48072-Article Text-89816-1-10-20220708
48072-Article Text-89816-1-10-20220708
4 Tahun 2022
Sumarno
S-1 Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Email: sumarno@unesa.ac.id
Abstrak
Kompleks Taman Sari merupakan kompleks istana air (watercastel) yang dibangun dengan tujuan sebagai tempat
rekreasi dan kolam pemandian bagi Sultan Yogyakarta dan kerabat Sultan. Pesanggrahan Taman Sari merupakan situs
sejarah yang menunjukan kekuasaan Kesultanan Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat pada saat itu. Perubahan alih fungsi
bangunan kompleks Taman Sari berawal di tahun 1972 atas perintah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Fokus penelitian ini
adalah membahas mengenai perubahan fungsi privat kompleks Taman Sari menjadi fungsi publik.
Penelitian ini disusun dengan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan yaitu, (1) Heuristik
merupakan proses pengumpulan sumber sejarah melalui wawancara yang dilakukan dengan abdi dalem Keraton Yogyakarta
dan masyarakat sekitar kompleks Taman Sari. (2) Kritik sumber atau verifikasi berfungsi membantu peneliti untuk memilih
sumber yang didapat melalui fakta sejarah di lapangan. (3) Interpretasi merupakan tahap menganalisis dan menafsirkan
sumber sejarah yang telah terverifikasi. (4) Historiografi atau proses penulisan terhadap hasil penelitian yang disusun
berdasarkan sumber-sumber valid yang telah diperoleh oleh peneliti.
Hasil penelitian ini akan menjawab mengenai perubahan alih fungsi bangunan kompleks Taman Sari yang semula
memiliki fungsi privat bagi Sultan dan kerabat Sultan, berganti menjadi fungsi publik. Tepat di era akhir kekuasaan Sri
Sultan Hamengkubuwono IX, Kompleks Taman Sari membawa banyak kemajuan dibidang pariwisata dan pendidikan.
Perhatian Keraton Yogyakarta terhadap pemeliharaan kompleks Taman Sari membuahkan hasil ketika situs pesanggrahan
Taman Sari dianugerahi sebagai cagar budaya di tahun 1998.
pembangunan istana kedua yang awal mulanya berfungsi dan perubahan alih fungsi bangunan kompleks Taman
hanya sebagai tempat rekreasi untuk keluarga kerajaan dari Sari dalam upaya melestarikan warisan budaya.
hiruk pikuk masalah keraton dan juga sebagai tanda
penghargaan atas jasa permaisuri yang telah banyak ikut METODE PENELITIAN
menderita akibat peperangan Giyanti yang tentu melibatkan Pada penelitian ini peneliti membahas
Pangeran Mangkubumi.2 Istana ini adalah istana air yakni mengenai bagaimana perkembangan alih fungsi
Kompleks Taman Sari. Secara harfiah, Taman Sari berasal bangunan kompleks Taman Sari Keraton Yogyakarta
dari dua kata, “Taman” yang berarti kebun yang ditanami tahun 1972–2000. Dalam penelitian ini, penulis
bunga-bungaan dan “Sari” berarti indah. Sehingga Taman menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi
Sari ditujukan sebagai nama untuk sebuah kompleks empat tahap: heuristik, kritik, interpretasi, dan
bangunan berupa taman yang benar-benar indah dan asri. historiografi. Penelitian ini juga menggunakan
Taman Sari dibangun tidak jauh dari hunian keraton pendekatan teori yang akan menunjang penulisan yaitu
yang terletak di sebelah barat daya keraton inti, Sultan dapat pendekatan antropologi budaya dan teori dialektika
menuju ke kompleks Taman Sari dengan mengendarai kemajuan milik Jan Marius Romein. Pendekatan teori
perahu dari bagian Selatan Magangan. Seperti yang telah tersebut digunakan sebagai alat untuk menjawab
disebutkan di atas, Taman Sari merupakan peninggalan rumusan masalah.
