KOROSI
KOROSI
Disusun Oleh :
Kelompok I Teknik Kimia (A2)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Pengaruh
Aspek Metalurgi Terhadap Korosi” atas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
kami berterima kasih pada Bapak, selaku dosen mata kuliah Teknologi Pengendalian
Korosi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Teknologi Pengendalian
Korosi. Penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, penyusun
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penyusun maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah .............................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 3
2.1 Korosi ............................................................................................................. 3
2.2 Jenis-Jenis Korosi ........................................................................................... 4
2.3 Metalurgi ........................................................................................................ 9
2.4 Hubungan Metalurgi dan Bahan Rekayasa .................................................. 11
2.5 Perilaku Bahan.............................................................................................. 12
BAB III........................................................................................................................ 14
PEMBAHASAN ......................................................................................................... 14
3.1 Bahan Logam................................................................................................ 14
3.2 Pengujian Logam .......................................................................................... 15
3.2.1 Pengujian Merusak ................................................................................ 16
3.2.2 Pengujian Tak Merusak......................................................................... 19
3.3 Pertimbangan Dalam Pemilihan Bahan Logam. .......................................... 20
BAB IV ....................................................................................................................... 23
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 23
4.1 Kesimpulan ................................................................................................... 23
4.2 Saran ............................................................................................................. 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Beberapa jenis material dan metode yang berbeda telah digunakan sebagai
pelapisan logam untuk menghindari korosi. Baja karbon rendah merupakan salah satu
jenis material yang memiliki sifat kekerasan yang baik namun sifat tahan karat yang
buruk. Untuk itu perlu diadakan suatu perlakuan agar baja karbon rendah ini memiliki
sifat tahan karat yang baik. Banyak cara dapat dilakukan untuk meningkatkan sifat
tahan karat dari baja karbon rendah dan salah satu
2.1 Korosi
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan
berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau
dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya
sehingga memperlambat proses perusakannya. Dalam kehidupan sehari-hari, korosi
dapat kita jumpai pada bangunan-bangunan maupun peralatan yang memakai
komponen logam seperti seng, tembaga, besi-baja dan sebagainya. Seng untuk atap
dapat bocor karena termakan korosi. Jembatan dari baja maupun badan mobil juga
dapat menjadi rapuh karena korosi. Badan kapal yang terdiri dari konstruksi baja juga
akan mengalami korosi. Selain pada perkakas logam ukuran besar, korosi ternyata
juga dapat terjadi pada komponen-komponen renik peralatan elektronik, mulai dari
jam digital hingga komputer serta peralatan canggih lainnya yang digunakan dalam
berbagai aktivitas umat manusia, baik dalam kegiatan industri maupun di dalam
rumah tangga.
Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab, misalnya proses
reaksinya dapat dinayatak sebagai berikut :
Anode Fe Fe2+ + 2e
Katode O2 + 4H+ + 4e 2H2O+ + „
3
4
Korosi besi relatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan senyawa bsi (III)
oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara maupun air.
Meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif ketimbang
besi, namun proses korosi lanjut menjadi terhambat karena hasil oksidasi Al2O3,
yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungan logam yang dilapisi
dari kontak dengan udara luar.
Laju korosi pada umumnya dapat diukur dengan menggunakan dua metode
yaitu: metode kehilangan berat dan metode elektrokimia. Metode kehilangan berat
adalah menghitung kehilangan berat yang terjadi setelah beberapa waktu pencelupan.
Pada penelitian ini, digunakan metode kehilangan berat dimana dilakukan
perhitungan selisih antara berat awal dan berat akhir.
7. Korosi mikrobiologi
Lapisan film tipis atau biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2-4 jam pencelupan
sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan
menyeluruh di permukaan. Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :
a. Memilih logam yang tepat untuk suatu lingkungan dengan kondisi-
kondisinya
b. Memberi lapisan pelindung agar lapisan logam terlindung dari
lingkungannya
c. Memperbaiki lingkungan supaya tidak korosif
d. Perlindungan secara elektrokimia dengan anoda korban atau arus tandingan
e. Memperbaiki konstruksi agar tidak menyimpan air,lumpur dan zat korosif
lainnya.
2.3 Metalurgi
Metalurgi dikenal manusia sejak zaman pra sejarah. Dengan mengunakan
imaginasi sederhana, manusia purba pada zaman batu itu membayangkan tentang
bagaimana menemukan bongkahan emas, dengan cara mengeruk dan memecah batu.
Tidak hanya emas yang mereka cari tapi juga perak dan tembaga, mereka telah
mengetahui bahwa logam ini dapat dilelehkan, dituang, dan memiliki sifat getas
(ductile).
