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf berasal dari
kata shuf (shad, wawu dan fha) dan di dhomah shadnya, yang mempunyai arti
kain bulu domba yang kasar, alasannya adalah karena dulu orang-orang sufi
selalu menjauhkan diri untuk memakai kain sutra, karena waktu itu kain domba
merupakan simbol kesederhanaan.
Tasawuf juga berasal dari kata Shafa (shad, fha, alif dan hamzah) yang
berarti suci, jernih dan bersih, maksudnya mereka mensucikan diri di hadapan
Allah SWT melalui latihan kerohania yang amat dalam yaitu melatih
dirinya untuk menjauhi segala sikap dan sifat yang kotor sehingga tercapai
kesucian dan kebersihan pada hatinya. Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari
cara dan jalan bagaimana seorang Muslim berada sedekat mungkin dengan
Allah. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio.4
Ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan
pengalaman seseorang. Para sufi mengembangkan suatu cara bagaimana bisa
mendekatkan diri kepada Tuhan. Tujuan yang hendak dicapainya adalah
kebahagiaan, yakni dengan persatuannya dengan Kekasih. Kesengsaraan yang
memilukan bagi mereka bukanlah masuk Neraka, tetapi apabila Tuhan telah
menjauhi dan tidak mau bicara dengan mereka. Objek kajian tasawuf adalah
Tuhan (Al-Haq), yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-nya.
Tasawuf bertujuan membantu seseorang untuk tetap berada di jalan
Allah SWT. Dengan tasawuf seseorang kemudian menjadi tidak berlebihan
dalam hal duniawi serta tetap fokus pada iman dan takwa yang ia miliki. Ilmu
tasawuf masuk ke dalam ajaran agama Islam yang kemudian dikembangkan oleh
para sufi. Istilah ini sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata “tasawwafa
atau yatashowwaru – tashowwuf” yang mengandung makna (menjadi) berbulu
banyak,atau menjadi ciri-ciri dari seorang sufi.5
4
Samsul Munir Amin, Ilmu tasawuf, (Jakarta, Amzah, 2012) Hlm. 4.
5
Harun Nasution, Islam Rasional, ( Bandung, Mizan, 1994 ) Hlm. 356
4
Setelah abad ke-6 Hijriah terjadi percampuran antara filsafat dengan ilmu
kalam, sehingga ilmu kalam menelan filsafat secara mentah-mentah dan
dituangkan dalam berbagai bukti dengan mana Ilmu Tauhid. Yaitu pembahasan
problema ilmu kalam dengan menekankan penggunanaan semantic (logika)
Aristoteles sebagai metode, sama dengan metode yang ditempuh para filosof.
Kendatipun Ilmu Kalam tetap menjadikan nash-nash agama sebagai sumber
pokok, tetapi dalam kenyataannya penggunaan dalil naqli juga tampak pada
perbincangan mutakalimin. Atas dasar itulah sejumlah pakar memasukkan Ilmu
Kalam dalam lingkup Filsafat Islam. Jadi Filsafat Islam bertujuan untuk
menyelaraskan antara firman dan akal, ilmu pengetahuan dengan keyakinan,
agama dengan filsafat serta menunjukkan bahwa akal dan firman tidak
bertentangan satu sama lain. Walaupun orientasinya bersifat religius, namun isu-
isu penting dalam filsafat tidak diabaikan, seperti waktu, ruang, materi,
kehidupandan masalah-masalah kontemporer.
Filsafat Islam dan ilmu kalam sangat kuat pengaruhnya satu sama lain.
Kalam mencuatkan masalah-masalah baru bagi filsafat, dan filsafat membantu
memperluas area, bidang, atau jangkauan kalam, dalam pengertian bahwa
pembahasan tentang banyak masalah filsafat jadi dianggap penting dalam kalam.
Filsafat Islam mengandalkan akal dalam mengkaji objeknya-allah, Alam dan
Manusia-tanpa terikat dengan pendapat yang ada (pemikiranpemikiran yang
sama sifatnya, hanya berfungsi sebatas masukan dan relative). Nash-nash agama
hanya sebagai bukti untuk membenarkan hasil temuan akal. Sebaliknya, ilmu
kalam mengambil dalil akidah sebagaimana tertera dalam wahyu, yang mutlak
kebenarannya untuk menguji objeknya Allah dan sifatsifatnya, serta hubungan
dengan Allah dengan Alam dan Manusia sebagaimana tertuang dalam kitab suci
menjadikan filsafat sebagai alat untuk membenarkan nash agama. Seperti
keberadaan Allah, Filsafat Islam mengawali pembuktiannya dengan argumentasi
akal, barulah pembenarannya diberikan oleh wahyu, sementara ilmu kalam
mencari wahyu yang berbicara tentang keberadaan Allah, baru kemudian
didukung oleh argumentasi akal.
