Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KLIPING

MATA PELAJARAN SEJARAH


SEJARAH KOTA JAMBI

Di Susun Oleh :
Zalfa Nur Hafizah
Kelas :
XI TKC 1

SMK NEGERI 4 KOTA JAMBI


BAB I
Sejarah Kota Jambi
Dengan berakhirnya masa kesultanan Jambi menyusul gugurnya Sulthan Thaha
Saifuddin tanggal 27 April 1904 dan berhasilnya Belanda menguasai wilayah-wilayah
Kesultanan Jambi, maka Jambi ditetapkan sebagai Keresidenan dan masuk ke dalam
wilayah Nederlandsch Indie. Residen Jambi yang pertama O.L Helfrich yang diangkat
berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Belanda No. 20 tanggal 4 Mei 1906 dan
pelantikannya dilaksanakan tanggal 2 Juli 1906.
Kekuasan Belanda atas Jambi berlangsung ± 36 tahun karena pada tanggal 9
Maret 1942 terjadi peralihan kekuasaan kepada Pemerintahan Jepang. Dan pada 14
Agustus 1945 Jepang menyerah pada sekutu. Tanggal 17 Agustus 1945
diproklamirkanlah Negara Republik Indonesia. Sumatera disaat Proklamasi tersebut
menjadi satu Provinsi yaitu Provinsi Sumatera dan Medan sebagai ibukotanya dan MR.
Teuku Muhammad Hasan ditunjuk memegangkan jabatan Gubernurnya.
Pada tanggal 18 April 1946 Komite Nasional Indonesia Sumatera bersidang di
Bukittinggi memutuskan Provinsi Sumatera terdiri dari tiga Sub Provinsi yaitu Sub
Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan.
Sub Provinsi Sumatera Tengah mencakup keresidenan Sumatra Barat, Riau dan
Jambi. Tarik menarik Keresidenan Jambi untuk masuk ke Sumatera Selatan atau
Sumatera Tengah ternyata cukup alot dan akhirnya ditetapkan dengan pemungutan suara
pada Sidang KNI Sumatera tersebut dan Keresidenan Jambi masuk ke Sumatera Tengah.
Sub-sub Provinsi dari Provinsi Sumatera ini kemudian dengan undang-undang nomor 10
tahun 1948 ditetapkan sebagai Provinsi.
Dengan UU.No. 22 tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah
keresidenan Jambi saat itu terdiri dari 2 Kabupaten dan 1 Kota Praja Jambi. Kabupaten-
kabupaten tersebut adalah Kabupaten Merangin yang mencakup Kewedanaan Muara
Tebo, Muaro Bungo, Bangko dan Batanghari terdiri dari kewedanaan Muara Tembesi,
Jambi Luar Kota, dan Kuala Tungkal. Masa terus berjalan, banyak pemuka masyarakat
yang ingin keresidenan Jambi untuk menjadi bagian Sumatera Selatan dan dibagian lain
ingin tetap bahkan ada yang ingin berdiri sendiri. Terlebih dari itu, Kerinci kembali
dikehendaki masuk Keresidenan Jambi, karena sejak tanggal 1 Juni 1922 Kerinci yang
tadinya bagian dari Kesultanan Jambi dimasukkan ke keresidenan Sumatera Barat
tepatnya jadi bagian dari Kabupaten Pesisir Selatan dan Kerinci (PSK)
Tuntutan keresidenan Jambi menjadi daerah Tingkat I Provinsi diangkat dalam
Pernyataan Bersama antara Himpunan Pemuda Merangin Batanghari
(HP.MERBAHARI) dengan Front Pemuda Jambi (FROPEJA) Tanggal 10 April 1954
yang diserahkan langsung Kepada Bung Hatta Wakil Presiden di Bangko, yang ketika itu
berkunjung kesana. Penduduk Jambi saat itu tercatat kurang lebih 500.000 jiwa (tidak
termasuk Kerinci)
Keinginan tersebut diwujudkan kembali dalam Kongres Pemuda se-Daerah Jambi
30 April – 3 Mei 1954 dengan mengutus tiga orang delegasi yaitu Rd. Abdullah, AT
Hanafiah dan H. Said serta seorang penasehat delegasi yaitu Bapak Syamsu Bahrun
menghadap Mendagri Prof. DR.MR Hazairin.
Berbagai kebulatan tekad setelah itu bermunculan baik oleh gabungan parpol,
Dewan Pemerintahan Marga, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Merangin, Batanghari.