sosial – budaya dari Sultan Hamengkubuwono I (1755 – Hasil dari penelitian ini akan disusun dengan
1792 M). Kompleks Taman Sari dibangun di abad ke 17 metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat
Masehi, dimulai dari tahun 1758 Masehi yang ditandai tahapan yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan
dengan bangunan yang memuat relief Sengkalan Memet historiografi. Tahap pertama yaitu heuristik, dimana
yakni berwujud gambar empat ekor naga yang saling penulis telah mengumpulkan sumber sejarah untuk
membelit. Relief naga ini dapat ditemukan di Gapura menjadi bahan dalam penulisan sejarah dan
Panggung, yang berada tepat di depan pintu masuk kompleks diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sumber tertulis dan
Taman Sari. Relief ini dibaca “Catur naga rasa tunggal” sumber sejarah lisan3. Sumber lisan didapatkan dari
tahun Jawa atau 1758 Masehi. proses wawancara dengan abdi dalem dan masyarakat
Berdasarkan latar belakang tersebut , penulis sekitar kampung wisata Taman Sari, sedangkan sumber
menarik rumusan masalah yang menjadi dasar dalam tertulis di dapat dari prasasti atau relief, buku, jurnal,
melakukan penelitian ini. Rumusan masalah dalam dan artikel web resmi Keraton Yogyakarta. Narasumber
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) yang dipilih dalam proses wawancara pada penelitian
Bagaimana perkembangan alih fungsi banguan kompleks ini berasal dari pihak Keraton Yogyakarta yang
Taman Sari Keraton Yogyakarta pada tahun 1972-2000? 2) mengelola Cagar Budaya. Sumber-sumber yang telah
Bagaimana dampak dari alih fungsi bangunan kompleks dikumpulkan tentunya harus melalui kritik, kritik
Taman Sari terhadap dinamika sosial budaya masyarakat sumber tersebut dilakukan untuk menguji kredibilitas
sekitar? 3) Bagaimana pandangan pihak keraton mengenai sumber, sehingga penulis dapat melakukan interpretasi
perubahan fungsi privat ke publik terhadap kompleks Taman mengaitkan antar fakta-fakta sejarah dan tahap akhir
Sari?. Penelitian ini membahas bagaimana perkembangan historiografi dapat disusun sesuai dengan peristiwa
alih fungsi bangunan kompleks Taman Sari, yang sejarah yang benar-benar terjadi berdasarkan sumber
sebelumnya merupakan kompleks privat bagi Sultan dan yang telah diperoleh dalam bentuk artikel ilmiah.
Kerabat Sultan. Kemudian berganti status menjadi cagar
budaya dan menjadi ruang publik yang banyak dikunjungi HASIL DAN PEMBAHASAN.
oleh masyarakat luas. A. Pembangunan Pesanggrahan Taman Sari
Oleh karena itu penelitian ini memiliki tujuan yakni Yogyakarta
: 1) Mendeskripsikan sejarah awal mula berdirinya 1. Monografi Pembangunan Kompleks Taman
kompleks Taman Sari pada abad 17 Masehi sebagai tonggak Sari Keraton Yogyakarta
awal pembangunan. 2) Menganalisis alih fungsi bangunan
kompleks Taman Sari tahun 1972-2000 yang semula adalah
tempat privat bagi keluarga keraton hingga beralih fungsi
menjadi cagar budaya. 3) Menganalisis dampak perubahan
sosial-budaya masyarakat di lingkungan sekitar kompleks
Taman Sari Yogyakarta. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi sumber informasi dan menambah wawasan
tentang sejarah awal pembangunan kompleks Taman Sari
Gambar 1. Pintu masuk kompleks Taman Sari
2 3
Eka Hadiyanta, Ign, Menguak Keagungan Tamansari, Sumber Aksara Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan
Yogyakarta, 2012 bentang budaya, 1995. Hlm. 89
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 12, No. 4 Tahun 2022
7
https://www.kratonjogya.id/tata-rakiting-wewangun/14/bangunan-
bangunan-tamansari/(diakses pada 14 April 2022)
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 12, No. 4 Tahun 2022
Taman Sari ini merupakan wilayah privat yang hanya bisa leluhur. Jika kita lihat struktur bangunan Taman Sari di
dijangkau oleh Sultan, kerabat Sultan, dan para abdi kinasih era tahun 1691, membuktikan bahwa bangunan ini
nya. Tidak ada satupun pemukiman warga masyarakat yang merupakan bangunan yang megah dan agung serta
berada di wilayah sekitaran kompleks keraton dan Taman menggunakan teknologi bangunan yang sudah modern.
Sari. Dan untuk mencapai Kompleks Taman Sari dahulunya Teknik pembangunan kompleks Taman Sari
Sultan dan Kerabat Sultan melewati kanal-kanal menggunakan Teknik bajralepa dengan kombinasi
menggunakan perahu kecil untuk sampai di Dermaga Peksi bahan material berupa pasir dan tumbukan batu bata
Beri. yang diolah seperti semen. Teknik bangunan Taman
Untuk mengairi Kompleks Taman Sari, kanal-kanal Sari tidak menggunakan besi, maka dari itu
tersebut di aliri air dari sungai Winongo yang mengalir dari pembangunan tembok-tembok memiliki ketebalan 5 cm
sebelah barat Tamansari. Air sungai Winongo dialirkan ke untuk memperkokoh bangunan. Dan hal tersebut
segaran dimana segaran memiliki fungsi sebagai tempat terbukti hingga sekarang, bangunan Taman Sari masih
berkumpul dan mengatur aliran air sehingga dapat mengisi berdiri kokoh meskipun sempat diterjang gempa bumi
umbul atau kolam melalui kanal-kanal buatan. Tanah dan hebat namun memang beberapa bangunanan yang
bangunan Taman Sari adalah milik Sultan berada di atas mengalami runtuh sebagian.
