Anda di halaman 1dari 13

PEMANFAATAN TUMBUHAN BAMBU: Kajian Empiris Etnoekologi

Pada Masyarakat Kota Tidore Kepulauan

Yumima Sinyo1,2), Nuraini Sirajudin1), Said Hasan1)


1)
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Khairun-Ternate, Maluku Utara, Indonesia
2)
Laboratorium Biologi FKIP Universitas Khairun-Ternate, Maluku Utara, Indonesia
Author correspondence: sinyoyumima@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data kajian dan analisis tentang etnoekologi masyarakat
Kota Tidore Kepulauan dalam pemanfaatan jenis tumbuhan bambu Tutul (Bambusa maculata),
bambu Toi (Schizostachyum lima), bambu Talang (Schizostachyum brachyladumi), Bambu Pipe
(Bambusa atra), dan bambu Cendani (Bambusa glaucescens). Metode yang digunakan berupa
wawancara dan pendekatan survey, yang disajikan secara deskripstif kualitatif. Prosedur penelitian
meliputi; studi dokumentasi, wawancara, dan observasi/pengamatan terhadap aktifitas masyarakat.
Analisis data menggunakan analisis etnografis yang disajikan dalam bentuk deskriptif kualitatif.
Hasil analisis dan hubungan antara informasi, dirangkum dan dijadikan sebagai kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara etnografis, masyarakat yang berdomisili di Desa kayasa, Desa
Gosale, Desa Galala, Desa Bukit Durian, Desa Garojou dan Kelurahan Sofifi Kecamatan Oba Utara
Kota Tidore Kepulauan terdiri dari lima etnis (suku) utama yaitu Tidore, Makian, Sanger, Tobaru,
dan Galela. Secara ekologi, lima jenis tumbuhan bambu memiliki habitat yang sama yaitu tumbuh
pada jenis tanah liat, berpasir dan berbatu tetapi memiliki karakter morfologi yang berbeda. Lima
jenis tumbuhan bambu tersebut dimanfaatkan dengan cara lokal untuk pembuatan kursi, pagar
kebun, pagar kebun, kandang ternak, konstruksi rumah, pembuatan penampi beras (sosiru),
pembuatan atap (katu), penyangga tanaman, anyaman bambu yang dibuat sebagai dinding rumah,
plafon, tikar, ornamen lampu, membuat sayuran dari rizomnya (rebung), sebagai tali, penampung air,
keranjang buah, tempat tisu, sebagai tanaman hias di pekarangan rumah, sebagai alat dan bahan
untuk upacara adat, dan atraksi tari-tarian budaya. Pemanfaatan lima jenis tumbuhan bambu yang
dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan ekonomi.
Kata Kunci: Etnoekologi, Tumbuhan Bambu, Kearifan Lokal, Tidore Kepulauan

PENDAHULUAN tanaman yang mempunyai tingkat


Indonesia merupakan salah satu wilayah pertumbuhan yang tinggi. Beberapa jenis
yang menjadi surga bagi jenis tanaman yang bambu mampu tumbuh hingga sepanjang 60
disebut juga sebagai buluh, aur, dan eru ini. cm dalam sehari.
Diperkirakan terdapat sedikitnya 159 jenis Bambu adalah salah satu sumber daya
bambu di Indonesia dan 88 diantaranya alam yang banyak dimanfaatkan oleh
merupakan spesies endemik Indonesia masyarakat karena memiliki sifat-sifat yang
(Departemen Kehutanan dan Perkebunan, menguntungkan yaitu batang yang kuat, lurus,
1999 dalam Sigit Prasetiyo, 2010). Bambu rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk,
merupakan jenis rumput-rumputan yang mudah dikerjakan dan mudah diangkut. Selain
beruas, tergolong dalam famili Poaceae, yang itu, harga bambu relatif murah dibandingkan
terdiri atas 70 genus. Bambu termasuk jenis

57
Saintifik@. Vol 1 (2) Oktober 2017 ISSN (e). 2598-3822

bahan lain karena sering ditemukan di sekitar aturan-aturan khusus. Pengetahuan lokal
pemukiman khususnya di daerah pedesaan. secara substansial merupakan norma yang
Bambu menjadi tanaman serba guna bagi berlaku dalam suatu masyarakat yang diyakini
kebanyakan orang di Indonesia. kebenarannya dan menjadi acuan dalam
Bambu memegang peranan sangat penting bertindak dan berperilaku sehar-hari. Nilai,
dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. kepercayaan, adat istiadat dan aturan-aturan
Bambu dikenal memiliki sifat-sifat yang baik khusus inilah yang juga dijadikan acuan oleh
untuk dimanfaatkan berupa batang yang kuat, masyarakat Kota Tidore Kepulauan untuk
serta kulit batang yang mudah dibentuk. memanfaatkan lima jenis bambu.
Bambu banyak ditemukan di sekitar Kearifan lokal dapat diartikan sebagai
pemukiman daerah pedesaan, sehingga bambu bentuk pemahaman atau pengetahuan dari
menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat suatu masyarakat terhadap cara menghadapi
pedesaan. sistem yang berlaku di masyarakat, dan
Kota Tidore Kepulauan merupakan salah digunakan oleh masyarakat tersebut untuk
satu wilayah Provinsi Maluku Utara yang berperilaku. Kearifan lokal yang begitu
memiliki potensi sumber daya alam bambu mengagumkan pada dasarnya tidak ada ilmu
yang paling banyak dimanfaatkan oleh yang rendah atau tinggi, dan terwujud dengan
masyarakat sebagai bahan bangunan, perabot ilmu tentang lingkungan yang disebut dengan
rumah tangga dan lain-lain karena memiliki etnoekologi.
batang yang kuat dengan ruas-ruas yang Etnoekologi (ethnoecology) adalah ilmu
pendek (Mulyadi, 2010). yang mempelajari tentang manusia dan
Berdasarkan hasil observasi, di Kota ekologi sebagai jembatan penghubung antara
Tidore Kepulauan khususnya di Kecamatan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan
Oba Utara merupakan salah satu kecamatan kemasyarakatan melalui kronologi waktu
yang memiliki keanekaragaman jenis bambu sehingga menggambarkan suatu kekhasan atau
yang cukup tinggi dan banyak ditemukan serta spesifikasi ekologi tertentu akibat adanya
dimafaatkan dengan baik oleh masyarakat, bentuk-bentuk interaksi manusia (Julie, 2005).
terutama para masyarakat pengrajin bambu Masyarakat Kota Tidore Kepulauan sering
yang memanfaatkan jenis tumbuhan bambu mengambil lima jenis bambu yang tumbuh
sesuai keterampilan yang dimiliki dan tersebar di hutan dan lokasi perkebunan enam
dimanfaatkan secara tradisonal atau dengan Desa yang terletak di Kecamatan Oba Utara.
cara kultur atau budaya sehari-hari untuk Berdasarkan informasi dari masyarakat
menghasilkan berbagai produk yang memiliki setempat bahwa eksploitasi lima jenis bambu
nilai ekonomi dan dapat dipasarkan, sehingga ini sdh sangat tinggi selain untuk konsumsi
dapat menambah pendapatan masyarakat. juga untuk pemanfaatan batang, kulit, cabang,
Kemampuan masyarakat untuk memilih dan daun dan rebung sebagai bahan makanan dan
memanfaatkan jenis tumbuhan bambu produk hiasan sehingga mempengaruhi
berdasarkan kebiasaan ini disebut dengan keberadaannya di habitat. Oleh karena itu
pengetahuan lokal. diperlukan penelitian untuk mengetahui
Pengetahuan lokal adalah semua bentuk seberapa tinggi ketergantungan masyarakat
pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau terhadap lima jenis bambu ini baik dari segi
etika yang menuntun perilaku manusia dalam faktor kebutuhan pangan (subsistem) maupun
kehidupan di dalam komunitas ekologis. yang faktor peningkatan pendapatan (komersial).
berupa nilai, kepercayaan, adat istiadat dan Penelitian etnoekologi di Kota Tidore
Kepulauan bertujuan untuk mengkaji

