Anda di halaman 1dari 15

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN OBAT SIMVASTATIN

PADA PASIEN DISLIPIDEMIA

Dosen Pengampu: Dr. Rahmawati Ridwan, Apt. .

Penyusun:
Nama : Anis Wijayanti
NPM : 216201446029

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh kita terutama untuk membentuk membran dalam tubuh. 80% kolesterol
dihasilkan dari dalam tubuh (organ hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat
makanan).Kadar kolesterol yang melebihi batas normal (hiperkolesterolemia) akan
memicu terjadinya proses aterosklerosis. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme
lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.
Dislipidemia terbagi atas dua, dislipidemia primer dan dislipidemia sekunder.
Berdasarkan catatan WHO, pada tahun 2008 sekitar 39% dari populasi dunia menderita
hiperkolesterolemia. Prevalensi di Indonesia dari tahun ke tahun diketahui meningkat.
Menurut WHO tahun 2008, peningkatan total kolesterol tertinggi ada pada wilayah
Eropa yaitu 54% dan di ikuti wilayah Amerika yaitu 48%. Pada tahun 2008 tercatat
prevalensinya sebesar 35,1%. Kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi
35,9%.Manisfestasi penyakit dislipidemia yang kadang tidak menunjukkan gejala yang
spesifik kadang kala membuat penanganan penyakit ini menjadi terlambat dan
terdiagnosa apabila telah muncul penyakit komplikasi.
Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dinding pembuluh darah dan
trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Terapi hiperkolesterolemia
terdiri dari terapi non farmakologi dan farmakologi. Pasien hiperkolesterolemia disarankan
untuk mengatur pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik. Pada keadaan tertentu,
diperlukan terapi farmakologi. Salah satu pilihan obat untuk penderita
hiperkolesterolemia adalah obat golongan statin. Obat golongan statin yang biasa
digunakan untuk pasien hiperkolesterolemia adalah simvastatin.
Statin adalah obat pilihan pada dislipidemia yang memiliki efektivitas
palingbaik (PERKI, 2013). Statin mampu meningkatkan katabolisme
LDL,menghambat sintesis LDL baru, sehingga menurunkan konsentrasi LDL darahdan
kolesterol darah (Talbert, 2008). Statin juga mampu meningkatkan kadarHDL dalam
darah disertai peningkatan apolipoprotein A-I yang baik untukmetabolisme kolesterol.
Atorvastatin dan Simvastatin memiliki efikasi paling baik dibanding statinlainnya.
Simvastatin merupakan obat golongan statinyang disediakan oleh BPJS bagi pasien
dislipidemia di Indonesia
Makalah ini dibuat berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Ayuk Lawuningtyas
dkk dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Ketepatan Penggunaan Obat
Simvastatin pada Pasien Hiperkolesterolemia di Apotek Kota Malang. Diharapkan
malah ini dapat memberikan manfaat khususnya ,mengenai hubungan anatara onat
simvastatin dengn kejadian dislipidemia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjabarkan biofarmakologi Simvatatin.
2. Mengetahui hubungan antara Simvastatin dengan dislipidemia.
3. Mendeskripsikan farmakaologi Simvatatin dan hal -hal yang perlu diperhatikan.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

A. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan
rancangan penelitian cross sectional. Pemilihan apotek menggunakan teknik cluster
random sampling, b.esar sampel sebanyak 100 responden

B. WAKTUPENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan September hingga bulan Oktober 2019 di apotek
Kota Malang.
BAB III
PEMBAHASAN

A. DISLIPIDEMIA
Dislipidemia merupakan salah satu penyakit kronis yang menjadi faktor resiko
untuk penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner dan stroke iskemik.
Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan kadarfraksi lipid dalam plasma.
Dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya memiliki peran yang
penting dan sangat berkaitan satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin dibahas
sendiri-sendiri. Ketiganya dikenal sebagai triad lipid, yaitu:
1. Kolesterol total
Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol total
darah dengan resiko penyakit jantung koroner (PJK) sangat kuat, konsisten, dan
tidak bergantung pada faktor resiko lain. Penelitian genetik, eksperimental,
epidemiologis, dan klinis menunjukkan dengan jelas bahwa peningkatan kadar
kolesterol total mempunyai peran penting pada patogenesis penyakit jantung
koroner (PJK).
2. Kolesterol LDL dan Kolesterol HDL
Bukti epidemiologis dan klinis menunjang hubungan negatif antara kadar
kolesterol HDL dengan penyakit jantung koroner. Intervensi obat atau diet dapat
menaikan kadar kolesterol HDL dan dapat mengurangi penyakit jantung koroner.
3. Trigliserida
Kadar trigliserida diantara 250-500 mg/dl dianggap berhubungan dengan penyakit
jantung koroner apabila disertai adanya penurunan kadar kolesterol HDL.

Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL dan atau trigliserid , serta penurunan kolesterol HDL. Diagnosis
dislipidemia ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium

Kolesterol Total (mg/dl)


Diinginkan <200
Sedikit tinggi (borderline) 200-239
Tinggi ≥240
Kolesterol LDL (mg/dl)
Optimal <100
Mendekati optimal 100-129
Sedikit tinggi (borderline) 130-159
Tinggi 160-189
Sangat tinggi ≥190
Kolesterol HDL (mg/dl)
Rendah <40
Tinggi ≥60
Trigliserid (mg/dl)
Normal <150
Sedikit tinggi (borderline) 150-199
Tinggi 200-499
Sangat tinggi ≥500

B. METABOLISME LIPID
Proses metabolisme lipid diawali dengan pelepasan VLDL oleh hati dalam bentuk yang
belum matang (nascent VLDL). Nascent VLDL mengandung apo B- 100, apo E, apo
C1, kolesteril ester, kolesterol dan trigliserid. Dalam sirkulasi darah nascent VLDL
akan mendapat apo CII yang berasal dari HDL yang menyebabkan VLDL menjadi
matang (matur). VLDL yang sudah matang selanjutnya akan berinteraksi dengan enzim
lipoprotein lipase (LPL) dikapiler yang terdapat pada permukaan jaringan lemak, otot
jantung dan sel otot skelet. Interaksi tersebut akan menyebabkan ekstraksi trigliserid
dari VLDL yang akan digunakan sebagai sumber energi maupun disimpan sebagai
cadangan energi dari jaringan tersebut. Selanjutnya VLDL dan HDL akan berinteraksi
kembali dan akan menglami proses pertukaran trigliserid dengan kolesteril ester pada
saat apo CII ditransfer kembali ke K-HDL. Pertukaran tersebut dimediasi oleh enzim
cholesterylester transfer protein (CETP). Proses pertukaran tersebut menyebabkan
penurunan kadar trigliserid dari VLDL sehingga berubah bentuk menjadi IDL. Sekitar
setengah dari IDL akan dikenali oleh apo B 100 dan apo E dan mengalami proses
endositosis oleh hati. Selanjutnya sisa dari IDL yang tidak mengalami endositosis tidak
mengandung apo E dengan kadar kolesterol yang lebih tinggi dibanding dengan
trigliserid, sehingga IDL tersebut akan mengalami transformasi menjadi K-LDL.
Partikel K-LDL tersebut mengandung apo B100 yang berfungsi sebagai ligan sehingga
dapat dikenali dan diikat oleh reseptor LDL (LDLR) yang terdapat pada hepatosit.

C. KLASIFIKASI DISLIPIDEMIA
Dislipidemia terbagi menjadi dua yaitu dislipiemia primer dan dislipidemia sekunder.
1. Dislipidemia primer
Dislipidemia primer adalah dislipidemia akibat kelainan genetik. Pasien
dislipidemia sedang disebabkan oleh hiperkolesterolemia poligenik dan
dislipidemia kombinasi familial. Dislipidemia berat umumnya karena
hiperkolesterolemia familial, dislipidemia remnan, dan hipertrigliseridemia primer.
2. Dislipidemia sekunder
Dislipidemia sekunder merupakan dislipidemia akibat adanya penyakit yang
mendasari, seperti sindroma nefrotik, diabetes mellitus, dan hipotiroidisme.
D. PENGELOLAAN DISLIPIDEMIA
1. Terapi non farmakologis
a. Aktivitas fisik
Aktifitas fisik yang disarankan meliputi program latihan yang mencakup
setidaknya 30 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang (menurunkan 4-7
kkal/menit) 4 sampai 6 kali seminggu, dengan pengeluaran minimal 200 kkal/ hari.
Kegiatan yang disarankan meliputi jalan cepat, bersepeda statis, ataupun berenang.
Tujuan aktivitas fisik harian dapat dipenuhi dalam satu sesi atau beberapa sesi
sepanjang rangkaiandalam sehari (minimal 10 menit).
b. Terapi nutrisi medis
Bagi orang dewasa, disarankan untuk mengkonsumsi diet rendah kalori yang terdiri
dari buah -buahan dan sayuran (≥ 5 porsi/hari), biji- bijian (≥ 6 porsi/hari), ikan,
dan daging tanpa lemak. Asupan lemak jenuh, lemak trans, dankolesterol harus
dibatasi, sedangkan makronutrien yang menurunkan kadar K-LDL harus
mencakup tanaman stanol/sterol (2 g/hari) dan serat larut air (10-25 g/hari). Tujuan
diet yang diberikan untuk pasien dengan kondisi dislipidemia:
1) Menurunkan berat badan bila terjadi kegemukan.
2) Mengubah jenis dan asupan lemak makanan.
3) Menurunkan asupan kolesterol makanan.
4) Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan
karboidrat sederhana
5)
c. Berhenti merokok
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa merokok memiliki efek negatif yang
besar pada kadar HDL dan rasio LDL/HDL. Merokok juga memiliki efek negatif
pada lipid postprandial,termasuk trigliserid. Berhenti merokok minimal dalam 30
hari dapat meningkatkan HDL secara signifikan.

