Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI


TEORI PERILAKU MENYIMPANG menurut Robert M.Z Lawang
Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan

norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber

masalah kerana dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Secara umum perilaku

menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang melanggar atau bertentangan

dengan aturan normatif dan pengertian normatif maupun dari harapan-harapan

lingkungan sosial yang bersangkutan. Menurut Robert M.Z Lawang (dalam Sunarto

2006), perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang

berlaku dalam sistem sosial dan menimbulakan usaha dari mereka yang berwenang

dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Menurut Lemert

penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penyimpangan primer dan

penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku

menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan secara terus-menerus sehingga

masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar lalu lintas,buang sampah

sembarangan dll. Sedangkan penyimpangan seksunder yakni perilaku menyimpang yang

tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti

merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, tawuran dan lainlain

(Kamanto Sunarto 2006:78). Perilaku menyimpang dalam defenisi umum tersebut dapat

dibedakan dari abnormalitas statis. Ada kesepakatan bahwa perilaku menyimpang tidak
berarti menyimpang dari norma-norma tertentu. Konsep perilaku menyimpang ini juga

perlu dibedakan dari perilaku yang kurang diinginkan dan dari peranan yang

menyimpang. Karena tidak semua tingkah laku yang tidak diinginkan menyimpang dari

aturan-aturan normatif, dan dilain pihak dan belum tentu perilaku menyimpang dari

aturan normatif itu tidak diinginkan.

Kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang

melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian terhadap dirinya sendiri maupun

orang lain. Kenakalan remaja merupakan salah satu bentuk penyimpangan yang

dilakukan remaja karena tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan, dan norma sosial

yang berlaku. Bentuk-bentuk kenakalan remaja antara lain : bolos sekolah, merokok,

berkelahi, tawuran, menonton film porno, minum minuman keras, seks diluar nikah,

menyalahgunakan narkotika, mencuri, memperkosa, berjudi, membunuh, kebut-kebutan

dan banyak lagi yang lain.

1. Pengaruh teman sebaya di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan satu

bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata

teman-temannya. Remaja lebih banyak bergaul dan menghabiskan waktu dengan

teman sebayanya. Jika remaja mempunyai masalah pribadi atau masalah dengan

orang tuanya, maka ia akan lebih sering membicarakan dengan teman-temannya

karena mereka merasa lebih nyaman berbagi dengan teman dibanding dengan

keluarga. Teman sebaya merupakan faktor penting dalam mengatasi perubahan dan

permasalahan yang mereka hadapi. Pengaruh teman sangat lah besar dalam

pembentukan watak dan kepribadian remaja, karena remaja akan cenderung bersikap

sesuai dengan teman sebayanya atau kelompoknya.

2. Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja.

Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap


aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang

orang tua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Pengawasan orangtua

yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak

efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan

munculnya kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami

keluarga juga berhubungan dengan kenakalan. Pola pengasuhan anak juga

berpengaruh besar, anak yang nakal kebanyakan berasal dari keluarga yang

menganut pola menolak karena mereka selalu curiga terhadap orang lain dan

menentang kekuasaan.

3. Media Massa dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam waktu

singkat, informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu

pengetahuan dan lain sebagainya dengan mudah diterima. Oleh karena itu media

massa seperti surat kabar, TV, film, majalah mempunyai peranan penting dalam

proses transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru terhadap remaja. Mereka akan

cenderung mencoba dan meniru apa yang dilihat dan ditontonnya. Tayangan adegan

kekerasan dan adegan yang menjurus ke pornografi, ditengarai sebagai penyulut

perilaku agresif remaja, dan menyebabkan terjadinya pergeseran moral pergaulan,

serta meningkatkan terjadinya berbagai pelanggaran norma susila.

Dalam hal ini perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku

dalam suatu sistem sosial dibedakan atas empat macam yaitu: 1. Perilaku

menyimpang yang dilihat dan dianggap sebagai kejahatan. 2. Penyimpangan seksual

dalam arti perilaku yang lain dari biasanya. 3. Bentuk-bentuk konsumsi yang

berlebihan, misalnya alkohol. 4. Gaya hidup yang lain dari yang lain. Akan tetapi

penyimpangan apapun yang terjadi haruslah selalu dilihat dari segi dimana dalam

suatu masyarakat tertentu telah digariskan terlebih dahulu apa yang normal terhadap
masyarakat itu. Dasarnya adalah bahwa penyimpangan itu tidak selalu sama untuk

setiap masyarakat.

2.2 KAJIAN PUSTAKA

2.2.1 REMAJA

Secara psikologis masa remaja merupakan usia dimana individu

berintegrasi dengan masyarakat. Lazimnya masa remaja dimulai pada saat

anak matang secara seksual dan berakhir sampai ia matang secara hukum.

