Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STUDI HADITS

TAKHRIJ HADITS
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Studi Hadits
Jurusan Akuntansi Syari’ah 1B
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam (FEBI)

Dosen pengampu : H. Ismail, M.S.I

Disusun oleh :
KELOMPOK 10
1. Della Putri Marselina (2282133011)
2. Nuroziotul Khofifah (2282130057)
3. Syafira Aulia Qisti (2282133004)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


SYEKH NURJATI CIREBON
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji bagi Allah SWT, tuhan semesta alam yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Studi Hadits.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah memberikan ajaran islam dari zaman jahiliyah hingga zaman
modernisasi seperti sekarang ini.

Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas dalam melaksanakan
pembelajaran mata kuliah “Pratikum Qira’ah dan Ibadah” kami ucapkan terima kasih kepada
Bapak H. Ismail, M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah “Praktikum Qira’ah dan
Ibadah” yang telah memberikan tugas ini dan dapat memberikan pelajaran serta wawasan
baru.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Cirebon, 8 Juni 2023

penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2

2.1 Pengertian Takhrij Hadits.................................................................................................2

2.2 Pentingnya Kegiatan Takhrij Hadits................................................................................4

2.3 Cara Pelaksanaan dan Metode Takhrij Hadits..................................................................6

BAB III PENUTUP..................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Allah telah menganugerahkan bermacam-macam keistimewaan dan


keutamaan kepada umat ini. Diantara keistimewaan itu adalah hari Jum’at,
setelah kaum Yahudi dan Nasrani dipalingkan darinya. Al-Hafidz Ibnu
Katsir berkata: “Hari ini dinamakan Jum’at, ka
rena artinya merupakanturunan dari kata al-
 jam’u yang berarti perkumpulan, karena umat Islam
 berkumpul pada hari itu setiap pekan di balai-balai pertemuan yang luas.Allah SWT
memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin berkumpuluntuk melaksanakan ibadah
kepada-Nya. Allah berfirman
  Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada  mengingat Allah dantinggalkanlah jual
beli[1475]. yang demikian itu lebih baik bagimu jikakamu mengetahui.
(al-Jumuah: 9)Maksudnya: apabila imam telah naik mimbar dan muazzin telahazan di hari
Jum'at, Maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan
meninggalakan semua pekerjaannya
.
 Di dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW., bersabda,
“Sebaik 
-baikhari di kala
matahari terbit ialah hari jum’at. Pada hari inilah Nabi Adam
  AS  diciptakan. Pada hari ini pila, Ia dimasukan kedalam surge. Dan
tidaklah hari kiamat akan terjadi kecuali pada hari jum’at”.
 Sabda Rasulallah SAW:
“sesungguhnya hari Jum’at penghulu
  semua hari dan paling agung disisi Allah, ia lebih agung di sisi Allah dari
hari Raya Idul Adha dan Idul Fitri. Dalam hari Jum’at trdapat lima
keutamaan : pada hari itu Allah menciptakan Adam, padahari itu Allahmenurunkan adam ke
bumi, pada hari itu allah mewafatkan adam, padahari itu ada satu saat yang tidaklah
seorang hamba meminta kepada Allah sesuatu melainkan dia pasti memberikannya
selama  tidak meminta suatu yang haram, dan pada hari itu akan terjadi
kiamat. Tidaklah malaikat  yang
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Takhrij Hadits?


2. Sebutkan kepentingan dari kegiatan Takhrij Hadits
3. Metode apa saja yang dilakukan untuk men-Takhrij Hadits

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui pengertian takhrij hadits

iii
2. Untuk mengetahui pentingnya takhrij hadist
3. Bisa menjelaskan dan mengetahui metode melakukan takhrij hadits

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Takhrij Hadits

Hadis adalah segala yang diberitakan bersumber dari Nabi SAW baik berupa sabda,
perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ikhwal yang menyertai Nabi. Pembahasan tentang
kehujjahan hadis meliputi nilai atau kualitas hadis dan pengamalan hadis, kualitas hadis ada
yang maqbul (diterima) dan mardud (ditolak), sehingga perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai hadis tersebut yakni dengan cara takhrij hadis. Takhrij hadits adalah
penunjukkan terhadap tempat hadis dalam sumber-sumber aslinya yang dijelaskan sanadnya
dan martabatnya sesuai dengan keperluan.

Takhrij meliputi kegiatan periwayatan, penukilan, pengutipan, dan pembahasan hadis.


Adapun cara mentakhrij hadis terbagi menjadi tiga, yaitu metode takhrij atau al-Naql, takhrij
dengan tashih, takhrij dengan i’tibar. Proses takhrij hadis tidak sebatas hanya pada matan
hadis saja, melainkan juga meliputi takhrij matan hadis dari berbagai kitab induk, mentakhrij
sanad hadis beserta biografi dan penilaian tentang para perawinya.

Secara etimologi kata “takhrij” berasal dari akar kata “kharaja yakhruju khuruujan
mendapat tambahan tasydid/syidah pada ra (‘ain fi’il) menjadi kharraja yukhrriju takhriijan
yang berarti menampakkan, mengeluarkan, menerbitkan, menyebutkan, dan menumbuhkan.”
Maksudnya, menampakkan sesuatu yang tidak atau sesuatu yang masih tersembunyi,
tidak kelihatan dan masih samar. Penampakkan dan pengeluaran disini tidak mesti berbentuk
fisik yang konkret, tetapi mencakup nonfisik yang hanya memerlukan tenaga dan pikiran
seperti makna kata istikhraj yang berarti istinbath yang berarti mengeluarkan hukum dari
nash atau teks Al-qur’an dan hadits.

iv
Adapun secara teminologis, takhrij adalah “menunjukkan tempat hadits pada sumber-
sumber aslinya, dimana hadits tersebut telah diriwayatkan lengkap dengan sanadnya,
kemudian menjelaskan derajadnya jika diperlukan.
Takhrij menurut istilah ahli hadits, di antaranya mempunyai pengertian
mengemukakan letak asal suatu hadits dari sumbernya yang asli, yakni berbagai sumber kitab
hadits dengan dikemukakan sanadnya secara lengkap untuk kemudian dilakukan penelitian
terhadap kualitas hadits yang bersangkutan.
Pengertian takhrij yang tercakup disini seperti kegiatan penelitian terhadap satu hadits
tertentu atau satu tema tertentu ataupun dalam kitab tertentu. Dengan demikian pengertian
takhrij adalah penelusuran atau pencarian hadits dari berbagai sumbernya yang asli dengan
mengemukakan matan serta sanadnya secara lengkap untuk kemudian diteliti kualitas
haditsnya.
Pengertian Umum tentang Takhrij Hadis Definisi takhrij secara bahasa, berarti
istinbath (mengeluarkan), tadrib (memperdalam), dan taujih (menampakkan). Maksudnya,
yaitu menampakkan sesuatu yang masih tersembunyi, mengeluarkan yang tidak terlihat dan
memperdalam yang masih samar. Maksud dari pengeluaran di sini tidak harus berbentuk fisik
secara nyata, tetapi mencakup nonfisik yang cukup menggunakan pikiran, seperti makna kata
istikhraj yang mempunyai kesamaan dengan kata istinbath yang artinya mengeluarkan hukum
dari nash Al-qur’an dan hadis.
Sedangkan menurut istilah Muhadisin, takhrij diartikan dalam beberapa pengertian, di
antaranya:
1) Bentuk sinonim dari kata ikhraj, yakni seorang rawi yang mengemukakan suatu hadis
dengan menyebutkan sumber keluarnya (pemberita) hadis tersebut
2) Mengeluarkan hadis-hadis dari berbagai kitab yang kemudian disebutkan sanad-sanadnya
secara lengkap
3) Menukil hadis dari kitab-kitab induk (diwan al-hadis) dengan menyebutkan mudawinnya
serta menjelaskan martabat hadisnya
4) Menunjukkan genealogi hadis kemudian menjelaskan sumber periwayatannya dari
berbagai kitab hadis yang disusun oleh orang yang men-takhrij secara langsung yang
kapasitasnya sebagai penghimpun kitab hadis
5) Menunjukkan letak hadis pada kitab sumber yang asli, yakni kitab yang menyebutkan
sanad dan matan hadis tersebut.

Mahmud al-Thahhan mendefinisikan takhrij sebagai berikut:


v
“Takhrij adalah penunjukkan terhadap tempat hadis dalam sumber-sumber aslinya yang
dijelaskan sanadnya dan martabatnya sesuai dengan keperluan.”
Dari paparan di atas kemudian dapat disimpulkan bahwa takhrij hadis meliputi beberapa
kegiatan, di antaranya:
1) Periwayatan (penerimaan, pemeliharaan, pentadwinan, dan penyampaian) hadits
2) Penukilan hadis dari kitab-kitab sumber untuk dihimpun dalam suatu kitab tertentu
3) Mengutip hadis-hadis dari berbagai kitab Fan (tafsir, tajwid, fiqih, tasawuf, dan akhlak)
dengan menyebutkan sanad-sanadnya secara lengkap
4) Membahas hadis-hadis sampai diketahui martabat kualitas hadis, yakni dari segi maqbul
(diterima) dan mardud (ditolak).

2.2 Pentingnya Kegiatan Takhrij Hadits

Takhrij hadits adalah ilmu yang sangat penting untuk diketahui sebelum kita
mengamalkan sebuah hadits atau menshare sebuah hadits. Dalam kegiatan takhrij hadits kita
bisa mengetahui beberapa hal penting dalam proses mencari keabsahan suatu hadits, yang
semua ini sangat penting untuk diketahui agar kita tahu hadits yang akan kita gunakan apakah
memang suatu ucapan yang benar dan bersambung kepada Rasulullah atau bukan.

Takhrij hadits juga memiliki beberapa manfaat yang sangat penting bagi pen-takhrij nya,
yakni;

1. Jika kita melakukan kegiatan takhrij hadits maka kita akan mengetahui sumber-
sumber hadits, kitab-kitab asal yang berisi hadits-hadits serta ulama-ulama yang
meriwayatkannya
2. Memperjelas keadaan sanad, dengan ini kita dapat mengetahui status riwayat suatu
hadits
3. Memperjelas perawi hadits yang samar, dengan kegiatan takhrij ini kita bisa
mengetahui nama lengkap perawi, dan data-data lain mengenai seorang perawi hadits
4. Menghilangkan kemungkinan akan terjadinya percampuran riwayat
5. Memperjelas arti suatu kalimat yang terdengar asing yang terdapat dalam satu sanad
6. Menghilangkan suatu syadz atau kesendirian riwayat yang menyalahi riwayat tsiqah
(terpercaya) yang terdapat dalam suatu hadits melalui perbandingan suatu riwayat
7. Menjelaskan kualitas perawi dan dapat mengungkapkan keragu-raguan dan kekeliruan
yang dialami oleh seorang perawi.

vi
Dapat kita simpulkan bahwa mengetahui kualitas dan kuantitas hadits adalah sangat penting,
jika hadits yang kita temukan terdengar asing atau maknanya terdengar aneh dan sedikit
menyimpang dari ajaran yang kita pernah pelajari selama ini, maka pen-takhrij-an hadits bisa
kita lakukan dalam hal ini, agar jelas kebenaran haditsnya.

Hadis Melalui proses takhrij hadis ini tentunya terdapat tujuan yang ingin dicapai oleh
seorang peneliti, karena tujuan merupakan hal paling utama yang ingin diraih dalam proses
penelitian. Adapaun beberapa tujuan pokok tersebut, antara lain:

a. Untuk mengetahui keberadaan suatu hadis yang akan di-takhrij apakah benar hadis tersebut
terdapat dalam kitab-kitab hadis yang dimaksud atau tidak.

b. Untuk mengetahui sumber otentik hadis-hadis yang diteliti terkait dari mana saja hadis-
hadis tersebut didapatkan

c. Untuk mengetahui keragaman sanad dalam satu hadis yang ditemukan di kitab-kitab
sumber hadis yang berbedad. Untuk mengetahui kualitas suatu hadis dari segi diterima
(maqbul) dan ditolak (mardud) (Khon, 2008).

Adapun manfaat dari takhrij hadis dapat dilihat dari adanya usaha takhrij terhadap hadis-
hadis Nabi, baik takhrij pada periode awal maupun sesudah hadis-hadis itu resmi dibukukan
dalam berbagai kitab hadis, hal ini jelas memberikan banyak manfaat. Di samping menambah
pembendaharaan pengetahuan tentang hadis-hadis itu sendiri, tentu saja juga menambah
pengetahuan mengenai ilmu hadis.Salah satu di antara sekian banyak manfaat, yakni melalui
usaha takhrij terhadap suatu hadis, seorang pen-takhrij dapat mengumpulkan berbagai sanad
yang beragam dari sebuah hadis, dan juga dapat mengumpulkan berbagai perbedaan redaksi
matan dari hadis tersebut.Dengan demikian, usaha takhrij tidak terbatas pada matan saja,
akan tetapi juga meliputi takhrij matan hadis dari berbagai kitab induk, kemudian men-takhrij
sanad-sanad hadis disertai dengan meneliti biografi dan penilaian terhadap perawinya, men-
takhrij lafazh-lafazh yang asing melalui kitab-kitab yang berhubungan dengan lafazh hadis
tersebut, men-takhrij peristiwa yang terjadi dalam hadis melalui kitab-kitab yang ditulis untuk
itu, dan men-takhrij nama-nama penulis melalui kitab-kitab yang terkait dengan bidangnya.

2.3 Cara Pelaksanaan dan Metode Takhrij Hadits

1. Takhrij melalui lafadz pertama matan hadits


vii
Metode ini sangat tergantung pada lafaz pertama matan hadis. Hadis-hadis dengan
metode ini dikodifikasi berdasarkan lafaz pertamanya menurut urutan huruf hijaiyah.
Misalnya, apabila akan men-takhrij hadis yang berbunyi; ‫د بِالصُرْ َع ِة‬Sُ ‫ْس ال َّش ِد ْي‬
َ ‫ لَي‬Untuk mengetahui
lafaz lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah yang harus dilakukan adalah
menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang
dimaksud.

Dalam kamus yang disusun oleh Muhammad fuad Abdul Baqi, penggalan hadis
tersebut terdapat di halaman 2014. Bearti, lafaz yang dicari berada pada halaman 2014 juz
IV. Setelah diperiksa, bunyi lengkap matan hadis yang dicari adalah; ِ ‫ع َْن اَ بِ ْي هُ َر ْي َرةَ َأ َّن َرسُوْ َل هّللا‬
ِ ‫ك نَ ْف َسهُ ِع ْندَال َغ ْي‬
‫ب‬ َ ‫ لَي‬:‫صلَّى هّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َ َل‬
ُ ِ‫د الَّ ِذيْ يَ ْمل‬Sُ ‫ْس ال َّش ِد ْي ُد بِاالصُرْ َع ِة اِنَّ َما ال َش ِد ْي‬ َ

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, “(Ukuran) orang yang kuat
(perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai
orang yang kuat adalh orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah”.

Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal memberikan kemungkinan yang besar
bagi seorang mamukharrij untuk menemukan hadis-hadis yang dicari dengan cepat. Akan
tetapi, metode ini juga mempunyai kelemahan. Yaitu, apabila terdapat kelainan atau
perbedaan lafaz pertamanya sedikit saja, maka akan sulit untuk menemukan hadis yang
َ ْ‫اِذاَأتَا ُك ْم َم ْن تَر‬
dimaksud. Sebagai contoh ; ُ‫ضوْ نَ ِد ْينَهُ َو ُخلُقَهُ فَزَ ِّوجُوْ ه‬

Berdasarkan teks di atas, maka lafaz pertama dari hadis tersebut adalah iza atakum (‫اِذا‬
‫ا ُك ْم‬SSَ‫)اَت‬. Namun, apabila yang diingat oleh mukharrij sebagai lafaz pertamanya adalah law
atakum (‫ا ُك ْم‬SSَ‫وْ اَت‬SSَ‫ )ل‬atau iza ja’akum (‫ ا َء ُك ْم‬S‫)اذاج‬.
َ Maka hal tersebut tentu akan menyebabkan
sulitnya menemukan hadis yang sedang dicari, karena adanya perbedaan lafadz pertamanya,
meskipun ketiga lafaz tersebut mengandung arti yang sama.

2. Takhrij melalui kata-kata dalam matan hadits

Metode ini adalah metode yang berdasarkan pada kata-kata, yang terdapat dalam matan
hadis, baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini tidak digunakan huruf-
huruf, tetapi yang dicantumkan adalah bagian hadisnya sehingga pencarian hadis-hadis yang
dimaksud dapat diperoleh lebih cepat.

Penggunaan metode ini akan lebih mudah manakala menitikberatkan pencarian hadis
berdasarkan lafaz-lafaznya yang asing dan jarang penggunaanya. Kitab yang berdasarkan
metode ini di antaranya adalah kitab Al-Mu`jam Al-Mufahras li Al-faz Al-Hadis An-Nabawi

viii
(Kitab ini mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat di dalam Sembilan kitab induk hadis
sebagaimana yaitu; Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmizi, Sunan Abu Daud, Sunan
Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan Darimi, Muwaththa’ malik, dan Musnad Imam Ahmad)
yang ditulis oleh A.J.Wensinck yang merupakan orientalis dan guru besar bahasa arab pada
universitas Leiden. dan Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi Takhrij.

Contohnya pencarian hadis berikut; ‫ َل‬S‫اريَ ْي ِن َأ ْن يُْؤ َك‬S


ِ Sَ‫صلَّى هّللا ِ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم نَهَى ع َْن طَ َع ِام ْال ُمتَب‬
َ ‫اِ َّن النَّبِ َي‬
Dalam pencarian hadis di atas, pada dasrnya dapat ditelusuri melalui kata-kata naha (‫)نَهَى‬
ta’am ( ‫)طَ َعام‬, yu’kal ( ْ‫ )يُْؤ كَل‬al-mutabariyaini (‫ين‬ ِ َ‫)ال ُمتَب‬. Akan tetapi dari sekian kata yang dapat
ِ َ‫اري‬
ِ َ‫ )ال ُمتَب‬karena
dipergunakan, lebih dianjurkan untuk menggunakan kata al-mutabariyaini ( ‫اريَ ْي ِن‬
kata tersebut jarang adanya.

Menurut penelitian para ulama hadis, penggunaan kata tabara (‫ )تَبَا َرى‬di dalam kitab
induk hadis (yang berjumlah Sembilan) hanya dua kali.

Langkah-langkah dalam menerapkan metode ini:

Langkah pertama, adalah menentukan kata kuncinya yaitu kata yang akan
dipergunakan sebagai alat untuk mencari hadis. Sebaiknya kata kunci yang dipilih adalah
kata yang jarang dipakai, karena semakin bertambah asing kata tersebut akan semakin mudah
proses pencarian hadis.

Setelah itu, kata tersebut dikembalikan kepada bentuk dasarnya dan berdasarkan
bentuk dasar tersebut dicarilah kata-kata itu di dalam kitab Mu’jammenurut urutannya secara
abjad (huruf hijaiyah).

Langkah kedua, adalah mencari bentuk kata kunci tadi sebagaimana yang terdapat di
dalam hadis yang akan kita temukan melalui Mu’jam ini. Di bawah kata kunci tersebut akan
ditemukan hadis yang sedang dicari dalam bentuk potongan-potongan hadis (tidak lengkap).
Mengiringi hadis tersebut turut dicantumkan kitab-kitab yang menjadi sumber hadis itu yang
dituliskan dalm bentuk kode-kode sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

Metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu; Metode ini mempercepat pencarian
hadis dan memungkinkan pencarian hadis melalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam
matan hadis. Selain mempunyai kelebihan, metode ini juga memiliki kelemahan, diantaranya:
• Adanya keharusan memiliki kemampuan bahasa arab beserta perangkat ilmunya secara
memadai.

ix
• Metode ini tidak menyebutkan perawi dari kalangan sahabat yang menerima Hadis dari
Nabi SAW. Karenanya, untuk mengetahui nama sahabat, harus kembali kepada kitab-kitab
aslinya setelah men-takhrij-nya dengan kitab ini.

• Terkadang suatu Hadis tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang mencarinya
harus menggunakan kata-kata lain .

3. Takhrij Berdasarkan Perawi Pertama

Takhrij ini menelusuri Hadits melalui sanad yang pertama atau yang paling atas yakni
para sahabat atau tabi’in. berarti peneliti harus mengetahui terlebih dahulu siapa sanadnya
dikalangan sahabat atau tabi’in, dan dicari dalam kitab-kitab Musnad, seperti Musnad Ahmad
bin Hambal, dan sebagainya.

Kemudian bagaimana cara men-takhrij sebuah hadits dengan menggunakan metode


ini?, berikut contoh Hadits dalam Musnad Ahmad: ‫فع االذان‬SS‫ر بالل ان يش‬SS‫ال ام‬SS‫ك ق‬SS‫عن انس بن مال‬
‫ويتراالقامة‬

Sahabat perawi sudah diketahui yaitu Anas bin Malik, terlebih dahulu Anas bin Malik
itu dilihat dalam daftar isi sahabat dalam kitab Musnad, maka didapati adanya sahabat Anas
pada juz 3 hal. 98. Bukalah kitab dan halaman tersebut di dalam kitab Musnad Anas, dicari
satu persatu hadits yang ingin dicari sampai ditemukan, maka ditemukan pada hal. 103. Dari
pentakhrijan ini dapat dikatakan : Hadits itu ditakhrij oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya
Juz 3, h. 103.

4. Takhrij Berdasarkan Tema Hadis

Arti takhrij kedua ini adalah penelusuran Hadits yang didasarkan pada topik, misalnya
bab Al-kalam, Al-khadim, Al-Ghusl, Ad-Dhahiyah, dan lain-lain. Seorang peneliti hendaknya
sudah mengetahui topik suatu Hadits kemudian ditelusuri melalui kamus Hadits tematik.
Salah satu kamus Hadits tematik adalah Miftah min Kunuz As-Sunnah oleh Dr. Fuad Abdul
Baqi, terjemahan dari aslinya bahasa inggris A Handbook of Early Muhammadan karya A.J.
Wensinck pula.

Kitab-kitab yang menjadi referensi kamus Miftah tersebut sebanyak 14 kitab lebih banyak
dari pada Takhrij bi Lafdzi diatas yaitu 8 kitab, sebagaimana diatas ditambah 6 kitab lain.
Masing-masing diberi singkatan yang spesifik yaitu sebagai berikut:

• Shahih Al-bukhari dengan diberi lambang: ‫بخ‬

x
• Shahih Muslim dengandiberi nama: ‫مس‬

• Sunan abu Dawud dengan diberi lambang:‫بد‬

• Sunan At-Tirmidzi dengan diberi lambang: ‫تر‬

• Sunan An-Nasa’i dengan diberi lambang:‫نس‬

• Sunan Ibnu Majah dengan diberi lambang:‫مج‬

• Sunan Ad-Darimi dengan diberi lambang:‫مي‬

• Muwattha Malik dengan diberi lambang:‫ما‬

• Musnad Ahmad dengan lambang:‫حم‬

• Musnad Abu Dawud Ath-Thayalisi dengan diberi lambang:‫ط‬

• Musnad Zaid bin Ali: ‫ز‬

• Sirah Ibnu Hisyam:‫هش‬

• Maghazi Al-Waqidi:‫قد‬

• Thabaqat Ibnu Sadim:‫عد‬

Kemudian arti singkatan-singkatan lain dipakai dalam kamus ini adalah sebagai berikut:

• Kitab :‫ك‬

• Hadits :‫ح‬

• Juz : ‫ج‬

• Bandingkan (Qabil):‫قا‬

• Bab :‫ب‬

• Shahifah :‫ص‬

• Bagian (qismun):‫ق‬

Misalnya ketika ingin men-takhrij Hadits yaitu: ‫ صالة اليل مثنى مثى‬Hadits tersebut temanya
shalat malam. Dalam kamus Miftah dicari pada bab Al-Layl tentang shalat malam. Di sana
dicantumkan yaitu sebagai berikut:

a. 10 ‫ ب‬19 ‫ك‬, 1‫ ب‬145 ‫ ك‬,84 ‫ ب‬8 ‫ك‬-‫بخ‬

xi
b. 148-145 ‫ ح‬6‫ك‬-‫مس‬

c. 26 ‫ب‬5‫ك‬-‫بد‬

d. 204 ‫ ب‬2 ‫ ك‬-‫تر‬

e. 172 ‫ ب‬2 ‫مج – ك‬

f. 21 ‫ و‬155 ‫ ب‬2 ‫مي – ك‬

g. 13 ‫ ح و‬7 ‫ما – ك‬h

h. 10 ‫ و‬9 ‫ و‬5 ‫حم – ثان ص‬

Di antara keistimewaan metode ini adalah, bahwa metode ini hanya menuntut
pengetahuan akan kandungan hadis, tanpa memerlukan pengetahuan tentang lafadz
pertamanya, pengetahuan bahasa arab dengan perubahan katanya, atau pengetahuan lainnya,
metode ini menuntut agar kita memahami hadis, mengatahui maksud dari hadis tersebut dan
hadis lain yang serupa. Namun, demikian metode ini tidak dapat diterapkan pada suatu hadis
yang tidak diketahui secara pasti tema atau topic, selain itu pemahaman yang berbeda antara
mukharrij dengan penyusun kitab yang berbeda juga menjadi kendala dalam penerapan
metode ini, umpamanya hadis yang dipahami oleh mukharrij sebagai hadis ekonomi namun
penyusun kitab tidak demikian.

5. Takhrij Berdasarkan Status Hadis

Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang telah dilakukan para ulama hadis
dalam menyusun hadis-hadis, yaitu penghimpunan hadis berdasarkan statusnya. Karya-karya
tersebut sangat membantu sekali dalam proses pencarian hadis berdasarkan statusnya, seperti
hadis qudsi, hadis masyhur, hadis mursal dan lainnya.

Seorang peneliti hadis dengan membuka kitab-kitab seperti diatas dia telah melakukan
takhrij al hadis. Kelebihan metode ini dapat dilihat dari segi mudahnya proses takhrij. Hal ini
karena sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam kitab yang berdasarkan sifat-sifat hadis
sangat sedikit, sehingga tidak memerlukan upaya yang rumit.

Namun, karena cakupannya sangat terbatas, dengan sedikitnya hadis-hadis yang dimuat
dalam karya-karya sejenis, hal ini sekaligus menjadi kelemahan dari metode ini. Kitab kitab
yang disusun berdasarkan metode ini :

• Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akbar al-Mutawatirah karangan Al-Suyuthi.

xii
• Al-Ittihafat al-Saniyyat fi al-Ahadis al-Qadsiyyah oleh al-Madani.

• Al-Marasil oleh Abu Dawud, dan kitab-kitab sejenis lainnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Takhrij Hadits sebagai bagian dari ilmu hadits merupakan produk ulama terdahulu
adalah juga bagian dari khazanah intelektual dan keilmuan yang patut dilestarikan dan
dikembangkan. Mereka (para ulama terdahulu) telah melakukan “ijtihad intelektual” dalam
tradisi ilmu hadits sehingga takhrij hadits sebagai bagian kecil dari ilmu tersebut ada
dihadapan kita.
` Takhrij hadits merupakan penelusuran atau pencarian hadits dari berbagai sumbernya
yang asli dengan mengemukakan matn serta sanadnya secara lengkap untuk kemudian diteliti
kualitas haditsnya. Karena dengan takhrij hadits telah banyak memberikan manfaat dan
faedah sebagaimana dijelaskan pada bagian awal makalah ini, dengan metode takhrij,
samudra hadits peninggalan Rasulullah SAW yang begitu luas dan banyak dapat ditelusuri,
dilacak dan diteliti dengan mudah oleh siapa saja yang ingin mendapat hikmah dari butiran-
butiran mutiara hadits.
Metode-metode takhrij hadits dengan kekurangan dan kelebihannya pada masing-
masing metode telah saling melengkapi antara metode yang satu dengan yang lainnya dalam
proses pelacakan dan penelusuran hadits. Akhir-akhir ini telah banyak kajian ilmu agama
islam yang mendapat “sentuhan-sentuhan tangan teknologi” termasuk takhrij hadits.
Para punggawa ilmu hadits generasi sekarang, bekerja sama dengan para sicientis
telah menciptakan dan mengembangkan metode takhrij hadits digital. Perangkat CD hadits
atau software komputer dapat diakses oleh siapa saja yang ingin melakukan penelusuran dan

xiii
penelitian hadits, Dengan metode takhrij hadits digital akan lebih mempermudah lagi
penelusuran dan pelacakan hadits Nabi SAW. Demikianlah catatan kecil dari penulis tentang
metode takhrij hadits, semoga tulisan sederhana ini dapat memberikan informasi tentang
takhrij hadits.

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, O. :, Dosen, Q., Bumi, S., & Lubuklinggau, S. (n.d.). METODE TAKHRIJ HADITS DALAM
MENAKAR HADITS NABI.

Lubis, R. (2019). Ilmu Takhrij Al-Hadis dalam Sorotan. Universum, 85-96. Qomarullah, M. (2016). Metode
Takhrij Hadis dalam Menakar Hadis Nabi. Jurnal Studi Keislaman El-Ghiroh, 24-34

Ainul, “Takhrij Hadits 2012”, [Online], Avaliable: Http://Ainuly90.Blogspot.Com/2012/04/Takhrij Hadits.


Html [2013, November 3]

Metode Takhrij Hadits, “Takhrij Al-Hadits Dan Metode-Metodenya”, 2011, [Online], Avaliable:
http://topixpaitarbiyah.wordpress.com/2011/12/25/hello-world/ . Html [2013, November 16]

 Al-Thahhan, M. (1982). Ushul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid. Kairo: Dar alKutub al-Salafiyah

Sanusi, A. (2014). Takhrij Hadits. Depok: Madani Publishing.

Soetari, E. (1997). Ilmu Hadits. Bandung: Amal Bakti Press.

Jurnal Riset Agama, Volume 1, Nomor 1 (April 2021): 233-246

al-Thahhan, Mahmud. Ushul al-Takhrij Wa Dirasah Al-Asanid, Riyadh: Maktabah al-Maa’rif, 1991

xiv

Anda mungkin juga menyukai