Anda di halaman 1dari 8

Yusni Ibrahim, Yuszda K.

Salimi, Netty Ino Ischak


Karakterisasi Asam Lemak Hasil Hidrolisis pada Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera)…..81

Karakterisasi Asam Lemak Hasil Hidrolisis pada Minyak Biji


Kelor (Moringa oleifera) dengan Metode Kromatografi Gas-
Spektroskopi Massa
Yusni Ibrahim, Yuszda K. Salimi, Netty Ino Ischak
Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi asam lemak hasil hidrolisis pada biji kelor
(Moringa oleifera) dengan metode kromatografi gas-spektroskopi massa. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah biji kelor kering dan basah. Sampel biji kelor diekstraksi menggunakan
n-heksan untuk memperoleh minyak. Ditentukan bilangan asam dan bilangan penyabunan.
Menghidrolisis minyak hasil ekstraksi dengan larutan KOH dan katalis H2SO4 menjadi asam lemak
bebas, analisis asam lemak kemudian dikonversi menjadi metil ester dengan menggunakan pelarut
CH3OH dan H2SO4 sebagai katalis. Penelitian ini menggunakan Kromatografi Gas-Spektroskopi
Massa untuk mengidentifikasi asam lemak dalam sampel. Dari analisa Kromatografi Gas-
Spektroskopi Massa yang telah dilakukan, asam lemak minyak biji kelor kering yang dihasilkan
adalah asam laurat, asam palmitoleat, asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan asam arakidat.
Sedangkan untuk asam lemak minyak biji kelor basah yang dihasilkan adalah asam palmitoleat,
asam palmitat, asam oleat, asam stearat, asam eikosenat, asam arakidat, asam behenat, dan asam
lignoserat. Dimana komponen terbesar metil ester pada biji kelor kering dan biji kelor basah adalah
metil oleat dengan persentasi masing-masing 38,08% dan 38,84%.

Kata Kunci: Biji kelor, asam lemak, KG-SM

PENDAHULUAN dengan titik lebur rendah biasanya berwujud cair


Minyak merupakan salah satu penyusun pada suhu kamar, dan lemak yang mengandung
utama tubuh hewan dan tumbuhan. Minyak yang asam lemak bertitik lebur tinggi cenderung
berasal dari hewan digolongkan sebagai minyak berwujud setengah padat atau padat pada suhu
hewani atau disebut lemak saja, sedangkan minyak kamar. Asam-asam lemak yang terikat membentuk
dari tumbuhan digolongkan sebagai minyak nabati trigliserida merupakan asam organik berantai lurus
dan disebut sebagai minyak (Fessenden dan yang biasanya merupakan atom karbon antara 16
Fessenden, 1986 dalam Pranowo dan Muchalai, samapai 24 atom per molekul.
2004). Minyak dan lemak tidak berbeda dalam Berdasarkan ada atau tidaknya ikatan
bentuk umum trigliseridanya dan hanya berbeda rangkap karbon-karbon di dalam asam lemak,
dalam bentuk (wujud), disebut minyak jika dikenal asam lemak tak jenuh dan asam lemak
berbentuk cair pada suhu kamar dan disebut lemak jenuh. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak
jika berbentuk padat pada suhu kamar (Ketaren, yang memiliki ikatan rangkap karbon-karbon,
1986). sedangkan asam lemak jenuh adalah asam lemak
Minyak merupakan ester dari molekul yang tidak mengandung ikatan rangkap pada ikatan
gliserol dan tiga molekul asam lemak, oleh karena antara atom-atom karbon penyusun asam lemak
itu disebut juga triasil gliserol atau trigliserida. tersebut (Pranowo dan Muchalai, 2004).
Asam lemak yang terkandung dalam trigliserida Tanaman kelor (Moringa oleifera)
berpengaruh besar terhadap sifat minyak dan merupakan salah satu jenis tanaman tropis yang
merupakan penentu sifat fisika dan sifat kimia mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia.
minyak. Lemak yang mengandung asam lemak Kelor dapat tumbuh pada daerah tropis dan

