Panduan Etik Dan Perilaku - 2020 Edited 19 Januari 2021
Panduan Etik Dan Perilaku - 2020 Edited 19 Januari 2021
DEFINISI
Dalam Panduan Etik dan Perilaku (code of conduct) akan dibahas beberapa istilah sebagai
berikut:
1. Etik adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat
2. Kode Etik adalah norma dan asas yang diterima oleh kelompok tertentu sebagai landasan
tingkah laku
3. Kode Etik Profesi atau Etika Profesional adalah acuan perilaku perseorangan atau
korporasi yang dianggap harus diikuti pelaku aktivitas profesional. Para profesional
memiliki pengetahuan dan keahlian yang khusus dan kode etika profesional dibuat untuk
mengatur bagaimana pengetahuan dan keahlian tersebut digunakan, terutama dalam
situasi terkait masalah moral.
4. Panduan Etik dan Perilaku (Code Of Conduct) adalah serangkaian petunjuk yang
berisikan etika perilaku umum, etika pelayanan, dan etika penyelenggaraan rumah sakit
sebagai suatu standar perilaku sumber daya manusia dan pengelola dalam menjalankan
pelayanan kesehatan dan penyelenggaraan RS Orthopedi dan Traumatologi Surabaya
untuk mewujudkan perilaku dan budaya kerja yang sesuai dengan visi dan misi rumah
sakit.
5. Etika Pelayanan adalah sistem nilai atau kaidah perilaku dalam pelayanan klinis di
Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya. Selain itu, dalam panduan etik dan
perilaku ini, etika pelayanan juga mencakup beberapa kode etik professional tenaga
kesehatan (professional code of ethics)
6. Etika Penyelenggaraan Rumah Sakit adalah sistem nilai atau kaidah perilaku institusi
(RS Orthopedi dan Traumatologi Surabaya) dalam penyelenggaraan rumah sakit
(hospital code of ethics)
7. PT. Surabaya Orthopedi And Traumatology Hospital (SOTH) adalah suatu badan
hukum yang menjadi pemilik Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya
(RSOT).
8. Dewan Pengawas adalah direktur PT SOTH yang diangkat oleh RUPS untuk menjabat
sebagai pemimpin PT SOTH.
9. Direksi Rumah Sakit adalah sekelompok pimpinan rumah sakit yang memiliki tugas
menjalankan visi dan misi rumah sakit yang telah ditetapkan oleh pemilik rumah sakit
serta menyusun regulasi pelayanan manajemen untuk menjalankan rumah sakit.
10. Pegawai Rumah Sakit adalah seluruh unsur rumah sakit yang terdiri dari tenaga medis
(dokter paruh waktu dan dokter penuh waktu), tenaga keperwatan, tenaga kesehatan lain,
tenaga non kesehatan, dan tenaga outsourching.
11. Tenaga Kesehatan Lain adalah tenaga yang bertugas untuk menunjang pelayanan
medis di rumah sakit yang terdiri dari apoteker, asisten apoteker, radiografer, perekam
medis, ahli gizi, fisioterapi, sanitarian, ahli teknologi laboratoium medik, dan
elektromedis.
BAB 2
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Panduan Etik dan Perilaku (Code of Conduct) RS Orthopedi dan Traumatologi
Surabaya meliputi pengaturan dan petunjuk tentang:
1. Etika Perilaku Umum Sesuai Visi Misi Nilai RSOT
Dalam bab ini akan dibahas mengenai etika perilaku bagi seluruh karyawan sesuai
dengan norma dan sistem nilai RSOT Surabaya, meliputi identifikasi perilaku yang
pantas, perilaku tidak pantas/tidak layak, perilaku yang mengganggu dan perilaku yang
tidak dapat diterima
2. Etika Pelayanan Rumah Sakit
Dalam bab ini akan dibahas mengenai etika dalam kegiatan pelayanan ke pasien. Hal itu
meliputi etika profesi tenaga kesehatan, hak dan kewajiban rumah sakit dan staf dalam
pelayanan kesehatan, etika terhadap data pasien serta etika dalam komitmen menjaga
mutu dan keselamatan pasien.
3. Etika Penyelenggaraan Rumah Sakit
Dalam bab ini akan dibahas mengenai etika penyelenggaraan rumah sakit meliputi kode
etik rumah sakit (KODERSI), etika kerja dan etika usaha yang berlaku di Rumah Sakit
Orthopedi dan Traumatologi Surabaya
4. Dokumentasi
Dalam bab ini akan dibahas tentang dokumen yang terkait dengan etika perilaku, etika
pelayanan dan etika penyelenggaran rumah sakit.
2. Budaya Organiasasi
Budaya organsiasi adalah keyakinan dasar yang melandasai pola sikap dan pola
hubungan dalam tim kerja Rumah Sakit dan/atau antar unit kerja dalam
mewujudkan efektivitas kinerja organisasi. Seluruh anggota rumah sakit wajib
berkomitmen tinggi dalam mewujudkan budaya organisasi dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat dan kinerja organisasi. Unsur-
unsur penting dalam budaya organisasi adalah bekerja dalam team work dan
selalu berfikir kedepan.
3. Perilaku yang mengganggu (disruptive) antara lain perilaku yang tidak layak
yang dilakukan secara berulang, bentuk tindakan verbal atau non verbal yang
membahayakan atau mengintimidasi pegawai rumah sakit lainnya. Salah satu
bentuk perilaku distruptive ditunjukkan dengan celetukan maut yaitu komentar
sembrono didepan pasien yang berdampak menurunkan kredibilitas staf klinis
lain, contoh mengomentari negatif hasil tindakan atau pengobatan staf lain
didepan pasien, misalnya ”obatnya ini salah, tamatan mana dia... ?”, melarang
perawat untuk membuat laporan tentang kejadian tidak diharapkan, memarahi
staf klinis lainnya didepan pasien, kemarahan yang ditunjukkan dengan
melempar alat bedah di kamar operasi, membuang rekam medis diruang rawat.
Dewan Pengawas dan Direksi Rumah Sakit menunjukkan komitmen yang kuat dan
memberikan contoh kepada bawahan dan rekan kerja tentang sikap dan perilaku yang
sesuai dengan Panduan Etik dan Perilaku (code of conduct). Komitmen Dewan
Pengawas dan Direksi Rumah Sakit dilaksanakan dengan:
a. Menetapkan dan memberlakuan Panduan Etik dan Perilaku (code of conduct)
b. Melakukan sosialisasi Panduan Etik dan Perilaku kepada seluruh pegawai rumah
sakit.
c. Memberi contoh kepada staf rumah sakit dalam bersikap dan berperilaku sesuai
dengan Panduan Etik dan Perilaku (code of conduct)
d. Memberikan sanksi yang adil terhadap setiap pelanggaran terhadap Panduan
Etik dan Perilaku (code of conduct).
Panduan Etik dan Perilaku (code of conduct) ini tidak memberikan jawaban secara
pasti atas semua perilaku Pegawai Rumah Sakit. Karena itu, setiap pegawai rumah
sakit pada akhirnya harus menggunakan pertimbangan dengan akal yang sehat dan
kejujuran hati nurani masing-masing untuk menentukan keselarasan suatu
perilaku dengan Panduan Etik dan Perilaku (code of conduct), kebijakan dan
aturan lainnya.
3.2.3 Pemantauan
Pemantauan penerapan etika perilaku dapat dilakukan secara langsung oleh Direksi
Rumah Sakit ataupun secara tidak langsung melalui Panitia Etik dan Hukum Rumah
Sakit dan / atau Satuan Pemeriksa Internal (SPI) dan / atau melalui Kepala Bagian /
Bidang / Instalasi / Pelayanan di masing-masing unit kerja.
Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit, yang secara khusus dibentuk oleh Direktur
untuk membantu mengawasi penerapan etika di rumah sakit, dalam pelaksanaan
tugasnya wajib mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan, khususnya
yang berkaitan dengan good governance dan menganalisis dampaknya terhadap
rumah sakit, serta memberi masukan kepada Direktur untuk mematuhi semua
ketentuan perundang-undangan yang terkait dengan good governance dan etik rumah
sakit. Selain itu, Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit bertanggung jawab untuk:
1) Memantau kepatuhan terhadap panduan etik dan perilaku (code of conduct)
2) Melakukan kajian tentang tingkat kepatuhan dan pelaksanaan serta kendala-
kendala dalam penerapan panduan etik dan perilaku (code of conduct)
3) Memberikan rekomendasi kepada Direktur Rumah Sakit terhadap hasil kajian
tersebut
Dalam pemantauan penerapan etik, Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit
memerlukan partisipasi aktif dari para Kepala Bidang/Bagian/Instalasi/Pelayanan
Oleh karena itu Rumah Sakit akan memberikan perlindungan kepada setiap anggota
rumah sakit yang melaporkan dugaan atau disangkakan adanya pelanggaran etika
perilaku yang disertai bukti dan dokumen yang sah. Tidak seorangpun pegawai
rumah sakit akan dikenakan sanksi karena melaporkan adanya dugaan pelanggaran
etika, kebijakan dan aturan, kecuali yang bersangkutan ikut terlibat dalam
pelanggaran tersebut.
Pelaporan dugaan pelanggaran dilakukan secara jujur, dilandasi dengan niat baik,
dan semata-mata dilakukan untuk pencegahan terjadinya kerugian terhadap Rumah
Sakit, atau rusaknya kinerja Rumah Sakit dan jauh dari maksud-maksud tertentu
untuk kepentingan atau keuntungan pribadi, misalnya antara lain karena dorongan
sentimen pribadi, rasa iri hati dan yang sejenisnya. Setiap pelaporan dugaan
pelanggaran, seluruhnya disertai data dan/atau bukti-bukti yang akurat agar dapat
diproses lebih lanjut demi keselamatan jalannya usaha Rumah Sakit.
Berikut ini adalah tindakan yang harus diambil oleh Pegawai Rumah Sakit apabila
meyakini telah terjadi pelanggaran.
Kewajiban Pasien
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab;
3. Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit;
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya;
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di
Rumah Sakit dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana
terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi
petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit
atau masalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
4.2.4 Hak dan Kewajiban Dokter, Perawat, Tenaga Kesehatan Lain dan Tenaga Non
Kesehatan
Hak Dokter, Perawat, Tenaga Kesehatan Lain dan Tenaga Non Kesehatan
1. Berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesi dan tugas pekerjaannya.
2. Berhak untuk bekerja menurut standar profesi serta berdasarkan hak
otonominya. Tenaga medis/dokter, walaupun ia berstatus sebagai karyawan
Kewajiban Dokter, Perawat, Tenaga Kesehatan Lain dan Tenaga Non Kesehatan
1. Kewajiban Dokter
a. Kewajiban Umum
1) Dokter wajib menjunjung tinggi menghayati dan mengamalkan sumpah
dokter.
2) Dokter wajib untuk senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran
yang tinggi.
3) Dokter wajib melakukan pekerjaan kedokterannya dengan tidak boleh
dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.
4) Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik:
a) Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
b) Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan kedokteran dalam segala bentuk tanpa kebebasan
profesi.
c) Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan
mahluk insani baik jasmani maupun rohani hanya dilakukan untuk
kepentingan penderita.
d) Menerima imbalan selain daripada yang layak sesuai dengan
jasanya kecuali dengan keiklasan, sepengetahuan dan/atau
kehendak penderita.
2. Kewajiban Perawat
a. Perawat wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata tertib yang
berlaku di rumah sakit.
b. Perawat wajib memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan
standar asuhan keperawatan. Meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan,
intervensi keperawatan, evaluasi dan catatan keperawatan.
c. Perawat wajib memberikan informasi yang memadai tentang perlunya
tindakan asuhan keperawatan yang akan dilakukan serta resiko yang dapat
ditimbulkannya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien.
d. Perawat wajib meminta persetujuan kepada pasien atas tindakan yang akan
dilakukannya.
e. Perawat wajib menginformasikan keadaan pasien kepada tenaga medik atau
tenaga lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan pasien.
f. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga.
3. Kewajiban Tenaga Kesehatan Lain dan Tenaga Non Kesehatan Rumah Sakit
a. Wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata tertib yang berlaku
di rumah sakit.
b. Wajib melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai dengan standar mutu dan
prosedur tetap yang berlaku di rumah sakit.
c. Wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya berkaitan dengan tugas
pekerjaannya.
d. Wajib membuat pencatatan dan pelaporan atas pelaksanaan tugas
pekerjaannya.
e. Wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu yang terkait dengan tugas pekerjaannya.
f. Wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara tertulis dengan pihak
rumah sakit.
g. Wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam perjanjian yang
telah dibuatnya.
h. Wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara timbal
balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Untuk mewujudkan disiplin tersebut, maka setiap pegawai rumah sakit secara
konsekuen wajib untuk:
a. Melaksanakan perencanaan dan program kerja yang telah ditetapkan,
b. Melaksanakan segala peraturan yang ditetapkan,
c. Melaksanakan perintah atasan yang telah disanggupinya,
d. Mentaati jam kerja yang telah ditetapkan,
e. Datang tepat waktu pada acara-acara rapat atau janji yang telah disanggupi,
f. Mengenakan seragam dan atribut yang telah ditetapkan,
g. Melaksanakan dan mentaati prosedur kerja yang telah ditetapkan,
h. Tidak menggunakan jam kerja untuk urusan lain diluar kedinasan,
i. Cepat dan tepat dalam melaksanakan tugasnya dengan tidak mengabaikan
tertib teknis dan administratif,
j. Bekerja penuh ketekunan dan jujur.
k. Memberikan keteladanan, terutama bagi para pimpinan/atasan/pejabat wajib
memberikan contoh dan memelihara moral yang tinggi secara konsisten dan
2. Tugas Dinas
Setiap pegawai rumah sakit wajib melaksanakan tugas sebaik-baiknya dengan
penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab. Setiap pegawai rumah sakit
dalam melaksanakan tugas selalu tepat waktu, bersikap ramah dan menghormati
hak-hak pasien serta pegawai rumah sakit lainnya. Setiap anggota rumah sakit
tidak diperbolehkan melakukan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan
atau pihak lain; bertindak selaku perantara bagi pihak lain untuk mendapatkan
pekerjaan atau pesanan dari rumah sakit.
Apabila karena sesuatu hal anggota rumah sakit dihadapkan pada keadaan yang
tidak dapat memungkinkan untuk menolak hadiah/pemberian, maka yang
bersangkutan wajib segera melaporkannya kepada atasan langsung dan pejabat
di unit kerja masing-masing dengan tembusan Bagian Tata Usaha dengan tata
cara sebagai berikut:
a. Laporan disampaikan secara tertulis dengan melampirkan dokumen yang
berkaitan dengan hadiah/pemberian tersebut.
b. Laporan tersebut sekurang-kurangnya memuat:
1) Nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi hadiah/ pemberian
2) Jabatan penerima hadiah/ pemberian
3) Tempat dan waktu penerimaan
4) Uraian jenis hadiah/pemberian
5) Nilai hadiah/pemberian
2. Suap
Suap dapat didefinisikan sebagai suatu perbuatan memberi atau menjanjikan
sesuatu kepada seorang pejabat atau seorang yang memiliki wewenang, dengan
maksud agar yang bersangkutan berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
Setiap anggota rumah sakit wajib menghindarkan diri dari penyuapan dengan
tidak menerima atau memberi dalam bentuk apapun:
a. Yang diketahui atau patut disangka bahwa apa yang diterima atau yang
diberikan itu berhubungan dengan jabatannya.
b. Yang bertujuan untuk membujuk agar dalam jabatannya melakukan atau
tidak melakukan sesuatu, yang berlawanan dengan hukum/peraturan yang
berlaku.
c. Yang diketahui bahwa sesuatu yang diterima atau diberikan itu berhubungan
dengan apa yang telah dilakukan atau dialpakan dalam jabatannya yang
berlawanan dengan kewajibannya.
Anggota rumah sakit tidak diperkenankan menempatkan diri pada posisi atau situasi
yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan antara dirinya dengan rumah
sakit atau dengan rekanan rumah sakit. Keputusan yang diambil anggota rumah sakit
harus netral tidak boleh ada pengaruh kepentingan pribadi maupun keluarga yang
dapat secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi pertimbangan terbaiknya bagi
kepentingan rumah sakit dan rekanannya.
Rumah Sakit tidak akan membiarkan adanya manipulasi pembayaran yang dilakukan
dengan mengalihkan pembayaran melalui catatan atau rekening pihak ketiga. Setiap
petugas yang bertanggungjawab terhadap pembukuan wajib dan harus berlaku jujur,
obyektif, akurat dan setia. Setiap kesalahan yang disengaja ataupun kegiatan yang
menyesatkan dalam melakukan pembukuan akan ditindak sesuai dengan hukum yang
berlaku.
Setiap anggota Rumah Sakit dilarang menjadi pengurus/anggota partai politik, calon
legislatif, dan calon eksekutif. Anggota Rumah Sakit yang aktif dalam aktivitas
politik wajib mengundurkan diri dari Rumah Sakit sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Rumah Sakit tidak menghalangi kontribusi pribadi setiap anggota Rumah Sakit untuk
melaksanakan aktivitas politik yang menjadi pilihan. Kontribusi tersebut merupakan
hak dan tanggung jawab pribadi masing-masing dan dengan tidak menggunakan
nama ataupun atribut Rumah Sakit.
2. Dalam mewujudkan tata kelola setiap anggota Rumah Sakit menekankan pada
pelaksanaan etika usaha yang kuat dan konsisten dengan :
a. Menghindari kepentingan pribadi yang berbenturan dengan kepentingan
rumah sakit, atau yang dapat mempengaruhi pertimbangan atau tindakan
dalam pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Tidak memiliki hubungan usaha, keuangan atau hubungan lain dengan
rekanan dan mitra Rumah Sakit, yang mungkin dapat merusak kemandirian
Rumah Sakit.
3. Setiap anggota Rumah Sakit wajib menjaga keamanan dan kerahasiaan data dan
informasi Rumah Sakit, pasien, rekanan dan pihak-pihak berkepentingan
lainnya.
2. Pasien
Jasa layanan kesehatan merupakan sumber pendapatan pokok untuk menjamin
kelangsungan usaha Rumah Sakit. Kelancaran penerimaan pembayaran jasa
layanan tergantung kepada terbentuknya hubungan yang saling menguntungkan
bagi Rumah Sakit dan pasien. Dalam pelayanan kepada pasien, Rumah Sakit
2. Rekanan
Berikut ini adalah kebijakan dalam berhubungan dengan rekanan.
a. Rumah Sakit melakukan pengadaan baik penunjukan langsung maupun
tender secara efisien, efektif, bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan
dapat dipertanggungjawabkan, dengan melibatkan rekanan yang mempunyai
reputasi dan rekam jejak yang baik.
b. Rumah Sakit memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon rekanan
dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu,
dengan cara dan/atau alasan apapun.
c. Rumah Sakit menghindari rekanan yang mempunyai hubungan keluarga
dengan pengambil keputusan dan/atau adanya konflik kepentingan. Setiap
Anggota Rumah Sakit dilarang melakukan peminjaman pribadi dari rekanan.
Rumah Sakit melarang setiap anggota Rumah Sakit bertindak selaku
perantara bagi seorang atau dewan hukum untuk mendapatkan pekerjaan atau
pesanan dari Rumah Sakit.
d. Rumah Sakit untuk mengoptimalkan kinerja dapat melakukan Kerjasama
Operasional dengan pihak ketiga (rekanan) dalam bentuk kerjasama
pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelatihan, pembangunan gedung,
pemanfaatan alat kedokteran dan kerjasama lainnya yang sah. Kerjasama
operasional ini didasarkan prinsif saling menguntungkan, akuntabel,
transparan dan wajar serta tidak merugikan stakeholders.
e. Rumah Sakit menuangkan semua kesepakatan dalam suatu dokumen tertulis
yang disusun berdasarkan itikad baik dan saling menguntungkan.
4. Media Massa
Media massa berfungsi sebagai jembatan komunikasi antara Rumah Sakit dengan
stakeholders dan sekaligus sebagai alat kontrol bagi Rumah Sakit. Pemberitaan
media massa diharapkan bersifat seimbang dan terbuka sehingga dapat dijadikan
informasi yang berguna bagi Rumah Sakit maupun pihak-pihak lain yang
berkepentingan untuk meningkatkan kinerja dan membangun citra positif Rumah
Sakit. Berikut ini adalah kebijakan dalam berhubungan dengan media massa:
a. Rumah Sakit membangun kerjasama positif, saling menghargai dan
menguntungkan dengan menempatkan media massa sebagai mitra usaha yang
sejajar.
b. Rumah Sakit berpegang pada kebenaran dan keterbukaan informasi sesuai
dengan kode etik jurnalistik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dokumen yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penerapan etika di Rumah Sakit
Orthopedi dan Traumatologi Surabaya selain dari panduan etik dan perilaku (code of conduct)
ini, dapat dilihat pula pada dokumen sebagai berikut:
1. Buku Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI) yang diterbitkan oleh Perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia.
2. Surat Keputusan dari Organisasi Profesi Tenaga Kesehatan terkait dengan Kode Etik
Profesi sebagaimana telah dicantumkan pada Subbab 4.1 tentang Kode Etik Profesional
Tenaga Kesehatan.
3. Hospital by Law yang terdiri dari Corporate by Law dan Medical Staff By Law Rumah
Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya.
4. Peraturan Perusahaan (PP) Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya.
5. Pedoman Kerja Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit.
6. SPO Penanganan Pelanggaran Etika Profesi
7. SPO Penanganan Pelanggaran Etika Non Profesi
8. SPO Penanganan Dilema Etik dalam Asuhan Pasien
9. SPO Penanganan Dilema Etik dalam Pelayanan Non Klinis
Apabila terdapat pelanggaran etika di rumah sakit, maka seluruh proses penanganan
pelanggaran tersebut wajib didokumentasikan oleh Komite Profesi terkait dan/atau Panitia
Etik dan Hukum Rumah Sakit dan/atau Bagian Kepegawaian yang menangani kasus
pelanggaran. Dokumentasi tersebut sekurang-kurangnya terdiri dari:
1. Laporan dugaan pelanggaran / laporan pengaduan
2. Dokumen bukti pemeriksaan
3. Notulensi rapat/sidang panitia/komite yang menangani kasus pelanggaran
4. Laporan hasil kajian penanganan kasus
5. Surat Keputusan Direktur terkait putusan pemberian sanksi atau surat keterangan
pengembalian nama baik
Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 2013. Kode Etik Kedokteran Indonesia. Pengurus Besar Ikatan
Dokter Indonesia.
Ikatan Elektromedis Indonesia. 2018. Keputusan Ketua Umum Ikatan Elektromedis Indonesia
Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Kode Etik Elektromedis Indonesia.
Ikatan Fisioterapis Indonesia (IFI). 2019. Kode Etik Profesi Fisioterapis Indonesia Edisi
2019. Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Fisioterapi Indonesia – Ikatan Fisioterapi
Indonesia (IFI)
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2009. Keputusan Kongres Nasional XVIII/2009 Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia Nomor: 006/KONGRES XVIII/ISFI/2009 tentang Kode Etik
Apoter Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun
2018 tentang Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit.
Pengurus Pusat Perhimpunan Radiografer Indonesia (PARI). 2018. Peraturan Pengurus Pusat
Perhimpunan Radiografer Indonesia Nomor 191.1/PP PARI/XI/2018 tentang Standar
Kompetensi dan Kode Etik Radiografer
MUKADIMAH
Bahwa lembaga perumahsakitan telah tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari sejarah
peradaban umat manusia, yang bersumber pada kemurnian rasa kasih sayang, kesadaran sosial
dan naluri untuk saling tolong menolong diantara sesama,serta semangat keagamaan yang
tinggi dalam kehidupan umat manusia.
Bahwa sejalan dengan perkembangan peradaban umat manusia, serta perkembangan tatanan
sosio-budaya masyarakat, dan sejalan pula dengan kemajuan ilmu dan teknologi khususnya
dalam bidang kedokteran dan kesehatan, rumah sakit telah berkembang menjadi suatu
lembaga berupa suatu “unit sosio ekonomi” yang majemuk.
Bahwa perumahsakitan di Indonesia, sesuai dengan perjalanan sejarahnya telah memiliki jati
diri yang khas, ialah dengan mengakarnya azas perumahsakitan Indonesia kepada azas
Pancasila dan Undang-undang dasar 1945, sebagai falsafah bangsa dan negara Republik
Indonesia.
Bahwa dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan diperlukan upaya
mempertahankan kemurnian nilai-nilai dasar perumahsakitan Indonesia.
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta didorong oleh keinginan luhur demi
tercapainya:
1. Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merata material dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
2. Pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia seutuhnya khususnya dalam bidang
kesehatan
3. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap insan Indonesia sebagai hamba Tuhan.
Maka Rumah Sakit di Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI), bersama ini menyampaikan “KODE ETIK RUMAH SAKIT”
(KODERSI) yang memuat rangkuman nilai-nilai dan norma-norma perumahsakitan guna
dijadikan pedoman bagi semua pihak yang terlibat dan berkepentingan dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan perumahsakitan di Indonesia.
BAB 1
KEWAJIBAN UMUM RUMAH SAKIT
Pasal 1
Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) dan rumah sakit
wajib menyusun kode etik sendiri dengan mengacu pada KODERSI dan tidak bertentangan
dengan prinsip moral dan peraturan perundangan
Pasal 3
Rumah Sakit berkewajiban menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan yang aman, mengutamakan kepentingan pasien dan keluarga, bermutu, non
diskriminasi efektif dan efisien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit
Pasal 4
Rumah Sakit mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan
Pasal 5
Rumah Sakit harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua kejadian di
rumah sakit. Dalam penyelenggaraan rumah sakit dilakukan audit berupa audit kinerja dan
audit klinis
Pasal 6
Rumah Sakit berkewajiban menetapkan kerangka kerja untuk manajemen yang menjamin
asuhan pasien yang baik diberikan sesuai norma etik, moral, bisnis dan hokum yang berlaku
Pasal 7
Rumah Sakit harus memelihara semua catatan / arsip, baik medik maupun non medik secara
baik. Pencatatan, penyimpanan dan pelaporan (termasuk insiden keselamatan pasien) tentang
semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dilaksanakan dalam Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit
Pasal 8
Rumah Sakit dalam melakukan promosi pemasaran harus bersifat informatif, tidak
komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak berlebihan dan berdasarkan Kode Etik
Rumah Sakit Indonesia
BAB 2
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP MASYARAKAT
Pasal 9
Rumah Sakit harus mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu secara
berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya; rumah sakit harus melaksanakan
fungsi soaial dengan menyediakan fasilitas pelayanan kepada pasien tidak mampu / miskin,
pasien gawat darurat dan korban bencana
Pasal 11
Rumah Sakit harus senantiasa menyesuaikan kebijakan pelayanannya pada harapan dan
kebutuhan masyarakat setempat
Pasal 12
Rumah Sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik serta berusaha
menanggapi keluhan pasien dan masyarakat
Pasal 13
Dokter rumah sakit harus mengadakan koordinasi serta hubungan yang baik antara seluruh
tenaga Rumah sakit.
Pasal 14
Rumah Sakit dalam menjalankan operasionalnya bertanggungjawab terhadap lingkungan agar
tidak terjadi pencemaran yang merugikan masyarakat
BAB 3
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP PASIEN
Pasal 15
Rumah Sakit berkewajiban menghormati dan mengindahkan hak pasien dan keluarga selama
dalam pelayanan
Pasal 16
Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
Pasal 17
Rumah sakit harus memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang apa yang
diderita pasien, tindakan apa yang akan dilakukan dan siapa yang melakukannya
Pasal 18
Rumah sakit harus meminta persetujuan atau penolakan pasien sebelum melakukan tindakan
medik. Persetujuan pasien diberikan setelah pasien mendapat informasi yang meliputi
diagnosis dan tata cara tindakan medik, tujuan tindakan medik, alternatif tindakan, resiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan
Pasal 19
Pasal 20
Rumah sakit harus menjelaskan pada pasien dan keluarganya tentang hak, kewajiban, dan
tanggung jawab mereka yang berhubungan dengan penolakan atau tidak melanjutkan
pengobatan, serta akibat lanjut dari penolakan ini. Rumah sakit berkewajiban membantu
dengan memberikan alternatif bagi pasien dan keluarga
Pasal 21
Rumah sakit berkewajiban merujuk dan memberikan penjelasan kepada pasien yang
memerlukan pelayanan diluar kemampuan pelayanan rumah sakit
Pasal 22
Rumah sakit harus mengupayakan pasien mendapatkan kebutuhan privasi dan berkewajiban
menyimpan rahasia kedokteran. Rahasia kedokteran hanya dapat dibuka untuk kepentingan
kesehatan pasien, untuk pemenuhan permintaan aparat penegak hukum dalam rangka
penegakan hokum, atas persetujuan pasien sendiri atau berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 23
Rumah sakit berkewajiban memperhatikan kebutuhan khusus pasien dan mengurangi kendala
fisik, bahasa dan budaya, serta penghalang lainnya dalam memberikan pelayanan
Pasal 24
Rumah sakit berkewajiban melindungi pasien yang termasuk kelompok rentan seperti anak-
anak, individu yang memiliki kemampuan berbeda (difabel), lanjut usia dan lainnya
Pasal 25
Rumah sakit berkewajiban menggunakan teknologi kedokteran dengan penuh tanggung jawab
BAB 4
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP
PIMPINAN, STAF, DAN KARYAWAN
Pasal 26
Rumah sakit harus menjamin agar pimpinan, staf, dan karyawannya memperoleh jaminan
social nasional
Pasal 27
Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan tata kelola rumah sakit, tata kelola klinis dan tata
kelola pasien yang baik
Pasal 28
Rumah sakit harus menetapkan ketentuan pendidikan, ketrampilan, pengetahuan dan
persyaratan lain bagi seluruh tenaga kesehatan
Pasal 30
Rumah sakit berkewajiban menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
serta memberi kesempatan kepada seluruh tenaga rumah sakit untuk meningkatkan diri,
menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan
Pasal 31
Rumah sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan dilakukan berdasarkan
standar profesi yang berlaku. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja dirumah sakit harus
bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien, dan mengutamakan
keselamatan pasien
Pasal 32
Rumah sakit berkewajiban memberi kesejahteraan kepada karyawan dan menjaga
keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku
BAB 5
HUBUNGAN RUMAH SAKIT DENGAN LEMBAGA TERKAIT
Pasal 33
Rumah sakit harus memelihara hubungan baik antar rumah sakit dan menghindarkan
persaingan yang tidak sehat
Pasal 34
Rumah sakit harus menggalang kerjasama yang baik dengan instansi atau badan lain yang
bergerak di bidang kesehatan dan kemanusiaan
Pasal 35
Rumah sakit harus berusaha membantu kegiatan pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkait dengan kedokteran dan kesehatan
Pasal 36
Rumah sakit berkewajiban menyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan kepentingan lokal dan nasional
Sejak permulaan sejarah peradaban umat manusia, sudah dikenal hubungan kepercayaan
(fiduciary relationship) antara dua insan yaitu sang pengobat dan penderita yang melahirkan
konsep profesi. Manusia penderita ataupasien yangsangat memerlukan pertolongan sik,
mental, sosial dan spiritual mempercayakan bulat-bulat dirinya, khususnya kelangsungan
kehidupan, penderitaan, ketergantungan dan kerahasiaannya kepadasang pengobat.
Kepercayaan bulat yang teramat besar inisebagai inti jaminan proses hubungan pengobat-
pasien tersebut memunculkan tanggung jawab sang pengobat sebagai profesi. Universalitas
tanggung jawab profesi pengobat yang kemudian di era modern dikenal sebagai dokter adalah
tetap abadi, sepanjang masa. Dokter bahkan dikenal sebagai pelopor profesi luhur tertua
dalam sejarah karena dimensi tanggung jawabnya di bidang kemanusiaan yang membuahkan
ahlak peradaban budaya sejagat. Budaya ini diyakini akan abadi sepanjang sejarah manusia
sebagai mahluk sosial karena moralitas luhur kedokteran sebagai sisi deontologik dan tipe
ideal manusia penolong kemanusiaan senantiasa meneguhkan semata-mata kewajiban atau
tanggung jawab dan tidak segera atau bahkan selamanya tidak akan mengedepankan hak-hak
profesi ketika melaksanakan pengabdian profesinya.
Imhotep dari Mesir, Hippocrates dari Yunani, Galenus dari Roma, sebagai perintis
peletak dasar moralitas dan tradisi luhur kedokteran sebagai suatu janji publik sepihak yang
dibuat oleh kaum pengobat/dokter akan mengusung model keteladanan tokoh panutan yang
seragam dan diakui dunia. Selain itu, suara batin atau nurani dokter sebagai manusia bio-
psiko-sosio-kultural-spiritual, akan melambangkan ajaran keteladanan dan kebaikan sosial
budaya dan agama masing-masing. Kumpulan janji publik penuh keteladanan dan
kesejawatan tersebut kemudian dirumuskan oleh organisasi profesi dari negara tempat
berpijak pengabdian profesi menjadi norma etika dan disiplin. Perumusan norma etika
berdasarkan ajaran filsafat tentang universalitas kewajiban dalam relasisosial partikular dokter
- pasien yang mengedepankan nilai-nilai tanggung jawab profesional, kesejawatan dan
proporsionalitas tugas dan jasa dokter dalam rangka keberlangsungan profesidi era global.
Ajakan orientasi panggilan nurani demi tujuan umum kepentingan terbaik dan keselamatan
pasien sebagai bahagian dari komunitas atau masyarakat setempat dan diterapkannya secara
legeartis ilmu pengetahuan dan teknonolgi kedokteran mutakhir yang senantiasa dinamis dan
berkembang, disatukan dalam norma profesi. Norma etika praktik kedokteran yang dibakukan
berfungsi sebagai ciri dan cara pedoman dokter dalam bersikap, bertindak dan berperilaku
profesional sehingga mudah dipahami, diikuti dan dijadikan tolok ukur tanggung jawab
pelayanan profesi yang sering kali mendahului kebebasan profesi itu sendiri. Norma profesi,
selain pelayanan kesehatan termasuk juga dalamlapangan pendidikan dan penelitian dan
kegiatan sosial atau kesejawatan lainnya.
Pada jaman modern seperti saat ini yangditandaioleh spesialisasi dan keseminatan
kedokteran atau kelompok kesejawatan lainnya, nilai-nilai etika profesi akan senantiasa
mewarnai ciri dan cara pelayanan pasien,klien atau masyarakat setempat ataupun manusia
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dengan maksud untuk lebih nyata menjamin
dan mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokteran sebagaimana dimaksud di atas,
kami para dokter Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia, membakukan dan
membukukan nilai-nilai tanggung jawab profesional profesi kedokteran dalam suatu Kode
Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), yang diuraikan dalam pasal-pasal berikut :
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji
dokter.
Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesionalsecara
independen,danmempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhioleh
sesuatu yangmengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal
yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.
Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan secara
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan.
Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan
lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup makhluk
insani.
Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan aspek
pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-
sosial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.
Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di bidang kesehatan,
bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati.
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien
kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.
Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi
dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah
pribadi lainnya.
Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis.
Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/ kesehatan.
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku
dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang
perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat
nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik
sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik keperawatan Indonesia:
MUKADIMAH
Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu
ikatan moral yaitu :
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah/Janji
Apoteker
Pasal 2
Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan
Kode Etik Apoteker Indonesia
Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam
melaksanakan kewajibannya
Pasal 4
Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada
umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari
keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di
bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan
masyarakat, menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk hidup insani.
BAB III
KEAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu ingin mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi
ketentuan-ketentuan kode etik
Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjsama
yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian,
serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAIN
Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat
petugas kesehatan lain.
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik Apoteker
Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.
Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi dari
pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI) dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa
A. MUKADIMAH
Asisten Apoteker yang melaksanakan profesi kefarmasian mengabdikan diri dalam upaya
memelihara dan memperbaiki kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui
upaya perbaikan pelayanan farmasi, Pendidikan farmasi, pengembangan lmu dan
teknologi farmasi, serta ilmu-ilmu terkait. Asisten Apoteker dalam menjalankan
profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan YME, menunukkan sikap dan
perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah-falsafah dan nilai-nilai Pancasila, Undang-
Undang dasar 1945 serta anggaran dasar dan angaran rumah tangga Persatuan ahli
Farmasi Indonesia (PAFI) serta etika profesninya.
Kode etik PAFI ini sebagai landasan moral profesi yang harus diamalkan dan
dilaksanakan oleh seluruh Asisten Apoteker
MUKADIMAH
Ahli Radiografi adalah salah satu profesi yang baik langsung maupun tidak langsung ikut
berperan didalam upaya menuju kesejahteraan fisik material dan mental spiritual bagi
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, segala sesuatu yang menyangkut profesi Ahli
Radiografi selalu berorentasi kepada tuntutan masyarakat. Ahli Radiografi adalah suatu
profesi yang melakukan pelayanan kepada masyarakat, bukanlah profesi yang semat-mata
pekerjaan untuk mencari nafkah, akan tetapi merupakan pekerjaan kepercayaan, dalam hal ini
kepercayaan dari masyarakat yang membutuhkan pelayanan profesi, percaya kepada
ketulusan hati, percaya kepada kesetiaannya dan percaya kepada kemampuan profesionalnya.
Adanya limpahan dari anggota masyarakat tersebut, menuntut setiap anggota profesi agar
dalam mempersembahkan pelayanan dengan cara yang terhormat, dengan disadari
sepenuhnya bahwa anggota profesi selain memikul tanggung jawab kehormatan pribadi, juga
memikul tanggung jawab terhadap kehormatan profesi dalam mengamalkan pelayanannya.
Dan disamping itu juga dengan penuh kesadaran bahwa pelayanannya merupakan bagian dari
upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu Anggota Profesi Ahli
Radiografi memandang perlu menyusun rumusan-rumusan sebagai indikasi dengan harapan
dapat menjadi ikatan moral bagi anggota – anggotanya. Dan anggota Profesi Radiologi
menyadari sepenuhnya bahwa hanya karena bimbingan Tuhan Yang Maha Esa anggota
Profesi Ahli Radiografi dapat melaksanakan tugas pengabdiannya demi kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan negara dengan berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
KEWAJIBAN UMUM
1. Setiap Anggota Radiografi di dalam melaksanakan pekerjaan profesinya tidak diizinkan
membeda-bedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, jenis kelamin, agama, politik serta
status sosial kliennya.
2. Setiap Anggota radiografi didalam melaksanakan pekerjaan profesinya selalu memakai
standar profesi.
3. Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesi, tidak
diperbolehkan melakukan perbuatan yang dipengaruhi pertimbangan keuntungan pribadi.
4. Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesinya, selalu
berpegang teguh pada sumpah jabatan dan kode etik serta standar profesi Ahli Radiografi.
KODE ETIK
PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
MUKADIMAH
Bahwa memajukan kesejahteraan umum adalah satu diantara tujuan nasional yang ingin
diwujudkan oleh bangsa Indonesia. Kesehatan merupakan wujud dari kesejahteraan nasional
dan mempunyai andil yang besar dalam pembangunan sumber daya manusia berkualitas yang
dapat mendukung kelangsungan kehidupan bangsa dan terwujudnya cita-cita nasional yaitu
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan merupakan aspek penting untuk mendukung
keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, pengembangan sistem dan
penerapannya didukung oleh tenaga profesi yang berkualitas. Karena Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan menyangkut kepentingan kerahasiaan pribadi pasien dan rahasia jabatan,
maka Perekam Medis dan Informasi Kesehatan merasa perlu untuk merumuskan pedoman
sikap dan perilaku profesi.
Pedoman sikap dan perilaku Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ini dirumuskan dalam
rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna partisipasi kelompok Perekam Medis dan
Informasi Kesehatan dalam pembangunan nasional khususnya pembangunan kesehatan. Maka
berdasarkan pemikiran di atas, Kongres IX PORMIKI menyepakati Kode Etik Perekam
Medis dan Informasi Kesehatan sebagai berikut:
BAB I
PENGERTIAN
Pasal 1
1. PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN:
Seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan atau Manajemen Informasi Kesehatan sehingga memiliki kompetensi yang
diakui oleh pemerintah dan profesi serta mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang
dan hak secara penuh untuk melakukan kegiatan pelayanan Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan pada unit fasilitas pelayanan kesehatan.
2. KODE ETIK
Kode etik merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal
suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang
memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.
3. KODE ETIK PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
Pedoman sikap dan prilaku Perekam Medis dan Informasi Kesehatan dalam
menjalankan serta mempertanggungjawabkan segala tindakan profesinya baik kepada
profesi, pasien, maupun masyarakat luas.
Pasal 2
1. Dalam melaksanakan tugas profesi, tiap Perekam Medis dan Informasi Kesehatan selalu
bertindak demi kehormatan diri, profesi dan organisasi PORMIKI.
2. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan selalu menjalankan tugas berdasarkan standar
profesi tertinggi.
3. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan lebih mengutamakan pelayanan daripada
kepentingan pribadi dan selalu berusaha memberikan pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu.
4. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib menyimpan dan menjaga data rekam
medis serta informasi yang terkandung di dalamnya sesuai dengan ketentuan prosedur
manajemen, ketetapan pimpinan institusi dan peraturan perundangan yang berlaku.
5. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan selalu wajib menjunjung tinggi doktrin
kerahasiaan dan hak atas informasi pasien yang terkait dengan identitas individu atau
sosial.
6. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib melaksanakan tugas yang dipercaya
pimpinan kepadanya dengan penuh tanggungjawab, teliti dan akurat.
Pasal 3
Perbuatan / tindakan yang bertentangan dengan kode etik :
1. Menerima ajakan kerjasama seseorang/orang untuk melakukan pekerjaan yang
menyimpang dari standar profesi yang berlaku.
2. Menyebarluaskan informasi yang terkandung dalam rekam medis yang dapat merusak
citra Perekam Medis dan Informasi Kesehatan.
3. Menerima imbalan jasa dalam bentuk apapun atas tindakan no.1 dan 2.
Pasal 4
Peningkatan pengetahuan dan kemampuan profesional, baik anggota maupun organisasi
dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan profesi melalui penerapan ilmu dan
teknologi yang berkaitan dengan perkembangan di bidang Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan atau Manajemen Informasi Kesehatan.
BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI
Pasal 5
1. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib mencegah terjadinya tindakan yang
menyimpang dari Kode Etik Profesi.
2. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib meningkatkan mutu rekam medis dan
informasi kesehatan.
BAB IV
KEWAJIBAN DALAM BERHUBUNGAN DENGAN ORGANISASI PROFESI DAN
INSTANSI LAIN
Pasal 6
1. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan memberikan informasi dengan identitas diri,
kredensial profesi, pendidikan dan pengalaman serta rangkapan minat dalam setiap
pengadaan perjanjian kerja atau pemberitahuan yang berkaitan.
2. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib menjalin kerjasama yang baik dengan
organisasi pemerintah dan organisasi profesi lainnya dalam rangka meningkatkan mutu
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan.
BAB V
KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 7
1. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib menjaga kesehatan dirinya agar dapat
bekerja dengan baik.
2. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan sesuai dengan perkembangan IPTEK yang ada.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 8
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib menghayati dan mengamalkan Kode Etik
profesinya.
Hasil Sidang Komisi B pada Kongres ke IX PORMIKI di Medan 19-20 Februari 2018
Ketua Komisi B : Nuryati, A.Md., S.Far., MPH
Sekretaris Komisi B : Tarmizi, A.Md., SKM
MUKADIMAH
Ahli gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya memelihara dan
memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui upaya
perbaikan gizi, Pendidikan gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu
terkait. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan
nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya.
A. KEWAJIBAN UMUM
1. Ahli Gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam
meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
2. Ahli Gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan
menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri.
3. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut standar profesi
yang telah ditetapkan.
4. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan
adil
5. Ahli Gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan,
informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa
membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.
6. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami keterbatasnnya
sehingga dapat bekerjasama dengan fihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan.
7. Ahli Gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan
berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masrakat yang
sebenarnya
8. Ahli Gizi dalam bekerjasama dengan para professional lain di bidang kesehatan
maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-
baiknya.
F. PENETAPAN PELANGGARAN
Pelanggaran terhadap ketentuan kode etik ini diatur tersendiri dalam Majelis Kode Etik
Persatuan Ahli Gizi Indonesia
Kode etik ini berlaku setelah hari dari disahkannya kode etik ini oleh sidang tertinggi
profesi sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam anggaran dasar dana anggaran
rumah tangga profesi gizi
A. PEMBUKAAN
Bahwa untuk mengisi kemerdekaan Indonesia yang bertujuan mencapai masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 diperlukan peran serta dan
pengabdian dari segenap warga negara Indonesia.
Bahwa untuk mencapai tujuan tersebut diatas dilaksanakan pembangunan diberbagai
bidang yang antara lain untuk mencapai lingkungan kehidupan yang sehat, sehingga
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai bagian dari
kesejahteraan rakyat dan menciptakan lingkungan yang sehat dan harmoni. Untuk itu
perlu adanya penyatuan, pembinaan dan pengembangan profesi serta pengamalan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan yang dilandasi oleh semangat, moralitas
yang bertanggung jawab dan berkeadilan.
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa disertai kesadaran dan keinginan luhur,
berdasarkan ilmu, keterampilan dan sikap yang dimiliki untuk mencapai tujuan tersebut,
dengan ini Organisasi Profesi Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI)
menyusun dan menetapkan kode etik sanitarian atau ahli kesehatan lingkungan sebagai
landasan semangat, moralitas dan tanggung jawab yang berkeadilan dan merupakan
keajiban baik untuk dirinya sendiri, teman seprofesinya, klien/masyarakat maupun
kewajiban yang sifatnya umum sebagai insan profesi dan dalam melaksanakan peran dan
pengabdiannya sebagai berikut
B. KEWAJIBAN UMUM
1. Seorang sanitarian harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi
sanitasi dengan sebaik-baiknya.
2. Seorang sanitarian harus senantiasa berupaya melaksanaan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi
3. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi sanitasi, seorang sanitarian tidak
boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi
4. Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji
diri sendiri.
5. Seorang sanitarian senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan,
teknik atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat
6. Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu proses
analisis secara komprehensif
7. Seorang sanitarian dalam menjalankan profesinya, harus memberikan pelayanan
yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan keselamatan manusia,
serta kelestarian lingkungan
8. Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau
masyarakat dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman
MUKADIMAH
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Kegiatan pelayanan kesehatan di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan salah satunya adalah
pelayanan laboratorium medik yang pada hakikatnya adalah bagian dari perawatan pasien
(patient care) dengan senantiasa mengutamakan pada mutu hasil pemeriksaan laboratorium
sebagai dasar dari penegakan diagnosa sangat tergantung pada kualitas Ahli Teknologi
Laboratorium Medik.
Prinsip umum etika pelayanan kesehatan adalah bahwa keselamatan pasien merupakan yang
utama. Dapat diartikan bahwa laboratorium medik hendaknya menjamin bahwa keselamatan
dan kepentingan pasien selalu menjadi pertimbangan utama dan diletakkan lebih tinggi dalam
memperlakukan semua pasien secara adil dan tanpa diskriminasi.
Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (PATELKI) atau The Indonesian
Association of Medical Laboratory Technologists (IAMLT) merupakan organisasi profesi
sebagai satu-satunya wadah berhimpunnya Ahli Teknologi Laboratorium Medik di Indonesia
lahir dan dibentuk pada tanggal 26 April 1986 di Jakarta bertujuan meningkatkan kualitas dan
kesejahteraan anggotanya.
Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas serta dalam rangka upaya meningkatkan kualitas
Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam menyelenggarakan pelayanan di berbagai unit
Laboratorium Medik dan atau Laboratorium kesehatan, maka disusun Kode Etik sebagai
landasan moral dan etika profesi berdasarkan norma serta nilai-nilai luhur bangsa Indonesia
senantiasa mengutamakan prinsip beneficience, non maleficence, outonomy dan justice. Atas
berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, telah dirumuskan Kode Etik Ahli Teknologi
Laboratorium Medik yang diuraikan dalam pasal-pasal berikut:
Pasal 1
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah profesi
Pasal 2
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam menyelenggarakan praktik profesinya
harus berpedoman pada standar profesi.
Pasal 3
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak
teman sejawat dan hak-hak tenaga kesehatan lainnya.
BAB II
KEWAJIBAN ATLM TERHADAP PROFESI
Pasal 4
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menjunjung tinggi serta memelihara
martabat, kehormatan profesi, menjaga integritas, kejujuran serta dapat dipercaya, produktif,
efektif, efisien, peduli terhadap tugas dan lingkungan.
Pasal 5
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik berkewajiban menjunjung tinggi norma-norma
dan
nilai-nilai luhur dalam kehidupan dalam penyelenggaraan praktik profesinya
Pasal 6
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik senantiasa harus melakukan pekerjaan profesinya
sesuai dengan standar prosedur operasional, standar keselamatan kerja yang berlaku dan kode
etik profesi.
Pasal 7
Setiap ATLM yang akan menjalankan pekerjaannya wajib memiliki Surat Tanda Registrasi
(STR) dan Surat Ijin Praktik (SIP)
BAB III
KEWAJIBAN ATLM TERHADAP TEMAN SEJAWAT DAN PROFESI LAIN
Pasal 8
Pasal 9
Setiap ATLM harus menjunjung tinggi kesetiakawanan dan sikap saling menghargai dengan
teman sejawat dalam penyelenggaraan profesinya.
Pasal 10
Setiap ATLM harus membina hubungan kerjasama yang baik dan saling menghormati dengan
teman sejawat dan tenaga profesional lainnya dengan tujuan utama untuk menjamin
pelayanan
senantiasa berkualitas tinggi.
BAB IV
KEWAJIBAN ATLM TERHADAP PASIEN / PEMAKAI JASA
Pasal 11
Setiap ATLM dalam memberikan pelayanan harus bersikap adil dan mengutamakan
kepentingan pasien dan atau pemakai jasa tanpa membeda-bedakan kedudukan, golongan,
suku, agama, jenis kelamin dan kedudukan sosial.
Pasal 12
Setiap ATLM harus bertanggungjawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan
pelayanan kepada pasien dan atau pemakai jasa secara profesional.
Pasal 13
Setiap ATLM berkewajiban merahasiakan segala sesuatu baik informasi dan hasil
pemeriksaan yang diketahui berhubungan dengan tugas yang dipercayakannya kecuali jika
diperlukan oleh pihak yang berhak dan jika diminta oleh pengadilan.
Pasal 14
Setiap ATLM dapat berkonsultasi/merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang lebih ahli
untuk mendapatkan hasil yang akurat.
BAB V
KEWAJIBAN ATLM TERHADAP MASYARAKAT
Pasal 15
Setiap ATLM dalam menjalankan praktik profesinya harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan aspek pelayanan kesehatan serta nilai budaya, adat istiadat
yang berkembang di masyarakat
Pasal 16
Pasal 17
Setiap ATLM dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya harus mengikuti
peraturan perundang- undangan yang berlaku serta norma-norma yang berkembang pada
masyarakat.
Pasal 18
Setiap ATLM harus dapat mengetahui penyimpangan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar prosedur operasional dan norma yang berlaku pada saat itu serta melakukan upaya
untuk dapat melindungi kepentingan masyarakat.
BAB VI
KEWAJIBAN ATLM TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 19
Setiap ATLM senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Pasal 20
Setiap ATLM berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 21
Setiap ATLMberkewajiban untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan
di
bidang teknologi Laboratorium Medik maupun bidang lain yang dapat menunjang pelayanan
profesinya.
Pasal 22
Dalam melakukan pekerjaannya, setiap ATLM harus bersikap dan berpenampilan sopan dan
wajar serta selalu menjaga nilai-nilai kesopanan.
Pasal 23
Setiap ATLM harus memelihara kesehatan dirinya supaya dapat bekerja dan melayani dengan
baik.
BAB VII
SANKSI
Pasal 24
JENIS SANKSI
Pasal 25
Sanksi etik adalah sanksi moral berupa;
1. Sanksi ringan berupa peringatan tertulis
2. Sanksi berat berupa tugas menjalankan pelatihan/pendidikan tertentu sampai pencabutan
hak sebagai profesi atau direhabilitasi
BAB VIII
PENUTUP
Pasal 26
1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Kode Etik Ahli Teknologi Laboratorium Medik
ini akan diputuskan kemudian oleh Dewan Pimpinan Pusat PATELKI dengan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan etika.
2. Kode Etik Ahli Teknologi Laboratorium Medik ini berlaku mulai tanggal ditetapkan dan
apabila terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
MUKADIMAH
Bahwa kerja seorang profesional beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya
kehormatan profesi yang digeluti dan oleh karenanya tidak selalu mementingkan imbalan
upah materil. Kerja seorang profesional harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang
berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang,
ekslusive, dan berat.
Elektromedis dalam segala aktifitas profesional dan pelayanan kepada individu dan
masyarakat harus selalu menjunjung tinggi kehormatan profesi dan menjaga citra profesi
berdasarkan kode etik. Elektromedis adalah profesi yang turut berperan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia khususnya pada bidang kesehatan oleh
karenanya profesi elektromedis selalu berorientasi kepada kebutuhan masyarakat.
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
BAB II
KEWAJIBAN ELEKTROMEDIS TERHADAP KLIEN
Setiap elektromedis wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan klien. Dalam hal ini jika tidak mampu melakukan suatu
pekerjaan, maka atas persetujuan klien, ia wajib merujuk klien kepada elektromedis yang
mempunyai keahlian dalam hal tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB III
KEWAJIBAN ELEKTROMEDIS TERHADAP TEMAN SEJAWAT
BAB IV
KEWAJIBAN ELEKTROMEDIS TERHADAP DIRI SENDIRI