Anda di halaman 1dari 31

LIABILITAS JANGKA PENDEK, PROVISI, DAN KONTINJENSI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok: 1

Mata Kuliah : AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II

Dosen Pengampuh : NUR FADHILA AHMAD HASIBUAN, M.AK

DISUSUN OLEH :

FERDI DERMAWAN NASUTION (0502212038)


UCI AMELIA (0502211003)
WYDIA DWI SYAHPRYA (0502211005)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Liabilitas Jangka Pendek, Provisi, dan
Kontinjensi”
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari dosen pada mata kuliah Akuntansi
Keuangan Menengah II. Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan saudara/i tentang Liabilitas Jangka Pendek, Provisi dan kontinjensi terutama bagi
kelompok kami.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Nur Fadhila Ahmad Hasibuan, M.AK
Selaku dosen pengampuh mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah II yang telah
membimbing kami dan memberikan tugas ini sehingga pengetahuan dan wawasan para
pembaca lebih luas tentang Liabilitas Jangka Pendek, Provisi dan Kontinjensi terutama
bagi kami yang mngerjakan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna, karena
kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT sedangkan kami hanya manusia biasa. Oleh
karena itu, kami selaku penulis makalah butuh kritik dan saran yang membangun dari teman-
teman semua supaya makalah ini bisa lebih sempurna lagi. Dan kami selaku penulis makalah
berharap tugas kami ini dapat memberikan manfaat dan ilmu yang berguna dan supaya bisa
berkembang di dunia pendidikan.
Medan, 12 Maret 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Masalah ..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................. 3
2.1 Definisi Liabilitas ................................................................................................................... 3
2.2 Jenis dan Klasifikasi Liabilitas .............................................................................................. 4
2.3 Utang Berbunga dalam Jangka Pendek ................................................................................ 5
2.3.1 Utang Bank ...................................................................................................................... 5
2.3.2. Wesel Bayar .................................................................................................................... 8
2.4 Liabilitas Jangka Pendek yang Akan Jatuh Tempo Pada Periode Berikutmya .................. 8
2.5 Liabilitas Jangka Pendek Terkait dengan Kegiatan Operasi Entitas ................................ 11
2.5.1 Utang Usaha .................................................................................................................. 11
2.5.2 Beban yang Masih Harus Dibayar ............................................................................... 12
2.5.3 Pendapatan Diterima Dimuka ...................................................................................... 13
2.5.4 Uang Terkait Imbalan Kerja ........................................................................................ 13
2.5.5 Utang Pajak Pihak Ketiga............................................................................................. 13
2.5.6 Utang Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah............. 13
2.5.7 Utang Pajak Penghasilan .............................................................................................. 14
2.6 PROVISI DAN KONTINJENSI.......................................................................................... 14
2.7 GARANSI ............................................................................................................................ 15
2.8 KEWAJIBAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN ............................................................ 18
2.9 LITIGASI HUKUM............................................................................................................. 19
2.10 LIABILITAS KONTINJENSI........................................................................................... 19
2.11 Soal dan Pembahasan ........................................................................................................ 22
2.11.1 Soal .............................................................................................................................. 22
2.11.2 Pembahasan................................................................................................................. 23
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 27
3.1 KESIMPULAN .................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 28

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Entitas hampir semua memiliki kewajiban (liabilitas) untuk menandai kegiatannya.
Jarang sekali entitas hanya menggunakan ekuitas dalam menandai entitas, bahkan untuk
beberapa entitas dengan skala besar jumlah utang melebihi modal entitas. Entitas dengan
utang yang tinggi tidak dapat diartikan sesuatu yang tidak baik. Jumlah liabilitas tinggi,
namun entitas memiliki kemampuan membayar pokok utang dan bunganya akan
menghasilkan manfaat bagi entitas dan pemegang saham.
Penggunaan liabilitas untuk menandai entitas harus dipertimbangkan dengan baik
sehingga tetap memberikan manfaat bagi entitas, liabilitas yang terkait dengan operasi
biasanya tidak ada bunga. Liabilitas operasional ini biasanya diperoleh perusahaan karena
penundaan pembayaran kepada pemasok, pemerintah, karyawan dan pihak lain. Entitas akan
memperoleh keuntungan karena dapat menunda pembayaran dan menggunakan dana tersebut
untuk investasi atau aktifitas lain. Liabilitas dengan bunga juga mampu menghasilkan
manfaat untuk entitas jika bunga pinjaman lebih rendah dibandingkan imbal hasil dari
investasi yang didanai pinjaman tersebut.
Manfaat berutang sering diistilahkan dengan kemampuan menghasilkan leverage, yaitu
kemampuan meningkatkan imbal hasil tanpa harus mengeluarkan investasi. Penggunaan
liabilitas dari sisi pemegang saham juga lebih disukai, karena tambahan liabiltas akan
memberikan tambahan imbal hasil bagi pemegang saham tanpa tambahan investasi.
Pembiayaan dengan ekuitas akan menyebabkan tambahan saham beredar. Selain
mengharuskan investor menambah investasi, ada potensi yang menyebabkan saham terdilusi
sehingga harga saham dan laba per lembar saham menjadi lebih kecil.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang diatas pemakalah dapat menemukan rumusan masalah
yaitu:
1. Apa definisi dari liabilitas?
2. Apa jenis dan klasifikasi liabilitas?
3. Apa pengertian dari utang berbunga dalam jangka pendek
4. Bagaimana metode liabilitas jangka pendek yang akan jatuh tempo pada periode
berikutnya?
5. Bagaimana pengaruh liabilitas jangka pendek terkait dengan kegiatan operasi entitas?
6. Apa pengertian dari Provisi dan Kontinjensi?
7. Apa pengertian dari garansi?
8. Bagaiman kewajiban pengelolaan lingkungan?
9. Apa pengertian dari litigasi hukum?
10. Apa pengertian dari liabilitas kontinjensi?
1.3 Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah yang diatas pemakalah dapat menemukan Tujuan masalah yaitu:
1. Mengetahui definisi dari liabilitas?
2. Mengetahui jenis dan klasifikasi liabilitas?
3. Mengetahui pengertian dari utang berbunga dalam jangka pendek
4. Mengetahui metode liabilitas jangka pendek yang akan jatuh tempo pada periode
berikutnya?
5. Mengetahui pengaruh liabilitas jangka pendek terkait dengan kegiatan operasi entitas?

1
6. Mengetahui pengertian dari Provisi dan Kontinjensi?
7. Mengetahui pengertian dari garansi?
8. Mengetahui kewajiban pengelolaan lingkungan?
9. Mengetahui pengertian dari litigasi hukum?
10. Mengetahui pengertian dari liabilitas kontinjensi?

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Liabilitas


Liabilitas menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan
(KDP2LK) adalah utang masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesainnya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat
ekonomi. Liabilitas mengandung komponen utama yaitu adanya kewajiban kini yang timbul,
terjadi dari transaksi dimasa lalu dan penyelesainnya menyebabkan arus keluar kas atau
sumber daya entitas. Liabilitas dapat diketahui nilainya dengan pasti namun ada beberapa
jenis liabiltas yang nilainya diukur dengan estimasi, liabiltas jenis ini diistilahkan sebagai
provisi. Sejak PSAK 1 (revisi 2009) penyajian laporan keuangan, istilah kewajiban ini diganti
dengan liabilitas.
PSAK 1 (Revisi 2009) mengharuskan entitas menyajikan liabilitas jangka pendek
terpisah dari liabilitas jangka panjang. Namun untuk industri dan perbankan, entitas dapat
menyajikan berdasarkan urutan likuiditas, tanpa memisahkan liabilitas jangka pendek dan
jangka panjang. Pemisahan jangka pendek dan jangka panjang menggunakan jangka waktu
12 bulan atau satu sikulus operasi perusahaan.
PSAK 1 (Revisi 2009) menjelaskan Klasifikasi Liabilitas jangka pendek jika memenuhi
kriteria :
1. Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasional
normalnya
2. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan
3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan, atau
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama
sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan
Liabilitas jangka pendek lainnya tidak diselesaikan dalam waktu siklus operasi normal,
tetapi jatuh tempo diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau
dimiliki untuk tujuan diperdagangkan. Misalnya, liabilitas keuangan yang diklasifikasikan
sebagai dimiliki untuk diperdagangkan sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2013) instrumen
keuangan; pengakuan dan pengukuran, cerukan bank, bagian jangka pendek dari liabilitas
keuangan jangka panjang, deviden terutang, pajak penghasilan terutang, dan utang non-usaha
lainnya. Entitas mengklasifikasikan liabilitas keuangan tersebut sebagai liabilitas jangka
pendek jika liabilitas tersebut akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
periode pelaporan.
Beberapa liabilitas jangka pendek,muncul karena kegiatan operasi perusahaan seperti
utang dagang dan beban yang masih harus dibayar. Liabilitas tersebut merupakan bagian dari
modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal. Liabilitas jangka pendek dapat
berbentuk utang bank atau utang kepada pihak lain yang akan dibayarkan dalam waktu
kurang dari dua belas. Untuk utang bentuk ini sering kali ada bunga, sehingga bunga yang
telah terjadi dan belum dibayarkan harus diakui sebagai liabilitas juga. Liabilitas jangka
panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan, akan disajikan dalam liabilitas
jangka pendek.
PSAK 1(Revisi 2009) menjelaskan item-item minimum dari liabilitas jangka pendek
yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan. Menurut PSAK 1 (Revisi 2009), jika
entitas memiliki liabilitas tersebut dalam jumlah meterial maka entitas harus menyajikan

