Anda di halaman 1dari 78

Modul 6

Ilmu Pengetahuan, Teknologi,


dan Seni

Drs. Syaiful Mikdar, M.Pd.

P E N D A H U L U A N

M elalui modul ini Anda akan diajak untuk membahas tentang materi
“Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni” (IPTEKS) menurut ajaran
Islam. Tentu Anda tidak asing dengan istilah IPTEKS, karena akhir-akhir ini
dalam keseharian kita senantiasa mendengar, membaca dan melihat di
berbagai mas media, baik media cetak maupun elektronik banyak
membicarakan tentang IPTEKS. Ada pertanyaan yang menuntut jawaban
Anda setelah mempelajari materi ini yaitu hubungan iman, ipteks dan amal,
apa kewajiban yang dituntut dalam mengamalkan ilmu pengetahuan, dan
tanggung jawab ilmuwan dan seniman.
Untuk mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, Anda mesti
mempelajari terlebih dahulu tentang materi berikut. Materi ini akan dibagi
dalam tiga Kegiatan Belajar (KB).
KB 1: Iman, Ipteks, dan Amal sebagai kesatuan.
KB 2: Kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu.
KB 3: Tanggung jawab ilmuwan dan seniman.

Setelah mempelajari materi ini secara umum Anda diharapkan dapat


memiliki kemampuan untuk menjelaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni. Secara khusus Anda diharapkan memiliki kemampuan untuk
menjelaskan:
1. iman;
2. Ipteks;
3. Amal sebagai kesatuan;
4. kewajiban menuntut ilmu;
5. mengamalkan ilmu;
6. pengertian tanggung jawab;
7. tanggung jawab ilmuwan;
8. tanggung jawab seniman.

6.2 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Kemampuan-kemampuan tersebut sangatlah penting bagi Anda sebagai


mahasiswa, karena tanpa memiliki kemampuan tersebut Anda akan
ketinggalan perkembangan ipteks. Dengan memiliki ketiga kemampuan ini
Anda sebagai mahasiswa akan lebih percaya diri ( self confidence) dan dapat
menemukan penjelasan secara menyeluruh tentang ipteks dalam ajaran
agama Islam.
Agar materi yang dipelajari benar-benar efektif, pada setiap akhir
pembahasan materi disertakan bahan latihan yang harus Anda kerjakan,
dengan disediakan rambu-rambu jawabannya. Setelah Anda mengerjakan
latihan Anda diharapkan pula untuk mempelajari “rangkuman” materi yang
Anda pelajari. Selanjutnya “Tes Formatif” dalam bentuk multiple choice
sebanyak sepuluh soal perlu Anda menjawabnya. Untuk mengetahui benar
tidaknya jawaban Anda, silakan periksa dengan menggunakan kunci jawaban
yang tersedia. Jika jawaban Anda telah mencapai > 80% Anda dapat
melanjutkan ke kegiatan belajar berikutnya.
Untuk memudahkan Anda dalam memahami materi yang dipelajari,
perhatikan hal-hal berikut.
1. Pahami setiap konsep atau prinsip atau prosedur yang disajikan dalam
bagian uraian beserta contoh yang tersedia. Bila ada pertanyaan atau
tugas singkat jawablah atau kerjakan dengan baik.
2. Mantapkan pemahaman Anda melalui refleksi atau pengendapan sendiri
bila perlu diskusikan dengan teman Anda.
3. Manfaatkan pertemuan diskusi kelompok belajar untuk memantapkan
pengertian Anda terutama tentang konsep, prinsip, prosedur yang bagi
Anda masih meragukan.

Selamat belajar!

• MKDU4221/MODUL 6 6.3

KEg I A TA N
B EL A JA R 1
Iman, Ipteks, dan Amal
sebagai Kesatuan

A. IMAN

Ada tiga konsep yang perlu Anda pelajari pada kegiatan belajar ini, yaitu
iman, ipteks dan amal. Ketiga konsep ini dalam kehidupan harus menjadi
sebuah kesatuan. Iman merupakan keyakinan vertikal terhadap sang pencipta
(spiritual), Ipteks merupakan kognisi yang harus kita tuntut agar menjadi
cerdas (rasional) dan amal merupakan dampak dari pengetahuan (Ipteks)
sehingga menjadi sebuah bangunan yang berbentuk perilaku.
Fenomena yang terjadi pada akhir-akhir ini sering Anda dengar istilah
kekerasan (violence), pelecehan (harashmence), bahkan orang berpikir akibat

dari dua hal ini maka muncul bencana di mana-mana (disaster). Boleh-boleh
saja berpikir seperti itu, hal ini menunjukkan adanya sebuah kesadaran
terdapatnya perilaku-perilaku yang melenceng dari keyakinan. Baik kita
mulai dengan konsep pertama yaitu Iman.
Pengertian iman telah Anda pahami pada modul pertama. Namun
alangkah baiknya kita mengingat kembali tentang pengertian iman. Iman
menurut arti bahasa adalah membenarkan dalam hati dengan mengandung
ilmu bagi orang yang membenarkan itu. Sedangkan pengertian iman menurut
syari’at adalah membenarkan dan mengetahui adanya Allah dan sifat-sifat-
Nya disertai melaksanakan segala yang diwajibkan dan disunahkan serta
menjauhi segala larangan dan kemaksiatan. Seperti dikatakan dalam hadits:

Al-imanu ma-rifatun bil-qolbi, wa qoulun bil-lisan, wa amalun bilarkan.


Artinya: Iman adalah mengetahui dengan hati dan mengucapkan dengan lisan
serta melakukan dengan perbuatan dengan anggota tubuh.

Iman adalah keterikatan antara hati (qalbu), lisan, dan arkan. Ma’rifat
artinya mengetahui. Qalbu adalah hati, lisan artinya ucapan, dan arkan
artinya perbuatan.

6.4 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Berdasarkan tafsiran tersebut diketahui, bahwa rukun (struktur) iman


ada tiga aspek yaitu: kalbu, lisan, dan perbuatan. Tepatlah
jika iman
didefinisikan dengan pendirian yang diwujudkan dalam bentuk bahasa dan
perilaku. Jika pengertian ini diterima, maka istilah iman identik dengan
kepribadian manusia seutuhnya, atau pendirian yang konsisten. Orang yang
beriman berarti orang yang memiliki kecerdasan, kemauan, dan
keterampilan.
Kata iman dalam Alquran, pada umumnya dirangkaikan dengan kata
lain. Kata rangkaian itulah yang memberikan nilai tentang sesuatu yang
diimaninya. Jika kata iman dirangkaikan dengan kata-kata yang negatif
berarti nilai iman tersebut negatif. Dalam istilah Alquran, iman yang negatif
disebut kufur. Pelakunya disebut kafir. Berikut ini dikemukakan beberapa
ayat yang mengemukakan kata iman dikaitkan dengan nilai yang negatif .
Kata iman pada ayat tersebut dirangkaikan dengan kata jibti dan taghut,
syaithan dan apa saja yang disembah selain Allah. Kata iman dikaitkan
dengan kata batil (yang tidak benar menurut Allah). QS. Al-Ankabut (29):
51;

Artinya: Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah
menurunkan Kitab kepadamu yang dibacakan kepada mereka?
Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah rahmat dan
peringatan bagi kaum yang beriman.

Adapun kata iman yang dirangkaikan dengan yang positif antara lain;
QS. Al-Baqarah (2): 4;

• MKDU4221/MODUL 6 6.5

Artinya: Orang-orang yang beriman kepada (Alquran) yang diturunkan


kepadamu, juga beriman kepada (kitab-kitab Allah) yang diturunkan
sebelummu serta mereka yakin akan adanya akhirat.

QS. Al-Baqarah (2): 285;

Artinya: Rasul (Muhammad) telah beriman kepada apa yang diturunkan


kepadanya dari Tuhannya, dan (demikian pula) orang-orang yang
beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya, (seraya mereka berkata),
“Kami tidak membeda-bedakan antara seorang (dengan lain)
daripada rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan
kami taat. Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali.

Jika iman diartikan percaya, maka ciri-ciri orang yang beriman tidak ada
yang mengetahuinya kecuali hanya Allah saja, karena yang tahu isi hati
seseorang hanyalah Allah. Karena pengertian iman yang sesungguhnya
adalah meliputi aspek qalbu, ucapan dan perilaku, maka ciri-ciri orang yang
beriman akan dapat diketahui, antara lain:

1. Tawakal
Apabila dibacakan ayat-ayat Allah (Alquran), kalbunya terangsang untuk
melaksanakannya seperti dinyatakan antara lain QS. Al-Anfaal (8): 2;

6.6 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah apabila disebut


(nama) Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka dan
mereka bertawakal kepada Tuhannya.

Tawakkal, yaitu senantiasa hanya mengabdi (hidup) menurut apa yang


diperintahkan oleh Allah. Dengan kata lain, orang yang bertawakal adalah
orang yang menyandarkan berbagai aktivitasnya atas perintah Allah. Seorang
mukmin, makan bukan didorong oleh perutnya yang lapar akan tetapi karena
sadar akan perintah Allah. QS. Al-Baqarah (2): 172;

Artinya: Hai sekalian orang-orang yang beriman, makanlah dari yang baik-
baik yang Kami rezekikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada
Allah jika hanya kepada-Nya kamu menyembah.

Dalam konteks Islam bila makan pada hakikatnya melaksanakan


perintah Allah supaya fisik kuat untuk beribadah (dalam arti luas) kepada-
Nya.

2. Mawas Diri dan Bersikap Ilmiah


Pengertian mawas diri di sini dimaksudkan agar seseorang tidak
terpengaruh oleh berbagai kasus dari mana pun datangnya, baik dari
kalangan jin dan manusia, bahkan mungkin juga datang dari dirinya-sendiri.
QS. An- Nas (114): 1-3;

Artinya: Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara


manusia (1). Yang menguasai manusia (2). Tuhan bagi manusia
(3).”

Mawas diri yang berhubungan dengan alam pikiran, yaitu bersikap kritis
dalam menerima informasi, terutama dalam memahami nilai-nilai dasar

• MKDU4221/MODUL 6 6.7

keislaman. Hal ini diperlukan, agar terhindar dari berbagai fitnah. QS. Ali
Imran (3): 7.
menyatakan sesuatu sikap, sebelum mengetahui terlebih dahulu
permasalahannya, sebagaimana dinyatakan di dalam Alquran antara lain QS.
Al-Israa’ (17) : 36;

Artinya: Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu
padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya akan ditanya.

3. Optimis dalam Menghadapi Masa Depan


Perjalanan hidup manusia tidak seluruhnya mulus, akan tetapi kadang-
kadang mengalami berbagai rintangan dan tantangan yang memerlukan
pemecahan jalan ke luar. Jika suatu tantangan atau permasalahan tidak dapat
diselesaikan segera, tantangan tersebut akan semakin menumpuk. Jika
seseorang tidak dapat menghadapi dan menyelesaikan suatu permasalahan,
maka orang tersebut dihinggapi penyakit psikis, yang lazim disebut penyakit
kejiwaan, antara lain frustrasi, nervous, depresi. Alquran memberikan
petunjuk kepada umat manusia untuk selalu bersikap optimis karena pada
hakikatnya tantangan, merupakan pelajaran bagi setiap manusia. Hal tersebut
dinyatakan dalam Surat Al-Insyirah (94): 5-6. Jika seseorang telah merasa
melaksanakan sesuatu perbuatan dengan penuh perhitungan, tidaklah perlu
memikirkan bagaimana hasilnya nanti, karena hasil adalah akibat dari suatu
perbuatan. Namun Nabi Muhammad menyatakan bahwa orang yang
hidupnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, adalah orang yang merugi dan

jika hidupnya sama dengan hari kemarin berarti tertipu, dan yang bahagia
adalah orang yang hidupnya hari ini lebih baik dari hari kemarin. Jika
optimisme merupakan suatu sikap yang terpuji, maka sebaliknya pesimisme
merupakan suatu sikap yang tercela. Sikap ini seharusnya tidak tercermin
pada dirinya mukmin. Hal ini seperti dinyatakan dalam Surat Yusuf (12) ayat
87, sedangkan sikap putus asa atau yang searti dengan kata tersebut hanya
dimiliki oleh orang-orang kafir. QS. Yusuf (12): 87;

Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf
dan saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat
Allah.

6.8 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum


yang kafir”.
4. Konsisten dan Menepati Janji
Janji adalah hutang. Menepati janji berarti membayar utang. Sebaliknya
ingkar janji adalah suatu pengkhianatan. QS. Al- Maaidah (5): 1;

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sempurnakanlah segala janji.


Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu (larangan-Nya). Tidak dibolehkan berburu ketika kamu
sedang ihram. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum terhadap
apa yang di kehendaki-Nya.

Seseorang mukmin senantiasa akan menepati janji, baik dengan sesama


manusia, Allah maupun ekologinya (lingkungannya). Seseorang mukmin
adalah seorang yang telah berjanji untuk berpandangan dan bersikap dengan
yang dikehendaki Allah. Seorang suami misalnya, ia telah berjanji untuk
bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya. Sebaliknya istri pun
demikian. Seorang mahasiswa, ia telah berjanji untuk mengikuti ketentuan-
ketentuan yang berlaku di lembaga pendidikan tempat ia studi, baik yang
bersifat administratif maupun akademis. Seorang pemimpin berjanji untuk
mengayomi masyarakat yang dipimpinnya. Janji terhadap ekologi berarti
memenuhi dan memelihara apa yang dibutuhkan oleh lingkungannya, agar
tetap berdaya guna dan berhasil guna.

B. ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN SENI (IPTEKS)

1. Ilmu Pengetahuan
Islam sebagai landasan Ilmu Pengetahuan. Menurut konsep umum
(Barat) ilmu (knowledge) adalah pengetahuan manusia mengenai segala
sesuatu yang dapat di indera oleh potensi manusia (penglihatan,
pendengaran, pengertian, perasaan, dan keyakinan) melalui akal atau proses
berpikir (logika). Pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematis
merupakan formula yang disebut ilmu pengetahuan (science). Dalam Alquran
keduanya disebut ''ilmu''.
Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak

hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja,

• MKDU4221/MODUL 6 6.9

melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan dalam ''lauhil mahfudz'' yang


disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah. Perhatikan
Artinya: ''Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Alquran yang mulia.''
(21). Yang (tersimpan) dalam Lauhil Mahfudz.'' (22).

Keterangan Alquran di atas mengisyaratkan, bahwa ilmu Allah itu


melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila
diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu
merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia ( knowledge
and science).
Dengan membaca dan memahami Alquran, manusia pada hakikatnya
akan memahami ilmu Allah serta logika atau proses berpikir yang terkandung
dalam kalam Allah.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan memikul amanah sebagai
khalifah Allah di bumi yang pada dasarnya ditugaskan untuk mengurus,
memelihara, mengembangkan, mengambil manfaat bagi kesejahteraan umat
manusia.
Q.S. Al-Ahzab (33): 73.

Artinya: ''Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan


perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan;
Dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki
dan perempuan. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.''

Untuk melaksanakan tugas ini, maka Allah SWT membekali manusia


dengan potensi-potensi seperti pendengaran, penglihatan, perasaan (qalbu),
pengertian (akal), keyakinan (iman), dan keinginan.

6.10 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Q.S. Ali Imran (3): 14;


apa yang diinginkannya yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah
tempat kembali yang baik (surga)".

Untuk memenuhi keinginan fitrah manusia dalam hidupnya maka


manusia mencari jalan keluar mengatasi permasalahannya dan atau
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menggunakan segala potensi yang
dimilikinya. Dengan akal (logika) manusia menumbuhkan ide dan tata-cara
pencapaiannya sehingga berkembanglah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada hakikatnya perkembangan ini didorong oleh Allah melalui
keinginan. Di samping itu Allah sendiri mendorong dengan perintah dan
rahmat-Nya yang difirmankan dalam Alquran dan melalui As-Sunnah.
Q.S. Faathir (35): 27-28.

Artinya: ''Tidaklah kamu melihat bahwa Allah menurunkan hujan dari langit
lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka
macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis
putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula)
yang hitam pekat (27). Dan demikian (pula) di antara manusia,
binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang
takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama''

(28).

Q.S. Az-Zumar (39): 9.

Artinya: ''(apakah kamu orang-orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah


orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan menghadapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: ''Adakah sama orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?''
Sesungguhnya orang yang berakalah yang dapat menerima
pelajaran.''

• MKDU4221/MODUL 6 6.11

Q.S. Al-Mujaadilah (58): 11;

Artinya: ''Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:


''Berlapang-lapanglah dalam masjid,'' maka lapangkanlah, niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan.
''Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan".

Selain manusia didorong untuk mencari dan menggunakan ilmu, juga dia
diwajibkan untuk menyebarluaskan ilmu.

Q.S. At-Taubah (9): 122;

Artinya: ''Tidaklah sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi


semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap

golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam


pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya".

Bahkan mereka yang menyembunyikan ilmu mendapatkan ancaman


yang keras dari Allah.

Q.S. Al-Baqarah (2): 159, menyebutkan;


Artinya: ''Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan
petunjuk, setelah Kami menerangkan kepada manusia dalam Al-
Kitab, mereka itu dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh semua
(makhluk) yang dapat melaknatinya.''

Q.S. Al-Baqarah (2): 174;


Artinya: ''Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang
sedikit (murah) mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak
menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan
berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan
mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.''

6.12 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Dengan demikian, Islam mendorong para pemeluknya untuk mencari,


menggali, mengembangkan, menggunakan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan. Jelas sudah bahwa Alquran dan As-Sunnah adalah sumber
nilai-nilai kaum muslim untuk berpikir, merasa, dan bertindak.

2. Teknologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai
kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan
berdasarkan proses teknis. Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan
sains untuk memanfaatkan bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia.
Kalau demikian, mesin atau alat canggih yang dipergunakan manusia
bukanlah teknologi, walaupun secara umum alat-alat tersebut sering
diasosiasikan sebagai teknologi. Mesin telah dipergunakan manusia sejak
berabad yang lalu, namun abad tersebut belum dinamakan era teknologi.
Menelusuri pandangan Al-quran tentang teknologi, mengundang kita
menengok sekian banyak ayat Al-quran yang berbicara tentang alam raya.
Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-quran yang berbicara
tentang alam materi dan fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia
untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Secara tegas dan berulang-
ulang Al-quran menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan
Allah untuk manusia..

Artinya: Dan dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi semuanya (sebagai anugerah) dari Nya
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.
(QS. Al-Jaatsiyah 45: 13)

Penundukan tersebut – secara potensial-terlaksana melalui hukum-


hukum alam yang ditetapkan Allah dan kemampuan yang dianugerahkan-
Nya kepada manusia. Al-quran menjelaskan sebagai dari ciri tersebut, antara
lain sebagai berikut.

• MKDU4221/MODUL 6 6.13

a. Segala sesuatu di alam raya ini memiliki ciri dan hukum-hukumnya


Wa kullu syai-in indahu bimiqdaarin

Artinya: Segala sesuatu di sisi-nya memiliki ukuran (QS. Al-Ra’d 13:8)

Matahari dan bulan yang beredar dan memancarkan sinar, hingga


rumput yang hijau subur atau layu dan kering, semuanya telah
ditetapkan oleh Allah sesuai ukuran dan hukum-hukumnya. Demikian
antara lain dijelaskan oleh Al-Qur’an surat Yassin ayat 38 dan Al-A’laa
ayat 2-3.

b. Semua yang ada di alam raya ini tunduk kepada-Nya


Hanyalah kepada Allah–lah tunduk segala yang di langit dan di bumi
secara sukarela atau terpaksa (Al-quran Al-Ra’d 13:15).

c. Benda-benda alam–apalagi yang tidak bernyawa-tidak diberi


kemampuan memilih, tetapi sepenuhnya tunduk kepada Allah melalui
hukum-hukum-Nya. Dijelaskan dalam Al-quran surat Fushishilat
ayat 11.

Di sisi lain, manusia diberi kemampuan untuk mengetahui ciri dan


hukum-hukum yang berkaitan dengan alam raya, sebagaimana
diinformasikan oleh firman-Nya dalam Al-quran surat Al-baqarah ayat 31.
Yang dimaksud nama-nama dalam ayat tersebut adalah sifat, ciri dan hukum
sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam raya.
Adanya potensi itu, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta
ketidakmampuan alam raya membangkang terhadap perintah dan hukum-
hukum Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai
hukum-hukum alam. Karenanya semua itu mengantarkan manusia berpotensi
untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Tuhan. Keberhasilan
memanfaatkan alam itu merupakan buah teknologi. Al-quran memuji
sekelompok manusia yang dinamainya ulil albab. Ciri mereka antara lain
disebutkan dalam surat Ali-Imran 3: 190-191.
Dalam ayat-ayat di atas tergambar dua ciri pokok ulil albab, yaitu
tafakkur dan dzikir. Kemudian keduanya menghasilkan natijah yang
diuraikan pada ayat 195.

6.14 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Natijah bukanlah sekedar ide-ide yang tersusun dalam benak, melainkan


melampauinya sampai kepada pengamalan dan pemanfaatannya dalam
Muhammad Quthb dalam bukunya Manhaj At-Tarbiyah Al-islamiyah
mengomentari ayat Ali-Imran tadi sebagai berikut.
Maksudnya adalah bahwa ayat-ayat tersebut merupakan metode yang
sempurna bagi penalaran dan pengamatan islam terhadap alam. Ayat-ayat itu
mengarahkan akal manusia kepada fungsi pertama di antara sekian banyak
fungsinya, yakni mempelajari ayat-ayat Tuhan yang tersaji di alam raya ini.
Ayat-ayat tersebut bermula dengan tafakur dan berakhir dengan amal.
Lebih jauh ditambahkan bahwa Khalq As-samawatt wal Ardh di samping
berarti membuka tabir sejarah penciptaan langit dan bumi, juga bermakna
memikirkan tentang sistem tata kerja alam semesta. Karena kata Khalq,
selain berarti penciptaan juga berarti pengaturan dan pengukuran yang
cermat. Pengetahuan tentang hal terakhir ini mengantarkan ilmuwan kepada
rahasia-rahasia alam, dan pada gilirannya mengantarkan kepada penciptaan
kepada teknologi yang menghasilkan kemudahan dan manfaat bagi umat
manusia. Jadi dapatlah dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang
dianjurkan Al-quran?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada dua catatan yang perlu
diperhatikan. Pertama, ketika Al-quran berbicara tentang alam raya dan
fenomenanya, terlihat secara jelas bahwa pembicaraannya selalu dikaitkan
dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, QS Al-anbiya 21: 30.
Ayat ini dipahami oleh banyak ulama kontemporer sebagai isyarat
tentang teori “Big Bang” (Ledakan Besar), yang mengawali terciptanya langit
dan bumi. Para pakar boleh saja berbeda pendapat tentang makna ayat

tersebut atau mengenai proses terjadinya pemisahan langit dan bumi. Yang
pasti, ketika Al-quran berbicara tentang hal itu dikaitkannya dengan
kebesaran dan kekuasaan Allah , serta keharusan beriman pada-Nya.
Pada saat mengisyaratkan pergeseran gunung-gunung dari posisinya,
sebagaimana kemudian dibuktikan para ilmuwan, informasi itu dikaitkan
dengan Kemahahebatan Allah SWT, QS Al-Nahl 27: 88.
Ini berarti bahwa sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan
manusia terhadap Kehadiran dan Kemahakuasaan Allah SWT, selain juga
harus memberi manfaat bagi kemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi
Robbik.

• MKDU4221/MODUL 6 6.15

Kedua, Al-quran sejak dini memperkenalkan istilah sakhkhara yang


maknanya bermuara kepada kemampuan meraih dengan mudah dan sebanyak
yang dibutuhkan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari alam raya
melalui keahlian di bidang teknik. Ketika Al-quran memilih kata sakhkhara
yang berarti menundukkan dan merendahkan, maksudnya adalah agar alam
raya dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan
dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia. Karena
manusia sebagai khalifah.
Dari kedua catatan di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi dan hasil-
hasilnya di samping harus mengingatkan manusia kepada Allah, juga harus
mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk
segala yang berada di alam raya ini. Kalaulah alat atau mesin dijadikan
sebagai gambaran konkret teknologi, dapat dikatakan bahwa pada mulanya
teknologi merupakan perpanjangan organ manusia. Ketika manusia
menciptakan pisau sebagai alat pemotong. Alat ini menjadi perpanjangan
tangannya. Alat tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan organ
manusia. Alat itu
sepenuhnya tunduk kepada si pemakai, melebihi tunduknya budak belian.
Kemudian teknologi berkembang, dengan memadukan sekian banyak alat
sehingga menjadi mesin. Kereta, mesin giling dan sebagainya, semuanya
berkembang. Khususnya ketika mesin tidak lagi menggunakan sumber energi
manusia atau binatang, melainkan air, uap, api, angin, dan sebagainya.
Pesawat udara, misalnya adalah mesin. Kini pesawat udara tidak lagi menjadi
perpanjangan organ manusia, tetapi perluasan atau penciptaan organ baru
manusia. Bukankah manusia tidak memiliki sayap yang memungkinkannya
mampu terbang? Tetapi dengan pesawat ia bagaikan memiliki sayap. Alat
atau mesin tidak lagi menjadi budak, tetapi telah menjadi kawan manusia.

Dari hari ke hari tercipta mesin-mesin semakin canggih. Mesin-mesin


ters ebut melalui daya akan manusia digabung-gabungkan dengan yang
lainnya, sehingga semakin kompleks serta tidak bisa lagi dikendalikan oleh
seorang. Tetapi akhirnya mesin dapat mengerjakan tugas yang dulu mesti
dilakukan oleh banyak orang. Pada tahap ini mesin telah menjadi semacam
seteru manusia, atau lawan yang harus disiasati agar mau mengikuti
kehendak manusia. Dewasa ini telah lahir -khususnya di bidang rekayasa
genetika- yang dikhawatirkan dapat menjadikan alat sebagai majikan.
Bahkan mampu menciptakan bakal-bakal majikan yang akan diperbudak dan
ditundukkan oleh alat. Jika begitu, ini jelas bertentangan dengan kedua
catatan yang disebutkan terdahulu. Berdasarkan petunjuk kitab sucinya,

6.16 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

seorang muslim dapat menerima hasil-hasil teknologi yang sumbernya netral


dan tidak menyebabkan maksiat, serta bermanfaat bagi manusia baik
maupun unsur “ruh Ilahi” manusia.
Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang
dari zikir dan tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai
kemanusiaan maka ketika itu bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak,
melainkan kita harus memperingatkan dan mengarahkan manusia yang
menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semula diduga dapat
mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaan sejak dini pula
kehadirannya ditolak oleh islam. Karena itu menjadi suatu persoalan besar
bagi martabat manusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik
demi penciptaan teknologi dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya.

