Penuntun Praktikum

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

2023

PENUNTUN
PRAKTIKUM KIMIA
PANGAN

RH. FITRI FARADILLA, S.T.P., M.SC., PH.D.

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS HALU OLEO
I. Karbohidrat

Karbohidrat adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan
oksigen. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi kebanyakan makhluk hidup, termasuk
manusia. Selain itu, karbohidrat juga berfungsi sebagai bahan pembentuk struktur sel dan jaringan
tubuh, serta sebagai sumber serat makanan.

Karbohidrat dapat ditemukan pada berbagai macam bahan pangan, seperti biji-bijian, umbi-umbian,
buah-buahan, sayuran, dan produk olahan seperti roti, pasta, dan sereal. Karbohidrat dapat dibagi
menjadi beberapa jenis berdasarkan jumlah molekul yang terlibat dalam strukturnya, yaitu:

1. Monosakarida: senyawa karbohidrat sederhana yang terdiri dari satu molekul gula
sederhana. Contoh monosakarida adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
2. Disakarida: senyawa karbohidrat yang terdiri dari dua molekul gula sederhana yang terikat
bersama melalui ikatan glikosidik. Contoh disakarida adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa.
3. Oligosakarida: senyawa karbohidrat yang terdiri dari beberapa molekul gula sederhana yang
terikat bersama melalui ikatan glikosidik. Oligosakarida umumnya terdiri dari 3 hingga 10
molekul gula sederhana.
4. Polisakarida: senyawa karbohidrat yang terdiri dari banyak molekul gula sederhana yang
terikat bersama melalui ikatan glikosidik. Polisakarida dapat berupa pati, selulosa, glikogen,
dan kitin.

1. Tes Benedict
Tes Benedict adalah suatu tes kimia yang digunakan untuk menguji keberadaan gula pereduksi
dalam suatu larutan. Gula pereduksi adalah jenis gula yang memiliki kemampuan untuk
mengalami reaksi redoks atau oksidasi-reduksi. Gula pereduksi memiliki gugus aldehida atau
keton yang dapat bereaksi dengan senyawa lain, terutama senyawa yang memiliki gugus
aldehida, keton, atau gugus amina bebas.
Contoh dari gula pereduksi adalah monosakarida seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga
jenis gula tersebut memiliki gugus aldehida yang dapat bereaksi dengan senyawa lain dan
mengalami oksidasi. Oleh karena itu, gula pereduksi sering digunakan dalam berbagai reaksi
kimia, terutama dalam reaksi biokimia.
Namun, perlu diingat bahwa tidak semua jenis gula memiliki kemampuan pereduksi. Beberapa
jenis gula seperti sukrosa (gula pasir) dan laktosa (gula yang terkandung di susu), tidak memiliki
gugus aldehida atau keton yang dapat bereaksi, sehingga tidak termasuk dalam kategori gula
pereduksi.
Contoh reaksi dari gula pereduksi yang terkait dengan makanan adalah reaksi Maillard. Reaksi
Maillard adalah reaksi antara asam amino dan gula pereduksi yang terjadi pada suhu tinggi, yang
menghasilkan senyawa-senyawa yang memberikan aroma, warna, dan rasa pada makanan yang
dipanggang atau diasapi.
Contoh dari reaksi Maillard pada makanan adalah ketika roti dipanggang, gula pereduksi seperti
glukosa atau fruktosa dalam adonan roti bereaksi dengan asam amino dalam tepung dan
membentuk senyawa-senyawa baru yang memberikan aroma, rasa dan warna coklat pada roti
panggang. Demikian pula, reaksi Maillard juga terjadi saat daging atau ikan diasapi,
menghasilkan aroma dan rasa yang khas pada makanan tersebut. Reaksi Maillard juga terjadi
pada proses pembuatan kopi dan coklat, yang memberikan aroma dan rasa yang khas pada
minuman tersebut.
Cara kerja tes Benedict adalah dengan menambahkan larutan tes Benedict ke dalam larutan
yang akan diuji, kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama beberapa menit. Jika dalam
larutan terdapat gula pereduksi, maka akan terjadi reaksi oksidasi pada gula tersebut. Hasil dari
reaksi oksidasi tersebut adalah terbentuknya senyawa oksida yang memiliki warna hijau atau
merah bata.
Jika warna hasil tes adalah hijau, maka konsentrasi gula pereduksi dalam larutan rendah,
sedangkan jika hasil tes berwarna merah bata, maka konsentrasi gula pereduksi dalam larutan
tinggi. Hasil tes juga dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi gula pereduksi dalam suatu
larutan.
Tes Benedict dapat digunakan untuk menguji keberadaan gula pereduksi dalam berbagai jenis
makanan dan minuman. Misalnya, dalam industri permen, tes Benedict digunakan untuk
memeriksa keberadaan gula pereduksi dalam coklat, karamel, dan berbagai jenis permen
lainnya. Tes Benedict juga digunakan dalam produksi minuman ringan untuk memeriksa kadar
gula pereduksi dalam minuman tersebut.
Alat-alat : tabung reaksi, alat penangas, pipet tetes pereaksi larutan Benedict