3
sebagai unsur yang terpisah. Item minimum yang harus menurut PSAK 1 (Revisi 2009)
untuk liabilitas jangka pendek adalah;
1. Utang dagang dan utang lainnya
2. Provisi
3. Liabilitas jangka pendek (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam provisi)
4. Liabilitas dan aset pajak kini; sebagaimana didenifisikan dalam PSAK 46 (Revisi
2013) Akuntansi Pajak Penghasilan
5. Liabilitas dan aset pajak tangguhan; sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46
(Revisi 2013)
6. Liabilitas jangka yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan dan
diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (Revisi
2010) aset lancar yang tersedia untuk dijual dan operasi yang dihentikan.
2.2 Jenis dan Klasifikasi Liabilitas
PSAK 1 (Revisi 2009) tidak membahas secara khusus klasifikasi dan jenis liabilitas
jangka pendek. Bentuk usaha entitas akan menentukan jenis dan klasifikasi liabilitas yang
dimiliki entitas. Klasifikasi liabilitas dapat dilihat dalam berbagai presepektif dan sudut
pandang. PSAK 1 (Revisi 2009) hanya memberikan aturan umum dalam penyajian item
dalam laporan keuangan didasarkan pada revelansi informasi tersebut bagi pengguna laporan
keuangan. Jika informasi tersebut dianggap relevan maka baikknya diklasifikasikan secara
terpisah. Materialitas juga menjadi pertimbangan apakah suatu liabilitas perlu
diklasifikasikan tersendiri atau digabung.
Liabilitas juga dapat diklasifikasikan berdasarkan asal terjadinya. Liabilitas dapat
terjadi sebagai konsekuensi kegiatan operasi perusahaan dan liabilitas yang berdasarkan
kontrak formal. Liabilitas yang terjadi sebagai konsekuensi operasi misalnya utang dagang,
utang pajak, beban yang masih harus dibayar, pendapatan diterima di muka, liabilitas
berdasarkan kontrak formal misalnya wesel bayar, utang bank, atau liabilitas jangka panjang
yang akan jatuh tempo dalam dua belas bulan.
Jenis Liabilitas Jangka Pendek
Jenis Liabilitas Penjelasan
Utang dagang (account recevaible/trade Utang yang timbul ketika entitas melakukan
recevaible) pembelian secaara tunai
Utang bank jangka pendek Utang yang diperoleh dari bank dengan
jangka waktu satu tahun atau kurang.
Wesel bayar Kontrak yang menyatakan bahwa satu
pihak akan melakukan pembayaran
sejumlah tertentu pada pihak lain dimasa
yang akan mendatang.
Utang pajak Pajak yang belum dibayarkan ke kas negara
Utang deviden Deviden yang telah diumumkan namun
belum dibayarkan
Beban yang masih harus dibayar Beban yang telah terjadi namun sampai
tanggal pelaporan belum dibayarkan
Pendapatan diterima di muka Pendapatan yang telah diterima secara tunai
namun pendapatan nya yang belum
diperoleh
Utang terkait gaji karyawan Utang gaji adalah beban gaji yang telah
terjadi namun belum dibayarkan.

4
Iuran pensiun dan asuransi untuk karyawan
serta pajak atas gaji yang telah dipotong
dari gaji namun belum dibayarkan
Uang muka pelanggan (deposit) Uang yang dibayarkan pelanggan sebagai
deposit dan akan diberikan kembali kepada
pelanggan sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.

2.3 Utang Berbunga dalam Jangka Pendek

2.3.1 Utang Bank


Utang berbunga jangka pendek yang umum dijumpai adalah utang bank dan wesel
bayar (promisorry noteI). Utang bank lebih sering dijumpai dalam laporan keuangan entitas
dibandingkan dengan wesel bayar. Utang bank jangka pendek adalah utang suatu entitas
kepada bank dengan jangka waktu satu tahun atau kurang. Utang bank jangka pendek
biasanya berbunga.
Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas untuk memenuhi kebutuhan operasional
perusahaan. Pemenuhan kebutuhan modal kerja permanen, tetap akan dipenuhi dengan
liabilitas jangka panjang. Kebutuhan modal kerja permanen merupakan selisih antara aset
lancar dikurangi liabilitas jangka pendek diperlukan untuk memenuhi tambahan kebutuhan
modal kerja yang bersifat temporer. Misalkan entitas menghadapi penjualan ditahun ajaran
baru memerlukan tambahan persediaan, untuk itu diperlukan tambahan modal kerja selama 3-
5 bulan. Liabilitas jangka pendek dapat berbentuk utang dalam jumlah tertentu dalam jangka
pendek atau berbentuk line of credit atau standby loan.
Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas pada saat membutuhkan untuk jangka
waktu tertentu dan akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian kredit. Utang bank jangka
pendek dan bunganya. Bunga dapat dibayarkan pada saat jatuh tempo, selama periode
tertentu, bunga dipotong didepan dari jumlah utang yang ditarik atau kombinasi. Contoh 11.1
menggambarkan utan bank jangka pendek
Contoh 11.1 Utang Bank Jangka Pendek
PT Merapi pada tanggal 1 November 2015 menarik dari Bank Buana utang sebesar Rp
200.000.000 dengan bunga 15% untuk jangka waktu 150 hari. Tidak ada provisi yang
dikenakan oleh bank atas utang ini. Pokok dan bunga akan dibayarkan pada saat jatuh tempo.
Jurnal yang dibuat pada saat menerima utang 1 November 2015
Kas 200.000.000
Utang Bank 200.000.000
Jurnal penyesuaian pada 31 Desember 2015 atas bunga yang terutang dan belum
dibayarkan
Beban Bunga 5.000.000
Utang Bunga 5.000.0000

Penjelasan:

5
Hari selama tahun 2015 = 30-1 = 29 hari di bulan November
31 hari di bulan Desember
Total 60 hari = 2 bulan
Perhitungan bunga = Rp 200.000.000 X 15% X 60/360 = Rp 5.000.000

Jurnal saat utang jatuh tempo,jatuh tempo pada tanggal 60+31+29+30 = 150. Jatuh
tempo pada tanggal 30 Maret 2016 (asumsi 2016 tahun Kabisat)
Beban bunga 7.500.000
Utang bunga 5.000.000
Utang Bank 200.000.000
Kas 212.500.000
Penjelasan;
Perhitungan bunga dibayarkan = Rp 200.000.000 X 15% X 150/360 = Rp 12.500.000
Perhitungan beban bunga 1 januari – 30 Maret = Rp 200.000.000 X 15% X 90/360=
Rp 7.500.000
Untuk contoh 11.1 entitas dapat membuat jurnal balik atas jurnal penyesuaian yang
dilakukan pada pada 31 Desember 2015. Jurnal balik dibuat pada tanggal 1 Januari 2016
dengan mendebit uang bunga dan kredit beban bunga. Jika jurnal balik tersebut dibuat, maka
entitas pada saat pelunasan akan membuat jurnal debit utang, beban bunga total dan kredit
sebesar kas yang dikeluarkan. Jika jurnal ini dijumlahkan dengan jurnal balik, maka beban
bunga yang diakui sebesar beban bunga selama 2016
Contoh 11.2 Utang Bank Jangka Pendek: Bunga dibayar di Depan (Zero Coupon)
PT Lawu pada tanggal 2 Oktober 2015 menarik utang jangka waktu 6 Bulan dari Bank Mega
sebesar Rp 400.000.000 dengan bunga 15% per tahun dari pokok yang dipotong pada awal.
Pada saat jatuh tempo PT Lawu membayar sebesar Rp 400.000.000. jumlah kas yang
diterima Rp 400.000.000 – (400 X 15% X 6/12) = Rp 370.000.000
Jurnal yang dibuat saat menerima utang 2 Oktober 2015
Kas 370.000.000
Diskon Utang Bank 30.000.000
Utang Bank 400.000.000
Bunga dibayarkan sekali diakhir sehingga perhitungan bunga efektif dengan membagi
bunga dengan pokok utang. Bunga = Rp 30.000.000 / Rp 370.000.000 = 8,11% untuk 6 bulan
atau 16,22% setahun.
Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2015 untuk pengakuan bunga yang
dihitung dengan bunga efektif

