Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang disajikan dalam bab IV adalah hasil penelitian dan

pembahasan tentang “Penerapan Teknik Bermain Peran Untuk Meningkatkan

Kesadaran Bahaya Bullying Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Tarakan”.

Penelitian ini berfokus pada 12 (dua belas) siswa kelas VIII yang dipilih sebagai

sampel penelitian. Adapun penelitian, diawali dengan pemberian pretest,

pemberian perlakuan dan di akhiri dengan pemberian posttest kepada sampel.

Pemberian pretest dan posttest dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan

yakni pada pemberian pretest, pertemuan dilaksanakan diawal penelitian dengan

alokasi waktu 1x45 menit dan pemberian posttest dilaksanakan pada akhir

penelitian, tepatnya setelah kurang lebih dua minggu tatap muka dengan siswa

yakni dengan alokasi waktu 1x45 menit. Adapun pemberian pretest dan posttest

menggunakan skala dengan tujuan untuk melihat perbandingan sebelum dan

setelah pemberian bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik bermain

peran. Peneliti memberikan perlakuan dengan menggunakan layanan bimbingan

kelompok yang memiliki empat tahap yakni tahap pembentukan, peralihan,

kegiatan inti dan pengakhiran.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2018 sampai dengan

26 Februari 2018. Adapun waktu pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian

ini, diuraikan pada tabel berikut:

53
54

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Pengumpulan Data Penelitian


Pertemuan
Hari/ Tanggal Keterangan
Ke-
1 Rabu, 14 Februari 2018 Pemberian pretest
2 Sabtu, 17 Februari 2018 Pemberian perlakuan
3 Senin, 19 Februari 2018 Pemberian perlakuan
4 Selasa, 20 Februari 2018 Pemberian perlakuan
5 Rabu, 21 Februari 2018 Pemberian perlakuan
6 Kamis, 22 Februari 2018 Pemberian perlakuan
7 Sabtu, 24 Februari 2018 Pemberian posttest

Peneliti menyusun deskripsi data bertujuan untuk mempermudah dalam

memahami variabel dan membuktikan bahwa data yang diperoleh akurat.

Berdasarkan pada tujuan dan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka

akan dibahas secara rinci tentang gambaran kesadaran bahaya bullying di SMP

Negeri 8 Tarakan sebelum diberikan perlakuan bermain peran, setelah diberikan

perlakuan bermain peran, dan perbedaan kesadaran bahaya bullying siswa SMP

Negeri 8 Tarakan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan bermain peran.

1. Pelaksanaan Layanan

Pelaksanaan layanan adalah proses pemberian perlakuan yang mengacu

pada rencana pelaksanaan layanan (RPL) yang telah dilaksanakan, yaitu proses

bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran mulai dari pertemuan pertama

sampai dengan pertemuan kelima, dengan alokasi waktu 1x45 menit atau

menyesuaikan setiap kali pertemuannya. Proses pelaksanaan layanan dapat dilihat

pada tabel berikut.


55

Tabel 4.2 Pelaksanaan Layanan (Pemberian Perlakuan)


PERTEMUAN 1
No Tahapan Uraian Kegiatan
1 Tahap Permulaan Peneliti membuka kegiatan dengan salam dan doa,
setelah itu dilanjutkan dengan perkenalan diri
peneliti dan masing-masing konseli. Selanjutnya
peneliti menjelaskan mengenai bimbingan
kelompok dengan teknik bermain peran serta tujuan
pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik
bermain peran.
2 Tahap Peralihan Peneliti menanyakan kembali kesiapan para
anggota kelompok untuk memasuki tahap kegiatan
inti dan menjelaskan topik masalah yang akan
dimainkan yakni mengenai skenario bermain peran
yang berjudul “Duet Maut”.