58
Saintifik@. Vol 1 (2) Oktober 2017 ISSN (e). 2598-3822

etnoekologi masyarakat dalam pemanfaatan Metode pengumpulan data meliputi :


lima jenis tumbuhan bambu berbasis kearifan 1. Studi Dokumentasi
lokal. Studi dokumentasi dilakukan untuk
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakter masyarakat yang ada di
mendapatkan data kajian dan analisis tentang lokasi penelitian. Jenis observasi yang
etnoekologi masyarakat Kota Tidore digunakan yaitu observasi partisipasi
Kepulauan dalam memanfaatkan jenis (participant observation) adalah metode
tumbuhan bambu Tutul (Bambusa maculata), pengumpulan data yang digunakan untuk
bambu Toi (Schizostachyum lima), bambu menghimpun data penelitian melalui
Talang (Schizostachyum brachyladumi), Pengamatan dan pengindraan dimana peneliti
Bambu Pipe (Bambusa atra), bambu Cendani benar-benar terlibat dalam kegiatan keseharian
(Bambusa glaucescens) berbasis kearifan lokal. responden. Dokumen yang dipelajari meliputi
METODE PENELITIAN data berbentuk laporan, berita-berita di surat
Penelitian ini bersifat deskriptif kabar, internet dan data sekunder instansi
eksploratif, dimana pengambilan datanya terkait.
menggunakan metode wawancara dengan 2. Tahap Wawancara
pendekatan survey. Penelitian deskriptif Wawancara merupakan metode
pengumpulan data melalui komunikasi (kontak
bertujuan menggambarkan secara sistematik langsung) antara pengumpul data (data
dan akurat fakta dan karakteristik mengenai collector) dengan sember data
populasi atau mengenai bidang tertentu (responden/informan) berdasar pada pedoman
(Arikunto, 2002 dalam Muhammad Mabrudi, wawancara (daftar pertanyaan). Informan yang
2013). Wawancara merupakan metode diwawancarai yaitu Kepala Desa, Tokoh
pengumpulan data dengan jalan tanya jawab Masyarakat, Pengusaha perabot rumah tangga
berbahan dasar bambu, masyarakat pengrajin
sepihak yang dilakukan secara sistematis dan
bambu, masyarakat petani, dan ibu-ibu rumah
berlandaskan pada tujuan penelitian (Bungin, tangga sebagai pengguna bambu, dengan total
B. 2007). responden sebanyak 90 orang.
Penelitian ini dilakukan di lima Desa
Tahapan wawancara yang dilakukan dalam
dan satu Kelurahan yang tersebar di penelitian ini yaitu Wawancara Terstruktur.
Kecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan Dalam prakteknya, pengumpul data membawa
yaitu Desa kayasa, Desa Gosale, Desa Galala, instrumen sebagai pedoman wawancara,
Desa Bukit Durian, Desa Garojou dan pengumpul data juga dapat menggunakan alat
Kelurahan Sofifi. Penelitian ini dilakukan bantu seperti tape recorder, gambar lima jenis
mulai Juli-Agustus 2017. Instrumen bambu yang dapat membantu dalam
wawancara dan identifikasi lapang.
wawancara berupa daftar pertanyaan sebagai
panduan wawancara, serta peralatan 3. Observasi/Pengamatan Terlibat
wawancara seperti alat tulis, alat perekam Pada penelitian ini tim peneliti
suara dan kamera. Sampel penelitian ini yaitu melaksanakan observasi (pengamatan), dan
sebanyak 90 informan yang berasal dari lima terlibat secara langsung dengan aktifitas
Desa dan satu Kelurahan yang ada di keseharian masyarakat, antara lain melakukan
pengamatan pada usaha pemasaran bambu dan
Kecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan.