Beban Bunga 15.000.000

6
Diskon Utang Bank 15.000.000
Bunga dihitung dengan bunga efektif 16,22% X 3/12 X Rp 370.000.000 = Rp
15.000.000 (Pembulatan)
Jurnal pada saat jatuh tempo, 30 Maret 2016
Beban Bunga 15.000.000
Utang Bank 400.000.000
Diskon Utang Bank 15.000.000
Kas 400.000.000
Dalam perjanjian kredit bank, entitas harus memperhatikan bagaimana perhitungan
bunga dilakukan. Untuk liabilitas jangka pendek bunga biasanya dikenakan flat atas jumlah
pinjaman. Namun, untuk line of credit, bunga biasanya dibayarkan setiap bulan dan
diperhitungkan dari saldo utang awal bulan. Jika bunga tidak dilunasi akan menambah saldo
utang dan dikenakan bunga pada periode berikutnya. Ketentuan tata cara perhitungan bunga
tercantum dalam perjanjian kredit bank. Untuk setiap perjanjian kredit dapat dibuat cara
perhitungan dan pembayaran bunga spesifik. Entitas yang berutang harus memperhatikan
perjanjian tersebut, sehingga tidak terjadi salah dalam menentukan keputusan kredit.
Contoh 11.3 Utang Bank Jangka Pendek dengan Provisi
PT Semeru pada tanggal 1 November 2015 menarik dari Bank Mulia utang yang Rp
100.000.000 dengan bunga 12% per tahun dari pokok yang dibayarkan bersamaan dengan
pelunasan tanggal 30 Januari 2016. Bank Mulia mengenakan biaya administrasi sebesar 1,5%
dari jumlah utang yang ditarik, sehingga kas yang diterima PT Semeru sebesar Rp
100.000.000 – Rp 1.500.000 = Rp 98.500.000
Jurnal pada saat menerima utang 1 November 2015
Kas 98.500.000
Diskon Utang Bank 1.500.000
Utang Bank 100.000.000
Utang bank yang sebenarnya diterima adalah Rp 98.500.000, namun PT Semeru harus
melunasi pada saat jatuh tempo bunga Rp 3.000.000 dan pokoknya Rp 100.000.000. untuk itu
bunga efektif atas utang tersebut sebenarnya bukan 12% tetapi Rp 4.500.000/ Rp 98.500.000
X 12/3 = 18,274%. Bunga dihitung dari bunga yang dibayar dan provisi. Tingkat bunga
efektif menjadi lebih tinggi karena entitas menerima utang yang lebih sedikit
Beban Bunga 3.000.000
Utang Bunga 2.000.000
Diskon Utang Bank 1.000.000
Beban bunga dihitung dari bunga efektif 18,274% X 2/12 X Rp 98.500.000 = Rp
3.000.000. amortisasi diskon beban bunga dikurangi utang bunga = Rp 3.000.000 – Rp
2.000.000
Jurnal saat utang jatuh tempo, 30 Januari 2016

7
Beban Bunga 1.500.000
Utang Bunga 2.000.000
Utang Bank 100.000.000
Diskon Utang Bank 500.000
Kas 103.000.000
Asumsi tidak dibuat jurnal balik atas jurnal penyesuain 31 Desember 2015
Contoh 11.3 menunjukkan bahwa biaya administrasi memengaruhi tingkat bunga
efektif dari 15% menjadi 18,27%. Seringkali entitas tidak dipertimbangkan Charges yang
dikenakan bank untuk setiap transaksi kredit. Biaya transaksi dan bunga aktual yang
dibayarkan dalam akuntansi harus digabungkan jadi satu menjadi beban bunga. Dalam
laporan keuangan beban bunga disajikan terpisah sebagai beban keuangan atau beban bunga
di sajikan dalam kelompok pendapatan dan beban lain-lain kecuali untuk entitas dalam
industri spesifik misalnya keuangan.
2.3.2. Wesel Bayar
Wesel bayar atau sering disebut sebagai notes payble atau promissory note. Wesel
bayar merupakan janji dari pihak penarik wesel untuk membayarkan sejumlah nilai tertentu
di masa mendatang. Wesel bayar ditarik untuk pelunasan utang dagang, pembayaran suatu
transaksi atau ditarik untuk mendapatkan uang tunai. Pihak penarik wesel akan menunjuk
bank untuk melakukan penyelesaian pembayaran yang akan diambil dari rekening penarik/
penerbit wesel. Wesel bayar biasanya berbunga, jika tidak berbunga wesel akan dijual
dengan diskon. Nilai diskon mencerminkan nilai bunga dibayar di muka. Wesel bayar dapat
dijual oleh pihak pemengangnya untuk mendapatkan uang kas sebelum jatuh tempo.
Akuntansi untuk wesel bayar tidak berbeda dengan akuntansi untuk utang bank,
perbedaan untuk mendasarinya hanyalah dokumen transaksinya. Dokumen transaksi wesel
adalah surat wesel atau promisorry notes, sedangkan bukti utang bank adalah dokumen kredit
bank. Bunga atas wesel bayar biasanya dihitung berdasarkan nilai nominal yang tertera dalam
wesel. Jika dalam penerbitan wesel bayar, pihak penerbit mengeluarkan biaya transaksi
mengeluarkan biaya transaksi maka biaya transaksi tersebut akan diperhitungkan menambah
biaya bunga sehingga bunga efektif wesel akan menurun.
2.4 Liabilitas Jangka Pendek yang Akan Jatuh Tempo Pada Periode Berikutmya
Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan
setelah periode pelaporan, diklasifikasikan dalam jangka pendek, meskipun;
1. Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan,
dan
2. Perjanjian untuk pembiayaan kembali, atau penjadwalan kembali pembayaran, atau
dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum
tanggal penyelesaian laporan keuangan untuk tidak mensyaratkan pembayaran
sebagai konsekuensi atas pelanggaran tersebut.
Entitas mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek karena
(pada akhir periode pelaporan ) entitas tidak memiliki hak untuk menunda penyelesaian
liabilitas tersebut dalam jangka waktu sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah tanggal
pelaporan.

8
Jika entitas melakuakan usaha untuk memperpanjang liabilitas jangka panjang yang
akan jatuh tempo, atau melakukan pendanaan liabilitas jangka pendek menjadi liabilitas
jangka panjang, namun dilakukan antara akhir periode pelaporan dan tanggal penyelesaian
laporan keuangan, maka peristiwa tersebut diungkapkan sebagai peristiwa yang tidak
memerlukan penyesuaian (non-adjusting events) sesuai dengan PSAK 8 (Revisi 2009)
peristiwa setelah periode pelaporan antara lain:
1. Pembiayaan kembali berbasis jangka panjang
2. Perbaikan pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang: dan
3. Pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman untuk memperbaiki
pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang yang berakhir sekurang-kurangnya
dua belas bulan setelah periode pelaporan.
Contoh 11.4 Liabilitas Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Dua Belas Bulan
PT Wilis memiliki beberapa liabilitas jangka panjang untuk menandai usahanya. Berikut
informasi yang diperoleh pada saat penyusunan laporan keuangan tanggal 31 Desember 2015
1. Obligasi seri A senilai Rp 400.000.000.000, diterbitkan 1 Maret 2007, jangka waktu
10 tahun, bunga 10% dibayar setiap tahun.
2. Obligasi seri B senilai Rp 800.000.000.000 diterbitkan 1 Juni 2015, bunga 11% per
tahun dibayar setiap tahun, jatuh tempo pada setiap tahun sebesar Rp 100.000.000.000
3. Obligasi seri C senilai Rp 100.000.000.000, diterbitkan 1 Desember 2016, jatuh
tempo 10 tahun, bunga 10% atas obligasi ini entitas sedang mengajukan pendanaan
kepada bank Mitra untuk mengambil alih obligasi tersebut dan diganti dengan utang
Bank Jangka panjang dengan jangka waktu 5 tahun tingkat bunga 12%. Entitas sudah
melakukan detail pembicaraan dengan Bank Mitra secara prinsip Bank Mitra
menyetujui namu proses administrasi baru akan diselesaikan pada tahun 2016
mengingat obligasi tersebut baru akan jatuh tempo pada tanggal 1 Desember 2016.
Proses perjanjian administrasi yang menyatakan Bank Mitra akan mendanai utang
obligasi dan menggantinya dengan utang bank mitra diselesaikan pada 25 Maret
sebelum keuangan selesai diaudit.
4. Utang Bank Kriya ditarik pada 1 September 2011 sebesar Rp 100.000.000.000 jangka
waktu 5 tahun bunga 12%. Atas utang ini entitas telah melakukan perjanjian untuk
melakukan pendanaan kembali dengan utang jangka panjang dengan bank yang sama,
namun bunga yang lebih rendah sebesar 11%.
5. Utang Bank Permata ditarik pada 1 Juni 2014 sebesar Rp 300.000.000.000, bunga
12% setiap tahun, pelunasan akan dimulai 1 Juni 2015 secara angsuran Rp 50.000.000
per tahun.
Saat ini entitas sedang memproses penerbitan obligasi seri D sebesar Rp 300.000.000.
obligasi tersebut rencananya akan diterbitkan pada 1 Juni 2016. Obligasi tersebut telah
mendapat persetujuan RUPS untuk diterbitkan. Saat ini proses untuk mengurus pembayaran
penerbitan. Obligasi tersebut diterbitkan untuk mendanai ekspansi pembukaan pabrik baru
dan membayar utang yang jatuh tempo.
Butlah klasifikasi untuk utang tersebut yang harus disajikan menjadi liabilitas jangka
pendek, butlah perjanjian dan pengungkapan yang diperlukan untuk kelima utang tersebut
jika ada.
1. Obligasi seri A tidak perlu direklesifikasi, tetap menjadi utang jangka panjang karena
jatuh tempo pada tahun 2017.

9
2. Obligasi seri B direklesifikasi menjadi liabilitas jangka pendek sebesar Rp
100.000.000.000, yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan
Utang Obligasi seri B 100.000.000.000
Utang obligasi seri B jangka Pendek 100.000.000.000
3. Obligasi seri C tetap harus direklesifikasi karena proses pengambilalihan belum
selesai sepenuhnya. Namun kejadian ini perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.
Utang obligasi seri C 100.000.000.000
Utang obligasi seri C jangka pendek 100.000.000.000
Pengungkapan catatan atas laporan keuangan perlu ditambahkan untuk
menginformaasikan peristiwa setelah tanggal laporan posisi keuangan.
4. Dilakukan reklesifikasi menjadi liabilitas jangka pendek, karena akan jatuh tempo
pada 1 September 2016. Karena telah dilakukan perjanjian untuk memperbaharui
utang dan kontraknya telah diselesaikan, utang ini tetap menjadi utang jangka
panjang.
5. Dilakukan reklesifikasi atas jumlah yang jatuh tempo pada 1 juni 2016
Utang Bank Permata 50.000.000.000
Utang Bank Permata jangka pendek 50.000.000.000
Penyajian dalam laporan posisi keuangan
Liabilitas jangka pendek
Liabilitas jangka pendek yang akan jatuh tempo dalam dua bula (lihat pengungkapan)
Utang Obligasi seri B 100.000.000.000
Utang Obligasi seri C 100.000.000.000 (lihat Pengungkapan)
Utang Bank Kriya 50.000.0000
Utang Bank Permata 50.000.000
Liabilitas jangka panjang
Utang obligasi seri A 400.000.000.000
Utang obligasi seri B 600.000.000.000
Utang bank Kriya 100.000.000.000
Utang bank Permata 200.000.000.000

Pengungkapan liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam dua belas
bulan mendatang.
Obligasi seri C akan jatuh tempo pada 1 Desember 2016, namun perusahaan telah
melakukan negosiasi dengan Bank Mitra untuk mendanai pelunasan obligasi tersebut.
Sehingga akan berubah menjadi utang bank jangka panjang pada 1 Desember 2016. Entitas
tetaap melakukan reklesifikasi dalam jangka pendek, karena meskipun pendanaan ini telah
disetujui pemegang saham, secara prinsip telah disetujui Bank Mitra namun proses
administrasi baru diselesaikan pada 25 Maret 2016. Sesuai dengan PSAK 1 (Revisi 2009)
tetap harus direklesifikasi. Atas liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo pada tahun
2016, perusahaan telah akan menerbitkan obligasi yang saat ini masih dalam proses
penerbitan. Direncanakan obligasi tersebut akan diterbitkan pada juni 2016.

10
2.5 Liabilitas Jangka Pendek Terkait dengan Kegiatan Operasi Entitas
Liabilitas jangka pendek terkait kegiatan operasi timbul karena konsekuensi karena
kegiatan operasi entitas. Utang ini biasanya tidak berbunga, utang ini muncul karena entitas
menangguhkan pembayaran pada pihak lain. Kesempatan penangguhhan pembayaran ini
harus dimanfaatkan secara optimal dalam rangka menghemat arus kas (cash flow) entitas.
Penundaan pembayaran ini akan dapat dilakukan sampai dengan tanggal jatuh tempo yang
telah disepakati. Misalnya untuk utang dagang, utang dibayar pada saat jatuh tempo, pajak
dibayarkan pada saat tanggal jatuh tempo, tagihan kepada pihak lain dibayar sesuai tanggal
jatuh tempo. Entitas tidak boleh menangguhkan diluar waktu jatuh tempo karena entitas harus
menjaga reputasi dimata pihak lain.
Penggunaan utang operasi menguntungkan bagi entitas, karena entitas dapat
menggunakan dana pembayaran tersebut untuk aktivitas yang lain sebelum digunakan.
Semakin efesien entitas memanfaatkan utang operasi dan mengatur kas, kebutuhan modal
kerja untuk kegiatan operasinya semakin kecil atau bahkan tidak memerlukan dana untuk
modal kerja karena modal kerja didanai oleh pemasok dan pihak lain.
2.5.1 Utang Usaha
Utang usaha adalah utang terkait dengan kegiatan utama entitas, untuk entitas yang
bergerak dibidang perdagangan, utang usaha disebut sebagai utang dagang. Utang dagang
timbul saat entitas melakukan pembelian kepada pemasok secara kredit. Entitas jika diberikan
pilihan antara membeli tunai dan membeli kredit, maka akan memilih membeli kredit jika
harga antara membeli kredit dan tunainya sama. Pembelian secara tunai dilakukan jika
pemasok tidak membolehkan membeli secara kredit, atau membeli secara tunai di mana
secara ekonomis lebih murah dibandingkan membeli secara kredit. Pembelian kredit sering
dituliskan dalam term: 2/10, n/60, FOB shipping point. Artinya pembelian akan diberikan
diskon 2 persen jika melunasinya sampai dengan 10 hari, utang jatuh tempo dalam waktu 60
hari dan titik pengakuan di gudang penjualan.
Utang dagang diakui saat entitas telah menerima barang atau jasa dari pemasok. Syarat
jual beli atau serah terima harus diperhatikan untuk menentukan titik pengakuan. Untuk
pembelian dengan syarat pembelian FOB shipping point (frangko gudang penjual) maka titik
pengakuan pembelian di gudang penjual, utang diakui saat barang telah masuk kendaraan
angkutan untuk diantar ke gudang pembeli. FOB Destination point (frangko gudang pembeli)
titik pengakuan di gudang pembeli, utang diakui saat barang telah diterima oleh pembeli,
selama dalam perjalanan barang ini merupakan barang pembeli. Resiko dalam perjalanan
akan menjadi pihak pembeli atau penjual tergantung persyaratan jual belinya.
Entitas dapat mencatat utang dagang sebesar nilai faktur pembelian. Jika utang dibayar
pada periode diskon maka diskon akan dicatat sebagai diskon pembelian, mengurangi
pembelian (menggunakan metode pencatatan persediaan periodik). Untuk metode pencatatan
persediaan denngan perpetual,diskon pembelian akan dicatat mengurangi nilai persediaan.
Contoh 11.5 Pencatatan Utang Dagang
Selama bulan Desember 2015 PT Slamet memiliki beberapa transaksi kepada para
pemasoknya.
 12 Desember membeli barang secara kredit kepada PT Delima senilai Rp 200.000.000
ditambah nilai PPN 10% sehingga total Rp 220.000.000. persyaratan jual beli 2/10,
n/30. FOB Shipping Point. PT Slamet membayar utang pada PT Delima pada 22
Desember 2016

11
 29 Desember membeli barang secara kredit kepada PT Mawar senilai Rp 330.000.000
setelah nilai PPN persyaratan jual beli n/30, FOB ShippingPoint. Barang sampai 31
Desember belum sampai di gudang PT Slamet dan diketahui baru diterima digudang
pada tanggal 2 Januari 2016. Pembelian ini dibayar dengan wesel bayar yang akan
jatuh tempo 30 hari tanpa bunga.
12 Desember
Persediaan 200.000.000
PPN Masukan 20.000.000
Utang Dagang 220.000.000
22 Desember
Utang Dagang 220.000.000
Persediaan 4.400.000
Kas 215.600.000
29 Desember
Persediaan 300.000.000
PPN Masukan 30.000.000
Wesel Bayar 330.000.000
(tetap dicatat tertanggal 29 Desember karena titik pengakuan di gudang penjual)
Berdasarkan contoh 11.6 nilai persediaan dicatat sebesar nilai pembelian, namun nilai
utang ditambahkan pajak pertambahan nilai (PPN) sesuai dengan PSAK 14 (Revisi 2013)
persediaan, pajak yang dapat dikreditkan tidak menambah nilai persediaan, namun pajak
yang tidak dapat dikreditkan akan menambah persediaan. Untuk PPN yang tidak dapat
dikreditkan atau Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) yang tidak dapat dikreditkan,
maka pajak akan dicatat menambah nilai perolehan persediaan dan tidak dicatat terpisah.
PPN masukan akan diperhitungkan dengan PPN keluaran entitas di akhir bulan.
2.5.2 Beban yang Masih Harus Dibayar
Salah satu asumsi dalam laporan keuangan adalah akrual, artinya transaksi diakui pada
salah terjadinya tanpa menunggu pembayaran. Atas beban yang telah terajadi namun belum
dibayar sampai periode pelaporan, entitas harus mengakui beban dalam laporan laba rugi dan
penghasilan konprehensif lain serta beban yang masih harus dibayar pada laporan posisi
keuangan. Entitas belum membayar beban tersebut karena kesapakatan kontrak menyatakan
pembayaran tidak dilakukan pada saat beban terjadi atau karena keterlambatan waktu
penagihan. Beban yang masih harus dibayar yang sering muncul dilaporan posisi keuangan
anatara lain:
1. Beban gaji, karyawan telah berhak atas gaji karena sudah bekerja namun tidak belum
dibayarkan oleh perusahaan.
2. Bunga yang masih harus dibayar/utang bunga. Bunga sudah menjadi beban dengan
berlalunya waktu namun baru dibayarkan sesuai dengan tanggal dalam perjanjian
kredit.
3. Beban operasi yang masih harus dibayar, beban atas jasa pihak lain kepada
perusahaan atas kegiatan operasinya, namun belum dibayarkan oleh perusahaan.