3 Tahap Kegiatan Inti Peneliti menjelaskan masalah dan tema yang


diperankan yaitu “Duet Maut” serta tujuan
permainan. Kemudian peneliti memperjelas
masalah dan peranan yang akan dimainkan. Setelah
itu peneliti memberikan skenario pada anggota
kelompok pemain dan menjelaskan peran yang
akan dimainkan. Kemudian menentukan kelompok
penonton. Dan terakhir mempersilahkan kelompok
untuk memulai sesi pelaksanaan permainan peran

4 Tahap Penutup dan Peneliti menyimpulkan hasil layanan dan


Evaluasi mempersilahkan perwakilan kelompok untuk
menyampaikan kesan dari kegiatan yang dilakukan.
Peneliti memberikan lembar penilaian segera dan
membuat kesepakatan pertemuan selanjutnya.
Kemudian kegiatan ditutup dengan ucapan terima
kasih, berdoa dan salam.

PERTEMUAN 2
No Tahapan Uraian Kegiatan
1 Tahap Peneliti membuka kegiatan dengan salam dan doa.
Permulaan
2 Tahap Peralihan Peneliti menanyakan kembali kesiapan para anggota
kelompok untuk memasuki tahap kegiatan inti dan
56

menjelaskan skenario bermain peran dengan judul


“Kaya Harta, Miskin Moral” .
3 Tahap Kegiatan Peneliti menjelaskan peran yang akan diperankan
Inti beserta tujuannya. Kemudian peneliti memberikan
skenario kepada anggota kelompok. Setelah itu peneliti
menentukan kelompok pemain dan individu yang akan
memainkan peran. Kemudian peneliti menentukan
kelompok penonton serta menjelaskan tugasnya.
Setelah itu peneliti mempersilahkan kelompok untuk
memulai sesi pelaksanaan permainan peran
4 Tahap Penutup Peneliti menyimpulkan hasil layanan dan
dan Evaluasi mempersilahkan perwakilan kelompok untuk
menyampaikan kesan dari kegiatan yang dilakukan.
Peneliti memberikan lembar penilaian segera untuk
diisi oleh konseli. Kemudian kegiatan ditutup dengan
ucapan terima kasih, berdoa dan salam.
PERTEMUAN 3
No Tahapan Uraian Kegiatan
1 Tahap Peneliti membuka kegiatan dengan salam dan doa,
Permulaan serta menanyakan kabar anggota kelompok
2 Tahap Peralihan Peneliti menanyakan kembali kesiapan para anggota
kelompok untuk memasuki tahap kegiatan inti dan
menjelaskan skenario bermain peran dengan judul
“Bagus and The Gank’z”
3 Tahap Kegiatan Peneliti menjelaskan peran yang akan diperankan
Inti beserta tujuannya. Kemudian peneliti memberikan
skenario kepada anggota kelompok. Setelah itu peneliti
menentukan kelompok pemain dan individu yang akan
memainkan peran. Kemudian peneliti menentukan
kelompok penonton serta menjelaskan tugasnya.
Setelah itu peneliti mempersilahkan kelompok untuk
memulai sesi pelaksanaan permainan peran
4 Tahap Penutup Peneliti menyimpulkan hasil layanan dan
dan Evaluasi mempersilahkan perwakilan kelompok untuk
menyampaikan kesan dari kegiatan yang dilakukan.
Peneliti memberikan lembar penilaian segera untuk
diisi oleh anggota kelompok. Kemudian kegiatan
ditutup dengan ucapan terima kasih, berdoa dan salam.
57