Walaupun objek dan metode kedua ilmu ini berbeda, tapi saling
melengkapi dalam memahami Islam dan pembentukan akidah Muslim. 4
5
Sedangkan Tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan untuk
semakin mendekatkan diri kepada Allah terbagi ke dalam dua bagian, yakni
Tasawuf Amali/Akhlaqi dan Tasawuf Falsafi (Ibn Arabi dan Al-Hallaj). Dari
pengelompokkan ini tergambar adanya unsur-unsur filsafat dalam ajaran
tasawuf, seperti logika dalam penjelasan maqomat (al-fana-al-baqa, ittihad,
hulul, wahdat al-wujud). Tasawuf Falsafi yang biasanya juga disebut dengan
irfan yakni secara teknis diterapkan pada persepsi-persepsi khas yang ditangkap
melalui pemusatan perhatian relung terdalam jiwa dan tidak melalui pengalaman
inderawi dan rasional. Irfan sejati diperoleh semata-mata melalui keterikatan.6
Allah dan ketaatan kepada segenap perintah-nya. Keterikatan tanpa
pengetahuan mustahil adanya, dan pengetahuan ini mesti bersandar pada
sejumlah prinsip filsafat. Penyingkapan dan visi irfan memunculkan
masalahmasalah baru untuk diuraikan dan dikupas tuntas oleh filosof, dan
memperluas cakrawala pandang filsafat. Dalam pemecahan berbagai masalah
dalam ilmuilmu kefilsafatan, visi-visi irfan bisa dianggap sebagai pendamping.
Banyak hal yang terbukti secara rasional dalam filsafat, terungkap pula melalui
penglihatan kalbu. 5 Kajian-kajian Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-
Ghazali tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak
memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian
tasawuf dalam dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh itu pun menjadi
hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian-kajian kefilsafatan tentang jiwa dan
roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf.7
Dari uraian di atas, terdapat titik persamaan dan perbedaan antara tasawuf,
ilmu kalam, dan filsafat Islam. Persamaan terletak pada proses pencarian segala
sesuatu yang bersifat rahasia (ghaib) yang dianggap sebagai 'kebenaran terjauh'
dimana tidak semua orang dapat melakukannya dan dari ketiganya berusaha
menemukan apa yang disebut Kebenaran (al-haq).8
Kebenaran dalam tasawuf berupa tersingkapnya (kasyaf) Kebenaran Sejati
6
Hasyimiah Nasution. Filsafat Islam, ( Surabaya, Dunia Pustaka Jaya, 2010 ), Hlm. 6
7
Mishbah Yazdi. Buku Daras Filsafat Islam, ( Jakarta, Mizan, 2016 ) Hlm. 78
8
Husein Shahab, Mazhab Tasawuf Perspektif Ahlul Bait ( Bandung, Pustaka Hidayah,2000 ), Hlm. 265
6
(Allah) melalui mata hati. Tasawuf menemukan kebenaran dengan melewati
beberapa jalan yaitu: maqomat, hal (state) kemudian fana'. Kebenaran dalam
ilmu kalam berupa diketahuinya kebenaran ajaran agama melalui penalaran
rasio lalu dirujukkan kepada nash (al-Qur'an & Hadis). Kebenaran dalam filsafat
berupa kebenaran spekulatif tentang segala yang ada (wujud) yakni tidak dapat
dibuktikan dengan riset, empiris, dan eksperimen. Filsafat menemukan
kebenaran dengan menuangkan akal budi secara radikal, integral, dan universal.
Sedangkan perbedaan antara tasawuf, ilmu kalam dan filsafat tidak seluas
dan sebanyak persamaannya. Ketiganya berbeda, namun perbedaannya terletak
pada cara menemukan kebenaran itu sendiri dengan jalan yang berbeda; kaum
sufi lebih mengandalkan mata-batin, sementara mutakallimberusaha
menggabungkan hati dan akal, sedangkan filosof lebih mengandalkan akal.9
9
Syarif, Para Filosof Muslim, (Bandung, Mizan, 1992 ), Hlm. 103.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi Kalam berarti kata-kata. Kata-kata disini di maksudkan
adalah kata-kata (firman) Allah. Jadi ilmu kalam adalah ilmu yang
mempermasalahkan kalam Allah, Filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri
dari dua kata yakni philos dan shopia, philos mempunyai makna mencintai dan
shopia mempunyai makna kebijaksanaan atau kebenaran Samsul Munir
menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf berasal dari kata shuf (shad, wawu
dan fha) dan di dhomah shadnya, yang mempunyai arti kain bulu domba yang
kasar, alasannya adalah karena dulu orang-orang sufi selalu menjauhkan diri
untuk memakai kain sutra, karena waktu itu kain domba merupakan simbol
kesederhanaan.
Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama
yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari
kebenaran tentang Tuhan yang berkaitan dengan-nya. Filsafat dengan wataknya
sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun
manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuaan karena
berada di luar atau di atas jangkauanya), atau tentang Tuhan. Sementara itu,
tasawuf juga dengan metodenya yang tipikai berusaha menghampiri kebenaran
yang berkaitan dengan perjalanan spritual menuju Tuhan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Shahab Husein, 2000 Mazhab Tasawuf Perspektif Ahlul Bait, Bandung, Pustaka
Hidayah.