Mo Dul 6
Mo Dul 6
P E N D A H U L U A N
M elalui modul ini Anda akan diajak untuk membahas tentang materi
“Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni” (IPTEKS) menurut ajaran
Islam. Tentu Anda tidak asing dengan istilah IPTEKS, karena akhir-akhir ini
dalam keseharian kita senantiasa mendengar, membaca dan melihat di
berbagai mas media, baik media cetak maupun elektronik banyak
membicarakan tentang IPTEKS. Ada pertanyaan yang menuntut jawaban
Anda setelah mempelajari materi ini yaitu hubungan iman, ipteks dan amal,
apa kewajiban yang dituntut dalam mengamalkan ilmu pengetahuan, dan
tanggung jawab ilmuwan dan seniman.
Untuk mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, Anda mesti
mempelajari terlebih dahulu tentang materi berikut. Materi ini akan dibagi
dalam tiga Kegiatan Belajar (KB).
KB 1: Iman, Ipteks, dan Amal sebagai kesatuan.
KB 2: Kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu.
KB 3: Tanggung jawab ilmuwan dan seniman.
Selamat belajar!
• MKDU4221/MODUL 6 6.3
KEg I A TA N
B EL A JA R 1
Iman, Ipteks, dan Amal
sebagai Kesatuan
A. IMAN
Ada tiga konsep yang perlu Anda pelajari pada kegiatan belajar ini, yaitu
iman, ipteks dan amal. Ketiga konsep ini dalam kehidupan harus menjadi
sebuah kesatuan. Iman merupakan keyakinan vertikal terhadap sang pencipta
(spiritual), Ipteks merupakan kognisi yang harus kita tuntut agar menjadi
cerdas (rasional) dan amal merupakan dampak dari pengetahuan (Ipteks)
sehingga menjadi sebuah bangunan yang berbentuk perilaku.
Fenomena yang terjadi pada akhir-akhir ini sering Anda dengar istilah
kekerasan (violence), pelecehan (harashmence), bahkan orang berpikir akibat
dari dua hal ini maka muncul bencana di mana-mana (disaster). Boleh-boleh
saja berpikir seperti itu, hal ini menunjukkan adanya sebuah kesadaran
terdapatnya perilaku-perilaku yang melenceng dari keyakinan. Baik kita
mulai dengan konsep pertama yaitu Iman.
Pengertian iman telah Anda pahami pada modul pertama. Namun
alangkah baiknya kita mengingat kembali tentang pengertian iman. Iman
menurut arti bahasa adalah membenarkan dalam hati dengan mengandung
ilmu bagi orang yang membenarkan itu. Sedangkan pengertian iman menurut
syari’at adalah membenarkan dan mengetahui adanya Allah dan sifat-sifat-
Nya disertai melaksanakan segala yang diwajibkan dan disunahkan serta
menjauhi segala larangan dan kemaksiatan. Seperti dikatakan dalam hadits:
Iman adalah keterikatan antara hati (qalbu), lisan, dan arkan. Ma’rifat
artinya mengetahui. Qalbu adalah hati, lisan artinya ucapan, dan arkan
artinya perbuatan.
Artinya: Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah
menurunkan Kitab kepadamu yang dibacakan kepada mereka?
Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah rahmat dan
peringatan bagi kaum yang beriman.
Adapun kata iman yang dirangkaikan dengan yang positif antara lain;
QS. Al-Baqarah (2): 4;
• MKDU4221/MODUL 6 6.5
Jika iman diartikan percaya, maka ciri-ciri orang yang beriman tidak ada
yang mengetahuinya kecuali hanya Allah saja, karena yang tahu isi hati
seseorang hanyalah Allah. Karena pengertian iman yang sesungguhnya
adalah meliputi aspek qalbu, ucapan dan perilaku, maka ciri-ciri orang yang
beriman akan dapat diketahui, antara lain:
1. Tawakal
Apabila dibacakan ayat-ayat Allah (Alquran), kalbunya terangsang untuk
melaksanakannya seperti dinyatakan antara lain QS. Al-Anfaal (8): 2;
Artinya: Hai sekalian orang-orang yang beriman, makanlah dari yang baik-
baik yang Kami rezekikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada
Allah jika hanya kepada-Nya kamu menyembah.
Mawas diri yang berhubungan dengan alam pikiran, yaitu bersikap kritis
dalam menerima informasi, terutama dalam memahami nilai-nilai dasar
• MKDU4221/MODUL 6 6.7
keislaman. Hal ini diperlukan, agar terhindar dari berbagai fitnah. QS. Ali
Imran (3): 7.
menyatakan sesuatu sikap, sebelum mengetahui terlebih dahulu
permasalahannya, sebagaimana dinyatakan di dalam Alquran antara lain QS.
