Makalah Pemerolehan Bahasa Hasan
Makalah Pemerolehan Bahasa Hasan
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psiko-Sosiolinguistik
Dosen pengampu:
DR. H. Moh. Munir, Lc, M.Ag
Disusun oleh:
Hasan Mahmud Ashfahani 504220009
1
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, (Jakarta: Depdikbud, 1988)
2
Soenjono dardjowidjojo, PSIKOLINGUISTIK: Pengantar Pemahaman Manusia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2012), 244.
apakan hanya tangisan atau suara-suara yang lain. Begitu juga dengan Tarigan yang
lebih mengatakan secara umum anak sudah mengeluarkan bunyi-bunyi yang belum
memiliki makna, yakni dari umur 0 – 12 bulan. Sementara Dardjowidjojo mengatakan
dengan lebih rinci bunyi-bunyi yang dikeluarkan anak saat berumur enam minggu
sampai dengan enam bulan.
b. Pemerolehan bahasa berupa kata
Anak biasanya memulai berbicara sekitar umur 15 bulan, apabila sampai umur
2 tahun dan belum bisa berbicara maka ia membutuhkan pembelajaran khusus untuk
mendiagnosa sebab-sebab keterlambatannya dalam berbicara.
As-sayyid menjelaskan bahwa perpindahan dari tahap bahasa selain kata ke
tahapan bahasa kata bida diukur dengan ukuran-ukuran berikut:
1. Pemahaman kata yang digunakan anak tidak hanya dipahami oleh orang
terdekatnya, tetapi kata-katanya jelas dan memahamkan kepada orang lain.
2. Kata-lafaz anak memiliki hubungan yang baik dengan makna-makna katanya,
seperti antara kata yang menunjukkan kepada bola dan kata-kata yang
menunjukkan kepada permainan yang lain, sehingga tidak setiap permainan
yang dilihat adalah bola.
3
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, (Jakarta: Depdikbud, 1988)
Pada masa ini, anak sudah mulai belajar menggunakan satu kata yang
memiliki arti yang mewakili keseluruhan idenya. Satu-kata mewakili satu atau
bahkan lebih frase atau kalimat. Kata-kata pertama yang lazim diucapkan
berhubungan dengan objek-objek nyata atau perbuatan. Kata-kata yang sering
diucapkan orang tua sewaktu mengajak bayinya berbicara berpotensi lebih besar
menjadi kata pertama yang diucapkan si bayi. Selain itu, kata tersebut mudah
bagi si anak. Kata-kata yang mengandung konsonan bilabial (b,p,m) merupakan
kata-kata yang mudah diucapkan anak-anak. Misalnya kata mama, mimik,
papa, dsb. Selain itu, kata-kata tersebut mengandung fonem “a” yang secara
artikulasi juga mudah diucapkan (tinggal membuka mulut saja).
b. Tahap dua kata (18 – 24 bulan)
Pada tahap ini sebagian besar anak sudah mulai mencapai tahap
kombinasi dua kata. Kata-kata yang diucapkan ketika masih tahap satu-kata
dikombinasikan dalam ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan,
atau bentuk-bentuk lain yang seharus-nya digunakan. Anak mulai dapat
mengucapkan “Ma, maem”, maksudnya “Mama, saya mau makan”. Pada
tahap dua-kata ini anak mulai mengenal berbagai makna kata, tetapi belum
dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin,
dan waktu terjadinya peristiwa. Selain itu, anak belum dapat menggunakan
pronomina saya, aku, kamu, dia, mereka, dan sebagainya.
c. Tahap banyak kata (3 – 5 tahun)
Pada saat mencapai usia 3 tahun, perbendaharaan kata anak menjadi
semakin kaya. Mereka sudah mulai mampu membuat kalimat pertanyaan,
pernyataan negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat. Tompkins
dan Hoskisson dalam Tarigan dkk. (1998) menyatakan bahwa pada usia 3 – 4
tahun, tuturan anak mulai lebih panjang dan tata bahasanya lebih teratur. Dia
tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga atau lebih.
d. umur 5 – 6 tahun
Bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa. Sebagian besar
aturan gramatika telah dikuasainya dan pola bahasa serta panjang tuturannya
semakin bervariasi. Anak telah mampu menggunakan bahasa dalam berbagai
cara untuk berbagai keperluan, termasuk bercanda atau menghibur.