©2018 by Department of Chemistry, Jurnal Entropi Volume 13, Nomor 1, Februari 2018 (PP. 81-88)
Gorontalo State University - Indonesia Inovasi Penelitian, Pendidikan, dan Pembelajaran Sains
82 JURNAL ENTROPI VOLUME 13 NOMOR 1 FEBRUARI 2018
Inovasi Penelitian, Pendidikan, dan Pembelajaran Sains

subtropis pada semua jenis tanah dan tahan terhadap magnetic stirrer, corong pisah, thermometer,
musim kering dengan toleransi terhadap kekeringan seperangkat alat refluks, seperangkat alat titrasi,
sampai 6 bulan (Aminah, dkk. 2015). Moringa seperangkat alat soxhletasi (selonsong, kondensor,
oleifera ditanam terutama sabagai tanaman pagar. labu alas bulat), seperangkat alat Rotavapor (alat
Pemanfaatan buah Moringa oleifera di Indonesia evaporasi), dan seperangkat alat Kromatografi gas-
belum optimal. Buah Moringa oleifera lazim di spektrofotometer massa (KG-SM) tipe Shimadzu
gunakan sebagai bahan makanan bagi masyarakat QP-2010S.
Indonesia khususnya di pulau Jawa dan sebagai Bahan
bahan koagulan dalam penjernihan air (Nasir, dkk. Bahan utama yang digunakan dalam
2010). Bagian-bagian dari tanaman tersebut seperti penelitian ini adalah Biji Kelor. Sedangkan bahan-
daun, buah-buahan, bunga dan polong matang dari bahan kimia adalah aquadest, n-heksan, methanol,
pohon ini sering di gunakan sebagai sayur-sayuran indicator phenoftalein, Asam klorida, kalium
di Negara-negara tersebut. Selain itu bagian dari hidroksida, Na2SO4, H2SO4 pekat, NaHCO3,
tanaman ini seperti bunga, daun muda dan Indikator Universal, NaCl.
polong/biji juga di kenal sebagai tanaman obat Cara Kerja
tradisional secara turun temurun (Budda et all., Preparasi Sampel
dalam Fitriyah, 2013). Penyiapan sampel biji kelor dilakukan
Menurut Duke (1983) dalam Widyanastuti dengan cara pertama-tama biji kelor kering (tua) di
(2013) biji kelor mengandung minyak sebesar 40%. kupas kulitnya, kemudian di keringkan di dalam
Minyak kelor mengandung asam lemak sebesar oven pada suhu sekitar ± 105 OC selama 2 jam.
34.7%. Asam lemak yang terdapat dalam biji kelor Tujuan pengeringan ini agar kadar air pada biji kelor
yaitu asam palmitat sebanyak 9.3%, asam stearat sudah menguap serta sudah terjadi pengeringan
sebanyak 7.4%, asam behenat 8.6%, dan asam oleat yang sempurna bahkan sudah tidak ada kadar air.
65.7%. Selain itu dalam minyak biji kelor juga di Kemudian biji kelor yang sudah kering dihaluskan
temukan miristat dan lignoserat. Komposisi menggunakan blender. Biji kelor yang sudah di
maupun jenis asam lemak dari setiap jenis haluskan kemudian diayak dengan ayakan ukuran
tumbuhan berbeda. Sampai saat ini informasi 120 mesh. Dilakukan langkah yang sama untuk biji
tentang kandungan asam lemak yang ada pada biji kelor basah (muda).
kelor. Maka perlu adanya penelitian tentang Ekstraksi Minyak Biji Kelor Kering dan Biji
karakterisasi asam lemak hasil hidrolisis pada Kelor Basah dengan Metode Soxhletasi
minyak biji kelor (Moringa oleifera) dengan Biji kelor kering (tua) yang sudah
metode Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa. dihaluskan ditimbang sebanyak 150 gr dengan
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui menggunakan neraca analitik. Kemudian dibungkus
karakterisasi asam lemak hasil hidrolisis pada dengan kertas saring. diperhatikan ukuran
minyak biji kelor (Moringa oleifera) dengan bungkusan sampel agar sesuai dengan ukuran
metode Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa. soxhlet. Dimasukkan bungkusan sampel ke dalam
soxhlet yang telah dirangkai dengan kondensor dan
METODE PENELITIAN labu didih. Dituang pelarut sebanyak 600 mL ke
Alat dalam labu didih. Kemudian rangkaian Soxhlet
Peralatan yang di gunakan dalam penelitian tersebut diletakkan diatas pemanas lalu dipanaskan
ini adalah kertas saring, pipet tetes, spatula, kaca selama ± 6 jam sehingga didapat hasil ekstraksi
arloji, penangas, Gelas ukur, neraca analitik, statif, berupa campuran minyak biji kelor dengan pelarut.
klem, pompa air, pompa vakum, selang kondensor, Ekstrak n-heksan kemudian dipekatkan dalam
benang wol, botol vial, aluminium foil, gelas rotary evaporator pada temperature 50 OC sehingga
beaker, Blender, oven, Labu ukur, buret, diperoleh minyak biji kelor pekat. Dilakukan
piknometer, Labu bulat leher tiga, pengaduk langkah yang sama untuk biji kelor basah (muda).
Yusni Ibrahim, Yuszda K. Salimi, Netty Ino Ischak
Karakterisasi Asam Lemak Hasil Hidrolisis pada Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera)....83