Bahan percobaan : larutan glukosa 0,1 M, larutan fruktosa 0,1 M, larutan sukrosa 0,1 M,
larutan kanji 1%

Cara kerja : masukkan 2,5 mL larutan Benedict ke dalam tabung reaksi.


Tambahkan 4 tetes larutan yang diperiksa. Campur dan didihkan selama 5 menit. Dinginkan
perlahan-lahan. Perhatikan, apakah ada endapan dan bagaimana warnanya? endapan
berwarna hijau, kuning atau merah menandakan reaksi positif. Perubahan warna larutan
lainnya tidak menandakan reaksi positif.

2. Hidrolisis Karbohidrat

Hidrolisis karbohidrat adalah proses pemecahan ikatan glikosidik pada karbohidrat melalui reaksi
dengan air, yang menghasilkan gula sederhana atau monosakarida. Reaksi hidrolisis ini
melibatkan pemecahan ikatan antara atom karbon yang terikat pada gugus hidroksil yang
membentuk ikatan glikosidik dengan gugus hidroksil dari air.

Contohnya, pada hidrolisis sukrosa (gula meja), ikatan glikosidik antara glukosa dan fruktosa
dipecah menjadi dua molekul gula sederhana. Proses ini dapat terjadi secara alami melalui
enzim hidrolase yang terdapat dalam saluran pencernaan, seperti amilase, sukrase, dan laktase.

Selain itu, hidrolisis juga dapat terjadi melalui proses kimia yang dilakukan dengan mereaksikan
karbohidrat dengan asam atau basa. Reaksi ini disebut dengan hidrolisis asam atau hidrolisis
basa, tergantung pada jenis reagen yang digunakan. Dalam hidrolisis asam, karbohidrat
direaksikan dengan asam seperti HCl, sedangkan dalam hidrolisis basa, karbohidrat direaksikan
dengan basa seperti NaOH.
Ketika terjadi hidrolisis, karbohidrat akan terurai menjadi senyawa-senyawa yang lebih
sederhana, seperti monosakarida, disakarida, dan oligosakarida. Reaksi hidrolisis sangat penting
dalam proses pencernaan dan metabolisme karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan.

Alat-alat : Gelas piala 100 mL & 500 mL, gelas pengaduk, hot plate, pipet tetes,
gelas ukur, timbangan analitik, kertas label

Pereaksi : HCl pekat, reagen Benedict, NaOH 10%, indikator PP


(phenolphthalein)

Bahan Percobaan : Larutan sukrosa 0.1 M


Cara kerja :
a. Buatlah 100 mL larutan sukrosa 0.1 M dengan cara mencampurkan X g sukrosa dengan
akuades di labu takar 100 mL hingga tanda tera.
Nilai X ditentukan dengan rumus:
X ( g)
mol=
Mr
mol
Molaritas ( M )=
V (L)
Mr sukrosa=342.3 g/mol
b. Buatlah larutan NaOH 10% dengan cara mencampurkan 10 g NaOH dengan akuades di labu
takar 100 mL hingga tanda tera.
c. Didihkan air di dalam gelas piala 500 mL. Atur sehingga tinggi air tidak melebihi gelas piala
100 mL.
d. 25 mL sukrosa 0.1 M dimasukkan ke dalam gelas piala 100 mL.
e. Tambahkan 1 mL HCl pekat.
f. Panaskan campuran selama 45 menit dengan cara memasukkan gelas piala ke dalam air
mendidih.
g. Dinginkan.
h. Setelah dingin teteskan indikator PP dan segera netralkan dengan NaOH 10% (tambahkan
tetes demi tetes sampai memberikan warna merah muda).
i. Setelah netral, larutan diencerkan sampai volume menjadi 50 mL dengan akuades.
j. Lakukan pengujian Benedict.
k. Amati hasil yang didapat.