Berdasarkan dua teori di atas ada sedikit perbedaan yaitu
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan dan perkembangan bahasa
Pengaruh pemerolehan dan perkembangan bahasa sejak masa anak-anak dengan
faktor bermacam-macam yang berhubungan sebagian dengan pembentukan psikologis
yang menjadi bagian untuk individu, bagian yang lain berhubungan dengan lingkungan
tinggal anak, berikut faktor-faktor tersebut:
1. Pembentukan psikologi anak
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh kecerdasan, dan secara umum
adalah penglihatan, pendengaran dan jenis laki-laki atau perempuan. Biasanya
perempuan lebih dulu bisa mengucapkan kata dibandingkan laki-laki. Dan
perempuan senantiasa berbeda dengan laki-laki dalam kemampuan berbahasanya.
Keterlambatan bahasa sangat berhubungan dengan tingkat mental.
2. Lingkungan tinggal anak
Penelitian-penelitian ilmiah yang bermacam-macam menunjukkan
sesungguhnya anak-anak di lingkungan sosial dengan ekonomi atas lebih cepat
berbicara, lebih kuat dari anak-anak di lingkungan sosial bawah, semakin banyak
pengalaman yang dialami seorang anak dan semakin luas lingkungannya, semakin
banyak perkembangan linguistik yang ia kembangkan.
Di sana terdapat sejumlah penelitian-penelitian sekitar pentingnya faktor-
faktor yang berpengaruh dalam pemerolehan dan perkembangan bahasa yaitu
yang kita sepakati dan faktor-faktor yang telah disepakati tadi.
Penelitian ini mengkhususkan dengan faktor-faktor yang sangat penting
dalam pemerolehan dan perkembangan bahasa, penelitian ini tidaklah usang
apabila masih diperhatikan oleh peneliti-peneliti untuk perkembangan bahasa dan
pemerolehan bahasa sejak tahapan-tahapan anak.
Berikut adalah penelitian khusus yang sangat penting terkait faktor-faktor
yang berpengaruh dalam pemerolehan bahasa:
a. Kecerdasan
b. Lingkungan sosial
c. Lingkungan bahasa
d. Kelainan
e. Perilaku kontradiksi
f. Keragaman bahasa
g. Perbedaan jenis kelamin
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bahasa antara lain : Umur,
jenis kelamin, kecerdasan, milieu, perekonomian dan kemasyarakatan bagi anak.
a) Urutan usia (Chronological age).
Setiap kali anak bertambah maju umurnya maka bertambah maju pula dalam
menemukan bahasa dan dalam kemampuan untuk menilai bahasanya. Hal itu
kembali pada ikatan antar umur dan kematanganya/kepekaanya, terutama sekali
kematangannya pada alatalat bicaranya, kematanganya pada akal dan hal-hal lain
yang menyertai dalam pengalaman anak. Parawansa menyatakan beberapa fase
perkembangan pada bahasa sesuai dengan tingkat usia anak sebagai berikut :
1) Fase usia beberapa bulan pertama: vokalisasi, berteriak, mendekut dan berbagai
bunyi yang belum dideskripsikan pada usia 3 atau4 bulan pertama barangkali
merupakan yang paling signifikan.
2) Tahap “babling”: Tahap mendekut (cooing) yang terjadi pada usia beberapa
bulan pertama biasanya berkembang kearah lebih banyak tipe vokalisasi random.
3) Permulaan pemahaman bahasa: Biasanya pada usia 8-10 bulan atau kadang-
kadang lebih awal (Pada bagian akhir nasa babling) terdapat gejala pertama
tentang pemahaman dan pengertian terhadap mimik simbolik tertentu intonasi,
kata-kata dan struktur frasa sebagai bagian dari penguasaan anak.
4) Permulaan komunikasi ujaran yang dibedakan: menuju akhir tahun kedua, terjadi
pertumbuhan yang pesat dalam kosa kata, anak mulai dengan eksperimentasi
linguistik (linguistic experimentatica).
5) Tahap akhir: Anak mulai memanipulasi struktur sintaksia bahasa bebas (language
freely) pada selesai tahap komunikasi ujaran yang di bedakan. Selanjutnya tak
ada lagi tahap yang membedakan dalam perkembangan bahasa. Perkembangan
bahasa sudah cepat dalam berbagai hal.
b) Faktor Kesehatan Secara Umum.
