Anda di halaman 1dari 10

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Studi Pendahuluan
Salah satu bagian terpenting dalam pelayanan kesehatan adalah sistem
rujukan, terutama di daerah terpencil dimana permasalahan utama sistem
rujukan terletak pada pelayanan kesehatan tambahan (pustu) dan
PUSKESMAS dengan rumah sakit terdekat. Daerah terpencil pada Negara
yang sedang berkembang dibagi berdasarkan akibat terisolasi secara geografis
atau secara sosial. Terisolasi secara geografi dihubungkan dengan jarak,
adanya ketidak merataan penyebaran penduduk, serta adanya keterbatasan
akses dengan jalan raya sedangkan secara sosial diakibatkan permasalahan
kemiskinan.
Pendapat lain mengatakan bahwa daerah terpencil sangat erat terkait
dengan pelayanan kesehatan dalam beberapa elemen yaitu penyebaran
penduduk yang tidak merata dan terisolasi, jumlah populasi penduduk, sarana
dan prasarana transportasi yang terbatas, jarak dengan rumah sakit dan
pelayanan kesehatan lain yang jauh dan adanya kesulitan dalam hal menarik
serta merekrut tenaga kesehatan.
Permasalahan ini terjadi di kabupaten Majene, Sulawesi Barat, dimana
salah satu puskesmasnya yaitu PUSKESMAS Tammerodo memiliki wilayah
kerja dengan kategori daerah terpencil yaitu sebagian daerahnya terletak di
tepi pantai dan pegunungan, dengan persebaran dan kepadatan penduduk tidak
merata di masing-masing desa. Akses utama dari perkampungan masyarakat
menuju PUSKESMAS tidak dapat ditempuh dengan menggunakan ambulans
melainkan harus berjalan kaki atau menggunakan alat transportasi tradisional
yang dinamakan bulle, hal ini menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk
sampai ke PUSKESMAS dua hingga empat jam. Berdasarkan data
PUSKESMAS terdapat 3 ibu hamil meninggal pada tahun 2006 dan 2 ibu

1
hamil meninggal pada tahun 2007 yang berasal dari 2 dusun di atas akibat
perdarahan dan tidak tertolong pada saat menuju PUSKESMAS.
Akibat keterbatasan akses baik keadaan geografis maupun sarana
kesehatan maka petugas kesehatan enggan memberikan pelayanan, jikapun
ada melalui PUSKESMAS keliling yang dilakukan 1 atau 2 bulan sekali,
namun tidak sampai ke pemukiman, dan keadaan ini diperparah dengan tidak
adanya petugas yang ditempatkan di dua dusun tersebut. Program penempatan
dokter di daerah terpencil dan sangat terpencil memang telah dilaksanakan
oleh PUSKESMAS namun dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan
seharusnya, sehingga pelayanan kesehatan lebih banyak ditangani oleh dukun,
dimana dukun baru akan merujuk ke PUSKESMAS jika ia memang tidak
mampu menangani dan keadaan si sakit benar-benar parah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:”Apakah ada aksesibilitas pelaksanaan sistem rujukan di kabupaten
Majene ?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
1. Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Adapun
yang dimaksudkan dengan PUSKESMAS ialah salah satu unit pelaksana
fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat
pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat
yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Azwar, 1996).
Asas pengelolaan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia,
pengelolaan program kerja PUSKESMAS berpedoman pada empat asas
pokok yakni :
1. Asas pertanggung-jawaban wilayah
Dalam penyelenggaraan program kerjanya, PUSKESMAS harus
melaksanakan asas pertanggung-jawaban wilaya. Artinya,
PUSKESMAS harus bertangung-jawab atas semua masalah kesehatan
yang terjadi di wilayah kerjanya.
Karena adanya asas yang seperti ini, maka program kerja
PUSKESMAS tidak dilaksanakan secara pasif saja, dalam arti hanya
sekedar menanti kunjungan masyarakat ke PUSKESMAS, melainkan
harus secara aktif yakni memberikan pelayanan kesehatan sedekat
mungkin dengan masyarakat.

3
Lebih daripada itu, karena PUSKESMAS harus bertanggung-
jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya,
mak banyak dilakukan berbagai program pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
masyarakat.
2. Asas peran serta masyarakat
Dalam penyelenggaraan program kerjanya, PUSKESMAS harus
melaksanakan asas peran serta masyarakat. Artinya berupaya
melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan program kerjanya
tersebut.
Bentuk peran serta masyarakt dalam pelayanan kesehatan banyak
macamnya. Di Indonesia dikenal dengan nama Pos Pelayanan Terpadu
(POSYANDU).
3. Asas keterpaduan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, PUSKESMAS harus
melaksanakan akses keterpaduan. Artinya berupaya memadukan
kegiatan tersebut, bukan saja dengan program kesehatan lain (lintas
program), tetapi juga dengan program dari sector lain (lintas sektoral).
Dengan dilaksanakannya akses keterpaduan ini, berbagai manfaat
akan dapat diperoleh. Bagi PUSKESMAS dapat menghemat sumber
daya, sedangkan bagi masyarakat, lebih mudah mendapatkan
pelayanan kesehatan.
4. Asas rujukan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, PUSKESMAS harus
melaksanakan asas rujukan. Artinya jika tidak mampu menangani suatu
masalah kesehatan harus merujuknya ke sarana kesehatan yang lebih
mampu. Untuk pelayanan kedokteran jalur rujukannya adalah Rumah
Sakit. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan jalur rujukannya adalah
berbagai sektor kesehatan