Penentuan Bilangan Asam dan Kadar Asam dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berbeda
Lemak Bebas dan masing-masing ditambahkan dengan 3 tetes
Minyak biji kelor sebanyak 5 mL di indikator phenolftalein sehingga larutan blangko
masukkan dalam Erlenmeyer 250 mL, kemudian tersebut berwarna merah mudah dan dititrasi dengan
ditambahkan metanol 96% sebanyak 25 mL dan larutan HCl 0,5 N sampai bening tidak berwarna.
dipanaskan pada suhu 60 oC selama 10 menit sambil Volume HCl yang dibutuhkan dicatat.
di aduk. Setelah itu, campuran tersebut dibagi Bilangan Penyabunan dapat di hitung
menjadi tiga bagian dan masing-masing dengan menggunakan rumus dibawah ini:
ditambahakan 2 tetes indikator phenoftalein dan di
titrasi dengan larutan KOH 0,1 N yang telah di (Vblanko -Vsampel ) . NHCl . MrKOH
Bilangan penyabunan =
standarisasi hingga berwarna merah jambu. Warna berat sampel
merah jambu ini harus bertahan paling sedikit 15
Hidrolisis Minyak Biji Kelor
detik. Volume titran yang dibutuhkan (V mL) di
Sebanyak 25 g minyak biji kelor
catat. Bilangan asam dan kadar asam lemak bebas
dimasukkan kedalam labu leher tiga. Kemudian
dalam contoh dihitung dengan menggunakan
ditambahkan 50 mL methanol dan 50 mL larutan
rumus:
𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 ×𝑁 𝐾𝑂𝐻 ×𝑚𝑟 𝐾𝑂𝐻
KOH 12%. Campuran direfluks dengan
Bilangan asam = 𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 pengadukan pada temperature 60 oC selama 90
Rumus penentuan kadar FFA (Free Fatty Acid) menit. Hasil refluks dimasukkan ke dalam corong
% FFA = pisah dan ditambahkan dengan 125 mL aquades
𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 × 𝑁 𝐾𝑂𝐻 × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 serta 31,25 mL n-heksan. Larutan dikocok dengan
× 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×1000
kuat dan didiamkan sampai terbentuk dua lapisan
yaitu lapisan air dan lapisan organik. Lapisan air
Penentuan Bilangan Penyabunan
dipisahkan dari lapisan organik. Lapisan air
Pertama-tama, ditimbang KOH dengan
ditambahkan dengan asam sulfat 1 M sampai pH 1.
kaca arloji sebanyak 0,4203 g dan dilarutkan dalam
Asam lemak bebas dipisahkan dari lapisan air.
96 mL metanol. Larutan yang diperoleh dibagi
Esterifikasi Asam Lemak Bebas Hasil Hidrolisis
menjadi dua, 48 mL digunakan sebagai blangko dan
Minyak Biji Kelor
48 mL lainnya direaksikan dengan 1 g minyak biji
Sebanyak 10 g asam lemak biji kelor
kelor yang akan digunakan sebagai larutan sampel.
masing-masing dimasukkan kedalam labu leher tiga
1. Titrasi Larutan Sampel
yang dilengkapi dengan thermometer. Selanjutnya
Sebanyak 1 gram minyak biji kelor
ditambahkan 8,7 mL methanol dan 0,087 mL (87
ditimbang dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
L) H2SO4 pekat. Kemudian campuran tersebut
250. Ditambahkan 48 mL larutan KOH dalam
metanol dan beberapa butir batu didih. Kemudian direfluks selama 1 jam pada temperatur 50oC.
direfluks selama 30 menit. Setelah itu larutan Campuran hasil refluks selanjutnya didinginkan dan
sampel dibagi menjadi tiga bagian dan di masukkan dimasukkan dalam corong pisah. Selanjutnya
ke dalam Erlenmeyer yang berbeda serta di ditambahkan 20 mL aquades dan dilanjutkan
tambahkan masing-masing 3 tetes indikator dengan penambahan larutan NaHCO3 tetes demi
fenolftalein ke dalam larutan tersebut dan dititrasi tetes sambil dikocok dan diukur pH dengan
dengan larutan HCl 0.5 N. Titrasi dihentikan saat indikator universal hingga netral. Setelah itu
indikator berubah menjadi tidak berwarna. Volume dilakukan salting out dengan menambahkan 5 mL
HCl yang dibutuhkan di catat. larutan NaCl jenuh hingga campuran terpisah
2. Titrasi Larutan Blangko sempurna. Larutan dikocok dengan kuat dan
Larutan blangko 48 mL dimasukkan ke didiamkan hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan
dalam Erlenmeyer. Kemudian direfluks selama 30 organik ditambahkan magnesium sulfat anhidrat.
menit. Setelah itu larutan dibagi menjadi tiga bagian
84 JURNAL ENTROPI VOLUME 13 NOMOR 1 FEBRUARI 2018
Inovasi Penelitian, Pendidikan, dan Pembelajaran Sains

