Anda di halaman 1dari 10

HUKUM DAN KEADILAN

Dosen pengampu : Dani Ramdani S. Th.I.,M.A.

Kelompok 7 :

1. Muhammad Farhan (221010700096)

2. Laelatul Faujiah (221010700027)

3. Tiara Prisilia Amanda (221010700399)

PENDAHULUAN

Kehidupan berbangsa dan bernegara, pasti memiliki pembatas dalam


berinteraksi terhadap sesama mahluk ciptaan Tuhan. Pembatas inilah yang menjadi
pengarah dalam masyarakat bertingkah laku, pembatas ini lahir dan tumbuh di dalam
kehidupan masyarakat agar terciptanya kerukunan. Pembatas tersebut biasa di sebut
peraturan, dimana peraturan menjadi sebuah hukum yang menyelimuti setiap
masyarakat berperilaku. Berbicara mengenai hukum makalah ini akan memaparkan
menurut pemahaman penulis mengenai arti hukum, dari kata hukum tersebut
masyarakat membuatnya dengan tujuan untuk mencapai keadilan. Yang mana
pengertian keadilan ini masih menjadi perdebatan, karena adil itu sendiri memiliki kesan
yang berbeda dimasing-masing individu yang ingin merasakan apa itu keadilan. Selain
membahas mengenai pengertian hukum, akan dikaitakan juga mengenai pembahasan
tentang pengertian keadilan itu. Dan makalah ini juga membahas mengenai putusan-
putusan di pengadilan Indonesia mengenai kasus-kasus yang dialami bangsa ini, telah
adil atau tidak terhadap penggugat dan tergugat.
PEMBAHASAN

1. Makna Hukum Dan Keadilan

A. Pengertian Hukum

Hukum di dunia ini ada dua, yaitu hukum yang buat oleh lembaga hukum di suatu
negara atau hukum agama yang di buat oleh Tuhan. Dalam makalah ini, akan fokus
membahas hukum yang dibuat oleh lembaga hukum negara.

Pengertian hukum menurut pendapat ahli :

1) E. Utrecht, dalam bukunya pengantar dalam hukum indonesia : ”Hukum adalah


himpunan petunjuk hidup yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan
seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, oleh karena
pelanggaran terhadap petunjuk hidup itu dapat menimbulkan tindakan dari
pemerintah masyarakat itu.”

2) Immanuel Kant, dalam bukunya Inleiding tot de Rechtswetsnschap : ”Hukum


adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang lain,
menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.”

3) J.C.T. Simorangkir, S.H. dan Woerjono Sastropranoto, S.H.. Dalam buku yang
disusun bersama yang berjudul “Pelajaran Hukum Indonesia”, mendifinisikan
hukum sebagai berikut: “Hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat
memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat
yang dibuat oleh Badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap
peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan
hukuman tertentu.”

4) Plato, Hukum merupakan sebuah peraturan yang teratur dan tersusun dengan
baik serta juga mengikat terhadap masyarakat maupun pemerintah.
Secara umum, rumusan pengertian hukum setidaknya mengandung beberapa unsur
sebagai berikut:

a) Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam masyarakat.


Peraturan berisikan perintah dan larangan untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur perilaku manusia agar
tidak bersinggungan dan merugikan kepentingan umum.

b) Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang berwenang untuk itu.
Peraturan hukum tidak dibuat oleh setiap orang melainkan oleh lembaga atau
badan yang memang memiliki kewenangan untuk menetapkan suatu aturan yang
bersifat mengikat bagi masyarakat luas.

c) Penegakan aturan hukum bersifat memaksa. Peraturan hukum dibuat bukan


untuk dilanggar namun untuk dipatuhi. Untuk menegakkannya diatur pula
mengenai aparat yang berwenang untuk mengawasi dan menegakkannya
sekalipun dengan tindakan yang represif. Meski demikian, terdapat pula norma
hukum yang bersifat fakultatif/melengkapi.

d) Hukum memliki sanksi dan setiap pelanggaran atau perbuatan melawan hukum
akan dikenakan sanksi yang tegas. Sanksi juga diatur dalam peraturan hukum.