59
Saintifik@. Vol 1 (2) Oktober 2017 ISSN (e). 2598-3822

perabotan rumah tangga berbahan dasar pada log book dan menjadi informasi penting
bambu, dan kegiatan pengambilan bambu dari bagi penelitian ini.
habitatnya. Setiap keterangan informan, dicatat

Tabel 1. Daftar informan berdasarkan perannya


No Peran informan Jumlah Lokasi
(Informant role) (Total) (Location)
1 Kepala Desa atau staf Desa 6 orang Kecamatan Oba Utara
2 Tokoh masyarakat 12 orang Enam Desa
3 Pengusaha perabot bambu 12 orang Enam Desa
4 Masyarakat pengrajin bambu 24 orang Enam Desa
5 Masyarakat petani 12 orang Enam Desa
6 Ibu-ibu rumah tangga 12 orang Enam Desa
Jumlah (total) 90 orang

Prosedur Penelitian diuraikan ciri morfologi serta klasifikasi


1. Melakukan survei lokasi di Kecamatan dengan berpedoman pada buku identifikasi
Oba Utara Kota Tidore Kepulauan, jenis tumbuhan bambu Widjaja (2001),
kemudian melakukan wawancara terhadap
selanjutnya menentukan titik pengambilan
masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan
sampel bambu. Data yang dikumpulkan selanjutnya
2. Menentukkan sampel lima jenis tumbuhan akan ditabulasi dan hasil pengamatan jenis
3. Menentukkan sampel informan tumbuhan bambu yang ditemukan serta cara
4. Menyiapkan alat dan bahan penelitian pemanfaatanya direkap dalam format tabel
5. Melakukan penelitian : dengan mengikuti alur penelitian fishbone.
a. Melakukan pengambilan sampel lima ANALISIS DATA
jenis tumbuhan melalui kegiatan Data penelitian etnoekologi dianalisis
dokumentasi dengan menggunakan analisis etnografis, yaitu
b. Melakukan wawancara dengan 90 pencarian makna budaya dengan
informan yang terdapat di lima Desa menggunakan bahasa atau istilah yang
dan satu kelurahan, Kecamatan Oba digunakan oleh penduduk setempat (Spradley,
Utara Kota Tidore Kepulauan, terkait 1997). Analisis etnografis dipaparkan dalam
bentuk analisis deskriptif kualitatif. Sebelum
pemanfaatan lima jenis bambu berbasis
data dianalisis, dilakukan pengelompokkan
kearifan lokal dan reduksi data sesuai tujuan penelitian.
6. Melakukan pengolahan dan analisis data Selanjutnya dilakukan tabulasi data untuk
7. Membuat laporan hasil penelitian diolah dan dianalisis. Pemaknaan hasil analisis
dan hubungan antara informasi dirangkum dan
Teknik pengumpulan data dilakukan dijadikan sebagai kesimpulan.
dengan metode jelajah. Menjelajahi jalur hutan
dan lingkungan masyarakat di lima Desa dan
satu kelurahan, yang telah ditetapkan sebagai
lokasi penelitian. Jenis tumbuhan bambu yang
dijumpai di lokasi penelitian dicatat dan

60
Saintifik@. Vol 1 (2) Oktober 2017 ISSN (e). 2598-3822

HASIL PENELITIAN yang tumbuh tersebar di wilayah Kecamatan


Oba Utara Kota Tidore Kepulauan yaitu
1. Hasil Analisis Etnografis Masyarakat
bambu Tutul atau buluh Cina (Bambusa
Kecamatan Oba Utara Kota Tidore
maculata), bambu Toi atau buluh Tui
Kepulauan dalam Pemanfaatan Lima
(Schizostachyum lima), bambu Talang atau
Jenis Tumbuhan Bambu
buluh nasi jaha (Schizostachyum
Secara etnografis penduduk wilayah brachyladumi), bambu Pipe atau buluh Loleba
Kecamatan Oba Utara terdiri dari lima etnis (Bambusa atra), bambu Cendani atau buluh
utama, yaitu Tidore, Makian, Sanger, Tobaru, Pagar (Bambusa glaucescens) untuk
dan Galela. Menurut keterangan informan mencukupi kebutuhan ekonomi mereka
yang berasal dari lima desa dan satu kelurahan, dengan cara lokal atau memanfaatkan bambu
disamping kelima suku tersebut di atas, dengan menggunakan cara menurut kebiasaan
terdapat pula etnis Bugis yang tiga tahun atau adat istiadat dan kultur yang dimiliki oleh
belakangan ini sudah mulai memadati wilayah masyarakat yang berdomisili di wilayah
Kecamatan Oba Utara. Lima etnis lokal ini tersebut.
merupakan penduduk mayoritas, dan etnis
Bugis merupakan penduduk minoritas. Kelima Pada umumnya tingkat kesejahteraan
etnis lokal yang mayoritas tersebut menjadi lima etnis tersebut lebih tinggi dari etnis Bugis
potensi bagi proses dinamika usaha dan yang juga merupakan salah satu etnis
kegiatan eksploitasi sumberdaya alam minoritas yang menempati wilayah Kecamatan
khususnya lima jenis tumbuhan bambu, sebab Oba Utara, jika dilihat dari kondisi tempat
masyarakat lima etnis tersebut di atas telah tinggal dan ragam mata pencaharian yang
menguasai pengetahuan lokal dan tradisi dimiliki oleh masyarakat tersebut. Namun,
eksploitasi tumbuhan bambu, sementara etnis pembauran telah terjadi antar etnis, baik
Bugis hanya berorientasi pada etos usaha pergaulan sehari-hari maupun ikatan
dagang yang kuat. Lima etnis lokal tersebut perkawinan. Hal yang umum dijumpai yaitu,
tersebar merata pada lima desa dan satu masyarakat mampu berkomunikasi dengan
kelurahan. Secara administratif, Kecamatan beberapa bahasa etnis/suku yang ada di
Oba Utara merupakan salah satu Kecamatan Kecamatan Oba Utara. Di samping itu,
yang terdapat di daerah Kota Tidore perbedaan dan persamaan keyakinan sebagai
Kepulauan. Kecamatan Oba Utara terdiri dari kaum muslim dan kaum nasrani, turut
11 desa 2 kelurahan (Badan Pusat Statistik, mempermudah pembauran. Secara sosial
2009). Masing-masing desa dan kelurahan budaya, adat juga dapat mempersatukan
kelima etnis yang ada di wilayah tersebut.
memiliki potensi habitat tumbuhan bambu,
sehingga layak dijadikan daerah sampel. Beberapa tradisi yang masih berlangsung
Sebagian besar desa dan kelurahan memiliki hingga saat ini khususnya berkaitan dengan
jenis tanah yang sama sebagai tempat kehidupan di alam, seperti “wange wasi yo
tumbuhnya tumbuhan bambu yaitu jenis tanah supu” yaitu tradisi/kebiasaan mengambil
berbatu, berpasir dan jenis tanah liat, sehingga segala sesuatu yang merupakan sumber daya
ketika pengambilan sampel tumbuhan bambu alam setempat dilaksanakan sebelum matahari
didapatkan ada yang sama jenisnya pada terbit dan tradisi menggunakan bagian
daerah sampel yang berbeda. tumbuhan bambu dalam upacara-upacara adat
seperti menampung air di dalam ruas bambu,
Masyarakat yang berdomisili di lima desa menggunakan batang bambu sebagai “tolo-
dan satu kelurahan sebagian bermata tolo” atau lonceng yang dipukul sebagai tanda
pencaharian sebagai pengrajin bambu dan memanggil penduduk untuk berkumpul
memanfaatkan lima jenis tumbuhan bambu mengikuti pertemuan atau melaksanakan kerja

61
Saintifik@. Vol 1 (2) Oktober 2017 ISSN (e). 2598-3822

bakti. Di sisi lain, tradisi masyarakat juga Berdasarkan hasil wawancara terhadap 90
sangat memperhitungkan musim, dimana responden yang tersebar di lima Desa dan
kebiasaan untuk mengambil bambu dari satu Kelurahan di Kecamatan Oba Utara Kota
tempat hidupnya harus pada saat musim kering Tidore Kepulauan, menunjukkan bahwa dari
atau panas sehingga batang bambu tidak dalam kelima etnis (suku ) yang memanfaatkan lima
kondisi basah dengan alasan karena jenis tumbuhan yaitu bambu Tutul (Bambusa
permukaan batang bambu sangat licin. maculata), bambu Toi (Schizostachyum lima),
Sebagian besar masyarakat memanfaatkan bambu Talang (Schizostachyum
bambu untuk upacara adat atau atraksi brachyladumi), bambu Pipe (Bambusa atra),
kesenian, misalnya memanfaatkan batang bambu Cendani (Bambusa glaucescens) sangat
bambu Tutul (buluh cina) untuk atraksi tarian berbeda jika dilihat dan jenis pemanfaatannya,
“bambu gila”. Batang bambu juga karena tidak semua etnis dapat memanfaatkan
dimanfaatkan untuk mengikat bendera ketika semua jenis bambu untuk menghasilkan
upacara adat akan dilakukan, misalnya upacara produk yang bisa dipakai sendiri maupun yang
adat “Lulu Kie” yang biasa dilaksanakan oleh bisa dipasarkan. Hal ini didasarkan pada
suku Tidore. budaya lokal dan keterampilan masyarakat
Kecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan
2. Pemanfaatan Lima Jenis Tumbuhan
yang dilekatkan pada etnis masing-masing,
Bambu oleh Masyarakat Kecamatan
seperti terlihat pada tabel 1 berikut.
Oba Utara Kota Tidore Kepulauan
Berbasis Kearifan Lokal

Tabel 1. Jumlah Etnis (suku) dan Hasil Pemanfaatan lima Jenis Tumbuhan Bambu di Kecamatan Oba
Utara Kota Tidore Kepulauan
No Nama Jenis Tumbuhan dan Hasil Pemanfaatan Berbasis Kearifan Lokal
Etnis Bambu Tutul Bambu Toi Bambu Talang Bambu Pipe Bambu Cendani
(suku) (Bambusa (Schizostachyum (Schizostachyum (Bambusa atra) (Bambusa
maculata) lima) brachyladumi) glaucescens)
1 Sanger Pembuatan kursi Penyangga Batang dan Ruasnya Kulitnya Batangnya
dan meja tamu, tanaman kacang dimanfaatkan untuk: dimanfaatkan untuk dimanfaatkan
lemari, tempat panjang dan pare, pembuatan nasi jaha menjahit karung untuk penyangga
tidur rosban, kulitnya sebagai (nasi buluh), yang sudah di isi bangunan yang
tempat tisu, box tali untuk mengikat anyaman dinding kopra, dan baru dibangun,
bayi, kursi santai, pagar kebun. rumah (ancak) dan mengikat bagian pagar halaman
dan rebung dan anyaman pembatas pinggir saloi sanger rumah, pagar
tunasnya dinding rumah. (bika) dan tanaman kebun, dan sayap
ditanam/dibudiday hias perahu (pambot)
a kembali
2 Tidore Kipas, tusuk gigi, Penyangga Bahan untuk - Batangnya
vas bunga, Box tanaman tomat dan membuat nasi dimanfaatkan
bayi, lampu pelita kacang panjang, bambu, Penyangga untuk pagar
(Lampu ela-ela), kulitnya sebagai bangunan dan tiang halaman rumah,
alat tarian daerah tali utk mengikat dinding rumah. pagar kebun,
dan pagar halaman berbagai jenis penyangga
rumah. anyaman: Tolu bangunan, alat
(topi), sosiru tarian daerah ,
(tapisan beras), rebungnya
tapisan sagu, saloi, dimakan,
keranjang buah, tunasnya ditanam
dan para-para kembali dan

62
Saintifik@. Vol 1 (2) Oktober 2017 ISSN (e). 2598-3822

kelapa (tempat asap batangnya


kelapa) dimanfaatkan
sebagai tiang
rumah.
3 Tobaru Baki, bingkai foto, Dimanfaatkan Batang dan Ruasnya Kulitnya Batangnya
box bayi, rebung Sebagai tali untuk : dimanfaatkan untuk: dimanfaatkan untuk dimanfaatkan
dan tunasnya pembuatan atap pembuatan nasi jaha menganyam tapisan untuk pasangan
ditanam kembali rumbia, keranjang, (nasi buluh), dan beras (sosiru), dan dinding
dan batangnya paludi, dinding nasi suete dan menjahit atap gerobak sapi,
digunakan untuk rumah ancak, tempat menampung rumbia, mengikat tiang rumah,
pagar halaman pembatas dinding air, anyaman lantai rak tempat pagar halaman
rumah rumah, anyaman dinding rumah asar kelapa (para- rumah,
tikar, pengikat (ancak) dan para), menjahit rebungnya
tempat sagu anyaman pembatas dinding saloi tobaru dibuatkan sayur,
tumang, pembatas dinding rumah, (Paludi) dan membuat pagar
dinding rumah, penjepit api (Gata- mengikat tiang kebun dan
dinding rumah, gata) dan anyaman pagar kebun. tunasnya ditanam
mengikat pagar sosiru. kembali.
kebun dan pagar
halaman rumah
4 Makian Gantungan kunci, Pembuatan nasi jaha Batangnya Batangnya
lampu hias, lampu (nasi Bambu) dan dimanfaatkan untuk dimanfaatkan
ela-ela, lemari Penyangga pembuatan rumah penyangga tanaman untuk pagar
pakaian, pagar tanaman kacang asap kelapa kacang panjan dan kebun, pagar
halaman rumah panjang, tanaman kulitnya halaman rumah,
dan rak sepatu cabe dan pohon dimanfaatkan jendela rumah,
mangga sebagai tali untuk tiang pintu rumah,
mengikat tiang rebungnya
pagar kebun. dimanfaatkan
sebagai sayur dan
gagang pintu
rumah.
5 Galela Rak sepatu, pagar Ruasnya Kulitnya Batangnya
halaman rumah, - dimanfaatkan untuk dimanfaatkan dimanfaatkan
dan vas bunga memasak nasi jaha untuk menganyam untuk pagar
(nasi bambu) keranjang bunga halaman rumah
dan buah dan pagar kebun,
rebungnya
dibuatkan sayur,
daun dan
cabangnya untuk
membuat bunga
hias.