Al-Israa’ (17) : 36;
Artinya: Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu
padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya akan ditanya.
jika hidupnya sama dengan hari kemarin berarti tertipu, dan yang bahagia
adalah orang yang hidupnya hari ini lebih baik dari hari kemarin. Jika
optimisme merupakan suatu sikap yang terpuji, maka sebaliknya pesimisme
merupakan suatu sikap yang tercela. Sikap ini seharusnya tidak tercermin
pada dirinya mukmin. Hal ini seperti dinyatakan dalam Surat Yusuf (12) ayat
87, sedangkan sikap putus asa atau yang searti dengan kata tersebut hanya
dimiliki oleh orang-orang kafir. QS. Yusuf (12): 87;
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf
dan saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat
Allah.
1. Ilmu Pengetahuan
Islam sebagai landasan Ilmu Pengetahuan. Menurut konsep umum
(Barat) ilmu (knowledge) adalah pengetahuan manusia mengenai segala
sesuatu yang dapat di indera oleh potensi manusia (penglihatan,
pendengaran, pengertian, perasaan, dan keyakinan) melalui akal atau proses
berpikir (logika). Pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematis
merupakan formula yang disebut ilmu pengetahuan (science). Dalam Alquran
keduanya disebut ''ilmu''.
Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak
• MKDU4221/MODUL 6 6.9
Artinya: ''Tidaklah kamu melihat bahwa Allah menurunkan hujan dari langit
lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka
macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis
putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula)
yang hitam pekat (27). Dan demikian (pula) di antara manusia,
binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang
takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama''
(28).
• MKDU4221/MODUL 6 6.11
Selain manusia didorong untuk mencari dan menggunakan ilmu, juga dia
diwajibkan untuk menyebarluaskan ilmu.
2. Teknologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai
kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan
berdasarkan proses teknis. Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan
sains untuk memanfaatkan bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia.
Kalau demikian, mesin atau alat canggih yang dipergunakan manusia
bukanlah teknologi, walaupun secara umum alat-alat tersebut sering
diasosiasikan sebagai teknologi. Mesin telah dipergunakan manusia sejak
berabad yang lalu, namun abad tersebut belum dinamakan era teknologi.
Menelusuri pandangan Al-quran tentang teknologi, mengundang kita
menengok sekian banyak ayat Al-quran yang berbicara tentang alam raya.
Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-quran yang berbicara
tentang alam materi dan fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia
untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Secara tegas dan berulang-
ulang Al-quran menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan
Allah untuk manusia..
Artinya: Dan dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi semuanya (sebagai anugerah) dari Nya
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.
(QS. Al-Jaatsiyah 45: 13)
• MKDU4221/MODUL 6 6.13
tersebut atau mengenai proses terjadinya pemisahan langit dan bumi. Yang
pasti, ketika Al-quran berbicara tentang hal itu dikaitkannya dengan
kebesaran dan kekuasaan Allah , serta keharusan beriman pada-Nya.
Pada saat mengisyaratkan pergeseran gunung-gunung dari posisinya,
sebagaimana kemudian dibuktikan para ilmuwan, informasi itu dikaitkan
dengan Kemahahebatan Allah SWT, QS Al-Nahl 27: 88.
Ini berarti bahwa sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan
manusia terhadap Kehadiran dan Kemahakuasaan Allah SWT, selain juga
harus memberi manfaat bagi kemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi
Robbik.
• MKDU4221/MODUL 6 6.15
3. Seni
Seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia
yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam
manusia didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apa pun
jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah
yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Di sisi lain, Al-quran memperkenalkan agama yang lurus sebagai agama
yang sesuai dengan fitrah manusia, QS Al-Rum 30: 30.
Adalah merupakan satu hal yang mustahil, bila Allah yang
menganugerahkan manusia potensi untuk menikmati dan mengekspresikan
keindahan, kemudian Dia melarangnya. Bukanlah islam adalah agama fitrah?
Segala yang bertentangan dengan fitrah ditolaknya dan yang mendukung
khawatir terjerumus ke dalam haram (riba). Ucapan ini benar adanya, dan
• MKDU4221/MODUL 6 6.17
agaknya ia juga dapat menjadi benar jika kalimat transaksi ekonomi diganti
dengan kesenian.
Boleh jadi problem yang paling menonjol dalam hubungan dengan seni
budaya dan islam, sekaligus kendala utama kemajuannya adalah
kekhawatiran tersebut.
Kalau memang seperti itu, mengapa warna kesenian islami tidak tampak
dengan jelas pada masa nabi. Dan para sahabatnya. Bahkan mengapa terasa
atau terdengar adanya semacam pembatasan-pembatasan yang menghambat
perkembangan kesenian? Boleh jadi sebab Sayid Quthb yang berbicara
tentang masa Nabi dan para sahabatnya. Adalah karena seniman, baru
berhasil dalam karyanya jika ia dapat berinteraksi dengan gagasan,
menghayatinya secara sempurna sampai menyatu dengan jiwanya, kemudian
mencetuskannya dalam bentuk karya seni. Nah pada masa Nabi dan
sahabatnya beliau, proses penghayatan nilai-nilai islami baru dimulai, bahkan
sebagian mereka baru dalam tahap upaya membersihkan gagasan-gagasan
jahiliyah yang telah meresap selama ini dalam benak dan jiwa masyarakat
islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan bahasa yang
indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi tentang
keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan
manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan (Manhaj Al-Tarbiyah Al-islamiyah, 119).