B. Pengertian Keadilan

Dilihat dari hal tersebut maka pengertian keadilan sebagai berikut :

Menurut Aristoteles, keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia.


Kelayakan di sini dimaknai sebagai titik tengah diantara kedua ujung yang dianggap dua
orang atau benda. Bila keduanya ditetapkan memiliki kekuatan dan kedudukan yang
sama maka sebagai putusan akhirnya akan menerima bagian yang tidak sama jika
menerima hasil yang sama maka hal itu adalah ketidakadilan.

Keadilan merupakan suatu tindakan atau putusan yang diberikan terhadap suatu hal
(baik memenangkan/memberikan dan menjatuhkan/menolak) sesuai ketentuan dan
perundang-undangan yang berlaku. Adil berasal dari bahasa arab ‘adala, ahli bahasa
mengartikan adalah lurus.

a) Subjek keadilan

Subjek keadilan adalah struktur dasar masyarakat atau lebih tepatnya, cara
lembaga-lembaga sosial mendistribusikan hak dan kewajiban fundemental serta
menentukan pembagian keuntungan dari kerja sama sosial, struktur dasar adalah
subjek utama keadilan sebab efek-efeknya begitu besar dan tampak sejak awal.

b) Macam-macam keadilan

1) Keadilan legal atau keadilan moral

Keadilan yang menyangkut hubungan antara hubungan individu dengan negara. Inti
dari keadilan ini dicapai karena di selimuti oleh peraturan-peraturan yang dibuat oleh
negara untuk masyarakat taati agar tidak terjadi pelanggaran yang tidak diinginkan
negara.

Dasar moralnya kedudukan semua anggota negara tidak peduli siapapun memiliki
perlakuan terhadap peraturan yang berlaku di negaranya.

2) Keadilan distributuf

Keadilan yang berkaitan tentang perataan kehidupan ekonomi semua warga negara.
Menurut Aristoteles keadilan ini akan tercapai jika terjalinnya kerjasama yang kuat
antara masyarakat dan negara untuk mencapai tujuan negara.

Prinsip-prinsip keadilan distributif, pendapat Jhon Rawls sebagai berikut :

a) Prinsip kebebasan yang sama

Setiap orang memiliki hak yang sama, keadilan ini menuntut agar semua orang
diakui, dihargai dan dijamin haknya atas kebebasan secara bersama.

b) Prinsip perbedaan

Prinsip ini membuat hal-hal seperti ketidaksamaan sosial dan ekonomi diatur
sedemikian rupa agar terjadi pandangan, sebagai berikut :

 Menguntungkan mereka yang kurang beruntung


 Memiliki tugas dan kedudukan yang terbuka bagi semua

3) Keadilan komutatif

Keadilan yang bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan


umum. Keadilan ini merupakan keadilan yang menitik beratkan terhadap keseimbangan.

c. Tujuan keadilan

Tujuan keadilan ini merupakan hasil dari tercapainya maksud dari hukum yang telah
di buat oleh lembaga pembuat hukum, dimana tujuan keadilan ini adalah pemerataan
terhadap semua anggota negara dengan para pejabat negara juga terlibat dalam
selimut hukum. Jika hal ini benaran tercapai maka akan tercapai kemakmuran dan
kesejahteraan dikehidupan bermasyarakat sebab para penegak hukumnya tidak berat
sebelah dalam mengambil keputusan karena tidak takut pada individu yang memiliki
kekuasaan, karena hukum yang berlaku tegak berdiri hal ini berarti sifat hukum yaitu
bersifat universal (menyeluruh) benar benar di terapkan di kehidupan masyarakat.

C. Kaitan Makna Hukum dan Keadilan

Hukum adalah milik negara dan keadilan adalah milik masyarakat, hal ini mulai
berkaitan semenjak hukum menjadi urusan yang segalanya di tangani negara. Karena
lingkupnya yang besar, maka pelimpahan kekuasaan negara karena di harapkan segala
hal yang di keluarkan oleh negara adalah keadilan bagi seluruh masyarakat.