d. Invervensi gizi
Intervensi gizi biasa dilakukan dengan memberikan edukasi gizi yang melibatkan
alih pengetahuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi pada pasien. Pengetahuan
gizi merupakan pencapaian pada Status gizi yang baik dan sangat penting bagi
kesehatan dan kesejahteraan bagi setiap orang. Untuk memenuhi kebutuhan
gizinya, setiap individu memiliki pola makanan yang mengandung zat gizi yang
dapat digunakan oleh tubuh.

2. Terapi farmakologis
Prinsip dasar dalam terapi farmakologi untuk dislipidemia baik pada ATP III maupun
ESC/EAS 2016, AACE/ACE 2017 serta ACC/AHA 2018 adalah untuk menurunkan
risiko terkena penyakit kardiovaskular. Pilihan terapi farmakologi dapat dilihat pada
tabel.
Efek terhadap
Golongan obat Efek Samping Kontraindikasi
lipid

Absolut: penyakit hati


Statin LDL ↓ 18-55 % Miopati,
akut atau kronik
HDL ↑ 5-15 % Peningkatan
Relatif: penggunaan
TG ↓ 7-30 % emzim hati
ersama obat tertentu

Gangguan
LDL ↓ 15-30 pencernaan,
Bile acid Absolut:
% flatulen,
sequestrant Disbetalipoproteinemia
HDL ↑ 3-5 % konstipasi,
TG > 400 mg/dl
TG tidak Penurunan
Relatif:TG >200 mg/dL
Beubah absorbsi obat
lain
Flushing,
gout,
Absolut: penyakit liver
hiperglikemia,
Asam LDL ↓ 5-25 % kronik, penyakit gout
hiperuricemia
nikotinat HDL ↑ 15-35 yang berat
,
% Relatif: diabetes,
Gangguan
TG ↓ 20-50 % hiperuricemia, ulkus
pencernaan,
hepatotoksita peptikum
s
LDL ↓ 5%– Dispepsia, batu Absolut: penyakit
Fibrat 20%, HDL ↑ empedu, ginjal
10-20%, TG ↓ miopati dan hati yang berat
20-50%
LDL ↓ 10%– Pada Penyakit hati atau
18%, Apo B↓ umumnya peningkatan enzim hati
11-16%, dapat
Ezetemibe ditoleransi
oleh pasien

LDL ↓ 48-71%, Belum ada data


Faringitis,
non-HDL↓ 49- keamanan penggunaan
Inhibitor influensa, ISK,
58%, Total K ↓ obat ini untuk jangka
PCSK9 diare, bronkitis,
36-42%, ApoB panjang (lebih dari 3
↓ 42-55% mialgia, gatal
tahun)

E. SIMVASTATIN
Simvastatin merupakan senyawa yang memiliki gugus samping yang
strukturnya mirip dengan HMG-KoA. Simvastatin merupakan merk dagang dari statin,
yaitu inhibitor 3-hidroksi3-metilglutaril koenzim A reduktase yang merupakan obat
antihiperlipidemia yang telah banyak digunakan untuk menurunkan kadar trigliserida,
kolesterol total, LDL dan meningkatkan HDL. Kerja simvastatin adalah dengan
menghambat enzim pembentuk kolesterol sehingga kadar kolesterol dalam darah akan
berkurang. Simvastatin juga dikenal memiliki efek pleitrofik, yaitu memiliki khasiat
yang banyak selain dari menurunkan faktor risiko jantung koroner, memperbaiki kadar
gula darah dan mengurangi risiko terkena stroke.