Bagaimana dengan seni budaya asing? Islam dapat menerima semua
hasil karya manusia selama sejalan dengan pandangan islam menyangkut
wujud alam raya ini. Namun demikian wajar dipertanyakan bagaimana sikap
suatu masyarakat dengan kreasi seninya yang tidak sejalan dengan budaya
masyarakatnya? Dalam konteks ini perlu digaris bawahi bahwa Al-quran
akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhirat seperti orang yang akan
mati besok hari. Artinya bahwa umat islam harus bekerja keras. Namun
dalam kehidupan ini ternyata tidak cukup hanya mengandalkan bekerja keras
akan tetapi kita dituntut untuk bekerja cerdas (intelligence). Inilah fungsi dari
ilmu pengetahuan yang mendorong kita untuk bekerja dengan penuh
perhitungan. Konsep kerja keras dan cerdas belum memenuhi syarat untuk
mendapat ridha Allah, tetapi harus dibarengi dengan konsep keikhlasan.
Sikap ikhlas akan terwujud mana kala seseorang memiliki keimanan yang
kokoh. Jadi seseorang yang memiliki keimanan perlu ditopang oleh ilmu
pengetahuan sehingga akan terwujud sebuah perbuatan yang dituntut oleh
ajaran, ilmu amaliyah dan amal ilmiah.
Ada 4 hal pandangan islam dalam etos kerja yaitu:
1. Niat (komitmen) sebagai dasar nilai kerja.
2. Konsep ihsan dalam bekerja.
3. Bekerja sebagai bentuk keberadaan manusia.
4. Orang mukmin yang kuat lebih disukai.
Pembahasan mengenai pandangan islam tentang bekerja dapat dimulai
dengan usaha menangkap makna sedalam-dalamnya sabda nabi yang amat
terkenal bahwa nilai setiap bentuk kerja itu tergantung kepada niat-niat yang
dipunyai pelakunya.
• MKDU4221/MODUL 6 6.19
L A T I H A N
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
R A N G K U M A N
A da 4 h l p a n d an g n
sebag a i d as ar n i la i k er ja ,
is la m d a l am et o s k erj a y a i t u : N i a t
K o n se p i h san d a la m b e k e r j a , Be k
(ko m i t m e n )
e r j a s e b a g a i bentuk keberadaan manusia, dan Orang mukmin
yang kuat lebih disukai.
T E S F O R M A T I F 1
• MKDU4221/MODUL 6 6.21
3) Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak
hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja,
melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan dalam ''lauhil mahfudz'' yang
disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah. Hal ini
tercantum dalam Alquran ....
A. Surat Al-Buruj 21-22
B. Surat Al-Baqarah 21-22
C. Surat Al-Maidah 21-22
D. Surat Al-Haj 21-22
4) Selain manusia didorong untuk mencari dan menggunakan ilmu, juga dia
diwajibkan untuk menyebarluaskan ilmu, hal ini terdapat dalam Alquran
surat ....
A. At-Taubah 122
B. Al-Baqarah 122
C. Al-Maidah 122
D. Ali Imran 122
M M e n ur u t s eb ag i u la m a ,
5) f en o m e n an y a, d an ya n g m e
y a n g b e r b ic ar t e n ta g al am m t e r
m e r in ta h k a n m anu s i a un tuk m eng eta h u i dan
memanfaatkan alam ini sebanyak ....
A. 750 ayat Al-quran
B. 700 ayat Al-quran
C. 650 ayat Al-quran
D. 600 ayat Al-quran
belum dikuasai.
• MKDU4221/MODUL 6 6.23
KEg I A TA N
B EL A JA R 2
Kewajiban Menuntut dan
Mengamalkan Ilmu
ada kegiatan belajar dua ini Anda akan diajak untuk mempelajari tentang
P “Kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu”. Ada dua pertanyaan
yang harus Anda jawab, jika kedua pertanyaan tersebut dapat Anda jawab
berarti Anda sudah memahami materi kegiatan belajar ini. Kedua pertanyaan
ini sebagai berikut.
1. Mengapa diwajibkan menuntut ilmu pengetahuan?
2. Bagaimana mengamalkan ilmu pengetahuan?
Agar kedua pertanyaan ini dapat Anda jawab dengan baik, kegiatan
belajar ini dibagi menjadi dua bagian yaitu: Kewajiban menuntut ilmu
pengetahuan dan kewajiban mengamalkan ilmu pengetahuan.
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, Anda diharapkan dapat
menjelaskan kewajiban menuntut Ilmu Pengetahuan dan kewajiban
mengamalkan Ilmu Pengetahuan menurut ajaran islam.
Secara lebih khusus setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini dengan
baik, Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan kewajiban menuntut ilmu pengetahuan;
2. menjelaskan kewajiban mengamalkan ilmu pengetahuan.
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.
