Anda di halaman 1dari 29

ASUAHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DERMATITIS

OLEH :
1. YANI KRISTIANI ISU
2. FENERIA J.NU’A
3. ANTONIO DE ARAUJO

UNIVERSITAS TIMOR (UNIMOR)

FAKULTAS PERTANIAN

KAMPUS ATAMBUA

PRODI KEPERAWATAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur terucap hanya pada Tuhan yang Maha Esa atas Berkat nya sehinnga
kami dapat menyelesaikan makala ini yang membahas mengenai,“Asuhan
Keperawatan Pada klien dengan Demrmatitis ” yang merupakan pengetahuan penting
yang harus diketahui.Shal.Kami ucapkan terima kasih yang tiada tara kepada seluruh
pihak yang telahmembantu mensukseskan makalah ini hingga selesai, baik secara
langsungmaupun tidak.Bila dalam penyampaian makalah ini ditemukan hal-hal yang
tidak berkenan bagi pembaca, dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf yang
setulusnya.Kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi sangat kami harapkan
untuk perbaikan makala ini kedepan. 

penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar.........................................................................................................2
Daftar isi..................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan
1.1.Latar belakang.........................................................................................4
1.2.Rumusan masalah ...................................................................................4
1.3.Tujuan penulisan.....................................................................................5
BAB II Pembahasan
2.1. Definisi...................................................................................................6
2.2. Etiologi...................................................................................................7
2.3. Klasifikasi...............................................................................................7
2.4. Patofisiologi............................................................................................8
2.5. Manifestasi Klinis...................................................................................9
2.6. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................12
2.7. Penatalaksanaan .....................................................................................12
2.8. Komplikasi ............................................................................................17
BAB III Konsep Asuhan keperawatan
3.1.Pengkajian ..............................................................................................18
3.2.Diagnosa Keperawatan............................................................................23
3.3.Intervensi ................................................................................................24
3.4.Implementasi...........................................................................................27
3.5.Evaluasi ..................................................................................................28
BAB IV Penutup
4.1. Kesimpulan............................................................................................29
4.2. Saran.......................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................30

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dermatitis merupakan reaksi fisiologis yang terjadi pada kulit karena kontak
dengan substansi tertentu, dimana sebagian besar reaksi ini disebabkan oleh iritan
kulit dan sisanya disebabkan oleh alergen yang merangsang reaksi alergi (Taylor,
2008). Dermatitis kontak alergi (DKA) terjadi saat alergen mengalami kontak
dengan kulit yang kemudian mengalami fase sensitisasi. Berdasarkan anamnesis
terhadap pasien dermatitis kontak alergi, keluhan yang tersering dialami adalah
rasa gatal dan kemerahan. Beberapa jenis pohon, rumput, bunga, sayur, dan buah
dapat menjadi penyebab terjadinya DKA. Onset penyakit terjadi beberapa jam
atau hari setelah mengalami kontak (James, 2006).
Insiden dermatitis kontak iritan (DKI) sulit ditentukan oleh karena data
epidemiologi belum cukup akurat dan pekerja yang menderita DKI jarang
mencari pengobatan ke dokter, mereka lebih memilih untuk menghindari agen
penyebab iritasi (Taylor, 2008)
Dinas kesehatan di Amerika Serikat mengklaim 90 % kelainan kulit pada
pekerja diakibatkan oleh kontak dermatitis. Data dari Burreau of Labor Statistics
menunjukkan 257.800 kasus penyakit didapat yang nonfatal yang dilaporkan
pada 2008 untuk semua industri termasuk industri kenegaraan, pemerintahan
lokal, dan industri pribadi (Taylor, 2008). Berdasarkan data Departemen
Dermatologi Rumah Sakit Sanglah Denpasar, terjadi peningkatan kasus baru
terhadap dermatitis kontak dalam kurun waktu Januari 2000 sampai Desember
2005, yaitu dari 10,16% menjadi 13,36%, namun relatif stabil pada empat tahun
berikutnya (Lesthari dkk, 2005).
1.2. Rumusan Masalah?
Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Masalah
Dermatitis?