Simvastatin merupakan obat yang menurunkan kadar kolesterol (hipolidemik)


dan merupakan hasil sintesa dan hasil fermentasi Aspergillus terreus. Secara invivo
simvastatin akan dihidrolisa menjadi metabolit aktif. Mekanisme kerja dari metabolit
aktif tersebut adalah dengan cara menghambat kerja 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim
A reduktase (HMG Co-A reduktase), dimana enzim ini mengkatalisa perubahan HMG
Co-A menjadi asam mevalonat yang merupakan langkah awal dari sintesa kolesterol.
Penggunaan obat simvastatin mempunyai kecenderungan meningkat.
Dikarenakan meningkatnya jumlah pasien hiperlipidemia oleh karena pola hidup tidak
sehat dan keunggulan simvastatin sebagai obat penurun kadar lemak darah.
Keunggulan simvastatin adalah pertama simvastatin telah mempunyai sediaan generic
di Indonesia, yang berarti obat lebih murah dan sudah teruji di masyarakat

Obat golongan statin yang biasa digunakan untuk pasien hiperkolesterolemia


adalah simvastatin. Simvastatin merupakan golongan obat keras yang harus tepat dalam
penggunaannya untuk menurunkan risiko efek samping dan meningkatkan efektivitas
obat. Pemicu peningkatan risiko efek samping apabila obat digunakan secara tidak
tepat.

1. Mekanisme kerja
Mekanisme kerja Simvastatin yaitu dengan cara menghambat HMG-CoA
reduktase secara kompetitif pada proses sintesis kolesterol di hati. Simvastatin akan
menghambat HMG-CoA reduktase mengubah asetil-CoA menjadi asam mevalonat
(Witztum, 1996). Simvastatin menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL
dengan afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan kecepatan ekstraksi LDL oleh
hati, sehingga mengurangi simpanan LDL plasma.

2. Farmakokinetik
Efek farmakokinetik yaitu bagaimana tubuh memproses obat. Simvastatin yang
diberikan secara oral diabsobsi dengan baik oleh usus halus, dan melewati first-
pass metabolism di hati dan mengurangi biovaibilitas sistemik sekitar 5-50%.
Simvastatin yang diberikan oral adalah pro-drug, yang berarti bahwa simvastatin
membutuhkan metabolisme di hati untuk mengubah pro-drug menjadi bentuk
aktifnya yaitu asam β-hidroksil. Sekitar 95% simvastatin yang beredar di sirkulasi
sistemik berikatan dengan albumin. Waktu paruh simvastatin adalah 3 jam, dan
dimetabolisme melalui isoform CYP3A4. Simvastatin diekskresikan 60%-nya
melalui feses, dan 13%-nya melalui ginjal.

3. Farmakodinamik
Efek farmakodinamik yaitu bagaimana obat mempengaruhi tubuh.
Farmakodinamik simvastatin sangat bergantung pada bentuk aktifnya berupa
bagian termodifikasi asam dihidroksiglutarat-3,5, yang secara struktur mirip
dengan substrat HMG-CoA endogen dan mevaldyl CoA. Di Dalam tubuh, bentuk
lactone/simvastatin inaktif akan terhidrolisis menjadi bentuk aktifnya. Zat aktif
inilah yang selanjutnya berikatan dengan enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl-
coenzyme A (HMG-CoA) reduktase sehingga menghambat fungsi enzim tersebut
dalam mereduksi substrat HMG-CoA menjadi bentuk mevalonate yang merupakan
bagian penting dalam sintesis kolesterol.

4. Indikasi
a. Terapi dengan “lipid altering agents” dapat dipertimbangkan penggunaannya
pada individu yang mengalami peningkatan resiko artherosklerosis vaskuler
yang disebabkan oleh hiperkolesterolemia.
b. Terapi dengan “lipid altering agents” merupakan penunjang pada diet ketat,
bila respon terhadap diet dan pengobatan non-farmakologi tunggal lainnya
tidak memadai.
c. Penyakit jantung koroner
Pada penderita dengan penyakit jantung koroner dan hiperkolesterolemia,
simvastatin diindikasikan untuk :
1) Mengurangi resiko mortalitas total dengan mengurangi kematian akibat
penyakit koroner.
2) Mengurangi resiko miokardial infarktion non fatal.
3) Mengurangi resiko pada pasien yang menjalani prosedur revaskularisasi
miokardial.
d. Hiperkolesterolemia Menurunkan kadar kolesterol total dan LDL pada
penderita hiperkolesterolemia primer (Tipe IIa dan IIb).