Pengertian yang kita petik dari ayat ini bahwasanya menuntut ilmu
pengetahuan adalah suatu perintah (amar) sehingga dapat dikatakan suatu
kewajiban. Yang dimaksud ilmu pengetahuan di sini adalah ilmu agama.
Akan tetapi harus kita sadari bahwa agama adalah merupakan pedoman bagi
kebahagiaan dunia akhirat, sehingga ilmu yang tersimpul dalam agama tidak
semata ilmu yang menjurus kepada urusan ukhrawi, tetapi juga ilmu yang
mengarah kepada duniawi.
Dengan kata lain bahwa Allah mewajibkan kepada hamba-Nya untuk
menuntut ilmu pengetahuan tentang urusan keduniaan sepanjang tidak
bertentangan dengan ajaran agama, yakni untuk kebahagiaan dan
kemaslahatan. Pengertian ini kita dasarkan atas kenyataan bahwa dunia
merupakan ajang perjuangan hidup dan kehidupan dalam menghadapi
persoalan yang harus dipecahkan dan memerlukan kontribusi ilmu
pengetahuan.
• MKDU4221/MODUL 6 6.25
• MKDU4221/MODUL 6 6.27
maupun tinjauan sintaksis. Secara morfologi kata ilmu adalah masdar (dasar
kata). Kata-kata di dalam Alquran yang berkonotasi sebagai bentukan dari
kata tersebut adalah alima-ya'lamu (fi'il mudharri’), atau menjadi allama-
yu'allimu (fa’il mazid), aalimun (isim fa’il), ’alim (sifat musyabbahah),
allaam (mubalaghah), dan lain-lain. Di dalam Alquran terdapat lebih kurang
770 ayat yang secara redaksional mengungkapkan kata-kata ilmu dan yang
berkonotasi dengan itu. Untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam
tulisan ini, hanya diangkat beberapa ayat saja. Salah satunya sebagai berikut.
QS. Ar-Rahmaan (55): 1-2.
Ayat tersebut secara lugas diartikan bahwa Alquran adalah ilmu. Jika
Alquran diyakini sebagai wahyu, maka ilmu adalah wahyu. Wahyu adalah
sederetan informasi dari Allah kepada manusia melalui Rasul-Nya, tentang
apa, dan bagaimana seharusnya manusia itu. Selanjutnya Allah berfirman:
QS. Ar-Rahmaan (55): 3-15.
• MKDU4221/MODUL 6 6.29
yang terjadi. Sikap yang demikian itulah yang disebut dengan fathanah
(cerdas).
Berpikir integratif ilmiah pokok-pokoknya antara lain sebagai berikut.
a. Mempertimbangkan berbagai kemungkinan baik dari segi tekstual
maupun kontekstual tentang data, baik secara harfiah maupun
maknawiyah, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
b. Mencermati keutuhan dan kelengkapan data, baik data primer maupun
data sekunder.
c. Mempertimbangkan konsekuensi terhadap berbagai kemungkinan yang
terjadi akibat dari sikap atau perbuatan yang dilakukan sebagai bahan
perbandingan dalam menganalogi kesimpulan yaitu kesan yang
dihasilkan.
satu komponen integral ilmiah yang utuh dan terpadu. Satu sama lain saling
melengkapi dan menjelaskan. Sebab itu keutuhan menjadi bahan
pertimbangan dalam menyimpulkan makna tentang Alquran (Perhatikan pula
sabda Rasul yang menegaskan bahwa ayat Alquran satu sama lain saling
jelas-menjelaskan). Lebih jelas tentang uraian berpikir integratif
dikemukakan pada pokok bahasan pendekatan integratif tekstual dan
kontekstual dalam tafsir Alquran.
Berpikir objektif berarti mengingat atau mencermati kesan tentang
sesuatu sebagaimana adanya, dalam arti tidak mengada-ada. Jika yang
diamati suatu benda, maka kesan yang disimpulkan adalah sesuai dengan
y y n n g d ip e r o le h
d da l la m b e r p ik i r
d a r i b e n d y an g d i a m at i ny a it u. J i k a y a n g
a d a l a h u c ap an s es e o r an g , m ak a k e s a n y a n g
d i ja d ik a n o b j e k
o b j ek ti f a d a l a h yang sesuai dengan ucapan orang yang
dimaksud. Dengan demikian, penekanan objektif pada berpikir, fokusnya
adalah kesahihan atau validitas data, bukan pada kesan atau tafsiran data
sebagai hasil berpikir. Alur berpikir objektif dikatakan ilmiah apabila rujukan
data benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
Berpikir objektif dengan bidang keilmuan (Alquran), mempunyai data
yang objektif yang bersumber dari Alquran dan atau Sunnah Rasul. Rujukan
yang menjadi mazhab atau tempat pengambilan tentang Alquran adalah Mus-
haf, paling tidak objektivitas data mampu menjawab pada surat apa dan ayat
jika ada kesan tentang informasi dari telaah ayat atau hadits yang tidak sesuai
dengan kaidah berpikir umum, kemungkinan artinya harus dipahami sebagai
bahasa kiasan. Contohnya kandungan kalimat "lihatlah sekuntum melati dan
kumbang sedang bermesraan, keduanya saling memadu janji untuk hidup
bersama". Jika kata melati dipahami sebagai bunga dan kumbang sebagai
hewan, maka kaidah berpikir umum sulit untuk menerimanya, karena antara
kumbang dan melati tidak mungkin memadu janji. Atas dasar itu, yang
dimaksud dengan melati dan kumbang adalah seorang gadis dan seorang
pemuda (bahasa kiasan).