12
2.5.3 Pendapatan Diterima Dimuka
Pendapatan diterima dimuka merupakan liabilitas karena entitas sudah menerima kas
atas barang yang belum diserahkan atau jasa yang belum diselesaikan. Pelanggan sering kali
melakukan pembayaran didepan atas jasa yang akan diselesaikan atau barang yang akan
dikirim.pembayaran tersebut tidak boleh diakui sebagai pendapatan tetapi diakui sebagai
pendapatan diterima dimuka.pendapatan diterima dimuka termasuk komponen
liabilitas.penerimaan kas dari pelanggan tersebut mengandung konsekuensi bahwa dimasa
depan entitas harus mengeluarkan sumber daya untuk menyelesaikan pekerjaan atau
mengirimkan barang.
2.5.4 Uang Terkait Imbalan Kerja
Imbalan kerja diberikan dalam bentuk gaji,tunjangan ,bonus,pensiun dan lainnya.gaji
dibayarkan kepada karyawan dan manajemen dalam entitas gaji untuk karyawan tetap
dibayarkan tiap bulanan.gaji menurut UU pajak penghasilan merupakan penghasilan bagi
pihak yang menerima gaji dan entitas yang membayarkan harus memotong pajak pada saat
pembayaran gaji dilakukan. Seluruh penghasilan karyawan ,termasuk tunjangan
asuransi,tunjangan transportasi yang diterima kecuali diterima dalam bentuk natura (misal
beras,seragam,pelayanan kesehatan) merupakan objek pajak penghasilan.
menurut UU pph, pajak penghasilan yang dipotong oleh badan,harus disetorkan
kenegara paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. entitas pada saat membayar gaji
karyawan,akan memotong pph 21 atau mencatat utang pph 21. Pensiun adalah penghasilan
yang diterima oleh karyawan pada saat karyawan tidak lagi bekerja.pensiun merupakan gaji
yang dibayarkan tertunda pada karyawan ,yaitu pada saat karyawan memasuki masa pensiun
dan tidak lagi bekerja .pensisun akan diakui sebagai beban pada saat karyawan bekerja
biiasanya diakui bersamaan dengan pengakuan gaji.
2.5.5 Utang Pajak Pihak Ketiga
Entitas diwajibkan dalam peraturan untuk melakukan pemotongan pajak atas
penghasilan yang diterima oleh pihak lain.pajak yang dipotong diantaranya adalah pph 21atas
gaji yang diterima pekerja,pph 26 atas penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri ,pph
23 atas jasa,sewa ,bunga royaliti.jika pembayaran pajak tidak dilakukan secara bersamaaan
dengan pembayaran kepada pihak ketiga maka akan timbul utang pajak penghasilan.

2.5.6 Utang Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Atas penyerahan barang dan jasa kena pajak oleh pengusaha kenak pajak akan
dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) ,PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai yang diciptakan oleh perusahaan . pajak ini dikenakan atas setiap konsumsi
barang atau jasa didaerah pabean ( wilayah dimana UU pabean berlaku yaitu seluruh wilayah
Indonesian ).menurut UU PPN ,saat terutang PPN adalah paada saat penyerahan barang atau
jasa.kecuali jika kas diterima terlebih dahulu sebelum penyerahan barang atau jasa,maka saat
terutang pajak adalah saat penerimaan kas.
Untuk menghindari pajak berganda ,maka setiap penjualan akan dikenakan pajak (PPN
keluaran).dan pada setiap pembelian entitas akan membayar pajak (PPN masukan).pajak
penjualan atas barang mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan atas penjualan barang
mewah .pajak ini hanya dikenakan pada importir dan produsen barang mewah.PPnBM tidak
dapat dikreditkan,bagi produsen barang mewah ,PPnBM yang dikenakan harus disetorkan ke
kas Negara.

13
2.5.7 Utang Pajak Penghasilan
Beban pajak penghasilan terdiri dari dua yaitu pajak kini dan pajak tangguhan.pajak
kini adalah pajak yang dihitung menurut ketentuan pajak atas penghasilan yang diperoleh
entitas dalam satu periode.pajak kini merupakan pajak terutang dalam satu tahun fiskal yang
tercantum dalam surat pemberitahuan (SPT) tahunan ditambah pajak fianal jika ada.
Atas penghasilan yang telah diterima entitas ada yang telah dipotong pajak oleh pihak
lain,entitas mencatat pajak yang telah dipotong pihak lain srbagai pph dibayar dimuka ,pajak
yang telah dibayar ini dapat menjadi kredit (pengurang) pajak dalam meghitung pajak akhir
tahun.pph 29 atau pajak kurang bayar akan disajikan sebagai utang pajak kini.pajak ini akan
dibayarkan paling lambat SPT disampaikan .

2.6 PROVISI DAN KONTINJENSI


Definisi
Istilah umum yang digunakan untuk sesuatu yang dimiliki ketidakpastian dari sisi
kejadian dan jumlah adalah kontijensi.dalam akuntansi ,kontijensi dapat muncul sebagai
liabilitas kontijensi atau asset kontijensi.dalam akuntansi ,kontijensi adalah dapat muncul
sebagai liabilitas kontijensi atau aset kontijensi .
Istilah provisi dibedakan dari kontijensi untuk menjelaskan terminologi yang
berbeda.dalam PSAK 57 provisi disebut sebagai kewajiban diestimasi .provisi bentuk
kontijensi yang disajikan dalam laporan keuangan ,sedangkan liabilitas kontijensi hanya
diungkapkan dalam laporan keuangan.istilah provisi dapat diartikan sebagai pencadangan
suatu penurunan yang merupakan akun lawan aset seperti penurunan nilai,depresiasi.
Liabilitas kontijensi menurut PSAK 57 Adalah :
1. Liabilitas pontensional yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaaannya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadihnya satu peristiwa atau lebih pada masa
datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas ,atau
2. Liabilitas kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu,tetapi tidak diakui
karena :
 Tidak terdapat kemungkinan besar entitas mengeluarkan sumber daya untuk
menyelesaikan liabilitasnya atau
 Jumlah liabilitas tersebut tidak dapat diukur secara andal.
Liabilitas kontijensi tidak diakui dalam laporan keuangan, liabilitas ini hanya perlu
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan .
Pengakuan dan penurunan
Provisi diakui jika memenuhi tiga syarat ,yaitu :
1. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum ,konstruktif) sebagai akibat
peristiwa masa lalu .
2. Kemungkianan besar penyelesaian liabilitas tersebut mengakitbatkan arus keluar
sumber daya; dan
3. Estimasi yang andal mengenai jumlah liabiitas nilainya dapat di ukur dengan andal
dapat di buat.

14
Estimasi hasil dan dampak keungan ditentukan dengan pertimbangan manajemen dan
dilengkapin dengan pengalaman mengenai transaksi serupa serta dalam berapa kasus
dilengkapin dengan lapora ahli independen.di antara bukti yang dipertimbangkan
adalah pertiwa setelah priode pelaporan . ketidakpastian jumlah yang akan diakui
sebagai provisi dinilai berdasarkan informasih dan kondisi yang ada. Jika
kemungkinan tersebut dapat ditentukan dengan suatu probalitas, maka metode
statistik ‘’metode yang diharapkan (expected value )’’ daopat digunakan.

Contoh 11 13 pengiukuran provisi


Entitas menjual produk dengan memberikan garansi selama 1 tahun dari tanggal
penjualan jika kerusakan terdeteksi cacat ringan biaya perbaikan atas seluluruh
produk yang dijual Rp 100.000.000. jika cacat berat biaya yang dikeluarkan Rp
500.000.000 . pengalaman entitas di masa lalu memberikan indikasi bahwa dalam
tahun mendatang kemungkinan 80 % produk terjual tanpa catat. 15% cacat ringan.
dan 5% cacat berat.
Berdasarkan pengalaman masa lalu tersebut estimasi biaya perbaiakan
berdasarkan padanilai yang diharapkan (expected volue) = ( 80% x 0%) +( 15% x Rp
100.000.000) + (15% x Rp 500.000.000) = Rp 40. 000.000.
Entitas akan mengakui garansi tersebut.

Beban garansi 40.000.000


Uang garansi 40.000.000

2.7 GARANSI
Pada saat entitas menjual produk, sering kali memberikan garansi/jaminan bahwa
produk yang dibeli tidak rusak dan dapat berfungsi dengan baik. Garansi dapat dibedakan
menjadi dua yaitu garansi jaminan (assurance type warranty) dan garansi jasa (service type
warranty).
Garansi Jasa merupakan bentuk pelayanan tambahan yang diberikan kepada pelanggan
karena permintaan pelanggan. Tambahan pelayanan purna jual ini, akan menambah harga
jual. Sehingga penjual dapat membedakan produk yang dijual dengan layanan purna jual
tambahan dan tidak. Sehingga penajual dapat membedakan produk yang dijual dengan
layanan purna jual tambahan tidak. Atas garansi jasa ini, penjual akan mengakui perbaikan
pada saat penjualan dan mengakui sebagai pendapatan saat ini layanan purna jual diberikan
kepada pelanggan. Garansi jasa akan menimbulkan pendapatan jasa dan akan diakui saat
waktu berlalu atau secara proporsional dengan jasa yang diberikan.
Garansi Jaminan merupakan bentuk kewajiban penjual untuk memastikan bahwa
produk yang diberikan tidak rusak.Atas garansi jaminan, entitas harus mengakui liabilitas
karena kontrak untuk memberikan pelayanan. Produk–produk elektronik atau peralatan
merupakan contoh produk yang dijual dengan memberikan garansi. Sesuai dengan kontrak
garansi, entitas penjual akan memberikan layanan perbaikan atau penggantian produk dalam
jangka waktu tertentu. Pelanggan akan meminta klaim perbaikan atau penggantian produk
kepada penjual dalam jangka waktu jaminan.
Garansi Jaminan Produk merupakan contoh dari kontinjensi karena jumlah dan
waktunya tidak pasti. Garansi merupakan bentuk kewajiban kontraktual, karena garansi