Hamengkubuwono (Kagungan Dalem Kraton Yogyakarta) , Di tahun 1972 menurut penuturan Agus
yang diurus oleh Kantor Kawedanan Hageng Punakawan Purwanto mengatakan bahwa, Sultan
Wahana Sarta Kriya. Hamengkubuwono IX tidak lagi menggunakan
Ditinjau dari luasnya lahan Kompleks Taman Sari ini, Pesanggrahan Taman Sari sebagai seperti fungsi
memiliki waduk yang dapat mengatur air bagi lahan awalnya. Semula menjadi tempat privat bagi Sultan dan
pertanian yang ada di sekitar Taman Sari yang meliputi kerabat Sultan menjadi salah satu tempat usulan yang
kebun-kebun buah dan bunga. Oleh karena itu Taman Sari akan menjadi cagar budaya. Informasi yang perlu
secara tidak langsung merupakan bangunan yang memiliki diketahui bahwasanya, Taman Sari digunakan seperti
arti budaya, sosial, dan peranan kemanusiaan. Seiring dengan fungsi awalnya hanya sampai pada Sultan
perkembangan jumlah penduduk di wilayah Kasultanan Hamengkubuwono VIII.
Yogyakarta, yang dahulunya kompleks Taman Sari hanya Tentu hal tersebut mengingat faktor manusia
sebatas adanya bangunan dan kolam, dan disertai kebun- yaitu Indonesia masa penjajahan dimulai dengan
kebun buah dan bunga. Lahan-lahan di samping-samping kedatangan bangsa Asing yang terus menerus menyita
kebun tersebut telah menjadi perkampungan penduduk yang banyak tempat-tempat milik Kasultanan Yogyakarta.
tidak padat. Kemudian faktor alam yang membuat kompleks Taman
Namun perlu diketahui bahwasanya, suatu hal yang Sari kehilangan air yang berada di segaran bahkan
sangat menarik dan patut untuk dipuji adalah penduduk kanal-kanal yang dapat menghubungkan wilayah
sekitaran Kompleks Taman Sari sangat menghargai privasi keraton dengan Taman Sari hilang, hal tersebut lantaran
Sultan dan Kerabat Sultan dan juga sangat menghargai gempa bumi tektonik yang terjadi tanggal 10 juni 1897
peninggalan pesanggrahan Taman Sari ini. Menurut dan mengakibatkan Sebagian besar bangunan Taman
penuturan narasumber, warga masyarakat sekitar tidak berani Sari rusak berat dan akhirnya bangunan Taman Sari
menerjang atau melewati tembok rumah mereka yang mulai tidak digunakan sebagaimana sesuai fungsinya.
berhadapan dengan tembok kompleks Taman Sari. Adanya lahan sekitaran kompleks Taman Sari
2. Kompleks Taman Sari Sebagai Cagar Budaya yang kosong maka pihak keraton memperbolehkan
Keagungan dan kemegahan bangunan Pesanggrahan masyarakat untuk bisa mengajukan permohonan tinggal
Taman Sari pada zaman dahulu hingga sekarang tentu tidak di Taman Sari dengan system ngindung, yaitu sistem
akan bisa lepas dari pengaruh dan perkembangan zaman, menyewa tanah dengan membayar sewa tanah. Selain
yang menuntut perubahan di segala bidang/ kemajuan itu, balas jasa Sultan terhadap para abdi kinasihnya atas
teknologi memang akan merubah segalanya menjadi lebih tanah-tanah di sekitar kompleks Taman Sari menjadi
baik, asalkan sesuai dengan apa yang diharapkan. Namun tanah hak milik pribadi yang dihibahkan Sultan untuk
disisi lain, mengingat fungsi penggunaanya kadang tidak para abdi kinasihnya atau pewarisnya. Status tanah
sesuai dengan nilai-nilai ataupun norma yang berlaku untuk tersebut berubah yang awalnya adalah tanah Magersari
tetap dipertahankan. Hal tersebut nampak dalam upaya berubah menjadi tanah pribadi atas izin Sultan.
