Anda di halaman 1dari 4

I.

Pendahuluan
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, seluruh unit pelayanan yang ada dan
seluruh karyawan berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan perduli
terhadap keselamatan pasien, pengunjung, masyarakat, dan karyawan yang bekerja di
puskesmas.
Program mutu dan keselamatan pasien merupakan program yang wajib direncanakan,
dilaksanakan, dimonitor, dievaluasi dan ditindak lanjuti di seluruh jajaran yang ada di
puskesmas penengahan, kepala puskesmas, penanggung jawab pelayanan klinis, dan seluruh
karyawan.
Oleh karena itu perlu disusun program peningkatan mutu dan keselamatan pasien, yang
menjadi acuan dalam penyusunan program mutu dan keselamatan pasien di unit kerja.

II. Latar Belakang


Sejak tahun 1989 kebijakan penempatan bidan di desa merupakan salah satu upaya
terobosan kementrian kesehatan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI)
dan angka kematian bayi (AKB). Melalui kebijakan tersebut, sekitar 74.644 bidan (laporan
rutin data KIA tahun 2014) telah di tugaskan di desa, tersebar diseluruh wilayah indonesia.
Kebijakan ini membuat bidan di desa sebagai ujung tombak tenaga kesehatan yang memberi
pelayanan dasar melalui fasilitas pos bersalin desa (polindes) atau kemudian sebagian menjadi
pos kesehatan desa (poskesdes) maupun sebagai bidan praktek mandiri (BPM).
AKI menurut SDKI 1997 adalah sebesar 390 per 100.000 KH menurun menjadi 359
kematian per 100.000 KH (SDKI, 2012). AKI merupakan salah satu indikator Millenium
Development Goals (MDGs) yang harus diturunkan menjadi 102 per 100.000 KH pada tahun
2015.
Upaya percepatan penurunan AKI dan AKB menuntut penigkatan kualitas kerja bidan di
desa dan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas. Untuk itu, kementrian kesehatan
mengembangkan suatu model peningkatan kualitas, berupa pendekatan penyediaan fasilitatif-
KIA merupakan suatu pendekatan yang berbasis kendali manajemen yaitu pada aspek
supervisi yang memuat standar komponen input dan proses. Adapun instrumen kendali
manajemen lainya adalah pemantauan (monitoring) dan evaluasi.

III.PENGORGANISASIAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA


A. PENGORGANISASIAN

SIKLUS PENYELIAAN FASILITATIF TINGKAT POLINDES /


POSKESDES/ BPM

P (3) (4) P
O (2) VERIFIKASI- PENGISIAN MATRIKS O
L KAJIAN MANDIRI OLEH REKAPITULASI DAN RENCANA AKSI L
I BIDAN DI DESA PENYELIAAN OLEH TIM KOREKSI I
N PF-KIA N
D D
E E
S S

(5)
(1) RENCANA DAN TINDAKAN AKSI
ORIENTASI KOREKSI EVALUASI STATUS
DAFTAR TILIK KINERJA

PERTEMUAN BULANAN DI PUSKESMAS

Siklus diatas merupakan contoh siklus yang diterapkan untuk peningkatan


kualitas di tingkat polindes/ poskesdes/ BPM, melalui tahapan sebagai berikut :

B. TATA HUBUNGAN KERJA DAN ALUR PELAPORAN


1. Orientasi Daftar Tilik
Siklus dimulai dari orientasi daftar tilik (1) di pertemuan bulanan puskesmas. Tim
penyeliaan fasilitatif-KIA puskesmas memberikan orientasi kepada bidan di desa tentang
pengetahuan, prinsip - metode dan pelaksanaan kegiatan penyeliaan fasilitatif dan cara
pengisian, penilaian, rekapitulasi daftar tilik. Untuk transformasi keterampilan pengisian
daftar tilik dilakukan metode simulasi dalam permainan peran meniru keadaan yang
sesungguhnya di lapangan. Juga perlu dijelaskan tentang pemahaman arti nilai harapan dan
nilai aktual. Pada akhir kegiatan orientasi daftar tilik, perlu dibuat kesepakatan dengan
objek selia yaitu berapa lama kajian mandiri akan dilakukan dan kapan jadwal kunjungan
tim penyeliaan fasilitatif-KIA puskesmas ke fasilitas bidan di desa untuk melakukan kajian
mandiri.