4
1.3. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui definisi dari Dermatitis
b. Untuk mengetahui etiologi dari Dermatitis
c. Untuk mengetahui klasifikasi dari Dermatitis
d. Untuk mengetahui patofisiologi dari Dermatitis
e. Untk mengertahui manifestasi klinik dari Dermatitis
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Dermatitis
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Dermatitis
h. Untuk mengetahui Komplikasi dari Dermatitis

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Dermatitis merupakan istilah untuk gangguan kulit yang disebabkan oleh


reaksi kulit terhadap substan tertentu yang dapat menimbulkan ruam, merah, dan
gatal. Dermatitis berasal dari kata derm/o- (kulit) dan –itis (inflamasi) sehingga
dermatitis dapat diterjemahkan sebagai keadaan dimana kulit mengalami
inflamasi. Istilah dermatitis kontak dipergunakan dalam dua cara yaitu untuk
menyebut suatu ruam yang timbul akibat tersentuhnya kulit oleh suatu substansi
dan sebagai sinonim untuk dermatitis kontak alergi. Penggunaan yang berbeda ini
menunjukkan bahwa bahan yang mengalami kontak dengan kulit dapat
menyebabkan dermatitis baik oleh mekanisme alergi maupun non alergi. Oleh
karena itu dermatitis kontak dibagi menjadi dua jenis yaitu dermatitis kontak iritan
yang disebabkan oleh kontak terhadap bahan berbahaya yang merusak lapisan
kulit alami dan menginfiltrasi ke dalam kulit dan dermatitis kontak alergi yang
disebabkan oleh respon imun terhadap agen tertentu yang menjadi penyebab alergi
sehingga menimbulkan ruam pada kulit. Dermatitis kontak diakibatkan oleh
adanya kontak kulit terhadap suatu senyawa sehingga menimbulkan gatal, kering,
kemerahan, bengkak, blister, dan terkelupas (Sumantri, M.A., 2009).

Dermatitis adalah suatu reaksi peradangan kulit (epidermis dan dermis) yang
peka terhadap berbagai rangsangan endogen dan ataupun eksogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,
skauma, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul
bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung
sering kambuh kembali (residitif) dan menjadi kronis (Sularsito dan Djuanda,
2010)

6
Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan gejala klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan gatal
(Rospa, 2009: 91).

2.2. Etiologi

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikro-
organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopik. (Djuanda Adhi, 2010)
2.3. Klasifikasi dermatitis
Menurut (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :
a) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
(1) Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang
bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahan
iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah tangga, dan
sebagainya.
(2) Dermatitis Kontak Alergik
DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan
bahan-bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat
memicu DKA antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel,
obat obatan, dan sebagainya.
b) Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang
kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik, asma

7
bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas, dingin)
dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi virus dan bakteri,
lebih sensitif terhadap serum dan obat.
c) Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)
Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit
disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum diketahui
secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang hebat,
misalnya pada inse,,Mct bite.
d) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,
edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah
ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong. Penyakit
mempunyai kecenderungan residif.
e) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis
dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis
varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh
semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.
f) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus
inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan
penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya dalam bentuk
erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan dengan ekzem kronis
ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus.
2.4. Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis ataupun
epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat
tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada
kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan

8
terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena
yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke
dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak
lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel
dermis maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
(Sumantri, 2009)
2.5. Manifestasi Klinis
Menurut (Djuanda Adhi, 2010) :
1. Dermatitis kontak
a) Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48
jam bahkan sampai 72 jam
b) Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan
Kronis. saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi
kemerahan, terasa perih bahkan lecet. saat kronis gejala di mulai
dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang akhirnya
menebal.
c) Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan
tersebut.
d) Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
e) Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di
bandingan dengan tipe alergi
2. Dermatitis Autopik
ada 3 fase klinis Autopik yaitu:
1) DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan
kedua. Lesi mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi).
Berupa eritema, Papul-Vesikel pecah karena garukan sehingga lesi
menjadi Eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta, Lesi bisa meluas ke