Puncaknya pada kongres rakyat Jambi 14-18 Juni 1955 di gedung bioskop Murni
terbentuklah wadah perjuangan Rakyat Jambi bernama Badan Kongres Rakyat Djambi
(BKRD) untuk mengupayakan dan memperjuangkan Jambi menjadi Daerah Otonomi
Tingkat I Provinsi Jambi.
Pada Kongres Pemuda se-daerah Jambi tanggal 2-5 Januari 1957 mendesak
BKRD menyatakan Keresidenan Jambi secara de facto menjadi Provinsi selambat-
lambatnya tanggal 9 Januari 1957 . Sidang Pleno BKRD tanggal 6 Januari 1957 pukul
02.00 dengan resmi menetapkan keresidenan Jambi menjadi Daerah Otonomi Tingkat I
Provinsi yang berhubungan langsung dengan pemerintah pusat dan keluar dari Provinsi
Sumatera Tengah. Dewan Banteng selaku penguasa pemerintah Provinsi Sumatera
Tengah yang telah mengambil alih pemerintahan Provinsi Sumatera Tengah dari
Gubernur Ruslan Mulyohardjo pada tanggal 9 Januari 1957 menyetujui keputusan
BKRD.
Pada tanggal 8 Februari 1957 Ketua Dewan Banteng Letkol Ahmad Husein
melantik Residen Djamin gr. Datuk Bagindo sebagai acting Gubernur dan H. Hanafi
sebagai wakil Acting Gubernur Provinsi Djambi, dengan staff 11 orang yaitu Nuhan, Rd.
Hasan Amin, M. Adnan Kasim, H.A. Manap, Salim, Syamsu Bahrun, Kms. H.A.Somad.
Rd. Suhur, Manan, Imron Nungcik dan Abd Umar yang dikukuhkan dengan SK No.
009/KD/U/L KPTS. tertanggal 8 Februari 1957 dan sekaligus meresmikan berdirinya
Provinsi Jambi di halaman rumah Residen Jambi (kini Gubernuran Jambi).
Pada tanggal 9 Agustus 1957 Presiden RI Ir. Soekarno akhirnya menandatangani
di Denpasar Bali. UU Darurat No. 19 tahun 1957 tentang Pembentukan Provinsi
Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Dengan UU No. 61 tahun 1958 tanggal 25 Juli 1958 UU
Darurat No. 19 Tahun 1957 Tentang Pembentukan Daerah Sumatera Tingkat I Sumatera
Barat, Djambi dan Riau. (UU tahun 1957 No. 75) sebagai Undang-undang.
Dalam UU No. 61 tahun 1958 disebutkan pada pasal 1 hurup b, bahwa daerah
Swatantra Tingkat I Jambi wilayahnya mencakup wilayah daerah Swatantra Tingkat II
Batanghari, Merangin, dan Kota Praja Jambi serta Kecamatan-Kecamatan Kerinci Hulu,
Tengah dan Hilir.
Kelanjutan UU No. 61 tahun 1958 tersebut pada tanggal 19 Desember 1958
Mendagri Sanoesi Hardjadinata mengangkat dan menetapkan Djamin gr. Datuk Bagindo
Residen Jambi sebagai Dienst Doend DD Gubernur (residen yang ditugaskan sebagai
Gubernur Provinsi Jambi dengan SK Nomor UP/5/8/4). Pejabat Gubernur pada tanggal
30 Desember 1958 meresmikan berdirinya Provinsi Jambi atas nama Mendagri di
Gedung Nasional Jambi (sekarang gedung BKOW). Kendati dejure Provinsi Jambi di
tetapkan dengan UU Darurat 1957 dan kemudian UU No. 61 tahun 1958 tetapi dengan
pertimbangan sejarah asal-usul pembentukannya oleh masyarakat Jambi melalui BKRD
maka tanggal Keputusan BKRD 6 Januari 1957 ditetapkan sebagai hari jadi Provinsi
Jambi, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Djambi Nomor. 1 Tahun
1970 tanggal 7 Juni 1970 tentang Hari Lahir Provinsi Djambi.
6 Januari 1957 BKRD menyatakan Keresidenan Jambi menjadi Propinsi 8
Februari 1957 peresmian propinsi dan kantor gubernur di kediaman Residen oleh Ketua
Dewan Banteng. Pembentukan propinsi diperkuat oleh Keputusan Dewan Menteri
tanggal 1 Juli 1957, Undang-Undang Nomor 1 /1957 dan Undang-Undang Darurat
Nomor 19/1957 dan mengganti Undang-Undang tersebut dengan Undang-Undang Nomor
61/1958.

