Anda di halaman 1dari 4

Kehidupan Bangsa Indonesia

Pada Zaman Pendudukan


Jepang

Oleh :

DIVON ATHADIAR SAGAR MATNA (XI IPS 3/13)

PEMERINTAHAN KABUPATEN LUMAJANG

DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 1 LUMAJANG 2023


1. Pendahuluan
Dibalik modernnya negara Indonesia saat ini, dengan banyaknya Rumah Ekslusif nan
megah seperti The Agathis sebagai perumahan di Kota Depok Pins tentu wajib mengingat
jasa para pahlawan pejuang kemerdekaan. Pembelajaran tentang ringkasan materi sejarah
Indonesia masa pendudukan Jepang diawali dari perang dunia II yang menyeret Jepang
dalam kancah pertempuran dan bergabung dengan blok Fasis, yaitu Jerman dan Italia.
Mereka berhadapan dengan blok sekutu, diantaranya adalah Soviet, Inggris, Perancis,
Belanda, dan Amerika Serikat. Mengapa Jepang melibatkan diri di perang dunia II?

Hal ini dikarenakan semangat restorasi Meiji yang mendorong Jepang menjadi negara
industri kapitalis, sehingga mereka membutuhkan bahan baku, buruh murah, dan tempat
pemasaran. Terlebih kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905 telah melecut semangat
Jepang dan menumbuhkan kepercayaan diri Jepang bahwa mereka mampu memenangkan
pertempuran melawan bangsa Barat.

2. Masuknya Jepang Ke Indonesia


Pada awal pertempuran, Jepang berhasil menguasai pertempuran di Asia Timur Raya di
kawasan pasifik, yaitu melalui sebuah serangan cepat di Pearl Harbour. Serangan tersebut
mengantarkan Jepang menguasai kawasan strategis tersebut, termasuk Indonesia.

Belanda yang menguasai Indonesia, kemudian menyerahkan kekuasaan kepada Jepang.


Setahap demi setahap, bangsa Jepang berhasil menguasai Indonesia dan
mengkampanyekan berbagai propaganda.

3. Kondisi kehidupan bangsa Indonesia dalam aspek sosial,


ekonomi, budaya, politik, militer, dan juga pendidikan.
a. ASPEK SOSIAL
Pemerintahan Jepang saat itu mencetuskan kebijakan tenaga kerja romusha. Mungkin
kamu sudah sering dengar kalau romusha adalah sistem kerja yang paling kejam
selama bangsa Indonesia ini dijajah. Tetapi, pada awalnya pembentukan romusha ini
mendapat sambutan baik lho dari rakyat Indonesia, justru banyak yang bersedia untuk
jadi sukarelawan. Namun semua itu berubah ketika kebutuhan Jepang untuk
berperang meningkat.
Pengerahan romusha menjadi sebuah keharusan, bahkan paksaan. Hal tersebut
membuat rakyat kita menjadi sengsara. Kamu bayangin aja, rakyat kita dipaksa
membangun semua sarana perang yang ada di Indonesia. Selain di Indonesia, rakyat
kita juga dikerjapaksakan sampai ke luar negeri. Ada yang dikirim ke Vietnam,
Burma (sekarang Myanmar), Muangthai (Thailand), dan Malaysia. Semua dipaksa
bekerja sepanjang hari, tanpa diimbangi upah dan fasilitas hidup yang layak.
Akibatnya, banyak dari mereka yang tidak kembali lagi ke kampung halaman karena
sudah meninggal dunia.