3. Laporan
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan gula pereduksi? dan berikan contohnya!

b. Jelaskan perbedaan mono-, di-, dan poli-sakarida! dan berikan contohnya!


c. Lampirkan foto hasil pengamatan dari uji Benedict

d. Bahas hasil dari pengujian Benedict

e. Jelaskan apa yang terjadi jika sukrosa terhidrolisis!

f. Pada uji hidrolisis sukrosa, bahan apa yang digunakan untuk menghidrolisis? …………………….
g. Bahas hasil dari pengujian hidrolisis sukrosa. Bandingkan dengan hasil Benedict dari sampel
sukrosa! Lampirkan juga foto pengamatan sampel!
II. Lipid

Lipid adalah salah satu jenis senyawa organik yang penting dalam kehidupan. Lipid merupakan
molekul yang terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O), namun perbandingan
antara unsur-unsur ini biasanya berbeda dengan karbohidrat dan protein. Lipid biasanya lebih tinggi
kandungan unsur karbon dan hidrogen daripada oksigen. Karena sifat kimianya yang khas, lipid
memiliki banyak peran penting dalam tubuh, termasuk sebagai sumber energi, komponen struktural
membran sel, dan penyimpanan energi dalam jaringan adiposa.

Beberapa jenis lipid yang penting antara lain:

1. Asam lemak: merupakan komponen dasar dari lipid. Asam lemak terdiri dari rantai karbon dan
hidrogen dengan gugus asam karboksilat di ujungnya.
2. Trigliserida: terdiri dari tiga molekul asam lemak yang terikat pada satu molekul gliserol.
Trigliserida adalah bentuk penyimpanan utama lemak dalam tubuh.
3. Fosfolipid: terdiri dari satu molekul gliserol yang terikat pada dua molekul asam lemak dan
sebuah gugus fosfat. Fosfolipid merupakan komponen penting membran sel.
4. Steroid: termasuk hormon seksual, vitamin D, dan kolesterol. Steroid memiliki struktur cincin
dan berperan dalam banyak proses biologis dalam tubuh.
5. Karotenoid: pigmen yang ditemukan dalam tumbuhan dan mikroorganisme yang berfungsi
sebagai antioksidan dan memberikan warna pada makanan seperti wortel, tomat, dan cabai.

Meskipun lipid sangat penting dalam tubuh, terlalu banyak mengonsumsi makanan yang
mengandung lemak jenuh dan trans dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Oleh
karena itu, penting untuk memperhatikan jenis dan jumlah lemak yang dikonsumsi dalam diet
harian.

1. Daya Larut Lemak (Uji Kelarutan)


Lipid adalah kelompok senyawa organik yang terdapat di alam dan mempunyai sifat-sifat tidak
larut air tetapi larut dalam eter, kloroform, alkohol panas, dan benzena. Derajat kelarutan
lemak/minyak dapat diketahui atau ditentukan dengan pengamatan secara langsung tergantung
pada bahan pelarut yang dipakai.

Alat-alat : tabung reaksi, hot plate, pipet mikro 1 mL, tips 1 mL, kertas label

Pereaksi : eter, kloroform, air, larutan NaOH 10%, hexan, larutan natrium
karbonat 0.5%

Bahan percobaan : lemak sapi/lemak padat, minyak kelapa, minyak sawit, gliserol,
margarin, keju

Cara Kerja :

a. Masukkan 2 mL pereaksi/pelarut ke dalam tabung reaksi yang bersih


b. Bubuhkan sedikit bahan percobaan ke dalam tabung yang sudah berisi bahan pelarut
c. Kocok kuat-kuat dan lihat hasilnya
d. Bila kedua bahan terlihat terpisah, berarti tidak larut
2. Emulsi
Emulsi pada lemak dan minyak mengacu pada campuran stabil antara fase minyak atau lemak
yang nonpolar dengan fase air atau larutan polar. Emulsi minyak dalam air dan air dalam minyak
dapat terbentuk tergantung pada sifat polaritas dan nonpolaritas dari masing-masing cairan.