PERTEMUAN 4
No Tahapan Uraian Kegiatan
1 Tahap Peneliti membuka kegiatan dengan salam dan doa,
Permulaan serta menanyakan kabar para anggota kelompok
2 Tahap Peralihan Peneliti menanyakan kembali kesiapan para anggota
kelompok untuk memasuki tahap kegiatan inti dan
menjelaskan skenario bermain peran dengan judul
“Hitam Kulit, Keriting Rambut”
3 Tahap Kegiatan Peneliti menjelaskan peran yang akan diperankan
Inti beserta tujuannya. Kemudian peneliti memberikan
skenario kepada anggota kelompok. Setelah itu peneliti
menentukan kelompok pemain dan individu yang akan
memainkan peran. Kemudian peneliti menentukan
kelompok penonton serta menjelaskan tugasnya.
Setelah itu peneliti mempersilahkan kelompok untuk
memulai sesi pelaksanaan permainan peran
4 Tahap Penutup Peneliti menyimpulkan hasil layanan dan
dan Evaluasi mempersilahkan perwakilan kelompok untuk
menyampaikan kesan dari kegiatan yang dilakukan.
Peneliti memberikan lembar penilaian segera untuk
diisi oleh konseli. Kemudian kegiatan ditutup dengan
ucapan terima kasih, berdoa dan salam.
PERTEMUAN 5
No Tahapan Uraian Kegiatan
1 Tahap Peneliti membuka kegiatan dengan salam dan doa,
Permulaan serta menanyakan kabar para anggota kelompok
2 Tahap Peralihan Peneliti menanyakan kembali kesiapan para anggota
kelompok untuk memasuki tahap kegiatan inti dan
menjelaskan skenario bermain peran dengan judul
“Temanku Bukan Temanku”
3 Tahap Kegiatan Peneliti menjelaskan peran yang akan diperankan
Inti beserta tujuannya. Kemudian peneliti memberikan
skenario kepada anggota kelompok. Setelah itu peneliti
menentukan kelompok pemain dan individu yang akan
memainkan peran. Kemudian peneliti menentukan
kelompok penonton serta menjelaskan tugasnya.
Setelah itu peneliti mempersilahkan kelompok untuk
memulai sesi pelaksanaan permainan peran
4 Tahap Penutup Peneliti menyimpulkan hasil layanan dan
dan Evaluasi mempersilahkan perwakilan kelompok untuk
58

menyampaikan kesan dari kegiatan yang dilakukan.


Peneliti memberikan lembar penilaian segera untuk
diisi oleh konseli. Peneliti menjelaskan bahwa ini
adalah pertemuan terakhir yang akan dilakukan.
Kemudian kegiatan ditutup dengan ucapan terima
kasih, berdoa dan salam.

2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Hasil analisis statistik deskriptif mengambarkan kesadaran bahaya

bullying siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Tarakan sebelum dan setelah

pemberian perlakuan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran.

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan selama bulan Februari dengan jumlah

dua belas orang siswa. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut gambaran kesadaran

bahaya bullying siswa sebelum dan setelah diberikan perlakuan.

a. Kesadaran Bahaya Bullying Siswa Sebelum (pre-test) Pemberian

Teknik Bermain Peran

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan skor kesadaran

bahaya bullying siswa sebelum dan setelah diberikan teknik bermain peran.

Maka dari itu, dilakukan pengumpulan data awal (pretest) dengan

menggunakan skala kesadaran bahaya bullying. Pretest diberikan pada pada

tanggal Februari 2018. Adapun hasil dari pretest membuktikan bahwa 12 (dua

belas) orang subjek penelitian memiliki kesadaran bahaya bullying dalam

kategori sangat rendah dan rendah. Berikut merupakan tabel dari uraian skala

pretest:
59

Tabel 4.3 Skor Pretest Kesadaran Bahaya Bullying Siswa

Pretest
Interval Kategori
F %
94,25<X Sangat tinggi
79,5<X≤94,25 Tinggi
65,25<X≤79,5 Sedang
50,75<X≤65,25 Rendah 10 83,33 %
X>50,75 Sangat rendah 2 16,6 %

Tabel 4.3 menunjukkan skala kesadaran bahaya bullying pada kategori

sangat tinggi sebanyak 0 siswa, kategori tinggi sebanyak 0 siswa, kategori

sedang sebanyak 0 siswa, kategori rendah sebanyak 10 siswa (83,33 %), dan

kategori sangat rendah sebanyak 2 siswa (16,6 %).

b. Kesadaran Bahaya Bullying Siswa Setelah (post-test) Pemberian Teknik

Bermain Peran

Setelah dilaksanakannya bimbingan kelompok dengan teknik bermain

peran sebanyak 5 kali pertemuan, maka selanjutnya dilakukan posttest pada

tanggal 24 Februari 2018. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk

mengetahui perbedaan kesadaran bahaya bullying sebelum dan setelah

diberikan perlakuan pada 12 siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian.