pelestarian peninggalan hasil-hasil budaya manusia. Tepat pada 1 April 1976, Sultan
Kompleks Taman Sari merupakan bangunan sosial- Hamengkubuwono IX mengumumkan status Taman
budaya peninggalan Sultan Hamengkubuwono I yang Sari yang tidak lagi digunakan total oleh keluarga
kemudian dilanjutkan penyelesaiannya oleh Sultan Kesultanan membuat semakin padatnya pemukiman
Hamengkubuwono II, yang merupakan warisan sejarah yang yang ada di wilayah Magersari. Akibat Taman Sari
tak ternilai harganya. Oleh karena itu perkembangan alih tumbuh semakin padat dan tidak teratur. Sesuai dengan
fungsi bangunan kompleks Taman Sari akan sangat penting statusnya yang baru yaitu sebagai hak milik, maka tanah
dilakukan sebagai salah satu upaya melestarikan warisan tersebut dapat diperjualbelikan kepada masyarakat luar
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 12, No. 4 Tahun 2022
sehingga saat ini status tanah di kampung Taman Sari ada terlihat dari adanya bangunan hunian baru yang
dua: hak milik dan Tanah Magersari. berlokasi tepat di bekas reruntuhan salah satu bangunan
asli Taman Sari dengan status hak milik. Akibat
fenomena sosial ini membuat pihak keraton tidak lagi
bisa menggunakan Taman Sari sebagaimana mestinya.
Perkembangan alih fungsi Taman Sari terus dikelola
secara pribadi oleh Keraton Yogyakarta hingga
pemberian status resmi pada kompleks Taman Sari oleh
Balai Pelestarian Cagar Budaya pada tahun 1998.
Sebelum pemberian status resmi atas situs
Pesanggrahan Taman Sari oleh Balai Pelestarian Cagar
Budaya. Pada tahun 1997, PEMDA Daerah Istimewa
Yogyakarta sempat melakukan pemugaran kompleks
Taman Sari ini. Pemeliharaan rutin dilakukan oleh
Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP)
dengan dukungan APBN. Pemugaran yang dilakukan
Gambar 5. Tanah Magersari pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta pemugaran
situs Pesanggrahan Taman Sari didaftarkan sebagai
Sejak tahun 1974 kompleks Taman Sari dikelola oleh cagar budaya, dengan surat keputusan penetapan dengan
Tepas Keprajuritan Keraton Ngayogyakarta dan berperan
No Sk: 157/M/1998, Tanggal SK: 1 Juli 1998,
besar dalam bidang pariwisata. Dilihat dari daftar statistic berdasarkan surat keputusan Menteri.
pengunjung Taman Sari dari tahun ke tahun, jumlah Berdasarkan penetapan status pada situs
wisatawan mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pesanggrahan Taman Sari, lantas tidak membuat
Meningkatnya jumlah pengunjung, disamping karena daya perubahan di lingkungan sekitar kompleks Taman Sari
Tarik masyarakat akibat telah banyak dipublikasikan melalui yang sangat pesat tersebut. Upaya pengendalian yang
jaringan radio, koran bahkan dari informasi mulut ke mulut.
dilakukan Dinas Kebudayaan dapat dibilang cukup
Dan tidak dapat dipungkiri bahwa kompleks Taman Sari terlambat untuk mengatasinya, hanya saja jika ada
memiliki jarak yang tidak jauh dari kompleks Keraton warga yang menginginkan membangun hunian di
Yogyakarta membuat Taman Sari sebagai destinasi lanjutan sekitar Taman Sari maka mengharuskan mereka untuk
yang banyak dikunjungi. meminta rekomendasi izin dari Dinas Kebudayaan
Tahun 1977 dilakukan Revitalisasi dan konservasi terlebih dahulu.
pada kompleks Taman Sari. Konservasi merupakan proses
Tahun 1999 kompleks Taman Sari mengalami
pengelolaan suatu tempat agar kandungan makna kulturalnya renovasi kecil terhadap beberapa bangunan yang
terpelihara dengan baik yang meliputi seluruh kegiatan memerlukan perawatan ekstra, seperti Sumur Gemuling,
pemeliharaan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat Pesarehan Ledok Sari dan Pulo Cemeti. Tahun 2000
(Eko Budiharjo, 1989). Namun hanya sedikit saja bangunan merupakan awal baru bagi perkembangan dunia
yang dapat direvitalisasi Kembali. Mengingat struktur pariwisata di kompleks Taman Sari. Kompleks Taman
bangunan yang tidak memiliki bantuan pondasi besi Sari mulai dikunjungi sebagai destinasi wisata budaya -
membuat beberapa bangunan Taman Sari tidak menyisakan pendidikan oleh beberapa kunjungan mahasiswa yang
puing-puing bangunan sama sekali semenjak terjadinya akan melakukan penelitian, wisatawan lokal atau
gempa bumi di tahun 1867. mancanegara yang melakukan wiasata lanjutan setelah
Gempa bumi yang terjadi tahun 1867 mengakibatkan kunjungan ke Keraton.
