Anda di halaman 1dari 54

Peningkatan

Potensi Bencana
Akibat Perubahan Iklim

Adjie Pamungkas, Ph.D.


Kepala Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI)
Assoc Prof. Bidang Perencanaan Ruang berbasis Risiko
Dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember – ITS Surabaya
adjie@urplan.its.ac.id
1
Sumber: Wikipedia
MEMAHAMI PERUBAHAN IKLIM DAN
DAMPAKNYA
2
3
Sumber Gas Rumah Kaca
Emisi Scope 1 merupakan emisi
langsung GHG yang terjadi dari
sumber-sumber yang secara fisik
terkait dan dikendalikan oleh
perusahaan

Emisi Scope 2 adalah emisi tidak


langsung GHG yang terkait dengan
penggunaan energi yang dibeli oleh
perusahaan

Emisi Scope 3 adalah emisi tidak


langsung GHG yang terkait dengan
kegiatan perusahaan, tetapi terjadi
di luar kendali langsung perusahaan

Gas yang terkandung dalam


atmosfer baik alami maupun
antropogenik, yang menyerap dan
memancarkan kembali radiasi
inframerah.
(Sumber: Perpres 61/2011)

Source: WRI/WBCSD Corporate Value Chain


(Scope 3) Accounting and Reporting Standard

4
Profil Emisi Indonesia

1 G-20 Pittsburg: Target


pengurangan GRK untuk
tahun 2020 (26% biaya
sendiri dan hingga 41 %
dengan bantuan luar negeri)
2 Indonesia telah berkomitmen
untuk mengurangi emisi Gas
Rumah Kaca (GHG) sebesar
29% pada tahun 2030 tanpa
bantuan internasional, dan
41% dengan dukungan
internasional (UU No. 16,
2016).

5
Indonesia VS ‘Negara Maju’

6
Fenomena Perubahan Iklim di Lapangan

7
Fenomena Perubahan Iklim

Perubahan Curah Hujan Perubahan Suhu

DAMPAK FENOMENA
PERUBAHAN IKLIM

Kenaikan Permukaan Air Laut Cuaca Ekstrim

8
SEKTOR YANG TERPENGARUH
ICCSR = The Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap

FENOMENA DAMPAK SEKTOR DI ICCSR


Genangan air di wilayah pesisir Air, Perikanan dan Kelautan, Kesehatan
Kenaikan Permukaan Air
Laut Intrusi Air Laut Air, Pertanian

Banjir Sungai Air, Kesehatan


Genangan air Air, Pertanian, Kesehatan
Perubahan Curah Hujan Pencemaran air Air, Kesehatan
Demam Berdarah, Diare, Malaria Kesehatan

Demam Berdarah, Diare, Malaria Kesehatan

Kenaikan Suhu Udara Kekeringan Air, Pertanian, Kesehatan


Permukaan Kekurangan air bersih Air, Pertanian, Kesehatan
Suhu udara panas Pertanian, kesehatan
Badai / angin kencang Pertanian, Perikanan dan Kelautan
Cuaca Ekstrim
Puting Beliung Kesehatan
Ilustrasi diambil dari google
Banjir, cuaca ekstrim,
kebakaran hutan dan lahan
mengalami peningkatan
sampai 2019

10
Pendapat Pakar tentang Pengaruh
Perubahan Iklim pada Skala Banjir
Dalam hal banjir tahunan di Indonesia Salah satu SFD sub model
antara tahun 1900 hingga 2009, Gambar dalam Vulnerability Model –
4.3 mengindikasikan dampaknya. Angka- SFD 1-7
angka tersebut menunjukkan peningkatan Pamungkas, 2013
dampak (jumlah orang terdampak,
kerusakan/kerugian, dan jumlah korban
meninggal) dalam hal frekuensi dan
intensitas. Fakta-fakta ini juga telah
dibahas oleh Hidayat et al. (2008) dan
Santoso dan Forner (2006) sebagai
akibat dari perubahan iklim. IPCC juga
telah melaporkan bahwa perubahan iklim
akan memperburuk kejadian banjir
ekstrem di Indonesia berdasarkan
penggunaan Model Sikulasi Umum (GCM)
(Cruz et al. 2007).