Adapun data hasil pemberian skala kesadaran bahaya bullying siswa (posttest)

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Skor Post-test Kesadaran Bahaya Bullying Siswa

Pretest
Interval Kategori
F %
94,25<X Sangat tinggi
79,5<X≤94,25 Tinggi 10 83,33 %
65,25<X≤79,5 Sedang 2 16,66 %
60

50,75<X≤65,25 Rendah
X>50,75 Sangat rendah

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil posttest rasa rendah diri siswa pada

kategori sangat tinggi sebanyak 0 siswa, kategori tinggi sebanyak 10 siswa

(83,33 %), kategori sedang sebanyak 2 siswa (16,66 %), kategori rendah

sebanyak 0 siswa, kategori sangat rendah sebanyak 0 siswa.

c. Perbandingan Kesadaran Bahaya Bullying Sebelum Dan Setelah

Pemberian Bimbingan Kelompok Teknik Bermain Peran

Secara keseluruhan, rangkaian proses dari pretest, pemberian perlakuan,

kemudian posttest, menunjukkan adanya perubahan pada kesadaran bahaya;

bullying siswa. Hal tersebut ditunjukkan pada tabel distribusi frekuensi berikut

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kesadaran Bahaya Bullying Siswa


Pretest Posttest
Kategori Interval
F % F %
Sangat Tinggi 94,25<X - - - -
Tinggi 79,5<X≤94,25 - - 10 83,33 %
Sedang 65,25<X≤79,5 - - 2 16,66 %
Rendah 50,75<X≤65,25 10 83,33 % -
Sangat Rendah X>50,75 2 16,66 % -

Berdasarkan Tabel 4.5, hasil pre-test tidak terdapat siswa pada kategori

sedang, tinggi dan sangat tinggi. Akan tetapi, pada kategori sangat rendah

terdapat 2 siswa dengan persentase 16,66%, dan kategori rendah terdapat 10

siswa dengan persentase 83,33%. Sedangkan pada hasil posttest menunjukkan

bahwa tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, rendah dan

sangat rendah. Akan tetapi pada kategori tinggi terdapat 10 siswa dengan
61

persentase 83,33%, dan pada kategori sedang terdapat 2 siswa dengan

persentase 16,66%.

Tabel 4.6 Hasil Analisis Deskriptif Skala Kesadaran Bahaya Bullying Siswa
Nilai Sampel Nilai Nilai Rata-rata Simpangan
Minimal Maksimal Baku
Pretest 12 49 65 61.50 5.681
Posttest 12 78 84 81.50 1.732

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, bahwa ada perbedaan antara hasil pretest

dan posttest. Rata-rata antara data pretest dan posttest ada peningkatan sebesar

20.00 Hasil rata-rata pada pretest menunjukkan sebesar 61.50 dengan

penjabaran 10 siswa dalam kategori rendah dan 2 siswa dalam sangat rendah.

Hasil rata-rata pada posttest menunjukkan sebesar 81.50 dengan

penjabaran 10 siswa dalam kategori tinggi dan 2 siswa dalam kategori sedang.

Persentase kesadaran bahaya bullying siswa sebelum dan setelah diberikan

perlakuan, maka dapat dilihat dari perhitungan kategorisasi. Adapun

perhitungan kategorisasi kesadaran bahaya bullying terbagi menjadi lima

kategori yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Data

dapat dilihat pada lampiran.

d. Skor Perbandingan Per Indikator Kesadaran Bahaya Bullying Sebelum

dan Sesudah Pemberian Teknik Bermain Peran

Kesadaran bahaya bullying sebelum dan setelah diberikan perlakuan

mengalami perubahan yang signifikan per indikatornya. Hal ini dapat dilihat

dari tabel berikut.


62

Tabel 4.7 Tabel Perbandingan Pretest dan Posttest


No. Indikator Pretes Gain Posttest Ket
t Score
1. Pengindraan (Sensing) 101 36 135 Meningkat
2. Pikiran (Thinking) 205 50 255 Meningkat
3. Perasaan (Feelings) 229 77 306 Meningkat
4. Tindakan (Action) 201 76 277 Meningkat

Berdasarkan tabel 4.7 di atas bahwa, skala kesadaran bahaya bullying

siswa diberikan sebelum diberikan perlakuan dengan bimbingan kelompok

dengan teknik bermain peran, maka diperoleh data skor per indikator. Pada

indikator penginderaan (sensing), diperoleh skor total pretest 101 dan pada

posttest diperoleh skor total 135 yang artinya skor dikatakan meningkat. Pada

indikator pikiran (thinking) diperoleh skor total pretest adalah 205 dan pada

posttest diperoleh skor total adalah 255, sehingga skor dikatakan meningkat.