Emulsi minyak dalam air terjadi ketika minyak atau lemak yang nonpolar dicampur dengan air
yang polar dan diaduk secara intensif, sehingga partikel-partikel kecil dari minyak terdispersi
dalam air. Dalam emulsi ini, air berperan sebagai fase kontinu, sedangkan minyak atau lemak
berperan sebagai fase terdispersi. Contoh emulsi minyak dalam air adalah susu.

Sebaliknya, emulsi air dalam minyak terjadi ketika air yang polar dicampur dengan minyak yang
nonpolar dan diaduk intensif. Dalam emulsi ini, minyak berperan sebagai fase kontinu,
sedangkan air terdispersi dalam minyak. Contoh emulsi air dalam minyak adalah mayones.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi lemak dan minyak antara lain ukuran partikel,
konsentrasi emulsifier/surfaktan, viskositas cairan, pH, suhu, dan kekuatan pengadukan. Jika
salah satu faktor ini tidak optimal, maka emulsi dapat pecah dan partikel-partikel lemak atau
minyak dapat berkumpul kembali membentuk lapisan. Oleh karena itu, penting untuk
memperhatikan faktor-faktor ini untuk memastikan stabilitas emulsi yang diinginkan.

Emulsifier atau surfaktan adalah senyawa kimia yang dapat membantu dalam pembentukan dan
menjaga stabilitas emulsi. Surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan antara dua atau
lebih fase, sehingga partikel-partikel terdispersi lebih mudah tercampur dalam fase kontinu.

Surfaktan memiliki dua bagian molekul, yaitu bagian hidrofilik yang bersifat polar dan bagian
hidrofobik yang bersifat nonpolar. Bagian hidrofilik senyawa surfaktan berikatan dengan air atau
fase polar, sedangkan bagian hidrofobik berikatan dengan minyak atau fase nonpolar. Dengan
adanya surfaktan, partikel-partikel terdispersi dapat dijaga agar tidak menggumpal dan
membentuk lapisan di dalam emulsi.

Alat-alat : tabung reaksi, pipet tetes, pipet mikro 1 mL, tips 1 mL, kertas label
Pereaksi : Natrium karbonat 0.5%, larutan albumin encer
Bahan percobaan : Minyak kelapa, gliserol
Cara kerja :
a. Masukkan air masing-masing 2 mL ke dalam 4 tabung reaksi yang bersih
b. Tambahkan 2 tetes bahan percobaan (tabung 1 & 2 minyak kelapa, tabung 3 & 4 gliserol)
c. Kocok kuat-kuat (1-2 menit)
d. Diamkan sebentar
e. Amati apa yang terjadi dan ambil foto sampel
f. Pada tabung 1 & 3 ditambahkan 1 mL larutan natrium karbonat dan tabung 2 & 4
ditambahkan 2 mL larutan albumin encer
g. Kocok kembali
h. Perhatikan pengaruh albumin dan natrium karbonat terhadap kestabilan emulsi

3. Laporan
a. Lengkapilah tabel berikut dengan memberikan keterangan TL (tidak larut), LS (larut
sebagian), atau L (larut)

Pelarut Bahan Percobaan


……. ……. ……. ……. ……. …….
…….
…….
…….
…….

b. Lampirkan foto hasil pengamatan kelarutan lemak!

c. Bahas hasil dari uji kelarutan! Jelaskan mengapa ada sampel yang larut dan ada yang tidak?

d. Jelaskan definisi dari emulsi dan emulsifier dan jelaskan juga mekanisme kerja dari
emulsifier!

e. Sebutkan beberapa contoh aplikasi emulsi dalam industri dan kehidupan sehari-hari!
f. Sebutkan emulsifier yang digunakan pada praktikum ini!
……………………………………………………………………………….
g. Lampirkan foto pengamatan emulsi!

h. Bahas hasil yang didapatkan!