15
diberikan berdasarkan perjanjian jual beli yang tertera dalam dokumen jual beli. Garansi
memenuhi kriteria provisi karena merupakan bentuk kewajiban kini, entitas akan
mengeluarkan sumber daya di masa mendatang akibat jaminan produk tersebut. Jumlah utang
memang tidak diketahui namun entitas dapat melakukan estimasi dengan andal berdasarkan
pengalaman masa lalu atau pengalaman dari perusahaan dalam industri serupa
Contoh Garansi Produk
PT Kendeng menjual produk dengan memberikan garansi perbaikan selama dua tahun.
Berdasarkan pengalaman beberapa tahun terakhir, hasil analisis teknis dan pengalaman dari
industri diketahui bahwa hanya 5% pelanggan datang meminta garansi. Dari pelanggan yang
meminta garansi tersebut 70% meminta garansi di tahun pertama dan sisanya di tahun kedua.
Rata – rata biaya yang dikeluarkan untuk memberikan garansi tiap produk sebesar Rp100.000
Pada tahun 2015 penjualan sebanyak 20.000 unit dan tahun 2015 penjualan sebanyak
26.000 unit. Total garansi aktual yang dikeluarkan di tahun 2010 sebesar Rp65.000.000 dan
tahun 2015 sebesar Rp125.000.000. Buatlah jurnal yang diperlukan untuk mencatat garansi
dua tahun tersebut!
Jurnal yang dibuat tahun 2015
Pengakuan beban garansi
Beban Garansi Rp100.000.000
Provisi Garansi Rp100.000.000
(5% x 20.000 x Rp100.000 = Rp100.000.000)
Pemberian garansi tahun 2015
Provisi Garansi Rp65.000.000
Kas Rp65.000.000
Provisi garansi yang disajikan pada laporan keuangan 31 Desember 2015 sebesar
Rp35.000.000.
Jurnal yang dibuat tahun 2016
Pengakuan beban garansi
Beban Garansi Rp130.000.000
Provisi Garansi Rp130.000.000
(5% x 20.000 x Rp100.000 = Rp130.000.000)
Pemberian garansi tahun 2016
Provisi Garansi Rp125.000.000
Kas Rp125.000.000

Provisi garansi yang disajikan pada laporan keuangan 31 Desember 2016 sebesar
Rp40.000.000.

16
Entitas dapat mencatat jurnal pemberian garansi, baru di akhir periode pelaporan
mencatat provisi dengan jurnal penyesuaian. Jika pendekatan tersebut digunakan maka jurnal
yang dibuat:
Jurnal tahun 2015
Pemberian beban garansi
Beban Garansi Rp65.000.000
Kas Rp65.000.000

Tambahan pengakuan beban garansi tahun 2015


Beban Garansi Rp35.000.000
Provisi Garansi Rp35.000.000
(5% x 20.000 x Rp100.000 = Rp100.000.000)
Beban garansi tambahan Rp100.000.000 – Rp65.000.000 = Rp35.000.000
Jurnal tahun 2016
Pemberian beban garansi
Beban Garansi Rp125.000.000
Kas Rp125.000.000
Tambahan pengakuan beban garansi tahun 2016
Beban Garansi Rp5.000.000
Provisi Garansi Rp5.000.000
(5% x 26.000 x Rp100.000 = Rp130.000.000)
Beban garansi tambahan Rp130.000.000 – Rp125.000.000 = Rp5.000.000
Contoh Garansi Jaminan Produk dan Jasa
PT Prahu menjual mobil pada 2 Januari 2015 dengan memberikan garansi atas 36.000
km pertama atau selama tiga tahun mana yang lebih dahulu. Harga jual mobil
Rp300.000.000.
Entitas mengestimasi biaya garansi yang akan diberikan selama 3 tahun sebesar
Rp7.000.000. Pelanggan juga membeli garansi jasa senilai Rp9.000.000 sehingga ada
tambahan pelayanan untuk servis mobil tersebut dari standar jaminan yang diberikan. Selama
tahun 2015 biaya terkait dengan jaminan asuransi yang dikeluarkan sebesar Rp5.000.000 dan
tahun 2016 sebesar Rp1.000.000. Atas garansi jasa perusahaan mengakui dengan metode
garis lurus. Jurnal yang dibuat oleh perusahaan pada saat melakukan penjualan adalah:
Kas Rp309.000.000
Beban Garansi Rp7.000.000
Provisi Garansi Rp7.000.000

17
Pendapatan Ditangguhkan Garansi Jasa Rp9.000.000
Penjualan Rp300.000.000

Jurnal pada 2015 saat memberikan garansi jaminan dan pengakuan garansi jasa
Provisi Garansi Rp5.000.000
Kas / persediaan Rp5.000.000
Pendapatan Ditangguhkan Garansi Jasa Rp3.000.000
Pendapatan Garansi Rp3.000.000

2.8 KEWAJIBAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN


Perusahaan pada industri pertambangan diwajibkan oleh pemerintah untuk melakukan
kegiatan restorasi lingkungan sekitar kegiatan operasi perusahaan. Kewajiban untuk
melakukan restorasi lingkungan tersebut ada yang bersifat umum berupa pengelolaan
lingkungan tersebut terkait dengan pembongkaran atau pemindahan aset tertentu.
Biaya lingkungan bersifat umum misalnya biaya reklamasi lingkungan tambang, biaya
pengelolaan areal tambang. Biaya ini lebih sering muncul pada perusahaan pertambangan
terbuka misalnya penambangan batu bara, nikel, emas, timah. Biaya tersebut harus diakui
pada saat produksi sebagai beban dan liabilitas lingkungan/reklamasi. Biaya lingkungan yang
bersifat umum akan dicatat sebagai biaya dan tidak dikapitalisasi dalam aset tertentu. Jika
kegiatan reklamasi telah dilakukan maka liabilitas akan dikurangi. Perusahaan industri
pertambangan biasanya diawasi dengan ketat oleh regulator sehingga besarnya biaya
reklamasi dapat ditentukan dengan andal nilainya.
Menurut PSAK 16 (Revisi 2011) Aset Tetap, termasuk komponen biaya perolehan
adalah estimasi awal biaya pembongkaran, permindahan dan restorasi lokasi aset
tetap(dismantling cost). Pembongkaran dan restorasi lokal aset tetap biasanya terkait dengan
kewajiban lingkungan untuk mengembalikan lokasi seperti kondisi awal, sehingga semua
peralatan yang di atas dan tertanam harus dipindahkan. Pembebanan biaya ini dilakukan
bersamaan dengan pembebanan depresiasi aset tersebut. Karena kewajiban diukur dengan
nilai estimasi pengeluaran yang didiskontokan, maka dengan berlalunya waktu akan diakui
beban bunga untuk menyesuaikan nilai liabilitas.

Contoh Akuntansi Liabilitas Pembongkaran Aset


PT Kapuas pada 2 Januari 2015 memulai penggunaan peralatan penambangan (drilling)
di sebuah areal tambang yang dimiliki. Regulasi pemerintah mengharuskan perusahaan
melakukan pembongkaran peralatan tersebut di akhir masa manfaatnya. Masa manfaat
drilling tersebut 10 tahun dengan estimasi biaya sebesar Rp2.000.000.000. Dengan tingkat
diskon 6% selama masa manfaat, nilai wajar kewajiban lingkungan tersebut adalah
Rp1.116.800.000 (Rp2.000.000.000 x 0,5584).
Jurnal pengakuan liabilitas sebagai penambah nilai peralatan drilling
Peralatan Drilling RP1.116.800.000

18
Liabiltas Pembongkaran Aset Rp1.116.800.000
Jurnal pengakuan depresiasi peralatan drilling
Beban Depresiasi Rp1.116.800.000
Akumulasi Depresiasi – Drilling Rp1.116.800.000

Depresiasi ini akan dilakukan bersamaan dengan nilai peralatan drilling sebagai satu
kesatuan, tidak didepresiasikan secara terpisah.
Jurnal pengakuan bunga atas liabilitas pembongkaran aset
Beban Bunga Rp67.008.000
Liabilitas Pembongkaran Aset Rp67.008.000
Beban bunga = 6% x Rp1.116.800.000 = Rp67.008.000