3. Seni
Seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia
yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam
manusia didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apa pun
jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah
yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Di sisi lain, Al-quran memperkenalkan agama yang lurus sebagai agama
yang sesuai dengan fitrah manusia, QS Al-Rum 30: 30.
Adalah merupakan satu hal yang mustahil, bila Allah yang
menganugerahkan manusia potensi untuk menikmati dan mengekspresikan
keindahan, kemudian Dia melarangnya. Bukanlah islam adalah agama fitrah?
Segala yang bertentangan dengan fitrah ditolaknya dan yang mendukung

kesuciannya ditopangnya. Kemampuan berseni merupakan salah satu


perbedaan manusia dengan makhluk lain. Jika demikian, islam pasti
mendukung kesenian selama penampilannya lahir dan mendukung fitrah
manusia yang suci itu, dan karena itu pula islam bertemu degan seni dalam
jiwa manusia, sebagaimana seni ditemukan oleh jiwa manusia di dalam
islam. Tetapi mengapa selama ini ada kesan bahwa islam menghambat
perkembangan seni dan memusuhinya? Jawabannya boleh jadi tersirat dari
informasi berikut.
Diriwayatkan bahwa Umar Ibnul Khaththab -Khalifah kedua- pernah
berkata Umat islam meninggalkan dua pertiga dari transaksi ekonomi karena

khawatir terjerumus ke dalam haram (riba). Ucapan ini benar adanya, dan

• MKDU4221/MODUL 6 6.17

agaknya ia juga dapat menjadi benar jika kalimat transaksi ekonomi diganti
dengan kesenian.
Boleh jadi problem yang paling menonjol dalam hubungan dengan seni
budaya dan islam, sekaligus kendala utama kemajuannya adalah
kekhawatiran tersebut.
Kalau memang seperti itu, mengapa warna kesenian islami tidak tampak
dengan jelas pada masa nabi. Dan para sahabatnya. Bahkan mengapa terasa
atau terdengar adanya semacam pembatasan-pembatasan yang menghambat
perkembangan kesenian? Boleh jadi sebab Sayid Quthb yang berbicara
tentang masa Nabi dan para sahabatnya. Adalah karena seniman, baru
berhasil dalam karyanya jika ia dapat berinteraksi dengan gagasan,
menghayatinya secara sempurna sampai menyatu dengan jiwanya, kemudian
mencetuskannya dalam bentuk karya seni. Nah pada masa Nabi dan
sahabatnya beliau, proses penghayatan nilai-nilai islami baru dimulai, bahkan
sebagian mereka baru dalam tahap upaya membersihkan gagasan-gagasan
jahiliyah yang telah meresap selama ini dalam benak dan jiwa masyarakat

sehingga kehati-hatian amat diperlukan baik dari Nabi sendiri sebagai


pembimbing maupun dari kaum Muslimin lainnya. Atas dasar inilah kita
harus memahami larangan-larangan yang ada, kalau kita menerima adanya
larangan penampilan karya seni tertentu. Apalagi seperti dikemukakan di atas
bahwa apresiasi Al-quran terhadap seni sedemikian besar.
Apakah seni suara (nyanyian) harus dalam bahasa Arab? Ataukah harus
berbicara tentang ajaran Islam? Dengan tegas jawabannya adalah Tidak.
Dalam konteks ini Muhammad Quthb menulis. Kesenian islam tidak harus
berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat langsung, atau anjuran
berbuat kebajikan, bukan juga penampilan abstrak tentang akidah. Seni yang

islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan bahasa yang
indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi tentang
keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan
manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan (Manhaj Al-Tarbiyah Al-islamiyah, 119).
Bagaimana dengan seni budaya asing? Islam dapat menerima semua
hasil karya manusia selama sejalan dengan pandangan islam menyangkut
wujud alam raya ini. Namun demikian wajar dipertanyakan bagaimana sikap
suatu masyarakat dengan kreasi seninya yang tidak sejalan dengan budaya
masyarakatnya? Dalam konteks ini perlu digaris bawahi bahwa Al-quran

6.18 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

pemerintahkan kaum muslimin untuk menegakkan kebajikan, memerintahkan


perbuatan ma’ruf dan mencegah perbuatan yang munkar.
C. AMAL

Padanan kata amal dalam bahasa Indonesia adalah bekerja. Dalam


Alqur’an terdapat 620. kata amal. Pengertian kata amal secara umum adalah
sebuah perbuatan untuk mencapai sesuatu. Namun perbuatan /amal terdiri
dari amal baik dan amal buruk. Amal baik sesuai perintah, sedangkan amal
buruk adalah perbuatan yang dilarang. Perbuatan yang sesuai dengan
perintah ajaran agama disebut ibadah. Ibadah terdiri dari ibadah mahdhoh dan
ghair mahdhoh. Ibadah mahdhoh yang berkaitan dengan kewajiban sebagai
seorang muslim/mukmin seperti shalat, zakat, puasa dan menunaikan ibadah
haji. Sedangkan ibadah ghair mahdhah adalah ibadah dalam bentuk
kebajikan-kebajikan dalam kehidupan antar sesama manusia. Seperti dalam
hadits dikatakan: bekerjalah untuk dunia seperti orang yang tidak orang yang

akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhirat seperti orang yang akan
mati besok hari. Artinya bahwa umat islam harus bekerja keras. Namun
dalam kehidupan ini ternyata tidak cukup hanya mengandalkan bekerja keras
akan tetapi kita dituntut untuk bekerja cerdas (intelligence). Inilah fungsi dari
ilmu pengetahuan yang mendorong kita untuk bekerja dengan penuh
perhitungan. Konsep kerja keras dan cerdas belum memenuhi syarat untuk
mendapat ridha Allah, tetapi harus dibarengi dengan konsep keikhlasan.
Sikap ikhlas akan terwujud mana kala seseorang memiliki keimanan yang
kokoh. Jadi seseorang yang memiliki keimanan perlu ditopang oleh ilmu
pengetahuan sehingga akan terwujud sebuah perbuatan yang dituntut oleh
ajaran, ilmu amaliyah dan amal ilmiah.
Ada 4 hal pandangan islam dalam etos kerja yaitu:
1. Niat (komitmen) sebagai dasar nilai kerja.
2. Konsep ihsan dalam bekerja.
3. Bekerja sebagai bentuk keberadaan manusia.
4. Orang mukmin yang kuat lebih disukai.
Pembahasan mengenai pandangan islam tentang bekerja dapat dimulai
dengan usaha menangkap makna sedalam-dalamnya sabda nabi yang amat
terkenal bahwa nilai setiap bentuk kerja itu tergantung kepada niat-niat yang
dipunyai pelakunya.

• MKDU4221/MODUL 6 6.19

L A T I H A N
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan secara umum apa yang dimaksud dengan iman?


2) Mengapa Islam menganjurkan untuk mempelajari ilmu pengetahuan
selama hidup di dunia?
3) Bagaimana pandangan islam terhadap perkembangan teknologi?
4) Mengapa ada kesan bahwa islam tidak mendukung perkembangan seni?
5) Bagaimana menurut pendapat Anda bahwa iman, ipteks dan amal
merupakan kesatuan?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Pelajari bagian penjelasan tentang iman.


2) Pelajari bagian penjelasan tentang ilmu pengetahuan.
3) Pelajari kembali bagian penjelasan tentang teknologi.
4) Pelajari kembali tentang penjelasan perkembangan seni.
5) Ungkapkan pemahaman Anda setelah mempelajari kegiatan belajar ini.

R A N G K U M A N

Iman menurut arti bahasa adalah membenarkan dalam hati dengan


mengandung ilmu bagi orang yang membenarkan itu. Sedangkan

padenangyeratiaAnlliamhandamn ensiufraut-t s si fya t r- iN’ayta dailsaehrtami


emebleankasraknankadnansemgeanlageyt ahnugi
diwajibkan dan disunahkan serta menjauhi segala larangan.
Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu
tidak hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science)
saja, melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan dalam lauhil mahfudz yang
disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu
melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri.
Jadi bila diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa
Alquran itu merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan
manusia (knowledge and science).

6.20 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan


seseorang dari zikir dan tafakur serta mengantarkannya kepada
keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan maka ketika itu bukan hasil
teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan
dan mengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil
teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri
dan tujuan penciptaan sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh islam.
Karena itu menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia
mengenai cara memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan
teknologi dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya.
Kesenian islam tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus
berupa nasihat langsung, atau anjuran berbuat kebajikan,bukan juga
penampilan abstrak tentang akidah. Seni yang islami adalah seni yang
dapat menggambarkan wujud ini dengan bahasa yang indah serta sesuai
dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi tentang keindahan
wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan manusia yang
mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan (Manhaj Al-Tarbiyah Al-islamiyah, 119).

A da 4 h l p a n d an g n
sebag a i d as ar n i la i k er ja ,
is la m d a l am et o s k erj a y a i t u : N i a t
K o n se p i h san d a la m b e k e r j a , Be k
(ko m i t m e n )
e r j a s e b a g a i bentuk keberadaan manusia, dan Orang mukmin
yang kuat lebih disukai.

T E S F O R M A T I F 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Meyakini dengan hati dan mengucapkan dengan lisan serta melakukan
dengan perbuatan dengan anggota tubuh adalah merupakan pengertian
dari ....
A. islam
B. ihsan
C. iman
D. amal

2) Jika iman didefinisikan dengan pendirian yang diwujudkan dalam


bentuk bahasa dan perilaku, maka istilah iman identik dengan ....
A. kepribadian manusia seutuhnya, pendirian yang konsisten, dan
memiliki kecerdasan, kemauan dan keterampilan
B. kepribadian manusia yang memiliki kecerdasan, kemauan dan
keterampilan
C. kepribadian manusia yang memiliki kecerdasan

D. kepribadian manusia dan memiliki kecerdasan

• MKDU4221/MODUL 6 6.21
3) Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak
hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja,
melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan dalam ''lauhil mahfudz'' yang
disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah. Hal ini
tercantum dalam Alquran ....
A. Surat Al-Buruj 21-22
B. Surat Al-Baqarah 21-22
C. Surat Al-Maidah 21-22
D. Surat Al-Haj 21-22

4) Selain manusia didorong untuk mencari dan menggunakan ilmu, juga dia
diwajibkan untuk menyebarluaskan ilmu, hal ini terdapat dalam Alquran
surat ....
A. At-Taubah 122
B. Al-Baqarah 122
C. Al-Maidah 122
D. Ali Imran 122

M M e n ur u t s eb ag i u la m a ,
5) f en o m e n an y a, d an ya n g m e
y a n g b e r b ic ar t e n ta g al am m t e r
m e r in ta h k a n m anu s i a un tuk m eng eta h u i dan
memanfaatkan alam ini sebanyak ....
A. 750 ayat Al-quran
B. 700 ayat Al-quran
C. 650 ayat Al-quran
D. 600 ayat Al-quran

6) Kata sakhkhara dalam Alquran yang berkaitan dengan penjelasan


fenomena alam, diartikan dengan padanan kata ....
A. menjelaskan
B. menundukkan
C. memberikan
D. mengingatkan

7) Menurut pandangan Islam ilmu mencakup ....


A. ilmu Allah yang disampaikan kepada manusia melalui Alquran
B. pengetahuan dan ilmu
C. ilmu Allah yang disampaikan kepada manusia melalui Alquran dan
As-Sunnah
D. ilmu Allah yang disampaikan kepada manusia melalui Alquran, As-
Sunnah pengetahuan (knowledge), dan ilmu (science)

6.22 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

8) Seni islam dijelaskan oleh Muhammad Quthb dalam Manhaj At-


Tarbiyah Al-islamiyah adalah ....
A. ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang
alam, hidup, dan manusia yang mengantar menuju pertemuan
sempurna antara kebenaran dan keindahan
B. ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi alam, hidup, dan manusia
C. ekspresi yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara
kebenaran dan keindahan
D. ekspresi menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan

9) Padanan kata amal dalam bahasa Indonesia adalah ....


A. berpikir
B. bekerja
C. beribadah
D. berzikir

10) Kata amal dalam Alquran terdapat ....

BA. 62260 kata


C. 120 kata
D. 126 kata

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang

belum dikuasai.

• MKDU4221/MODUL 6 6.23

KEg I A TA N
B EL A JA R 2
Kewajiban Menuntut dan
Mengamalkan Ilmu

ada kegiatan belajar dua ini Anda akan diajak untuk mempelajari tentang
P “Kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu”. Ada dua pertanyaan
yang harus Anda jawab, jika kedua pertanyaan tersebut dapat Anda jawab
berarti Anda sudah memahami materi kegiatan belajar ini. Kedua pertanyaan
ini sebagai berikut.
1. Mengapa diwajibkan menuntut ilmu pengetahuan?
2. Bagaimana mengamalkan ilmu pengetahuan?

Agar kedua pertanyaan ini dapat Anda jawab dengan baik, kegiatan
belajar ini dibagi menjadi dua bagian yaitu: Kewajiban menuntut ilmu
pengetahuan dan kewajiban mengamalkan ilmu pengetahuan.
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, Anda diharapkan dapat
menjelaskan kewajiban menuntut Ilmu Pengetahuan dan kewajiban
mengamalkan Ilmu Pengetahuan menurut ajaran islam.
Secara lebih khusus setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini dengan
baik, Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan kewajiban menuntut ilmu pengetahuan;
2. menjelaskan kewajiban mengamalkan ilmu pengetahuan.

Agar materi yang dipelajari benar-benar efektif, pada akhir pembahasan


materi disertakan bahan latihan yang harus Anda kerjakan, dengan disediakan
rambu-rambu jawabannya. Setelah Anda mengerjakan latihan Anda
diharapkan pula untuk mempelajari “rangkuman” materi yang Anda pelajari.
Selanjutnya “Tes Formatif” dalam bentuk multiple choice sebanyak sepuluh
soal perlu Anda menjawabnya. Untuk mengetahui benar tidaknya jawaban
Anda, silakan periksa dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.
Jika jawaban Anda telah mencapai > 80% Anda dapat melanjutkan ke
kegiatan belajar berikutnya.

6.24 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

A. KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU PENGETAHUAN

Salah satu perintah Allah bagi hamba-hamba-Nya ialah kewajiban


menuntut ilmu pengetahuan sebagaimana yang tersurat dalam Al-quran Surat
At-taubah QS. 9: 122;

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.

Pengertian yang kita petik dari ayat ini bahwasanya menuntut ilmu
pengetahuan adalah suatu perintah (amar) sehingga dapat dikatakan suatu
kewajiban. Yang dimaksud ilmu pengetahuan di sini adalah ilmu agama.
Akan tetapi harus kita sadari bahwa agama adalah merupakan pedoman bagi
kebahagiaan dunia akhirat, sehingga ilmu yang tersimpul dalam agama tidak
semata ilmu yang menjurus kepada urusan ukhrawi, tetapi juga ilmu yang
mengarah kepada duniawi.
Dengan kata lain bahwa Allah mewajibkan kepada hamba-Nya untuk
menuntut ilmu pengetahuan tentang urusan keduniaan sepanjang tidak
bertentangan dengan ajaran agama, yakni untuk kebahagiaan dan
kemaslahatan. Pengertian ini kita dasarkan atas kenyataan bahwa dunia
merupakan ajang perjuangan hidup dan kehidupan dalam menghadapi
persoalan yang harus dipecahkan dan memerlukan kontribusi ilmu
pengetahuan.

• MKDU4221/MODUL 6 6.25

Alquran surat Al-Mujaadilah, QS. 58: 11;


Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.

Orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang dibarengi dengan iman


diberikan derajat atau status. Namun dibalik itu dituntut mampu berpikir
dalam memecahkan persoalan kehidupan.
Dalam kaitannya manusia sebagai makhluk berpikir (Ulil al-bab).
Berpikir merupakan kegiatan psikis manusia. Dengan berpikir diharapkan
manusia mampu menghadapi permasalahan hidupnya. Kualitas berpikir, akan
menentukan kualitas manusia. Berpikir ilmiah merupakan metode berpikir
kontemporer. Bagaimana konsep berpikir ilmiah dalam perspektif ajaran
Islam?
Di dalam Al-quran terdapat sejumlah ayat yang bernada mencibirkan
orang-orang yang tidak mau berpikir atau menggunakan akalnya. Sebaliknya
orang-orang yang berpikir atau menggunakan akalnya dikelompokkan
sebagai orang yang bersikap terpuji. Orang-orang yang tidak menggunakan
akalnya identik dengan orang-orang kafir. Menurut hasil penelitian Abdu al-
Baqy (1945), ada 50 ayat yang tersebar di beberapa surat dalam Alquran
yang menjelaskan tentang hal itu. Di antara ayat-ayat yang mencela orang-
orang yang tidak menggunakan akalnya (laa ya'qiluun) seperti: Al-Hasyr
(59): 14; Al-Hujuraat (49): 4; Az-Zumar (39): 43; Yaa Siin (36): 68; Al-
Ankabut (29): 63. Sementara pujian terhadap orang yang menggunakan

6.26 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

akalnya (ya'qiluun) di antaranya: Al-Jaatsiyah (45): 5; Ar-Ruum (30): 24 dan


28; Al-Ankabut (29): 35; dan Al-Hajj (22): 46.
Salah satu dari sekian ayat tersebut yaitu surat Al-Furqaan: 43-44 dinukil
secara utuh berikut ini. QS. Al-Furqaan (25): 43 – 44;

Artinya: Bukankah Anda telah mengetahui tentang orang yang menjadikan


hawa nafsunya sebagai tuhannya. Apakah kamu mau menjadi
pemimpin atasnya (43)? Atau apakah kamu mengira bahwa
kebanyakan mereka itu mendengar atau menggunakan akalnya?
Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)” (44).

Pada ayat tersebut, dikemukakan bahwa agar orang-orang mukmin tidak


terpesona dengan sekelompok orang yang menjadikan subjektif atau egonya
sebagai ilah (motivator/penggerak). Mereka yang demikian itu dinyatakan
sebagai model manusia yang tidak memerankan pendengaran dan akalnya.
Dengan nada tandas dan lugas Allah menegur orang yang tidak berpikir
dengan teguran yang cukup pedas. Mereka itu dinyatakan sebagai binatang
piaraan atau ternak, bahkan lebih dari itu. Berangkat dari landasan pijak
tersebut, maka berpikir merupakan suatu keharusan bagi setiap orang yang
mau menggapai mahligai kehidupan terhormat. Orang yang menghalangi
atau melarang berpikir adalah menggiring manusia ke lembah kebinatangan,
berarti mereka itu musuh Allah, dan manusia.
Berpikir artinya mengingat atau mencermati sesuatu. Ingat artinya sadar
lawannya adalah lupa. Ingatan berarti kesadaran. Mengingat artinya
mengerahkan potensi saraf untuk merangkai kesan yang diperoleh dari hasil
pengamatan melalui indra yaitu penglihatan, pendengaran, perasaan indrawi,
perabaan, dan penciuman. Berpikir ilmiah berarti membangkitkan ingatan
atau kesadaran untuk mengingat sesuatu berdasarkan kesadaran ilmu.
Tinjauan etimologi akan menjawab secara lugas bahwa istilah ilmu
berasal dari Alquran. Tentang pengertian ilmu secara ilmiah, pengusutannya
dimulai dari data empirik di mana kata tersebut ditemukannya. Setelah itu

diamati dalam arti, dicermati pengertiannya, baik dari tinjauan morfologi

• MKDU4221/MODUL 6 6.27

maupun tinjauan sintaksis. Secara morfologi kata ilmu adalah masdar (dasar
kata). Kata-kata di dalam Alquran yang berkonotasi sebagai bentukan dari
kata tersebut adalah alima-ya'lamu (fi'il mudharri’), atau menjadi allama-
yu'allimu (fa’il mazid), aalimun (isim fa’il), ’alim (sifat musyabbahah),
allaam (mubalaghah), dan lain-lain. Di dalam Alquran terdapat lebih kurang
770 ayat yang secara redaksional mengungkapkan kata-kata ilmu dan yang
berkonotasi dengan itu. Untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam
tulisan ini, hanya diangkat beberapa ayat saja. Salah satunya sebagai berikut.
QS. Ar-Rahmaan (55): 1-2.

Artinya: Ar-Rahmaan (Allah), Dialah yang mengilmukan (mengajarkan)


Alquran.

Ayat tersebut secara lugas diartikan bahwa Alquran adalah ilmu. Jika
Alquran diyakini sebagai wahyu, maka ilmu adalah wahyu. Wahyu adalah
sederetan informasi dari Allah kepada manusia melalui Rasul-Nya, tentang
apa, dan bagaimana seharusnya manusia itu. Selanjutnya Allah berfirman:
QS. Ar-Rahmaan (55): 3-15.

Artinya: Telah menciptakan manusia (3), telah mengajarnya pandai berbicara


(4). Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan (5) dan
tumbuh-tumbuhan serta pohon-pohonan, keduanya tunduk kepada-
Nya (6). Langit ditinggikan-Nya dan neraca (keadilan) diletakkan-
Nya (7) supaya kamu jangan melampaui batas pada neraca itu (8).

Dan tegakkanlah timbangan dengan adil dan janganlah kamu

6.28 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

mengurangi neraca itu (9). Dan bumi diletakkan-Nya bagi makhluk


(10), padanya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai
kelopak (mayang) (11). Dan biji-bijian yang berkulit dan harum
(12). Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
(13) Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar
(14). Dan Dia menciptakan jin-jin dari nyala api (15).

Berpikir ilmiah dinyatakan dalam beberapa ayat antara lain hidup


manusia bukan hanya menatap masa kini, melainkan masa depan. Berpikir
yang hanya terfokus pada masa kini tanpa mempertimbangkan masa depan
merupakan ciri khas orang-orang kafir. Salah satu di antara pertimbangan
yang diajukan dalam Alquran tentang waktu sekaligus tempat, bahwa
karakteristik ayat-ayat Alquran penekanannya dibedakan antara periode
Makkiyah (ayat-ayat Alquran yang diturunkan ketika nabi di Makkah)
maupun Madaniyah (ayat-ayat Alquran yang diturunkan ketika nabi di
Madinah). Pertimbangan lain berkaitan dengan kemampuan yang dinyatakan

dalam surat Al-Baqarah (2):286, bahwa Allah tidak membebani seseorang


kecuali sesuai dengan tingkat kemampuannya. Tentang prinsip manfaat
dikemukakan dalam banyak ayat antara lain. QS. Al-Israa’ (17): 26-27.

Artinya: Dan berilah kepada kerabat-kerabat akan haknya, (juga kepada)


orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah
engkau boros (26). Sesungguhnya orang-orang yang boros adalah
saudara-saudara setan, dan adalah setan itu sangat ingkar kepada
Tuhannya (27).

Berpikir integratif artinya mencermati sesuatu permasalahan secara utuh


dan menyeluruh. Landasan berpikir integratif yaitu keterkaitan antara sebab
dan akibat. Maksudnya, sesuatu sebab akan menimbulkan berbagai akibat,
dan setiap akibat pada gilirannya akan menjadi penyebab. Manfaat berpikir
integratif adalah menumbuhkembangkan kecermatan dalam menanggapi
setiap permasalahan, dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan

• MKDU4221/MODUL 6 6.29

yang terjadi. Sikap yang demikian itulah yang disebut dengan fathanah
(cerdas).
Berpikir integratif ilmiah pokok-pokoknya antara lain sebagai berikut.
a. Mempertimbangkan berbagai kemungkinan baik dari segi tekstual
maupun kontekstual tentang data, baik secara harfiah maupun
maknawiyah, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
b. Mencermati keutuhan dan kelengkapan data, baik data primer maupun
data sekunder.
c. Mempertimbangkan konsekuensi terhadap berbagai kemungkinan yang
terjadi akibat dari sikap atau perbuatan yang dilakukan sebagai bahan
perbandingan dalam menganalogi kesimpulan yaitu kesan yang
dihasilkan.

Landasan berpikir integratif ilmiah, antara lain seperti dikemukakan pada


surat Al-Qiyaamah (75): 16-25, bahwa dalam mencermati informasi guna
memperoleh kesan tentang Alquran harus dipahami bahwa Alquran adalah

satu komponen integral ilmiah yang utuh dan terpadu. Satu sama lain saling
melengkapi dan menjelaskan. Sebab itu keutuhan menjadi bahan
pertimbangan dalam menyimpulkan makna tentang Alquran (Perhatikan pula
sabda Rasul yang menegaskan bahwa ayat Alquran satu sama lain saling
jelas-menjelaskan). Lebih jelas tentang uraian berpikir integratif
dikemukakan pada pokok bahasan pendekatan integratif tekstual dan
kontekstual dalam tafsir Alquran.
Berpikir objektif berarti mengingat atau mencermati kesan tentang
sesuatu sebagaimana adanya, dalam arti tidak mengada-ada. Jika yang
diamati suatu benda, maka kesan yang disimpulkan adalah sesuai dengan

y y n n g d ip e r o le h
d da l la m b e r p ik i r
d a r i b e n d y an g d i a m at i ny a it u. J i k a y a n g
a d a l a h u c ap an s es e o r an g , m ak a k e s a n y a n g
d i ja d ik a n o b j e k
o b j ek ti f a d a l a h yang sesuai dengan ucapan orang yang
dimaksud. Dengan demikian, penekanan objektif pada berpikir, fokusnya
adalah kesahihan atau validitas data, bukan pada kesan atau tafsiran data
sebagai hasil berpikir. Alur berpikir objektif dikatakan ilmiah apabila rujukan
data benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
Berpikir objektif dengan bidang keilmuan (Alquran), mempunyai data
yang objektif yang bersumber dari Alquran dan atau Sunnah Rasul. Rujukan
yang menjadi mazhab atau tempat pengambilan tentang Alquran adalah Mus-
haf, paling tidak objektivitas data mampu menjawab pada surat apa dan ayat