Identifikasi Asam Lemak penyabunan, asam lemak dan asam lemak bebas
Identifikasi asam lemak dilakukan dengan dari minyak (sampel) di reaksikan dengan KOH
menginjeksikan metil ester dari asam lemak biji dalam alkohol dapat membentuk sabun. Semakin
kelor pada alat kromatografi gas-spektroskopi besar molekul trigliserida maka semakin banyak
massa Shimadzu QP 2010 pada kondisi sebagai juga KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan
berikut: sejumlah minyak tersebut. Minyak yang disusun
Temperatur oven kolom 50 oC, temperature oleh asam lemak berantai C pendek berarti
injeksi 300 oC, tekanan 13 kPa, total aliran 40,8 mempunyai berat molekul relatif kecil akan
mL/menit, laju alir 26,7 cm/sec, dan aliran kolom mempunyai angka penyabunan yang besar dan
0,54 mL/menit. sebaliknya minyak dengan berat molekul besar
mempunyai angka penyabunan yang relatif kecil
HASIL DAN PEMBAHASAN (Hariani dkk., 2013).
Ekstraksi minyak pada biji kelor kering dan Berdasarkan hasil penelitian nilai bilangan
biji kelor basah menggunakan ekstraktor soxhlet penyabunan dari minyak biji kelor kering adalah
dengan menggunakan pelarut n-heksan. 15,7108 mg KOH/g, sedangkan bilangan
Penggunaan n-heksan sebagai pelarut disebabkan penyabunan dari minyak biji kelor basah adalah
karena minyak yang akan diekstraksi dari biji kelor 7,2943 mg KOH/g.
kering dan biji kelor basah memiliki sifat nonpolar, Hidrolisis merupakan proses pemisahan zat
sehingga diperlukan pelarut n-heksan yang sifatnya yang disebabkan oleh molekul air (H2O). Hidrolisis
nonpolar juga. Proses ekstraksi ini terus menerus dapat terjadi pda kondisi asam maupun basa.
berlangsung selama ± 6 jam. Hasil ekstraksi 150 Hidrolisis minyak biji kelor kering dan minak biji
gram serbuk biji kelor kering didapatkan minyak kelor basah pada penelitian ini berlangsung pada
sebanyak 57,97 gram dengan rendemen minyak biji kondisi basa dengan menggunakan basa kuat KOH.
kelor kering sebesar 38,64%, sedangkan untuk 150 Penggunaan basa kuat KOH ini disebabkan karena
gram serbuk biji kelor basah didapatkan minyak air tidak dapat menghidrolisis secara sempurna
sebesar 52,21 gram dengan rendemen minyak biji minyak biji kelor kering dan minyak biji kelor
kleor basah sebesar 34,80%. basah, sehingga diperlukan larutan basa untuk
Bilangan asam adalah milligram KOH yang menghidrolisis minyak tersebut. Reaksi antara
dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak minyak dengan basa dikenal dengan reaksi
bebas dalam satu gram minyak, sedangkan kadar saponifikasi atau sering disebut reaksi penyabunan.
FFA merupakan kandungan asam lemak bebas yang Reaksi penyabunan pada minyak menghasilkan
terdapat dalam suatu minyak dimana berat molekul garam asam lemak atau sabun. Selanjutnya garam
asam lemak tersebut dianggap sebesar asam lemak asam lemak dengan penambahan H2O dengan
dominannya dan dinyatakan dalam bentuk persen. katalis asam (H2SO4) menjadi asam lemak bebas.
Bilangan asam dari minyak biji kelor kering sebesar Massa asam lemak yang diperoleh dari 25 g minyak
10,68 mg KOH/gr dengan kadar asam lemak bebas biji kelor kering maupun minyak biji kelor basah
(FFA) 5,36%. Sedangkan Bilangan asam dari pada proses hidrolisis adalah 23,68 g.
minyak biji kelor basah sebesar 2,47 mg KOH/gr Esterifikasi adalah tahap konversi asam
dengan kadar asam lemak bebas (FFA) 1,24%. lemak bebas menjadi ester, dengan mereaksikan
Penentuan bilangan penyabunan ini asam lemak dengan alkohol. Asam lemak bebas dari
dilakukan dengan cara titrimetri yaitu dengan cara minyak biji kelor kering dan minyak biji kelor basah
menitrasi larutan sampel dan larutan blanko, yang diperoleh dari proses hidrolisis ditambahkan
sehingga dapat diketahui bilangan penyabunan dari dengan methanol (CH3OH) dan asam kuat H2SO4
suatu sampel. Pada saat melakukan suatu pengujian sebagai katalis sehingga terbentuk senyawa metil
bilangan penyabunan sampel minyak direaksikan ester. Proses esterifikasi ini dilakukan untuk
dengan KOH berlebih. Dalam penentuan bilangan keperluan analisis kadar asam lemak menggunakan
Yusni Ibrahim, Yuszda K. Salimi, Netty Ino Ischak
Karakterisasi Asam Lemak Hasil Hidrolisis pada Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera)....85

