Anda di halaman 1dari 2

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi risiko tinggi karena mempunyai kesakitan dan

kematian lebih besar yang dikaitkan dengan kelahiran dan penyesuaian setelah lahir. Bayi  risiko
tinggi lahir dari ibu dengan kehamilan risiko tinggi. Kehamilan resiko tinggi  adalah salah satu
kehamilan yang di dalamnya kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat
gangguan kehamilan yang kebetulan atau unik (Sarwono, 2010). Adapun keadaan yang tergolong
dalam kehamilan resiko tinggi antara lain ketuban pecah dini, amnion tercampur mekonium,
kehamilan preterm/postterm, toksemia, diabetes mellitus, primi muda, primi tua, hamil kembar, SC,
vakum, adanya ketidakcocokan golongan darah / rhesus, hipertensi, penyakit jantung, penyakit
ginjal, penyakit epilepsi, Ibu demam /sakit, bayi sungsang, kecanduan obat, curiga ada kelainan
bawaan dan komplikasi obstetri lainnya. Sedangkan bayi resiko tinggi merupakan bayi yang lahir di
umur kehamilan 32 – 36 minggu / prematur, bayi dengan ibu yang mengidap Diabetes Mellitus, bayi
dengan riwayat apnea, bayi dengan kejang, sepsis, asfiksia, bayi dengan gangguan perdarahan
maupun gangguan nafas.

Bayi dengan BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Hal ini
merupakan masalah utama di negara berkembang termasuk Indonesia yang menyebabkan
meningkatkan angka kesakitan dan kematian bayi. Adapun penyebab BBLR adalah faktor maternal,
faktor janin dan faktor plasenta. Faktor maternal doipengaruhi oleh penyakit kehamilan, trauma fisik
dan psikologis, infeksi, maupun usia ibu hamil yang kurang dari 20 tahun. Sedangkan faktor janin
dipengaruhi oleh hodramnion dan kehamilan kembar. Faktor plasenta dimana terdapat penyakit
pembuluh darah, malformasi atau adanya tumor juga merupakan penyebab bayi lahir dengan BBLR.
Gambaran bayi dengan BBLR antara lain kulit tipis/transparan/lunak seperti gelatin, lanugo banyak
atau tidak ada sama sekali, lemak subkutan sedikit, pembuluh darah terlihat jelas pada abdominal,
ariole belum terbentuk dan grandula tidak teraba, telinga lunak sehingga mudah ditekuk dan pinggir
tidak berlekuk,  pada bayi laku-laki trstis tidak teraba sedangkan pada bayi perempuan labia minor
menonjol, edema pada ekstremitas, lipat plantar halus, otot hipotonik, pernafasan belum teratur
sehingga sering terjadi apnea, reflek hisap dan telan belum sempurna.

Masalah yang sering timbul pada kasus bayi dengan BBLR antara lain suhu tubuh yang tidak stabil,
gangguan penafasan, gangguan pencernaan dan nutrisi, imaturitas hati, anemia, pendarahan
intraventrikuler, kejang, infeksi, hipoglikemi, hiperglikemi serta hipokalsemi. Penanganan bayi
dengan BBLR dilakukan secara komprehensive sejak sebelum kelahiran, selama persalinan hingga
setelah lahir. Sebelum lahir, penanganan yang dilakukan adalah mencegah kelahiran kurang bulan.
Pada saat persalinan, penanganan yang dilakukan adalah mempersiapkan petugas yang dilengkapi
dengan alat pertolongan pernafasan. Sedangkan setelah kelahiran, hal yang dilakukan antara lain
menjaga suhu lingkungan agar tetap hangat, salah satunya dengan perawatan metode kangguru;
mempersiapkan oksigenasi; meminimalisir terjadinya infeksi dengan cuci tangan serta memberikan
ASI sedini mungkin.

Bayi dengan BBLR membutuhkan penanganan khusus selama berada di lingkungan rumah sakit.
Namun demikian, bayi diperbolehkan pulang apabila berat badan bayi cenderung meningkat  dan
suhu tubuh stabil selama 3 hari berturut-turut dengan keadaan umum bayi telah dinyatakan baik
oleh dokter.

Bagi bayi yang telah diperbolehkan pulang, pemantauan paska kerawatan masih dilakukan karena
tidak jarang setelah selesai perawatan, bayi dirawat kembali. Pemantauan bayi paska perawatan
dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan melakukan deteksi dini kelainan. Adapun hal-hal yang perlu
dipantau antara lain keadaan umum bayi, suhu tubuh, asupan nutrisi/ASI, kenaikan berat badan,
perawatan tali pusar dan kebersihan umum bayi. Tenaga kesehatan juga wajib  memberikan asuhan
keperwatan dengan menjada suhu tubuh bayi agar tetap hangat, memberikan nutrisi/ ASI yang
cukup, mencegah infeksi, kebersihan umum dan imunisasi, memberikan stimulasi sensorik dengan
pijat bayi, stimulasi pendengaran dengan sering berkomunikasi dan stimulasi penglihatan dengan
memperlihatkan benda berwarna-warni. Pemantauan jangka panjang bagi bayi dengan BBLR
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan pertumbuhan berat badan, penjang badan dan lingkar
kepala; tes perkembangan; waspada adanya kelainan bawaan; pemeriksaan mata dan pendengaran.

Anda mungkin juga menyukai