Selain romusha, Jepang juga membentuk Jugun Ianfu. Jugun Ianfu adalah tenaga
kerja perempuan yang direkrut dari berbagai Negara Asia seperti Indonesia, Cina, dan
korea. Perempuan-perempuan ini dijadikan perempuan penghibur bagi tentara Jepang.
Sekitar 200.000 perempuan Asia dipaksa menjadi Jugun Ianfu.

b. ASPEK BUDAYA
Pemerintahan Jepang pernah mencoba menerapkan kebudayaan memberi hormat ke
arah matahari terbit kepada rakyat Indonesia lho! Dalam masyarakat Jepang, kaisar
memiliki tempat tertinggi, karena diyakini sebagai keturunan Dewa Matahari. Nah,
Jepang berusaha menerapkan nilai-nilai kebudayaannya kepada bangsa Indonesia.
Tetapi langsung mendapat pertentangan dan perlawanan dari masyarakat di
Indonesia. Bangsa kita ini hanya menyembah Sang Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha
Esa mana mungkin setuju memberi hormat dengan membungkukkan punggung
dalam-dalam (seikerei) ke arah matahari terbit.

Dahulu, para seniman dan media pers kita tidak sebebas sekarang. Pemerintahan
Jepang mendirikan pusat kebudayaan yang diberi nama Keimin Bunkei Shidoso.
Lembaga ini yang kemudian digunakan Jepang untuk mengawasi dan mengarahkan
kegiatan para seniman agar karya-karyanya tidak menyimpang dari kepentingan
Jepang. Bahkan media pers pun berada di bawah pengawasan pemerintahan Jepang.

c. ASPEK PENDIDIKAN
Sistem pendidikan Indonesia pada masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, semua
kalangan dapat mengakses pendidikan, sedangkan masa Hindia-Belanda, hanya
kalangan atas (bangsawan) saja yang dapat mengakses. Akan tetapi, sistem
pendidikan yang dibangun oleh Jepang itu memfokuskan pada kebutuhan perang.
Meskipun akhirnya pendidikan dapat diakses oleh semua kalangan, tetapi secara
jumlah sekolahnya menurun sangat drastis, dari semulanya 21.500 menjadi 13.500.

d. ASPEK EKONOMI
Sewaktu Indonesia masih di bawah penjajahan Jepang, sistem ekonomi yang
diterapkan adalah sistem ekonomi perang. Saat itu Jepang merasa penting untuk
menguasai sumber-sumber bahan mentah dari berbagai wilayah Indonesia. Tujuan
Jepang melakukan itu, untuk menghadapi Perang Asia Timur Raya, Squad. Nah,
wilayah-wilayah ekonomi yang sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri atau yang
diberi nama Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya, merupakan
wilayah yang masuk ke dalam struktur ekonomi yang direncanakan oleh Jepang.

Kalau di bidang moneter, pemerintah Jepang berusaha untuk mempertahankan nilai


gulden Belanda. Hal itu dilakukan agar harga barang-barang dapat dipertahankan
sebelum perang.

e. ASPEK POLITIK dan MILITER


Pada masa pendudukan Jepang, pemerintah Jepang selalu mengajak bekerja sama
golongan-golongan nasionalis. Hal ini jelas berbeda dibandingkan pada masa
pemerintahan Hindia-Belanda. Saat itu golongan nasionalis selalu dicurigai.
Golongan nasionalis mau bekerja sama dengan pemerintahan Jepang karena Jepang
banyak membebaskan pemimpin nasional Indonesia dari penjara, seperti Soekarno,
Hatta, dan juga Sjahrir.

Kenapa Jepang mengajak kerja sama golongan nasionalis Indonesia? Karena Jepang
menganggap bahwa golongan nasionalis ini memiliki pengaruh besar terhadap
masyarakat Indonesia. Saat itu, Wakil Kepala Staf Tentara Keenam Belas, Jenderal
Harada Yosyikazu, bertemu dengan Hatta untuk menyatakan bahwa Jepang tidak
ingin menjajah Indonesia, melainkan ingin membebaskan bangsa Asia. Karena itulah
Hatta mererima ajakan kerja sama Jepang. Akan tetapi, Sjahrir dan dr. Tjipto
Mangunkusumo tidak mererima tawaran kerja sama Jepang.

Anda mungkin juga menyukai