Pamungkas, 2013

11
Simulasi Model Iklim Global pada Banjir
Pemilihan GCMs untuk Konteks BS Perkiraan Skala Banjir di Masa Depan
Perbandingan enam Model Iklim Global dalam hal Perbandingan Output Model antara BBBS dan GFDLCM
persentase perbedaan Ketinggian Banjir di Desa Centini 2.0 untuk 1971-1999 dan Prediksi GFDLCM 2.0 untuk
dari Model Dasar untuk Prediksi Saat Ini (1971-1999) 2040-2060 pada Ketinggian Banjir.

Pamungkas, 2013 Pamungkas, 2013


Salah Satu Contoh Iterasi Simulasi Skala Banjir
Karakteristik Prediksi Banjir 1000 Bulan Mendatang

Pamungkas, 2013 Ilustrasi diambil dari google


Tantangan Kota Surabaya – Fenomena UHI
Distribusi Urban Heat Index (UHI) Temporal Spasial
Tantangan Kota Surabaya – Banjir
Contoh hasil analisis tren curah hujan bulan Januari dari
data GPCC:
Garis dasar 1961-1990 nilai rata-rata (kiri) dan selisih
periode sekarang 1980-2010 dengan garis dasar (data
tersedia: 2007)

Prediksi Banjir sub-DAS Berdasarkan Model Saat Ini


(Pamungkas, 2019)
ORIENTASI PEMBANGUNAN DALAM SITUASI
PENINGKATAN BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM
16
Ketangguhan (Resiliensi)
Karakteristik Utama Resiliensi (CCR program, 2008)

01 02 03

Learning and
Absorb Shock Bounce Back Adaptation
Adaptasi adalah Kunci Resiliensi

Pamungkas, 2013
Integrasi Nilai Resiliensi dalam
Pembangunan Berkelanjutan
1972 1980
Konferensi Strategi
Stockholm: konservasi dunia: PEMBANGUNAN
lingkungan untuk ekologi, biologi, BERKELANJUTAN SEBAGAI
generasi sekarang spesies dan PENDEKATAN EKONOMI DAN
dan mendatang ekosistem LINGKUNGAN

1972
Laporan klub Roma:
Pertumbuhan ekonomi ekonomi lingkungan
dan lingkungan yang
seimbang
Integrasi Nilai Resiliensi dalam
Pembangunan Berkelanjutan
1987
Laporan Brundtland: PEMBANGUNAN
memenuhi kebutuhan dasar, BERKELANJUTAN SEBAGAI
mempertahankan pertumbuhan, PENDEKATAN EKONOMI,
perkembangan memenuhi LINGKUNGAN, DAN SOSIAL
masa kini dan masa depan
sosial

1991
Peduli Bumi: 9 prinsip
masyarakat berkelanjutan
(sumber daya tak terbarukan,
daya dukung, keterlibatan
ekonomi lingkungan
masyarakat)
Integrasi Nilai Resiliensi dalam
Pembangunan Berkelanjutan
1992
Deklarasi Rio: Kepedulian yang PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
berpusat pada manusia, SEBAGAI PENDEKATAN EKONOMI,
perlindungan lingkungan sebagai LINGKUNGAN, SOSIAL, DAN
bagian dari pembangunan terpadu, KELEMBAGAAN
partisipasi, kepemudaan,
kebijakan, legislasi kelembagaan social

2002
KTT Johannesburg: lebih maju
dari deklarasi rio untuk aspek
sosial dan kelembagaan.
Pertimbangkan bencana alam ekonomi lingkungan
sebagai salah satu tantangan
Integrasi Nilai Resiliensi dalam
Pembangunan Berkelanjutan
FENOMENA BENCANA DAN
PERUBAHAN IKLIM
Isu bencana menguat;
manajemen bencana,
manajemen/pengurangan
risiko bencana, PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEBAGAI
kerentanan kemudian PENDEKATAN EKONOMI, LINGKUNGAN,
ketahanan SOSIAL, DAN KELEMBAGAAN

kelembagaan social R
E
S
2016 I
L
Agenda Perkotaan Baru
(Quito): 2 dari 8 komitmen I
pemimpin seputar E
pengurangan risiko bencana N
dan perubahan iklim S
ekonomi lingkungan
I
Integrasi Nilai
Resiliensi dalam
Pembangunan
Berkelanjutan – Goal 11

23
Integrasi Nilai
Resiliensi dalam
Pembangunan
Berkelanjutan – Goal 11

24
USULAN LANGKAH PENGURANGAN RISIKO
BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM
25
Aksi 1 – Conversation on the “Risk”
Kampanye/Public Campaign

Public campaign kebencanaan pada Webinar SRAWUNG untuk diseminasi ide dan hasil riset
saat car free day sejak 2017 (sejak 2020)
(Dokumentasi PSKBPI, 2019)
Aksi 2 – Conversation on the “Risk”
Diskusi Grup Terfokus (FGD)
FGD antara akademisi, pemerintah dan NGO pada tahun 2018

Advokasi ke Pemerintah Daerah


Aksi 3 – Perumusan RPB
(Rencana Penanggulangan Bencana)

REGULASI FORMAL ?????


Aksi 4 –Ide Konsep
Rencana Tata Ruang Rendah Risiko Bencana

Usulan proses
penataan ruang
rendah risiko
bencana
Aksi 4 –Ide
Konsep
Rencana Tata
Ruang Rendah
Risiko Bencana
Aksi 5 –Manajemen Pembangunan
dengan Menghindari/Meminimalkan Risiko
• Rencana tata ruang dapat mengarahkan pembangunan
masa depan.
• Menghindari risiko atau mendukung upaya/rencana
pemerintah pengurangan risiko adalah kunci untuk kota yang
tangguh
SUB DAS PIJI yang
Terindikasi Banjir
6 25
Banjir Tidak Banjir

Sub-sub DAS 14, 15, 17, 20, 26, 31

Luapan Banjir Simulasi

Qs Qkap Qluapan Volume


SSD
(cms) (cms) (cms) (ms)
14 0,47 0,19 0,27 3.940,65
15 1,67 1,22 0,45 6.499,03
17 6,13 1,08 5,05 72.705,22
20 2,95 0,54 2,40 34.619,36
26 3,07 1,71 1,37 19.676,86
31 1,46 0,29 1,17 16.853,69
TOTAL 154.294,82
Perubahan Variabel Menjadi 12 Aksi yang Potensial
Persentase penurunan banjir
Rata-
Perubahan variabel
SSD SSD SSD SSD SSD SSD rata
14 15 17 20 26 31
Penambahan kapasitas sungai 10% 7,09% 27.05% 2,14% 2,26% 12,50% 2,45% 4,45%
Penerapan bioswale dari 10% area permukiman 3,41% 3.44% 1,00% 1,62% 2,56% 0,33% 2,06%
Penerapan RWH di perumahan 10% dari permukiman 1,41% 3,10% 1,09% 1,10% 3,12% 2,12% 1,99%
Perubahan luas kebun campur 10% menjadi hutan 0,07% 6,20% 1,37% 1,21% 0,81% -0,09% 1,60%
Perubahan luas permukiman 10% menjadi kolam 1,39% 1,55% 0,55% 0,79% 1,10% 0,09% 0,91%
Penerapan green roof intensif 10% dari permukiman 0,42% 0,43% 0,20% 0,20% 0,32% 0,04% 0,26%
Penerapan green roof ekstensif 10% dari permukiman 0,26% 0,26% 0,12% 0,12% 0,19% 0,03% 0,16%
Penerapan penanaman tepi jalan pada area potensial sebesar 10% 0,16% 0,16% 0,05% 0,07% 0,12% 0,02% 0,10%
Pembebasan lahan untuk RTH di sepanjang sempadan sungai 0,10% 0,10% 0,03% 0,05% 0,08% 0,01% 0,06%
Penggantian jalan aspal menjadi permeabel sebesar 10% 0,10% 0,10% 0,03% 0,05% 0,08% 0,01% 0,06%
Perubahan luas tegalan 10% menjadi hutan 0,15% 0,00% 0,00% 0,04% 0,00% 0,00% 0,03%
Perubahan luas tanah kosong 10% menjadi hutan 0,00% 0,00% 0,02% 0,04% 0,07% 0,00% 0,02%