2.9 LITIGASI HUKUM


Litigasi hukum merupakan perjanjian masalah terkait suatu entitas yang sedang
berjalan proses hukumnya. Kasus hukum entitas dapat fatal permulaan liabilitas yang harus
diselesaikan oleh sebuah entitas. Kasus litigasi dapat terjadi karena kasus pencemaran
lingkungan, kecelakaan kerja yang dialami oleh karyawan, ini masalah pajak, kecelakaan
dalam pengiriman barang sehingga ada pihak yang menuntut perusahaan dan kasus lainnya.
Kasus litigasi tidak semua dalam posisi menimbulkan utang, karena kasus litigasi juga
dapat terjadi karena entitas berada dalam pihak yang jahat sehingga justru akan menerima
ganti kerugian. Litigasyang diakui dan hal adalah litigasi yang berkaitan dengan potensi
kerugian entitas sehingga menimbulkan potensi kewajiban baik provisi maupun kontinjensi
bagi entitas.
2.10 LIABILITAS KONTINJENSI
Entitas tidak diperkenankan mengakui Liabilitas kontijensi. Artinya liabilitas kontijensi
tidak pernah diakui dalam laporan posisi keuangan. Keberadaannya hanya perlu diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan, kecuali jika kemungkinan arus keluar sumber daya
kecil, maka liabilitas kontinjensi tidak perlu diungkapkan. Liabilitas kontijensi adalah
liabilitas yang harus dibayar yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi
pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa depan yang
tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.
Jika liabilitas kontijensi terkait dengan tanggung jawab masing-masing atau bersama-
sama dengan pihak lain (tanggung renteng), bagian kewajiban yang diharapkan akan
terpenuhi oleh pihak lain diberlakukan sebagai liabilitas kontijensi. Bagian dari liabilitas
kontijensi, kemungkinan besar terjadi dan dapat di estimasi dengan andal, akan diakui
sebagai provisi. Liabilitas kontijensi dapat berubah dari perkiraan semula. Untuk itu liabilitas
kontijensi perlu dikaji ulang untuk menentukan kemungkinan arus keluar sumber daya
bertambah sehingga menjadi kemungkinan terjadinya besar, dapat berubah menjadi provisi
jika dapat diukur dengan andal.
Entitas tidak diperkenankan mengakui aset kontijensi. Aset kontijensi timbul dari
peristiwa tidak terencana yang menimbulkan kemungkinan arus masuk manfaat ekonomis

19
bagi entitas, misal kemungkinan klaim yang diperoleh karena proses hukum. Pengakuan satu
set kontinjensi tidak dipekenankan, adar tidak menimbulkan pengakuan penghasilan yang
tidak pernah direalisasi. Jika sudah dapat dipastikan akan langsung diakui sebagai aset. Aset
kontijensi diungkapkan jika terdapat kemungkinan besar arus ekonomi akan diperoleh.
Seperti halnya liabilitas kontijensi, aset kontijensi juga dikaji ulang terus-menerus untuk
memastikan kemungkinan terjadinya menjadi lebih pasti atau menjadi tidak mungkin terjadi.
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

 Penyajian Liabilitas jangka pendek menurut PSAK 1 (Revisi 2009) dalam laporan
keuangan disajikan pada bagian atas sebelum liabilitas jangka panjang. Penyajian
menurut PSAK ini berbeda dengan penyajian menurut IAS 1 yang menempatkan
liabilitas jangka pendek setelah liabilitas jangka panjang. Namun ada perusahaan di
Indonesia yang meletakkan liabilitas jangka pendek liabilitas ekuitas dan liabilitas
jangka panjang misalnya PT PLN (Persero).
PSAK tidak menjelaskan klasifikasi dan jenis liabilitas jangka pendek yang harus
disajikan dalam laporan keuangan. Perusahaan yang harus menentukan informasi apa yang
material dan signifikan bagi pembaca sehingga perlu diklasifikasikan secara terpisah.
Umumnya liabilitas jangka pendek diklasifikasikan atas utang usaha, utang pajak, utang
jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun, biaya yang masih harus dibayar,
pendapatan diterima di muka, dan utang jangka pendek lainnya.
PSAK 7 (Revisi 2010) Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi mengharuskan entitas
memisahkan utang yang berasal dari pihak berelasi dan tidak berelasi. Untuk itu utang harus
diklasifikasikan atas dua kelompok tersebut. Pilihan antara apakah pemisahan pihak berelasi
dan tidak berelasi sebenarnya tidak diharuskan disajikan dalam laporan keuangan pokok,
namun dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan dalam rincian utang
 Pengungkapan liabilitas jangka pendek berisikan rincian dan tambahan penjelasan.
Misalnya untuk utang usaha, pengungkapan menjelaskan detail utang usaha
berdasarkan pemasok dengan nilai material, utang berdasarkan klasifikasi umur, dan
pengungkapan utang berdasarkan mata uang asing. Untuk utang pajak pengungkapan
berisikan informasi jenis-jenis pajak. Kasus litigasi yang dihadapi oleh perusahaan
jika sifatnya kontinjensi harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Namun jika
memenuhi persyaratan pengakuan harus disajikan dalam laporan keuangan dan
diberikan pengungkapan dana catatan atas laporan keuangan. Kontinjensi yang sering
muncul dalam laporan keuangan adalah kasus ligitasi atau perkara hukum yang
dihadapi perusahaan.

Contoh Ilustrasi Pengungkapan Utang pajak


31 Desember/ 31Desember/ 1 Januari/
December 31, 2013 December 31, 2016 January 1, 2016

Pajak kini (Catatan 47) 315.767 417.825 491.662


Pajak penghasilan
Pasal 21 79.869 57.845 51.460

20
Pasal 22 26.060 99 69
Pasal 23 43.320 28.350 53.684
Pasal 15, 25 & 26 316.462 171.916 115.742
Pasal 29 tahun 2010 - - 13.173
Pajak pertambahan nilai 393.457 424.678 184.673
Pajak bumi dan bangunan 146 30 -
Surat tagihan pajak - - 3.997
Bea Materai 12.418 10.467 6.155
Pajak selisih penilaian kembali
Aset tetap 34.894 34.894 34.894
Jumlah 1.222.393 1.146.104 955.509

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Entitas melakukan analisis liablitas jangka panjang dengan melihat kemampuannya
untuk membayar utang yang akan jatuh tempo. Rasio yang digunakan adalah rasio lancer
(current rasio), rasio kas (cahs ratio), rasio cepat (quick ratio). Semakin besar jumlah utang
lancar akan memperbesar risiko perusahaan untuk kesulitan membayar utangnya.
𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Rasio Lancar = 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘

𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐶𝑒𝑝𝑎𝑡
Rasio Cepat = 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘

Aset cepat = Aset Lancar - Persediaan – Biaya Dibayar di Muka

𝐾𝑎𝑠
Rasio Kas = 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘

Rasio lancar merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek


dengan menggunakan aset lancar yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio lancar menunjukkan
entitas memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam membayar liabilitas jangka pendeknya.
Rasio cepat merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek
dengan menggunakan aset yang sangat likuid. Aset likuid (cepat) merupakan aset lancer
dikurangkan dengan persediaan dan biaya dibayar di muka. Persediaan untuk dapat menjadi
kas harus dijual dahulu menjadi piutang, baru kemudian ditagih mendapatkan kas. Beban
dibayar di muka tidak dapat dicairkan menjadi kas sehingga tidak dapat digunakan sebagai
alat pembayar liabilitas jangka pendek.
Rasio kas merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek
dengan menggunakan kas yang dimiliki entitas. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan
membayar segera, karena diasumsikan semua liabilitas jangka panjang akan dibayar dalam

21
waktu yang sangat dekat. Ukuran rasio kas merupakan ukuran yang lebih ketat karena
menganggap bahwa semua utang harus disediakan kas untuk melunasinya.
Provisi perlu dianalisis untuk melihat nilai dan probabilitas terjadinya. Pembaca perlu
secara kritis menganalisis jumlah estimasi yang apakah telah mencerminkan informasi terkini
yang tersedia. Provisi akan menimbulkan beban, namun belum semuanya dibayarkan
sehingga sering digunakan oleh manajemen untuk melakukan manajemen laba dengan
menurunkan atau meningkatkan provisi. Pembaca harus berhati-hati menganalisis
kontinjensi, karena kontinjensi ini dapat berubah menjadi liabilitas yang harus dibayarkan
oleh perusahaan dimasa depan. Jika entitas salah menentukan suatu kejadian menimbulkan
kontinjensi padahal seharusnya provisi, maka kondisi tersebut akan berakibat pada nilai laba
perusahaan yang dinilai terlalu tinggi periode tersebut. Kontinjensi dapat memunculkan
aktivitas yang tidak ditampilkan dalam laporan keuangan (off balance sheet), padahal
mungkin menurut asumsi analisis harus dimunculkan dalam laporan keuangan.
2.11 Soal dan Pembahasan

2.11.1 Soal
Latihan 11.1
Pada tanggal 27 Februari 2015, PT Muria memperoleh pinjaman dari PT. Kendeng
sebesar Rp 200.000.000 dengan menerbitkan wesel bayar yang jatuh tempo 1 tahun dengan
bunga 10%. Buatlah jurnal mulai dari penerbitann, penyesuaian bunga dan pembayaran wesel
bayar.
Latihan 11.2
PT Arya memiliki beberapa transaksi dengan supplier terkait operasi usahanya yaitu
penjualan buku dan peralatan tulis. Buatlah jurnal atas transaksi tersebut
1. PT.Arya membeli buku berkode AC dari PT Media Ilmu secara kredit sebanyak 100
unit dengan harga satuan Rp 150.000 FOB shipping point, 3/10, n/30. Harga tersebut
belum termasuk PPN
2. PT Arya membeli persediaan peralatan tulis senilai Rp 40.000.000 dengan
menerbitkan wesel berjangka waktu 6 bulan dan tingkat bunga 8% atas pembelian ini
PT Arya membayar PPN kepada pemasok
Latihan 11.3
PT Berlian menjual produk dengan memberikan garansi perbaikan selama satu tahun.
Berdasarkan hasil analisis dan pengalaman industri, diketahui hanya 2% pelanggan yang
datang meminta garansi. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk memberikan gransi tiap
produk sebesar Rp 150.000 pada tahun 2015 penjualan produk sebanyak 50.000 unit dengan
total garansi aktual yang dikeluarkan sebesar Rp 80.000.000 buatlah pencatatan pengakuan
beban dan pemberian garansi tahun 2015
Latihan 11.4
PT Bima memasang peralatan tambang senilai Rp 500.000.000.000 peralatan tersebut
disusutkan selama 20 tahu. Peraturan regulasi menyebutkan bahwa peralatan tersebut harus
dibongkar dan dipindahkan diakhir masa manfaatnya. PT Bima mengistimasi biaya
pembongkaran dan pemindahan aset tersebut 20 tahun mendatang sebesar Rp
50.000.000.000. tingkat diskon yang digunakan untuk menentukan nilai kini kewajiban