KG-SM. Hal ini dikarenakan asam lemak yang Hasil Analisis Menggunakan KG-SM
diperoleh dari hidrolisis bersifat nonvolatile (tidak Data Kromatogram dan Spektrum KG-SM
mudah menguap), sementara syarat senyawa yang untuk Biji Kelor Kering
diperlukan untuk keperluan analisa harus bersifat Hasil Pemeriksaan (analisis) dengan
volatil. Sehingga diperlukan adanya konversi asam kromatografi gas untuk metil ester dari asam lemak
lemak bebas menjadi senyawa metil ester. Senyawa hasil hidrolisis (minyak biji kelor kering)
metil ester sendiri bersifat volatil (mudah menghasilkan kromatogram dengan 7 puncak
menguap). (peak) asam lemak seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Kromatogram (KG) Sampel Metil ester (Minyak Biji Kelor Kering)
Jenis senyawa berdasarkan puncak hasil analsisi Kromatografi Gas disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis GC-MS (Minyak Biji Kelor Kering)


tR Area BM/Rumus
Peak Nama Senyawa
(Menit) (%) Molekul
1 23,615 15,85 204/C15H24 Beta-Patchoulen
2 25,369 5,27 204/C15H24 Naftalen
3 26,097 9,93 204/C15H24 1,2,4-Methenoazulen
4 27,285 1,07 214/C13H26O2 Asam dodekanoat/Metil laurat
5 36,078 1,79 268/C17H32O2 Asam 9-heksadekanoat/Metil palmitoleat
6 36,506 8,52 270/C17H34O2 Metil heksadekanoat/Metil palmitat
7 40,026 38,08 296/C19H36O2 Asam 9-oktadekanoat /Metil oleat
8 40,495 1,84 298/C19H38O2 Asam oktadekanoat/Metil stearat
9 42,799 16,13 284/C18H36O2 Asam oktadekanoat/Asam stearat
10 44,147 1,51 326/C21H42O2 Asam eikosanoat/Metil arakidat

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa memiliki luas area 1,79% diduga merupakan Asam
minyak biji kelor kering terdiri dari beberapa asam palmitoleat karena memiliki spektra massa yang
lemak yang ditunjukkan adanya 7 puncak pada sesuai dengan spektra massa asam 9-oktadekanoat
kromatogram KG. Puncak keempat dengan waktu (metil palmitoleat) dari WILEY229.LIB dengan
retensi 27,285 memiliki luas area 1,07% diduga nomor entri 123056 dan tingkat kemiripan 91%.
merupakan Asam laurat karena memiliki spektra Puncak keenam dengan waktu retensi 36,506
massa yang sesuai dengan spektra massa asam memiliki luas area 8,52% diduga merupakan Asam
dodekanoat (metil laurat) dari WILEY229.LIB palmitat karena memiliki spektra massa yang sesuai
dengan nomor entri 79499 dan tingkat kemiripan dengan spektra massa Metil heksadekanoat (metil
92%. Puncak kelima dengan waktu retensi 36,078
86 JURNAL ENTROPI VOLUME 13 NOMOR 1 FEBRUARI 2018
Inovasi Penelitian, Pendidikan, dan Pembelajaran Sains