Penelitian tentang perubahan perilaku, sikap dan nilai-nilai sepanjang masa

remaja menunjukkan bahwa  perilaku, sikap dan nilai-nilai pada awal masa

remaja berbeda dengan pada akhir masa remaja (Hurlock, 1999), oleh sebab

itu masa remaja masih dibedakan dalam fase-fase tertentu. 

Perkembangan moral pada masa remaja madya sudah memasuki tahap

konvensional, yaitu berorientasi untuk menjaga sistem. Remaja mengikuti

sistem moral tertentu karena memang itulah yang ada di lingkungan ia tinggal,

tingkah laku yang ditunjukkan untuk mempertahankan norma-norma tertentu.

Masa strom  dan stres pada remaja usia lima belasan sudah mulai mereda,

sehingga sikap dan perilakunya sudah kurang dipengaruhi akibat masa

peralihan dan kematangan organ-organ seksual. Namun, bila remaja gagal

melewati tugas-tugas pada masa pubertas maka hal tersebut akan menghambat

perkembangan selanjutnya yang akan mempengaruhi penyesuaian dirinya

(Hurlock, 1999).

2.2.2 EKONOMI
Pengertian Ekonomi Secara Umum Di dalam struktur sosial

kemasyarakatan banyak terdapat ukuran-ukuran di dalam pelapisan-pelapisan

yang terjadi di dalam masyarakat tersebut yang lebih dikenal dengan istilah

stratifikasi sosial diantaranya adalah pelapisan yang terjadi karena kekayaan

seseorang yang lebih dikenal dengan sebutan tingkat ekonomi. Sebelum

beranjak lebih jauh untuk memahami hal tersebut perlu untuk menelaah

kembali pengertian dari ekonomi itu sendiri sebagai arti dasar pembentukan

tingkatan atau pelapisan yang terjadi di dalam struktur sosial kemasyarakatan

tersebut. Ekonomi sendiri adalah sebuah cabang ilmu sosial yang berobjek

pada individu dan masyarakat, secara etimologis dapat diartikan ekonomi

terdiri dari dua suku kata bahasa Yunani yaitu oikos dan nomos yang berarti

tata laksana rumah tangga (Rosyidi, 2009:5). Dapat dilihat dari namanya maka

pada saat pertama kali diperkenalkan ekonomi sendiri mempunyai ruang

lingkup kajian dan permasalahan yang sangat terbatas yaitu hanya pada tata

laksana rumah tangga dan hanya pada permasalahan mencukupi kebutuhan

rumah tangga saja.

2.2.3 GAYA HIDUP

Gaya hidup adalah Sekumpulan perilaku yang mempunyai arti bagi

individu maupun orang lain pada suatu saat di suatu tempat, termasuk

didalam hubungan sosial, konsumsi barang, entertainment dan berbusana.

Perilaku-perilaku yang nampak di dalam gaya hidup merupakan campuran

dari kebiasaan, cara-cara yang disepakati bersama dalam melakukan sesuatu,

dan perilaku yang berencana. Gaya hidup berkembang karena ada kebutuhan,

tuntutan dan penguatan, adalah mahzab behavioristik yang menyatakan


bahwa suatu perilaku akan diulangi bila perilaku tersebut membawa

kepuasan atau kenikmatan dan tidak ada hukuman yang menyertainya.

1. Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang

aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak

menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada

keramaian kota, senang membeli barang yang disenanginya, serta selalu

ingin menjadi pusat perhatian. 2. Gaya Hidup Instan Gaya hidup instan

merupakan pola hidup ingin mendapatkan segala sesuatu (prestasi, ketenaran,

kekayaan, popularitas, moral, dan sebagainya) secara mudah tanpa proses

yang panjang. Dalam hal ini pandangan hidup bisa menyangkut perilaku,

kebiasaan, etika, moral, hukum, adat istiadat yang mempengaruhi perilaku

atau pandangan seseorang tentang dunia ini. Merebaknya gaya hidup instan

di kalangan remaja tidak bisa dilepaskan dari mentalitas sebagian mereka dan

juga masyarakat yang ingin meraih segala sesuatu dengan cepat dan mudah.

Gaya hidup instan berkembang karena di dalam kehidupan sehari-hari,

hampir semua orang terlibat dalam prosedur, metode, atau proses mencapai

tujuan 31 Universitas Sumatera Utara dengan jalan paling cepat, tepat namun

dengan hasil optimum. Itulah sebabnya manusia berlomba menciptakan

“mesin pemercepat proses” untuk menghemat waktu, biaya, daya, dan tujuan

kemudahan. Sebagai contoh, mesin kalkulator, telepon genggam, computer

dan lainnya. Kemudahan-kemudahan yang diusung alat-alat teknologi ini

mempengaruhi perilaku, pola hidup, pandangan, falsafah hidup, tidak saja

para remaja tetapi juga anak-anak, bahkan mungkin sebagian besar orang tua.

Hal ini terlihat dari perubahan perilaku masyarakat yang ingin mendapatkan

sesuatu dengan mudah tanpa menghiraukan, apakah cara yang di tempuh


wajar atau tidak. 3. Gaya Hidup Permisif Masyarakat permisif merupakan

masyarakat yang memaklumi perilaku menyimpang dan menganggap

kesalahan sebagai suatu kewajaran. Ungkapan yang muncul adalah “itu kan

biasa”, “semua orang juga melakukan” terhadap, misalnya seks bebas,

pornografi, perjudian dan korupsi. Masyarakat Permisif terbentuk karena

Individualisme Ekspresif dan Individualisme Utilitarianisme. Individualisme

Ekspresif menginginkan kebebasan dan bebas dari kontrol kelompok.

Sedangkan Individualisme Utilitarianisme mengedepankan untungrugi dan

persaingan. Kedua individualisme tersebut meski tidak saling terkait tetapi

membuat anggota Masyarakat Permisif tidak peduli. Ketidakpedulian

berakibat permisif. Sebaliknya, kepedulian membuat orang lain terganggu.

Padahal 32 Universitas Sumatera Utara sebelumnya mereka tidak

mengganggu orang yang peduli dengan ketidak peduliannya. Akibatnya nilai

luhur terkikis dan dosa berkembang dengan cepat. 4. Gaya Hidup Bebas

Banyak generasi muda yang menuntut kebebasan dalam banyak hal. Batas-

batas moral dilanggar, nasihat-nasihat bijak tidak mendapatkan tempat. Nilai-

nilai luhur yang terasa penuh aturan mereka dobrak, tergantikan dengan nilai-

nilai baru dengan semangat liberalisme. Barangsiapa yang menentang

semangat perubahan ini dicap sebagai berpikiran kolot, fanatik serta

ketinggalan zaman. Tidak jarang mereka yang menetang mendapat

pengasingan diri. Seakanakan kebebasan menjadi pandangan hidup dalam

menyongsong masa depan. Pada akhirnya, tidak sedikit generasi muda yang

terjerumus dalam anomaly seperti yang paling nge-trend saat ini pergaulan

bebas yang berlanjut pada sex bebas

2.2.4 KONFLIK
Konflik adalah proses yang dinamis dan keberadaannya lebih banyak

menyangkut persepsi dari orang atau pihak yang mengalami dan

merasakannya. Dengan demikian jika suatu keadaan tidak dirasakan sebagai

konflik, maka pada dasarnya konflik tersebut tidak ada dan begitu juga

sebaliknya.

  Definisi konflik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konflik dalam arti

negatif dan dalam artipositif. Konflik dalam arti negatif berhubungan dengan

emosi yang tanpa kontro, demonstrasi, kekerasan, penghancuran, huru-hara,

dan pemogokan. Menurut pandangan tradisional, konflik bersifat negatif

karena terdapat alasan bahwa dengan adanya konflik soidaritas sosial dalam

kelompok menjadi rusak sehingga dapat menimbulkan perpecahan. Konflik

tidak boleh dibiarkan berlarut-larut sehingga tidak terjadi disharmonisasi

sosial. Konflik juga dianggap sebagai sumber malapetaka bagi manusia. Oleh

karena itu, konflik merupakan sesuatu yang harus dihindari karena konflik

merupakan sesuatu yang negatif.

   Adapun konflik dalam arti positif disebut juga persaingan sehat, di mana

pihak-pihak yang bersaing secara sadar bersikap sportif untuk mencapai suatu

tujuan. Misalnya, semua atlit dituntut unrtuk sportif dalam bertanding.

Pandangan moderen berpendapat bahwa konflik bersifat positif karena dangan

adanya konflikdalam suatu masyarakat, maka akan terjadi dinamika dalam

kehidupan. Selain itu dengan adanya konflik akan memberi makna kepada

setiap individu ata kelompok untuk berintrospeksi tentang sesuatu yang

diyakini.

   Terdapat pula pandangan netral tentang konflik yang menyatakan

konflik sebagai ciri kas dari tingkah laku manusia yang hidup sebagai built in
element, di mana konflik berasal dari perbedaan masing-masing individu atau

kelompok. Misalnya, adanya perbedaan aneka tujuan, kompetensi, atau

persaingan. Dengan demikian, pandangan netral menganggap koflik

mempunyai nilai sosial.

2.3 KERANGKA PEMIKIRAN

KELUARGA

LINGKUNGAN
ORANGTUA ANAK
TEMAN SEBAYA

KEBUTUHAN KEBUTUHAN
EKONOMI HIDUP

GAYA HIDUP

KONFLIK

Anda mungkin juga menyukai