III. Protein

Protein adalah molekul besar yang terdiri dari rantai panjang asam amino yang terikat satu sama lain
melalui ikatan peptida. Protein memiliki berbagai fungsi penting dalam tubuh, termasuk sebagai
bahan bangunan sel, katalisator dalam reaksi kimia biologis, transporter molekul, dan penyimpanan
energi.

Asam amino adalah unit dasar protein yang terdiri dari atom karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen,
dan kadang-kadang belerang. Terdapat 20 jenis asam amino yang dapat membentuk protein. Setiap
protein memiliki susunan asam amino yang unik yang menentukan struktur dan fungsinya.

Struktur protein dapat dibagi menjadi empat tingkat yaitu:

1. Struktur primer: urutan asam amino yang membentuk rantai polipeptida.


2. Struktur sekunder: susunan asam amino yang membentuk struktur heliks atau lembaran
beta.
3. Struktur tersier: susunan asam amino yang membentuk struktur tiga dimensi yang kompleks.
4. Struktur kuartener: susunan beberapa rantai polipeptida yang membentuk struktur protein
yang lebih besar.

Protein dapat ditemukan dalam berbagai jenis makanan seperti daging, ikan, kacang-kacangan, susu,
dan produk kedelai. Kekurangan protein dalam makanan dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan seperti keterlambatan pertumbuhan, kelemahan otot, kerusakan kulit dan rambut, serta
menurunkan sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, asupan protein yang cukup dalam makanan
sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh.

Selain baik bagi tubuh, protein juga memiliki fungsi tertentu dalam produk pangan. Berikut adalah
beberapa sifat fungsional protein dalam pangan:

1. Melembutkan: Protein dapat memberikan tekstur lembut pada makanan. Contohnya adalah
dalam pembuatan keju dan yogurt.
2. Pembentukan busa (foaming): Protein dapat membentuk busa udara dan memberikan
tekstur dan konsistensi pada makanan, seperti dalam pembuatan kue dan marshmallow.
3. Pembentukan emulsi: Protein dapat membentuk emulsi dan membantu mencampurkan dua
atau lebih bahan yang tidak saling bercampur, seperti minyak dan air. Contohnya adalah
dalam pembuatan mayonnaise dan saus salad.
4. Daya ikat air (water-binding): Protein dapat mengikat air dan membantu mempertahankan
kelembaban pada produk pangan. Contohnya adalah dalam pembuatan sosis dan daging
olahan.
5. Daya pengental (gelling): Protein dapat membentuk jaringan padat dan memberikan tekstur
kental pada makanan, seperti dalam pembuatan puding dan jeli.
6. Penghambat kristalisasi (crystallization inhibition): Protein dapat menghambat kristalisasi
pada makanan yang mengandung gula dan lemak, seperti dalam pembuatan cokelat dan kue
kering.
7. Kestabilan: Protein dapat memberikan stabilitas pada produk pangan dan mencegah
pengendapan partikel dalam produk makanan seperti dalam susu UHT dan es krim.
Sifat-sifat fungsional protein ini memungkinkan protein digunakan sebagai bahan baku penting
dalam industri makanan dan minuman, sehingga meningkatkan nilai tambah dan kualitas produk
pangan.

Beberapa faktor fisik dan kimia, seperti suhu, pH, tekanan, radiasi, dan senyawa tertentu seperti
detergen dan zat kimia lainnya, dapat menyebabkan protein terdenaturasi. Denaturasi protein
adalah perubahan struktur tiga dimensi dari protein, sehingga protein kehilangan sifat fungsionalnya.

Beberapa contoh denaturasi protein antara lain:

1. Penggumpalan putih telur saat dimasak. Pada suhu yang tinggi, ikatan hidrogen dan ikatan
ionik dalam struktur protein albumin pada putih telur terganggu sehingga protein
mengalami denaturasi dan terbentuk gumpalan yang padat.
2. Penggumpalan susu pada produk susu yang dipanaskan. Pada suhu yang tinggi, protein
dalam susu mengalami denaturasi sehingga terbentuk gumpalan protein yang disebut
koagulat.
3. Kehilangan fungsi enzim yang terjadi karena perubahan pH atau suhu yang berlebihan.
Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalis dalam reaksi biologis, denaturasi protein
pada enzim dapat menyebabkan kehilangan fungsinya.

