Anda di halaman 1dari 14

DASAR-DASAR MANAJEMEN PENYALURAN DANA ZAKAT

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: “Akutansi Zakat”

Dosen Pengampu:

Dr. Jamaludin Achmad Kholik, Lc., M.A

Disusun oleh:

1. Amelia Yogi Nur Diana (21302091)

2. Putri Lailatul Zuria (21302093)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTUTUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul.” Dasar
Dasar Manajemen Penyaluran Dana Zakat”. Tak lupa pula, kami sampaikan terima kasih kepada
Bapak Dosen Dr. Jamaludin Achmad Kholik, Lc., M.A selaku dosen mata kuliah “Akutansi
Zakat”, serta teman-teman yang telah bersedia untuk bekerjasama dalam memberikan ide-idenya
untuk menyelesaikan makalah.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki masalah ini. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi
semua pembaca.

Kediri, 19 Mei 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.........................................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................4
PEMBAHASAN............................................................................................................................5
1. Pengertian Manajemen........................................................................................................5
2. Pengertian Zakat.................................................................................................................5
3. Pengertian Manajemen Zakat...............................................................................................6
4. Pengelolaan Zakat Berbasis Manajemen...............................................................................7
5. Ruang Lingkup Pengelolaan Zakat berbasis Manajemen........................................................8
6. Pengertian Penyaluran.........................................................................................................9
PENUTUP....................................................................................................................................12
Kesimpulan..................................................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat merupakan sebuah ibadah yang tercakup adalam rukun Islam ketiga. Dari
segi pelaksanaannya zakat merupakan kewajiban sosial bagi para aghniya’ (hartawan)
setelah kekayaannnya memenuhi batas minimal (nishab) dan rentang waktu setahun
(haul). Di antara hikma disyariatkannya zakat adalah untuk mewujudkan pemerataan
keadilan dalam ekonomi. Sebagai salah stu aset—lembaga—ekonomi Islam, zakat
merupakan sumber dana potensial strategis bagi upaya membangun kesejahteraan umat.
Oleh karena itu al-Qur’an memberi rambu agar zakat yang dihimpun disalurkan kepada
mustahi (orang-orang yang benar-benar berhak menerima zakat) (Rofiq, 2012: 259).
Zakat merupakan nomenklatur Islam yang sangat penting bagi perkembangan dan
peningkatan perekonomian umat Islam. Sumber-sumber pokok ajaran Islam (al-Qur’an
dan Hadis) telah menjelaskan bagaimana zakat harus ditata dan kelola dengan baik,
terutama dengan adanya amil sebagai salah satu kelompok yang mendapatkan dan
mendistribusikan zakat atas jasa profesionalitasnya dalam mengelola zakat. Namun,
secara implementasinya pengelolaan zakat ini sulit diterapkan dalam masyarkat muslim
di berbagai daerah. Di antaranya ketidakpercayaan muzakki menyerahkan zakatnya
kepada pihak pengelola (amil)
Namun di zaman modern sekarang ini pengelolaan zakat diupayakan dan
dirumuskan sedemikian rupa, sehingga dapat dikelola secara baik. Para pengelola telah
merumuskan pengelolaan zakat berbasis manajemen. Pengelolaan zakat berbasis
manajemen dapat dilakukan dengan asumsi dasar bahwa semua aktivitas yang terkait
dengan zakat dilakukan secara professional. Pengelolaan zakat secara professional, perlu
dilakukan dengan saling keterkaitan antara berbagai aktivitas yang terkait dengan zakat.
Dalam hal ini, keterkaitan antara sosialisasi, pengumpulan, pendistribusian atau
pendayagunaan, serta pengawasan. Semua kegiatan itu harus dilakukan menjadi sebuah
kegiatan secara utuh, tidak dilaksanakan secara parsial atu bergerak sendiri-sendiri
(Hasan, 2011: 20-21). Dalam membangun manajemen dalam mengelola zakat dapat
menggunakan teori James Stoner. Model manajemen tersebut meliputi proses
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating) dan
pengawasan (controlling). Keempat model Stoner ini dapat diterapkan dalam setiap
aktivitas pengelolaan zakat dengan konsep sosialisasi, pengumpulan, pendayaguaan dan
pengawasan

3
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Manajemen Zakat?


2. Bagaimana Macam-Macam Pengolaan Manajemen Zakat?
3. Bagaimana Jenis Penyaluran Zakat?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang Manajemen Zakat.