9
kepala, leher, Pergelangan tangan dan tungkai. bila anak mulai
merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas.
sebagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi
berlanjut ke fase anak.
2) DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri
(Denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan
tangan, kelopak mata dan leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit
skuama, erosi, hiperkeratosis dan mungkin infeksi skunder. DA berat
yang lebih 50% permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
3) DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher,
dahi, sekitar mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik,
sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi
ssetempat misalnya pada bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting
susu/skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah didaerah
lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul
datar cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan sedikit
skuama.bisa d dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan
akhirnya menjadi hiperpigmentasi.umum DA remaja dan dewasa
berlangsung lama kemudian cenderung membaik setelah seusia 30
tahun, jarang smpai usia pertengahan dan sebagia kecil sampai tua

3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Kulit sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha
atau mata kaki kadang muncul pada alat kelamin

10
c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang
tidur akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan
menambah berat rasa gatal tersebut
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat
garukan atau penggosokan yang sudah terjadi bertahun
4. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian
memmbesar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk
1 lesi karakteristik seperti uang logam (koin) Eritematosa. sedikit
edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi
krusta kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih, jumlah
lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral/simetris
dengan ukuran berfariasi dar milliar sampai numular, bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan
lengantermasuk punggung tangan
5. Dermatitis Statis
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
c. borok atau bisul pada kulit
d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. luka (lesi kulit)
f. pembengkakakn pada tungkai kaki
g. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena
2.6. Pemeriksaan Penunjang

11
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk
mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita
periksa kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4
ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan
tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi
(alergen). Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :

1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).


Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya
debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini
dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan
pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi
tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam
waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol
merah gatal. Syarat tes ini :
 Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung
antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
 Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.
2. Patch Tes (Tes Tempel).
Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit
dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat
dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul
bercak kemerahan dan melenting pada kulit.
3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes
ini memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut
diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4
jam. Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi
oleh obat-obatan.
4. Skin Test (Tes kulit).
12
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan.
Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes
di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif
akan timbul bentol, merah, gatal.
5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum,
makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk
alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit
asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai,
karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma
dan syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh
Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST. (Djuanda,Adhy. 2010)
2.7. Penatalaksanaan
1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi antihistamin-
antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada kasus berat dapat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis
kering (sika) diobati dengan krim atau salep.
b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.
c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak kocok),
pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik, diberi salep.
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau pasta;
bila kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan
pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar dari pada
krim.
Penatalaksanaan Dermatitis :

13
1. Dermatitis Kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis
kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang
dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai
dengan tingkat keparahnnya.
2. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin,
bahan – bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim hidrofilik
urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan
konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah
dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah
terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali
seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk mengendalikan DA
eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi
selang – seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka
panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba dihentikan
akan timbul rebound phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam
jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitifitas, tapi
pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.

14
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni
S. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin
atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400
mg/hri selama 10 hari atau 4 x 200mg/hari untuk 10 hari.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian
steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian
steroid mid-potent diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak
direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan
wajah). Pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang low-
proten, pemakaina high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3 minggu
pada kulit yang tebal.
b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan
perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal
ataupun oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat
mencegah gatal dan garukan
4. Dermatitis Numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya
preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan
larutan permanganas kalikus 1 : 10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.

15
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya
hidroksisilin HCL
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi (Afifah, 2012)
2.8. Komplikasi
1. Asma dan Demam
2. Kulit bersisik dan Gatal kronis
3. Ifeksi kulit
4. Iritasi tangan dermatitis
5. Masalah tidur (Djuanda Adhi, 2010)

16
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas:
Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis kelamin,
ras/ suku, pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema,
kenaikan suhu tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir),
gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan
kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi
(penebalan kulit).
c. Riwayat Kesehatan masa lalu:
1) Penyakit yang pernah di derita:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
4) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.