kerusakan yang cukup signifikan dan membuat beberapa
Perubahan alih fungsi bangunan Taman Sari ini
kebun-kebun rusak parah akibat tertimpa bangunan. Hal menunjukkan bahwa Sri Sultan Hamengkubuwono IX
inilah yang membuat banyak penduduk membangun hunian sangat mengizinkan dan mendukung agar kompleks
di antara bekas kebun dan puing bangunan dengan sistem Taman Sari dibuka untuk umum, hal tersebut tentu
tanah magersari. Tahun 1983 berdasarkan kebijakan sesuatu yang patut untuk diapresiasi. Mengingat
menurut naskah Surat Pengahageng Kawedanan Hageng keinginan beliau untuk bisa menunjukkan kepada
Punokawan Wahono Sarto Karaton Ngayogyakarta ,
seluruh dunia bahwa kompleks Taman Sari merupakan
masyarakat yang menggunakan tanah keraton diwajibkan bukti kebesaran peradaban Kesultanan Nagari
membuat perjanjian dan mengikuti ketentuan yang mengikat Ngayogyakarta Hadiningrat yang wajib dijaga
dalam surat kekancingan. kelestariannya.
Perkembangan hunian dengan status tanah magersari Hal yang dilakukan oleh Sri Sultan
yang menempati lahan milik keraton di kawasan Taman Sari Hamengkubuwono IX sesuai dengan teori yang
pada akhirnya tumbuh dan berkembang tanpa adanya dikemukakan oleh Jan Marius Romein, menyatakan
pengawasan yang ketat dari keraton. Perkembangan ini bahwa sejarah manusia memiliki gerak melompat
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 12, No. 4 Tahun 2022
bahkan mendadak dan tidak secara bertahap (evolusi). Kompleks Taman Sari diharapkan dapat mendukung
Kemudian masyarakat yang dalam tahap tertinggal dapat dalam mengungkap Citra baik bagi Keraton
memilih beberapa aspek sebagai bentuk keunggulan. Yogyakarta.
Sedangkan peradaban masyarakat yang pernah maju di masa Yang tentu pada saat itu perlu ditinjau dan di
lalu dapat menjadi penghambat kemajuan bagi masa saat ini. tata kembali areanya karena telah terjadi perubahan
Keputusan Sri Sultan Hamengkubuwono IX fungsi bangunan dan fungsi kawasan. Perubahan fungsi
membuktikan bahwa Pesanggrahan Taman Sari sebuah bangunan tentu tidak lagi bisa dipungkiri
bentuk keunggulan pada peradaban kebesaran Kasultanan keberadaannya. Mengingat banyak bangunan yang yang
Yogyakarta di masa lampau, dan kembali di rawat di masa telah runtuh akibat faktor alam dan faktor manusia, hal
sekarang sebagai wujud untuk menghindari penghambatan tersebut menjadi alasan kuat mengapa Pesanggrahan
kemajuan peradaban masyarakat. Taman Sari tidak lagi digunakan seperti fungsi awalnya
bagi kerabat Sultan yakni mengingat keamanan dan
C. Dampak Sosial – Budaya Pada Alih Fungsi Bangunan privasi yang tidak lagi bisa terjaga.
Kompleks Taman Sari Bagi Masyarakat Sekitar Keberadaan kampung wisata yang mulai
Melihat potensi yang terdapat pada Kawasan keraton dikelola di tahun 1990, membuat kampung tersebut
Yogyakarta khususnya kompleks Taman Sari, maka semua memiliki ciri khas tersendiri, dimana keberadaan
orang akan memperhatikan dan mengkaji lebih dalam kampung wisata Taman Sari berada di dalam Kawasan
tentang apa yang ada di sana. Ketertarikan ini membuat Keraton Yogyakarta yang pastinya memiliki norma,
dampak yang sangat luas, tentunya bagi Taman Sari, Keraton hukum dan adat istiadat tersendiri yang berbeda dari
Yogyakarta maupun masyarakat luas. Bagi masyarakat, tentu keraton atau wilayah lainnya. Untuk menciptakan citra
hal tersebut akan menambah pengetahuan dan wawasan Kawasan yang baik bagi kampung wisata Taman Sari
mengenai budaya yang kita miliki, sehingga akan timbul rasa yang berbeda dengan lainnya.