Pada indikator perasaan (feelings) diperoleh total skor pretest adalah 229 dan

pada posttest diperoleh total skor 306, sehingga perolehan skor dikatakan

meningkat. Pada indikator tindakan diperoleh total skor pretest adalah 201,

sedangkan pada posttest diperoleh total skor 277, sehingga perolehan skor

dikatakan meningkat. Dari data tersebut diketahui bahwa skor kesadaran

bahaya bullying siswa per indikator mengalami peningkatan yang signifikan.

3. Hasil Analisis Statistik Inferensial

Teknik analisis data merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

mengolah data penelitian, guna memperoleh suatu kesimpulan. Pada penelitian

ini, pengujian hipotesis menggunakan metode pre experimental dengan jenis one

group pretest dan posttest, dimana pemberian penilaian dilakukan dua kali yaitu

pada pretest dan posttest. Kemudian analisis data menggunakan uji wilcoxon.
63

Perhitungan sebelum dan sesudah diberi perlakuan pada penelitian ini

menggunakan bantuan program SPSS 24.0 for windows dengan taraf signifikan

0,05. Adapun untuk mendapatkan hasil penelitian ini, maka dilakukan pengujian

hipotesis statistik sebagai berikut:

Ha : terdapat peningkatan kesadaran bahaya bullying sebelum dan sesudah

diberikan teknik bermain peran pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Tarakan.

Ho : tidak terdapat peningkatan kesadaran bahaya bullying sebelum dan

sesudah diberikan teknik bermain peran pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8

Tarakan.

Taraf signifikan yang digunakan adalah 5% dengan kriteria pengambilan

keputusan yaitu jika p value < 0,05 maka hipotesis kerja (H a) diterima, artinya

terdapat peningkatan kesadaran bahaya bullying siswa setelah diberikan teknik

bermain peran pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Tarakan. Apabila p value >

0,05 maka hipotesis nihil (Ha) ditolak, artinya bahwa tidak terdapat peningkatan

kesadaran bahaya bullying setelah diberikan teknik kesadaran bahaya bullying

pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Tarakan.

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS 24.0 for

windows, maka hasil analisis uji wilcoxon dengan rumus two related samples tests

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Wilcoxon


Test Statisticsa

Posttest -
Pretest

Z -3.066b
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
64

Berdasarkan tabel 4.8 diatas bahwa, nilai asymp sig = 0,002 <  = 0,05

maka H0 ditolak atau Ha diterima, yang artinya terdapat peningkatan kesadaran

bahaya bullying siswa setelah diberikan teknik bermain peran. Sehingga dapat

dikatakan penerapan teknik bermain peran mampu meningkatkan kesadaran

bahaya bullying siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Tarakan. Data dapat dilihat pada

lampiran 16.

B. Pembahasan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

terdapat peningkatan kesadaran bahaya bullying siswa sebelum dan sesudah

diberikan teknik bermain peran pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Tarakan.

Sehingga teknik bermain peran dikatakan mampu meningkatkan kesadaran

bahaya bullying pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Tarakan. Berdasarkan hasil

analisis terhadap penelitian yang dilakukan terhadap 12 (dua belas) orang siswa

sebagai subjek penelitian, dapat dikatakan bahwa terdapat keterkaitan antara teori

dan kenyataan yang terjadi pada saat dilaksanakannya penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan skor kesadaran bahaya

bullying siswa, terlihat dari hasil pretest sebelum diberikan teknik bermain peran

dan hasil posttest setelah diberikan teknik bermain peran. Adapun hasil dari

indikator sebelum diberi perlakuan, rata-rata hasil skor pretest siswa sebesar 61,50

dan setelah diberikan perlakuan hasil rata-rata skor posttest menjadi 81,50. Hasil

analisis menggunakan uji wilcoxon menunjukkan nilai asymp sig = 0.002, yang

artinya bila α (taraf kesalahan) sebesar 5% adalah 0.05, maka 0.002 < 0.05 yang

artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil analisis tersebut


65

disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kesadaran bahaya bullying siswa dari

sebelum dan sesudah diberikan teknik bermain peran.