17
5) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit,
atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
3. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
1) Kepala
a) Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris
Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
b) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut
hitam, rambut lurus tidak rontok.
c) Mata
Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil: Normal
isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada sekret pada mata,
kelopak mata normal warna merah muda, pergerakan mata klien
normal, serta lapang pandang normal.
Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar mata.
d) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping hidung,
tidak ada sekret, tidak ada polip atau benjolan didalam hidung, fungsi
penciuman baik, kedua lubang hidung simetris dan tidak terjadi
pendarahan pada lubang hidung (epistaksis).
e) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa mulut
pucat, membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan
pada lidah, tidak ada karies pada gigi.
f) Telinga

18
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga, tidak ada
serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika diperiksa dengan
otoskop tidak adanya peradangan, dan tidak terdapat cairan pada
membran timpani.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran timpani
normal.
Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).
2) Leher
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh, tidak ada
lesi, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada leher,
tidak ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
3) Dada
a) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan, pola
napas pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi napas pasien
reguler, pergerakan otot bantu pernafasan normal.
b) Jantung
TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
Inspeksi: denyutan jantung normal
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran jantung atau
tidak ada kardiomegali.
Perkusi: pekak
4) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya,
tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit
Perkusi: timpani

19
Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada
pembesaran lien (ginjal)
5) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
6) Integumen
Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama
palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba
kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan), skuama (kulit yang bersisik),
dan likenifikasi (penebalan kulit).
7) Persyarafan
a) Tingkat kesadaran: composmentis
b) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Verbal: Orientasi baik, nilai 5
(3) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
c) Total GCS: Nilai 15
(1) Reflek: Normal
(2) Tidak ada riwayat kejang
(3) Koordinasi gerak normal
b. ADL (Activitas Daily Living)

1) Pola Persepsi Kesehatan


a) Adanya riwayat infeksi sebelumya
b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin; jamu,
antibiotik.
d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e) Hygiene personal yang kurang.
f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.

20
2) Pola Nutrisi Metabolik
a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali
sehari makan.
b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c) Jenis makanan yang disukai.
d) Nafsu makan menurun.
e) Muntah-muntah.
f) Penurunan berat badan.
g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa
terbakar atau perih.
3) Pola Eliminasi
a) Sering berkeringat.
b) Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b) Kelemahan umum, malaise.
c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
e) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
6) Pola Persepsi Kognitif
a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b) Pengetahuan akan penyakitnya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b) Perasaan terisolasi.
8) Pola Hubungan dengan Sesama

21
a) Hidup sendiri atau berkeluarga
b) Frekuensi interaksi berkurang
c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9) Pola Reproduksi Seksualitas
a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a) Emosi tidak stabil
b) Ansietas, takut akan penyakitnya
c) Disorientasi, gelisah
11) Pola Sistem Kepercayaan
a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b) Agama yang dianut (Brunner,2008)

2. Diagnosa Keperawatan

analisis data sebagai dasar menegakkan diagnosis keperawatan


yang berisi identifikasi dari berbagai masalah (Potter, & Perry,
2009)

1. Kerusakan integritas kulit b.d kekeringan pada kulit


2. Kurang pengetahuan b.d penyakit

22
3. Intervensi

DATA DIAGN TUJUAN NOC NIC


OSA
(NAND
ANIC
NOC )
Ds. Domain: Setelah 1. Tidak ada 1. Mandi paling
Do: Kulit terlihat 11 Kelas:2 dilakukan tanda- tidak sekali
terkelupas
Kerusakan intervensi tanda sehari selama
integritas keperawatan infeksi. 15 – 20
kulit Kriteria hasil 2. Menunjuk menit. Segera
b.d 1. kan oleskan salep
kekeringa Berkurangn pemaham atau krim
n pada ya derajat an dalam yang telah
kulit pengelupasa proses diresepkan
n kulit, perbaikan setelah
berkurangny kulit mandi. Mandi
a 3. Menunj lebih sering
kemerahan, k kan jika tanda dan
berkurangny terjadiny gejala
a lecet a proses meningkat.
karena penyem 2. Gunakan air
garukan, buhan hangat
penyembuha luka jangan panas.
n area kulit 3. Gunakan
yang telah sabun yang
rusak mengandung
23
pelembab
atau sabun
untuk kulit
sensitive.
Hindari
mandi busa.
4. Kolaborasi:
oleskan/
berikan