Seiring dengan ilmu pengetahuan metalurgi mulai berkembang dan menjadi
suatu yang harus diketahui oleh ahli perencanaan produk. Hal ini terlihat bahwa
metalurgi merupakan suatu kelompok keahlian. Kelompok Keahlian Teknik
Metalurgi adalah bidang ilmu yang menggunakan prinsip-prinsip keilmuan fisika,
matematika dan kimia serta proses engineering untuk menjelaskan secara terperinci
dan mendalam fenomena-fenomena proses pengolahan mineral, proses ekstraksi
logam dan pembuatan paduan, hubungan perilaku sifat mekanik logam dengan
strukturnya, fenomena-fenomena proses penguatan logam serta fenomena-fenomena
kegagalan dan degradasi logam. Ketiga ilmu dasar sains digunakan dalam
mengembangkan sektor dasar dalam body of knowledge metalurgi yang meliputi:
a. Metalurgi kimia
b. Metalurgi fisik
c. Metalurgi mekanik
d. Metalurgi proses
Lingkup bidang metalurgi ini sedemikian luas, mulai dari bahan mentah
sampai menjadi benda yang terpakai. Sistematika ini dimulai dari pengolahan bahan
galian, ekstraksi logam dan pemurniannya, pembentukan dan perlakuan panas logam,
teknologi perancangan dan pengoperasian sistem-sistem yang berhubungan dengan
metalurgi. Kemudian dilanjutkan hingga fenomena kegagalan struktur logam akibat
beban mekanik dan degradasi logam akibat berinteraksi dengan lingkungan termasuk
pengendaliannya, serta teknologi daur ulang.
10
dengan sifat mekanis yang berbeda. Namun ada yang ber-fasa tunggal biasanya akan
menunjukkan segregasi kimia dan sifatnya tidak akan sama dari titik ke titik.
Logam tersusun atas butir-butir kristal yang mempunyai sifat berbeda dalam
arah kristalografis yang berbeda pula. Butir-butir kristal pada logam sangat kecil
sekali sehingga dapat dikatakan bahan tersebut homogen dan isotropis secara statis.
Bilamana logam mengalami deformasi maka sifat mekanisnya mungkin menjadi
anisotropis dalam skala makro. Kondisi yang tak kontinuitas di dapat pada benda cor
berpori atau dalam elemen dari metalurgi serbuk dan dalam tingkat atomis, pada cacat
pori (void) dan dislokasi.
BAB III
PEMBAHASAN
14
15
disebutkan diatas biji besi juga mengandung unsur-unsur lain yang persentasenya
sangat kacil berupa mangan (Mn), Silisium (Si), Belerang (S), fosfor (P) dan lain-
lain. Pada dasarnya biji besi dapat digolongkan atas tiga golongan besar yang sangat
berperan dalam hal pengolahannya, yaitu :
1. Biji Besi Oksid
a. Batu besi Magnet, Magnetit (Fe2 O4) dengan kandungan Fe sebesar 60-70 %
b. Batu besi Merah (Hematit), (Fe2 O3) dengan kandungan Fe sebesar 40-60 %
2. Biji Besi Hidroksida
Batu besi Coklat (Limonit), (2 Fe2 O3 + 3 H2O) dengan kandungan Fe
sebesar 20-50 %
3. Biji Besi Karbonat
Batu besi Spatik (Siderit), (Fe2 CO3) dengan kandungan Fe sebesar 30- 40 %.
Jumlah sampel, yaitu jumlah produk yang harus diuji, ditentukan oleh
kritisnya produk, pengalaman dengan proses, jenis pengujian, biaya, dan daya guna
produk tersebut selama ini. Pengujian dikategorikan atas dua, yaitu pengujian tak
merusak (non destructive testing) dan pengujian merusak (destructive testing).
Tetapi bentuk batang uji harus sesuai standard pengujiannya. Pengujian bengkok
dapat menetukan mampu deformasi untuk ukuran tertentu dengan radius bengkok
tertentu sampai sudut bengkok tertentu, dengan diberi deformasi tertentu pula. Cara
ini sering dipergunakan untuk menetukan mampu bentuk dari plat tipis atau kekuatan
sambungan las. Pengujian bengkok juga berguna mentukan keliatan atau kegetasan
bahan getas.
Beberapa bahan dapat tiba-tiba menjadi getas dan patah (Gambar 11) karena
perubahan temperatur dan laju regangan, walaupun pada dasarnya logam tersebut liat.
Gejala ini disebut transisi liat-getas, yang merupakan hal penting ditinjau dari
penggunaan praktis bahan. Bahan yang dapat memberikan gejala patah getas adalah
logam BCC (Body Center Cubic) seperti Fe, W, Mo, Nb, Ta dan logam HCP
(Hexagonal Closed Poked) seperti Zn serta paduannya, sedangkan bagi logam FCC
(Face Center Cubic) sama sekali tidak terjadi gejala tersebut.
baik dan tidak tahan terhadap korosi. Di samping berbagai jenis logam, dijumpai
berbagai macam cara pembuatan dan pembentukan. Proses pembuatan komponen
akan mempengaruhi hasil akhir, baik sifat logam sendiri maupun efeknya terhadap
sifat komponen akhir. Proses pembentukan meliputi pengecoran, pemesinan,
pengelasan, pengepresan, penempaan panas, penempaan dingin, dan metalurgi
serbuk. Setiap proses produksi memiliki keuntungan dan kerugian dan mempengaruhi
sifat sifat bahan yang diproses.
Ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih bahan,
seperti sifat umum dan khas dari logam sebagai beriku:
a. Kekuatan mekanik
b. Mampu bentuk dan keuletan
c. Kekerasan dan ketahanan keausa.
d. Ketangguhan
e. Daya tahan terhadap korosi
f. Sifat listrik
g. Sifat magnetik
h. Warna
i. Mampu sambung
j. Mampu bentuk
Setiap sifat-sifat itu merupakan fungsi dari sifat lainnya. Contoh, daya guna
mekanik logam merupakan perpaduan dari :
a. Modulus elastisitas
b. Kekuatan tarik, tekan, dan torsi
c. Keuletan terhadap patah
d. Ketahanan terhadap mulur
e. Ketahanan terhadap kelelahan
f. Kekuatan pada suhu tinggi atau rendah
Jumlah sifat bahan yang perlu diteliti cukup banyak dan saling berkaitan satu
dengan sifat lainnya. Untuk setiap perubahan sifat logam yang digunakan dalam
22
perencanaan tertentu, perlu diadakan penyesuaian bentuk atau ukuran dengan menitik
beratkan keutamaan spesifikasi perencanaan. Sejalan dengan itu perubahan bentuk
dan ukuran produk akan memerlukan perubahan dalam sifat dan bahan.
Logam kemurnian tinggi utnumnya mempunyai ketahanan korosi lebih baik
dan kecenderungan kurang terhadap "pitting" dibandingkan pasangan komersiilnya.
Batas sifat mekaniknya sangat mengurangi kemungkinan penerapannya. Salah satu
contoh yang paling baik perbaikan sifat korosi bahan diperoleh dengan mengurangi
kadar sulfur baja karbon. Serangan korosi pada baja sangat berkurang jika kadar
sulfur rendah, Contoh lain dimana pengotor sangat besar pengaruhnya terhadap
karakteristik korosi bahan adalah pengaruh besi dalam magnesium. Kelarutan padat
besi dalam magnesium adalah 0,003%. Jika besi di bawah jumlah tersebut tidak ada
kecenderungan pengaruh korosi, tetapi kadar besi diatas 0,003%, fase endapan kaya
besi, Oleh karena sangat besar perbedaan potensial antara fase magnesium dan besi,
magnesium terkorosi dengan cepat.
Timah hitam dalam paduan tuang seng, juga mempunyai pengaruh pada sifat
korosi bahan. Jika kosentrasi timah melampaui 0,002%, maka akan mengendap pada
batas butir dan menghasilkan kenaikan korosi intergranular paduan tuang.
Baja tahan karat seri 300, 300L mempunyai batas maksimum karbon 0,03%.
Hal ini mengurangi kemungkinan sensitisasi sebagai akibat pengelasan dan perlakuan
panas. Ini memberi kenaikan untuk seluruh seri sehingga disebut "low carbon"
(karbon rendah), atau tingkat L baja tahan karat yang mempunyai sangat kecil atau
tidak ada kecenderungan terhadap sensitisasi.
Penting untuk menjaga unsur-unsur yang perbedaan potensial elektrokimianya
besar dalam larutan padat, karena tidak dapat diminimalkan, Kenyataan memmjukkan
bahwa sangat kecil jumlah pengotor di da!am larutan padat dapat mengganggu
ketahanan korosi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang kami dapatkan berdasarkan penjabaran materi diatas, yaitu :
1. Korosi adalah salah satu proses perusakan material khususnya logam, akibat
terjadinya reaksi logam tersebut dengan lingkungan di sekitarnya dengan
demikian korosi harus dicegah atau dikendalikan lajunya.
2. Pencegahan korosi dengan penerapan prinsip metalurgi hal ini memungkinkan
untuk mengurangi atau mencegah korosi dengan penerapan sebagai berikut
penggunaan bahan kemurnian tinggi, penggunaan tambahan paduan,
perlakuan panas yang efektif, pelapisan permukaan dan pengetahuan sejarah
metalurgi bahan
4.2 Saran
Penulis menyadari kekurangan dari makalah ini, korosi memiliki sifat sebagai
perusak, kerusakan akibat reaksi kimia antara logam atau paduan logam. Diharapkan
mahasiswa memahami teknik matulurgi pada proses pengendalian korosi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Pttireuw, K. J., A, R. F., & dkk. (2013). ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA
KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H2SO4. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.
24