MASA PROVINSI JAMBI – Gubernur Jambi


Foto Gubernur Nama Gubernur Masa Jabatan Gubernur

Djamin Datuk Bagindo 1957

Joesoef Singedekane 1957 - 1967


H. Abdul Manap 1967 - 1968

R.M. Noer Atmadibrata 1968 - 1974

Djamaluddin Tambunan,
SH 1974 - 1979

Edy Sabara 1979

Masjchun Sofwan, SH 1979 - 1989


Drs. H. Abdurrahman
Sayoeti 1989 - 1999

Drs. H. Zulkifli Nurdin, 1999 - 2005


MBA 2005 - 2010

Drs. H. Hasan Basri Agus,


MM 2010 - 2015

Dr. Ir. H. Irman, M.Si 2015 - 2016

H. Zumi Zola Zulkifli,


S.TP, MA 2016 - 2018
Drs. H. Fachrori Umar,
M.Hum 2019 - 2021

Dr. H. Al
Haris, S.Sos., M.H.  2021 - Sekarang
BAB II

A. Harimau Sumatera

Harimau sumatra adalah populasi Panthera tigris sondaica, yang mendiami


pulau Sumatra, Indonesia dan satu-satunya anggota subspesies harimau sunda yang
masih bertahan hidup hingga saat ini. Ia termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang
terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang
dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500
ekor, terutama hidup di Pegunungan Bukit Barisan jama sejarah taman-taman
nasional di Sumatra jaman pra-sejarah. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan
tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin
berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari.
Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat ini.
Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi.
Tercatat 66 ekor harimau sumatra terbunuh antara tahun 1998 dan 2000. Pada tahun
2017, Satuan Tugas Klasifikasi Kucing dari Cat Specialist Group merevisi taksonomi
kucing sehingga populasi harimau yang hidup dan punah di Indonesia sekarang
digolongkan sebagai P. t. sondaica.
Harimau dipercaya merupakan keturunan hewan pemangsa zaman purba yang
dikenal sebagai Miacids. Miacids hidup pada akhir zaman Cretaceous kira-kira 70-65
juta tahun yang lalu semasa zaman dinosaurus di Asia Barat (Andrew Kitchener,
“The Natural History of Wild Cats”). Harimau kemudian berkembang di kawasan
timur Asia di Tiongkok dan Siberia sebelum berpecah dua, salah satunya bergerak ke
arah hutan Asia Tengah di barat dan barat daya menjadi harimau kaspia. Sebagian
lagi bergerak dari Asia Tengah ke arah kawasan pergunungan barat, dan seterusnya
ke Asia Tenggara dan Kepulauan Sunda, sebagiannya lagi terus bergerak ke barat
hingga ke India
Harimau sumatra hanya ditemukan di pulau Sumatra. Kucing besar ini mampu
hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal
di banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam
dan taman nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang untuk
pertanian, juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang
di seluruh dunia. Harimau sumatra mengalami ancaman kehilangan habitat karena
daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan
hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan
komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan.
Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa
memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dan sering kali mereka dibunuh
dan ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan
yang tanpa sengaja dengan manusia.
Harimau sumatra dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar
103 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus,
dan paling banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh,
meskipun anak harimau di kebun binatang ada yang tercatat lahir dengan mata
terbuka. Anak harimau hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama.
Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu
selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2
minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada
umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri. Harimau
sumatra dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.
B. Jerat Rusa ( Fosil )

12 jerat satwa dimusnahkan dari TNKS


Jambi (ANTARA Jambi) - Sebanyak 12 jerat satwa berhasil dimusnahkan tim
Patroli "Sapu Jerat Harimau Sumatera Ramadhan 2012" melalui Program Pelestarian
Harimau Sumatera Taman Nasional Kerinci Seblat (PHS-TNKS).
Dalam patroli tahap III yang digelar bersama perwakilan media massa sejak 3-6
Agustus, tim berhasil melumpuhkan dan menyita 12 unit jerat satwa yang dipasang
pemburu liar," kata Komandan Unit Patroli Kabupaten Merangin PHS-TNKS Jefri
Yulius di Jambi, Selasa.
Menurut Jefri, jerat-jerat satwa yang berhasil dilumpuhkan itu adalah jenis jerat
pelantik yang terdiri dari dua unit jerat rusa, kijang atau kambing hutan, yang juga
bisa menjadi jerat harimau serta 10 jerat satwa kecil seperti kelinci, kancil, landak,
ayam hutan dan burung. Dua unit jerat kijang-rusa justru dipasang pemburu liar
hanya sekitar dua kilometer dari bibir hutan sekitar dua kilometer. Mungkin pemburu
menyangka pada bulan puasa Polhut PHS-TNKS tidak akan berpatroli, apalagi
menghancurkan jerat-jerat mereka. Senar atau tambang yang digunakan langsung
disita untuk dilaporkan sebagai barang bukti kepada pihak TNKS.
Berdasarkan catatan patroli yang dilakukan tim PHS-TNKS sejak 2006, pada
bulan puasa ada kecenderungan selalu dimanfaatkan para pemburu liar untuk
memperbanyak pemasangan jerat "Perhitungan mereka selain menduga tim tidak
akan melakukan patroli karena bulan puasa, tapi juga karena faktor kebutuhan
masyarakat akan konsumsi daging yang meningkat di bulan puasa," katanya. Apalagi
saat ini harga daging sapi, kerbau dan kambing selalu tinggi, karenanya daging rusa
atau kijang atau daging burung dijadikan alternatif.
Namun, temuan jerat pada 2012 sudah semakin menurun jika dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya. Saat pertama kali digelar pada 2002 dan pada 2006 ketika
tim bertambah dari satu menjadi empat unit temuan mencapai 1.000 jerat.
"Saat ini hanya ratusan jerat, itupun didominasi oleh jerat kecil yakni jerat
burung,"
C. Gerabah

Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995), menyatakan bahwa


istilah ‘keramik’ itu berasal dari Bahasa Yunani, yakni ‘keramikos’ yang menunjuk
pada pengertian gerabah, sementara ‘keramos’ menunjuk pada pengertian tanah liat.
Ada sebuah teori lain mengenai apa itu gerabah, yakni “teori keranjang”.
Dalam “teori keranjang” ini menyebutkan bahwa pada zaman prasejarah,
masyarakatnya kerap menggunakan keranjang anyaman untuk menyimpan bahan-
bahan makanan. Nah, Grameds pasti tahu kan jika anyaman itu memiliki sela-sela
atau lubang di antara anyamannya tersebut. Supaya keranjang tidak bocor,
masyarakat pada kala itu melapisi bagian dalamnya dengan tanah liat. Setelah
keranjang lapisan tanah liat tersebut tidak digunakan, orang-orang langsung
membuatnya ke perapian. Seolah menjadi hal yang ajaib, keranjang lapisan tanah liat
tersebut memang musnah, tetapi tanah liatnya justru menjadi keras dan membentuk
suatu wadah. Kemudian, bentukan tanah liat tadi dihias dengan motif dan warna
secantik mungkin. Pada zaman perundagian atau periode logam, justru pembuatan
barang-barang kerajinan ini menjadi semakin maju karena penggunaannya juga
semakin meningkat. Meskipun pada kala itu, barang-barang dari logam berperan
penting dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tidak lantas menggantikan kerajinan ini
begitu saja. Perkembangan penggunaan kerajinan ini juga dapat dilihat dari yang
sebelumnya berfungsi sebagai perkakas rumah tangga menjadi perangkat upacara
tradisi setempat hingga upacara kematian.
Tidak hanya itu saja, cara pembuatannya pada masa perundagian ini juga lebih
maju apabila dibandingkan pada masa bercocok tanam. Banyak bukti peninggalan
kerajinan ini yang ditemukan di Indonesia, sebut saja ada di Banyuwangi, Kalimantan
Tenggara, , Sulawesi Tengah, dan masih banyak lagi. Kerajinan gerabah diperkirakan
berasal dari negeri Cina, yakni sekitar 4000 SM. Kala itu, orang-orang membuat
gerabah dengan tujuan sebagai perkakas rumah tangga dan pembuatannya juga
menggunakan teknik bakar, misalnya kendi, kuali, tempayan, dan lain-lain. Kemudian
pada perkembangan selanjutnya, gerabah tidak hanya dibuat untuk perkakas rumah
tangga saja, tetapi juga untuk bahan bangunan, sebut saja genteng, batu merah, hingga
tegel lantai.

Dari adanya perkembangan itulah, masyarakat menggolongkan gerabah


menjadi 2 jenis, yakni:
 Yang mampu menyerap air: bata merah, celengan, bata merah, kuali, tungku, kendi,
dan lain-lain.
 Yang tidak mampu menyerap air (kerajinan keramik): tegel lantai, cangkir, guci,
piring, dan lain-lain.

Bentuk kerajinan ini juga memiliki keberagaman, tidak hanya sekadar bentuk
lonjong saja. Pada zaman sekarang ini, dalam pembuatannya terutama pada bentuk,
biasanya perajin akan memiliki desain khusus yang menyesuaikan kegunaan dari
kerajinan tersebut, apakah akan digunakan sebagai mangkok, celengan, kendi, atau
yang lainnya. Sementara untuk ukuran juga beragam, ada yang berukuran kecil
hingga raksasa dengan ketinggian mencapai 3 meter. Apakah Grameds pernah
bermain pasaran yang menggunakan gerabah kecil berbentuk piring, cobek, gelas,
dan kuali? Nah, itu adalah contoh kerajinan berbentuk kecil dan umumnya digunakan
sebagai hiasan.
BAB III

ARCA

Museum Siginjai menghadirkan sejarah Jambi secara utuh mulai dari cerita


peninggalan sejarah hingga flora dan faunanya.
Satu peninggalan sejarah yang berhasil diselamatkan dan disimpan
di Museum Siginjai adalah arca Budha berlapis emas. Tidak hanya satu, tapi dia
arca Budha emas yang berhasil ditemukan di Rantau Kapas Kabupaten Batanghari tahun
1992 silam. Lokasi aslinya tidak diketahui karena saat diterima tahun 80-an oleh
pemerintah tanpa disertai catatan yang memadai. Seperti halnya arca-arca Budha lainnya
di Jambi, arca ini pun memiliki gaya seni Gandhara yang dicirikan oleh jubah tipis yang
dikenakan sang Budha. Awalnya seluruh permukaan arca dilapisi oleh emas, namun
karat-karat timbul akibat korosi yang terbentuk di bawah lapisan emas menyebabkan
permukaannya rusak dan mengelupas.
Patung Budha yang diperkirakan dibuat sekitar abad 10-12 M tersebut bisa
dikatakan masih utuh, hanya tangan bagian kiri yang sedikit rusak terkenal cangkul saat
ditemukan.
BAB IV

A. Baju Adat Jambi

Pakaian tradisional Jambi terbilang sederhana, tetapi tidak menghilangkan


identitas dan ciri khas dari kebudayaan itu sendiri. Terdapat ciri khas dan
karakteristik dalam pakaian adat tersebut. Penasaran kan apa saja keunikan dan ciri
khas yang ada di busana tradisional Jambi? Berikut tentang pakaian adat Jambi.

