Anda di halaman 1dari 13

PELUNASAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN DAN

MACAM PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN

MAKALAH

Dosen Pengampu:

Dra. Susfa Yetti, M.Si.,Ak.

Disusun Oleh:

Andik Aris ( C1C022150 )

Ismi Riska Adinda Amelia ( C1C022154 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS JAMBI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah subhanahuwata’ala. Yang


Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pelunasan Pajak Dalam
Tahun Berjalan dan Macam Pemungutan Pajak Penghasilan”. Tak lupa pula
shalawat dan salam penulis hadiakan kepada teladan dari sekalian umat, Nabi
Muhammad SAW, sosok inspirasi sepanjang masa, pendobrak gulita hingga
terbitlah cahaya yang oleh karannya manusia dapat menikmati indahnya ilmu
pengetahuan yang tersebar di semesta raya ciptaan tuhan Yang Maha Esa.

Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karna
itu, perlu penulis haturkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan
berupa moril, tenaga, jasa, masukan, nasehat, dan motifasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.

Jambi, 27 Mei 2023

Kelompok 14

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 3

BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 4


2.1 Pelunasan Pajak Dalam Tahun Berjalan .............................................. 4
2.2 Macam Pemungutan Pajak Penghasilan .............................................. 7

BAB IIIPENUTUP ......................................................................................... 9


3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 9
3.2 Saran .................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pajak menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2009:1), (Rizka Novianti
Pertiwi, Devi Farah Azizah 2014) diartikan sebagai iuran yang dibayarkan oleh
rakyat ke kas negara berdasarkan Undang.Undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak ada timbal balik langsung.
Sedangkan Smeets dalam Waluyo, (2011:2) pajak merupakan Prestasi yang
terutang kepada pemerintah melalui norma-norma umum dan dapat dipaksakan,
tanpa ada kontraprestasi langsung dalam hal yang individual, dimasukkan untuk
membiayai pengeluaran pemerintah.

Menurut (Rioni and Syauqi 2020) para ahli mendefinisikan pengertian pajak
yaitu seperti dibawah ini:

1) Andriani dalam Waluyo (2013:2), Pajak adalah iuran kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan–peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran– pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintah.
2) Soemitro dalam Resmi (2014:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan,
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
3) Djajadiningrat dalam Resmi (2014:1), pajak sebagai suatu kewajiban
menyerahkan sebagian dari kekayaan kekas negara yang disebabkan suatu
keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan
pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari
negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.

1
4) Feldamnn dalam Resmi (2014:2), pajak adalah prestasi yang dipaksakan
sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma–norma yang
ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontrapretasi, dan semata–mata
digunakan untuk pengeluaran – pengeluaran umum.

Telah diketahui bahwa penghasilan negara yang digunakan untuk membiayai


keperluan negara bersumber dari penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.
Penerimaan pajak dibagi atas dua, yang pertama Pajak dalam Negeri yang terdiri
dari Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Cukai, Pajak Lainnya. Penerimaan Pajak
yang kedua adalah pajak perdagangan Internasional terdiri dari Bea Masuk dan
Pajak Ekspor sedangkan penerimaan bukan pajak terdiri dari penerimaan sumber
daya alam, bagian Laba BUMN, penerimaan Negara bukan pajak lainnya dan
pendapatan badan layanan umum. Penerimaan-penerimaan ini digunakan untuk
membiayai berbagai proyek pembangunan sarana umum seperti jalan, jembatan,
sekolah, rumah sakit/puskesmas, dan lain-lain. Penerimaan-penerimaan ini juga
digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh
lapisan masyarakat.

Menurut (Agustina 2020) Pajak adalah sumber pendapatan negara yang


sangat penting untuk pemerintahan dan pembangunan nasional. Sehingga
Pemerintah menempatkan kewajiban pajak sebagai salah satu wujud dari kewajiban
negara yang merupakan sarana pembiayaan Negara dalam Pembangunan Nasional
dalam rangka mencapai tujuan negara. Pentingnya dan peran strategis sektor
perpajakan dalam pelaksanaan pemerintahan dapat dilihat dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahun yang disampaikan oleh
pemerintah, yaitu peningkatan persentase kontribusi pajak dari tahun ke tahun –
tahun.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka, rumusan masalah adalah sebagai
berikut ;
1. Apa itu pelunasan pajak dalam tahun berjalan?
2. Apa macam pemungutan pajak penghasilan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, tujuan penulisan adalah sebagai
berikut ;
1. Untuk mengetahui pelunasan pajak dalam tahun berjalan.
2. Untuk mendeskripsikan macam pemungutan pajak penghasilan.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pelunasan Pajak Dalam Tahun Berjalan


(Resmi 2019, 361 & 380) Pembayaran pajak oleh wajib pajak dalam tahun
berjalan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut;

1. Wajib pajak membayar sendiri pajaknya melalui angsuran setiap bulan


(PPh Pasal 25), kurang bayar ataupun adanya surat tagihan pajak.
2. Wajib pajak membayar melalui pemotongan/pemungutan, baik oleh
pihak ketiga maupun dibayar atau terutang di luar negeri (PPh Pasal 21,
22, 23 dan 24).