5. Dosis
Pasien harus melakukan diet pengurangan kolesterol sebelum dan selama
pengobatan dengan Simvastatin.
a. Dosis awal yang dianjurkan 5-10 mg sehari sebagai dosis tunggal pada malam
hari. Dosis awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai
sedang 5 mg sehari. Pengaturan dosis dilakukan dengan interval tidak kurang
dari 4 minggu sampai maksimum 40 mg sehari sebagai dosis tunggal malam
hari. Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak kurang dari 4
minggu dan dosis disesuaikan dengan respon penderita.
b. Pasien yang diobati dengan immunosupressan bersama HMG Co-A reduktase
inhibitor, agar diberikan dosis Simvastatin terendah yang dianjurkan.
c. Bila kadar kolesterol LDL turun dibawah 75 mg/dl (1,94 mmol/l) atau kadar
total kolesterol plasma turun dibawah 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka perlu
dipertimbangkan pengurangan dosis simvastatin.
d. Penderita gangguan fungsi ginjal : tidak diperlukan penyesuaian dosis, karena
Simvastatin tidak diekskresikan melalui ginjal secara bermakna. Walaupun
demikian hati-hati pemberian pada insufisiensi ginjal parah, dosis awal 5 mg
sehari dan harus dipantau ketat.
e. Terapi bersama obat lain : Simvastatin efektif diberikan dalam bentuk tunggal
atau bersamaan dengan “bile acid sequestrants”

6. Kontraindikasi
a. Hipersensitifitas terhadap Simvastatin atau komponen obat.
b. Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase serum yang menetap yang
jelas penyebabnya.
c. Wanita hamil dan menyusui.

7. Efek samping
a. Abdominal pain, konstipasi flatulens, asthenia, sakit kepala, miopati,
rabdomiolisis. Pada kasus tertentu terjadi angioneurotic edema.
b. Efek samping lain yang parah dilaporkan pada golongan obat ini :
1) Neurologi: disfungsi saraf cranial tertentu, tremor, pusing vertigo, hilang
ingatan, parestesia, neuropati perifer, kelumpuhan saraf peripheral
2) Reaksi hipersensitif : anafilaksis, angioderma, trombositopenia, leucopenia,
anemia hemolitik
3) Gastrointestinal : anoreksia, muntah - Kulit : alopecia, pruritis
4) Reproduksi : ginekomastia, kehilangan libido, disfungsi ereksi
5) Mata : mempercepat katarak, optalmoplegia

F. HASIL DAN DISKUSI


Hiperkolesterolemia merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan adanya
peningkatan kadar kolesterol total darah lebih dari 240 mg/dl1 . Peningkatan kadar
kolesterol diatas normal dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan
cerebrovascular accident (CVA) yang membahayakan.
Jumlah responden pada penelitian ini adalah 100 pasien untuk 5 kecamatan.
Pada penelitian yang dilakukan, diperoleh data demografi yaitu, usia, pendidikan dan
pekerjaan.
Demografi Jumlah %

Usia

31-40 1 1

41-50 8 8

51-60 41 41

> 60 50 50

Pendidikan

SD 11 11

SLTP 11 11

SLTA 37 37

Perguruan Tinggi 41 41

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 21 21

Swasta 5 5

PNS 11 11

Wiraswasta 17 17

Pensiunan 46 46

Dari data yang diperoleh terdapat karakteristik responden lama penggunaan


simvastatin, efek samping simvastatin yang pernah dialami, dan dosis simvastatin yang
digunakan. Berikut adalaah hasilnya.