palmitat) dari WILEY229.LIB dengan nomor entri WILEY229.LIB dengan nomor entri 134626 dan
124633 dan tingkat kemiripan 94%. tingkat kemiripan 83%. Puncak kesepuluh dengan
Senyawa dengan puncak paling tinggi waktu retensi 44,147 memiliki luas area 1,51%
(puncak ketujuh) dengan waktu retensi 40,026 diduga merupakan Asam eikosanoat karena
memiliki luas area 38,08% diduga merupakan Asam memiliki spektra massa yang sesuai dengan spektra
oleat. Spektra massa komponen utama metil ester massa Asam eikosanoat (metil arakidat) dari
asam lemak hasil hidrolisis (tR= 40,026) WILEY229.LIB dengan nomor entri 161700 dan
menghasilkan puncak ion fragmen pada m/z: 41, 55, tingkat kemiripan 84%.
69, 74, 97, 98, 123, 137, 152, 166, 180, 207, 222, Berdasarkan data-data tersebut dapat
235, 246, 264, 266, dan 296. Fragmen dengan m/z disimpulkan bahwa asam lemak minyak biji kelor
296 merupakan ion molekul metil oleat yang kering adalah asam laurat, asam palmitoleat, asam
memiliki rumus molekul palmitat, asam oleat, asam stearate, asam arakidat.
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7CO2H. Spektra massa Dimana kandungan asam lemak paling besar
puncak ketujuh memiliki kemiripan dengan spektra minyak biji kelor kering adalah asam 9-
massa Asam 9-oktadekanoat (metil oleat) dari oktadekanoat atau asam oleat sebesar 38,08%. Hasil
WILEY229.LIB dengan nomor entri 142893 dan ini sesuai dengan penelitian Duke (1983) dalam
tingkat kemiripan 94%. Kedua spektra memiliki Widyanastuti (2013) yang menyatakan asam lemak
kesamaan pada ion fragmen pada m/z: 41, 55, 69, paling besar adalah asam oleat. Hasil ini juga sesuai
74, 96, 123, 137, 166, 180, 222, 264, dan memiliki dengan penelitian Gustone dan Harwood dalam
base peak pada m/z: 55. Puncak kedelapan dengan Nasir (2010) yang menyatakan asam lemak paling
waktu retensi 40,495 memiliki luas area 1,84% besar adalah asam oleat.
diduga merupakan Asam stearat karena memiliki Data Kromatogram dan Spektrum KG-SM
spektra massa yang sesuai dengan spektra massa untuk Biji Kelor Basah
Asam oktadekanoat (metil stearat) dari Hasil Pemeriksaan (analisis) dengan
WILEY229.LIB dengan nomor entri 144208 dan kromatografi gas untuk metil ester dari asam lemak
tingkat kemiripan 92%. Puncak kesembilan dengan hasil hidrolisis (minyak biji kelor basah)
waktu retensi 42,799 memiliki luas area 16,13% menghasilkan kromatogram dengan 9 puncak
diduga merupakan Asam stearat karena memiliki (peak) asam lemak seperti pada Gambar 2 dan Tabel
spektra massa yang sesuai dengan spektra massa 2.
Asam oktadekanoat (asam stearat) dari

Gambar 2. Kromatogram (KG) Sampel Metil ester (Minyak Biji Kelor Basah)
Yusni Ibrahim, Yuszda K. Salimi, Netty Ino Ischak
Karakterisasi Asam Lemak Hasil Hidrolisis pada Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera)....87

Tabel 2. Hasil Analisis GC-MS (Minyak Biji Kelor Basah)


