Anda di halaman 1dari 3

SYNDROM DRY DRUNK

Analisa terhadap tingkah laku seoreang ex pemakai yang masih berprilaku seperti
waktu masih memakai (Dry Drunk). Sindrom dry drunk mempengaruhi tidak hanya
kepada bagaimana ex pemakai berpikir tetapi juga berpengaruh kepada bagaimana ex
pemakai berbuat.Ketika ex pemakai mengalami Full blown dry drunk, ex pemakai
meninggalkan dunia kesadaran. Mental dan emosional ex pemakai jadi bersifat kacau
balau, pencapaian ex pemakai sehari-hari tidak realistis. Semua hal ini merefleksikan
sikap dan perbuatan ex pemakai :

1. Menyangkal (Denial).
Dalam keadaan Dry drunk, ex pemakai sering gelisah tanpa tahu mengapa.
Ketidak nyamanan dari masa lalu tentang ex pemakai dan membayangi perasaan
ex pemakai saat ini. Ex pemakai setuju bahwa masyarakat yang prilakunya egois
dan merusak, ex pemakai tidak mengontrol beberapa prilaku dalam diri ex
pemakai. Dari pada menghadapi kenyataan, ex pemakai melindungi penghargaan
dirinya sendiri, memberi tahu pada diri sendiri, “Tingkah laku bukanlah dan tidak
bisa menjadi diri saya sesungguhnya.”
Strategi penyangkalan ini membuat ex pemakai gagal dari waktu ke waktu. Ex
pemakai masih mempelajari kembali untuk melawan perasaan dan hal-hal yang
menyulitkannya. Ex pemakai masih sensitif, mengecilkan ingatan dan harapan-
harapan bahwa ex pemakai lebih memilih untuk diam.
Sangat sulit bagi seseorang untuk mengangkat dari konflik dalam diri sendiri
semacam ini, jadi ex pemakai melakukan apa yang dibisa untuk melindungi diri
sendiri.
2. Mencari pembenaran dari diri sendiri (Rationalizing).
Seperti menyangkal, rasionalisasi mendorong penghargaan diri ex pemakai untuk
sementara waktu. Ketika ex pemakai merasionalisasikan suatu hal, ex pemakai
mengesampingkan kecaman dan membenarkan dirinya setiap saat. Ex pemakai
sering mencari alasan untuk menghindari program. Alasan-alasan ex pemakai
terdengar sangat logis tetapi hal tersebut hanya mengesampingkan kebutuhan ex
pemakai akan bantuan.
3. Menemukan hal-hal yang tidak bisa diterima dalam diri sendiri (Projecting)
Projecting berarti menemukan hal-hal lainnya yang tidak bisa diterima tentang
diri ex pemakai sendiri. Ex pemakai bisa menyalahkan orang lain karena terlalu
menjadi kritis, walaupun ini menggambarkan sikap diri terhadap diri sendiri dan
orang lain. Ex pemakai menyalahkan orang lain yang mengajaknya mabuk, ex
pemakai sering menyangka kalau orang lain menuduh dirinya menggunakan
drugs. Semua hal tersebut adalah jalan untuk berada dalam pikiran dan perasaan
yang menyulitkan ex pemakai.
4. Bertingkah Laku Berlebihan (Overreacting).
Suatu tanda dari dry drunk adalah bertingkah berlebihan. Ex pemakai berkerja
keras melewati kejadian-kejadian kecil atau marah pada orang lain karena suatu
alasan yang tidak jelas. Ex pemakai bisa melakukan kekuasaan setelah kehilangan
sebuah peganggan disebuah jembatan atau melewatkan sebuah panggilan telpon.
Kerabat dan anggota keluarga bisa menolak untuk menerima tingkah laku dan
mengatakan bahwa kita hanya meniup uap, tetapi tingkah laku yang terlalu
berlebihan sering membuat ex pemakai menghadapi masalah yang lebih besar
dalam hidupnya. Bertingkah laku berlebihan dapat membahayakan diri ex
pemakai dan orang lain.
5. Lip Servis (Pandai dalam berbicara dalam segala hal)
Ketika ex pemakai mengalami dry drunk, ex pemakai terlihat tau semua jawaban.
Ex pemakai jarang kehilangan kata-kata, pengetahuan ex pemakai terlihat
mengesankan, wawasannya meyakinkan. Ex pemakai menjadi lip servis yang