6.30 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

berapa data tersebut ditemukan dan bagaimana konkret atau kelengkapan


datanya. Jika Sunnah Rasul, maka harus mampu menjawab apa haditsnya,
dari mana hadits itu diambil, sahih atau tidak.
Berpikir objektif berarti berpikir sebagaimana adanya tanpa menambah
atau mengurangi. Karakteristik berpikir objektif ilmiah seperti ini adalah
yang dicerminkan oleh Rasulullah sebagai seorang yang siddiiq (jujur). Ia
sebagai penyampai wahyu yang tidak memerankan subjektifnya. Sebaliknya,
para oposan, mereka menjadikan subjektifnya sebagai penentu. Hal yang
diperlukan dan menguntungkan buat mereka diungkapkannya panjang lebar,
sebaliknya yang tidak menguntungkan (walau salah) disembunyikan atau
dibuangnya. Untuk itu, berpikir objektif memerlukan kecermatan integratif.
Berpikir logis adalah berpikir dengan menggunakan akal atau pikiran.
Berpikir ilmiah pada dasarnya pengambilan kesan didukung dengan kaidah-
kaidah berpikir umum, dan hasilnya dapat diterima dengan akal. Apabila
kesan yang diperoleh dari informasi tidak dapat diterima oleh kaidah berpikir
rasional, maka struktur saraf manusia tidak akan menerimanya. Karena itu,

jika ada kesan tentang informasi dari telaah ayat atau hadits yang tidak sesuai
dengan kaidah berpikir umum, kemungkinan artinya harus dipahami sebagai
bahasa kiasan. Contohnya kandungan kalimat "lihatlah sekuntum melati dan
kumbang sedang bermesraan, keduanya saling memadu janji untuk hidup
bersama". Jika kata melati dipahami sebagai bunga dan kumbang sebagai
hewan, maka kaidah berpikir umum sulit untuk menerimanya, karena antara
kumbang dan melati tidak mungkin memadu janji. Atas dasar itu, yang
dimaksud dengan melati dan kumbang adalah seorang gadis dan seorang
pemuda (bahasa kiasan).
Dalam kaitannya dengan karakteristik berpikir ilmiah, rasional akan

b e r b e ntu r de n g
p a h a m y ang b e t e o tr a dis i o na l
b a ah a p a p u n s
a n d o k tr i
r k ey a k in a n lo g is j a b ar iy a h ( f a t ali s m e), y a i t u
w a e r b a m u n g k i n , j ik a T u h a n
menghendaki. Kumbang (hewan) atau melati (bunga) mungkin saja bisa
berbicara kalau Tuhan menghendakinya. Doktrin semacam ini, jelas menolak
karakteristik berpikir rasional. Dalam tinjauan Islam, jika konsekuen dengan
Alquran semestinya keyakinan tersebut tidak akan muncul dan jika ada harus
segera dikubur, karena bertentangan dengan prinsip berpikir sebagaimana
telah dikemukakan pada uraian terdahulu. Ingat kembali, bahwa
menggunakan akal merupakan tuntutan dari Allah.
Dari beberapa ciri berpikir ilmiah tersebut, ada hal pokok yang perlu
dicermati oleh setiap pemikir, yaitu mengapa manusia berpikir apa dan untuk

• MKDU4221/MODUL 6 6.31

apa; serta bagaimana; dari mana dan kapan berpikir harus dilakukan.
Kesemuanya dalam rangka memenuhi jawaban, yaitu "memenuhi perintah
Allah”, guna mempertahankan eksistensi manusia sebagai makhluk yang
termulia. Bukankah kodrat penciptaan manusia menurut asalnya sebagai
makhluk yang terhormat? Bukankah dari posisinya itu boleh jadi berbalik
menjadi makhluk yang terhina. Perhatikan firman Allah berikut ini. QS At-
Tiin (95): 4-6;

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk


yang sebaik-baiknya bentuk (4). Kemudian Kami mengem-
balikannya kepada yang serendah-rendahnya (5), kecuali orang-
orang yang beriman dan beramal saleh, maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya (6).

B. MENGAMALKAN ILMU

Manusia dituntut untuk menuntut ilmu, dan hukumnya wajib. Jika tidak
menuntut ilmu berdosa. Selain hukum tersebut menuntut ilmu bermanfaat
untuk mencapai kecerdasan atau disebut ulama (orang yang memiliki ilmu).
Namun di balik itu, orang yang memiliki ilmu (ilmuwan) akan berdosa jika
ilmunya tidak diamalkan. Dalam Al-quran terdapat 620 kata amal.
Dalam kaitannya dengan orang yang beriman harus didasarkan pada
pengetahuan (al-ilm) dan direalisasikan dalam karya nyata yang bermanfaat

bagi kesejahteraan dunia dan akhirat, tentunya amal yang dibenarkan oleh
ajaran agama (amal saleh). Dengan demikian amal saleh merupakan aspek
penting jika dilihat dari segi praktis. Dalam Al-quran kalimat amal saleh (al-
amal shalihat) sering dikaitkan dengan iman, misalnya QS A-Ashr (103: 3);

6.32 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •


Artinya: 1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasihat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasihati supaya menetapi kesabaran.

Sasaran ayat di atas bukan manusia secara keseluruhan, sebab pemakaian


kata yang digunakan adalah al-insan, menggunakan huruf ta’rif (al)
sebenarnya dapat mencakup satu per satu manusia, namun dalam hal ini
menjelaskan bahwa yang dituju ayat tersebut adalah hanya manusia yang
berakal dan baligh (dewasa), bukan anak-anak dan yang tidak berakal.

Sedangkan kata amanu adalah orang-orang yang membenarkan (tashdiq)


bahwa dalam diri manusia terdapat potensi baik dan buruk (wa shoddaqo bil-
husna), beri’tikad (wa i’tiqadu) dengan keyakinan yang benar dan mampu
membedakan antara yang utama dan yang hina, serta teguh dengan pendirian
dan keimanannya dengan realisasi perbuatan nyata (amal shaleh).
Adapun yang disebut amal saleh, adalah perbuatan yang dipandang baik
menurut penjelasan wahyu dan perbuatan yang mengandung manfaat bagi
individu maupun kelompok serta jauh dari akibat yang menyengsarakan
sesuai dengan pertimbangan akal. Amal saleh yang didasarkan pada iman dan
ilmu harus sesuai dengan akal (dalil’aqliy) yang dikaitkan dengan alam

e m p i r ik , s e h in g ga ke m a nf at n
m e y a k in k a n . D i sam p in g am al
p e r bu a t an t e r se b u t d a p at d i k e ta h i c a r a
s a le h i t u di u k u r d e n g a n ak a l , h a ru s se s u a i
dengan ketentuan naqliy (Alquran dan Hadits).
Uraian di atas dapat dipahami, bahwa dalil yang dianggap pasti (dalil
qath’i) adalah dalil akal yang digunakan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dari obyek empirik. Di samping akal juga harus didasarkan pada
naqliy (wahyu), sesuai pemahaman akal. Pemanfaatan dua dalil tersebut
dapat dimanfaatkan untuk memperoleh kebenaran iman yang diwujudkan
dengan amal saleh.

• MKDU4221/MODUL 6 6.33

Orang yang beriman dan diwujudkan dengan amal saleh adalah


merupakan manifestasi dari makhluk yang terbaik, sebagaimana tersebut
pada QS. 98: 7;
Artinya: Sesungguhnya orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh
mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.

Orang-orang yang beriman (alladzina amanu) adalah orang-orang yang


menerima pancaran sinar petunjuk, meyakini dengan teguh terhadap apa yang
dikatakan (Muhammad) dan membenarkan terhadap orang yang
membawanya, yakni Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan kalimat mereka beramal saleh (wa’amilual-Shalihat)
merupakan realisasi keyakinan yang benar dan dihasilkan dari kebenaran
pengetahuan yang merasuk dalam pribadi, sehingga dapat dipegang teguh.
Adapun jenis amal saleh dapat berupa penyerahan diri untuk
memperjuangkan kebenaran, memanfaatkan harta dalam memenuhi

keperluan yang baik, menunaikan ibadah yang telah ditentukan, ikhlas dalam
berbagai macam tingkah laku yang baik dan sejenisnya.
Akhirnya ayat di atas disebutkan ulaika hum khair al al-bariyyat bahwa
orang-orang mukmin yang saleh dan berbuat kebajikan itu adalah paling
utama ciptaan Allah, karena mereka mau mengikuti kebenaran yang
ditemukan dengan wujud amal saleh. Dengan perbuatan yang baik tersebut,
berarti ia mempertahankan kemuliaan martabat yang telah diberikan oleh
Allah semenjak awal di ciptakan-Nya, yakni hidup sebagai teladan yang
dapat menunjukkan manusia kepada kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan
akhirat.

B e rp ij a k d a r i u ra
berim a n p a d a a y a t d i
i n di at a s da p a t d i pa h a m i ,
at as ad a l ah m e r e k a y a n g m
b a hw a ya n g d i m a k s u d o r a n g
a u m em p e rg u n a k a n a k a l n y a untuk memahami wahyu
sebagai petunjuk, mempercayai Muhammad sebagai pembawa wahyu yang
benar, di dasarkan pada pengetahuan yang benar (ma’rifat al-haqq) akan
menumbuhkan tingkat kepercayaan yang mendalam, sehingga dapat
mendorong beramal saleh bagi kesejahteraan yang hakiki.
Orang yang beramal saleh sebagai wujud ketakwaan akan dapat
mencapai kebahagiaan, sebagaimana firman Allah pada Q.S.92: 5-7;

6.34 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •


Artinya: Adapun orang-orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan
bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),
maka kelak kami yang menyiapkan baginya jalan yang mudah.
Kata wa al-taqa, maksudnya ialah orang yang takut melakukan
perbuatan buruk yang dapat berakibat membahayakan manusia dan
mengekang diri dari perbuatan buruk, baik lahir maupun batin, serta menjaga
dirinya melakukan perbuatan dosa. Sedangkan kalimat wa shaddaqa bi al-
husna berarti suatu keyakinan yang baik, yakni, meyakini kebenaran atas
keutamaan amal saleh, dapat membedakan keutamaan dan kehinaan
perbuatan terpuji dan keji, dan meyakini bahwa potensi baik dan buruk itu
dimiliki manusia, serta mengakui bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk
melaksanakan perbuatan yang baik dan membenci terhadap keburukan.
Sesuai firman Allah Q.S. 91: 8, yakni Allah memberi potensi akal kepada
manusia untuk dapat membedakan antara yang baik dan meninggalkan yang
buruk, Perbuatan buruk termasuk (al-fujur), sedangkan perbuatan baik

termasuk (taqwa), sesuai pula dengan Q.S. 90: 10.


Kesimpulannya, bahwa orang yang beramal saleh akan mendapatkan
kesuksesan hidup lahir dan batin, selalu dekat kepada Allah dan bermanfaat
bagi dirinya sendiri maupun semua makhluk yang ada di muka bumi. Orang
yang bertakwa dalam beberapa tingkatan, sebagaimana dalam Q.S.92: 17.
Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu.
Dalam ayat memberikan penjelasan yang cukup panjang, antara lain
disebutkan, bahwa manusia itu dibagi dalam beberapa bagian.
1. Kelompok orang-orang yang baik (al-abrar), yaitu orang yang diberikan
kenikmatan akal oleh Allah, serta memiliki kebeningan keyakinan,
sehingga kekuatan tersebut dapat menjauhkan mereka dari perbuatan
buruk, baik secara lahir maupun batin, selalu berbuat dalam kebaikan
yang besar maupun yang kecil, tidak berbuat kesalahan yang dapat
mengurangi amal baiknya. Orang tersebut digolongkan ke dalam
peringkat pertama.
2. Kelompok yang berada pada tingkat kedua, yakni orang yang terkadang
mengikuti keinginan nafsunya, kemudian mereka terperosok dalam
perbuatan dosa, lupa melaksanakan kewajiban, namun kemudian
kesadarannya tumbuh, akhirnya mereka bertaubat dan menyesali
perbuatan dosa yang dilakukan. Kelompok pertama dan kedua
digolongkan orang-orang yang bertakwa (al-muttaqin).

• MKDU4221/MODUL 6 6.35

3. Kelompok ketiga, adalah golongan orang-orang yang bercampur antara


melaksanakan kebaikan, juga melaksanakan perbuatan buruk sekaligus ,
misalnya: mereka percaya kepada Allah, namun mereka tetap melakukan
perbuatan buruk dan tidak bertaubat (al-fasiqin). Perbuatan seperti itu,
menunjukkan bahwa ia tidak membenarkan dengan sesungguhnya
kepada apa yang telah dipercayainya, berupa ketentuan-ketentuan Allah
yang dapat diketahui dengan akal, mengetahui akibat kelakuan yang
diperbuatnya serta dapat menentukan kebenaran dan kepercayaan yang
sempurna, kemudian ia tidak menggunakan potensi keimanan yang
dimiliki tanpa meminta ampun, maka mereka itu digolongkan sebagai
orang fasik, sebagaimana hadits nabi:
4. Penzina itu tidak akan berbuat zina, selama ia beriman, dan pencuri
itu tidak akan mencuri selagi ia beriman.
5. Kelompok keempat adalah golongan orang-orang kafir, yaitu orang yang
paling celaka dan akan dimasukkan ke dalam neraka (Q.S. 92: 14-15)
yang kekal. Sama halnya dengan kelompok ketiga juga akan dimasukkan

ke dalam neraka,hanya saja tidak kekal.

Kelompok manusia yang termasuk kategori yang paling bertakwa (al-


atqa) adalah kelompok pertama dan kedua, sedangkan kelompok ketiga dan
keempat adalah termasuk golongan orang yang paling celaka (al-asyqa).
Keterkaitan antara ketakwaan dan ilmu pengetahuan ini, Imam Ghazali
menjelaskan bahwa setiap ilmu itu digunakan untuk memotivasi perbuatan,
maka tidak akan terjadi suatu perbuatan tanpa dorongannya. Ilmu yang dapat
mengarahkan kepada perbuatan dosa dengan wujud meninggalkan ketentuan-
ketentuan Allah, hal itu menunjukkan bahwa pemilik ilmu pengetahuan
tersebut adalah golongan orang yang imannya kurang sempurna.
Kesimpulannya, bahwa orang yang berilmu dan dapat merealisasikan
dengan bentuk amal saleh, maka mereka termasuk orang yang bertakwa,
sedangkan ilmu pengetahuan yang digunakan untuk berbuat dosa, maka
orang tersebut digolongkan orang yang fasik. Hal itu menunjukkan ada
keterkaitan antara ilmu pengetahuan, ilmu dan amal saleh.