Dalam kaitannya dengan karakteristik berpikir ilmiah, rasional akan
b e r b e ntu r de n g
p a h a m y ang b e t e o tr a dis i o na l
b a ah a p a p u n s
a n d o k tr i
r k ey a k in a n lo g is j a b ar iy a h ( f a t ali s m e), y a i t u
w a e r b a m u n g k i n , j ik a T u h a n
menghendaki. Kumbang (hewan) atau melati (bunga) mungkin saja bisa
berbicara kalau Tuhan menghendakinya. Doktrin semacam ini, jelas menolak
karakteristik berpikir rasional. Dalam tinjauan Islam, jika konsekuen dengan
Alquran semestinya keyakinan tersebut tidak akan muncul dan jika ada harus
segera dikubur, karena bertentangan dengan prinsip berpikir sebagaimana
telah dikemukakan pada uraian terdahulu. Ingat kembali, bahwa
menggunakan akal merupakan tuntutan dari Allah.
Dari beberapa ciri berpikir ilmiah tersebut, ada hal pokok yang perlu
dicermati oleh setiap pemikir, yaitu mengapa manusia berpikir apa dan untuk
• MKDU4221/MODUL 6 6.31
apa; serta bagaimana; dari mana dan kapan berpikir harus dilakukan.
Kesemuanya dalam rangka memenuhi jawaban, yaitu "memenuhi perintah
Allah”, guna mempertahankan eksistensi manusia sebagai makhluk yang
termulia. Bukankah kodrat penciptaan manusia menurut asalnya sebagai
makhluk yang terhormat? Bukankah dari posisinya itu boleh jadi berbalik
menjadi makhluk yang terhina. Perhatikan firman Allah berikut ini. QS At-
Tiin (95): 4-6;
B. MENGAMALKAN ILMU
Manusia dituntut untuk menuntut ilmu, dan hukumnya wajib. Jika tidak
menuntut ilmu berdosa. Selain hukum tersebut menuntut ilmu bermanfaat
untuk mencapai kecerdasan atau disebut ulama (orang yang memiliki ilmu).
Namun di balik itu, orang yang memiliki ilmu (ilmuwan) akan berdosa jika
ilmunya tidak diamalkan. Dalam Al-quran terdapat 620 kata amal.
Dalam kaitannya dengan orang yang beriman harus didasarkan pada
pengetahuan (al-ilm) dan direalisasikan dalam karya nyata yang bermanfaat
bagi kesejahteraan dunia dan akhirat, tentunya amal yang dibenarkan oleh
ajaran agama (amal saleh). Dengan demikian amal saleh merupakan aspek
penting jika dilihat dari segi praktis. Dalam Al-quran kalimat amal saleh (al-
amal shalihat) sering dikaitkan dengan iman, misalnya QS A-Ashr (103: 3);
e m p i r ik , s e h in g ga ke m a nf at n
m e y a k in k a n . D i sam p in g am al
p e r bu a t an t e r se b u t d a p at d i k e ta h i c a r a
s a le h i t u di u k u r d e n g a n ak a l , h a ru s se s u a i
dengan ketentuan naqliy (Alquran dan Hadits).
Uraian di atas dapat dipahami, bahwa dalil yang dianggap pasti (dalil
qath’i) adalah dalil akal yang digunakan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dari obyek empirik. Di samping akal juga harus didasarkan pada
naqliy (wahyu), sesuai pemahaman akal. Pemanfaatan dua dalil tersebut
dapat dimanfaatkan untuk memperoleh kebenaran iman yang diwujudkan
dengan amal saleh.
• MKDU4221/MODUL 6 6.33
keperluan yang baik, menunaikan ibadah yang telah ditentukan, ikhlas dalam
berbagai macam tingkah laku yang baik dan sejenisnya.
Akhirnya ayat di atas disebutkan ulaika hum khair al al-bariyyat bahwa
orang-orang mukmin yang saleh dan berbuat kebajikan itu adalah paling
utama ciptaan Allah, karena mereka mau mengikuti kebenaran yang
ditemukan dengan wujud amal saleh. Dengan perbuatan yang baik tersebut,
berarti ia mempertahankan kemuliaan martabat yang telah diberikan oleh
Allah semenjak awal di ciptakan-Nya, yakni hidup sebagai teladan yang
dapat menunjukkan manusia kepada kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
B e rp ij a k d a r i u ra
berim a n p a d a a y a t d i
i n di at a s da p a t d i pa h a m i ,
at as ad a l ah m e r e k a y a n g m
b a hw a ya n g d i m a k s u d o r a n g
a u m em p e rg u n a k a n a k a l n y a untuk memahami wahyu
sebagai petunjuk, mempercayai Muhammad sebagai pembawa wahyu yang
benar, di dasarkan pada pengetahuan yang benar (ma’rifat al-haqq) akan
menumbuhkan tingkat kepercayaan yang mendalam, sehingga dapat
mendorong beramal saleh bagi kesejahteraan yang hakiki.