Hukum di buat sebagai seperangkat peraturan dimana terdapat perintah, larangan


dan sanksi di dalamnya agar tercapainya tujuan negara dalam mengatur kehidupan
rakyatnya. Dimana hukum merupakan cara untuk menjadi jalan tengah dalam
memberikan keadilan terhadap seluruh lapisan masyarakat. Dari hal ini, proses hukum
di Indonesia masih belum secara utuh mencapai keadilan. Karena banyak pandangan di
Indonesia ini, hukumnya seperti sebuah paku dimana maknanya hukum di indonesia
masih menusuk kemasyarakat kecil dan tumpul di masyarakat yang memiliki kuasa. Hal
ini lah yang menjadi hukum itu memiliki kaitan erat dengan keadilan, sebab jika jalannya
hukum seperti itu maka keadilan yang sejatinya dimiliki oleh negara tidak terpenuhi.

D. Putusan pengadilan yang adil dan tidak adil

Kasus yang adil :

a) Oknum Polisi Terlibat Kasus Narkoba 5 Kg Sabu di Parepare

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Dicky


Sondani menegaskan, oknum polisi narkoba yang terlibat narkoba, ialah penghianat. Hal
tersebut diungkap Kombes Dicky Sondani disebuah grup Whatsapp (WA) Wartawan,
Selasa (17/10/2017) sore. Penyataan tegas itu, diketahui usai dia dan Kapolda Irjen Pol
Muktiono, bersama Kapolres Parepare, AKBP Pria Budi dan Diresnarkoba Polda Kombes
Eka Yudha. Menggelar konferensi pers di Mapolres Parepare, siang tadi. Sekitar pukul
14.00 Wita dalam kasus penggungkapan Sabu 5 Kg yang melibatkan oknum polisi.
"Ternyata masih ada penghianat dalam pemberantasan korupsi di indonesia," ungkap
Dicky, mantan Dirsabhara Polda Kepulauan Riau (Kepri), tahun 2016 lalu. Siang tadi,
tepatnya di Mapolres Pare Pare. Kapolda Sulel memimpin gelar kasus pengungkapan
Sabu 5 Kilogram yang libatkan oknum polisi, inisial HB. Pengungkapan kasus itu di
Pelabuhan Nusantara Parepare, Jumat (13/10/2017). Mengamankan pasangan suami
istri (Pasutri) bersama bukti sabu 5 Kg. "Dia (Oknum) telah menyia-nyiakan ini amanat
yang telah diberikan rakyat untuk berantas narkoba," tambah Dicky. (*)

b) Kasus Kriminalisasi Pemulung

Jakarta - Di tengah carut marutnya wajah peradilan di Indonesia yang selalu


menghiasi pemberitaan media massa nasional, lahirlah sebuah putusan yang membuat
rasa keadilan begitu terasa bagi rakyat kecil. Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat (3\/5) akhirnya memvonis bebas Chairul Saleh seorang pemulung yang dituduh
memiliki ganja seberat 1,6 gram. Perjalanan panjang telah dilalui oleh pria 38 tahun
yang dipaksa mengakui memiliki ganja oleh sejumlah oknum polisi ini. Chairul
ditangkap orang tak dikenal pada 3 September 2009 dan diseret ke Polsek Kemayoran,
Jakarta Pusat. Di sela-sela sidang beberapa waktu lalu, Saleh tetap berkeyakinan dirinya
tidak pernah memiliki barang haram tersebut. Selain itu, dia juga tak pernah mengaku
diperiksa untuk BAP dan menandatangai BAP tersebut. Saleh pun mengaku jika dirinya
sudah bosan ditahan selama lebih dari 6 bulan. "Saya tidak pernah tandatangan BAP.
Barang itu juga bukan milik saya," kata Chairul. Jaksa Penuntut Umum (JPU), Roland,
menuntut Chairul dengan hukuman penjara 1 tahun serta denda Rp 3 juta subsider 3
bulan. Chairul Saleh dianggap bertanggung jawab atas pemilikan ganja 1,6 gram yang
ditemukan di dekat dia duduk di bantaran rel Kereta Api Kemayoran. Anehnya, untuk
membacakan tuntutan tersebut, JPU harus menunda pembacaan tuntutan hingga 3 kali.
Hal ini membuat sejumlah kalangan geram. Tindakan tersebut dinilai sebuah abuse of
power (penyalahgunaan wewenang) dan telah menjadi penyakit jaksa. Pakar hukum
pidana Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy O Shiariej menilai, jaksa memang tidak
dibatasi soal waktu tuntutan. Namun, KUHAP membatasi proses sidang selama 60 hari.
"Jika melebihi batas dari 60 hari sidang maka terdakwa bisa bebas demi hukum," ujar
Eddy. Orang nomor 1 di tubuh Polri, Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri pun
turun tangan untuk menindaklanjuti kasus dugaan rekayasa ini. Dia langsung menelpon
Kapolda Metro Jaya Irjen Wahyono untuk meminta kepastian adanya rekayasa tersebut.