2. Untuk mengetahui tentang Macam-Macam Pengelolaan Zakat.
3. Untuk mengetahui tentang Bentuk Penyaluran Zakat.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. 1Pengertian Manajemen

Manajemen dalam bahasa Inggris disebut dengan management diambil dari kata
manage yang berarti mengurus, mengatur melaksanakan, mengelola, sedangkan
management itu sendiri memiliki dua arti, yaitu pertama sebagai kata benda yang
berarti direksi atau pimpinan. Kedua berarti ketata laksanaan, tata pimpinan,
pengelolaan. Kata manajemen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memiliki arti
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran .
Dalam bahasa Arab, manajemen diartikan dengan nazzama yang berarti mengatur,
menyusun, mengorganisir, menyesuaikan, mengontrol, menyiapkan, mempersiapkan,
merencanakan. Secara terminologi, ada dua pengertian manajemen yang mengemuka
yaitu manajemen sebagai seni dan manajemen sebagai proses. Menurut Mary Parker
Follet, manajemen adalah: ‛seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Hal ini disebabkan karena kepemimpinan memerlukan kharisma, stabilitas emosi,
kewibawaan, kejujuran, kemampuan menjalin hubungan antar manusia yang
semuanya itu banyak ditentukan oleh bakat seseorang dan sukar dipelajari.
Sedangkan menurut Stoner, manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Daft mendefinisikan manajemen :pencapaian tujuan organisasi
dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian sumber daya organisasi. Menurut Muhammad Abdul
Jawwad, manajemen adalah: Aktivitas menertibkan, mengatur, dan berpikir yang
dilakukan oleh seseorang, sehingga dia mampu mengurutkan, menata, dan merapikan
hal-hal yang ada di sekitarnya, mengetahui prioritas-prioritasnya, serta menjadikan
hidupnya selalu selaras dan serasi dengan yang lainnya

2. Pengertian Zakat

Secara bahasa, zakat berasal dari bahasa Arab zaka-yazku-


zakaan, mempunyai arti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Dalam mu’jam al-Wasith
dijelaskan bahwa zakat secara bahasa adalah berkah, suci, baik, tumbuh, dan
bersihnya sesuatu (Arifin, 2011: 4). Kata zakat ada kalanya bermakna pujian,
misalnya dalam firman Allah:

‫فال تزكو انفسهم‬

1
John Echols dkk, Kamus InggrisIndonesia (Jakarta: PT Gramedia,2005), 54.

5
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci” (QS. 53: 32).

Kata ini terkadang juga bermakna baik (shalah). Pernyataan rajul zakyy berarti orang
bertambah kebaikannya. Harta yang dikeuarkan, menurut syara’ dinamakan dengan zakat,
karena harta itu bertambah dan memelihara dari kebinasaan. Allah swt. Berfirman:

‫واتوا الزاكة‬
Artinya: dan tunaikanlah zakat. (QS. 2: 43)
Secara etimologi, makna-makna zakat di atas bisa terkumpul dalam ayat berikut, firman-
Nya:

‫خذ من امواهلم صدقة تطهرمه وتزكهيم ه‬


Artinya: Ambilalh zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan menyucikan mereka (QS. 9: 103)

Dalam al-Qur’an dan al-sunnah, shadaqah juga bermakna zakat, oleh karena itu Imam al-
Mawardi menyatakan: Kalimat shadaqah kadang yang dimaksud adalah zakat, dan zakat yang
dimaksud adalah shadaqah, dua kata yang berbeda, tetapi memili substansi yang sama
(Ridho, 2007: 15). Maka, maksud ayat di atas adalah, zakat itu akan dapat menyucikan orang
yang mengeluarkannya dan akan menumbuhkan pahalanya
Sedangkan menurut syara’, zakat adalah hitungan tertentu dari harta dan sejenisnya di
mana syara’ mewajibkan mengeluarkannya kepada para fakir, dan sejenisnya dengan syarat-
syarat khusus (Mustafa, tt.: 395). Menurut pendapat lain, zakat adalah hak yang wajib
dikeluarkan dari harta. Menurut mazhab Syafi’I, zakat adalah sebuah ungkapan untuk
keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus, dan diberikan kepada 8 kelompok
yang berhak menerima zakat.
Zakat dikeluarkan pada waktu yang khusus, dalam artian bahwa sempurnanya
kepemilikan itu selama setahun (hawl), baik harta berupa binatang ternak, uang, maupun
barang dagangan, begitu juga terhadap biji-bijan (hasil sawah atau ladang), dipetiknya buah-
buahan, digalinya barang tambang, penghasilan dan profesi (menurut sebagian ulama’), yang
semuanya wajib dizakati. Maka dapat disimpulkan secara syara’, zakat adalah penunaian hak
yang wajib yang terdapat dalam harta. Zakat juga dimaksudkan sebagai bagian harta tertentu
dan yang diwajibkan oleh Allah untuk diberikan kepada orangorang fakir (al-Zuhayli, 2005:
84-85)