Pajak penghasilan pasal 25, selanjutnya disingkat PPh pasal 25, merupakan
angsuran PPh yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan dalam
tahun pajak berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 UU No.7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.36 Tahun 2008 tentang pajak
penghasilan. Pembayaran angsuran setiap bulan ini sendiri dimaksudkan untuk
meringankan beban wajib pajak dalam membayar pajak terutang.
Angsuran PPh Pasal 25 tersebut dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak yang
terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang
dilaporkan dalam surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan (SPT Tahunan
PPh)

Dengan demikian, untuk Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT),
PPh yang terutang di akhir tahun pajak dihitung dengan mengurangkan PPh yang
terutang pada tahun pajak tersebut dengan pelunasan PPh dalam tahun berjalan
(kredit pajak) yang meliputi:

1. pemotongan PPh atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan


sesuai PPh Pasal 21;
2. pemungutan PPh atas penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain sesuai PPh Pasal 22;

4
3. pemotongan PPh atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalti, sewa,
hadiah dan penghargaan, dan imbalan jasa sesuai PPh Pasal 23;
4. PPh yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar negeri yang
boleh dikreditkan sesuai PPh Pasal 24;
5. Pembayaran PPh yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri sesuai PPh
Pasal 25;
6. Pemotongan PPh atas penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 26 yang
bersifat tidak final.
Perlu dipahami bahwa sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta
sanksi pidana berupa denda tidak boleh dikreditkan dengan PPh yang terutang di
akhir tahun. Apabila PPh yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar
daripada kredit pajak, kekurangan pembayaran pajak harus dilunasi sebelum SPT
Tahunan PPh disampaikan. Namun jika PPh yang terutang lebih kecil daripada
kredit pajak, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan setelah diperhitungkan
dengan utang pajak berikut sanksinya.

Sebagai contoh PT A pada tahun pajak 2021 memperoleh penghasilan dengan


rincian sebagai berikut.

1. Penghasilan neto dari usaha sebesar Rp100 miliar; PT A telah


membayar angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan dengan total setahun
sebesar Rp20 miliar; dan
2. Penghasilan neto dari sewa alat sebesar Rp5 miliar dan telah dipotong
PPh Pasal 23 sebesar Rp100 juta oleh penyewa.
Angsuran PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 23 dengan jumlah sebesar Rp20,1 miliar
merupakan pelunasan PPh dalam tahun berjalan yang boleh dikreditkan (kredit
pajak). Penghitungan PPh yang masih harus dibayar di akhir tahun oleh PT A adalah
sebagai berikut.

5
1) Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 25
1. PPh pasal 25 harus dibayar/disetorkan selambat-lambatnya pada tanggal
15 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir.
2. Wajib pajak diwajibkan untuk menyampaikan SPT masa selambat-
lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.
3. Bagi wajib pajak pengusaha tertentu, berlaku juga ketentuan sebagai
berikut.

• Jika wajib pajak memiliki beberapa tempat usaha dalam satu wilayah
kerja kantor pelayanan pajak, harus mendaftarkan masing-masing
tempat usahanyan di kantor pelayanan pajak yang bersangkutan.
• Wajib pajak yang memiliki beberapa tempat usaha di lebih dari satu
wilayah kerja kantor pelayanan pajak, harus mendaftarkan setiap
tempat usahanya di kantor pelayanan pajak masing-masing tempat
usaha wajib pajak berkedudukan.
• SPT tahunan PPh harus disampaikan di kantor pelayanan pajak tempat
domisili wajib pajak terdaftar dengan batas waktu seperti pada
ketentuan butir 2.

6
2.2 Macam Pemungutan Pajak Penghasilan

(Holandari 2021) Sistem pemungutan pajak merupakan suatu cara yang


digunakan untuk menghitung besarnya pajak yang perlu dibayarkan oleh Wajib
Pajak kepada negara. Dengan kata lain, sistem ini menjadi metode untuk mengelola
utang pajak yang bersangkutan supaya bisa masuk ke kas negara.

Adapun, sistem pemungutan pajak sendiri telah diatur dalam Undang-Undang


Nomor 10 Tahun 1994 yang membahas dan mengatur segala hal yang berkaitan
dengan subjek dan objek pajak. Setiap negara di dunia mempunyai sistem dan
metode yang berbeda, sedangkan Indonesia mempunyai 3 (tiga) sistem pemungutan
pajak yang berlaku. Berikut ketiga sistem tersebut beserta ciri-cirinya:

1. Self-Assessment System

Sistem perpajakan ini yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak


yang harus dibayar oleh wajib pajak yang bersangkutan. Dalam artian lain bahwa
Wajib Pajak adalah pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar dan
melaporkan pajak kepada kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau sistem administrasi
online yang dibentuk oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah berperan untuk
mengawasi wajib pajak.