1.1 Kajian Mandiri


Kajian mandiri adalah kegiatan penilaian sendiri yang dilakukan oleh objek selia
terhadap fasilitas yang dipunyainya dengan menggunakan daftar tilik yang sesuai.
Bidan di desa akan menggunakan daftar tilik polindes/poskesdes/BPM, sedangkan
tim penyeliaan fasilitatif-KIA puskesmas akan menggunakan daftar tilik puskesmas
jika tidak ada asuhan persalinan di fasilitas tersebut, dan akan menggunakan daftar
tilik puskesmas perawatan jika pada puskesmas tersebut melakukan asuhan
persalinan.
1.2 Verifikasi
Verifikasi merupakan kegiatan penilaian ulang pada kunjungan ke fasilitas objek
selia. Verifikasi atas isian penilaian daftar tilik polindes/poskesdes/ BPM dilakukan
oleh tim penyeliaan fasilitatif-KIA puskesmas, sedangkan hasil isian daftar tilik
puskesmas / puskesmas perawatan, dilakukan oleh tim penyeliaan fasilitatif-KIA
kabupaten/kota. Verfikasi dilakukan untuk menetapkan kebenaran dan kelengkapan
pengisian daftar tilik. Proses verifikasi dapat dilakukan dengan melakukan
pengamatan langsung (observasi), telaah dokumen atau wawancara, tergantung
kebutuhan. Tingkat kepatuhan adalah ukuran yang digunakan untuk menilai
pemenuhan terhadap standar pelayanan. Dalam kegiatan verifikasi diharapkan tim
penyeliaan fasilitatif-KIA melakukan bimbingan terhadap objek selia cara
menghitung tingkat kepatuhan. Tingkat kepatuhan dihitung berdasarkan proporsi
antara jumlah item yang mendapat jawaban ya dibgi dengan nilai harapan dikali 100
persen. Namun perlu diperhatikan bahwa nilai harapan perlu dikoreksi dengan ada
tidaknya tanda rumput (v) pada kolom keterangan. Jadi nilai harapan koreksi adalah
nilai harapan dikurangi dengan jumlah nilai tidak relevan pada kolom keterangan.
Interprestasi nilai kinerja fasilitatif dinilai dari tingkat kepatuhan. Untuk tingkat
kepatuhan yang mencapai nilai lebih atau sama dengan 80 persen mendapat penilaian
BAIK. Sementara nilai 60-79 persen mendapat penilaian CUKUP, sedangkan kurang
dari 60 persen mendapat nilai KURANG.

2. Pertemuan Bulanan
Pada pertemuan bulanan setelah kegiatan verifikasi, hasil verifikasi disajikan dalam
bentuk tingkat kepatuhan dan matriks rencana aksi koreksi. Pertemuan bulanan di
puskesmas membahas pelaksanaan penyeliaan fsilitatif bidan di polindes/poskesdes/ BPM,
sedangkan pertemuan bulanan di dinkes kab/kota membahas hasil pelaksanaan penyeliaan
di tingkat puskesmas dan puskesmas perawatan. Pertemuan bulanan juga membahas item-
item yang tidak terpenuhi yang disajikan dalam matriks rencana aksi koreksi. Secara
bersama dibahas alternatif solusi untuk tiap item dan siapa yang bertanggung jawab untuk
memenuhinya. Pertemuan bulanan juga dapat digunakan untuk proses bimbingan prosedur
klinis, misal penjelasan tentang tindakan stabilisasi kasus asfiksia, atau penjelasan dan
peragaan metode kangguru bagi bayi berat badan lahir rendah (BBLR).
3. Upaya Penigkatan Kualitas
Pertemuan bulanan diharapkan menghasilkan upaya perbaikan dalam bentuk matriks
rencana aksi koreksi yang disepakati bersama antara bidan dan tim penyeliaan fasilitatif-
KIA kabupaten/ kota. Hasil pencapaian dan peningkatan yang dilakukan akan dibicarakan
pada pertemuan berkala periode berikutnya. Gambaran tingkat kepatuhan bulan 1 dan
tingkat kepatuhan bulan 3 atau ke 4 akan memberikan gambaran perubahan kualitas
pelayanan. Kegiatan yang dimulai dengan orientasi daftar tilik hingga penilaian tingkat
kepatuhan yang kedua, dinyatakan sebagai siklus kegiatan penyeliaan fasilitatif. Jika satu
siklus penyeliaan fasilitatif membutuhkan 3-4 bulan, maka dapat diharapkan dalam satu
tahun di dapat 3 siklus penyeliaan fasilitatif.
IV. TUJUAN
A. Tujuan Umum: meningkatkan mutu tim penyeliaan fasiitatif kesehatan ibu dan anak
(penyeliaan fasilitatif-KIA) agar dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam
penyeliaan dengan baik.
B. Tujuan Khusus
1. Acuan bagi tim penyeliaaan fasilitatif-KIA dalm memberikan orientasi, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi penyeliaan fasilitatif di wilayah kerjanya.
2. Acuan bahi pengelola program KIA tingkat pusat dan propinsi dalam pemantauan dan
evaluasi kegiatan penyeliaan fasilitatif KIA secara khusus dan program KIA secara
menyeluruh.
3. Acuan bagi kelompok profesi dan kelompok mitra dengan dinas kesehatan setempat
dalam program KIA.

V. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


A. Melaksanakan penyeliaan fasilitatif, pemantauan, dan evaluasi kinerja bidan atau institusi
di wilayah kerjanya terhadap aspek klinis profesi dan manajemen program KIA.
B. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor baik secara horizontal dan vertikal
maupun pihak lain yang terkait.
C. Membina hubungan kerja dalam tatanan puskesmas maupun hubunganya dengan dinas
kesehatan kabupaten / kota, serta organisasi profesi yang berkaitan dengan pelayanan dan
program KIA.

VI. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN DAN SASARAN


A. Cara melaksanakan kegiatan:
1. Penetapan standar kualitas
Penetapan standar kualitas dilakukan dengan pengembangan daftar tilik (checlist) yang
dapat dipandang sebagai standar esensial pelayanan KIA dan pelayanan asuhan
persalinan.
2. Penilaian kualitas
Penilaian kualitas diterapkan dengan 2 pendekatan yang telah teruji dalam penerapan
penyeliaan yang moderen yaitu kajian mandiri (self assesment) dan verifikasi oleh
penyelia (supervisor). Kajian mandiri merupakan metode penilaian terhadap standar
daftar tilik yang dilakukan oleh objek selia. Adapun cara-cara penilaian yang dapat
dilakukan oleh penyelia dalam melakukan verifikasi adalah:

2.1. Pengamatan langsung


Pengamatan langsung dapt digunakan oleh penyelia untuk menilai aspek
input yang ada pada daftar tilik misalnya: aspek fasilitas/ sarana/ peralatan/
bahan habis pakai dan obat.
2.2. Kajian dokumen
Verifikasi penilaian daftar tilik juga dapat dilakukan dengan melakukan
telaah terhadap dokumen yang ada di fasilitas yang di supervisi. Pemenuhan
standar di daftar tilik dilakukan dengan meliht basis bukti dokumen yang ada,
misalnya dengan menelaah dokumen rekam medis, status ibu, partograf, status
bayi, kohort ibu, kohort bayi, kohort anak balita dan anak pra sekolah serta
laporan lainya.

2.3. Wawancara
Metode tanya jawab juga dapat digunakan penyelia untuk melakukan
verifikasi memastikan bahwa bidan atau petugas kesehatan yang diselia
menguasai keterampilan klinis yang diharapkan.

3. Perbaikan kualitas
Langkah perbaikan kualitas (quality improvement), dilakukan secara bersama-
sama dalam pertemuan bulanan pada loka karya mini di tingkat puskesmas atau
pertemuan bulanan di dinas kesehatan kabupaten/ kota. Setelah 2-3 bulan masa
perbaikan kualitas (disebut satu siklus penyeliaan fasilitatif), dilakukan kembali
penilaian kualitas pasca perbaikan dengan melakukan kajian mandiri dan verivikasi.
Dengan demikian, pada pertemuan nbulanan berikutnya dapat disajikan tingkat
kepatuhan.

B. SASARAN
Bidan yang bertugas di polindes, poskesdes, puskesmas, pustu dan bidan praktek
mandiri.

C. RINCIAN KEGIATAN, SASARAN KHUSUS, CARA MELAKSANAKAN


KEGIATAN

No Kegiatan Sasaran Umum Rincian Kegiatan Sasaran Cara


Pokok Melaksanakan
Kegiatan
1.Superfisi Bidan yg ada 1.Pembukaan, Semua Pertemuan
Fasilitatif di wilayah 2.Penyampaian bidan yg supervisi
puskesmas materi, ada di fasilitatif
penengahan 3.Tanya jawab, polindes
dan staf 4.Pentup bps dan
puskesmas puskesm
as dapat
melakuk
an
pelayana
n sesuai
SOP.

VIII. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporanya


IX. Pencatatan pelaporan dan evaluasi kegiatan

Anda mungkin juga menyukai