1. Pakaian Adat Pria


Pakaian adat kurung tanggung yang digunakan oleh pria terbuat dari bahan utama
beludru yang berwarna merah, dengan diberi sulaman benang emas bermotif flora
seperti, tagapo (bunga bertabur), kembang melati, dan kembang berangkai.
Sulaman emas tersebut melambangkan bahwa tanah Melayu merupakan tanah
yang subur dan kaya. Terdapat celana pria sebagai bawahan yang terbuat dari
bahan yang sama, beludru berwarna merah yang disebut cangge.
Pakaian adat Jambi pria mengenakan lacak atau penutup kepala yang terbuat dari
kain beludru merah yang di bagian dalamnya diberi kertas karton. Pemberian
kertas karton dimaksudkan agar kain dapat ditegakan menjulang tinggi ke atas.
Lacak dihiasi dengan flora, berbentuk tali runci di sisi kiri dan bunga runci di sisi
kanan. Bunga tersebut bisa bunga asli atau tiruan.

Pria Jambi mengenakan baju kurung tanggung, karena lengan bajunya tanggung di
atas pergelangan tangan. Mengapa baju lengan pria Jambi tanggung? Bukan tanpa
maksud, lengan tanggung memiliki makna bahwa pria Melayu Jambi harus tangkas
dan cekatan dalam bekerja. Bahan baju kurung juga terbuat dari kain beludru. Baju
bersulaman benang emas, motif kembang bertabur atau disebut tagapo, bunga
melati di bagian tengah, dan di bagian sisi terdapat motif kembang berangkai dan
pucuk rebung. Di bagian bawah pria Jambi mengenakan celana (cangge) biasa,
terbuat dari beludru. Di bagian pinggang terlilit sarung songket. Sebagai pengikat
sarung, digunakan sabuk kuningan yang terpasang melingkar di pinggang, keris
diselipkan sebagai senjata tradisional Jambi. Tak hanya itu, pakaian adat Jambi
pria terdapat aksesori lainnya seperti tutup dada berbentuk bunga teratai. Di bagian
tangan Gelang kilat bahu berwarna emas/perak terlukisi naga, selendang tipis
merah jambu dengan rumbai-rumbai kuning di bagian ujungnya, dan alas kaki
selop.

2. Pakaian Adat Wanita


Sama seperti pakaian adat pria, pakaian adat wanita juga menggunakan baju
kurung tanggung yang terbuat dari bahan beludru. Namun, khusus untuk wanita
dilengkapi dengan sarung songket dan selendang berwarna merah yang terbuat dari
tenunan benang sutra dan sandal selop yang khas.

Terdapat sulam benang berwarna emas dengan motif yang cukup beragam, seperti
bunga melati, pucuk rebung dan bunga tagapo (bunga bertabur). Di dada juga
terdapat motif bunga teratai, selendang, pending dan sabuk sebagai ikat pinggang,
dan sebagai alas kaki juga selop. Khusus wanita, sarung songket dan selendang
merah ditenun dari benang sutra. Sebagai mahkota (penutup kepala), pakaian
tradisional Jambi wanita adalah pesangkon, dengan hiasan logam berwarna kuning
yang bentuknya mirip duri pandan.
Pakaian adat Jambi wanita dilengkapi dengan aneka aksesori yang lebih banyak
daripada aksesori pria, seperti kalung, gelang tangan, gelang kaki, dan anting-
anting. Ada tiga jenis kalung yang biasanya digunakan, yaitu kalung tapak, kalung
jayo, dan kalung rantai sembilan.

Sedangkan cincin pun ada 2 jenis, yaitu cincin kijang dan cincin pacat kenyang.
Anting ada dua jenis, yaitu antong motif kupu-kupu atau berupa gelang
banjar.Gelang tangan ada empat jenis, yaitu gelang kilat bahu, gelang kano, gelang
ceper, dan gelang buku beban. Gelang kaki ada dua jenis, yaitu gelang nago betapo
dan gelang ular melingkar
B. Alat Tradisional Jambi

Alat Musik Tradisional Provinsi Jambi meliputi:


1. Akordeon
Akordeon adalah alat musik sejenis organ. Akordeon ini relatif kecil dan dimainkan
dengan cara digantungkan di badan. Akordeon ditemukan oleh C.F.L. Buschmann
dari Berlin, Jerman. Cara memainkan: Pemusik memainkan tombol-tombol akor
dengan jari-jari tangan kiri, sedangkan jari-jari tangan kanannya memainkan melodi
lagu yang dibawakan, tetapi pemain yang sudah terlatih dapat berganti-ganti tangan. 
2. Beduk
3. Cangor (Gangor)
Cangor adalah alat musik yang dibuat dari kayu, dimainkan dengan cara di pukul.
Alat musik ini merupakan alat musik tradisional Jambi yang  terbuat dari bambu.
Cangor merupakan alat musik sitar tabung, termasuk kelompok alat musik idio-
kordofon. Alat musik ini biasanya dimainkan sebagai pelepas lelah bagi petani ketika
sedang istirahat. Cangor banyak ditemukan di Kabupaten Sarolangun, Merangin,
Bungo, Tebo dan Kerinci.
4. Gambus
Gambus dibuat dari kayu, bentuknya seperti gitar dengan bagian belakang cembung.
Pada bagian badan dipasang tali senar sembilan buah yang diikatkan pada penampang
bagian ujung gagang, serta lubang suara terdiri dari tiga buah. Gambus dipakai oleh
suku melayu untuk mengiring lagu yang bersenandung dengan cara memainkan tali
gitar.
5. Gandai
6. Gelinggung
7. Gendang Melayu
Gambus dibuat dari kayu, bentuknya seperti gitar dengan bagian belakang cembung.
Pada bagian badan dipasang tali senar sembilan buah yang diikatkan pada penampang
bagian ujung gagang, serta lubang suara terdiri dari tiga buah. Gambus dipakai oleh
suku melayu untuk mengiring lagu yang bersenandung dengan cara memainkan tali
gitar.
8. Gendang Panjang dua sisi
Gendang termasuk dalam klasifikasi alat musik perkusi. Gendang terbuat dari kayu
denga selaput (membran) yang menghasilkan bunyi bila dipukul.
9. Genggong
Gong merupakan alat musik tradisional Jambi, dimana alat musik ini sudah cukup
terkenal di berbagai daerah bahkan hingga keluar negeri. Tapi, apakah anda sudah
tahu, bahwa ternyata alat musik ini akan memerlukan beberapa tahap atau alat musik
tersebut hanya bisa digunakan dan diketahui nadanya apabila alat musik sudah dibilas
dan sudah dibersihkan. 
10. Kelintang Jolo
Kelintang Jolo adalah alat musik pukul yang terbuat dari kayu. Terdiri dari lima
batang kayu yang digantung dengan tali. Cara memainkanny adalah dengan dara
dipukul menggunakan dua buah tongkat kayu.
11. Kelintang Cangor
Kelintang Cangor mirip dengan Kelintang Jolo. Kelintang Cangor terbuat dari banbu
berupa hasil pengolahan Taman Budaya Jambi pada tahun 1997 oleh Azhar. Bahan
yang digunakan adalah bambu berukuran panjang 40 Cm atau satu ruas bambu
dibelah dua, kemudian sembilunya di cungkil seperti pada cangor. Cara memainkan
instrument ini dipukul dengan menggunakan dua buah bilah pemukul yang terbuat
dari rotan, tangga nada yang digunakan do, re, mi, sol dan la.
12. Kelintang Kayu
Di Jambi kita juga dapat menemui alat musik yang disebut Kelintang Kayu.
Kelintang kayu juga alat musik tradisional Jambi yang terbuat dari potongan-
potongan kayu yang dimainkan dengan cara dipukul. Bentuknya hampir sama dengan
gamelan yang ada di Jawa.
13. Keromong (Kelintang Perunggu)
Kromong adalah alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul dengan pemukul
khusus. Alat musik tradisional melayu jambi ini terbuat dari campuran perunggu
dengan jenis metal lainnya, memiliki tangga nada selendro digunakan untuk
mengiringi tari dan musik tradisional melayu Jambi.
14. Kompangan
Alat musik ini berasal dari Arab dan diperkirakan dibawa masuk ke kawasan tanah
Melayu pada masa Kesultanan Malaka oleh pedagang India Muslim, atau melalui
Jawa pada abad ke-13 oleh pedagang Arab. Ada juga yang mengatakan bahwa
kompang berasal dari Parsi dan digunakan untuk menyambut kedatangan  Rasulullah
S.A.W. pada waktu itu. Selain  itu, kompang juga digunakan untuk memberi
semangat kepada  tentara-tentara Islam ketika berperang. Alat musik ini dibawa ke
Nusantara oleh pedagang seperti yang dijelaskan sebelumnya. 
15. Marawis
Marawis adalah salah satu jenis "band tepuk" dengan perkusi sebagai alat musik
utamanya. Musik ini merupakan kolaborasi antara kesenian Timur Tengah dan
Betawi, dan memiliki unsur keagamaan yang kental. Itu tercermin dari berbagai lirik
lagu yang dibawakan yang merupakan pujian dan kecintaan kepada Sang Pencipta.
16. Puput Kayu
Puput Kayu adalah sejenis alat musik tiup yang terbuat dari kayu. Puput Kayu
merupakan alat musik yang sejenis dengan serunai yang dilengkapi lidah-lidah
sebagai alat bantu tiup, pada badan puput kayu terdapat tujuh lubang nada. Puput
kayu dimainkan sebagai pelengkap alat kesenian pada saat mengiringi lagu dan tarian
tradisional Jambi.
17. Rebana sike
Rebana sike adalah alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan kulit. Dimainkan
dengan cara memukul bagian kulit yang diregangkan di kayu yang berbentuk
bundaran. Rebana sike hampir sama seperti rebana pada umumnya.
18. Rebana siam
19. Serangko
Serangko adalah sejenis alat musik tiup yang terbuat dari tanduk kerbau yang
panjangnya mencapai 1 meter sampai 1,5 meter. Di zaman dulu alat musik Serangko
ini digunakan oleh komandan perang untuk memberikan komando. Selain itu juga
digunakan untuk pemberitahuan ketika ada musibah kematian.
20. Serdam
Serdam adalah sejenis alat musik tiup yang serupa suling, terbuat dari bambu kecil
yang biasanya memiliki 4 lubang. Serdam biasanya digunakan untuk mengiringi
musik tradisional melayu. Serdam memiliki bunyi yang unik dan indah.
21. Serunai
22. Sekdu
Sekdu adalh Instrumen yang dimainkan dengan cara ditiup, dibuat dari bambu dengan
diamater 1,5 cm. Namun dibagian peniupnya terbuat dari kayu yang biasanya disebut
dengan klep peniup. Nada yang dihasilkan oleh Sekdu ini hanya terdiri dari nada do,
re, mi, sol dan la, sehingga Sekdu ini disebut alat musik pentatonis atau selendro.
Sekdu biasanya digunakan oleh masyarakat melayu tua dalam acara-acara upacara
adat.
23. Suling Bambu
24. Tabuh
25. Tetawak.
BAB V