Untuk contohnya adalah dalam PPN dan PPh. Self assessment system sudah
mulai masuk ke Indonesia setelah era reformasi perpajakan pada tahun 1983 dan
masih berlaku hingga saat ini, namun sistem perpajakan tersebut memiliki
konsekuensi karena wajib pajak berhak menghitung jumlah pajak yang perlu
dibayar, biasanya wajib pajak berusaha membayar pajak sesedikit mungkin.

Ciri-ciri dari sistem pemungutan pajak self-assessment adalah:

• Wajib Pajak menentukan besaran pajak terutang;


• Wajib Pajak berperan aktif dalam menyelesaikan kewajiban perpajakannya
(perhitungan, pembayaran, dan pelaporan); serta
• Pemerintah tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

7
2. Official Assessment System

Sistem pemungutan pajak ini yang memungkinkan pihak berwenang untuk


dengan bebas menentukan jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada otoritas
pajak atau pemungut pajak. Dalam sistem pemungutan pajak ini biasanya wajib
pajak bersifat pasif dan hutang pajak hanya dapat digunakan setelah otoritas pajak
mengeluarkan surat ketetapan pajaknya.

Sistem pemungutan pajak ini biasanya dapat diterapkan pada penyelesaian


Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atau jenis pajak daerah lainnya. Dalam proses
transaksi pembayaran PBB, KPP biasanya berperan sebagai pihak yang
mengeluarkan surat ketetapan pajak yang memuat sejumlah PBB terutang disetiap
tahunnya, sehingga tidak perlu lagi untuk menghitung pajak yang terutangnya,
namun cukup dengan membayar PBB berdasarkan Surat Pernyataan Terutang Pajak
(SPPT) yang diterbitkan oleh KPP yang terdaftar sebagai subjek pajak.

Ciri-ciri dari sistem pemungutan pajak official assessment adalah:

• Petugas pajak berwenang menghitung dan memungut besaran pajak


terutang;
• Wajib Pajak berperan pasif;
• Besaran pajak akan diketahui oleh Wajib Pajak setelah petugas pajak
melakukan perhitungan dan menerbitkan SKP; serta
• Pemerintah memiliki hak penuh pada saat menentukan besaran pajak yang
perlu dibayarkan.

3. Withholding Assessment System

Ciri-ciri dari sistem pemungutan pajak withholding assessment adalah:

• Wajib Pajak dan pemerintah tidak berperan aktif dalam menghitung besaran
pajak;
• Pihak ketiga berwenang menentukan besarnya pajak terutang; serta
• Menerbitkan bukti potong/pungut bagi Wajib Pajak yang telah melunasi
pajak terutang.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pajak penghasilan pasal 25, selanjutnya disingkat PPh pasal 25, merupakan
angsuran PPh yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan dalam
tahun pajak berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 UU No.7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.36 Tahun 2008 tentang pajak
penghasilan. Pembayaran angsuran setiap bulan ini sendiri dimaksudkan untuk
meringankan beban wajib pajak dalam membayar pajak terutang. Sistem
pemungutan pajak merupakan suatu cara yang digunakan untuk menghitung
besarnya pajak yang perlu dibayarkan oleh Wajib Pajak kepada negara. Dengan
kata lain, sistem ini menjadi metode untuk mengelola utang pajak yang
bersangkutan supaya bisa masuk ke kas negara. Indonesia mempunyai 3 (tiga)
sistem pemungutan pajak yang berlaku.

3.2 Saran
Pentingnya wajib pajak paham mengenai perpajakan untuk memudahkan
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pemahaman mengenai pengetahuan
perpajakan dapat menumbuhkan rasa kesadaran akan pentingnya melaksanakan
kewajiban membayar pajak.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Enny. 2020. “Hukum Pajak Dan Penerapannya Untuk Kesejahteraan


Sosial.” Solusi 18(3): 407–18.

Holandari, Aida. 2021. “Kenali 3 Jenis Sistem Pemungutan Pajak Di Indonesia.”


pajakku.com.
https://www.pajakku.com/read/608291caeb01ba1922ccaa24/Kenali-3-Jenis-
Sistem-Pemungutan-Pajak-di-Indonesia.

Resmi, Siti. 2019. PERPAJAKAN Teori & Kasus. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.

Rioni, Yunita Sari, and Teuku Radhifan Syauqi. 2020. “Analisis Peningkatan
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pembuatan NPWP UKM Di Kebun Lada
Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat.” Jurnal Perpajakan 1(2): 28–37.
http://jurnal.pancabudi.ac.id/index.php/jurnalperpajakan/article/view/805.

Rizka Novianti Pertiwi, Devi Farah Azizah, Bondan Catur Kurniawan. 2014.
“ANALISIS EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN (Studi Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan
Aset Kota Probolinggo).” Jurnal Perpajakan Vol. 3 No.(17): 7.

10

Anda mungkin juga menyukai