3. Pengertian Manajemen Zakat2

2
Hani Handoko, Manajemen edisi 2 (Yogyakarta: BPFE,2003), 8.

6
Berdasarkan pengertian manajemen dan zakat di atas, maka manajemen zakat dapat
didefinisikan sebagai proses pencapaian tujuan lembaga zakat dengan atau melalui orang lain,
melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya
organisasi yang efektif dan efisien.
Dalam UU No. 23 Tahun 2011, disebutkan pengertian pengelolaan zakat, yaitu
‛Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat‛. UU Pengelolaan Zakat
sebelumnya yaitu UU No 38 tahun 1999,mendefinisikan pengelolaan zakat sebagai:
‚Kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan
pendistribusian serta pendayagunaan zakat‛
Ada perbedaaan definisi pengelolaan zakat, antara UU 23/2011 dengan UU 38/1999.
Dalam UU 23/2011 tidak disebutkan fungsi pengawasan, sebaliknya dalam UU 38/1999 tidak
terdapat fungsi koordinasi. Fungsi pengawasan dan koordinasi merupakan hal yang penting
dalam pengelolaan. Pakar manajemen seperti Stonner dan Daft, menyebutkan fungsi
pengawasan dalam manajemen, hingganya aspek pengawasan harusnya juga disebutkan
dalam pengelolaan zakat.
Walaupun dalam UU No.23 tahun 2011 tidak disebutkan fungsi pengawasan dalam
definisi pengelolaan zakat, akan tetapi tetap mencantumkan perihal pengawasn. Hal tersebut
sebagaimana dalam pasal 34 disebutkan hal tentang pembinaan dan pengawasan, yaitu
dilakukan oleh Menteri atau pimpinan daerah setingkat provinsi dan kabupaten/kota14,
sedangkan dalam pasal 35, menyebutkan pengawasan dapat juga dilakukan oleh
masyarakat15 . Menggabungkan antara dua pengertian pengelolaan zakat dari kedua undang-
undang pengelolaan zakat tersebut, maka pengelolaan zakat adalah:‛Kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengkoordinasian, dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat‛.

4. Pengelolaan Zakat Berbasis Manajemen

Dapat dipahami bahwa kata khudz (berbentuk fi’il amar) menunjukkan bahwa
mengumpulkan zakat dari para muzakki oleh amil zakat hukumnya wajib. Hal ini didasarkan
oleh kaidah ushul fiqih, bahwa fiil amar menunjukkan suatu perintah wajib al-ashlu fi al-amr
lilwujub. Maka, mengumpulkan zakat dari orang yang mengeluarkan zakat hukum wajib
(Hasan, 2011: 8)
Sebuah kewajiban bukanlah mudah dilaksanakan, begitu juga dalam melaksanakan
kewajiban mengumpulkan zakat. Apalagi dihadapkan pada masyarakat yang mempunyai
kultur dan karakter yang berbeda-beda. Oleh karena itu, mengumpulkan zakat membutuhkan
persiapan dan perencanaan yang matang. Semua aktivitas dan faktor-faktor terkait dengan
aktifitas tersebut mesti terencana, teroganisir, bahkan terkontrol dan dievaluasi tingkat
capaiannya. Dalam konteks inilah manajemen untuk mengelola zakat sangat diperlukan agar
pengelolaan itu berjalan dengan baik dan sistematis serta tepat sasaran