bangga akan warisan budaya dengan kata lain, menambah Maka yang perlu untuk dipertahankan adalah
rasa cinta kepada bangsa sehingga dapat meningkatkan rasa norma, budaya, dan adat istiadat yang masih berlaku
persatuan dan kesatuan. saat ini. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sangat
Setelah terjadinya Gempa bumi di tahun 1867 yang sulit untuk mempertahankan norma, budaya dan adat
mengakibatkan kebun-kebun di area kompleks Taman Sari istiadat yang ada karena tidak terlepas dari masuknya
rusak berat, membuat wilayah kosong tersebut akhirnya pengaruh budaya luar terutama budaya luar yang masuk
dihuni oleh masyarakat sekitar dengan sistem ngindung. akibat arus globalisasi dan terkadang sangat bertolak
Membuat sekitaran kompleks Taman Sari menjadi wilayah belakang dengan budaya kita. Fenomena yang terjadi
padat penduduk. Banyak dari warga masyarakat yang tinggal lapangan karena meningkatnya jumlah penduduk di area
di wilayah perkampungan Taman Sari, memang dahulunya kompleks Taman Sari, berakibat pembangunan
berstatus sebagai kerabat dan abdi dalem keraton terutama perumahan yang menyatu dengan bangunan
yang bekerja di pesanggrahan Taman Sari dengan sistem Pesanggrahan Taman Sari yang seharusnya tidak boleh
tanah magersari. terjadi.
Tanah magersari ini kemudian diwariskan kepada 1. Respon Pihak Keraton Yogyakarta Terhadap
anak-keturunan dari para kerabat keraton ataupun para abdi Perubahan Alih Fungsi Bangunan Taman
dalem. Sehingga membuat pemukiman di sekitar kompleks Sari
Taman Sari menjadi tidak lagi teratur. Banyak bangunan Di sisi lain pihak keraton saat itu tidak mampu
rumah yang dibangun persis berdampingan dengan tembok untuk mengeluarkan peraturan atau undang-undang
bangunan Taman Sari. Terdapat juga bangunan rumah yang untuk melarang hal tersebut, keraton hanya
berada di atas bekas bangunan Pesanggrahan Taman Sari. mengeluarkan himbauan agar keberadaan rumah-rumah
Tentu hal tersebut mengakibatkan bukti puing-puing warga masyarakat tidak mengganggu atau merusak
bangunan sudah tidak nampak lagi. bangunan yang masih ada. Salah satu kepatuhan dan
Seperti contoh keberadaan pintu masuk utama rasa hormat yang tinggi yang terjadi di sekitar
Pesanggrahan Taman Sari yang berada di sebelah Barat kini, perumahan kompleks Taman Sari yaitu mengenai
sudah tidak nampak lagi bekas bekas karena telah dipenuhi ketinggian atau jumlah lantai yang tidak boleh melebihi
oleh perumahan penduduk dan fasilitas lingkungan lainnya. ketinggian atau jumlah lantai dari keraton itu sendiri.
Menanggapi hal tersebut tentu masyarakat luas bertanya- Maka dari itu perumahan di sekitar kompleks Taman
tanya akan bagaimana respon dan tanggapan pihak keraton Sari hanya rumah-rumah yang memiliki gaya berbentuk
mengenai fenomena yang terjadi saat itu. Menurut penuturan joglo dan limasan seperti rumah-rumah Jawa.
narasumber sebagai abdi dalem mengatakan pada saat itu di Perubahan alih fungsi kompleks Taman Sari
masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, setelah masuk resmi menjadi bagian dari cagar budaya,
mengatakan bahwa keberadaan peninggalan bangunan yaitu sesuai SK Menteri, di tanggal 1 Juli 1998.
bersejarah seperti Pesanggrahan Taman Sari, sangat Membuat masyarakat Taman Sari merasa diuntungkan
berpengaruh pada perkembangan Kawasan yang ada. dan mendapat respon yang positif untuk membuka
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 12, No. 4 Tahun 2022
bisnis, karena Kawasan ini akan menjadi Kawasan wisata bangunan, dan juga kehadiran pemukiman warga
yang banyak dikunjungi oleh turis domestic ataupun masyarakat yang tidak lagi dapat dibendung jumlahnya.
mancanegara. Apalagi didukung dengan adanya kerajinan Melalui banyak tahapan menjadikan Kompleks Taman
batik yang ada. Tetapi lagi-lagi kesadaran penduduk yang Sari ini berubah menjadi situs cagar budaya dimana
minim mengenai pentingnya pelestarian cagar budaya yang membuat terjadi perubahan sosial-budaya yang
merupakan peninggalan atau warisan budaya bangsa, mendasar bagi warga masyarakat kampung wisata
membuat sebagian warga masyarakat lupa akan etika-etika Taman Sari atau dahulu disebut masyarakat penghuni
dalam menjaga aset cagar budaya. tanah magersari.