Akhirnya tak selang berapa lama, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Boy Rafli
Amar mengakui bahwa ada rekayasa dalam kasus Chairul. “Rekayasa ini ada di alat
bukti berupa keterangan saksi polisi. Polisi yang tidak ikut menangkap dimasukkan ke
BAP padahal dia tidak ikut menangkap," ujarnya. Sidang disiplin Propam Polres Jakarta
Pusat menjatuhkan hukuman kepada 4 polisi yang terlibat dalam rekayasa kasus
kepemilikan ganja terhadap pemulung Chairul Saleh ini. Kanit Narkoba Polsek
Kemayoran Aiptu Suyanto didemosi sedangkan penyidik Brigadir Rusli ditunda kenaikan
pangkatnya selama satu tahun. Kemudian Aiptu Ahmad Riyanto ditunda kenaikan
pangkat selama satu tahun, serta dimutasi secara demosi. Dan untuk Brigadir Dicky
ditempatkan ke tempat khusus selama 7 hari. Kini Chairul dapat menghirup udara
kebebasan dan kembali kepada aktivitasnya. Atas putusan ini, Chairul langsung sujud
syukur dan tak kuasa menahan tangis. "Saya puas atas putusan ini. Ternyata masih ada
keadilan di negeri ini," ujar Saleh bersyukur.

Inilah sebuah potret peradilan di Indonesia yang patut jadi sorotan. Masih banyak
kasus hukum lain yang tidak berpihak pada rakyat kecil. Akankah potret buram hukum
Indonesia kembali jernih?
Kasus yang tidak adil :

a) Kasus Mantri Desa Misran

Jakarta - Masih ingat kisah Misran? Dialah mantri desa yang menolong warga Kuala
Samboja, Kalimantan Timur. Tidak hanya mengobati, tapi juga mengubah pola
kesehatan warga menjadi lebih baik. Namun bukannya air susu yang di dapat, tapi air
tuba yang dia peroleh. Air tuba tersebut berupa penjara karena dinilai hakim PN
Tenggarong tidak punya kewenangan memberikan pertolongan layaknya dokter. Dia
dituduh melanggar UU 36\/ 2009 tentang Kesehatan pasal 82 (1) huruf D jo Pasal 63 (1)
UU No 32\/1992 tentang Kesehatan yaitu Misran.Setelah setahun lebih meminta
keadilan ke Mahkamah Konstitusi (MK), akhirnya sore ini akan diketok palu atas nasib
Misran. \\\"Sore ini, jam 16.00 WIB, MK akan memutus permohonan saya,\\\" kata
Misran dalam pesan pendeknya kepada detikcom, Senin (27\/6\/2011).

Putusan PN Tenggarong ini lalu dikuatkan oleh PT Samarinda, beberapa bulan


setelah itu. Merasa dizalimi, 13 mantri pun memohon keadilan ke MK karena merasa
dikriminalisasikan oleh UU Kesehatan. Mereka meminta pasal yang menjadikan mereka
di penjara dicabut karena pasal tersebut bertentangan dengan UUD 1945.