6.36 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

L A T I H A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Coba Anda jelaskan pengertian kewajiban!


2) Mengapa menuntut ilmu pengetahuan itu hukumnya wajib?
3) Bagaimana menurut pendapat Anda jika seorang yang memiliki ilmu
tetapi ilmunya tidak diamalkan?
4) Coba Anda jelaskan pengertian berpikir ilmiah!
5) Kendala berpikir ilmiah di Indonesia pada masa kini, yaitu masih
kokohnya keyakinan yang menentukan sikap keagamaan secara
tradisional. Bagaimana strategi untuk mengantisipasi kendala tersebut,
jelaskan?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Kewajiban berasal dari kata wajib atau fardlu. Artinya jika seseorang
melakukan sesuatu mendapat pahala, dan sebaliknya jika tidak
mengamalkan berdosa.
2) Kemukakan pendapat Anda dengan ungkapan bahasa sendiri.
3) Kemukakan pendapat Anda dengan ungkapan bahasa sendiri.
4) Beberapa ciri berpikir ilmiah adalah objektif, yaitu tidak mengada-ada
dalam arti, data yang menjadi acuan dalam berpikir tidak ditambah atau
dikurangi. Salih dan sahih (tepat dan benar). Ciri lain adalah integratif,
yaitu berpikir secara utuh dan terpadu. Alur berpikir dikatakan ilmiah

jika sistematis dan rasional. Berpikir sistematis adalah berpikir secara


prosedural dengan mempertimbangkan berbagai aspek, baik tempat,
waktu, kemampuan, kebutuhan maupun sasaran. Sifat rasional adalah
kesan tentang hasil berpikir yang dapat diterima oleh rasio dengan
menggunakan kaidah berpikir umum atau berpikir sederhana.
5) Untuk mengantisipasi tantangan yang dihadapi banyak cara. Apa pun
caranya dapat dipilih asalkan membawa hasil yang bermanfaat. Setiap
gagasan yang diajukan sudah tentu harus berhadapan dengan tantangan
dan pasti harus menimbulkan korban. Strategi yang dipilih tentu yang
paling sedikit risikonya. Di kalangan masyarakat akademis untuk

menumbuhkembangkan berpikir ilmiah mudah, tidak sesulit di kalangan

• MKDU4221/MODUL 6 6.37

masyarakat umum. Karena itu, kalangan masyarakat kampuslah yang


menjadi sasaran pertama dalam membudayakan tradisi berpikir ilmiah.
R A N G K U M A N

P e n g e r tian y a n g k i t pet i k d a r i ay t i n i
peng e ta h u a n ad a la h s u atu p e ri n t a h (a m a r )
b a h w a sa n ya m e n u n t u t i l m u
s e h in g g a da p a t d i k a t a k a n suatu kewajiban.
Harus kita sadari bahwa agama adalah merupakan pedoman bagi
kebahagiaan dunia akhirat, sehingga ilmu yang tersimpul dalam agama
tidak semata ilmu yang menjurus kepada urusan ukhrawi, tetapi juga ilmu
yang mengarah kepada duniawi.
Manusia dituntut untuk menuntut ilmu, dan hukumnya wajib. Jika
tidak menuntut ilmu berdosa. Selain hukum tersebut menuntut ilmu
bermanfaat untuk mencapai kecerdasan atau disebut ulama (orang yang
memiliki ilmu). Namun di balik itu, orang yang memiliki ilmu
(ilmuwan) akan berdosa jika ilmunya tidak diamalkan. Dalam Alquran
terdapat 620 kata amal.
Dalam kaitannya dengan orang yang beriman harus didasarkan pada
pengetahuan (al-ilm) dan direalisasikan dalam karya nyata yang
bermanfaat bagi kesejahteraan dunia dan akhirat, tentunya amal yang
dibenarkan oleh ajaran agama (amal saleh).

T E S F O R M A T I F 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Pengertian Wajib adalah ....


A. melaksanakan mendapat pahala, meninggalkan mendapat siksa
B. melaksanakan mendapat siksa, meninggalkan mendapat pahala
C. melaksanakan atau tidak melaksanakan tetap mendapat pahala
D. melaksanakan atau tidak melaksanakan mendapat siksa

2) Berpikir dalam perspektif ajaran Islam merupakan suatu keharusan bagi


manusia. Pernyataan tersebut landasannya adalah ....
A. tuntutan naluri manusia sebagai ciptaan Allah
B. tuntutan Allah kepada manusia sebagai ciptaan-Nya
C. tuntutan agar semua orang menjadi pandai
D. berpikir adalah proses yang membuat semua orang menjadi jujur

6.38 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

3) Pikir dan zikir merupakan dua kata yang kerap kali dipertentangkan.
Mempertentangkan keduanya adalah keliru, alasannya sebagai berikut,
kecuali ....
A. berpikir adalah proses berzikir
B. berzikir adalah proses berpikir qurani
C. berzikir adalah proses quranisasi
D. berpikir adalah proses rasionalisasi Alquran

4) Penjelasan Alqur’an tentang kewajiban menuntut ilmu di antaranya


tercantum pada surat ....
A. 9: 122
B. 9: 123
C. 9: 124
D. 9: 125

5) Berpikir ilmiah yang sesuai dengan kaidah berpikir dalam Islam adalah
menjadikan ....
A. Allah sebagai objek berpikir
B. Alquran sebagai objek berpikir
C. Alquran sebagai sumber berpikir
D. Alquran sebagai teori berpikir

6) Tuntutan mengamalkan baik keilmuan maupun yang bersifat muamalah


adalah amal yang saleh, hal ini dijelaskan dalam Alqur’an pada surat ....
A. Al-maidah ayat 1-3
B. Al-anbiya ayat 1-3
C. Al-baqarah ayat 1-3
D. Al-ashr ayat 1-3

7) Al-ilmu bila amalin kasajarin bila tsamarin artinya adalah ilmu yang....
A. tidak diamalkan bagaikan pohon berbuah
B. tidak diamalkan bagaikan pohon tidak berbuah
C. diamalkan bagaikan pohon berbuah
D. diamalkan bagaikan pohon tidak berbuah

8) Dalam Al-qur’an terdapat 620 kata amal, padanan kata amal adalah ....
A. berpikir
B. bertahan
C. berjanji
D. bekerja

• MKDU4221/MODUL 6 6.39

9) Sebuah hadits menjelaskan al-ulamau warotsatul anbiyai kalimat ini


artinya adalah bahwa ilmuwan adalah ahli waris....
A. para sahabat
B. para tabi’in
C. para nabi
D. wali

10) Menuntut dan mengamalkan ilmu pengetahuan adalah merupakan suatu


kewajiban. Kewajiban dalam bahasa istilah agama adalah ....
A. fardlu
B. sunnah
C. makruh
D. jaiz

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.

6.40 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

KEg I A TA N B EL A JA
R 3

Tanggung Jawab Ilmuwan dan Seniman


P ada kegiatan belajar tiga ini Anda akan diajak untuk mempelajari
tentang “Tanggung jawab Ilmuwan dan Seniman” Ada tiga pertanyaan
yang harus Anda jawab, jika ketiga pertanyaan berikut dapat Anda jawab
dengan baik berarti Anda sudah memahami materi kegiatan belajar ini.
1. Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab?
2. Apa tanggung jawab ilmuwan?
3. Apa tanggung jawab seniman?

Agar ketiga pertanyaan ini dapat Anda jawab dengan baik, kegiatan
belajar ini dibagi menjadi tiga subbagian, yaitu: pengertian tanggung jawab,
tanggung jawab ilmuwan, dan tanggung jawab seniman.
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, secara umum Anda diharapkan
dapat menjelaskan tanggung jawab ilmuwan, dan tanggung jawab seniman
perspektif ajaran islam.
Secara lebih khusus setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini dengan
baik, Anda diharapkan mampu menjelaskan:
1. pengertian tanggung jawab;
2. tanggung jawab ilmuwan;
3. tanggung jawab seniman.

Agar materi yang dipelajari benar-benar efektif, pada akhir pembahasan


materi disertakan bahan latihan yang harus Anda kerjakan, dengan disediakan
rambu-rambu jawabannya. Setelah Anda mengerjakan latihan Anda
diharapkan pula untuk mempelajari “rangkuman” materi yang Anda pelajari.
Selanjutnya “Tes Formatif” dalam bentuk multiple choice sebanyak sepuluh
soal perlu Anda menjawabnya. Untuk mengetahui benar tidaknya jawaban
Anda, silakan periksa dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.
Jika jawaban Anda telah mencapai > 80% Anda dapat melanjutkan ke
kegiatan belajar berikutnya.

• MKDU4221/MODUL 6 6.41

A. PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB

Dalam pandangan agama islam setiap kegiatan manusia mesti


dipertanggungjawabkan, baik terhadap Allah maupun terhadap sesama
manusia, tanggung jawab tersebut harus sesuai dengan nilai-nilai yang
berasal dari Tuhan maupun yang dibuat oleh manusia.

Sehubungan dengan itu pada bagian ini akan dijelaskan tentang


pengertian tanggung jawab. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia kata
tanggung jawab diartikan sebagai perbuatan (hal dan sebagainya)
bertanggung jawab atau sesuatu yang dipertanggungjawabkan. Istilah
tanggung jawab dalam bahasa Inggris disebut responsibility atau dikenal
dengan istilah populer accountability, dalam bahasa agama disebut hisab
(perhitungan).
Dalam bahasa Indonesia disebut responsibilitas dan akuntabilitas artinya
pertanggungjawaban. Dalam kata lain tanggung jawab adalah suatu
perbuatan yang harus memenuhi ketentuan dari yang melakukan sesuai

dengan yang dituntut oleh yang memberi perintah. Atau tanggung jawab
berarti siap menerima dan melaksanakan kewajiban atau tugas.
Kata tanggung jawab belum berarti apa-apa jika tidak dihubungkan
dengan aktivitas yang dipertanggungjawabkan, misalnya kita sebagai seorang
ilmuwan, menjadi tanggung jawab ilmuwan, artinya bagaimana tanggung
jawab seorang ilmuwan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan
keilmuan. Jika dihubungkan dengan seniman, menjadi tanggung jawab
seniman artinya bagaimana tanggung jawab seorang seniman terhadap
berbagai hal yang berkaitan dengan kesenian.
Sering kita mendengar istilah tanggung jawab moral, artinya suatu sikap
diri dalam melakukan sesuatu aktivitas selalu mempertimbangkan masalah
moral. Ia tidak mau melakukan sesuatu aktivitas sekalipun membawa
keberuntungan jika hasil perbuatannya dapat merusak moral masyarakat.
Pada modul ini akan dibahas tentang tanggung jawab ilmuwan dan
seniman dilihat dari sisi pandangan ajaran islam. Tanggung jawab dapat
dilihat dari 3 hal: Pertama pengertian tanggung jawab, seperti yang sudah kita
jelaskan, kedua prinsip tanggung jawab dan ketiga bentuk tanggung jawab.

6.42 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

B. PRINSIP TANGGUNG JAWAB

Prinsip tanggung jawab menurut pandangan agama islam adalah: prinsip


amanah, prinsip iman dan prinsip prestasi.
Prinsip amanah, dalam ajaran agama islam bahwa keahlian apapun
bentuk dan macamnya pada dasarnya adalah merupakan realisasi dari

pelaksanaan fungsi kekhalifahannya di muka bumi, setidaknya ada 4 unsur:


Unsur pertama; Allah SWT pemberi tugas. Unsur kedua; bentuk tugas
manusia mengolah alam. Unsur ketiga; yang melaksanakan fungsi
kekhalifahan adalah manusia. Unsur keempat; etika dan moral yang harus
ditegakkan dalam rangka melaksanakan kekhalifahannya. Berkaitan dengan
unsur yang pertama kita harus melaksanakan sesuai dengan yang memberi
tugas yaitu Allah SWT. Perhatikan penjelasan Al-qur’an pada surat Hud
pada bagian ayat 61 (QS. 11: 61);

Huwa ansya-akum minal-ardli wasta’marokum fiihaa.

Artinya: Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan
kamu pemakmurnya.

Penjelasan di atas bahwa tugas manusia di bumi ini untuk menciptakan


kemakmuran dengan bekerja keras. Namun ayat ini mengingatkan bahwa
yang menugaskan pekerjaan tersebut adalah Allah. Dengan adanya prinsip
bahwa tugas yang ada pada kita sebagai anugerah dari Allah, maka segala
apa yang disandangnya selalu diabdikan untuk ibadah kepada Allah. Hal ini
merupakan penegakan dari amanah yang harus dijunjung tinggi. Sesuai
dengan penjelasan Al-qur’an, surat Al-Anfaal ayat 27 (QS 8: 27);

• MKDU4221/MODUL 6 6.43
Artinya: Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati Allah

d an R a s u l ( M u ham m a d)
am an a h - a m a na h ya n g
u m e n g khi a
d a n (j u g a ) jang a n l a h ka m se d a n g k
d i p erc a y a k an k e p a d am u , n at i
a m u
mengetahui.