Orang yang beramal saleh sebagai wujud ketakwaan akan dapat
mencapai kebahagiaan, sebagaimana firman Allah pada Q.S.92: 5-7;
• MKDU4221/MODUL 6 6.35
L A T I H A N
1) Kewajiban berasal dari kata wajib atau fardlu. Artinya jika seseorang
melakukan sesuatu mendapat pahala, dan sebaliknya jika tidak
mengamalkan berdosa.
2) Kemukakan pendapat Anda dengan ungkapan bahasa sendiri.
3) Kemukakan pendapat Anda dengan ungkapan bahasa sendiri.
4) Beberapa ciri berpikir ilmiah adalah objektif, yaitu tidak mengada-ada
dalam arti, data yang menjadi acuan dalam berpikir tidak ditambah atau
dikurangi. Salih dan sahih (tepat dan benar). Ciri lain adalah integratif,
yaitu berpikir secara utuh dan terpadu. Alur berpikir dikatakan ilmiah
• MKDU4221/MODUL 6 6.37
P e n g e r tian y a n g k i t pet i k d a r i ay t i n i
peng e ta h u a n ad a la h s u atu p e ri n t a h (a m a r )
b a h w a sa n ya m e n u n t u t i l m u
s e h in g g a da p a t d i k a t a k a n suatu kewajiban.
Harus kita sadari bahwa agama adalah merupakan pedoman bagi
kebahagiaan dunia akhirat, sehingga ilmu yang tersimpul dalam agama
tidak semata ilmu yang menjurus kepada urusan ukhrawi, tetapi juga ilmu
yang mengarah kepada duniawi.
Manusia dituntut untuk menuntut ilmu, dan hukumnya wajib. Jika
tidak menuntut ilmu berdosa. Selain hukum tersebut menuntut ilmu
bermanfaat untuk mencapai kecerdasan atau disebut ulama (orang yang
memiliki ilmu). Namun di balik itu, orang yang memiliki ilmu
(ilmuwan) akan berdosa jika ilmunya tidak diamalkan. Dalam Alquran
terdapat 620 kata amal.
Dalam kaitannya dengan orang yang beriman harus didasarkan pada
pengetahuan (al-ilm) dan direalisasikan dalam karya nyata yang
bermanfaat bagi kesejahteraan dunia dan akhirat, tentunya amal yang
dibenarkan oleh ajaran agama (amal saleh).
T E S F O R M A T I F 2
3) Pikir dan zikir merupakan dua kata yang kerap kali dipertentangkan.
Mempertentangkan keduanya adalah keliru, alasannya sebagai berikut,
kecuali ....
A. berpikir adalah proses berzikir
B. berzikir adalah proses berpikir qurani
C. berzikir adalah proses quranisasi
D. berpikir adalah proses rasionalisasi Alquran
5) Berpikir ilmiah yang sesuai dengan kaidah berpikir dalam Islam adalah
menjadikan ....
A. Allah sebagai objek berpikir
B. Alquran sebagai objek berpikir
C. Alquran sebagai sumber berpikir
D. Alquran sebagai teori berpikir
7) Al-ilmu bila amalin kasajarin bila tsamarin artinya adalah ilmu yang....
A. tidak diamalkan bagaikan pohon berbuah
B. tidak diamalkan bagaikan pohon tidak berbuah
C. diamalkan bagaikan pohon berbuah
D. diamalkan bagaikan pohon tidak berbuah
8) Dalam Al-qur’an terdapat 620 kata amal, padanan kata amal adalah ....
A. berpikir
B. bertahan
C. berjanji
D. bekerja
• MKDU4221/MODUL 6 6.39
KEg I A TA N B EL A JA
R 3
Agar ketiga pertanyaan ini dapat Anda jawab dengan baik, kegiatan
belajar ini dibagi menjadi tiga subbagian, yaitu: pengertian tanggung jawab,
tanggung jawab ilmuwan, dan tanggung jawab seniman.
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, secara umum Anda diharapkan
dapat menjelaskan tanggung jawab ilmuwan, dan tanggung jawab seniman
perspektif ajaran islam.
Secara lebih khusus setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini dengan
baik, Anda diharapkan mampu menjelaskan:
1. pengertian tanggung jawab;
2. tanggung jawab ilmuwan;
3. tanggung jawab seniman.
• MKDU4221/MODUL 6 6.41
dengan yang dituntut oleh yang memberi perintah. Atau tanggung jawab
berarti siap menerima dan melaksanakan kewajiban atau tugas.