Area BM/Rumus
Peak tR (Menit) Nama Senyawa
(%) Molekul
1 35,971 0,90 268/C17H32O2 Asam 9-heksadekanoat/Metil palmitoleat
2 36,423 5,15 270/C17H34O2 Metil heksadekanoat/Metil palmitat
3 40,071 38,84 296/C19H36O2 Asam 9-oktadekanoat /Metil oleat
4 40,420 3,83 298/C19H38O2 Asam oktadekanoat/Metil stearat
5 41,600 43,54 282/C18H34O2 Asam 9-oktadekanoat/Asam oleat
6 43,642 2,91 324/C21H40O2 Asam 11-eikosenoat/Asam eikosenat
7 44,077 2,17 326/C21H42O2 Asam eikosanoat/Asam arakidat
8 47,439 2,14 354/C23H46O2 Asam dokosanoat/Metil behenat
9 50,544 0,51 382/C25H50O2 Asam tetrakosanoat/Metil lignoserat

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa 74, 96, 123, 137, 166, 180, 222, 264, dan memiliki
minyak biji kelor basah terdiri dari beberapa asam base peak pada m/z: 55.
lemak yang ditunjukkan adanya 9 puncak pada Puncak keempat dengan waktu retensi
kromatogram KG. Puncak pertama dengan waktu 40,420 memiliki luas area 3,83% diduga merupakan
retensi 35,971 memiliki luas area 0,90% diduga asam stearat karena memilki spektra massa yang
merupakan asam palmitoleat karena memilki sesuai dengan spektra massa asam oktadekanoat
spektra massa yang sesuai dengan spektra massa (metil stearat) dari WILEY229.LIB dengan nomor
asam 9-heksadekanoat (metil palmitoleat) dari entri 144201 dan tingkat kemiripan 95%. Puncak
WILEY229.LIB dengan nomor entri 123056 dan kelima dengan waktu retensi 41,600 memilki luas
tingkat kemiripan 93%. Puncak kedua dengan area 43,54% diduga merupakan asam oleat karena
waktu retensi 36,423 memilki luas area 5,15% memiliki spektra massa yang sesuai dengan spektra
diduga merupakan asam palmitat karena memiliki massa asam 9-oktadekanoat (asam oleat) dari
spektra massa yang sesuai dengan spektra massa WILEY229.LIB dengan nomor entri 133168 dan
metil heksadekanoat (metil palmitat) dari tingkat kemiripan 94%. Puncak keenam dengan
WILEY229.LIB dengan nomor entri 124618 dan waktu retensi 43,642 memilki luas area 2,91%
tingkat kemiripan 94%. diduga merupakan asam eikosenat karena memiliki
Senyawa dengan puncak paling tinggi spektra massa yang sesuai dengan spektra massa
(Puncak ketiga) dengan waktu retensi 40,071 asam 11-eikosenoat (asam eikosenat) dari
memilki luas area 38,84% diduga merupakan asam WILEY229.LIB dengan nomor entri 160588 dan
oleat. Spektra massa komponen utama metil ester tingkat kemiripan 94%. Puncak ketujuh dengan
asam lemak hasil hidrolisis (tR= 40,071) waktu retensi 44,077 memilki luas area 2,17%
menghasilkan puncak ion fragmen pada m/z: 41, 55, diduga merupakan asam arakidat karena memiliki
69, 74, 97, 110, 123, 137, 166, 180, 194, 207, 222, spektra massa yang sesuai dengan spektra massa
235, 246, 264, 266, dan 296. Fragmen dengan m/z asam eikosanoat (asam arakidat) dari
296 merupakan ion molekul metil oleat yang WILEY229.LIB dengan nomor entri 161703 dan
memiliki rumus molekul tingkat kemiripan 95%. Puncak kedelapan dengan
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7CO2H. Spektra massa waktu retensi 47,439 memilki luas area 2,14%
puncak ketiga memiliki kemiripan dengan spektra diduga merupakan asam behenat karena memiliki
massa asam 9-oktadekanoat (metil oleat) dari spektra massa yang sesuai dengan spektra massa
WILEY229.LIB dengan nomor entri 142893 dan asam dokosanoat (asam behenat) dari
tingkat kemiripan 94%. Kedua spektra memiliki WILEY229.LIB dengan nomor entri 176083 dan
kesamaan pada ion fragmen pada m/z: 41, 55, 69, tingkat kemiripan 95%. Puncak kesembilan dengan
88 JURNAL ENTROPI VOLUME 13 NOMOR 1 FEBRUARI 2018
Inovasi Penelitian, Pendidikan, dan Pembelajaran Sains