7
Para ulama mencoba untuk merumuskan tata cara mengelola zakat dengan baik. Maka
mereka mempunyai pandangan-pandangan tentang pengelolaan zakat sebagai berikut:3
Pertama, para ulama’ sepakat bahwa yang berhak mengumpulkan zakat pada harta tetap
dan mendistribusikannya adalah pemimpin yang ada pada suatu daerah kaum muslimin. Hal
ini tidak boleh ditangani secara perorangan, termasuk pendistribusiannya. Hal ini dilandaskan
pada dalil dari sabda Rasulullah, bahwa Rasulullah memerintahkan utusan dan para
pekerjanya untuk mengumpulkan zakat dari kaum Muslimin, dan Rasulullah sendiri pulalah
yang memaksa kaum muslimin agar mereka menunaikan zakatnya untuk kepentingan negara,
dan memerangi orang yang menolak untuk menunaikannya.
Kedua, para ulama’ telah sepakat bahwa pengumpulan dan pendistribusian zakat pada
harta bergerak, baik berupa uang maupun barang dagangan, dilakukan oleh pemimpin. Iman
alRazi ketika menafsirkan surat al-Taubah ayat 60, ia menjelaskan bahwa zakat berada di
bawah pengelolaan pemimpin atau pemerintah. Dalil ini juga menunjukkan, bahwasanya
Allah menjadikan setiap panitia zakat bagian dari zakat itu sendiri, yang kesemuanya ini
menunjukkan atas kewajiban dalam menunaikan tugas yang dibebankan (al-Qardhawi, 2005:
110)
Pengelolaan zakat memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang. Semua aktifitas
dan faktor-faktor terkait dengan aktifitas tersebut mesti terencana, terorganisir, bahkan
terkontrol dan dievaluasi tingkat capaiannya. Hal ini diperlukan agar pengelolaan zakat dapat
dilakukan secara efektif dn efisien. Dalam konteks pengelolaan zakat, tujuan zakat akan
tercapai mnakala zakat dikelola secara baik berdasarkan prinsip-prinsip manajemen. Dengan
kata lain, manajemen zakat merupakan perantara bagi tercapainya kesempurnaan pelaksanaan
zakat. Oleh karena itu, dalam pengumpulan zakat mestinya didasarkan pada prinsip-prinsip
manajemen (Hasan, 2011: 9).
Agar tercipta pengelolaan yang baik, suatu negara yang mayoritas berpenduduk muslim
seperti Indonesia, pemerintah seharusnya membentuk suatu badan tertentu yang mengurusi
masalah pengelolaan zakat, dibentuklah BAZ (Badan Amil Zakat). Organisasi ini sudah
terbentuk mulai pusat sampai daerah. Atas keseriusan pemerintah menangani pengelolaan
zakat, maka pada tahun 1999 pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang No. 38 Tahun
1999 tentang pengelolaan zakat. Dalam kondisi demikian, kewajiban mengumpulkan zakat di
Indonesia harus dilakukan oleh amil-amil zakat. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa
dalam konteks ke Indonesiaan khitab ayat tersebut adalah amil zakat yang diwakili oleh BAZ
(Hasan, 2011: 8).
Sebelum dikeluarkannya peraturan pemerintah di atas, pola pengelolaan zakat di
Indonesia telah dilakukan sejak belum merdeka. Ketika Indonesia merdeka gerakan
kesadaran membayar zakat telah dilakukan secara lebih baik oleh elemen-elemen masyarakat.
Kesadaran ini tentunya perlu diiringi dengan tindakan riil oleh segenap masyarakat untuk
saling mengingatkan dan menasehati arti penting zakat bagi keselarasan hidup. Maka
selayaknya pemerintah dilibatkan dalam pengelolaan zakat, baik sebagai regulator maupun
fasilitator, dengan suatu kewajiban memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan
kepada muzakki, lembaga zakat dan mustahiq (Depag RI, 2007: 10).

5. Ruang Lingkup Pengelolaan Zakat berbasis Manajemen

Keempat konsep manajemen di atas, yaitu perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan, dan pengontrolan, dapat digunakan dalam pengeloaan zakat. Masing-masing
dapat dijabarkan sebagai berikut:

3
Richard L. Daft, Management (terj) Buku 1 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), 6.

8
1. Perencanaan (Planning).
Dalam mengelola zakat diperlukan perumusan dan perencanaan tentang apa saja
yang akan dikerjakan oleh pengelola badan zakat, yaitu amil zakat, bagaimana
pelaksanaan pengelola zakat yang baik, kapan mulai dilaksanakan, dimana tempat
pelaksanaannya, siapa yang melaksanakan, dan perencanaan-perencanaan lain.
Pengelola zakat (amil) pada suatu badan pengelolaan zakat dapat merencakan zakat
dengan mempertimbangkan hal-hal; perencanaan sosialisasi ke masyarakat muslim,
perencanaan pengumpulan zakat pada hari-hari yang ditentukan, perencaan
pendayagunaan zakat, dan perencanaan distribusi zakat kepada para mustahiq, serta
perencanaan pengawasan zakat sehingga bisa akses dengan baik oleh muzakki,
mustahiq dan stakeholders
2. Perencanaan (Organizing).
Dalam pengelolaan zakat, pengorganisasian sangat diperlukan. Hal ini terkait
dengan koordinasi pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya zakat yang
telah dikumpulkan oleh lembaga zakat. Pengorganiasian dalam pengelolaan zakat
bertujuan, agar zakat dapat dikelola dengan kredibel dan efektif serta tepat sasaran
untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian yang baik adalah dilakukan oleh
sumberdaya manusia yang mempunyai kapasitas dalam mengorganisasi dengan
efektif dan efesien
3. Penggerakan (actuating).
Dalam pengeloaan zakat, penggerakan (actuating) memiliki peran stategis dalam
memperdayakan kemampuan sumberdaya amil (pengelola) zakat. Sebab, dalam
pengelolaan zakat pengerakan memiliki fungsi sebagai motivasi, sehingga sumber
daya amil zakat memiliki disiplin kerja tinggi. Untuk menggerakkan dan memotivasi
karyawan, pimpinan amil zakat harus mengetahui motif dan motivasi yang
diinginkan oleh para pengurus amil zakat. Hal yang harus dipahami bahwa orang
mau bekerja karena merkea ingin memnuhi kebutuhannya, baik kebutuhan yang
didasari maupun kebutuhan yang tidak didasari, berbentuk materi atau non-materi,
kebutuhan fisik maupun kebutuhan rohaniah (Hasan, 2011: 25).
4. Pengawasan (controlling).
Dalam pengelolaan zakat, kewajiban yang harus diharus lakukan setelah tahapan-
tahapan manajemen adalah pengawasan. Proses control merupakan kewajiban yang
terus menerus harus dilakukan untuk pengecekan terhadap jalannya perencanaan
dalam organisasi termasuk dalam pengelolaan zakat. Kesalahan dalam perencanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan dapat diteliti dengan cara mengontrol dan
mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan zakat.

9
4

6. Pengertian Penyaluran

Salah satu tujuan dana zakat adalah meminimalisir angka kemiskinan atau menekan
volume kemiskinan. Kehadiran dana zakat diharapkan menjadi salah satu upaya agar bisa
terjadi pemberdayaan terhadap kalangan tidak mampu, secara teoritis zakat di proyeksikan
untuk mencapai beragam tujuan strategis, diantarannya adalah meningkatkan etos kerja,
potensi dana untuk membangun umat, membagun sarana pendidikan, sarana kesehatan,
membangun spiritual dan sosial, menciptakan ketenangan, kebahagiaan, keamanan dan
kesejahteraan hidup menumbuh kembangkan harta yang dimiliki dengan cara memberikan
dalam bentuk usaha yang produktif dan mengatasi berbagai macam musibah yang terjadi di
tengah masyarakat. Penyaluran juga dapat diartikan yaitu kepada mustahik depalan
asnaf(golongan) atau sekurangnya tujuh kalau asnaf riqab (membebaskan perbudakan)
sudah tidak ada. Di antara asnaf penerima zakat, salah satunya amilin yakni lembaga zakat
itu sendiri yang mengetahui batasan alokasi hal amilnya.
Penyaluran dana juga kegiatan membagikan dana dari petugas pengelola dana kepada
masyarakat yang berhak menerimannya sesuai dengan aturan yang berlaku. Dalam
penyaluran dana memerlukan panduan yang lebih luas dibandingkan dengan penghimpunan
dana, ruang lingkup bidang sasaran, sifat penyaluran, prosedur pengeluaran dana.
Pertanggung jawaban atas penggunaan dana.
1. Penerimaan Dana Dalam Al-Qur’an surat At-Taubah. Allah telah menetepkan delapan
golongan (asnaf) yang berhak menerima zakat. Yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, riqab,
gharim, fi sabililah, dan ibnu sabil. Adapun yang termasuk dalam yang berhak menerima
infaq dan sedekah seperti, orang miskin, kerabat keluarga, anak yatim, orang tua, orang
yang terkena bencana atau musibah. Delapan golongan tersebut dibagi dalam dua
kelompok, yaitu:
a. Kelompok Permanen Termasuk dalam kelompok ini adalah fakir, miskin, amil, dan
muallaf. Dalam hal ini yang dimaksud dengan permanen adalah bahwa keempat
mustahiq tersebut diasumsikan akan selalu ada di wilayah kerja organisasi pengelola
zakat dan karena itu penyaluran dana kepada mereka akan terus-menerus atau dalam
waktu yang lama walaupun secara individu penerima berganti-ganti
b. Kelompok Kontemporer Adalah riqab, gharimin, fi sabillilah, dan ibnu sabil,
temperorer dalam hal ini artinya bahwa keempat golongan diasumsikan tidak selalu
ada di wilayah kerja suatu organisasi pengelola zakat, maka penyaluran dana kepada
mereka tidak akan terus-menerus tidak dalam waktu jangka panjang
2. Ruang Lingkup Bidang Sasaran Pemilihan ruang lingkup bidang sasaran harus
dituangkan dalam panduan agar dana yang dihimpun tidak tertumpu pada satu aspek