Sesungguhnya anak-anak yang ada dalam kondisi fisik yang sehat, itu lebih
banyak kegiatanya dan pengetahuanya terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya ;
akan tetapi sebaliknya bila anak berada dalam kondisi fisik yang buruk. Dilihat dari
segi kemajuan dan kemunduranya keadaan kesehatan itu mempengaruhi dalam
proses pertumbuhan yang bermacam-macam. Jika awal periode kanak-kanak itu
disebabkan oleh sakit sehingga perumbuhan geraknya terlambat, maka dalam periode
kanakkanak tertentu dari pertumbuhan geraknya akan mengakibatkan sedikit
bermain dengan suara dan hal itulah yang sngat menentukan dalam pertumbuhan
bahasa anak-anak. Jadi dalam hal ini ada hubungan timbal balik antara keaktifan
anak dengan pertumbuhan bahasanya. Maka dilihat dari segi fisiknya setiap anak
yang sehat lebih banyak kemampuanya untuk menentukan bahasanya.
c) Faktor Perbedaan Jenis Kelamin
Beberapa hasil penelitian telah menetapkan bahwa pertumbuhan bahasa pada
anak-anak perempuan itu lebih cepat dari anakanak lelaki. Hal itu dapat dijumpai
dalam hubunganya dengan jumlah kosa kata, panjangnya kalimat-kalimat dan
pemahaman. Perbedaanperbedaan itu tampak pada lima tahun yang pertama (periode
sekolah dasar) sedangkan diantara tahun kelima dan keenam kita lihat anak lelaki
dan anak perempuan sama atau perbedaan-perbedaan setara antara keduanya hampir
sama.
d) Faktor Kecerdasan
Dalam hal ini ada hubungan yang jelas tampak antara kecerdasan dan
kemampuan berbahasa, maka nak-anak yang lemah akalnya itu akan memulai
berbicara lebih lambat dibanding dengan anak-anak yang normal, dan anak-anak
yang normalpun akan lebih lambat daripada anak-anak yang cerdas akalnya. Hal
tersebut tidak berarti bahwa semua anak yang terlambat dalam memulai bicara itu
lemah akalnya atau bodoh, sebab dalam hal ini ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pada kelemahan bicara, akan tetapi tidak mesti berpengaruh pada
kecerdasan akalnya.
Bagi anak yang memiliki kemampuan akal yang istimewa, maka ia akan
memilki keistimewaan-keistimewaan yang berhubungan dengan kemampuanya
dalam memperhatikan, menemukan hubunganhubungan dan dalam memahami arti
serta dalam menemukan perbedaan-perbedaan diantara arti-arti yang berbeda. Ini
semua adalah faktor-faktor yang membantu pada pertumbuhan bahasa anak.
e) Faktor Milieu
Dalam hal ini ada hubungan timbal balik yang pasti atau positif-negatif antara
pusat perekonomian dengan pusat masyarakat bagi keluarga tempat anak-anak itu
tumbuh dan tempat pertumbuhan bahasanya. Maka-maka yang tumbuh dalam
lingkungan yang menyenangkan, yang dilengkapi dengan alat-alat hiburan dan
dalamkeluarga mereka yang berpendidikan itu memberikan kesempatan kepada
anak-anak untuk mendapatkan bekal kosa kata dalam jumlah yang besar serta
membentu kebiasaan-kebiasaan memakai bahasa yang benar. Sebaliknya anak yang
tumbuh/hidup dalam lingkungan yang inus, sekalipun kecerdasanya sama dengan
anak-anak yang tumbuh dalam masyarakat yang surplus namun tingkat pertumbuhan
bahasanya dalam mencapai kosa kata dapat berbeda atau ada kemungkinan lebih
rendah.
C. Tahapan-tahapan Perkembangan Bahasa
Pembicaraan ini menghendaki tentang tatacara pemerolehan bahasa, sampai pada
penjelasan tahapan-tahapan perkembangan yang berbeda-beda terlebih perkembangan
akal. Dan sebagian fenomena-fenoma perkembangan yang lain sampai terlihat jelas
media-media pemerolehan bahasa pada tahapan umur yang petama dalam tahapan umur
yang telah lalu.
Dan perkembangan memiliki tahapan-tahapan yang berbeda pada tendensi-
tendensi dan tahapan-tahapannya yang setiap tahapannya jelas dari yang lainnya,
sebagian dari tahapan-tahapan yang lain di dalam bentuk-bentuk perilaku dan pada
motivasi diri. Tahapan-tahapan ini adalah:
1. Tahap sebelum lahir (Parenatal Period), dimulai dari saat pembuahan sampai bentuk
janin sebelum lahir, masa tahapan ini adalah 250 sampai 310 hari dan rata-rata 280
hari.
2. Tahap menyusui (babyhood), dari saat kelahiran sampai akhir tahun kedua.
3. Tahap masa anak-anak, (Childhood), dari 3 sampai 12 tahun..
4. Tahap remaja (Adolescence), dari 13 sampai 17 tahun.
5. Tahap masa muda (youth), dari 18 sampai 25 tahun
6. Tahap setengah baya (Midle Age), dari 26 sampai 50 tahun.
7. Tahap tua awal (Early-old Age), dari 51 sampai 65 tahun.
8. Tahap lansia (Late-Old Age), dari 66 tahun sampai akhir
Bzoch membagi tahapan perkembangan bahasa anak dari lahir sampai usia 3 tahun
dalam empat stadium, yaitu:
1. Perkembangan bahasa bayi sebagai komunikasi prelinguistik
Terjadi pada umur 0-3 bulan dari periode lahir sampai akhir tahun pertama.