Berdasarkan Tabel 1. di atas menunjukkan bambu yang menjadi sampel penelitian ini,
bahwa etnis (suku) yang mendominasi dalam dan terdapat dua etnis (suku) yang hanya
pemanfaatan lima jenis bambu berbasis lokal memanfaatkan tiga jenis bambu dan belum
yaitu etnis Sanger, Tobaru dan Makian. Dari memanfaatkan dua jenis tumbuhan bambu
kelima etnis yang tersebar di lima Desa dan yaitu etnis Tidore dan etnis Galela. Jenis
satu Kelurahan di wilayah Kecamatan Oba tumbuhan bambu yang belum dimanfaatkan
Utara Kota Tidore Kepulauan terdapat tiga oleh etnis Tidore yaitu jenis tumbuhan bambu
etnis yang memanfaatkan lima jenis tumbuhan Pipe (Bambusa atra), dan jenis tumbuhan

63
Saintifik@. Vol 1 (2) Oktober 2017 ISSN (e). 2598-3822

bambu yang belum dimanfaatkan oleh etnis (Schizostachyum lima) dimanfaatkan untuk
Galela yaitu jenis tumbuhan bambu Toi penyangga tanaman tomat dan kacang
(Schizostachyum lima). panjang, kulitnya digunakan sebagai tali utk
mengikat berbagai jenis anyaman seperti:
Masyarakat yang berasal dari lima desa
‘Tolu’ (topi), ‘sosiru’ (tapisan beras), tapisan
dan satu kelurahan di Kecamatan Oba Utara
sagu, ‘saloi’, keranjang buah, dan ‘para-para
memanfaatkan lima jenis tumbuhan bambu
kelapa’ (tempat pengasapan kelapa untuk
berdasarkan kebiasaan atau budaya yang
pembuatan kopra). Bambu Talang
melekat pada etnisnya masing-masing,
(Schizostachyum brachyladumi) dimanfaatkan
sehingga menghasilkan produk pemanfaatan
sebagai bahan untuk membuat ‘nasi buluh’,
yang bervariasi. Etnis Sanger memanfaatkan
penyangga bangunan dan tiang dinding rumah.
bambu Tutul (Bambusa maculata) untuk
Bambu Cendani (Bambusa glaucescens)
membuat kursi dan meja tamu, lemari, tempat
batangnya dimanfaatkan untuk pagar halaman
tidur ‘rosban’, tempat tisu, tempat tidur bayi,
rumah, pagar kebun, penyangga bangunan, alat
kursi santai, dan rebung dan tunasnya
tarian daerah, rebungnya dimakan, tunasnya
ditanam/dibudidaya kembali. Sedangkan
ditanam kembali, dan batangnya dimanfaatkan
empat jenis tumbuhan bambu lainnya yaitu
sebagai tiang rumah.
bambu Toi (Schizostachyum lima)
dimanfaatkan untuk penyangga tanaman Etnis ketiga yaitu etnis Tobaru yang
kacang panjang dan pare, kulitnya sebagai tali memanfaatkan lima jenis tumbuhan.
untuk mengikat pagar kebun. Bambu Talang Berdasarkan tabel 1 di atas, etnis Tobaru
(Schizostachyum brachyladumi) batang dan memanfaatkan lima jenis bambu. Bambu Tutul
ruasnya dimanfaatkan untuk pembuatan ‘nasi (Bambusa maculata) dimanfaatkan untuk
jaha’ (‘nasi buluh’), anyaman dinding rumah membuat tempat menaruh gelas tamu (‘baki’),
(‘ancak’) dan anyaman pembatas dinding bingkai foto, tempat tidur bayi, rebung dan
rumah. Bambu Pipe (Bambusa atra) kulitnya tunasnya ditanam kembali, dan batangnya
dimanfaatkan untuk menjahit karung yang digunakan untuk pagar halaman rumah.
sudah di isi kopra, dan mengikat bagian Bambu Toi (Schizostachyum lima)
pinggir ‘saloi sanger’ (‘bika’) dan tanaman dimanfaatkan sebagai tali untuk pembuatan
hias. Bambu Cendani (Bambusa glaucescens) atap rumbia, keranjang, ‘paludi’, dinding
batangnya dimanfaatkan untuk penyangga rumah ‘ancak’, pembatas dinding rumah,
bangunan yang baru dibangun, pagar halaman anyaman tikar, pengikat tempat sagu ‘tumang’,
rumah, pagar kebun, dan sebagai penyeimbang dinding rumah, mengikat pagar kebun dan
perahu (‘pambot’). pagar halaman rumah. Bambu Talang
(Schizostachyum brachyladumi) batang dan
Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan
ruasnya dimanfaatkan untuk pembuatan ‘nasi
bahwa masyarakat etnis Tidore hanya dapat
jaha’ (nasi buluh), dan ‘nasi suete’ (beras
memanfaatkan empat jenis tumbuhan bambu
yang dimasak di dalam bambu tanpa
yaitu tumbuhan bambu Tutul (Bambusa
menggunakan daun untuk membungkusnya)
maculata), bambu Toi (Schizostachyum lima),
dan tempat menampung air, membuat
bambu Talang (Schizostachyum brachyladumi)
anyaman dinding rumah (ancak) dan anyaman
dan bambu Cendani (Bambusa glaucescens).
pembatas dinding rumah, penjepit api (gata-
Bambu Tutul (Bambusa maculata)
gata) dan anyaman ‘sosiru’ (alat tapisan
dimanfaatkan untuk membuat kipas, tusuk
beras). Bambu Pipe (Bambusa atra) kulitnya
gigi, tempat bunga (vas), tempat tidur bayi,
dimanfaatkan sebagai bahan anyaman untuk
lampu pelita (lampu ‘ela-ela’), alat tarian
menganyam tapisan beras (sosiru), menjahit
daerah dan pagar halaman rumah. Bambu Toi
atap rumbia, mengikat lantai rak tempat