Lama Penggunaan Simvastatin Jumlah %

1-3 bulan 43 43

4-6 bulan 8 8

10-12 bulan 1 1

≥ 1 tahun 48 48

Efek Samping

Nyeri Perut 1 1

Kembung 12 12

Tidak Mengalami Efek Samping 87 87

Dosis Simvastatin yang Digunakan

5 mg 15 15

10 mg 45 45

20 mg 39 39

40 mg 1 1

Lama penggunaan obat simvastatin paling banyak adalah penggunaan selama


≥1 tahun, sejumlah 48 responden (48%). Simvastatin adalah obat yang efektif terutama
dalam menurunkan kolesterol LDL biasanya digunakan dalam jangka panjang untuk
mencegah kembalinya peningkatan kadar kolesterol.. Pada efek samping, Ada 12
responden (12%) yang mengalami kembung dan 1 responden (1%) yang mengalami
nyeri perut. Dari 100 responden ada 87 responden (87%) yang tidak mengalami efek
samping. Pada hasil data tidak ada responden yang mengalami nyeri otot. Efek samping
simvastatin atau golongan statin biasanya dikaitkan dengan gangguan otot, mekanisme
statin mempengaruhi kinerja otot tidak sepenuhnya dipahami. Ada satu teori
menjelaskan bahwa statin dapat menurunkan kadar koenzim Q10 dalam tubuh. Adanya
inhibisi enzim HMG CoA menyebabkan penurunan produksi mevalonat. Mevalonat
berperan dalam biosintesis kolesterol selain itu mevalonat juga berperan dalam
biosintesis ubikuinon atau koenzim Q1015. Koenzim Q10 adalah faktor penting dalam
respirasi mitokondria, jika koenzim Q10 menurun maka akan berpengaruh terhadap
otot.
Berdasarkan jurnal Acta Cardiologica Sinica dengan judul Statin Therapy:
Review of Safety and Potential Side Effects menyatakan bahwa obat golongan statin
sebenarnya aman untuk digunakan pada sebagian besar pasien. Namun, pasien dengan
komorbiditas medis multipel berisiko lebih tinggi terhadap efek samping pada
penggunaan statin jangka panjang.
Pada hasil penelitian, ada 12 responden (12%) yang mengalami efek samping
kembung dan ada 1 responden (1%) yang mengalami nyeri perut. Responden yang
mengalami efek samping menyampaikan bahwa sesekali merasakan hal yang sama atau
berulang yaitu tidak nyaman pada perut setelah beberapa saat mengkonsumsi obat
simvastatin, oleh karena itu dari hasil penelitian rasa kembung dan nyeri pada perut
yang dirasakan oleh responden adalah memang merupakan efek samping dari
simvastatin.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Simvastatin adalah obat untuk menurunkan kadar LDL dan Trigliserida yang harus
diperoleh dengan resep dokter.
2. Ketidaktepatan penggunaannya dapat berdampak kesalahan dalam pengobatan dan
berisiko menimbulkan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
3. Simvastatin adalah obat yang efektif terutama dalam menurunkan kolesterol LDL
penyebab dislipidemia.

B. Saran
1. Baiknya mulai menerapkan pola hidup sehat meskipun tidak menderita
dislipidemia.
2. Melakukan cek kesehatan dan pemeriksaan laboratorium untuk mencegah
terjadinya dislipidemia.
3. Mengkonsumsi simvastatin sesuai dengan anjuran dokter.
4. Penulis mengakui banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, sehingga
membuka pintu untuk koreksi dan kritik yang membangun.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Hariadini, A. L. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Ketepatan Penggunaan Obat


Simvastatin Pada Pasien Hiperkolesterolemia Di Apotek Kota Malang. Pharmaceutical
Journal of Indonesia, 5(2), 91-96.

Apriliany, F., Ikawati, Z., & Pramantara, I. D. P. Pengaruh Komorbid dan Jenis Terapi terhadap
Outcome Kolesterol Total Pasien Dislipidemia. JURNAL MANAJEMEN DAN
PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice), 11(3),
153-163.

Hanifah, S., & Milanda, T. (2019). Aktivitas Antihiperlipidemia Angkak. Farmaka, 17(3),
113-118.

Hardianto, D. (2014). Tinjauan lovastatin dan aplikasinya. Jurnal Bioteknologi & Biosains
Indonesia (JBBI), 1(1), 38-44.

Fauziah, D. W. (2020). GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERLIPIDEMIA


PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSHD KOTA BENGKULU. Jurnal Ilmiah
Pharmacy, 7(2), 263-269.

HASANAH, A. M. (2018). ANALISIS INTERAKSI OBAT SIMVASTATIN UNTUK PENYAKIT


KOLESTEROL DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN (STUDI KASUS PADA
RESEP BULAN JANUARI-JUNI 2018) (Doctoral dissertation, Institut Kesehatan
Helvetia Medan).

Handayani, M., & Simatupang, A. (2019). Penggunaan Statin pada Pasien


Hiperkolesterolemia. Majalah Kedokteran UKI, 35(3), 96-103.

Anda mungkin juga menyukai