Bayi baru lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa baik isi, bentuk, dan
pemakaian bahasa. Selain belum berkembangnya bentuk bahasa konvensional,
kemampuan kognitif bayi juga belum berkembang. Komunikasi lebih bersifat reflektif
daripada terencana.
Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun bayi belum mengerti dan belum
bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional, mereka mengamati dan
memproduksi suara dengan cara yang unik. Klinisi harus menentukan apakah bayi
mengamati atau bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi untuk
evaluasi fisik dan audiologi.
2. Kata ± kata pertama : transisi ke bahasa anak
Terjadi pada umur 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa utama
milestone adalah pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun
pertama, berlanjut sampai satu setengah tahun saat pertumbuhan kosa kata
berlangsung cepat, juga tanda dimulainya pembetukan kalimat awal. Berkembangnya
kemampuan kognitif, adanya kontrol, dan interpretasi emosional di periode ini akan
memberi arti pada kata-kata pertama anak.
3. Perkembangan kosa kata yang cepat-Pembentukan kalimat awal.
Terjadi pada umur 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi banyak dan
dimulainya produksi kalimat. Perkembangan komprehensif dan produksi kata-kata
berlangsung cepat pada sekitar umur 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata
benda dengan kata kerja yang kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya
dengan orang dewasa, anak mulai belajar mengkonsolidasikan isi, bentuk, dan
pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan semakin berkembangnya kognisi
dan pengalaman afektif, anak mulai bisa berbicara memakai kata-kata yang tersimpan
dalam memorinya.
4. Dari percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang
dewasa.
Terjadi pada umur 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai meningkat
memiliki akses ke jaringan sosial yang lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi
semakin dalam. Anak mulai berpikir konseptual, mengkategorikan benda, orang, dan
peristiwa serta dapat menyelesaikan masalah fisik.
5. Perkembangan bahasa pada anak dapat dilihat juga dari pemerolehan bahasa
menurut komponenkomponennya Perkembangan Pragmatik
Perkembangan komunikasi anak sesungguhnya sudah dimulai sejak dini,
pertama-tama dari tangisannya bila bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena lapar,
popok basah. Dari sini bayi akan belajar bahwa ia akan mendapat perhatian ibunya
atau orang lain saat ia menangis sehingga kemudian bayi akan menangis bila meminta
orang dewasa melakukan sesuatu buatnya.
a) Pada usia 3 minggu, bayi tersenyum saat ada rangsangan dari luar, misalnya wajah
seseorang, tatapan mata, suara, dan gelitikan. Ini disebut senyum sosial.
b) Pada usia 12 minggu, mulai dengan pola dialog sederhana berupa suara balasan
bila ibunya memberi tanggapan.
c) Pada usia 2 bulan, bayi mulai menanggapi ajakan komunikasi ibunya.
d) Pada usia 5 bulan, bayi mulai meniru gerak gerik orang, mempelajari bentuk
ekspresi wajah. -Pada usia 6 bulan, bayi mulai tertarik dengan benda-benda
sehinga komunikasi menjadi komunikasi ibu, bayi, dan benda-benda.
e) Pada usia 7-12 bulan, anak menunjuk sesuatu untuk menyatakan keinginannya.
Gerak-gerik ini akan berkembang disertai dengan bunyi-bunyi tertentu yang mulai
konsisten. Pada masa ini sampai sekitar 18 bulan, peran gerak-gerik lebih
menonjol dengan penggunaan satu suku kata. -Pada usia 2 tahun anak kemudian
memasuki tahap sintaksis dengan mampu merangkai kalimat dua kata, bereaksi
terhadap pasangan bicaranya dan masuk dalam dialog singkat. Anak mulai
memperkenalkan atau merubah topik dan mulai belajar memelihara alur
percakapan dan menangkap persepsi pendengar.
f) Lewat umur 3 tahun, anak mulai berdialog lebih lama sampai beberapa kali
giliran. Lewat umur ini, anak mulai mampu mempertahankan topik yang
selanjutnya mulai membuat topik baru. Hampir 50 persen anak 5 tahun dapat
mempertahankan topik melalui 12 kali giliran. Sekitar 36 bulan, terjadi
peningkatan dalam keaktifan berbicara dan anak memperoleh kesadaran sosial
dalam percakapan.