Namun, meski nantinya permohonan Misran dikabulkan, ayah 4 anak tersebut


tetap harus tetap meringkuk di penjara. Meski demikian, jika MK memenangkan, maka
putusan MK akan menguntungkan mantri atau bidan desa di seluruh Indonesia.
Pasalnya, MK telah menghilangkan pasal yang mengkriminalkan petugas medis di
pelosok Nusantara. "Karena putusan MK tidak berlaku surut. Putusan MK atas kasus
Misran hanya berlaku ke depan, tidak berlaku ke belakang," kata pengacara publik LBH
Jakarta, Edy Halomoan Gurning beberapa waktu lalu. Menanggapi anak buahnya
dipenjara, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, menilai pemberian obat
bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan jenis apapun dalam kondisi tertentu. "Memang
dikatakan bahwa dispensing obat itu adalah (tugasnya) tenaga farmasi. Akan tetapi, di
tempat di mana tidak ada tenaga farmasi, dapat dilakukan tenaga kesehatan lainnya,"
ujar Endang. Menkes memang tidak secara tegas membenarkan perbuatan Misran.
Namun, tenaga-tenaga kesehatan yang bertugas di pedalaman kadang-kadang harus
bertindak cepat untuk keselamatan nyawa pasien mereka.
"Mereka para perawat, dokter, yang ada di ujung-ujung itu kadang-kadang harus
melakukan itu, karena pasien datang untuk minta tolong. Jadi kalau itu sifatnya untuk
menolong dan tidak ada tenaga lain tentu saja harusnya itu diperbolehkan," katanya.

b) Nenek mencuri buah senilai kurang dari Rp 10.000,- diganjar penjara 1,5 bulan.

Kasus Nenek Minah asal Banyumas yang divonis 1,5 bulan kurungan pada Agustus
2009 kemarin adalah salah satu contoh ketidakadilan hukum di Indonesia. Kasus ini
berawal dari pencurian 3 buah kakao oleh Nenek Minah. Saya setuju apapun yang
namanya tindakan mencuri adalah kesalahan. Namun demikian jangan lupa hukum juga
mempunyai prinsip kemanusiaan. Masak nenek-nenek kayak begitu yang buta huruf
dihukum hanya karena ketidaktahuan dan keawaman Nenek Minah tentang hukum.

Menitikkan air mata ketika saya menyaksikan Nenek Minah duduk di depan
pengadilan dengan wajah tuanya yang sudah keriput dan tatapan kosongnya. Untuk
datang ke sidang kasusnya ini Nenek Minah harus meminjam uang Rp.30.000,- untuk
biaya transportasi dari rumah ke pengadilan yang memang jaraknya cukup jauh.
Seorang Nenek Minah saja bisa menghadiri persidangannya walaupun harus meminjam
uang untuk biaya transportasi. Seorang pejabat yang terkena kasus hukum mungkin
banyak yang mangkir dari panggilan pengadilan dengan alasan sakit yang kadang
dibuat-buat.

PENUTUP

Kesimpulan

Hukum adalah proses mewujudkan sesuatu yang bernama keadilan, hal ini bisa
dilihat karena semua keadilan dititik beratkan terhadap hukum untuk menjadi proses
penyelesaian suatu konflik yang terjadi di masyarakat. Di Indonesia sendiri segala
sesuatu dititikberatkan terhadap hukum sebagai berkaitan dengan pembukaan Undang-
Undang tahun 1945 pasal 1 ayat (3) berbunyi negara Indonesia adalah negara hukum.
Walaupun begitu proses terwujudnya hal tersebut masih susah sekali jika masih banyak
para pemegang kekuasaan yang semena-mena dalam proses hukum dan membuat
putusan yang tidak adil. Karena banyak buktinya dipemberitaan nasional keputusan
keputusan ini tidak sesuai dan terkesan berat sebelah. Maka ketegasan hukum untuk
mengadili suatu kasus sangat dibutuhkan agar terciptanya keadilan yang sebenar-
benarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fadlil Sumadi. 2015. “Hukum dan Keadilan Sosial dalam Perspektif Hukum
Ketatanegaraan”. Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Detik News. 2011. “Kasus yang menggoncang hukum Indonesia”. https://news


.detik.com/berita/1775253/10-kasus-yang-mengguncang-hukum-indonesia. (Diakses
tanggal 18 November 2017).

Anda mungkin juga menyukai