A. Batik dan Tenun

Batik dan tenun (songket) Jambi merupakan produk kerajinan budaya Melayu
Jambi yang telah lama dikenal hingga ketingkat internasional. Tidak hanya menjadi
produk budaya, kerajinan tersebut juga menjadi produk ekonomi yang bernilai jual
terutama setelah pengrajin melakukan diversifikasi produk-produk baru dengan
berbagai bentuk, jenis, dan ragamnya lewat hasil kreativitas dan inovasi, dalam
rangka menarik selera konsumen dan menmbus pasar yang luas. Berawal dari hanya
sekedar produk budaya yang diciptakan penduduk sekaligus pengrajin di kawasan
Jambi seberang (Sekoja), pada perkembangannya muncul sentra produksi baru
kerajinan tersebut di kawasan Jambi kota (pusat kota / ibukota provinsi) sehingga
kerajinan ini telah memasuki babak baru dalam kegiatan industrialisasi dalam
ekonomi kreatif di Kota Jambi. Hal ini menandakan bahwa sektor kerajinan ini
semakin memperlihatkan peranan yang penting dalam peningkatan perekonomian
pengrajin dan pengusaha maupun bagi perekonomian Kota Jambi sendiri.
B. Tengkuluk

Indonesia dikenal sebagai bangsa dan negara yang memiliki kekayaan budaya luar
biasa, dari segi keindahaannya, juga nilai falsafah yang terkandung di dalamnya. Di
Indonesia sendiri terdapat banyak suku bangsa yang mendiami sepanjang kepulauan
ini. Setiap suku bangsa memiliki unsur kebudayaan yang berbeda-beda dengan suku
lainnya. Salah satunya yang sudah diakui dunia yaitu tengkuluk.
Tengkuluk merupakan sebuah peninggalan budaya melayu di Kota Jambi. Kota
Jambi merupakan sebuah Provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir timur dibagian
tengah Pulau Sumatra. Kota Jambi berbatasan langsung dengan Provinsi Riau dan
Sumatra Selatan. Wilayahnya dikenal dengan sebutan“Sepucuk Jambi, Sembilan
Lurah betanggo alam barajo”. Tengkuluk menjadi suatu indentitas tersendiri bagi
kaum perempuan di Jambi. Menurut sejarah, kain Tengkuluk sudah ada sejak abad ke
7, yang pada saat itu digunakan perempuan melayu untuk menghadiri suatu acara adat
ataupun saat kegiatan bercocok tanam seperti di sawah dan ladang. Bukan hanya
sekedar sebagai penutup kepala, sejatinya kain tengkuluk memiliki makna yang lebih
mendalam. Kain tengkuluk yang berarti sebagai lambang kesahajaan dan budi pekerti
luhur perempuan Jambi. Pada tahun 1946 tengkuluk pertama kali masuk ke Kota
Jambi yaitu di Seberang Kota Jambi digunakan masyarakat seberang sebagai
tengkuluk untuk ke umo dan tudung lingkup yang terispirasi dari anak-anak pesantren
yang ada di seberang Kota Jambi yaitu sorban dan cadar yang digunakan oleh para
santriwati.
Tengkuluk (tutup kepala) sebagai bagian penting dalam pakaian yang dipakai oleh
perempuan Jambi terdiri dari etnik dengan ragam budaya penduduk asli dan
pendatang tampak indah dan anggun, merupakan kebanggaan masyarakat Jambi
sebagai masyarakat yang berkebudayaan tinggi. Menampilkan kembali tutup kepala
(tengkuluk) dalam kesehariannya ditengah-tengah masyarakat sama dengan
membangkitkan batang yang terendam dan mengait barang yang teranyut (Nurlaini.
2017). Jambi kaya akan budaya yang mana belum banyak diketahui masyarakatluas.
Propinsi yang terletak di pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatera
inimempunyai budaya Melayu sejak dahulu. Salah satu bukti adat budaya
BangsaMelayu di Jambi ialah warisan tradisi penutup kepala yang disebut
tengkulukbagikaum wanita. Tutup kepala atau dalam bahasa Jambi lebih dikenal
tengkulukadalah salah satu pelengkap adat tradisi berbusana, yang sering digunakan
baikuntuk sehari-hari maupun untuk acara khusus. Dalam setiap model
tengkulukterkandung falsafah yang memiliki nilai/norma yang menentukan
bagaimana kitabersikap, bertindak, dan berperilaku, juga memberikan kita aturan
untuk hidup.
Tengkuluk adalah produk adat dan budaya yang mengungkapkan aspek
kehidupan bermasyarakat (Nurdin.2010). Tengkuluk berupa sebuah selendang
denganberbagai jenis bahan yang dilipat dan dililitkan di kepala. Sebagaimana
mengenakkan jilbab/kerudung untuk para muslimah, bedanya tengkuluk hanya dilipat
dan dililitkan saja tanpa menggunakan alat jarum, peniti, dan lain-lain. Bagi non
muslim pun juga bisa mengenakkan tengkuluk sebagai penambah kecantikan
penampilan. Disaat telah berkembang berbagai model penutup kepala, tetapi
tengkuluk masih dipakai oleh masyarakat Kota Jambi khususnya seberang Kota
Jambi. Banyak anak mudayang tidak tahu dan tidak mengenali tengkuluk sebagai
warisan leluhur Jambi. Padahal, penggunaan tengkuluk sejatinya membuat wanita
lebih bersahaja dan sekaligus melestarikan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki
Indonesia. Tengkuluk menjadi kebudayaan Masyarakat Jambi yang telah dikenal oleh
seluruh Indonesia, menjadi kebudayaan khas perempuan Jambi pada upacara-upacara
adat tertentu menggunakan tengkuluk sebagai pelengkap busana perempuan di Kota
Jambi, bahkan pernah digunakan oleh beberapa tokoh pemerintahan dalam agenda
penting mereka. Berbagai macam bentuk fashion penutup kepala masa kini seperti
hijab, turban, pashmina dll Sehingga sangat perlu dilakukan penelitian ini untuk
mengetahui bagaimana sejarah tengkuluk di Kota Jambi, sehingga penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Perkembangan Tengkuluk Di Kota Jambi Tahun
1946 - 2017” Melihat sejarah budaya masyarakat Jambi yang begitu beragam, maka
pengetahuan tentang tutup kepala/tengkuluk daerah Jambi, dan teknik-teknik
pemakaiannya, sangat memegang peranan di dalam kehidupan sejarah budaya
masyarakat Jambi.
C. Baju Adat Suku Kubu Jambi