mengikuti kehendak, ex pemakai kelihatan bermain dengan peraturan-peraturan.
Sesungguhnya, bagaimanapun kata-kata dan perbuatan ex pemakai tumbuh
terpisah jauh. Ex pemakai terlihat seperti menerima kecaman dan bahkan
berbicara panjang lebar tentang keburukannya. Perasaan orang lain tentang ex
pemakai bahwa untuk berubah menjadi lebih baik, ex pemakai tidak bisa
menterjemahkan kata-kata menjadi perbuatan, kemampuannya masih dibawah
janjinya. Sekali lagi ex pemakai melakukan hal-hal ini untuk menghindari
perasaan ketidakmampuan dan pembuatan keputusan. Ex pemakai menuju kepada
pertahan terkecilnya, baik dalam keluarga maupun pekerjaan dan lingkungan
sosial. Ex pemakai tau apa yang bisa dilakukan, apa yang mungkin bisa
membangun apa yang sungguh akan membantunya. Sikap-sikap dan perbuatan
lamanya masih sangat terlihat. Ex pemakai merubah lip servis untuk prinsip-
prinsip program, dan hal itu membebaskannya untuk suatu saat melakukan
segalanya untuk hal tersebut.
6. Grandiosity (Membesar-besarkan)
Grandiosity secara sederhana berarti melebih lebihkan kepentingan diri sendiri.
Hal ini bisa diterapkan kepada kekuatan dan kelemahan ex pemakai. Dalam jalan
yang sama, ini menaruh “saya” kepada pusat perhatian, seperti contoh :”saya yang
hebat yang mempunyai semua jawaban” atau “saya yang menyedihkan yang
selalu mengasihani diri sendiri”.
7. Judgementalism (Menghakimi)
Judgementalism dan Grandiosity berada dalam satu lingkaran. Hasilnya adalah ex
pemakai merasa mempunyai hak untuk membesarkan ukuran apakah orang lain
itu bernilai baik atau buruk. Kadang-kadang penilaian ini berisi hanya satu titik
kebenaran, sering hal tersebut tidak berdasar. Dalam waktu yang bersamaan, ex
pemakai menilai pemakaiannya dengan kasar, dan orang lain biasanya merasakan
bagaimana tidak bernilainya perasaan ex pemakai. Satu cara untuk menyamarkan
perasaan tidak berharga adalah dengan menghakimi keluarga, teman, kolega dan
atasan ex pemakai sekasar ex pemakai menilai hidupnya. Ex pemakai mencari
kesalahan orang lain walaupun, dia mengakui kelemahan dirinya sendiri, ex
pemakai malah membuat daftar dosa orang lain disekitarnya dalam kuasa dirinya.
Ini adalah satu cara untuk melepaskan kait dan menghindari perubahan dengan
mengatakan “Lihat, saya tidak terlalu berbeda dengan ornag lain” orang-orang ini
mungkin mengabaikan kecaman ex pemakai, dimana hal ini tidak terlalu
mengejutkan.
8. In Tolerance (Ketidak Toleransian)
In Tolerance bermakna bahwa ex pemakai memenuhi setiap hasrat yang ada saat
ini. Ketika ex pemakai menjadi tidak toleran, prioritasnya membuat bingung ex
pemakai memberi perhatian lebih terhadap dorongan hati atau melewatkan angan-
angan dari pada memenuhi kebutuhan pribadi.
9. Impulsivity (Memaksakan Kehendak)
Impulsivity sejalan atau mengikuti dengan In Tolerance. Ketika ex pemakai
menjadi impulsif, ex pemakai mengabaikan konsekuensi dari tingkah lakunya.
Sebagai contoh : ex pemakai membeli barang yang tidak bisa dinyatakan cukup,
Grandiosity tercampur disini.
10. Indicisiveness (Tidak Dapat Mengambil Keputusan)
Indicisiveness dan impulsifity tidak jauh berbeda. Ketika ex pemakai menjadi
impulsif, dia tidak mempertimbangkan akibat dari perbuatannya. Saat ex pemakai
menjadi ragu, dia sering gagal untuk bertindak. Ex pemakai melebih-lebihkan hal-
hal negatif yang akan muncul dan merasa ragu diantara semua pilihan biasanya
tidak ada yang dapat dilakukannya.

Anda mungkin juga menyukai