64
Saintifik@. Vol 1 (2) Oktober 2017 ISSN (e). 2598-3822

pengasapan kelapa (‘para-para’) untuk proses glaucescens) batangnya dimanfaatkan untuk


pembuatan kopra, menjahit dinding ‘saloi pagar halaman rumah dan pagar kebun,
tobaru’ (‘paludi’) dan mengikat tiang pagar rebungnya dibuat sayur, daun dan cabangnya
kebun. Bambu Cendani (Bambusa digunakan untuk membuat bunga hias.
glaucescens) batangnya dimanfaatkan untuk
PEMBAHASAN
pasangan dan dinding gerobak sapi, tiang
rumah, pagar halaman rumah, rebungnya Bambu adalah salah satu sumber daya
dibuatkan sayur untuk dikonsumsi, pembuatan alam yang banyak dimanfaatkan oleh
pagar kebuan dan tunasnya ditanam kembali. masyarakat karena memiliki sifat-sifat yang
menguntungkan yaitu batang yang kuat, lurus,
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk,
etnis Makian memanfaatkan lima jenis mudah dikerjakan dan mudah diangkut. Selain
tumbuhan bambu yaitu bambu Tutul itu, harga bambu relatif murah dibandingkan
(Bambusa maculata) dimanfaatkan untuk bahan lain karena sering ditemukan di sekitar
gantungan kunci, lampu hias, lampu ‘ela-ela’, pemukiman khususnya di daerah pedesaan.
lemari pakaian, pagar halaman rumah dan rak Bambu menjadi tumbuhan serba guna bagi
sepatu. Bambu Toi (Schizostachyum lima) kebanyakan orang di Indonesia. Tumbuhan
dimanfaatkan untuk penyangga tanaman bambu Tutul paling banyak dimanfaatkan oleh
kacang panjang, tanaman cabe dan penyangga masyarakat lima Desa dan satu Kelurahan di
pohon mangga. Bambu Talang Kecamatan Oba Utara, sesuai dengan hasil
(Schizostachyum brachyladumi) dimanfaatkan wawancara pada 90 orang responden
untuk pembuatan ‘nasi jaha’ (‘nasi buluh’) (informan). Bambu Tutul atau bambu Cina
dan pembuatan rumah pengasapan kelapa dimanfaatkan tidak tergantung pada umurnya
(dalam pembuatan kopra). Bambu Pipe tetapi adapula yang memanfaatkan dengan
(Bambusa atra) batangnya dimanfaatkan untuk mempertimbangkan umurnya paling rendah 2
penyangga tanaman kacang panjang dan tahun (Fauzi Febrianto et al. 2014).
kulitnya dimanfaatkan sebagai tali untuk
mengikat tiang pagar kebun. Bambu Cendani Secara tradisional, bambu dimanfaatkan
(Bambusa glaucescens) batangnya untuk berbagai keperluan seperti, alat-alat
dimanfaatkan untuk pagar kebun, pagar rumah tangga, kerajinan tangan, dan bahan
halaman rumah, jendela rumah, tiang pintu makanan. Sebagai bahan bangunan banyak
rumah, gagang pintu rumah, dan rebungnya dipakai di daerah pedesaan, sedangkan di
dimanfaatkan sebagai sayur untuk dikonsumsi. daerah perkotaan, bambu merupakan bahan
baku untuk rumah murah, bangunan
Etnis kelima yaitu etnis Galela hanya sementara, dan untuk penyanggah sementara
dapat memanfaatkan empat jenis tumbuhan bangunan bertingkat. Umumnya, seluruh
dari lima jenis tumbuhan yang dijadikan bagian dari bambu dapat kita manfaatkan
sampel. Empat jenis tumbuhan tersebut yaitu mulai dari akar, daun, rebung sampai pada
bambu Tutul (Bambusa maculata) batang. Adapun pemanfaatan bambu dilakukan
dimanfaatkan untuk membuat rak sepatu, dengan menggunakan teknologi dari yang
pagar halaman rumah, dan vas bunga. Bambu paling sederhana hingga teknologi tinggi
Talang (Schizostachyum brachyladumi) diantaranya: arang bambu, pulp, kerajinan,
ruasnya dimanfaatkan untuk pembuatan ‘nasi sumpit, furniture, perkakas rumah tangga,
jaha’ (‘nasi buluh’). Bambu Pipe (Bambusa komponen bangunan, rumah, sayuran dan alat
atra) kulitnya sebagai bahan anyaman musik tradisional (Batubara 2002; Artiningsih
dimanfaatkan untuk menganyam keranjang 2012; Arsad 2015; Baguna Lestari Firlawanti ,
bunga dan buah. Bambu Cendani (Bambusa Nurrochmat Ridho Dodik 2015). Menurut