Orang Rimba atau yang pada tahun 1970 dinamakan Suku Anak Dalam,
merupakan salah satu penduduk asli yang mendiami Provinsi Jambi. Mereka
umumnya masih tinggal secara nomaden (berpindah-pindah) di kawasan Taman
Nasional Bukit Duabelas. Setidaknya terdapat tiga versi tentang asal muasal Orang
Rimba. Versi pertama, bahwa Orang Rimba adalah sisa laskar Kerajaan Pagaruyung
Minangkabau yang tersesat saat berada dalam perjalanan untuk membantu Ratu
Jambi.
Dalam versi kedua, Orang Rimba diduga merupakan sisa masyarakat Desa Kubu
Karambia Kerajaan Pagaruyung yang menolak untuk memeluk agama Islam. Dan
dalam versi terakhir, Orang Rimba diyakini sebagai keturunan Bujan Perantau dan
Putri Kelumpang yang berkelompok dan menetap di hutan. Orang Rimba memiliki
beragam tradisi dan kebudayaan yang menjadi identitas diri, bahkan tercatat sebagai
Warisan Budaya Tak Benda Nasional. Seperti melangun (berpindah saat ada anggota
keluarga yang meninggal), ubat ramuan orang rimba, hingga cawot orang rimba.
Pada zaman dahulu, Cawot Orang Rimba terbuat dari kulit kayu ipuh (Antiaris
toxicaria). Untuk melenturkan bahan cawot yang kaku, pelepah kayu harus direndam
selama tiga hari, kemudian ditumbuk hingga pipih. Proses tersebut dilakukan selama
berkali-kali hingga didapatkan pelepah yang kelenturannya hampir mendekati kain.
Biasanya, proses ini bisa memakan waktu hingga satu bulan. Selain kaum laki-laki,
kaum perempuan juga menggunakan kulit kayu ipuh sebagai pakaian. Kulit kayu
tersebut dibuat menjadi pakaian dengan bentuk kemben.

Sekitar tahun 1970, ketika Orang Rimba mulai berinteraksi dengan masyarakat
luar, penggunaan Cawot dari kulit kayu digantikan dengan kain. Selain karena lebih
lentur, penggunaan kain juga menghindarkan Orang Rimba dari kutu kulit kayu yang
membuat tubuh gatal-gatal. Redaksi Pariwisata Indonesia perlu memberikan catatan,
Suku Anak Dalam tidak semua primitif. Terbukti pemakai cawot bisa beradaptasi dan
hidup normal, pernah mencuri perhatian publik. 

Anda mungkin juga menyukai