Kata tanggung jawab belum berarti apa-apa jika tidak dihubungkan
dengan aktivitas yang dipertanggungjawabkan, misalnya kita sebagai seorang
ilmuwan, menjadi tanggung jawab ilmuwan, artinya bagaimana tanggung
jawab seorang ilmuwan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan
keilmuan. Jika dihubungkan dengan seniman, menjadi tanggung jawab
seniman artinya bagaimana tanggung jawab seorang seniman terhadap
berbagai hal yang berkaitan dengan kesenian.
Sering kita mendengar istilah tanggung jawab moral, artinya suatu sikap
diri dalam melakukan sesuatu aktivitas selalu mempertimbangkan masalah
moral. Ia tidak mau melakukan sesuatu aktivitas sekalipun membawa
keberuntungan jika hasil perbuatannya dapat merusak moral masyarakat.
Pada modul ini akan dibahas tentang tanggung jawab ilmuwan dan
seniman dilihat dari sisi pandangan ajaran islam. Tanggung jawab dapat
dilihat dari 3 hal: Pertama pengertian tanggung jawab, seperti yang sudah kita
jelaskan, kedua prinsip tanggung jawab dan ketiga bentuk tanggung jawab.
Artinya: Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan
kamu pemakmurnya.
• MKDU4221/MODUL 6 6.43
Artinya: Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati Allah
d an R a s u l ( M u ham m a d)
am an a h - a m a na h ya n g
u m e n g khi a
d a n (j u g a ) jang a n l a h ka m se d a n g k
d i p erc a y a k an k e p a d am u , n at i
a m u
mengetahui.
Kemudian dalam Surat Al-Ashr ayat 1-3 (QS. 102: 1-3). Silakan Anda
baca kembali pada penjelasan tentang “amal”.
Prinsip Prestasi, sejalan dengan prinsip iman, maka muncul pula prinsip
kerja yaitu agama melihat bekerja sebagai bagian kehidupan manusia yang
paling mendasar. Perbedaan antara orientasi prestasi dan prestise itu salah
satu titik perbedaan antara paham islam dan jahiliyah. Ibnu Taimiyah
menjelaskan: “Al-I’tibar fil-jahiliyah al-anshab, wal-i’tibar fil-islam bil-
amal”. Pertimbangan dalam jahiliyah berdasarkan keturunan, dan
pertimbangan dalam islam berdasarkan amal perbuatan. Al-qur’an Surat al-
Hujurat ayat 13 (QS 49: 13).
Karena itulah titik berat penilaian seorang manusia kepada manusia lain
tidak mungkin berdasarkan takwanya semata, melainkan berdasarkan
manifestasi dan pantulan takwa itu dalam amal lahiriah yang shalih, berbudi
dan berakhlak mulia. Justru itulah prestasi (bukan prestise) yang paling
cocok. Dengan dipadukannya antara prinsip amanah, iman dan prestasi
itulah, seseorang memiliki landasan yang kuat dalam dirinya untuk
mewujudkan tanggung jawab.
• MKDU4221/MODUL 6 6.45
Artinya: 1 3. D a n t iap -
p e r bu at a nny a (s
ti a p m a n u si a i t u te l h K a m i
e b a gai m a n a t eta p n ya k al ung ) p a da
te ta p k an a m a l
le h e rn ya. D a n Kami keluarkan baginya pada hari
kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. 14. "Bacalah
kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab
terhadapmu."
Artinya: Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain.
(Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang
mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa
yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Jika seseorang menyalahgunakan tanggung jawab bukan untuk tujuan
baik, maka ia pun akan merasakan akibatnya Alqur’an menjelaskan pada
terlepas
penilaian dari
Allahpenglihatan Allah akan
dan selanjutnya SWT.dimintakan
Ia tidak dapat menghindar dari
pertanggungjawaban di
akhirat nanti. Alqur’an menjelaskan pada surat Yaa siin ayat 65 (QS 36: 65);
Artinya: Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami
tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa
yang dahulu mereka usahakan.
• MKDU4221/MODUL 6 6.47
bila diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu
merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge
and science).
Dengan membaca dan memahami Alquran, manusia pada hakikatnya
akan memahami ilmu Allah serta logika atau proses berpikir yang terkandung
dalam kalam Allah. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan memikul
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya, 32).
• MKDU4221/MODUL 6 6.49
bermanfaat bagi manusia baik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan unsur
“debu tanah” manusia maupun unsur “ruh Ilahi” manusia.
Seandainya penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
melalaikan seseorang dari zikir dan tafakur serta mengantarkannya kepada
keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan maka ketika itu bukan ilmu pengetahuan
dan teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan
• MKDU4221/MODUL 6 6.51
k ed u a - p
ek o n o m i
e r n a h b e rk a ta u m a t i s la m m e n in g g alk n d
k a r e na k h a w ati r te r je r u m us k e d a la m ha ram
u a p e r t ig a d a r i t r a n s a k s i
( ri b a ) . U ca p a n i n i b e n a r adanya, dan agaknya ia juga
dapat menjadi benar jika kalimat transaksi ekonomi diganti dengan kesenian.
Boleh jadi problem yang paling menonjol dalam hubungan dengan seni
budaya islam, sekaligus kendala utama kemajuannya adalah kekhawatiran
tersebut.