Infrastruktur abu-abu Infrastruktur hijau Penggunaan lahan


Perbandingan Antar Skenario dan Efektivitas
Pengurangan Banjir
SKENARIO 1 SKENARIO 2 SKENARIO 3 SKENARIO 4

Skenario 1 merupakan Skenario 2 modifikasi Skenario 3 modifikasi Skenario 4 modifikasi


penggabungan seluruh skenario 1 dengan lanjutan skenario 2 lanjutan skenario 3
aksi yang potensial menggandakan dengan penambahan dengan optimalisasi
dimana seluruh aksi penerapan dari aksi- tawaran aksi baru dan sistem drainase pada
dilaksanakan pada aksi dengan sensitivitas peningkatan frekuensi dua wilayah banjir yang
angka moderat (dalam tinggi pada penurunan pada beberapa belum tertangani
persentase 10%) banjir penerapan aksi
sebelumnya

-29,53% -40,34% -81,02% -100%


Evaluasi Efektivitas Rencana Pemerintah

Luaran Model
Hidrologi
Saat Ini di
Daerah Aliran
Sungai

Luaran Model
Hidrologi Masa
Depan di Daerah
Aliran Sungai
sebagai
Konsekuensi
RDTR Kota
Surabaya 2018-
2038

Pamungkas, 2020
Evaluasi Efektivitas Rencana Pemerintah
Aksi 5 –Perubahan Regulasi Izin Bangunan

Bangunan tinggi di
Surabaya harus
menyediakan kolam tampung
(long storage) yang dapat
mengakomodasi hujan
selama 2 jam pada kavling
yang dibangun.

Di level kavling kecil


dapat diusulkan untuk
berbasis komunitas
dalam penyediaan
kolam tampung.
Aksi 5 –Perubahan Regulasi Izin Bangunan

PERSYARATAN
ARSITEKTUR

PERSYARATAN
STRUKTUR

PERSYARATAN
UTILITAS
Aksi 5 –Perubahan Regulasi Izin Bangunan
Persyaratan Utilitas Bangunan

Penyediaan infrastruktur darurat bangunan untuk


merespons peristiwa bencana –
Infrastruktur kelistrikan

Seluruh bangunan kompleks dapat


menyediakan cadangan listrik minimal 40%
dari daya listrik sehari-hari.

Semua bangunan kompleks sebaiknya


diminta untuk menyediakan infrastruktur
kelistrikan darurat berbasis energi
terbarukan
Aksi 5 –Perubahan Regulasi Izin Bangunan
Persyaratan Utilitas Bangunan

Penyediaan infrastruktur darurat bangunan untuk


merespons peristiwa bencana –
Infrastruktur telekomunikasi

Seluruh bangunan kompleks sebaiknya


menyediakan infrastruktur telekomunikasi
darurat seperti walkie talkie, atau peralatan
portable lainnya

Semua bangunan kompleks sebaiknya


diminta untuk menyediakan infrastruktur
telekomunikasi darurat seperti menara
telekomunikasi khusus atau telepon
satelit
Aksi 5 –Perubahan Regulasi Izin Bangunan
Persyaratan Utilitas Bangunan

Penyediaan infrastruktur darurat


bangunan untuk merespons peristiwa
bencana –
Infrastruktur air bersih dan sanitasi

Seluruh bangunan kompleks dapat


menyediakan instalasi pengolahan air
untuk mencadangkan pasokan air
bersih minimal 40% dari kebutuhan
sehari-hari.
Semua bangunan kompleks dapat
melakukan pembuangan dan
pengelolaan sampah dan limbah di
tempat yang aman bencana
Ilustrasi infrastruktur pengolahan air bersih Ilustrasi jenis-jenis alat
alternatif bangunan (skala kawasan) pengelolaan limbah
Aksi 5 –Perubahan Regulasi Izin Bangunan
Persyaratan Utilitas Bangunan

