Tugas Individu Bahasa Indonesia Makalah - Pinki Lailatul Akhyuni - 20101011102
Tugas Individu Bahasa Indonesia Makalah - Pinki Lailatul Akhyuni - 20101011102
MAKALAH
“PENDIDIKAN KARAKTER”
Oleh :
MANAJEMEN A1
FAKULTAS EKONOMI
2020
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Lengkap : Pinki Lailatul Akhyuni
NIM : 20101011102
Jurusan : Manajemen
Email : akhyunipinkilailatul@gmail.com
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyusun
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk atau bacaan baru bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan profesi keguruan.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
A. SIMPULAN ................................................................................. 19
B. SARAN ....................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUANG LINGKUP
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. MAKNA KARAKTER
Terdapat tiga buah kata berbeda, yaitu etika, moral, dan karakter
yang masing-masing memiliki makna sedikit berbeda, namun dalam
penerapannya seringkali dipersamakan satu dengan lainnya. Etika berasal
dan kata ethos (Yunani) artinya kebiasaan, adat, akhlak, watak,
sedangkan moral berasal dan kata mos (Latin) artinya kebiasaan, adat.
Etika, menurut Aristoteles (364-322 SM) adalah filsafat moral, ilmu tentang
balk dan buruk, ilmu tentang asas-asas akhlak. Dengan kata lain, etika
rnenekankan pada sistem sosial di mana moral diterapkan dan menunjuk
pada standar atau pedoman perilaku yang harus dimiliki oleh sebuah
komunitas atau seorang individu. Secara singkat, etika adalah sistem nilai.
Kata moral memiliki makna yang sama dengan etika, walaupun asal kata
dari keduanva berbeda. Moral adalah istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas suatu sifat, perangal, kehendak, pendapat, atau
perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik, buruk. Akan tetapi,
terkadang moral lebih banyak berkaitan dengan yang benar daripada yang
salah. Berbeda dengan Colby, Kohlberg, Gibbs, dan I.iebermann (1983)
yang menyatakan bahwa moral adalah “tahapan yang tidak terkotak-kotak
untuk mengklasifikasikan dan mengevaluasi seseorang”. Sebagai
konsekuensinya, tahapan moral tidak bisa dijadikan dasar untuk
mengklaim kelayakan moral seseorang. Ini menjadi akar perubahan
pengembangan moral yang fokus pada pendekatan perilaku moralitas
bergeser pada penilaian moral. Dengan demikian, perbedaan keduanya
adalah, moral Iebih bersifat praktis, sedang etika lebih bersifat teoretis.
Moral bersifat lokal, etika bersifat umum (regional).” Moral
berkaitan dengan domain tentang apa yang patut dilakukan.
4
mengorbankan banyak nyawa dan harta. Dari sini jelas terlihat bagaimana
praksis membentuk wajah bangsa terjadi ketika ada pemikiran bersama
tentang menjadi sebuah bangsa mandiri. Tanpa ada pemikiran tentang
“siapa diri kita ini”, perjuangan dan perlawanan tidak akan ada. Oleh
karena itu, tidk mengherankan jika para pemikir dan cerdik pandai yang
mulai berpikir tentang negri indonesia, mereka jugalah yang menjadi
tokoh-tokoh pergerakan nasional. Id dan gagasan bagi mereka bukan
konsep yang melayang tinggi, yaitu masyarakat indonesi yang hidup dan
berada bersama dengan bangsa-bangsa lain. Kesadaran ini baru muncul
ketika kita menyadari bahwa bangsa ini tidak sendirian, dan bahwa ada
realitas lainyang lebih baik diluar knyataan kita sekarang ini. Realitas lain
ini diketahui oleh mereka ketik para pelapor tokoh pergerakan nasional ini
belajar di luar negri.
tidak dapat diungkapkan dalam ruang terbatas ini, demi kepentingan kita
akan diulas sedikit tentang pendidikan karakter dalam pemikiran soekarno.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan
(feeling), dan tindakan (action).
Secara singkatnya pendidikan karakter bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu
warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan,dan menerapkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan.
Nilai-nilai pendidikan karakter merupakan nilai-nilai yang
dikembangkan dan diidentifikasi dari sumber-sumber yang mencerminkan
karakter Inonesia, yaitu Agama, pancasila dan UUD 1945 dan diwujudkan
berdasarkan ke sebelas prinsip pendidikan karakter.
B. SARAN
Pendidikan karakter merupakan sesuatu yang sangat penting dan
harus dipahami serta dipraktekkan secara menyeluruh. Pembentukan
karakter yang pada umumnya terjadi pada masa anak-anak, mendorong
para orangtua untuk bersikap serius dalam masalah ini. Orangtua harus
memberikan pendidikan yang baik dalam rangka membentuk karakter
anak. Sehingga diharapkan lahir generasi penerus bangsa yang memiliki
karakter kuat dalam rangka memajukan bangsa dan negara.
20
Hal yang sama juga harus dilakukan para pendidik baik di sekolah
(guru), di Perguruan Tinggi, atau dimanapun berada, yang merupakan
orangtua kedua bagi anak. Budaya yang baik di lingkngan tempat belajar
harus dibangun dan diaplikasikan oleh semua pihak, agar tercipta
manusia-manusia yang berkarakter di masa mendatang.
21
DAFTAR PUSTAKA