Prinsip Iman, tanggung jawab dalam pandangan agama tidak terlepas


dari pelaksanaan iman. Iman bukan hanya keyakinan yang kuat dalam hati,
tetapi perlu diwujudkan dalam pernyataan lisan dan diamalkan dalam
tindakan. Maka iman menuntut adanya pembuktian. Pembuktian yang paling
kokoh dan meyakinkan adalah perbuatan dalam wujud kerja yang sesuai
dengan keahlian. Dengan demikian maka tanggung jawab dapat muncul dari
tanggung jawab iman, dan harus berdampak kepada tanggung jawab
perbuatan yang saleh. Al-qur’an menjelaskan dalam Surat Al-Fath pada
bagian terakhir ayat 29 (QS 48: 29). Silakan Anda buka Tafsir Alqur’an.

Artinya: Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan


mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.

Kemudian dalam Surat Al-Ashr ayat 1-3 (QS. 102: 1-3). Silakan Anda
baca kembali pada penjelasan tentang “amal”.

Prinsip Prestasi, sejalan dengan prinsip iman, maka muncul pula prinsip
kerja yaitu agama melihat bekerja sebagai bagian kehidupan manusia yang
paling mendasar. Perbedaan antara orientasi prestasi dan prestise itu salah
satu titik perbedaan antara paham islam dan jahiliyah. Ibnu Taimiyah
menjelaskan: “Al-I’tibar fil-jahiliyah al-anshab, wal-i’tibar fil-islam bil-
amal”. Pertimbangan dalam jahiliyah berdasarkan keturunan, dan
pertimbangan dalam islam berdasarkan amal perbuatan. Al-qur’an Surat al-
Hujurat ayat 13 (QS 49: 13).

6.44 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Karena itulah titik berat penilaian seorang manusia kepada manusia lain
tidak mungkin berdasarkan takwanya semata, melainkan berdasarkan
manifestasi dan pantulan takwa itu dalam amal lahiriah yang shalih, berbudi
dan berakhlak mulia. Justru itulah prestasi (bukan prestise) yang paling
cocok. Dengan dipadukannya antara prinsip amanah, iman dan prestasi
itulah, seseorang memiliki landasan yang kuat dalam dirinya untuk
mewujudkan tanggung jawab.

C. BENTUK TANGGUNG JAWAB

Dalam ajaran agama islam masalah tanggung jawab amat ditekankan.


Bentuk tanggung jawab secara umum adalah terletak pada pelaksanaan
aktivitas sesuai dengan prosedur, tujuan dan target yang diharapkan. Dalam
Alqur’an kita jumpai uraian bahwa apa yang dilakukan manusia dalam
berbagai bentuk kegiatan haruslah dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini
didasarkan pada keyakinan yang mendalam bahwa pada hari kiamat manusia
akan dinilai dan dihitung amal perbuatannya secara akurat dan objektif tanpa
ada pengurangan atau penambahan sedikit pun. Penilaian tersebut didasarkan
pula pada keyakinan bahwa selama hidup di dunia ini tidak lepas dari catatan
malaikat yang berada di samping kiri dan kanan yaitu malaikat Raqib sebagai
pencatat amal baik, dan malaikat Atid sebagai pencatat amal yang buruk.
Dalam melakukan pencacatan tersebut malaikat melakukannya dengan penuh
kejujuran, ketelitian dan tidak mendurhakai Tuhan. Catatan tersebut kelak
akan diperlihatkan kepada manusia di hari pembalasan. Keyakinan ini dapat
dilihat dari penjelasan Al-qur’an Surat Al-Israa’ ayat 13-14 (QS. 17: 13-14).

• MKDU4221/MODUL 6 6.45
Artinya: 1 3. D a n t iap -
p e r bu at a nny a (s
ti a p m a n u si a i t u te l h K a m i
e b a gai m a n a t eta p n ya k al ung ) p a da
te ta p k an a m a l
le h e rn ya. D a n Kami keluarkan baginya pada hari
kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. 14. "Bacalah
kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab
terhadapmu."

Jika manusia meyakini segala perbuatannya akan diminta


pertanggungjawaban di akhirat, maka manusia tidak akan berani melalaikan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Pada hari kiamat manusia
mendapatkan balasan dari apa yang diperbuatnya. Alqur’an menjelaskan
pada surat Al-Baqarah ayat 202 (QS 2: 202);

Artinya: Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang


mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.

Pertanggungjawaban amal di akhirat serta pembalasan pahalanya berlaku


bagi setiap manusia secara merata tanpa membedakan jenis kelamin.
Alqur’an menjelaskan pada surat An-Nisaa’ ayat 32 (QS 4: 32);

Artinya: Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain.

(Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang

6.46 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa
yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Jika seseorang menyalahgunakan tanggung jawab bukan untuk tujuan
baik, maka ia pun akan merasakan akibatnya Alqur’an menjelaskan pada

surat An-Nisaa’ ayat 111-112 (QS. 4: 111-112);

Artinya: Barang siapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia


mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (111) Dan barang siapa
yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya
kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah
berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata.(112)

Alqur’an memberi isyarat bahwa setiap yang dilakukan manusia tidak

terlepas
penilaian dari
Allahpenglihatan Allah akan
dan selanjutnya SWT.dimintakan
Ia tidak dapat menghindar dari
pertanggungjawaban di
akhirat nanti. Alqur’an menjelaskan pada surat Yaa siin ayat 65 (QS 36: 65);

Artinya: Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami
tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa
yang dahulu mereka usahakan.

Setelah kita memperhatikan ayat-ayat tersebut di atas maka bentuk


tanggung jawab dalam pandangan islam adalah: (1) menjaga kualitas amal,
(1) bekerja tepat waktu, dan (3) tidak merugikan orang lain.

D. TANGGUNG JAWAB ILMUWAN

Keterangan Alquran di atas mengisyaratkan, bahwa ilmu Allah itu


melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi,

• MKDU4221/MODUL 6 6.47

bila diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu
merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge
and science).
Dengan membaca dan memahami Alquran, manusia pada hakikatnya
akan memahami ilmu Allah serta logika atau proses berpikir yang terkandung
dalam kalam Allah. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan memikul

amanah sebagai khalifah Allah di bumi yang pada dasarnya ditugaskan


untuk mengurus, memelihara, mengembangkan, mengambil manfaat bagi
kesejahteraan umat manusia.
Untuk melihat bagaimana ajaran islam menjelaskan tentang tanggung
jawab, mari kita perhatikan tanggung jawab tentang penciptaan manusia.
Dalam Alquran surat Adz-dzaariyaat, yaitu surat 51 ayat 56 (QS 51: 56);

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.

Pertama, tanggung jawab manusia harus melaksanakan pengabdian


(ibadah). Ibadah dapat diartikan sebuah perbuatan berdasarkan perintah
(ibadah mahdlah), dan perbuatan yang bernilai kebajikan (ibadah ghair
mahdlah). Jika melihat pengertian ibadah seperti di atas bahwa setiap
perbuatan manusia menurut ajaran islam memiliki nilai ibadah. Penjelasan
Alquran yang berkaitan dengan tuntutan tanggung jawab yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan bahwa semua anggota badan yang meliputi indra
pendengaran, penglihatan dan hati, dalam Alquran, surat Al-Israa’ (QS. 17:
32).

Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya, 32).

6.48 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Kemajuan bidang rekayasa genetika misalnya telah berhasil membuat


bayi tabung dan pencangkokan manusia melalui proses kloning. Tindakan ini
banyak ditentang oleh agamawan, sebab tidak dapat dipertanggungjawabkan
karena dapat mengakibatkan derajat manusia jatuh seperti binatang, sehingga
manusia bisa diproduksi sesuai pesanan. Demikian pula bayi tabung jika
dilakukan bukan pada suami istri dapat membawa kepada terjadinya
kelahiran manusia yang secara hukum tidak dibenarkan.
Jika kita mendengar istilah tanggung jawab sosial, artinya sesuatu
perbuatan yang dilakukan selalu memperhatikan kepentingan masyarakat.
Demi kepentingan ini seseorang berani mengambil tindakan yang
mengandung risiko sepanjang hal masih dibenarkan oleh masyarakat.
Kemudian dalam istilah tanggung jawab akademik. Artinya perbuatan yang
selalu memperhitungkan aspek kebenaran ilmiah. Misalnya seorang dokter
tidak akan mau melakukan sesuatu hanya untuk menguntungkan dirinya,
Misalnya jika ada wabah penyakit tentu akan mencari jalan pemecahannya
karena merupakan tanggung jawab keahliannya.

Masih berkaitan dengan indra hati, penglihatan dan pendengaran Al-


qur’ an menjelaskan kecaman terhadap orang yang tidak bertanggung jawab
terhadap potensi manusia, dijelaskan pada Surat Al-A’raaf (QS. 7: 179).

Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)


kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan
mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai
telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

• MKDU4221/MODUL 6 6.49

Untuk melaksanakan tugas ini, maka Allah SWT membekali manusia


dengan potensi-potensi seperti pendengaran, penglihatan, perasaan (qalbu),
pengertian (akal), keyakinan (iman), dan keinginan.
Untuk memenuhi keinginan fitrah manusia dalam hidupnya maka
manusia mencari jalan keluar mengatasi permasalahannya dan atau
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menggunakan segala potensi yang

dimilikinya. Dengan akal (logika) manusia menumbuhkan ide dan tata-cara


pencapaiannya sehingga berkembanglah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada hakikatnya perkembangan ini didorong oleh Allah melalui keinginan.
Selain manusia didorong untuk mencari dan menggunakan ilmu, juga dia
diwajibkan untuk menyebarluaskan ilmu, Q.S. At-Taubah (9): 122,
Ancaman, Al-Baqarah (2): 159, Al-Baqarah (2): 174.
Dengan demikian Islam mendorong para pemeluknya untuk mencari,
menggali, mengembangkan, menggunakan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan. Jelas sudah bahwa Alquran dan As-Sunnah adalah sumber
nilai-nilai kaum muslim untuk berpikir, merasa, dan bertindak.

Dari perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat sehingga


mun culla h teknologi, hal ini mengundang kita mene ngok se kian banyak ayat
Al-quran yang berbicara tentang alam raya. Menurut sebagian ulama,
terdapat sekitar 750 ayat Al-quran yang berbicara tentang alam materi dan
fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia untuk mengetahui dan
memanfaatkan alam ini. Secara tegas dan berulang-ulang Al-quran
menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk
manusia.
Dari hari ke hari tercipta mesin-mesin semakin canggih. Mesin-mesin
tersebut melalui daya akan manusia digabung-gabungkan dengan yang
lainnya, sehingga semakin kompleks serta tidak bisa lagi dikendalikan oleh
seorang. Tetapi akhirnya mesin dapat mengerjakan tugas yang dulu mesti
dilakukan oleh banyak orang.
Pada tahap ini mesin telah menjadi semacam seteru manusia, atau lawan
yang harus disiasati agar mau mengikuti kehendak manusia. Dewasa ini telah
lahir- khususnya di bidang rekayasa genetika yang dikhawatirkan dapat
menjadikan alat sebagai majikan. Bahkan mampu menciptakan bakal-bakal
majikan yang akan diperbudak dan ditundukkan oleh alat. Jika begitu, ini
jelas bertentangan dengan kedua catatan yang disebutkan terdahulu.
Sesuai ajaran islam, seorang muslim dapat menerima hasil-hasil
teknologi yang sumbernya netral dan tidak menyebabkan maksiat, serta

6.50 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

bermanfaat bagi manusia baik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan unsur
“debu tanah” manusia maupun unsur “ruh Ilahi” manusia.
Seandainya penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
melalaikan seseorang dari zikir dan tafakur serta mengantarkannya kepada
keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan maka ketika itu bukan ilmu pengetahuan
dan teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan

dan mengarahkan manusia yang menggunakan ipteks itu. Jika hasil


teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan
tujuan penciptaan sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh islam. Karena itu
menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara
memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi dengan
pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya.
Setelah kita membahas ayat-ayat Al-qur’an, tanggung jawab ilmuwan
meliputi: (1) memiliki nilai ibadah, (2) berdasarkan kebenaran ilmiah,
(2) ilmu amaliah, dan (4) menyebarluaskan ilmunya.

E. TANGGUNG JAWAB SENIMAN

Seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia


yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam
manusia didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apa pun
jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah
yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Di sisi lain, Al-quran memperkenalkan agama yang lurus sebagai agama
yang sesuai dengan fitrah manusia, Alqur’an surat Ar-Ruum ayat 30
(QS. 30: 30).