Penyediaan infrastruktur darurat bangunan untuk


merespons peristiwa bencana –
Jalur evakuasi dan titik kumpul

Titik evakuasi adalah ruang terbuka, bukan


ruang melingkar dan bukan jalur kendaraan
darurat

Area titik evakuasi harus menampung semua


penduduk sebenarnya dengan standar 0,3
m2/orang

Ilustrasi penyediaan titik kumpul


Aksi 5 –Perubahan Regulasi Izin Bangunan
Persyaratan Utilitas Bangunan

Penyediaan infrastruktur darurat bangunan untuk


merespons peristiwa bencana –
Refugee floor (lantai pengungsian)

Refugee floor harus memiliki konstruksi dinding


yang tahan gempa dan tahan api minimal
selama 2 jam

Refugee floor harus memiliki minimum daya


tampung penghuni dengan standar sekitar 0,3
m2 per orang

Refugee floor memiliki koneksi langsung untuk


evakuasi ke luar gedung secepatnya, bisa
berupa tangga darurat, helipad, escape chute
atau sarana lainnya

Ilustrasi refuge floor di Hongkong


Aksi 6 –Peningkatan Kapasitas Komunitas
Penilaian Kapasitas Komunitas dengan Disabilitas Netra terhadap Gempa Bumi

Hasil penilaian kapasitas SISWA dalam early response

Hasil penilaian kapasitas GURU dalam early response


Aksi 6 –Peningkatan Kapasitas Komunitas
Penilaian Kapasitas Komunitas terhadap Kebakaran melalui Participatory Mapping

• Kolaborasi dengan komunitas


dalam penilaian hazard di
lingkungannya (atas)
• Peta hasil pemetaan hazard
berdasarkan persepsi komunitas
(samping)
(Pamungkas, 2017)
Aksi 6 –Peningkatan Kapasitas Komunitas
Kolaborasi dengan Komunitas dalam pembelajaran dan adaptasi (learning & adaptation)

Pelatihan pemadaman
api kepada
masyarakat dengan
peralatan sederhana
dan alat pemadam
(Pamungkas, 2017)
Aksi 6 –Peningkatan Kapasitas Komunitas
Penyediaan sistem sarana prasarana yang memadai

Infrastruktur kedaruratan untuk kebakaran Jalur evakuasi inklusif

Source: Pamungkas, 2017


Source: Pamungkas, 2019
Aksi 6 –Peningkatan Kapasitas Komunitas
PETA EVARI (Peta Evakuasi Raba Berbicara) sebagai learning media evakuasi pada komunitas
dengan disabilitas netra
Aksi 6 –Peningkatan Kapasitas Komunitas
SIGAP Surabaya sebagai platform sistem informasi infrastruktur kedaruratan gempa bumi di
Surabaya
Aksi 7 –Perbaikan menerus pada sistem Respons
Mekanisme koordinasi antar unit dalam respons/tanggap darurat bencana
Skala cakupan wilayah :
BNPB
(pos pendamping nasional)
Nasional

BPBD Prov
Pos Pendamping prov
Provinsi

BPBD Kab/Kota Pusdalop


Pos Pendukung TDB
Posko TDB • Bantuan dlm negeri
•Bantuan dlm & luar negeri
Kota

Pos lapangan TDB

Kelurahan

Ketua RW/ Koordinator Korban

Lingkungan RW

Individu Kepala Keluarga


Aksi 8 –Risk Sharing
Instrumen pembiayaan risiko untuk pengurangan risiko bencana
Sumber: Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)

Dana Asuransi Utang Obligasi


Cadangan Kontinjensi Bencana

• Dana segera tersedia • Transfer risiko • Dana segera • Transfer risiko bencana
untuk pencairan bencana yang tersedia untuk yang efektif; tidak ada
• Dana tetap tersedia segera dan efektif; pencairan akumulasi dana yang
meskipun tidak terjadi tidak ada akumulasi • Mungkin lebih efisien dibutuhkan seperti
bencana dana yang ketika skala risiko dalam dana cadangan
• Dapat menurunkan biaya dibutuhkan seperti bencana meningkat • Dibandingkan asuransi,
relatif terhadap asuransi dalam dana memberikan keamanan
dengan memberikan cadangan dan kecepatan
pembayaran lebih rendah • Memberikan pembayaran yang lebih
dan biaya peluang yang perlindungan besar
lebih rendah terhadap peristiwa • Kurang peka terhadap
• Mengurangi bencana besar gangguan potensial di
ketergantungan pada pasar asuransi global
pembiayaan utang
Aksi 8 –Risk Sharing
Kerjasama dengan Maipark Indonesia dalam
Formulasi Skema Asuransi Banjir