Adanya peluang bisnis karena kedatangan para Dalam upaya besar yang dilakukan pihak
wisatawan baik domestic atau mancanegara, membuat Keraton Yogyakarta untuk tetap melestarikan situs
penduduk melewati batas aturan yang ada, seperti yang dapat Taman Sari membuat Taman Sari hadir sebagai salah
kita lihat adanya bangunan galeri di depan Gapura Agung satu Kampung Wisata yang unik dalam naungan norma,
yang sebenarnya daerah tersebut terbebas dari adanya budaya dan adat istiadat yang masih berlaku sesuai
pembangunan bangunan baru, walaupun dari segi ekonomi dengan kebiasaan-kebiasaan Keraton Yogyakarta.
dapat menghasilkan uang dan bermanfaat untuk pameran Berdasarkan teori Jan Marius Romein yang saya pinjam
hasil kerajinan yang terdapat di kawasan Taman Sari. untuk penelitian ini semakin membuktikan bahwa
Fasilitas umum yang ada sebenarnya dapat mendukung peradaban manusia yang pernah maju di masa lalu dapat
fungsi Kawasan. menjadi penghambat kemajuan bagi masa sekarang jika
Tetapi pada kenyataannya keberadaan sarana umum tidak dikelola dengan baik.
tersebut akhirnya merubah merubah fungsi yang tidak sesuai Wujud pemerintah Daerah Istimewa
dengan fungsi semula, bahkan mengganggu fungsi Kawasan Yogyakarta, Kasultanan Yogyakarta dan masyarakat
yang ada. Perubahan sosial-budaya pada masyarakat sekitar sekitar kompleks Pesanggrahan Taman Sari merupakan
kompleks Taman Sari tentu terjadi karena adanya fenomena wujud untuk tetap melestarikan peradaban masyarakat
baru yang terjadi saat itu. Dimana masyarakat di satu sisi di masa lalu agar bisa terus bertahan meskipun sudah
harus menjaga dan melestarikan peninggalan yang ada, tetapi memiliki fungsi yang berbeda dari sebelumnya.
di sisi lain harus mengikuti perkembangan dan perubahan Saran
yang ada karena pola masyarakat yang harus tetapi Berikut saran yang diajukan penulis:
mengikuti kemajuan untuk mempertahankan peradaban A). Pentingnya bagi warga masyarakat dan wisatawan
manusia. untuk mengetahui bagaimana sikap untuk menjaga,
mempertahankan, kelestarian bangunan Taman Sari
PENUTUP dalam setiap perilaku yang ditunjukan sebagai wujud
rasa hormat bagi leluhur yang memprakarsai
Kesimpulan pembangunan kompleks Taman Sari dan bagi
Taman Sari terletak di patehan, Kecamatan Kraton, Kasultanan Yogyakarta
Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. B). Perlunya dukungan bagi masyarakat luas akan
Taman sari merupakan situs peninggalan Kasultanan adanya situs Taman Sari sebagai warisan budaya untuk
Yogyakarta yang dibangunan pada tahun 1755 M. Dibangun turut selalu mendukung pelestarian warisan budaya
atas keinginan Sri Sultan Hamengkubuwono I sebagai hadiah melalui program-program revitalisasi, Pendidikan dan
untuk permaisurinya karena telah ikut sengsara saat Pangeran pariwisata.
Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I) ikut dalam
perang Giyanti. DAFTAR PUSTAKA
Taman Sari merupakan bangunan Pesanggrahan A. Dokumen / Prasasti / Relief
atau kolam pemandian, yang memiliki fungsi sebagai tempat ● Relief Sengkalan Memet yakni berwujud gambar
rekreasi bagi Sultan dan Kerabat Sultan untuk sejenak empat ekor naga yang saling membelit. Relief naga ini
melupakan hiruk pikuk masalah keraton. Pesanggarahan dapat ditemukan di Gapura Panggung, berada tepat di
Taman Sari juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai benteng depan pintu masuk kompleks Taman Sari yaitu
pertahanan yang akan membantu Kasultanan Yogyakarta tersebut dibaca “catur naga rasa tunggal” tahun 1684
agar dapat melindungi Sultan dan anggota keluarganya Jawa atau 1758 M, sebagai penanda awal
ketika musuh menyerang. Hal tersebut dibuktikan dengan pembangunan kompleks Taman Sari.