waktu retensi 50,544 memilki luas area 0,51% Dan kandungan terbesarnya adalah asam oleat
diduga merupakan asam lignoserat karena memiliki dengan kandungan senyawa sebesar 38,84%.
spektra massa yang sesuai dengan spektra massa Perlu dilakukan analisis sifat fisika kimia
asam tetrakosanoat (asam lignoserat) dari yang lain dari minyak yaitu Kadar air, densitas,
WILEY229.LIB dengan nomor entri 187519 dan Viskositas, Bilangan Iodium, Bilangan Peroksida,
tingkat kemiripan 93%. Angka setana, dan uji lainnya. Minyak biji kelor
Berdasarkan data-data tersebut dapat bisa menjadi obat untuk masalah kulit termasuk
disimpulkan bahwa asam lemak minyak biji kelor juga dapat mencegah atau mengobati keriput serta
basah adalah asam palmitoleat, asam palmitat, asam obat yang efektif untuk jerawat.
oleat, asam stearat, asam eikosenat, asam arakidat,
asam behenat, asam lignoserat. Dimana kandungan DAFTAR PUSTAKA
asam lemak paling besar minyak biji kelor basah Aminah, Syarifah, Ramdhan, Tezar, dan Yanis,
adalah asam 9-oktadekanoat atau asam oleat sebesar Muhlihani. 2015. Kandugan Nutrisi dan Sifat
38,84%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Duke Fungsional Tanaman Kelor (Moringa
(1983) dalam Widyanastuti (2013) yang oleifera). Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jakarta.
menyatakan asam lemak paling besar adalah asam
oleat. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Fitriyah, Nurul. 2013. Analisis α-Tokoferol
Gustone dan Harwood dalam Nasir (2010) yang (Vitamin E) pada minyak biji kelor (Moringa
oleifera Lam.) secara Kromatografi cair
menyatakan asam lemak paling besar adalah asam
kinerja tinggi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
oleat. dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi
Berdasarkan data Kromatografi gas dapat
Hariani, Poedji Loekitowati., Riyanti, Fahma.,
disimpulkan bahwa metil ester dari asam lemak
Riska, Mutia., 2013. Pengaruh Variasi
hasil hidrolisis minyak biji kelor kering Temperatur Dan Konsentrasi
menghasilkan kromatogram dengan 7 puncak MinyakTerhadap Rendemen Dan Karakteristik
(peak) asam lemak sedangkan untuk minyak biji Biodiesel Dari MinyakBiji Kemiri (Aleurites
kelor basah menghasilkan kromatogram dengan 9 Moluccana. Prosiding Semirata FMIPA
puncak (peak) asam lemak. Hal ini disebabkan Universitas Lampung
bahwa ada kemungkinan adanya benda asing atau Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan
biji yang berkualitas jelek yang tercampur dalam Lemak. edisi I, Penerbit Universitas Indonesia.
bahan baku serta perlakuan terhadap bahan baku Jakarta
pada saat proses. Nasir, Subriyer, Soraya, Delfi Fatina, dan Pratiwi,
Dewi. 2010. Pemanfaatan ekstrak biji kelor
PENUTUP
(Moringa oleifera) untuk pembuatan Bahan
Berdasarkan hasil penelitian yang Bakar Nabati. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: (1) Hasil Teknik Universitas Sriwijaya. PDF
analisis dengan Kromatografi gas-spektroskopi
Pranowo, Deni, dan M. Muchalal. 2004. Analisis
massa senyawa yang dihasilkan dari minyak biji Kandungan Asam Lemak pada Minyak Kedelai
kelor kering antara lain asam laurat, asam dengan Kromatografi Gas-Spektroskopi
palmitoleat, asam palmitat, asam oleat, asam Massa. Jurusan Kimia Fakultas MIPA
stearate, dan asam arakidat. Dan kandungan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. PDF
terbesarnya adalah asam oleat dengan kandungan Widyanastuti, Nurul Azizah, dan Susilo, Bambang.
senyawa sebesar 38,08%. Sedangkan, (2) Hasil 2013. Studi ekstraksi Hydraulic Press Minyak
analisis dengan Kromatografi gas-spektroskopi Biji kelor (Moringa oleifera) dengan Variasi
massa senyawa yang dihasilkan dari minyak biji Perlakuan Panas. Jurusan Teknik Pertanian,
kelor basah antara lain asam palmitoleat, asam Fakultas Teknologi Pertanian, UB Malang.
PDF
palmitat, asam oleat, asam stearate, asam eikosenat,
asam arakidat, asam behenat, dan asam lignoserat.

Anda mungkin juga menyukai