1 Melakukan pemodelan hidrologi


2 Melakukan pemodelan hydrodynamic
TUJUAN
Melakukan analisis penilaian risiko banjir
3
secara kuantitatif

Mendapatkan debit banjir pada sisten


1 drainase yang digunakan sebgai input
dalam model banjir

Mendapatkan karakteristik genangan


MANFAAT 2 (kedalaman genangan, luas genangan,
durasi genangan, kecepatan aliran

Mendapatkan nilai kerugian akibat banjir


3 berdasarkan karakteristik yang telah
diperoleh dari model banjir
Reading List:
• Pamungkas A., (2013), Vulnerability Assessment for Disaster Risk Management: A Case Study of Floods in Centini Village, Indonesia, RMIT
University.
• Pamungkas A., Rahmawati D., Larasati K.D., Rahadyan G.A., and Dito A.H., (2017), Making a Low Risk Kampung to Urban Fire, Asian Journal
of Applied Sciences, Vol. 5, 02, 367-375.
• Pamungkas, A., Iranata D., Yuwono J., and Jaelani L.M., (2018), An Insight on Surabaya Development: Pre Colonials, Colonial, Post Colonial
and Current Era, IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science, 340: 1-20. DOI 10.1088/1755-1315/340/1/012002.
• Pamungkas A., and Purwitaningsih S., (2019). Green and Grey Infrastruction Approached in Flood Reduction, International Journal of Disaster
Resilience in the Built Environment Vol. 10 No. 5, 2019 pp. 343-362.
• Pamungkas A., Ciptaningrum M.U., Jaelani L.M., and Iranata D., (2019), Surabaya Resilience Index for Potential Earthquakes: An Institutional
Perspective, Australasian Journal of Disaster and Trauma Studies, Vol. 23, 1, 1-11.
• Pamungkas A., Zakina N., Iranata D., and Jaelani L.M., (2020), Integrating Risk Management into the Urban Spatial Planning Process, Disaster
Advances, Vol. 13(10), 33-42.
• Sianturi R.S., Pamungkas A., Elisiyah I., Ferrajuanie A., Putri R.I and Yusuf M., (2020), Investigating the Response of Students with Disabilities
to Earthquake: Preliminary Results, IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 564, 1-11, doi:10.1088/1755-1315/562/1/012010
• Pamungkas A., and Purwitaningsih S. (2021), Is Surabaya being planned as a low-risk city? A case study on the effect of urban spatial plans in
the Kedurus catchment area on flash flood risk reduction in Surabaya, International Review for Spatial Planning and Sustainable Development,
9, 1, p. 78-92 15 p
• Syafitri R., Pamungkas A., and Santoso E.B., (2021), Urban Form Factor That Play Important Roles on UHI Spatial Temporal Pattern: A Case
Study of East Surabaya, Indonesia, IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. 764, 1, 012030
• Pamungkas A., Kesumaning D,. Iranata D., (2021), Architectural and Structural Requirements on Building Permits to Reduce Earthquake Risk.
The Case of Surabaya, Indonesia, Journal of Settlements and Spatial Planning. 12, 2, p. 107-118 12 p
• Pamungkas A., Kesumaning D,. Iranata D., (2022), Building emergency infrastructure requirement to enhance urban resilience for earthquake: A
case study of Surabaya building regulation, IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. 1095, 1, 012007
• Pamungkas A., Sianturi R.S., Putri R.I., Ferrajuanie A., and Elisiyah I., (draft), Designing Evacuation Routes and Assembly Point in Schools for
Students with Disabilities.
53
https://www.its.ac.id/mkpi/

54
Sumber: Wikipedia

Anda mungkin juga menyukai