Perbedaan skor hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan yang

signifikan pada skor kesadaran bahaya bullying sebelum dan setelah diberikan

perlakuan. Pada indikator penginderaan (sensing), diperoleh skor total pretest 101

dan pada posttest diperoleh skor total 135 yang artinya skor dikatakan meningkat

dengan persentase 17,44 %. Pada indikator pikiran (thinking) diperoleh skor total

pretest adalah 205 dan pada posttest diperoleh skor total adalah 255, sehingga

skor dikatakan meningkat dengan persentase 13,03 %. Pada indikator perasaan

(feelings) diperoleh total skor pretest adalah 229 dan pada posttest diperoleh total

skor 306, sehingga perolehan skor dikatakan meningkat dengan persentase 17,89

%. Pada indikator tindakan diperoleh total skor pretest adalah 201, sedangkan

pada posttest diperoleh total skor 277, sehingga perolehan skor dikatakan

meningkat dengan persentase 19,78%.

Chorsini dalam Romlah (2006), menyatakan bahwa bermain peran dapat

digunakan sebagai: (a) alat untuk mendiagnosis dan mengerti seseorang dengan

cara mengamati perilakunya waktu memerankan peran dengan spontan situasi-

situasi atau kejadian yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya; (b) media

pengajaran, melalui proses ‘modelling’ anggota kelompok dapat belajar dengan

lebih efektif keterampilan-keterampilan hubungan antarpribadi dengan mengamati

berbagai macam cara dalam memecahkan masalah; (c) metode latihan untuk

melatih keterampilan-keterampilan tertentu, melalui keterlibatan secara aktif


66

dalam proses bermain peran, anggota kelompok dapat mengembangkan

pengertian-pengertian baru dan memperaktekkan keterampilan-keterampilan baru.

Kemudian menurut James dan Gilliland (dalam Erford, 2016) Bermain

peran adalah sebuah teknik yang digunakan oleh konselor dari beragam orientasi

untuk klien klien yang perlu mengembangkan pemahaman dalam dirinya sendiri

Kemudian bermain peran memiliki banyak keuntungan untuk perkembangan

kognitif, emosi, sosial dan bahasa (Papadopulou dalam Erford, 2016).

Dari berbagai pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa bermain peran

adalah proses dimana individu memerankan situasi yang imajinatif dengan tujuan

untuk membantu tercapainya pemahaman diri sendiri yang berhubungan dengan

kognitif, emosi, sosial dan bahasa.

Dalam penelitian ini, kesadaran bahaya bullying yang rendah merupakan

ranah dari pemahaman siswa yang mana perlu diberikan sebuah treatment untuk

meningkatkan kesadaran bahaya bullying siswa. Treatment yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu dengan bermain peran, agar pemahaman tentang bahaya

bullying dapat dipahami oleh siswa. Selain dari pemahaman tentang bahaya

bullying, siswa juga mendapatkan pemahaman tentang mengenai emosi yang

berlebihan yang dapat membuat siswa melakukan perilaku bullying. Kemudian

siswa juga mendapatkan pemahaman terhadap interaksi sosial yang harus

dilakukan agar terhindar dari perilaku bullying.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan skor

kesadaran bahaya bullying sebelum dan sesudah diberikan teknik bermain peran

yang dapat disimpulkan bahwa setelah penerapan teknik bermain peran, konseli
67

mengalami peningkatan kesadaran bahaya bullying dari ketegori sangat rendah

atau rendah menjadi kategori tinggi atau sedang. Berdasarkan dari hasil penelitian

yang telah dilakukan, maka peneliti menyimpulkan bahwa konselor dapat

menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran sebagai salah

satu pendekatan atau teknik dalam mengatasi kesadaran bahaya bullying pada

konseli, karena teknik bermain peran mampu meningkatkan kesadaran bahaya

bullying siswa.

Anda mungkin juga menyukai