Kelompok 14 - Makalah Perpajakan 1 - Tugas 13
Kelompok 14 - Makalah Perpajakan 1 - Tugas 13
MAKALAH
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karna
itu, perlu penulis haturkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan
berupa moril, tenaga, jasa, masukan, nasehat, dan motifasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kelompok 14
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut (Rioni and Syauqi 2020) para ahli mendefinisikan pengertian pajak
yaitu seperti dibawah ini:
1) Andriani dalam Waluyo (2013:2), Pajak adalah iuran kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan–peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran– pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintah.
2) Soemitro dalam Resmi (2014:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan,
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
3) Djajadiningrat dalam Resmi (2014:1), pajak sebagai suatu kewajiban
menyerahkan sebagian dari kekayaan kekas negara yang disebabkan suatu
keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan
pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari
negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.
1
4) Feldamnn dalam Resmi (2014:2), pajak adalah prestasi yang dipaksakan
sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma–norma yang
ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontrapretasi, dan semata–mata
digunakan untuk pengeluaran – pengeluaran umum.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka, rumusan masalah adalah sebagai
berikut ;
1. Apa itu pelunasan pajak dalam tahun berjalan?
2. Apa macam pemungutan pajak penghasilan?
3
BAB II
KAJIAN TEORI
Pajak penghasilan pasal 25, selanjutnya disingkat PPh pasal 25, merupakan
angsuran PPh yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan dalam
tahun pajak berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 UU No.7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.36 Tahun 2008 tentang pajak
penghasilan. Pembayaran angsuran setiap bulan ini sendiri dimaksudkan untuk
meringankan beban wajib pajak dalam membayar pajak terutang.
Angsuran PPh Pasal 25 tersebut dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak yang
terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang
dilaporkan dalam surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan (SPT Tahunan
PPh)
Dengan demikian, untuk Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT),
PPh yang terutang di akhir tahun pajak dihitung dengan mengurangkan PPh yang
terutang pada tahun pajak tersebut dengan pelunasan PPh dalam tahun berjalan
(kredit pajak) yang meliputi:
4
3. pemotongan PPh atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalti, sewa,
hadiah dan penghargaan, dan imbalan jasa sesuai PPh Pasal 23;
4. PPh yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar negeri yang
boleh dikreditkan sesuai PPh Pasal 24;
5. Pembayaran PPh yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri sesuai PPh
Pasal 25;
6. Pemotongan PPh atas penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 26 yang
bersifat tidak final.
Perlu dipahami bahwa sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta
sanksi pidana berupa denda tidak boleh dikreditkan dengan PPh yang terutang di
akhir tahun. Apabila PPh yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar
daripada kredit pajak, kekurangan pembayaran pajak harus dilunasi sebelum SPT
Tahunan PPh disampaikan. Namun jika PPh yang terutang lebih kecil daripada
kredit pajak, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan setelah diperhitungkan
dengan utang pajak berikut sanksinya.
5
1) Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 25
1. PPh pasal 25 harus dibayar/disetorkan selambat-lambatnya pada tanggal
15 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir.
2. Wajib pajak diwajibkan untuk menyampaikan SPT masa selambat-
lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.
3. Bagi wajib pajak pengusaha tertentu, berlaku juga ketentuan sebagai
berikut.
• Jika wajib pajak memiliki beberapa tempat usaha dalam satu wilayah
kerja kantor pelayanan pajak, harus mendaftarkan masing-masing
tempat usahanyan di kantor pelayanan pajak yang bersangkutan.
• Wajib pajak yang memiliki beberapa tempat usaha di lebih dari satu
wilayah kerja kantor pelayanan pajak, harus mendaftarkan setiap
tempat usahanya di kantor pelayanan pajak masing-masing tempat
usaha wajib pajak berkedudukan.
• SPT tahunan PPh harus disampaikan di kantor pelayanan pajak tempat
domisili wajib pajak terdaftar dengan batas waktu seperti pada
ketentuan butir 2.
6
2.2 Macam Pemungutan Pajak Penghasilan
1. Self-Assessment System
Untuk contohnya adalah dalam PPN dan PPh. Self assessment system sudah
mulai masuk ke Indonesia setelah era reformasi perpajakan pada tahun 1983 dan
masih berlaku hingga saat ini, namun sistem perpajakan tersebut memiliki
konsekuensi karena wajib pajak berhak menghitung jumlah pajak yang perlu
dibayar, biasanya wajib pajak berusaha membayar pajak sesedikit mungkin.
7
2. Official Assessment System
• Wajib Pajak dan pemerintah tidak berperan aktif dalam menghitung besaran
pajak;
• Pihak ketiga berwenang menentukan besarnya pajak terutang; serta
• Menerbitkan bukti potong/pungut bagi Wajib Pajak yang telah melunasi
pajak terutang.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak penghasilan pasal 25, selanjutnya disingkat PPh pasal 25, merupakan
angsuran PPh yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan dalam
tahun pajak berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 UU No.7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.36 Tahun 2008 tentang pajak
penghasilan. Pembayaran angsuran setiap bulan ini sendiri dimaksudkan untuk
meringankan beban wajib pajak dalam membayar pajak terutang. Sistem
pemungutan pajak merupakan suatu cara yang digunakan untuk menghitung
besarnya pajak yang perlu dibayarkan oleh Wajib Pajak kepada negara. Dengan
kata lain, sistem ini menjadi metode untuk mengelola utang pajak yang
bersangkutan supaya bisa masuk ke kas negara. Indonesia mempunyai 3 (tiga)
sistem pemungutan pajak yang berlaku.
3.2 Saran
Pentingnya wajib pajak paham mengenai perpajakan untuk memudahkan
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pemahaman mengenai pengetahuan
perpajakan dapat menumbuhkan rasa kesadaran akan pentingnya melaksanakan
kewajiban membayar pajak.
9
DAFTAR PUSTAKA
Resmi, Siti. 2019. PERPAJAKAN Teori & Kasus. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Rioni, Yunita Sari, and Teuku Radhifan Syauqi. 2020. “Analisis Peningkatan
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pembuatan NPWP UKM Di Kebun Lada
Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat.” Jurnal Perpajakan 1(2): 28–37.
http://jurnal.pancabudi.ac.id/index.php/jurnalperpajakan/article/view/805.
Rizka Novianti Pertiwi, Devi Farah Azizah, Bondan Catur Kurniawan. 2014.
“ANALISIS EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN (Studi Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan
Aset Kota Probolinggo).” Jurnal Perpajakan Vol. 3 No.(17): 7.
10