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;


(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

• MKDU4221/MODUL 6 6.51

Fitrah Allah maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah


mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak
beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid
itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.
Satu hal yang mustahil, bila Allah yang menganugerahkan manusia
potensi untuk menikmati dan mengekspresikan keindahan, kemudian Dia

melarangnya. Bukanlah islam adalah agama fitrah? Segala yang bertentangan


dengan fitrah ditolaknya dan yang mendukung kesuciannya ditopangnya.
Kemampuan berseni merupakan salah satu perbedaan manusia dengan
makhluk lain. Jika demikian, islam pasti mendukung kesenian selama
penampilannya lahir dan mendukung fitrah manusia yang suci itu, dan karena
itu pula islam bertemu degan seni dalam jiwa manusia, sebagaimana seni
ditemukan oleh jiwa manusia di dalam islam.
Tetapi mengapa selama ini ada kesan bahwa islam menghambat
perkembangan seni dan memusuhinya? Jawabannya boleh jadi tersirat dari
informasi berikut. Diriwayatkan bahwa Umar Ibnul Khaththab -Khalifah

k ed u a - p
ek o n o m i
e r n a h b e rk a ta u m a t i s la m m e n in g g alk n d
k a r e na k h a w ati r te r je r u m us k e d a la m ha ram
u a p e r t ig a d a r i t r a n s a k s i
( ri b a ) . U ca p a n i n i b e n a r adanya, dan agaknya ia juga
dapat menjadi benar jika kalimat transaksi ekonomi diganti dengan kesenian.
Boleh jadi problem yang paling menonjol dalam hubungan dengan seni
budaya islam, sekaligus kendala utama kemajuannya adalah kekhawatiran
tersebut.
Kalau memang seperti itu, mengapa warna kesenian islami tidak tampak
dengan jelas pada masa nabi dan para sahabatnya. Bahkan mengapa terasa
atau terdengar adanya semacam pembatasan-pembatasan yang menghambat
perkembangan kesenian? Boleh jadi, Sayid Quthb yang berbicara tentang
masa Nabi dan para sahabatnya. Seniman baru berhasil dalam karyanya jika
ia dapat berinteraksi dengan gagasan, menghayatinya secara sempurna
sampai menyatu dengan jiwanya, kemudian mencetuskannya dalam bentuk
karya seni. Nah pada masa Nabi dan sahabatnya, proses penghayatan nilai-
nilai islami baru dimulai, bahkan sebagian mereka baru dalam tahap upaya
membersihkan gagasan-gagasan jahiliyah yang telah meresap selama ini
dalam benak dan jiwa masyarakat sehingga kehati-hatian amat diperlukan
baik dari Nabi sendiri sebagai pembimbing maupun dari kaum muslimin
lainnya. Atas dasar inilah kita harus memahami larangan-larangan yang ada,
kalau kita menerima adanya larangan penampilan karya seni tertentu. Apalagi

6.52 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

seperti dikemukakan di atas bahwa apresiasi Al-quran terhadap seni


sedemikian besar.
Apakah seni suara (nyanyian) harus dalam bahasa Arab? Ataukah harus
berbicara tentang ajaran islam? Dengan tegas jawabannya adalah tidak.
Dalam konteks ini Muhammad Quthb menulis, Kesenian islam tidak harus
berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat langsung, atau anjuran

berbuat kebajikan, bukan juga penampilan abstrak tentang akidah. Seni yang
islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan bahasa yang
indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi tentang
keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan manusia
yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan (Manhaj Al-Tarbiyah Al-islamiyah, 119).
Bagaimana dengan seni budaya asing? Islam dapat menerima semua
hasil karya manusia selama sejalan dengan pandangan islam menyangkut
wujud alam raya ini. Namun demikian, wajar dipertanyakan bagaimana sikap
suatu masyarakat dengan kreasi seninya yang tidak sejalan dengan budaya

a s y a r a k t n y a ? D al a m kon te k s in i
m e m e r i n ta h k a n k a u m m u s lim in
per lu d igari sb a w a h i b a hwa A l - q u r a n
u ntu k m e n e g a kk a n ke b a j i k a n ,
memerintahkan perbuatan ma’ruf dan mencegah perbuatan yang munkar.
Seandainya penggunaan seni telah melalaikan seseorang dari zikir dan
tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan
maka ketika itu bukan seninya yang mesti ditolak, melainkan kita harus
memperingatkan dan mengarahkan manusia yang menggunakan seni itu.
Jika hasil seni sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri
dan tujuan penciptaan sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh islam.
Karena itu menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai
cara memadukan kemampuan seni dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya.
Untuk melaksanakan tugas ini, maka Allah SWT membekali manusia
dengan potensi-potensi seperti pendengaran, penglihatan, perasaan (qalbu),
pengertian (akal), keyakinan (iman), dan keinginan.
Q.S. Ali Imran (3): 14;

Artinya: ''Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-


apa yang diinginkannya yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah
tempat kembali yang baik (surga)".

• MKDU4221/MODUL 6 6.53

Untuk memenuhi keinginan fitrah manusia dalam hidupnya maka


manusia mencari jalan keluar mengatasi permasalahannya dan atau
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menggunakan segala potensi yang
dimilikinya. Dengan akal (logika) manusia menumbuhkan ide dan tata-cara
pencapaiannya sehingga berkembanglah budaya yang memiliki nilai
keindahan. Pada hakikatnya perkembangan ini didorong oleh Allah melalui
keinginan.
Jadi pada dasarnya tanggung jawab seniman dalam perspektif ajaran
islam meliputi: (1) memiliki nilai ibadah, (2) memperkokoh keimanan dan
(3) tidak memicu kemaksiatan.

L A T I H A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Coba jelaskan pengertian tanggung jawab menurut pendapat Anda!


2) Coba jelaskan kembali yang termasuk prinsip tanggung jawab!
3) Coba jelaskan kembali yang termasuk bentuk tanggung jawab!
4) Coba Anda jelaskan pengertian tanggung jawab ilmuwan dalam
perspektif ajaran islam!
5) Coba Anda jelaskan pengertian tanggung jawab seniman dalam
perspektif ajaran islam!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Kemukakan pendapat Anda sendiri, dengan merujuk kepada penjelasan


tentang pengerian tanggung jawab.
2) Dengan dipadukannya antara prinsip amanah, iman dan prestasi itulah,
seseorang memiliki landasan yang kuat dalam dirinya untuk
mewujudkan tanggung jawab.
3) Bentuk tanggung jawab dalam pandangan islam adalah: (1) menjaga
kualitas amal, (2) bekerja tepat waktu, dan (3) tidak merugikan orang
lain.
4) Penjelasan Anda dapat dibenarkan jika terlebih dahulu Anda
mempelajari bagian penjelasan tentang tanggung jawab ilmuwan.
5) Penjelasan Anda dapat dibenarkan jika terlebih dahulu Anda

mempelajari bagian penjelasan tentang tanggung jawab seniman.

6.54 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

R A N G K U M A N

Tanggung jawab adalah sebagai perbuatan (hal dan sebagainya)


bertanggung jawab atau sesuatu yang dipertanggungjawabkan. Istilah
tanggung jawab dalam bahasa Inggris disebut responsibility atau dikenal
dengan istilah populer accountability, dalam bahasa agama disebut hisab
(perhitungan).
Penjelasan Alqur-an yang berkaitan dengan tuntutan tanggung
jawab yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan bahwa semua anggota
badan yang meliputi indra pendengaran, penglihatan dan hati harus
dipertanggungjawabkan. Seni adalah keindahan yang merupakan
ekspresi ruh dan budaya manusia yang mengandung dan
mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam manusia didorong
oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apa pun jenis
keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah
yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Tanggung jawab ilmuwan dan seniman meliputi: (1) nilai ibadah,

(lu2a) sbkearndialsmaruknayna.kebenaran ilmiah, (3) ilmu amaliah, dan (4) menyebar-

T E S F O R M A T I F 3

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Pengertian tanggung jawab dalam bahasa agama adalah ....
A. responsibilitas
B. akuntabilitas
C. hisab
D. perhitungan

2) Berikut ini adalah prinsip-prinsip tanggung jawab, kecuali ....


A. nilai amanah
B. nilai keimanan
C. nilai prestasi
D. nilai prestise

3) Berikut ini adalah bentuk tanggung jawab, kecuali ....


A. menjaga kualitas amal
B. mementingkan sendiri
C. tidak merugikan orang lain

D. bekerja tepat waktu

• MKDU4221/MODUL 6 6.55

4) Sebagai seorang muslim harus memiliki pendirian bahwa menuntut ilmu


hukumnya adalah ....
A. fardlu
B. sunah
D. mubah

5) Berikut ini adalah hal-hal yang termasuk tanggung jawab ilmuwan,


kecuali ....
A. berdasarkan akal sehat
B. berdasarkan kebenaran ilmiah
C. menyebarluaskan ilmu
D. ilmu amaliah

6) Pada dasarnya tanggung jawab seniman lebih mengutamakan agar


budaya yang berkembang tidak bertentangan dengan ....
A. fitrah insaniyah
B. ekspresi estetika
C. hasanah keindahan
D. nilai qur’ani

7) Ayat Al-qur’an yang menjelaskan tentang tanggung jawab bagi orang


yang mengikuti sesuatu tanpa memiliki ilmu, yaitu Surat ....
A. 11: 61
B. 36: 65
C. 17: 32
D. 2: 111

8) Penjelasan tentang waktu, bahwa semua manusia akan merugi kecuali


orang yang beriman dan memperhatikan kebenaran dan kesabaran, hal
ini dijelaskan dalam Al-qur’an surat ....
A. 101: 1-3
B. 102: 1-3
C. 103: 1-3
D. 104: 1-3

9) Ayat Al-qur’an yang menjelaskan tentang diciptakan keindahan untuk


manusia merupakan kesenangan hidup di dunia, dijelaskan pada surat ....
A. 3: 14
B. 3: 15
C. 3: 16
D. 3: 17

6.56 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

10) Menurut Muhammad Quthb dalam Manhaj Al-Tarbiyah Al-islamiyah,


bahwa yang dimaksud dengan seni islam adalah ....
A. ekspresi tentang keindahan wujud tentang alam, hidup, dan manusia
yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan
B. ekspresi tentang keindahan wujud tentang alam, hidup, dan manusia
yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara hak dan batil
C. ekspresi tentang keindahan wujud tentang alam, hidup, dan
manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara
kebenaran dan kesalahan
D. ekspresi tentang keindahan wujud tentang alam, hidup, dan
manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara
keindahan dan kemaksiatan

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang
belum dikuasai.

• MKDU4221/MODUL 6 6.57

Kunci Jawaban Tes Formati f

Tes Formatif 1
1) C. Iman.
2) A. Kepribadian manusia seutuhnya, pendirian yang konsisten, dan
memiliki kecerdasan, kemauan, dan keterampilan.
3) A. Surat Al-Buruj 21-22.
4) A. At-Taubah 122.
5) A. 750 ayat Al-quran.
6) B. Menundukkan.
7) C. Ilmu Allah yang disampaikan kepada manusia melalui Alquran dan
As-Sunnah.
8) A. Ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang
alam, hidup, dan manusia yang mengantar menuju pertemuan
sempurna antara kebenaran dan keindahan.
9) B. Bekerja.
10) B. 620 kata.

Tes Formatif 2
1) A. Melaksanakan mendapat pahala, meninggalkan mendapat siksa.
2) B. Tuntutan Allah kepada manusia sebagai ciptaan-Nya.
3) A. Berpikir adalah proses berzikir.
4) A. 9: 122.
5) C. Alquran sebagai sumber berpikir.
6) D. Al-ashr ayat 1-3.
7) B. Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon tidak berbuah.
8) D. Bekerja.
9) C. Bahwa ilmuwan adalah ahli waris para nabi.
10) A. Fardlu.

Tes Formatif 3
1) C. Hisab.
2) D. Nilai prestise.
3) B. Mementingkan sendiri.
4) A. Fardlu.
5) A. Berdasarkan akal sehat.

6.58 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

6) D. Nilai qur’ani.
7) C. 17: 32.
8) B. 102: 1-3.
9) A. 3: 14.
10) A. Ekspresi tentang keindahan wujud tentang alam, hidup, dan manusia
yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan

keindahan.

• MKDU4221/MODUL 6 6.59

Daft ar Pustaka

Alquran dan Terjemahannya. (1986). Jakarta: Depag RI.


------------. ( 1999). Agama, Etos Kerja, dan Pengembangan Kualitas Sumber
Daya Manusia. Bapindo, DKI Jakarta.

Chatibul Umam, (Ed.). (1988). Tipologi Manusia Pembangunan dalam


Alquran. Jakarta: PTIQ.

E. Hasan Saleh. (2000). Studi Islam di Perguruan Tinggi: Pembinaan


IMTAQ dan Pengembangan Wawasan. Cetakan Kedua. Jakarta : ISTN.

Endang Saifuddin Anshari. (1983). Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran


tentang Islam dan Umatnya. Bandung: Pustaka.

Fachrudin HS. (1992). Ensiklopedi Alquran, 2 jilid. Jakarta: Renika Cipta.

Harun Yahya. (2001). Bagaimana Muslim Berpikir? Jakarta: Rabbani Pres.

Harry Hamersma. (1990). Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern. Cetakan


Keempat. Jakarta: Gramedia.

Maurice Bucaille. (1986). Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Alquran, dan


Sains. Cetakan Pertama. Bandung: Mizan.

Majid Ali Khan. (1987). Asal-Usul dan Evolusi Kehidupan: Pandangan


Alquran. Cetakan Pertama. Yogyakarta: PLP2M.

M. Quraish Shihab. (1999). Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan & Malaikat
dalam Alquran dan Sunah. Jakarta: Lentera Hati.

. (1992). Membumikan Alquran. Cetakan Pertama. Bandung:


Mizan.

6.60 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Muhammad Isa Daud. (1995). Dialog dengan Jin Muslim: Pengalaman


Spiritual. Cetakan Pertama. Bandung: Pustaka Hidayah.

M. Ali Usman, dkk. (1993). Hadits Qudsi: Firman Allah yang Tidak
Dicantumkan dalam Alquran. Cetakan
Kesepuluh. Bandung:
Diponegoro.

Muchsin Qara’ati. (1991). Tauhid: Pandangan


Dunia Alam Semesta. Jakarta: Firdaus.

Sindhunata. (1982). Dilema Usaha Manusia

Rasional. Jakarta: Gremedia. Syamsul Rijal

Hamid. (1997). Buku Pintar Agama Islam.

Jakarta: Penebar
Salam.

Anda mungkin juga menyukai