Kalau memang seperti itu, mengapa warna kesenian islami tidak tampak
dengan jelas pada masa nabi dan para sahabatnya. Bahkan mengapa terasa
atau terdengar adanya semacam pembatasan-pembatasan yang menghambat
perkembangan kesenian? Boleh jadi, Sayid Quthb yang berbicara tentang
masa Nabi dan para sahabatnya. Seniman baru berhasil dalam karyanya jika
ia dapat berinteraksi dengan gagasan, menghayatinya secara sempurna
sampai menyatu dengan jiwanya, kemudian mencetuskannya dalam bentuk
karya seni. Nah pada masa Nabi dan sahabatnya, proses penghayatan nilai-
nilai islami baru dimulai, bahkan sebagian mereka baru dalam tahap upaya
membersihkan gagasan-gagasan jahiliyah yang telah meresap selama ini
dalam benak dan jiwa masyarakat sehingga kehati-hatian amat diperlukan
baik dari Nabi sendiri sebagai pembimbing maupun dari kaum muslimin
lainnya. Atas dasar inilah kita harus memahami larangan-larangan yang ada,
kalau kita menerima adanya larangan penampilan karya seni tertentu. Apalagi
berbuat kebajikan, bukan juga penampilan abstrak tentang akidah. Seni yang
islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan bahasa yang
indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi tentang
keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan manusia
yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan (Manhaj Al-Tarbiyah Al-islamiyah, 119).
Bagaimana dengan seni budaya asing? Islam dapat menerima semua
hasil karya manusia selama sejalan dengan pandangan islam menyangkut
wujud alam raya ini. Namun demikian, wajar dipertanyakan bagaimana sikap
suatu masyarakat dengan kreasi seninya yang tidak sejalan dengan budaya
a s y a r a k t n y a ? D al a m kon te k s in i
m e m e r i n ta h k a n k a u m m u s lim in
per lu d igari sb a w a h i b a hwa A l - q u r a n
u ntu k m e n e g a kk a n ke b a j i k a n ,
memerintahkan perbuatan ma’ruf dan mencegah perbuatan yang munkar.
Seandainya penggunaan seni telah melalaikan seseorang dari zikir dan
tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan
maka ketika itu bukan seninya yang mesti ditolak, melainkan kita harus
memperingatkan dan mengarahkan manusia yang menggunakan seni itu.
Jika hasil seni sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri
dan tujuan penciptaan sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh islam.
Karena itu menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai
cara memadukan kemampuan seni dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya.
Untuk melaksanakan tugas ini, maka Allah SWT membekali manusia
dengan potensi-potensi seperti pendengaran, penglihatan, perasaan (qalbu),
pengertian (akal), keyakinan (iman), dan keinginan.
Q.S. Ali Imran (3): 14;
• MKDU4221/MODUL 6 6.53
L A T I H A N
R A N G K U M A N
T E S F O R M A T I F 3
• MKDU4221/MODUL 6 6.55
• MKDU4221/MODUL 6 6.57
Tes Formatif 1
1) C. Iman.
2) A. Kepribadian manusia seutuhnya, pendirian yang konsisten, dan
memiliki kecerdasan, kemauan, dan keterampilan.
3) A. Surat Al-Buruj 21-22.
4) A. At-Taubah 122.
5) A. 750 ayat Al-quran.
6) B. Menundukkan.
7) C. Ilmu Allah yang disampaikan kepada manusia melalui Alquran dan
As-Sunnah.
8) A. Ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang
alam, hidup, dan manusia yang mengantar menuju pertemuan
sempurna antara kebenaran dan keindahan.
9) B. Bekerja.
10) B. 620 kata.
Tes Formatif 2
1) A. Melaksanakan mendapat pahala, meninggalkan mendapat siksa.
2) B. Tuntutan Allah kepada manusia sebagai ciptaan-Nya.
3) A. Berpikir adalah proses berzikir.
4) A. 9: 122.
5) C. Alquran sebagai sumber berpikir.
6) D. Al-ashr ayat 1-3.
7) B. Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon tidak berbuah.
8) D. Bekerja.
9) C. Bahwa ilmuwan adalah ahli waris para nabi.
10) A. Fardlu.
Tes Formatif 3
1) C. Hisab.
2) D. Nilai prestise.
3) B. Mementingkan sendiri.
4) A. Fardlu.
5) A. Berdasarkan akal sehat.
6) D. Nilai qur’ani.
7) C. 17: 32.
8) B. 102: 1-3.
9) A. 3: 14.
10) A. Ekspresi tentang keindahan wujud tentang alam, hidup, dan manusia
yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan.
• MKDU4221/MODUL 6 6.59
Daft ar Pustaka
M. Quraish Shihab. (1999). Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan & Malaikat
dalam Alquran dan Sunah. Jakarta: Lentera Hati.
M. Ali Usman, dkk. (1993). Hadits Qudsi: Firman Allah yang Tidak
Dicantumkan dalam Alquran. Cetakan
Kesepuluh. Bandung:
Diponegoro.
Jakarta: Penebar
Salam.