4
2. Sistem Rujukan
Mekanisme hubungan kerja yang memadukan satu strata dengan strata
pelayanan kesehatan dengan strata pelayanan kesehatan yang lain banyak
macamnya. Salah satu diantaranya dikenal dengan nama sistem rujukan.
Indonesia juga menganut sistem rujukan ini, seperti yang dapat dilihat
dalam sistem Kesehatan Nasional.
Adapun yang dimaksud dengan system rujukan di Indonesia, seperti
yang telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan RI No.32 tahun 1972
Sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu
kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit
yang berkemampuas kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara
horizontal salam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
(Azwar, 1996)
Macam rujukan yang berlaku di Indonesia telah pula ditentukan.
Sistem Kesehatan Nasional membedakan atas dua macam yakni:
1. Rujukan kesehatan
rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit
dan peningkatan derajat kesehatan.
2. Rujukan medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan
penyakit

Manfaat sistem rujukan


1. Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan
Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan
kesehatan (policy maker), manfaat yang dapat diperoleh antara
lain:
a. membantu menghemat dana, karena tidak perlu menyediakan
berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana
kesehatan

5
b. menjelaskan sistem pelayanan kesehatan, karena dapat
berhubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang
tersedia
c. memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek
perencanaan
2. Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa
pelayanan (health consumer), manfaat yang akan diperoleh antara
lain:
a. meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari
pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang
b. mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan,
karena telah diketahui dengan jelas fungsi dam wewenang
setiap sarana pelayanan kesehatan
3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan (health provider), manfaat yang akan diperoleh antara
lain:
a. Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai
akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan dan
dedikasi.
b. Membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni
melalui kerjasama yang terjalin
c. Memudahkan dan atau meringankan beban tugas, karena setiap
sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu

3. Daerah Terpencil

Definisi daerah terpencil yang dikeluarkan oleh Departemen


Kesehatan, yaitu daerah terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau
karena berbagai sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan,
daratan, hutan dan rawa), transportasi dan sosial budaya

6
B. TEORI

7
BAB III

PEMBAHASAN

1. Pelaksanaan Sistem Rujukan


Pelaksanaan sistem rujukan telah diatur dengan bentuk bertingkat atau
berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga,
dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di
suatu sistem dan saling berhubungan.
Apabila pelayanan kesehatan tingkat primer tidak dapat melakukan
tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut
ke tingkat pelayanan diatasnya, demikian seterusnya. Penyerahan tanggung
jawab dari suatu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain ini
yang disebut rujukan. Hal ini tentu saja harus didukung oleh seluruh lintas
sektoral yang terkait sehingga dapat terlaksana sistem rujukan kesehatan
berjenjang yang ideal.
Permasalahannya yang terjadi pada daerah terpencil adalah peran
terbesar dalam sistem rujukan terdapat pada masyarakat, dukun, serta suami,
namun hingga saat ini baik puskesmas maupun permerintah daerah belum
menganggap mereka bagian dari pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
rujukan
Alternatif pemecahan masalah diatas dapat dilakukan dengan
pengadopsian program desa siaga maupun contracting out.
Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan
secara mandiri.
Contracting out merupakan praktik yang dilakukan pemerintah atau
perusahaan swasta untuk mempekerjakan dan membiayai agen dari luar untuk
menyediakan pelayanan

8
2. Sarana Transportasi Rujukan
Permasalahnnya adalah transportasi daerah terpencil menggunakan
transportasi tradisionl dengan cara ditandu (bulle) dan menjadi tanggung
jawab keluarga pasien
Alternatif pemecahan masalah : pengelolaan bulle secara bersama untuk
membawa masyarakat yang sakit ke puskesmas dan usulan puskesmas
menjadi pengelola ambulans

3. Sumber Daya Kesehatan Masyarakat


permasalahannya : belum optimalnya kerjasama antara dukun dan suami
dengan petugas kesehatan dalam upaya pelayanan kesehatan
alternalif pemecahan masalah : mengoptimalkan kerjasama antara dukun,
suami dan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Dengan cara memberikan bimbingan dan pelatihan kepada dukun dan suami.

9
BAB IV

KESIMPULAN

10

Anda mungkin juga menyukai