65
Saintifik@. Vol 1 (2) Oktober 2017 ISSN (e). 2598-3822

Duryatmo (2000), konsumen barang-barang dengan manfaat besar untuk memenuhi


kerajinan bambu tidak hanya di dalam negeri kebutuhan hidup sehari-hari, sebagai
saja, namun karena keunikannya, masyarakat konstruksi rumah (Batubara 2002; Artiningsih
mancanegara juga meminatinya. Hasil 2012; Arsad 2015). Konstruksi rumah
kerajinan bambu di Indonesia dapat dengan masyarakat kelurahan Sofifi, tidak hanya
mudah kita peroleh karena kerajinan bambu menggunakan kayu sebagai bahan baku, tetapi
banyak sekali dijajakan di kaki lima atau bambu juga dijadikan pelengkap konstruksi
pinggir jalan. Selain itu, saat ini di pasar rumah. Bambu yang digunakan untuk bahan
swalayan pun, kerajinan bambu sudah banyak konstruksi adalah dari jenis Schizostachyum
ditemukan. brachyladumi dan Schizostachyum lima.
Suku Tidore, Makian, Sanger, Tobaru, Tumbuhan bambu paling rentan terhadap
dan Galela adalah lima suku yang menempati serangan serangga, sehingga harus dijemur
wilayah Kecamatan Oba Utara Kota Tidore terlebih dahulu (Fauzi Febrianto et al. 2014;
Kepuluan yang masih memanfaatkan Arsad 2015). Sejalan dengan penelitian
tumbuhan sebagai bahan baku untuk membuat tersebut, untuk bahan konstruksi, masyarakat
anyaman. Sebagian besar tumbuhan anyaman Oba Utara menggunakan bambu melalui
yang digunakan adalah tumbuhan liar proses penjemuran terlebih dahulu.
(tumbuhan bambu) yang terdapat di hutan. Masyarakat Oba Utara memanfaatkan bambu
Keanekaragaman jenis tumbuhan anyaman sebagai pagar di halaman rumah dan di kebun.
yang digunakan masyarakat yang berdomisili Selain itu, bambu juga digunakan sebagai
pada enam Desa dan satu Kelurahan di penyangga pohon dan tanaman misalnya,
Kecamatan Oba Utara sebagian belum pernah tomat, cabe, dan pohon mangga yang berbuah
didokumentasikan. lebat. Hampir semua jenis bambu bisa
digunakan sebagai pembuatan pagar, akan
Pengrajin di Kecamatan Oba Utara Desa tetapi masyarakat Oba Utara sering
Galala memanfaatkan bambu Tutul (Bambusa menggunakan bambu Tutul (Bambusa
maculata) untuk membuat kursi. maculata), bambu Talang (Schizostachyum
Pembuatannya yaitu dengan cara bambu yang brachyladumi), bambu Pipe (Bambusa atra),
sudah diambil, dijemur terlebih dahulu hingga bambu Cendani (Bambusa glaucescens).
benar-benar kering, dengan tujuan agar bambu
terhindar dari serangan serangga. Tumbuhan Masyarakat di lima desa dan satu
bambu paling rentan terhadap serangan kelurahan di Kecamatan Oba Utara juga
serangga (Fauzi Febrianto et al. 2014; Arsad menggunakan bambu untuk dijadikan bahan
kerajinan, seperti pembuatan penampi beras
2015). Proses penjemuran bambu ini bertujuan
untuk mengurangi kadar pati dan gula pada (‘sosiru’), dan atap (‘katu’). Bambu yang
bambu. Setelah itu, bambu yang sudah kering digunakan untuk kerajinan adalah Bambusa
langsung dibentuk sesuai dengan pola yang atra, Dendrocalamus strictus, dan
diinginkan oleh pengrajin. Schizostachyum brachyladumi. Menurut
Nababan (1983) dalam Munziri dkk (2013)
Rebung jenis bambu Talang dan bambu bambu Schizostachyum sp. merupakan salah
Pagar dapat dimakan, karena kadar HCN kecil satu jenis bambu yang banyak dimanfaatkan
atau sama sekali tidak ada, rasanya memenuhi untuk bahan-bahan kerajinan tangan.
selera, lunak dan warnanya menarik. Masyarakat setempat umumnya menggunakan
Kandungan gizinya cukup memadai sebagai bambu (Schizostachyum brachycladumi)
sumber mineral dan vitamin (Apriliani et al. sebagai kerajinan. Bambu ini digunakan
2014). Selain sebagai tambahan pangan masyarakat karena mempunyai ruas yang
masyarakat, bambu juga merupakan tanaman panjang, berdinding tipis, sehingga mudah

66
Saintifik@. Vol 1 (2) Oktober 2017 ISSN (e). 2598-3822

untuk dibelah-belah, hasil belahannya tidak menganggarkan penelitian ini dalam penelitian
mudah patah. Pembuatan penampi beras Mandiri bagi Dosen Tahun Anggaran 2017.
(sosiru) yaitu dengan cara dianyam,
DAFTAR PUSTAKA
Pembuatan “sosiru” juga menggunakan rotan
dan tali. Bagian tepi “sosiru” dikelilingi rotan Apriliani A, Sukarsa, Hidayah HA (2014)
dan kemudian diikat menggunakan tali. KAJIAN ETNOBOTANI TUMBUHAN
Sedangkan yang dimanfaatkan sebagai SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN
penyangga yaitu jenis Schizostachyum lima, PANGAN SECARA TRADISIONAL
dengan cara bambu dipotong, tinggi pohon dan OLEH MASYARAKAT DI
tanaman yang akan disanggah. KECAMATAN PEKUNCEN
KABUPATEN BANYUMAS. Scr Biol
KESIMPULAN 1:76–84. doi: 10.20884/1.sb.2014.1.1.30
Berdasarkan hasil penelitian Arsad E (2015) TEKNOLOGI
menunjukkan bahwa secara etnografis PENGOLAHAN DAN MANFAAT
masyarakat yang berdomisili di Kecamatan BAMBU. J Ris Ind Has Hutan 7:45–52.
Oba Utara Kota Tidore Kepuluan Khususnya
di Desa kayasa, Desa Gosale, Desa Galala, Artiningsih NKA (2012) Pemanfaatan bambu
Desa Bukit Durian, Desa Garojou dan pada konstruksi bangunan berdampak
Kelurahan Sofifi Kecamatan Oba Utara Kota positif bagi lingkungan. Metana 8:1–9.
Tidore Kepulauan terdiri dari lima etnis (suku) doi: 10.14710/metana.v8i01.5117
utama yaitu Tidore, Makian, Sanger, Tobaru, Badan Pusat Statistik. 2009. Kota Tidore
dan Galela. Secara ekologi lima jenis Kepulauan dalam Angka. Tidore: Badan
tumbuhan bambu memiliki habitat yang Pusat Statistik Kota Tidore Kepulauan
hampir sama, tumbuh pada jenis tanah liat, Baguna Lestari Firlawanti , Nurrochmat
berpasir dan berbatu tetapi memiliki karakter Ridho Dodik YYE (2015) POTENSI
morfologi yang berbeda. Lima jenis tumbuhan PENGEMBANGAN BAMBU TUTUL
bambu dimanfaatkan secara lokal berupa SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN
pembuatan kursi, pagar kebun, pagar kebun, DI MALUKU UTARA. Risal Kebijak
kandang ternak, kontruksi rumah, pembuatan Pertan DAN Lingkung Rumusan Kaji
penampi beras (sosiru), pembuatan atap (katu), Strateg Bid Pertan dan Lingkung 2:42–
penyangga tanaman, anyaman bambu yang di 50. doi: 10.20957/jkebijakan.v2i1.10390
buat sebagai dinding rumah, plafon, tikar,
Batubara R (2002) Pemanfaatan Bambu di
ornamen lampu, membuat sayuran dari
Indonesia. USU Digit Libr 1–7. doi: 14
rizomnya (rebung), sebagai tali, penampung
Pbruari 2017
air, keranjang buah, tempat tisu, sebagai
tanaman hias di pekarangan rumah dan Batubara, R. (2002a) Morfologi Tanaman
dimanfaatkan sebagai alat dan bahan untuk Bambu. Universitas Sumatra Utara.
upacara adat dan atraksi tari-tarian budaya. _____. (2002b) Pemanfaatan Bambu di
Pemanfaatan lima jenis tumbuhan bambu yang Indonesia. Sumatera Utara. Diakses
dilakukan oleh masyarakat setempat bertujuan pada tanggal 21 maret 2017.
mencukupi kebutuhan ekonomi. Bungin, B. (2007) Penelitian Kualitatif.
UCAPAN TERIMA KASIH Prenada Media Group: Jakarta.
Terima kasih Tim Peneliti sampaikan kepada Dewi, I.N. (2010) Potensi Konflik pada
Dekan FKIP dan Ketua LPPM Universitas Pembangunan Taman Nasional
Khairun yang telah menyetujui untuk Bantimurung-Bulusaraung. Prosiding
Balai Penelitian Kehutanan