22
sebesar bunga yang berlaku saat itu yaitu 6% per tahun, nilai kini 6% selama 20
tahun=0,3118 buatlah jurnal terkait aset tersebut selama 2015 dan pengakuan liabilitasnya.
Latihan 11.5
Peristiwa berikut terkait dengan kasus litigasi hukum dalam perusahaan pada saat
menyusun laporan keuangan. Tentukan bagaimana perusahaan menyajikan atau
mengungkapkan kasus tersebut dalam laporan keuangannya!
1. Produk mainan anak-anak yang diproduksi PT. Seruni terbukti tidak sesuai dengan
standar. Konsekuensinya, produk mainan tersebut harus ditarik dari pasar dan pemerintah
telah mengeluarkan surat perintah penarikan barang tersebut menyebabkan PT Seruni
mengalami kerugian senilai Rp. 1.000.000.000
2. PT Utama Manufacturing telah terbukti melakukan pelanggaran pajak. Konsekuensi
dari pelanggaran tersebut adalah PT Utama Manufacturing harus membayar
denda.Perkembangan terbaru terkait kasus menyebutkan bahwa besaran denda masih dapat
diperkirakan dalam bentuk rentangan angka yaitu Rp. 250.000.000 s.d. Rp.400.000.000
3. PT. Mandira menerima surat ketetapan Pajak Kurangn Bayar. Berdasarkan Ketetapan
tersebut perusahaan harus membayar kekurangan pajak sebesar Rp.600.000.000. atas surat
ketetapan pajak kurang bayar tersebut, perusahaan mengajukan keberatan. Namun sampai
dengan tanggal pelaporan jawaban atas keberatan belum diterima.
4. PT Arena sedang menjalani kasus hokum terkait penebangan pohon secara
illegaldisuatu daerah di Sumatra. Saat ini kasus sedang tahap pengkajian secara mendalam
termasuk pencarian bukti kuat untuk dapat menetapkan PT Arena telah melakukan
penebangan secara ilegal.

2.11.2 Pembahasan
Latihan 11.1
Jurnal yang dibuat saat menerima utang Pada tanggal 27 Februari 2015
Kas 200.000.000
Utang Wesel 200.000.000
Hari selama tahun 2015 = 27 Februari 2015 – 31 Desember 2015 total 10 Bulan
Perhitungan bunga = Rp 200.000.000 X 10% X 10/12
= 16.666.666,66
= 16.666.666,7 (hasil Pembulatan)
Jurnal Penyesuaian pada 31 Desember 20165 atas bunga yang terutang belum dibayar
Beban Bunga 16.666.666,7
Utang Bunga 16.666.666,7

23
Jurnal pada saat pembayaran wesel bayar pada 27 Februari 2016
Beban Bunga 3.333.333,3
Utang Bunga 16.666.666,7
Utang wesel 200.000.000
Kas 220.0000.000
Perhitungan bunga = Rp 200.000.000 X 10% X 2/12
= Rp 3.333.333,3
Latihan 11.2
1) Total harga buku berkode AC = 100 Unit X Rp 150.000
= Rp 15.000.000
PPN (15.000.000 X 10%) = Rp 1.500.000
Jurnal
Persediaan 15.000.000
PPN Masukan 1.500.000
Utang Dagang 16.500.000
2) Perhitungan PPN = Rp 40.000.000 X 10%
= Rp 4.000.000
Jurnal
Persediaan barang dagangan 40.000.000
PPN Masukan 4.000.000
Utamg Wesel 40.000.000
Kas 4.000.000
Latihan 11.3
Pada tahun 2015 penjualan sebanyak 50.000 unit
Garansi setiap produk Rp 150.000
Total garansi aktual yang dikeluarkan Rp 80.000.000
2% pelanggan yang datang minta garansi
Jurnal yang dibuat pada tahun 2015
(2% X 50.000 X Rp 150.000) = Rp 150.000.000
Beban Garansi 150.000.000
Provisi Garansi 150.000.000

24
Pemberian garansi tahun 2015
Provisi garansi 80.000.000
Kas 80.000.000
Jurnal pemberian garansi
Beban garansi 80.000.000
Kas 80.000.000
Tambahan pengakuan beban garansi tahun 2015
(2% X 50.000 X Rp 150.000) = 150.000.000
Beban garansi tambahan 150.000.000 – 80.000.000 = 70.000.000
Beban garansi 70.000.000
Kas 70.000.000
Latihan 11.4
50.000.000 X 0,3118 = 1.559.000.000
Jurnal pengakuan liabilitas peralatan tambang
Peralatan tambang 1.559.000.000
Liabilitas pembongkaran aset 1.559.000.000
Jurnal pengakuan depresiasi peralatang tambang
Beban depresiasi 1.559.000.000
Akumulasi depresiasi 1.559.000.000
Depresiasi ini akan dilakukan bersamaan dengan nilai peralatan tambang sebagai satu
kesatuan tidak didepresiasikan secara terpisah
Jurnal pengakuan bunga atas bunga liabilitas pembongkaran aset
Beban bunga = 6% X 1.559.000.000
= 93.540.000
Beban bunga 93.540.000
Liabilitas pembongkaran aset 93.540.000
Latihan 11.5
1. Pada tahun berjalan, PT Seruni mengalami kerugian sebesar Rp. 1.000.000.000
disebabkan karena penarikan produk mainan yang telah terbukti tidak sesuai dengan standard
dan sesuai surat perintah dari pemerintah, produk mainan tersebut harus ditarik dari pasar.
2. Selama tahun berjalan, PT Utama Manufacturing telah melakukan tindak
pelanggaran pajak,namun hingga laporan ini ditulis, PT Utama Manufacturing belum
menerima SuratKetetapan Pajak dari kantor pajak. Besaran denda diperkirakan antara Rp.
250.000.000 s.d.Rp. 400.000.000

25
3. Penyajian dalam laporan keuangan masih utang pajak karena belum ada tindakan
konfirmasi selanjutnya dari pihak pajak.
4. Pada laporan keuangan ditambahkan denda yang dikenai sebagai utang denda karena
belum ada bukti atau ketetapan mengenai kasus tersebut.

26
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat kami membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Liabilitas menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan
adalah utang masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesainnya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung
manfaat ekonomi. Liabilitas mengandung komponen utama yaitu adanya kewajiban
kini yang timbul, terjadi dari transaksi dimasa lalu dan penyelesainnya menyebabkan
arus keluar kas atau sumber daya entitas. Liabilitas dapat diketahui nilainya dengan
pasti namun ada beberapa jenis liabiltas yang nilainya diukur dengan
estimasi, liabiltas jenis ini diistilahkan sebagai provisi.
2. PSAK 1 tidak membahas secara khusus klasifikasi dan jenis liabilitas jangka
pendek. Bentuk usaha entitas akan menentukan jenis dan klasifikasi liabilitas yang
dimiliki entitas. Liabilitas dapat terjadi sebagai konsekuensi kegiatan operasi
perusahaan dan liabilitas yang berdasarkan kontrak formal. Liabilitas yang terjadi
sebagai konsekuensi operasi misalnya utang dagang, utang pajak, beban yang masih
harus dibayar, pendapatan diterima di muka, liabilitas berdasarkan kontrak formal
misalnya wesel bayar, utang bank, atau liabilitas jangka panjang yang akan jatuh
tempo dalam dua belas bulan.
3. Seringkali entitas tidak dipertimbangkan Charges yang dikenakan bank untuk setiap
transaksi kredit. Biaya transaksi dan bunga aktual yang dibayarkan dalam akuntansi
harus digabungkan jadi satu menjadi beban bunga. Wesel bayar ditarik untuk
pelunasan utang dagang, pembayaran suatu transaksi atau ditarik untuk mendapatkan
uang tunai. Pihak penarik wesel akan menunjuk bank untuk melakukan penyelesaian
pembayaran yang akan diambil dari rekening penarik/ penerbit wesel.
4. Akuntansi untuk wesel bayar tidak berbeda dengan akuntansi untuk utang
bank, perbedaan untuk mendasarinya hanyalah dokumen transaksinya. Dokumen
transaksi wesel adalah surat wesel atau promisorry notes, sedangkan bukti utang bank
adalah dokumen kredit bank. Bunga atas wesel bayar biasanya dihitung berdasarkan
nilai nominal yang tertera dalam wesel.

27
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Martani, Sylvia Veronica NPS, Ratna Wardani, Aria Farah Mita, Edward, Tanu jaya,
Taufik Hidyat, 2015, Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK, Jakarta Selatan:
Salemba Empat.

28

Anda mungkin juga menyukai