24
DO : Domai Setelah 1. Self- 1. klien tahu cara
DS :
n:11 dilakukan care mengurangi
pasien mengatakan
belum tahu cara Kelas:2 keperawatan bathi rasa gatal-
pengobatan gatal-
gatal yang dialami Kurang dengan criteria ng gatal di kedua
pengetahua hasil 2. Self- tangan
n b.d 1. Klien akan care 2. klien tahu cara

penyakit mengetahui hygie mencegah rasa


cara ne gatal-gatal
merawat kulit timbul
2. Klien tahu 3. klien tahu cara
cuci tangan
cara cuci
yang benar
tangan

25
4. Implementasi

No. Implementasi Paraf


1. 08:00 Memonitor kulit
12:00 adanya kemerahan
17:00 Memonitor nutrisi

Megoleskap salep
2. 08:3 Mengkaji verbal dan nonverbal respon
0
pasien terhadap tubuhnya
09:0 Memonitor frekuensi mengkritik dirinya
0
Menjelaskan tentang pengobatan,
10:0
0 perawatan penyakit Mendorong
10:3 pasien mengungkapkan perasaannya
0
3. 16:0 Mengkaji apakah klien
0
mengerti tentang penyakitnya.
16:3 Menjaga agar klien mendapatkan informasi
0
yang benar, memperbaiki kesalahan
17:3 konsepsi/informasi. Member tahu cara
0
terapi seperti, mandi dan penggunaan
17:3 obat-obatan lainnya.
5 lingkungan.
Menasihati klien agar selalu menjaga
4. 08:00 Memonitor
hygiene pribadi jugakulit adanya kemerahan
12:00 Memonitor nutrisi
5. 08:30 Mengkaji respon pasien terhadap
tubuhnya 09:00 Memonitor frekuensi
5.
mengkritik dirinya
10:00 Menjelaskan tentang pengobatan, perawatan penyakit
10:30 Mendorong pasien mengungkapkan perasaannya
6. 16:00 Mengkaji apakah klien memahami dan mengerti
26
tentang penyakitnya.
16:30 Menjaga agar klien mendapatkan informasi yang
benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi.
Evaluasi

S. klien mengatakan tanganya gatal sudah lama sudah


membeli obat salap gatal untuk mengobati gata-gatalnya
tapi belum juga kunjung sembuh. Klien jarang kumpul
dengan tetanga karena gatal yang tidak membuat nyaman
rasanya ingin mengaruknya.

O. klien sering mengunakan baju yang dapat menutupi


tubuhnya karena klien merasa minder dengan rasa gatal-
gatal tang ada di tubuhnnya terutama ke-2 tangan dan
kaki.

A. kerusakan intergritas kulit

P. lanjutkan intervensi

- gunakan salap gatal setelah mandi


- mencuci tangan mengunakan air bersih serta mengunakan
sabun
- jaga kebersihan tubuh
BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah
eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). 
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh:
detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya:
bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. 

27
B. Saran
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga, untuk
itu penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca.
Dengan adanya asuhan keperawatan ini penulis mengaharapkan agar para pembaca
bisa memahami apa yang sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi semuanya
dan agar lebih dapat mengaplikasikan dalam merawat pasien dan mampu dalam
pembuatan asuhan keperawatan yang tepat yang banyak melibatkan orang terdekat
klien, mulai dari keluarga, kerabat sampai teman pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak  Akibat


Kerja Pada Karyawan Binatu. Jurnal. Semarang: Univeristas Dipenogoro.
Vol.2/No.6.
Brunner,2008 . Keperawatan Medikal Bedah. Edisi : 8 Volume 3. Penerbit
              Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Djuanda,Adhy. 2010. Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
James, 2006. Penyakit Kulit. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
28
Lestari,dkk. 2005. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Pada
Pekerja Di PT Inti Pantja Press Industri. Jurnal. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.Vol.11, No.2.

Potter, & Perry, 2009.Buku Ajar Fundamental Keperawata Konsep,Proses,


dan Praktik.Edisi 4.Vol I.Jakarta : EGC
Rospa, 2009: 91. Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Sumantri, 2009. Dermatitis Kontak. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gajah
Mada.

29

Anda mungkin juga menyukai