67
Saintifik@. Vol 1 (2) Oktober 2017 ISSN (e). 2598-3822

Makassar. Pusat Penelitian dan Kecamatan Sengah Temila Kabupaten


Pengembangan Konservasi dan Landak. Protobiont Jurnal Ilmiah
Rehabilitasi. Bogor. Biologi. Vol 2 (3) p: 112 – 116
Duryatmo. 2000. Tanaman Bambu. Nazarea, V. (1999) Ethnoecology: Situated
Universitas Sumatra Utara. Knowledge/Located Lives. Tucson: The
Fauzi Febrianto, Adiyantara Gumilang, Sena University of Arizona Press.
Maulana, et al (2014) Keawetan alami Ristianasari, P. Muljono, dan D.S. Gani
lima jenis bambu terhadap serangan rayap (2013) Dampak Program
dan bubuk kayu kering. J Imu dan Teknol Pemberdayaan Model Desa
Kayu Trop 12:146–156. Konservasi terhadap Kemandirian
Geertz, C. (1992) Kebudayaan dan Agama. Masyarakat: Kasus di Taman
Kanisius Press Yogyakarta. Nasional Bukit Barisan Selatan
Lampung. e-Jurnal Penelitian Sosial
Gustaf, Toto (2013) Aturan Adat untuk Jaga dan Ekonomi Kehutanan. Vol 10 (3).
Kekayaan Sumberdaya Alam ISSN(e).2502-4221
Handayani, dan E. Gunaisah (2011) Kajian Sigit Prasetiyo (2010) Identifikasi Potensi dan
Perempuan Pesisir dalam Mendukung Pemasaran Produk dari Hutan Rakyat
Konservasi Sumber Daya Pesisir di Bambu Desa Pertumbukan Kabupaten
Kabupaten Raja Ampat. Jurnal Langkat. Sumatra Utara. Diakses pada
Akuatika. Vol 2(1). tanggal 26 maret 2017.
Julie (2005) Do Glaciers Listen : Local Spradley, J.P. (1997) Metode Etnografis.
Knowledge, Colonial Encounters, and Yogyakarta : PT Tiara Wacana.
Social Imagination. Seattle: University
of Washington Press. Sukawi (2010) Bambu Sebagai Alternatif
Bahan Bangunan. Jurnal TERAS
Mayasari, A., dan Ady Suryawan (2012) Volume X Nomor 1, Juli 2010. Diakses
Keragaman Jenis Bambu dan pada tanggal 26 Maret 2016.
Pemanfaatannya di Taman Nasional
Alas Purwo. Info BPK Manado. Vol Widjaja, E. A. (2001) Identifikasi Jenis-jenis
2(2). Bambu di Kepulauan Sunda Kecil.
Herbarium Bogoriense, Balitbang
Manuhuwa, E. (2009) Hasil Hutan Bukan Botani, Puslitbang Biologi-LIPI. Bogor
Kayu Sebagai Bagian dari
Pembangunan Hutan di Maluku. Pidato Widnyana, K. (2003) Bambu Dengan
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Berbagai Manfaaatnya. Denpasar.
Dalam Jurusan Kehutanan Fakultas Diakses pada tanggal 21 Maret 2017.
Pertanian Universitas Pattimura. _____ .(2009) Bambu dengan Berbagai
Ambon. Manfaatnya. Jurnal Fakultas Pertanian
Mulyadi, M. (2010) Pemberdayaan Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Masyarakat Adat dalam Pembangunan Wawan Sujarwo dkk. (2010) Potensi Bambu
Kehutanan (Studi Kasus Komunitas Tali Sebagai Tanaman Obat di Bali.
Battang di Kota Palopo, Sulawesi). LIPI. Bali. Vol. 21 No. 2, 2010, 129-
Munziri, Riza L., dan Mukarlina (2013) Studi 137. Diakses pada tanggal 21 maret
Etnobotani Bambu Oleh Masyarakat 2017
Dayak Kanayatan di Desa Saham

68
Saintifik@. Vol 1 (2) Oktober 2017 ISSN (e). 2598-3822

Lampiran 1. Gambar Pemanfaatan Bambu oleh masyarakat Kota Tidore Kepulauan

Gambar 1. Upacara Lulu Kie Gambar 2. Atraksi tarian Bambu gila


Berbagai Perabotan Rumah Tangga Berbahan Dasar Bambu

69

Anda mungkin juga menyukai