tembok-tembok keliling yang tinggi yang mengelilingi ● Relief Candrasengkala yakni sebuah relief yang
kompleks bangunan Taman Sari dan juga adanya Lorong- menandai diselesaikannya pembangunan kompleks
lorong bawah tanah dan bangunan yang tinggi. Taman Sari yang di ukir berupa ornamen bergambar
Sekitar tahun 1972, Pesanggrahan Taman Sari kuntum bunga yang dihisap burung di beberapa
mengalami alih fungsi bangunan akibat faktor manusia dan dinding bangunan khusus area kompleks Taman Sari,
faktor alam yang terjadi. Pesanggrahan Taman Sari kini tidak seperti ditemui di Gapura Agung. Relief tersebut
lagi digunakan sesuai fungsi awalnya, mengingat runtuhnya dapat dijumpai pada arca “Lajering Sekar Sinesep
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 12, No. 4 Tahun 2022
Peksi” yang menunjukkan angka 1961 jika dibaca dari kiri Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu
ke kanan. Namun karena Karaton Ngayogyakarta Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang
Hadiningrat berada di wilayah Jawa, maka seluruh Budaya.
penanggalan mengikuti tahun Jawa. Maka untuk membaca Notosusanto, N. 1975. Mengerti Sejarah
bukan dari kiri ke kanan, melainkan seperti Al-Qur’an Pengantar Metode Sejarah. In L.
yaitu dari kanan ke kiri, maka diperoleh angka 1691 tahun Gottschalk.
jawa. Understanding History (p, 38). Jakarta:
Yayasan Penerbitan Universitas Indonesia.
B. Karya Penelitian / Jurnal UU nomor 11 Tahun 2000 Tentang Cagar
Prasetyo,Anton Budi. (1999). Laporan Kerja Budaya.
Praktek: Perkembangan dan Perubahan Fungsi Ardian Kresna. (2011). Sejarah Panjang
Kawasan Tamansari Yogyakarta. Mataram: Menengok Berdirinya Kesultanan
Rada, Regina Yuliana. (2018). Pesona Yogyakarta. Yogyakarta: Diva Press
Akulturasi Budaya Dalam Bangunan Tamansari D. Wawancara
Yogyakarta. Jurnal Pariwisata. Bapak Agus Purwanto
Tjahjani, Indra. (2005). Tesis: Taman Sari – Pemandu Wisata Cagar Budaya Pesanggrahan
Yogyakarta. School of Environmental Design Taman Sari – Abdi Dalem Karaton
Division of Science and Design, University of Ngayogyakarta Hadiningrat.
Canberra. Bapak Sudjarwo
Drs. Artono, M.Hum dan Drs. Agus Tri Masyarakat kampung wisata Taman Sari –
Laksana, M.Hum. (2015). Geohistory Masa Pengrajin Batik.
Kolonial Indonesia. Literatur Kajian Sejarah E. Internet
Nasional Sejarah: UNESA University Press. National Geographic Indonesia. ‘Demang Portegis’
C. Buku Hingga Kontroversi Arsitek Taman Sari
Hadiyanta, Ign dan Eka. 2012. Menguak Yogyakarta, (Online), diakses dari
Keagungan Tamansari. Yogyakarta: Sumber https://nationalgeographic.grid.id/read/13291
Aksara 6404/demang-portegis-hingga-kontroversi-
Balai Cagar Budaya D. I. Yogyakarta. 2008. arsitek-taman-sari-yogyakarta pada 16 Maret
Monografi Pesanggrahan-Pesanggrahan Kraton 2022
Yogyakarta. Kraton Jogya. Tamansari, (Online), diakses dari
Denys Lombard. 2019. Taman – Taman di https://www.kratonjogya.id/tata-rakiting/13-
Jawa. Jakarta: Komunitas Bambu. tamansari/ pada 08 Mei 2022
Sukirman. 1982. Mengenal Sekilas Kraton Jogya. Bangunan-Bangunan di Tamansari,
Bangunan Pesanggrahan Tamansari, Yogyakarta. (Online), diakses dari
Yogyakarta: Balai Penelitian Sejarah dan Budaya. https://www.kratonjogya.id/tata-rakiting-
V. Wiratna Sudjarweni. 2021. Jejak wewangun/14/bangunan-bangunan-tamansari/
Mataram Islam di Yogyakarta. Yogyakarta: pada 14 Maret 2022
Sociality. DPAD Provinsi Yogyakarta. Sekilas Bangunan
Herlina, N. 2020. Metode Sejarah. Pesanggrahan Taman Sari Yogyakarta, (Offline)
Bandung: Satya Historika diakses dari http://dpad.jogyaprov.go.id pada 05
Ismaun. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Rineka April 2022
Cipta