4
Muhammad Abdul Jawwad, Menjadi Manajer Sukses (Jakarta: Gema Insani, 2004), 119.

10
saja. Dan pemilihan ruang lingkup sasaran dapat berbeda satu organisasi dengan
organisasi pengelola zakat lainnya
3. Bentuk dan Sifat Penyaluran Salah satu pertanyaan yang sering muncul dalam
pengelolaan zakat adalah apakah zakat dan dana lainnya dapat diberikan dalam bentuk
produktif? Pemahanan seperti ini dapat menimbulkan perbedaan pendapat dan
berujung pada batasan melanggar atau tidak melanggar ketentuan syar’i menurut
masing-masing pendapat.
Adapun pemberdayaan adalah penyaluran dana ZIS atau dana lainnya yang disertai
target merubah keadaan penerima (lebih dikhususkan kepada golongan kafir miskin) dan
katagori mustahik menjadi katagori muzakki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat
dicapai dengan mudah dan dalam waktu yang singkat
4. Prosedur Penyaluran Dana Penyaluran dana, baik untuk pihak diluar pengelola
maupun untuk pengelola sendiri, harus dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian.
5. Pertanggungjawaban atas Pengunaan Dana Setiap pengeluaran dana harus ada
pertanggungjawaban secara tertulis, dan sah. Sekecil apapun dana yang dikeluarkan
dalam pertanggungjawaban harus dapat dinilai dengan baik dari kesusaian syari’ah
maupun kebijakan lembaga.

5
Yusuf Qardhawi, Fiqh al-Zakat Kairo: (Muassasah alRisalah 2005), 38.

11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa, Dasar Dasar Manajemen Penyaluran
Dana Zakat Adalah sebagai proses pencapaian tujuan lembaga zakat dengan atau melalui orang
lain, melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya
organisasi yang efektif dan efisien. Pengelolaan zakat memerlukan persiapan dan perencanaan
yang matang. Semua aktifitas dan faktor-faktor terkait dengan aktifitas tersebut mesti terencana,
terorganisir, bahkan terkontrol dan dievaluasi tingkat capaiannya. Penyaluran dana juga kegiatan
membagikan dana dari petugas pengelola dana kepada masyarakat yang berhak menerimannya
sesuai dengan aturan yang berlaku. Dalam penyaluran dana memerlukan panduan yang lebih
luas dibandingkan dengan penghimpunan dana, ruang lingkup bidang sasaran, sifat penyaluran,
prosedur pengeluaran dana. Pertanggung jawaban atas penggunaan dana.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Jawwad, Muhammad, Menjadi Manajer Sukses. Jakarta: Gema Insani. 2004,

Echols, John dkk. Kamus InggrisIndonesia. Jakarta: PT Gramedia. 2005,

Handoko,Hani, Manajemen edisi 2. Yogyakarta: BPFE.2003,

L. Daft,Richard, Management (terj) Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. 2006,

Qardhawi ,Yusuf, Fiqh al-Zakat. Kairo: Muassasah alRisalah .2005,

13

Anda mungkin juga menyukai