Koagulasi protein adalah pembentukan gumpalan padat oleh protein akibat perubahan lingkungan
seperti suhu, pH, atau penggunaan bahan kimia. Proses ini dapat terjadi setelah denaturasi protein,
di mana struktur protein yang terdenaturasi dapat membentuk gumpalan padat. Namun, koagulasi
protein juga dapat terjadi pada protein yang belum mengalami denaturasi. koagulasi dapat terjadi
dengan cara:

1. Dengan pemanasan. Banyak protein terkoagulasi jika dipanaskan. misalnya, jika telur
dimasak, protein dalam bagian putih dan kuning telur terkoagulasi.
2. Dengan asam. Bakteri dalam susu memfermentasi laktosa menghasilkan asam laktat.
derajat keasaman menurun menyebabkan protein susu, yaitu kasein terkoagulasi.
3. Dengan perlakuan mekanis. Perlakuan mekanis seperti mengocok putih telur menyebabkan
terjadinya koagulasi parsial pada protein.
4. Penambahan garam. Garam-garam tertentu seperti natrium klorida, amonium sulfat
dapat mengoagulasi protein. Apabila bagian putih telur difraksinasi dengan cara
penambahan amonium sulfat, sejumlah globulin, akan mengalami salting out
(mengendap dengan adanya garam). Dengan penambahan amonium sulfat dengan
konsentrasi yang lebih tinggi albumin dapat membentuk kristal.

1. Pengaruh Pemanasan Terhadap Protein.

siapkan 4 buah tabung reaksi yang masing -masing diisi 3 mL putih telur.

 tabung 1 digunakan sebagai kontrol (tidak dipanaskan)


 tabung 2 dipanaskan sampai suhu 40°C
 tabung 3 dipanaskan sampai suhu 70°C
 tabung 4 dipanaskan sampai suhu 90°C
Masing-masing tabung yang dipanaskan dipertahankan selama 1-2 menit dan pemanasan
dilakukan dalam waterbath, semua tabung didinginkan sampai suhu ruang.

Tabel pengamatan

Tabung Kejernihan/ kekeruhan Viskositas Timbulnya Pembentukan


endapan padatan

keterangan: beri tanda + atau - terhadap perubahan yang terjadi

2. Pengaruh penambahan garam netral terhadap protein

Siapkan 2 buah tabung reaksi, masing- masing diisi 3 mL putih telur.

Tabung 1 ditambahkan dengan larutan garam netral dengan konsentrasi tinggi (amonium sulfat
80%) sebanyak 1 mL.

Tabung 2 ditambah dengan larutan garam netral dengan konsentrasi rendah (ammonium sulfat
5%) sebanyak 1 mL. Masing-masing tabung dikocok pelan dan didiamkan.

Tabel pengamatan

Tabung Kejernihan/ Kekeruhan Viskositas Timbulnya Pembentukan


Endapan Padatan

keterangan: beri tanda + atau - terhadap perubahan yang terjadi

Pengaruh penambahan pelarut organik terhadap protein

pelarut organik yang digunakan pada percobaan ini adalah etanol 95 --96%. Siapkan 3 tabung reaksi,
masing - masing diisi dengan 3 mL putih telur.

- tabung 1 ditambahkan dengan etanol 95-96% sebanyak 0.5 mL

- tabung 2 ditambah dengan etanol 95-96% sebanyak 1 mL

- tabung 3 ditambahkan dengan aquades 1 mL.


Tabel pengamatan

Tabung Kejernihan/ Kekeruhan Viskositas Timbulnya Pembentukan


Endapan Padatan

keterangan: beri tanda + atau - terhadap perubahan yang terjadi

Bahas hasil yang didapat dengan menjelaskan alasan dari fenomena yang diamati dan membandingkan
dengan literatur!
DAFTAR PUSTAKA

Widarta, I.W.R., Nocianitri, K.A., Ina, P.T., Wiadnyani, A.A.I.S. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Pangan.
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai