Anda di halaman 1dari 73

BAB 1

DEFINISI

Dalam Panduan Etik dan Perilaku (code of conduct) akan dibahas beberapa istilah sebagai
berikut:
1. Etik adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat
2. Kode Etik adalah norma dan asas yang diterima oleh kelompok tertentu sebagai landasan
tingkah laku
3. Kode Etik Profesi atau Etika Profesional adalah acuan perilaku perseorangan atau
korporasi yang dianggap harus diikuti pelaku aktivitas profesional. Para profesional
memiliki pengetahuan dan keahlian yang khusus dan kode etika profesional dibuat untuk
mengatur bagaimana pengetahuan dan keahlian tersebut digunakan, terutama dalam
situasi terkait masalah moral.
4. Panduan Etik dan Perilaku (Code Of Conduct) adalah serangkaian petunjuk yang
berisikan etika perilaku umum, etika pelayanan, dan etika penyelenggaraan rumah sakit
sebagai suatu standar perilaku sumber daya manusia dan pengelola dalam menjalankan
pelayanan kesehatan dan penyelenggaraan RS Orthopedi dan Traumatologi Surabaya
untuk mewujudkan perilaku dan budaya kerja yang sesuai dengan visi dan misi rumah
sakit.
5. Etika Pelayanan adalah sistem nilai atau kaidah perilaku dalam pelayanan klinis di
Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya. Selain itu, dalam panduan etik dan
perilaku ini, etika pelayanan juga mencakup beberapa kode etik professional tenaga
kesehatan (professional code of ethics)
6. Etika Penyelenggaraan Rumah Sakit adalah sistem nilai atau kaidah perilaku institusi
(RS Orthopedi dan Traumatologi Surabaya) dalam penyelenggaraan rumah sakit
(hospital code of ethics)
7. PT. Surabaya Orthopedi And Traumatology Hospital (SOTH) adalah suatu badan
hukum yang menjadi pemilik Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya
(RSOT).
8. Dewan Pengawas adalah direktur PT SOTH yang diangkat oleh RUPS untuk menjabat
sebagai pemimpin PT SOTH.
9. Direksi Rumah Sakit adalah sekelompok pimpinan rumah sakit yang memiliki tugas
menjalankan visi dan misi rumah sakit yang telah ditetapkan oleh pemilik rumah sakit
serta menyusun regulasi pelayanan manajemen untuk menjalankan rumah sakit.
10. Pegawai Rumah Sakit adalah seluruh unsur rumah sakit yang terdiri dari tenaga medis
(dokter paruh waktu dan dokter penuh waktu), tenaga keperwatan, tenaga kesehatan lain,
tenaga non kesehatan, dan tenaga outsourching.
11. Tenaga Kesehatan Lain adalah tenaga yang bertugas untuk menunjang pelayanan
medis di rumah sakit yang terdiri dari apoteker, asisten apoteker, radiografer, perekam
medis, ahli gizi, fisioterapi, sanitarian, ahli teknologi laboratoium medik, dan
elektromedis.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 1


12. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) adalah staf klinis profesional yang langsung
memberikan asuhan kepada pasien terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, ahli
gizi, dan fisioterapi.

BAB 2
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Panduan Etik dan Perilaku (Code of Conduct) RS Orthopedi dan Traumatologi
Surabaya meliputi pengaturan dan petunjuk tentang:
1. Etika Perilaku Umum Sesuai Visi Misi Nilai RSOT
Dalam bab ini akan dibahas mengenai etika perilaku bagi seluruh karyawan sesuai
dengan norma dan sistem nilai RSOT Surabaya, meliputi identifikasi perilaku yang
pantas, perilaku tidak pantas/tidak layak, perilaku yang mengganggu dan perilaku yang
tidak dapat diterima
2. Etika Pelayanan Rumah Sakit
Dalam bab ini akan dibahas mengenai etika dalam kegiatan pelayanan ke pasien. Hal itu
meliputi etika profesi tenaga kesehatan, hak dan kewajiban rumah sakit dan staf dalam
pelayanan kesehatan, etika terhadap data pasien serta etika dalam komitmen menjaga
mutu dan keselamatan pasien.
3. Etika Penyelenggaraan Rumah Sakit
Dalam bab ini akan dibahas mengenai etika penyelenggaraan rumah sakit meliputi kode
etik rumah sakit (KODERSI), etika kerja dan etika usaha yang berlaku di Rumah Sakit
Orthopedi dan Traumatologi Surabaya
4. Dokumentasi
Dalam bab ini akan dibahas tentang dokumen yang terkait dengan etika perilaku, etika
pelayanan dan etika penyelenggaran rumah sakit.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 2


BAB 3
ETIKA PERILAKU UMUM

3.1 ETIKA PERILAKU SESUAI VISI MISI NILAI RSOT


3.1.1 Visi RSOT Surabaya
”Menjadi Rumah Sakit Yang Terdepan Dalam Pelayanan Dibidang Orthopedi Dan
Traumatologi”

3.1.2 Misi RSOT Surabaya


1 Memberikan pelayanan kesehatan di bidang Orthopedi dan Traumatologi yang
berorientasi untuk keselamatan pasien yang berbasis bukti.
2 Memperkuat kapasitas sumber daya manusia sebagai pemberi pelayanan melalui
program pengembangan professional yang berkesinambungan.
3 Menghadirkan teknologi rumah sakit untuk mendukung pelayanan kesehatan
dibidang orthopedi dan traumatologi dengan biaya rasional

3.1.3 Nilai RSOT Surabaya


Berdasarkan etika agama Hindu yaitu Trikaya Parisudhayang artinya berpikir baik,
berbuat baik dan berperilaku baik, nilai/value RSOT adalah :
1. Profesionalisme
Yaitu keyakinan terhadap tatanan dalam memberikan pelayanan yang
berlandaskan pada kaidah ilmiah dan kaidah profesi serta tidak bertentangan
dengan norma–norma yang berlaku di masyarakat, dengan ciri-ciri: bertanggung
jawab, inovatif, kreatif, dan optimis.
2. Integritas
Yaitu berperilaku sebagai anggota yang beriman, jujur, kerja keras, disiplin,
berkomitmen mendahulukan kepentingan organisasi, serta mampu menjaga
keseimbangan Emotional Quotion (EQ), Intelectual Quotion (IQ), dan Spiritual
Quotion (SQ).
3. Etika
Yaitu nilai yang dijunjung tinggi dalam hubungan dengan klien, antar sesama
anggota tim kesehatan, antara petugas dengan pimpinan unit kerja maupun etika
dalam menjalankan profesi kesehatan dengan klien yang berprinsip pada
senantiasa mengutamakan keselamatan pasien (patient safety) serta keselamatan
petugas dan keamanan lingkungan kerja.

3.1.4 Budaya Kerja dan Budaya Organisasi


1. Budaya Kerja
Budaya kerja merupakan sikap/perilaku seseorang dalam melaksanakan kerja
sehari-hari yang bermutu dengan selalu berdasarkan nilai-nilai yang dianut,
sehingga dapat menjadi motivasi dan memberi inspirasi untuk senantiasa bekerja
lebih baik. Rumah Sakit telah membangun budaya kerja yang harus dihayati dan
dilaksanakan oleh setiap anggota rumah sakit agar pelayanan kesehatan yang
dilakukan dapat memuaskan pasien (konsumen). Budaya kerja yang dipopulerkan

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 3


adalah ramah dalam pelayanan, taat pada peraturan dan menjunjung tinggi
kebersamaan.

2. Budaya Organiasasi
Budaya organsiasi adalah keyakinan dasar yang melandasai pola sikap dan pola
hubungan dalam tim kerja Rumah Sakit dan/atau antar unit kerja dalam
mewujudkan efektivitas kinerja organisasi. Seluruh anggota rumah sakit wajib
berkomitmen tinggi dalam mewujudkan budaya organisasi dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat dan kinerja organisasi. Unsur-
unsur penting dalam budaya organisasi adalah bekerja dalam team work dan
selalu berfikir kedepan.

3.1.5 Etika Perilaku Umum


Perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan. Kode etik perilaku merupakan seperangkat peraturan yang dijadikan
pedoman perilaku di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya. Kode etik
perilaku ini bertujuan membantu menciptakan dan mempertahankan integritas,
membantu menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, nyaman dan dimana
setiap orang dihargai dan dihormati martabatnya setara sebagai anggota tim asuhan
pasien. Terdapat beberapa identifikasi jenis perilaku di lingkungan Rumah Sakit
Orthopedi dan Traumatologi Surabaya, antara lain:
1. Perilaku yang pantas adalah perilaku yang mendukung kepentingan pasien,
membantu pelaksanaan asuhan pasien, dan ikut serta berperan mendukung
keberhasilan pelaksanaan kegiatan perumahsakitan. Sebagai contoh perilaku
pantas antara lain:
a. Penyampaian pendapat pribadi atau professional pada saat diskusi, seminar,
atau pada situasi lain:
1) Penyampaian pendapat untuk kepentingan pasien kepada pihak lain
(dokter, perawat, direksi rumah sakit, dan petugas lain yang diberi
wewenang) dengan cara yang pantas dan sopan
2) Pandangan professional
3) Penyampaian pendapat pada saat diskusi kasus
b. Penyampaian ketidaksetujuan atau ketidakpuasan atas kebijakan melalui tata
cara yang berlaku di RSOT Surabaya.
c. Penyampaian informasi tentang kerumahsakitan kepada pihak lain.
d. Menyampaikan kritik konstruktif atau kesalahan pihak lain dengan cara yang
tepat, tidak bertujuan untuk menjatuhkan atau menyalahkan pihak tersebut
e. Menggunakan pendekatan kooperatif untuk menyelesaikan masalah
f. Menggunakan bahasa yang jelas, tegas dan langsung sesuai dengan
kebutuhan situasi dan kondisi pasien, misalnya penanganan pasien gawat
darurat.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 4


2. Perilaku yang tidak pantas/tidak layak (inappropriate) sebagaimana contoh-
contoh di bawah ini:
a. Merendahkan atau mengeluarkan perkataan tidak pantas kepada pasien,
keluarga pasien atau kepada sesama pegawai rumah sakit.
b. Dengan sengaja menyampaikan rahasia, aib atau keburukan orang lain
c. Menggunakan bahasa yang mengancam, menyerang, merendahkan, atau
menghina
d. Membuat komentar yang tidak pantas tentang tenaga medik di depan pasien
atau di dalam rekam medik
e. Tidak peduli, tidak tanggap terhadap permintaan pasien atau tenaga kesehatan
lain.
f. Tidak mampu bekerjasama dengan anggota tim asuhan pasien atau pihak lain
tanpa alasan yang jelas
g. Perilaku yang dapat diartikan sebagai menghina, mengancam, melecehkan
atau tidak bersahabat kepada pasien dan/atau keluarganya dan sesama
staf/anggota RS.
h. Melakukan pelecehan seksual baik melalui perkataan ataupun perbuatan
kepada pasien atau keluarga pasien

3. Perilaku yang mengganggu (disruptive) antara lain perilaku yang tidak layak
yang dilakukan secara berulang, bentuk tindakan verbal atau non verbal yang
membahayakan atau mengintimidasi pegawai rumah sakit lainnya. Salah satu
bentuk perilaku distruptive ditunjukkan dengan celetukan maut yaitu komentar
sembrono didepan pasien yang berdampak menurunkan kredibilitas staf klinis
lain, contoh mengomentari negatif hasil tindakan atau pengobatan staf lain
didepan pasien, misalnya ”obatnya ini salah, tamatan mana dia... ?”, melarang
perawat untuk membuat laporan tentang kejadian tidak diharapkan, memarahi
staf klinis lainnya didepan pasien, kemarahan yang ditunjukkan dengan
melempar alat bedah di kamar operasi, membuang rekam medis diruang rawat.

4. Perilaku yang tidak dapat diterima.


Dalam panduan etik ini, perilaku tidak pantas/tidak layak (inappropriate) dan
perilaku yang mengganggu (disruptive) termasuk sebagai perilaku yang tidak
dapat diterima, sehingga staf yang bersangkutan dapat diberi sanksi apabila
melakukan hal yang tergolong sebagai perilaku tidak pantas/tidak layak dan/atau
perilaku yang mengganggu.

3.2 PENERAPAN DAN PENEGAKAN ETIKA PERILAKU


3.2.1 Komitmen
Panduan etik dan perilaku (code of conduct) disosialisasikan kepada seluruh pegawai
rumah sakit sehingga dipahami dengan tepat, baik dan benar. Selanjutnya, setiap
anggota rumah sakit wajib menyelaraskan diri dengan sistim nilai di RSOT
Surabaya. Oleh karena itu, seluruh pegawai rumah sakit wajib untuk menyamakan
dan menyatukan keyakinan, tekad dan berkomitmen agar dapat menerapkan sikap

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 5


dan perilaku kerja yang sesuai dengan sistim nilai yang tertuang dalam Panduan Etik
dan Perilaku (code of conduct).

Dewan Pengawas dan Direksi Rumah Sakit menunjukkan komitmen yang kuat dan
memberikan contoh kepada bawahan dan rekan kerja tentang sikap dan perilaku yang
sesuai dengan Panduan Etik dan Perilaku (code of conduct). Komitmen Dewan
Pengawas dan Direksi Rumah Sakit dilaksanakan dengan:
a. Menetapkan dan memberlakuan Panduan Etik dan Perilaku (code of conduct)
b. Melakukan sosialisasi Panduan Etik dan Perilaku kepada seluruh pegawai rumah
sakit.
c. Memberi contoh kepada staf rumah sakit dalam bersikap dan berperilaku sesuai
dengan Panduan Etik dan Perilaku (code of conduct)
d. Memberikan sanksi yang adil terhadap setiap pelanggaran terhadap Panduan
Etik dan Perilaku (code of conduct).

3.2.2 Tanggung Jawab


a. Tanggung Jawab Dewan Pengawas
Dewan Pengawas memantau efektivitas praktek tata kelola (good governance)
yang diterapkan rumah sakit. Dewan Pengawas dapat menugaskan auditor
independen untuk menilai kepatuhan terhadap praktek good governance, termasuk
Panduan Etik dan Perilaku (code of conduct) ini, yang merupakan penjabaran
prinsip-prinsip good governance pada tingkat operasional Rumah Sakit.

b. Tanggung Jawab Direksi:


Tanggung jawab Direksi Rumah Sakit yaitu :
1) Mengkomunikasikan Panduan Etik dan Perilaku (code of conduct), kebijakan
dan aturan secara tepat dan benar, untuk memastikan setiap pegawai rumah
sakit di lingkungan kerjanya memahami dan menghayati panduan ini.
2) Direktur bertanggung jawab secara profesional dan hukum untuk
menciptakan dan mendukung lingkungan dan budaya kerja yang berpedoman
pada etika dan perilaku etis pegawai serta menciptakan iklim dimana pegawai
rumah sakit secara bebas dapat membahas penerapan panduan etik dan
perilaku, masalah etika dan hukum, sehingga mempunyai persepsi yang sama.
3) Memastikan penerapan etika dengan bobot yang sama pada kegiatan
bisnis/manajemen maupun kegiatan klinis/pelayanan Rumah Sakit.
4) Memimpin dengan memberi contoh, bersikap dan berperilaku yang diteladani
oleh bawahannya, serta memberikan bantuan atau nasihat atas pertanyaan
mengenai penerapan etika perilaku, kebijakan dan aturan.
5) Memimpin upaya penegakan kepatuhan melalui pertemuan-pertemuan rutin
dengan bawahan, termasuk kemudahan bagi pelaporan dugaan pelanggaran
etik, kebijakan dan aturan.
6) Melakukan pengawasan secara teratur mengenai program dan permasalahan
yang mungkin timbul dalam penerapan etika perilaku.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 6


7) Melakukan penanganan atas pelaporan dugaan pelanggaran serta
penyelidikan terhadap indikasi pelanggaran yang terjadi di lingkungan
kerjanya.

c. Tanggung Jawab Pegawai Rumah Sakit


Setiap pegawai rumah sakit memiliki tanggung jawab pribadi untuk mematuhi
setiap kebijakan dan aturan yang dikeluarkan oleh rumah sakit, termasuk Panduan
Etik dan Perilaku (code of conduct). Tanggung jawab pegawai rumah sakit atas
kepatuhan dimulai dengan mempelajari secara detail Panduan Etik dan Perilaku,
kebijakan dan aturan lain yang relevan dengan tugas dan pekerjaan sehari-hari.

Panduan Etik dan Perilaku (code of conduct) ini tidak memberikan jawaban secara
pasti atas semua perilaku Pegawai Rumah Sakit. Karena itu, setiap pegawai rumah
sakit pada akhirnya harus menggunakan pertimbangan dengan akal yang sehat dan
kejujuran hati nurani masing-masing untuk menentukan keselarasan suatu
perilaku dengan Panduan Etik dan Perilaku (code of conduct), kebijakan dan
aturan lainnya.

Bicarakan segera masalah yang ada apabila teridentifikasi adanya ketidaksesuaian


dengan Panduan Etik dan Perilaku (code of conduct) ini, kebijakan dan aturan.
Apabila dari hasil identifikasi suatu hal diduga mengandung indikasi pelanggaran,
maka setiap pegawai rumah sakit wajib melaporkan dugaan pelanggaran tersebut.

3.2.3 Pemantauan
Pemantauan penerapan etika perilaku dapat dilakukan secara langsung oleh Direksi
Rumah Sakit ataupun secara tidak langsung melalui Panitia Etik dan Hukum Rumah
Sakit dan / atau Satuan Pemeriksa Internal (SPI) dan / atau melalui Kepala Bagian /
Bidang / Instalasi / Pelayanan di masing-masing unit kerja.

Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit, yang secara khusus dibentuk oleh Direktur
untuk membantu mengawasi penerapan etika di rumah sakit, dalam pelaksanaan
tugasnya wajib mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan, khususnya
yang berkaitan dengan good governance dan menganalisis dampaknya terhadap
rumah sakit, serta memberi masukan kepada Direktur untuk mematuhi semua
ketentuan perundang-undangan yang terkait dengan good governance dan etik rumah
sakit. Selain itu, Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit bertanggung jawab untuk:
1) Memantau kepatuhan terhadap panduan etik dan perilaku (code of conduct)
2) Melakukan kajian tentang tingkat kepatuhan dan pelaksanaan serta kendala-
kendala dalam penerapan panduan etik dan perilaku (code of conduct)
3) Memberikan rekomendasi kepada Direktur Rumah Sakit terhadap hasil kajian
tersebut

Dalam pemantauan penerapan etik, Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit
memerlukan partisipasi aktif dari para Kepala Bidang/Bagian/Instalasi/Pelayanan

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 7


untuk turut serta memantau kepatuhan staf dibawahnya terhadap panduan etik dan
perilaku. Khusus bagi staf tenaga kesehatan, pemantauan terhadap penerapan
panduan etik dan perilaku, juga dilakukan dengan cara berkoordinasi bersama komite
dan tim profesi terkait seperti komite medik, komite keperawatan dan komite tenaga
kesehatan lain.

3.2.4 Pelaporan dan Penanganan


Pegawai rumah sakit wajib melaporkan dugaan terjadinya pelanggaran etika perilaku
kepada atasan langsung, pejabat berwenang, komite profesi (komite medik/komite
keperawatan), atau melalui panitia etik dan hukum rumah sakit. Pegawai rumah sakit
wajib bekerjasama dalam penyelidikan internal yang dilakukan oleh rumah sakit,
dengan mengungkapkan data dan informasi yang diketahui, yang berkaitan dengan
terjadinya dugaan pelanggaran.

Rumah sakit sepenuhnya menyadari bahwa melaporkan tindakan pelanggaran


merupakan upaya yang tidak mudah dan menempatkan Pegawai Rumah Sakit
(pelapor) dalam posisi yang sulit, bahkan mungkin menimbulkan konflik batin bagi
pelapor. Kemampuan dan kesediaan melaporkan dugaan pelanggaran merupakan hal
penting dari pelaksanaan tanggung jawab setiap pegawai rumah sakit.

Oleh karena itu Rumah Sakit akan memberikan perlindungan kepada setiap anggota
rumah sakit yang melaporkan dugaan atau disangkakan adanya pelanggaran etika
perilaku yang disertai bukti dan dokumen yang sah. Tidak seorangpun pegawai
rumah sakit akan dikenakan sanksi karena melaporkan adanya dugaan pelanggaran
etika, kebijakan dan aturan, kecuali yang bersangkutan ikut terlibat dalam
pelanggaran tersebut.

Pelaporan dugaan pelanggaran dilakukan secara jujur, dilandasi dengan niat baik,
dan semata-mata dilakukan untuk pencegahan terjadinya kerugian terhadap Rumah
Sakit, atau rusaknya kinerja Rumah Sakit dan jauh dari maksud-maksud tertentu
untuk kepentingan atau keuntungan pribadi, misalnya antara lain karena dorongan
sentimen pribadi, rasa iri hati dan yang sejenisnya. Setiap pelaporan dugaan
pelanggaran, seluruhnya disertai data dan/atau bukti-bukti yang akurat agar dapat
diproses lebih lanjut demi keselamatan jalannya usaha Rumah Sakit.

Pegawai Rumah Sakit dilarang melakukan tindakan permusuhan, pembalasan atau


tindakan lain yang merugikan seperti ancaman fisik dan verbal terhadap Pegawai
Rumah Sakit lain yang melaporkan terjadinya pelanggaran ataupun yang
bekerjasama dalam penyelidikan pelanggaran. Rumah Sakit sepenuhnya menjamin
kerahasiaan identitas pelapor, isi informasi, saran atau pendapat yang disampaikan.

Berikut ini adalah tindakan yang harus diambil oleh Pegawai Rumah Sakit apabila
meyakini telah terjadi pelanggaran.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 8


a. Yakinkan dan pastikan memiliki seluruh data dan informasi yang relevan dengan
keadaan atau situasi yang mengindikasikan pelanggaran etika perilaku. Bila
perlu data dan informasi didukung dengan saksi-saksi yang kuat.
b. Cari kesempatan dan cara yang paling cocok tanpa menyinggung perasaan untuk
menegur sesama rekan kerja atau atasan. Sampaikan secara halus dan tidak
langsung dengan memaparkan pelanggarannya, lalu mintalah tanggapannya. Bila
perlu, bersama rekan kerja atau atasan, mencari penyebabnya.
c. Segera laporkan dugaan pelanggaran yang terjadi di lingkungan unit atau bagian
masing-masing kepada atasan langsung atau sub komite etik dan disiplin (komite
medik/komite keperawatan) atau panitia etik dan hukum rumah sakit
d. Apabila dugaan pelanggaran dilakukan oleh unsur pimpinan dan/atau terjadi di
luar lingkungan unit/bagian atau karena sesuatu hal, tidak dapat melaporkan
kepada atasan langsung, maka laporkan kepada Direksi Rumah Sakit secara
langsung atau melalui pos, faksimili, e-mail, atau telepon.

3.2.5 Penanganan Atas Pelanggaran


Semua dugaan pelanggaran yang dilaporkan akan ditindaklanjuti secara memadai
melalui pengkajian atau pemeriksaan lebih lanjut untuk proses pembuktian dan
penentuan bobot pelanggaran sebagai bahan pertimbangan pemberian tindakan
disiplin atau sanksi.

Penanganan atas dugaan pelanggaran serta pemberian sanksi dilakukan berdasarkan


keputusan Direktur Rumah Sakit yang diambil berdasarkan rekomendasi dan hasil
kajian yang telah dilakukan oleh Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit, oleh Komite
Medik (Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi) atau oleh Komite Keperawatan (Sub
Komite Etik Disiplin) dan/atau oleh Bagian Kepegawaian. Selanjutnya, informasi
yang lebih terperinci tentang prosedur penanganan pelanggaran etik terdapat pada
Pedoman Kerja Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi
Surabaya.

3.3 PENGEMBANGAN DAN PERBAIKAN


1. Penyusunan panduan etik dan perilaku (code of conduct) ini telah
mempertimbangkan visi, misi, nilai-nilai Rumah Sakit, budaya kerja dan etika.
Panduan Etik dan Perilaku ini selanjutnya akan dijadikan dasar bagi penetapan
kebijakan Rumah Sakit yang meliputi antara lain surat keputusan, surat edaran,
buku pedoman Rumah Sakit, dan lain sebagainya. Kebijakan Rumah Sakit yang
telah ada dan bertentangan dengan Panduan Etik dan Perilaku wajib disesuaikan.
Rumah Sakit akan menerbitkan kebijakan susulan apabila diperlukan sebagai
penjabaran lebih lanjut yang diperlukan dalam penerapan Panduan Etik dan
Perilaku ini.
2. Rumah sakit mendukung lingkungan yang memperkenankan diskusi secara bebas
mengenai masalah/isu etis tanpa ada ketakutan atas sanksi. Hal ini sebagai upaya
untuk mendukung pengembangan dan perbaikan dalam menyusun panduan etik
serta perbaikan dalam implementasi penerapan etik di rumah sakit.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 9


3. Pengembangan dan perbaikan Panduan Etik dan Perilaku ini dapat dilakukan
seiring dengan perubahan/perkembangan dimasa mendatang dengan
mempertimbangkan norma-norma nasional dan internasional terkait hak asasi
manusia dan etika profesional.
4. Selama masa implementasi diharapkan diperoleh umpan balik sebagai bahan
masukan bagi pengembangan dan perbaikan Panduan Etik dan Perilaku serta
implementasi lebih lanjut dimasa mendatang. Segala kritik dan saran yang
konstruktif dari segenap anggota Rumah Sakit dan pihak-pihak lain yang terkait
sangat diharapkan dan akan dicatat sebagai bahan masukan dalam rangka
pengembangan dan perbaikan lebih lanjut.
5. Pengembangan dan perbaikan Panduan Etik dan Perilaku ditetapkan oleh Direktur
rumah sakit yang dituangkan dalam surat keputusan.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 10


BAB 4
ETIKA PELAYANAN

4.1 KODE ETIK PROFESIONAL TENAGA KESEHATAN (PROFESSIONAL


CODE OF ETHICS)
Pelayanan kesehatan di rumah sakit dilakukan oleh tenaga medis, tenaga keperawatan
dan tenaga kesehatan lainnya yang merupakan tenaga profesi yang tunduk pada kode
etik profesinya masing-masing. Berikut ini adalah pedoman kode etik profesional
tenaga kesehatan:
1. Tenaga medis atau dokter harus tunduk dan patuh pada Kode Etik Kedokteran
sesuai Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor
111/PB/A.4/02/2013 tanggal 15 Februari 2013 tentang Penerapan Kode Etik
Kedokteran Indonesia.
2. Tenaga keperawatan harus tunduk dan patuh pada Kode Etik Keperawatan
Indonesia yang dikeluarkan oleh Majelis Kehormatan Etik Keperawatan (MKEK)-
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Kutipan Kode Etik Keperawatan
tercantum pada lampiran 2.
3. Tenaga Kesehatan lainnya harus tunduk dan patuh pada kode etik yang dikeluarkan
oleh Majelis Kehormatan Etik masing-masing profesi. Beberapa pedoman kode etik
tenaga kesehatan lain adalah sebagai berikut:
a. Apoteker
Mengacu pada Keputusan Kongres Nasional XVIII/2009 Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia Nomor: 006/KONGRES XVIII/ISFI/2009 tentang Kode Etik
Apoteker Indonesia. Kutipan singakat tetang Kode Etik Apoteker tercantum
pada lampiran 3. Sedangkan penjelasan implementasi jabaran kode etik dapat
dilihat secara lengkap di salinan dokumen keputusan kongres ISFI 2009 tersebut.
b. Asisten Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian
Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 573/Menkes/SK/VI/2008
tentang Standar Profesi Asisten Apoteker. Kutipan Kode Etik Asisten Apoteker
tercantum pada lampiran 4
c. Radiografer
Mengacu pada Peraturan Pengurus Pusat Perhimpunan Radiografer Indonesia
Nomor: 191.1/PP PARI/XI/2018 tanggal 8 Nopember 2018 tentang Standar
Kompetensi dan Kode Etik Radiografer. Kutipan Kode Etik Radiografer
tercantum pada lampiran 5
d. Fisioterapis
Mengacu pada buku Kode Etik Profesi Fisioterapis Indonesia Edisi 2019 yang
disusun oleh Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Fisioterapi Indonesia –
Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI)
e. Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM)
Mengacu kepada Surat Keputusan Musyawarah Nasional Kedelapan Persatuan
Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia (MUNAS VIII PATELKI)
Nomor 08/MUNAS VIII/5/2017 tanggal 19 Mei 2017 tentang Kode Etik Ahli
Teknologi Laboratorium Medik

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 11


f. Perekam Medis
Kutipan kode etik perekam medis tercantum pada lampiran 6
g. Elektromedis
Mengacu pada Keputusan Ketua Umum Ikatan Elektromedis Indonesia Nomor
2 Tahun 2018 Tanggal 5 Januari 2018 Tentang Kode Etik Elektromedis
Indonesia.
h. Ahli Gizi
Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Gizi. Kutipan Kode Etik Ahli Gizi terdapat pada
lampiran 7
i. Sanitarian
Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 373/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Sanitarian. Kutipan Kode Etik Sanitarian terdapat pada
lampiran 8

4.2 HAK DAN KEWAJIBAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN


4.2.1 Hak RS Orthopedi dan Traumatologi Surabaya
1. Berhak membuat peraturan-peraturan yang berlaku di rumah sakit sesuai dengan
visi, misi, falsafah, serta kondisi/keadaan yang ada di rumah sakit (Hospital By
Laws dan Medical Staf By Laws).
2. Berhak mensyaratkan bahwa pasien, tenaga medik dan tenaga penunjang lainnya
harus mentaati peraturan rumah sakit.
3. Berhak menerima imbalan atas jasa pelayanan, fasilitas dan peralatan yang
digunakan.
4. Berhak memilih, mengatur dan membina tenaga dokter dan tenaga penunjang
lainnya sesuai sistem dan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
5. Berhak menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi termasuk
pasien, pihak ketiga dan lain-lain.
6. Berhak mendapatkan perlindungan hukum.

4.2.2 Kewajiban RS Orthopedi dan Traumatologi Surabaya


Kewajiban Umum
1. Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI).
2. Rumah Sakit harus mengungkapkan informasi kepemilikan secara terbuka dan
konflik kepentingan.
3. Rumah Sakit sebagai suatu instansi harus dapat mengawasi serta bertanggung
jawab terhadap semua kejadian di rumah sakit.
4. Rumah Sakit harus mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu secara
berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya.
5. Rumah Sakit harus memelihara semua catatan/ arsip baik medik maupun non
medik secara baik.
6. Rumah Sakit harus mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan.
7. Rumah Sakit harus memelihara peralatan dengan baik dan agar selalu dalam
keadaan siap pakai.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 12


8. Rumah Sakit harus merujuk ke Rumah Sakit lain jika tidak tersedianya peralatan
atau tenaga yang dibutuhkan pasien.
9. Rumah Sakit harus selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan.
10. Rumah Sakit mendukung transparansi dalam melaporkan pengukuran kinerja
klinis dan kinerja organisasi.
11. Rumah Sakit memastikan praktik non diskriminasi dalam hubungan kerja dan
ketentuan atas asuhan pasien dengan mengingat norma hukum serta budaya
negara Indonesia.

Kewajiban menjalankan kebijakan dalam rangka penerapan etik penyelenggaraan


RS, antara lain:
1. Manajemen Risiko
2. Standar Akuntansi
3. Sistem Pengendalian Internal
4. Audit Kinerja dan Keuangan
5. Integritas dalam Berusaha
6. Hubungan dengan Pengguna Jasa
7. Hubungan dengan RS lainnya
8. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
9. Pengelolaan Lingkungan
10. Proses Pengadaan dan Hubungan dengan Rekanan
11. Kemitraan dengan Masyarakat Sekitar
12. Hubungan dengan Pejabat Negara
13. Data Rumah Sakit dan Kerahasiaan Informasi
14. Keterbukaan Informasi

Kewajiban Terhadap Masyarakat dan Lingkungan


1. Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik masyarakat
dan berusaha agar pelayanannya menjangkau di luar rumah sakit.
2. Rumah Sakit harus senatiasa menyesuaikan pelayanannya pada harapan dan
kebutuhan masyarakat setempat.
3. Rumah Sakit dalam menjalankan opersionalnya bertanggung jawab herhadap
lingkungan agar tidak terjadi pencemaran yang merugikan masyarakat.

Kewajiban Terhadap Pasien


1. Rumah Sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.
2. Rumah Sakit harus memberikan penjelasan informasi pelayanan secara jujur
3. Rumah Sakit harus memberikan penjelasan tentang apa yang diderita pasien, dan
tindakan apa yang hendak dilakukan.
4. Rumah Sakit harus meminta persetujuan pasien (Informed Consent) sebelum
melakukan tindakan medik.
5. Rumah Sakit berkewajiban melindungi pasien dari penyalahgunaan teknologi
kedokteran.
6. Rumah Sakit harus menjaga kerahasiaan informasi pasien.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 13


7. Rumah Sakit harus mengindahkan hak pribadi (Privacy) pasien.
8. Rumah Sakit harus menetapkan alur pendaftaran pasien, transfer pasien, dan
pemulangan pasien secara jelas
9. Rumah Sakit dalam melakukan penagihan biaya pelayanan harus akurat dan
memastikan insentif finansial dan pengaturan pembayaran tidak mengganggu
pelayanan pasien
10. Rumah Sakit wajib mengurangi kesenjangan dalam akses untuk pelayanan
kesehatan dan hasil klinis

Kewajiban Terhadap Pimpinan dan Pegawai Rumah Sakit


1. Rumah Sakit harus menjamin agar pimpinan, staf dan karyawannya senantiasa
mematuhi etika profesi masing-masing.
2. Rumah Sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf dokter, perawat dan tenaga
lainnya berdasarkan nilai, norma dan standar ketenagaan.
3. Rumah Sakit harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yang baik antara
seluruh tenaga di rumah sakit dapat dipelihara.
4. Rumah Sakit harus memberi kesempatan kepada seluruh tenaga rumah sakit
untuk meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan serta ketrampilannya.
5. Rumah Sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan dilakukan
bedasarkan standar profesi yang berlaku.
6. Rumah Sakit berkewajiban memberi kesejahteraan kepada karyawan dan
menjaga keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.
7. Rumah Sakit harus berlaku adil tanpa pilih kasih.

4.2.3 Hak dan Kewajiban Pasien


Hak Pasien
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit.
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan medik,
standar profesi dan standar prosedur operasional.
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi.
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit.
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
mediknya (isi rekam medik).
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medik,
tujuan tindakan medik, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 14


terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan/tindakan medik.
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit.
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya.
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana.
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Kewajiban Pasien
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab;
3. Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit;
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya;
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di
Rumah Sakit dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana
terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi
petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit
atau masalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

4.2.4 Hak dan Kewajiban Dokter, Perawat, Tenaga Kesehatan Lain dan Tenaga Non
Kesehatan
Hak Dokter, Perawat, Tenaga Kesehatan Lain dan Tenaga Non Kesehatan
1. Berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesi dan tugas pekerjaannya.
2. Berhak untuk bekerja menurut standar profesi serta berdasarkan hak
otonominya. Tenaga medis/dokter, walaupun ia berstatus sebagai karyawan

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 15


rumah sakit, pemilik atau direksi rumah sakit tidak dapat memerintahkan untuk
melakukan tindakan yang menyimpang dari standar profesi atau keyakinannya.
3. Berhak untuk menolak keinginan pasien/klien yang bertentangan dengan
peraturan, perundang-undangan, profesi, etika serta visi dan misi RS Orthopedi
dan Traumatologi Surabaya.
4. Berhak menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien/klien apabila misalnya
hubungan dengan pasien/klien sudah berkembang begitu buruk sehingga
kerjasama yang baik tidak mungkin diteruskan lagi, kecuali untuk pasien/klien
gawat darurat dan wajib menyerahkan pasien/klien kepada tenaga medik,
penunjang medik, non medik lain yang berkompeten.
5. Berhak atas privacy dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan
oleh pasien/klien dengan ucapan maupun tindakan yang melecehkan atau
memalukan.
6. Berhak mendapat informasi lengkap dari pasien/klien yang dirawat/dilayani atau
dari keluarganya semata-mata untuk kepentingan pengobatan pasien yang
bersangkutan.
7. Berhak mendapat informasi atau pemberitahuan ketika menghadapi pasien/klien
yang tidak puas terhadap pelayanannya.
8. Berhak untuk diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit, pasien/klien,
keluarga pasien dan teman sejawat.
9. Berhak untuk mendapat imbalan jasa atas jasa profesi/pekerjaan yang diberikan
berdasarkan perjanjian dan/atau ketentuan/peraturan yang berlaku di rumah
sakit.

Kewajiban Dokter, Perawat, Tenaga Kesehatan Lain dan Tenaga Non Kesehatan
1. Kewajiban Dokter
a. Kewajiban Umum
1) Dokter wajib menjunjung tinggi menghayati dan mengamalkan sumpah
dokter.
2) Dokter wajib untuk senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran
yang tinggi.
3) Dokter wajib melakukan pekerjaan kedokterannya dengan tidak boleh
dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.
4) Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik:
a) Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
b) Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan kedokteran dalam segala bentuk tanpa kebebasan
profesi.
c) Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan
mahluk insani baik jasmani maupun rohani hanya dilakukan untuk
kepentingan penderita.
d) Menerima imbalan selain daripada yang layak sesuai dengan
jasanya kecuali dengan keiklasan, sepengetahuan dan/atau
kehendak penderita.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 16


5) Dokter wajib berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya.
Seorang dokter hendaknya memberi keterangan atau pendapat yang
dapat dibuktikan kebenarannya.
6) Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus mengutamakan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan
kesehatan yang paripurna, serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat yang sebenarnya.

b. Kewajiban Dokter Terhadap Rumah Sakit


1) Dokter wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata tertib
yang berlaku di rumah sakit.
2) Dokter wajib untuk selalu menjaga dan mempertahankan nama baik
rumah sakit.
3) Dokter wajib mendukung dan melibatkan diri dalam usaha rumah sakit
untuk memajukan dan mengembangkan rumah sakit.
4) Dokter wajib untuk memupuk rasa memiliki, rasa persaudaraan dan
loyalitas dalam satu ikatan keluarga besar rumah sakit.
5) Dokter wajib memahami dan dengan setia ikut ambil bagian dalam
mewujudkan visi dan misi rumah sakit.
6) Dokter wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara tertulis
dengan pihak rumah sakit.

c. Kewajiban Dokter Terhadap Pasien


1) Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi
hidup insani.
2) Dokter wajib memberikan pelayanan medik sesuai dengan standar
profesi dan menghormati hak-hak pasien.
3) Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar
senatiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehat dalam
beribadah dan/atau dalam masalah lainnya.
4) Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala
ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan penderita.
5) Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan maka ia wajib melakukan konsultasi kepada dokter yang
lebih senior atau kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam
penyakit tersebut.
6) Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
peri kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan
mampu memberikannya.
7) Setiap dokter yang bertugas di rawat darurat wajib melakukan
pertolongan darurat dengan mendahulukan keselamatan penderita
daripada pertimbangan-pertimbangan lain.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 17


8) Setiap dokter wajib menyimpan semua rahasia kedokteran yang diketahui
tentang seorang penderita, termasuk data hasil pemeriksaan laboratorium,
data dalam rekam medik secara keseluruhan, bahkan juga setelah
penderita itu meninggal dunia.
9) Dokter wajib memberikan informasi yang memadai tentang perlunya
tindakan medik yang bersangkutan serta resiko yang dapat ditimbulkan
dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien.
10) Dokter wajib membuat informed consent atas setiap tindakan medik yang
mengandung resiko tinggi.
11) Dokter wajib membuat rekam medik yang baik secara berkesinambungan
berkaitan dengan keadaan pasien.
12) Dokter wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam
perjanjian yang telah dibuatnya.
13) Dokter wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

d. Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat


1) Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan.
2) Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari teman
sejawatnya, tanpa persetujuannya.

e. Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri


1) Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja
dengan baik.
2) Setiap dokter hendaknya senatiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan tetap setia kepada cita-citanya yang luhur.

2. Kewajiban Perawat
a. Perawat wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata tertib yang
berlaku di rumah sakit.
b. Perawat wajib memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan
standar asuhan keperawatan. Meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan,
intervensi keperawatan, evaluasi dan catatan keperawatan.
c. Perawat wajib memberikan informasi yang memadai tentang perlunya
tindakan asuhan keperawatan yang akan dilakukan serta resiko yang dapat
ditimbulkannya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien.
d. Perawat wajib meminta persetujuan kepada pasien atas tindakan yang akan
dilakukannya.
e. Perawat wajib menginformasikan keadaan pasien kepada tenaga medik atau
tenaga lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan pasien.
f. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 18


g. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan
ibadah sesuai keyakinannya.
h. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
i. Setiap perawat wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas peri
kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan mampu
memberikannya.
j. Perawat wajib membuat catatan asuhan keperawatan yang baik dan lengkap
secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.
k. Perawat wajib mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan.
l. Setiap perawat wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan
mengikuti perkembangan ilmu keperawatan.
m. Perawat wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara tertulis dengan
pihak rumah sakit.
n. Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam perjanjian
yang telah dibuatnya.
o. Perawat wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara
timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

3. Kewajiban Tenaga Kesehatan Lain dan Tenaga Non Kesehatan Rumah Sakit
a. Wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata tertib yang berlaku
di rumah sakit.
b. Wajib melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai dengan standar mutu dan
prosedur tetap yang berlaku di rumah sakit.
c. Wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya berkaitan dengan tugas
pekerjaannya.
d. Wajib membuat pencatatan dan pelaporan atas pelaksanaan tugas
pekerjaannya.
e. Wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu yang terkait dengan tugas pekerjaannya.
f. Wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara tertulis dengan pihak
rumah sakit.
g. Wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam perjanjian yang
telah dibuatnya.
h. Wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara timbal
balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

4.3 POKOK – POKOK ETIKA YANG BERHUBUNGAN DENGAN DATA PASIEN


(REKAM MEDIK)
4.3.1 Etika dan Perilaku Petugas Dalam Pengisian Rekam Medik
1. Etika dan Perilaku Dokter
Sesuai dengan keahliannya, dokter merupakan petugas rumah sakit yang
bertugas dan bertanggung jawab dalam pengisian data pasien/rekam medik,
baik pasien yang sedang dirawatnya maupun yang dikonsultasikan kepadanya.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 19


Dalam pengisian rekam medik ini dokter harus benar-benar bekerja dengan
berpegang teguh pada ilmu yang didapatnya, disamping harus berpegangan
pada sumpah jabatan sebagai seorang dokter.

2. Etika dan Perilaku Tenaga Keperawatan dan Tenaga Kesehatan Lainnya


Tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya yang berperan sebagai
profesional pemberi asuhan (PPA) bertanggungjawab dalam pengisian data
medis selama pasien dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu, sesuai dengan
kewenangan yang diberikan kepadanya, pengisian data harus benar-benar
sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Apabila petugas tersebut
masih dalam masa orientasi atau dalam program pendidikan, seluruh data yang
dicantumkan harus disetujui dan diparaf oleh atasan langsung dan/atau
pembimbing klinis.
3. Etika dan Perilaku Tenaga Admisi
Tenaga admisi rumah sakit adalah petugas yang bertanggungjawab dalam
pengisian data non medik, sejak pasien masuk rumah sakit sampai pasien
meninggalkan rumah sakit. Data yang dibuat oleh petugas admisi, erat
kaitannya dengan data individual pasien, sehingga pengisian catatan, terutama
dalam hal pencantuman biaya akan sangat mempengaruhi kepentingan pasien
itu sendiri. Oleh karena itu, petugas admisi wajib mematuhi etika dan
berkomitmen menjaga kerahasiaan informasi medik sebagaimana diuraiankan
pada subbab berikutnya. Terkait dengan pemberian informasi mengenai tarif
dan fasilitas, petugas admisi wajib menyampaikan informasi secara terbuka dan
jujur yang sesuai dengan prosedur yang berlaku di Rumah Sakit Orthopedi dan
Traumatologi Surabaya

4.3.2 Komitmen Menjaga Kerahasiaan Informasi Medik


Seluruh pegawai rumah sakit berkomitmen menjaga privasi dan kerahasiaan
informasi medik pasien dalam bentuk:
1. Selalu menghormati hak-hak pasien dan menjaga kepercayaan pasien
2. Mematuhi aturan yang berlaku terkait kebijakan pengelolaan rekam medik
yang telah ditetapkan.
3. Merahasiaan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien bahkan setelah
pasien itu meninggal dunia
4. Tidak akan memberikan pernyataan tentang diagnosis penyakit dan/atau
pengobatan pasien kepada pihak ketiga tanpa izin dan persetujuan pasien
5. Berkomunikasi dengan pasien dengan bahasa yang mudah dipahami dengan
tidak mengeraskan suara dan dilakukan didalam ruangan yang terjaga dari
pandangan pasien lain.
6. Berhati-hati dan mempertimbangkan implikasi sosial, ekonomi, budaya dan
hukum dalam menyampaikan informasi kepada pasien yang mengalami
gangguan jiwa, penyakit infeksi menular seksual dan penyakit lain yang dapat
menimbulkan stigmatisasi masyarakat.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 20


7. Melakukan pemeriksaan kesehatan dan menyampaikan informasi medis pasien
dalam hal diminta oleh penyidik untuk kepentingan hukum dan peradilan atas
dasar adanya surat permintaan keterangan ahli dari penyidik yang bersangkutan
8. Tidak akan menggunakan rahasia pasien untuk merugikan pasien, keluarga,
atau kerabat dekatnya dengan membukanya kepada pihak ketiga atau yang
tidak berkaitan
9. Membuka rahasia medis pasien hanya untuk kepentingan pengobatan pasien
tersebut, perintah undang-undang, dan/atau permintaan pengadilan.
10. Tidak membuka atau mendiskusikan informasi medis pasien kecuali hanya
dengan tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan pasien, penyandang
biaya dan pihak yang berwenang untuk mendapatkan informasi pasien dalam
rangka perawatan dan pembayaran atas sepengetahuan dan seizin pasien.
11. Membatasi akses ke informasi medik pasien, hanya didasarkan pada kebutuhan
klinis atau hanya untuk kepentingan rumah sakit.
12. Memberikan data pasien untuk kepentingan pendidikan dan/atau penelitian
hanya ketika peneliti/peserta didik telah mendapat izin dan atas sepengetahuan
Direktur Rumah Sakit dan setelah mendapat persetujuan dari pasien yang
bersangkutan.
13. Menyadari bahwa membuka rahasia jabatan dapat membawa konsekuensi etik,
disiplin dan hukum.

4.4 ETIKA DALAM KOMITMEN MENJAGA MUTU DAN KESELAMATAN


PASIEN
Seluruh pegawai rumah sakit berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang bermutu
dan aman untuk pasien dan keluarga, pengunjung serta masyarakat dalam bentuk:
1. Memberikan pelayanan sesuai standar sasaran keselamatan pasien dalam ketepatan
identifikasi, komunikasi efektif, keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian
dan ketepatan pasien operasi, pengurangan risiko infeksi dan resiko jatuh.
2. Berkontribusi aktif dalam program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
3. Mensosialisasikan dan membangun kesadaran tentang pentingnya keselamatan
kepada pasien, keluarga, pengunjung, masyarakat, staf dan karyawan sehingga
menjadi suatu budaya keselamatan.
4. Melaporkan setiap kejadian/insiden atau diduga menjadi suatu kejadian tidak
diharapkan terhadap keselamatan kepada atasan langsung atau pejabat terkait.
5. Melaporkan kejadian terkait keselamatan tanpa takut mendapat sanksi.
6. Memberikan pelayanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi dan hak-
hak lain sesuai regulasi tentang hak pasien dan keluarga.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 21


BAB 5
ETIKA PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT
(HOSPITAL CODE OF ETHICS)

5.1 KODE ETIK RUMAH SAKIT (KODERSI)


Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya tunduk pada kode etik rumah sakit
yang diterbitkan oleh Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) pada tahun
2015. Kutipan Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI) tercantum pada lampiran 1 di
panduan ini.

5.2 ETIKA KERJA


Etika kerja mengatur hubungan yang bersifat intern yaitu hubungan antar anggota
rumah sakit secara umum baik sebagai atasan, rekan kerja, maupun bawahan. Serta
menjelaskan bagaimana seharusnya seorang pegawai rumah sakit bersikap, berperilaku,
dan berhubungan dengan pihak di dalam maupun luar Rumah Sakit.

5.2.1 Loyalitas dan Komitmen Kepada Rumah Sakit


Setiap anggota rumah sakit harus memiliki keyakinan bahwa loyalitas dapat
mendorong totalitas dalam menjalankan tugas, kewajiban, dan tanggung jawabnya
dengan bekerja keras, cermat, taktis serta ikhlas. Untuk menumbuhkembangkan nilai
rumah sakit hal yang perlu ditegakkan bersama adalah:
1. Kedisiplinan
Setiap anggota rumah sakit wajib mentaati semua peraturan yang telah
ditetapkan antara lain: jam masuk kerja, jam pulang kerja, memakai seragam dan
atributnya, pemenuhan hari kerja, panggilan tugas baik didalam maupun diluar
jam kerja, memberikan pelayanan yang baik kepada pasien dan masyarakat,
serta mematuhi sistem dan prosedur kerja yang berlaku.

Untuk mewujudkan disiplin tersebut, maka setiap pegawai rumah sakit secara
konsekuen wajib untuk:
a. Melaksanakan perencanaan dan program kerja yang telah ditetapkan,
b. Melaksanakan segala peraturan yang ditetapkan,
c. Melaksanakan perintah atasan yang telah disanggupinya,
d. Mentaati jam kerja yang telah ditetapkan,
e. Datang tepat waktu pada acara-acara rapat atau janji yang telah disanggupi,
f. Mengenakan seragam dan atribut yang telah ditetapkan,
g. Melaksanakan dan mentaati prosedur kerja yang telah ditetapkan,
h. Tidak menggunakan jam kerja untuk urusan lain diluar kedinasan,
i. Cepat dan tepat dalam melaksanakan tugasnya dengan tidak mengabaikan
tertib teknis dan administratif,
j. Bekerja penuh ketekunan dan jujur.
k. Memberikan keteladanan, terutama bagi para pimpinan/atasan/pejabat wajib
memberikan contoh dan memelihara moral yang tinggi secara konsisten dan

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 22


konkret kepada pegawai, yang tercermin dari perenungan dan pemenuhan
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1) Sudahkah sebagai pimpinan secara sadar mengetahui peraturan-peraturan
yang diberikan oleh rumah sakit ?
2) Apakah sebagai pimpinan merasa patut untuk datang bekerja lebih
lambat dari anak buah ?
3) Apakah sebagai pimpinan merasa patut untuk dengan sengaja
menyimpang dari aturan yang ada, sementara selalu menuntut kepada
anak buah untuk patuh kepada peraturan yang ada ?
4) Apakah sebagai pimpinan merasa patut datang pada rapat-rapat melewati
jam yang telah ditentukan ?
5) Apakah sebagai pimpinan merasa patut memiliki tingkah laku yang tidak
terpuji ?

2. Tugas Dinas
Setiap pegawai rumah sakit wajib melaksanakan tugas sebaik-baiknya dengan
penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab. Setiap pegawai rumah sakit
dalam melaksanakan tugas selalu tepat waktu, bersikap ramah dan menghormati
hak-hak pasien serta pegawai rumah sakit lainnya. Setiap anggota rumah sakit
tidak diperbolehkan melakukan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan
atau pihak lain; bertindak selaku perantara bagi pihak lain untuk mendapatkan
pekerjaan atau pesanan dari rumah sakit.

3. Mutasi dan Promosi


Setiap pegawai rumah sakit wajib bersedia dimutasikan dan/atau dipromosikan
antar unit maupun antar jabatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Pendidikan dan Pelatihan


Setiap pegawai rumah sakit yang ditunjuk wajib bersedia mengikuti pendidikan
dan pelatihan yang diselenggarakan oleh internal maupun eksternal rumah sakit.
Hasil pendidikan dan pelatihan eksternal wajib dilaporkan secara tertulis kepada
atasan dan bagian kepegawaian dan diklat.

5.2.2 Gratifikasi dan Suap


Dalam melakukan interaksi dan hubungan usaha dengan stakeholders, setiap anggota
Rumah Sakit dituntut untuk bersikap profesional, jujur, dan terbuka.
1. Gratifikasi
Gratifikasi didefinisikan sebagai suatu pemberian dalam arti luas baik berupa
uang dan yang disetarakan dengan uang maupun dalam bentuk materi lainnya.
Uang dan yang disetarakan meliputi antara lain, uang tunai, cek, tabungan, bilyet
giro, komisi, rabat, potongan harga, pinjaman tanpa bunga, tip/persenan, dan
sejenisnya. Hadiah dalam bentuk materi lainnya pada umumnya meliputi
cinderamata, bingkisan, tiket perjalanan, tiket pertunjukan, fasilitas pengobatan,
fasilitas penginapan, perjalanan wisata, dan lain-lain.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 23


Hadiah yang diberikan berkaitan dengan hubungan usaha dilarang di RSOT
Surabaya. Setiap anggota rumah sakit dilarang menerima hadiah atau sesuatu
pemberian berupa apa saja dari siapapun juga yang diketahui atau patut diduga
bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan
atau pekerjaan anggota rumah sakit yang bersangkutan.

Apabila karena sesuatu hal anggota rumah sakit dihadapkan pada keadaan yang
tidak dapat memungkinkan untuk menolak hadiah/pemberian, maka yang
bersangkutan wajib segera melaporkannya kepada atasan langsung dan pejabat
di unit kerja masing-masing dengan tembusan Bagian Tata Usaha dengan tata
cara sebagai berikut:
a. Laporan disampaikan secara tertulis dengan melampirkan dokumen yang
berkaitan dengan hadiah/pemberian tersebut.
b. Laporan tersebut sekurang-kurangnya memuat:
1) Nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi hadiah/ pemberian
2) Jabatan penerima hadiah/ pemberian
3) Tempat dan waktu penerimaan
4) Uraian jenis hadiah/pemberian
5) Nilai hadiah/pemberian

Namun demikian anggota rumah sakit diperbolehkan menerima hadiah yang


tidak berkaitan dengan hubungan usaha. Bentuk hadiah/pemberian yang
diperbolehkan antara lain:
a. Honorarium, tiket perjalanan, fasilitas antar jemput sebagai pembicara,
narasumber dan sejenisnya dalam kegiatan seminar, lokakarya, ataupun
diskusi yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan serta
mendapat persetujuan tertulis dari pejabat yang berwenang.
b. Honorarium atau imbalan atas karya tulis yang dimuat di media massa
ataupun dipublikasikan dalam bentuk buku sebagai sarana peningkatan
kapasitas atau pengembangan profesi
c. Hadiah yang didasarkan pada hubungan kekeluargaan/kekerabatan yang jelas,
yang diberikan atau diterima dengan maksud-maksud yang tidak ada
kaitannya dengan kepentingan rumah sakit dengan nilai intrinsik relatif
rendah (misalnya dalam acara resepsi perkawinan, ulang tahun, syukuran, dan
sejenisnya)
d. Barang-barang untuk tujuan promosi seperti buku agenda, kalender,
gantungan kunci, alat tulis, kaos, dan barang sejenis lainnya yang
berlogo/beratribut institusi resmi yang secara intrinsik bernilai rendah.

2. Suap
Suap dapat didefinisikan sebagai suatu perbuatan memberi atau menjanjikan
sesuatu kepada seorang pejabat atau seorang yang memiliki wewenang, dengan
maksud agar yang bersangkutan berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 24


jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. Suap merupakan praktek
usaha yang tidak sehat dan tindakan yang melanggar hukum. Suap dapat berupa
korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Setiap anggota rumah sakit wajib menghindarkan diri dari penyuapan dengan
tidak menerima atau memberi dalam bentuk apapun:
a. Yang diketahui atau patut disangka bahwa apa yang diterima atau yang
diberikan itu berhubungan dengan jabatannya.
b. Yang bertujuan untuk membujuk agar dalam jabatannya melakukan atau
tidak melakukan sesuatu, yang berlawanan dengan hukum/peraturan yang
berlaku.
c. Yang diketahui bahwa sesuatu yang diterima atau diberikan itu berhubungan
dengan apa yang telah dilakukan atau dialpakan dalam jabatannya yang
berlawanan dengan kewajibannya.

5.2.3 Jamuan Bisnis


Jamuan bisnis adalah kegiatan pemberian akomodasi tamu rumah sakit yang wajar
dalam kegiatan bisnis ataupun sosial. Jamuan bisnis harus dihindari jika ada tendensi
akan mempengaruhi obyektivitas keputusan bisnis, dan terlalu sering dilakukan.
Jamuan bisnis diperbolehkan jika :
1. Berkaitan dengan kepentingan usaha rumah sakit sesuai dengan praktek bisnis
yang lazim
2. Nilainya tidak berlebihan (wajar) dan tidak dapat diklasifikasikan sebagai bentuk
hadiah/pemberian atau suap
3. Tidak melanggar hukum atau etika yang berlaku.
4. Tidak menurunkan citra rumah sakit atau anggota rumah sakit apabila diketahui
oleh umum
5. Dalam hal pemberian jamuan bisnis, wajib mendapat persetujuan secara tertulis
atau lisan dari pejabat yang berwenang sehingga dapat dibayar dan dicatat oleh
rumah sakit sebagai biaya usaha yang wajar.

5.2.4 Pertentangan Kepentingan (Conflict Of Interest)


Pertentangan kepentingan didefinisikan sebagai seseorang atau entitas yang
mempunyai dua atau lebih kepentingan yang saling bertentangan yaitu antara
kepentingan rumah sakit dan pribadi. Hal ini bisa terjadi pada sebuah hubungan,
peristiwa atau pertimbangan material tertentu dimana obyektivitas atau pertimbangan
profesional telah dikesampingkan.

Anggota rumah sakit tidak diperkenankan menempatkan diri pada posisi atau situasi
yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan antara dirinya dengan rumah
sakit atau dengan rekanan rumah sakit. Keputusan yang diambil anggota rumah sakit
harus netral tidak boleh ada pengaruh kepentingan pribadi maupun keluarga yang
dapat secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi pertimbangan terbaiknya bagi
kepentingan rumah sakit dan rekanannya.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 25


Pertentangan kepentingan diminimalkan / dihindari dengan cara:
1. Menghindari kepentingan keuangan secara signifikan pada perorangan/lembaga
yang menjalin hubungan usaha/berusaha menjalin hubungan dengan Rumah
Sakit.
2. Tidak menggunakan dokumen maupun informasi penting dan rahasia untuk
kepentingan pribadi.
3. Tidak bertindak sebagai perantara untuk kepentingan pihak ketiga dalam
bertransaksi yang melibatkan Rumah Sakit dan kepentingannya.
4. Mengklarifikasi kapan seseorang bertindak selaku pribadi atau sebagai anggota
Rumah Sakit.
5. Mengungkapkan setiap kemungkinan pertentangan kepentingan sebelum suatu
transaksi/perjanjian dilaksanakan.
6. Tidak menjabat sebagai Dewan Pengawas, Direksi, Pejabat kunci, maupun
menjadi Pegawai pada rumah sakit lain yang menjalin/berusaha menjalin
hubungan usaha dengan rumah sakit.

5.2.5 Penggunaan Wewenang dan Jabatan


Setiap anggota rumah sakit wajib memastikan bahwa penggunaan wewenang dan
jabatan bebas dari KKN, dengan menghindari perbuatan atau tindakan berikut :
1. Menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
2. Melakukan kegiatan yang langsung atau tidak langsung merugikan kepentingan
Rumah Sakit atau negara.
3. Menyalahgunakan barang inventaris, uang atau surat-surat berharga milik
Rumah Sakit.
4. Melakukan kejahatan bersama atasan, teman sejawat, bawahan atau orang lain
didalam maupun diluar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk kepentingan
pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan Rumah Sakit.
5. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan.
6. Melakukan tindakan sewenang-wenang kepada pasien dan calon pasien.

5.2.6 Pemeliharaan Lingkungan Rumah Sakit


Lingkungan kerja yang bersih, aman, dan nyaman merupakan salah satu faktor untuk
meningkatkan produktivitas kerja. Rumah Sakit dan seluruh anggota rumah sakit
harus selalu tanggap terhadap pemeliharaan lingkungan dengan melakukan hal-hal
berikut:
1. Menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan norma kerja dan norma
kesusilaan agar terjaga keamanan lingkungan rumah sakit, antara lain dengan
tidak:
a. Meminum minuman keras serta menyalahgunakan obat-obatan terlarang di
lingkungan rumah sakit maupun di luar rumah sakit.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 26


b. Melakukan segala bentuk perjudian di lingkungan rumah sakit maupun di luar
rumah sakit.
c. Melakukan tindakan/perbuatan asusila/amoral yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai kesopanan dan agama yang ada.
d. Penganiayaan, fitnah, penghinaan secara kasar, serta mengancam atasan,
bawahan, dan rekan kerja.
e. Membujuk atasan, bawahan, dan rekan kerja untuk melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan hukum dan kesusilaan.
f. Membuka rahasia rumah sakit atau mencemarkan nama baik pimpinan maupun
pegawai rumah sakit dan keluarganya yang seharusnya dirahasiakan, kecuali
untuk kepentingan rumah sakit dan negara.
g. Melakukan tindak pencurian barang atau uang aset rumah sakit atau milik
pegawai, serta barang milik pasien.
h. Membawa senjata tajam atau benda yang dapat dipergunakan untuk
melakukan ancaman dan tindak kekerasan di lingkungan kerja, kecuali tugas
dan fungsi anggota rumah sakit yang mewajibkan hal tersebut.
2. Menjaga kebersihan lingkungan kerja termasuk membuang sampah pada
tempatnya serta kerapian penyimpanan dokumen dan perlengkapan kerja.
3. Tidak merokok dalam lingkungan rumah sakit.
4. Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Berpenampilan dan berbusana secara rapi dan bersahaja di dalam lingkungan
rumah sakit maupun di luar rumah sakit.

5.2.7 Perlindungan Aset dan Informasi Rumah Sakit


Pada dasarnya aset rumah sakit hanya digunakan untuk kepentingan rumah sakit.
Aset rumah sakit dilarang digunakan untuk kepentingan pihak tertentu baik pada jam
kerja maupun diluar jam kerja. Program perlindungan aset rumah sakit meliputi:
1. Setiap pegawai dilarang menyalahgunakan barang-barang atau uang atau surat
berharga milik Rumah Sakit.
2. Setiap pegawai dilarang memiliki, menjual, membeli, menggadaikan,
menyewakan atau meminjamkan barang-barang berharga milik rumah sakit
secara tidak sah.
3. Setiap pegawai dilarang membuka/menambah jasa layanan baru yang tidak
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
4. Setiap pegawai dilarang merujuk pasien Rumah Sakit kepada Rumah Sakit
lainnya yang tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku.
5. Setiap pegawai dilarang menggunakan dan memanfaatkan aset, fasilitas dan
pelanggan rumah sakit untuk kepentingan pribadi, kepentingan kelompok
ataupun pihak ketiga lainnya yang tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku.
6. Setiap pegawai dilarang melakukan penagihan jasa layanan tanpa melalui
prosedur yang berlaku.

Program perlindungan informasi dimaksudkan agar setiap anggota Rumah Sakit


tidak mengungkapkan kerahasiaan informasi Rumah Sakit kepada pihak manapun

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 27


tanpa ijin. Yang dimaksud informasi rahasia adalah informasi yang tidak tersedia di
publik dan tidak diniatkan untuk dipublikasikan (misalnya, rencana produk, strategi
investasi, strategi pemasaran, dan sebagainya).

5.2.8 Kesadaran Terhadap Biaya


Setiap anggota rumah sakit wajib memiliki “kesadaran terhadap biaya” dengan
melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
1. Mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan Rumah Sakit
2. Menggunakan sumber daya rumah sakit secara hemat sesuai dengan kebutuhan.
3. Meminta penggantian/pembebanan biaya dengan dilandasi kejujuran dan
tanggung jawab serta didukung dengan dokumen yang lengkap sesuai dengan
aturan dan kebijakan Rumah Sakit.

5.2.9 Integritas Pelaporan


Untuk menghasilkan laporan-laporan medis maupun non-medis yang bisa
dipertanggungjawabkan, akurat dan tepat waktu kepada manajemen, pemilik, dan
pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholders) sangat tergantung pada usaha
Rumah Sakit untuk menyediakan data yang diperlukan. Oleh karena itu, semua
catatan resmi mengenai kegiatan/transaksi Rumah Sakit harus akurat, jujur, lengkap,
dan tepat waktu tanpa adanya pembatasan dalam bentuk apapun, akurasi tercermin
dalam dua hal, yaitu dokumentasi fakta dan penilaian yang wajar.

Rumah Sakit tidak akan membiarkan adanya manipulasi pembayaran yang dilakukan
dengan mengalihkan pembayaran melalui catatan atau rekening pihak ketiga. Setiap
petugas yang bertanggungjawab terhadap pembukuan wajib dan harus berlaku jujur,
obyektif, akurat dan setia. Setiap kesalahan yang disengaja ataupun kegiatan yang
menyesatkan dalam melakukan pembukuan akan ditindak sesuai dengan hukum yang
berlaku.

5.2.10 Aktivitas Politik


Setiap anggota Rumah Sakit tidak dapat dikaitkan dengan dukungan partai politik,
sehingga tidak dapat menggunakan aset/fasilitas Rumah Sakit dan wewenangnya
untuk menyuruh dan menekan pegawai lain untuk mendukung partai politik tertentu
dan wakilnya.

Setiap anggota Rumah Sakit dilarang menjadi pengurus/anggota partai politik, calon
legislatif, dan calon eksekutif. Anggota Rumah Sakit yang aktif dalam aktivitas
politik wajib mengundurkan diri dari Rumah Sakit sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Rumah Sakit tidak menghalangi kontribusi pribadi setiap anggota Rumah Sakit untuk
melaksanakan aktivitas politik yang menjadi pilihan. Kontribusi tersebut merupakan
hak dan tanggung jawab pribadi masing-masing dan dengan tidak menggunakan
nama ataupun atribut Rumah Sakit.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 28


5.2.11 Menjaga Nama Baik Rumah Sakit
Dalam rangka menjaga dan memelihara citra/nama baik Rumah Sakit, setiap anggota
Rumah Sakit tidak diperbolehkan:
1. Melakukan perbuatan/tindakan yang menyebabkan tercemarnya nama baik Rumah
Sakit.
2. Memberikan keterangan yang bukan wewenangnya kepada pihak lain yang dapat
menimbulkan keresahan.
3. Menerima sesuatu dalam bentuk apapun yang merugikan Rumah Sakit dalam
rangka pelaksanaan tugas dan pelayanan kepada masyarakat atau pasien.
4. Menarik pembayaran jasa layanan tidak sesuai prosedur yang berlaku.
5. Melakukan ikatan kerja sama dengan pihak ketiga baik perorangan maupun Badan
Hukum lain tanpa sepengetahuan Direktur rumah sakit.

5.3 ETIKA USAHA


Etika usaha mengatur hubungan yang bersifat ke luar rumah sakit, yakni untuk selalu
mentaati sepenuhnya semua peraturan perundangan yang berlaku dalam melakukan
kegiatan/transaksi usaha dengan pihak di luar rumah sakit. Apabila peraturan
perundangan itu tidak lengkap, sehingga memberikan kesan yang dapat
diinterpretasikan sebagai ada peluang, rumah sakit tetap memilih bersikap jujur dengan
integritas yang tinggi. Etika usaha berikut ini menjelaskan bagaimana anggota Rumah
Sakit beretika, bersikap dan bertindak dalam berhubungan dengan pihak-pihak di luar
Rumah Sakit.

5.3.1 Komitmen Mewujudkan Tata Kelola


1. Rumah Sakit bertekad mewujudkan tata kelola melalui penerapan prinsip-prinsip
transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran
untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas rumah sakit dengan
tujuan mewujudkan kesejahteraan stakeholders (masyarakat, pasien, pegawai
dan pemilik) secara berkesinambungan dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholders lainnya.
a. Transparansi (keterbukaan) dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan mengemukakan informasi materiil dan relevan
mengenai rumah sakit;
b. Akuntabilitas (kejelasan) fungsi, pelaksanaan dan pertanggung jawaban organ
rumah sakit sehingga pengelolaan rumah sakit terlaksana secara efektif;
c. Pertanggungjawaban (kesesuaian) di dalam pengelolaan rumah sakit terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip bisnis yang
sehat;
d. Kemandirian; suatu keadaan dimana Rumah Sakit dikelola secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-
prinsip bisnis yang sehat;

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 29


e. Kewajaran (keadilan dan kesetaraan) didalam memenuhi hak-hak
stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

2. Dalam mewujudkan tata kelola setiap anggota Rumah Sakit menekankan pada
pelaksanaan etika usaha yang kuat dan konsisten dengan :
a. Menghindari kepentingan pribadi yang berbenturan dengan kepentingan
rumah sakit, atau yang dapat mempengaruhi pertimbangan atau tindakan
dalam pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Tidak memiliki hubungan usaha, keuangan atau hubungan lain dengan
rekanan dan mitra Rumah Sakit, yang mungkin dapat merusak kemandirian
Rumah Sakit.

3. Setiap anggota Rumah Sakit wajib menjaga keamanan dan kerahasiaan data dan
informasi Rumah Sakit, pasien, rekanan dan pihak-pihak berkepentingan
lainnya.

5.3.2 Hubungan dengan Stakeholders Utama


1. Pegawai
Rumah Sakit memandang pegawai yang terdiri dari tenaga medis, tenaga
keperawatan, tenaga kesehatan lainnya dan tenaga non kesehatan di Rumah Sakit
sebagai salah satu aset yang memiliki kekuatan besar dalam menunjang
keberhasilan Rumah Sakit dalam rangka pencapaian visi dan tujuan. Rumah Sakit
peduli dan akan memusatkan perhatiannya pada pengembangan sumberdaya
manusia untuk mencapai peningkatan produktivitas kerja. Kebijakan Rumah Sakit
dalam berhubungan dengan pegawai adalah sebagai berikut :
a. Rumah Sakit dan Pegawai saling menghormati hak dan kewajiban berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Rumah Sakit mendorong kesempatan kerja/karir yang sama bagi setiap
Pegawai. Rumah Sakit menggunakan kemampuan bekerja, kualifikasi, dan
kriteria yang terkait dengan hubungan kerja sebagai dasar dalam mengambil
keputusan mengenai hubungan kerja antara Rumah Sakit dan Pegawai.
c. Rumah Sakit memberikan dukungan dan kesempatan kepada seluruh Pegawai
untuk mengembangkan kemampuan dan profesionalisme melalui pendidikan
formal maupun informal seperti pelatihan, kursus, seminar, dan lokakarya.
d. Rumah Sakit menyediakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan bebas
dari segala bentuk tekanan yang mungkin timbul akibat adanya perbedaan-
perbedaan yang melekat pada setiap individu Pegawai.
e. Rumah Sakit memberi penghargaan kepada Pegawai dan unit kerja yang
memiliki catatan prestasi terbaik di Rumah Sakit.
f. Rumah Sakit akan memberikan jasa pelayanan/remunerasi kepada pegawai,
termasuk Direksi sebagai imbalan atas prestasi kerjanya sesuai dengan hasil
perhitungan remunerasi.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 30


g. Rumah Sakit berkomitmen untuk senantiasa mematuhi peraturan perundang-
undangan tentang kesehatan dan keselamatan kerja bagi Pegawai. Bangunan,
tata letak fasilitas dan alat-alat kerja harus memenuhi stándar keselamatan kerja
yang tinggi.
h. Rumah Sakit berupaya membangun komunikasi dua arah yang efektif, baik
melalui prosedur informasi dan konsultasi yang diselenggarakan oleh Rumah
Sakit maupun respon aktif atas saran dan kritik atau nasihat konstruktif dari
Pegawai, dan menjadikan saran tersebut sebagai acuan penting bagi
pengambilan keputusan.
i. Rumah Sakit menjamin kebebasan atas informasi pribadi Pegawai untuk
dirahasiakan. Rumah Sakit akan mengumpulkan, menyimpan dan menjamin
keamanan informasi pribadi dari Pegawai yang dibutuhkan untuk efektivitas
operasional dan/atau yang dibutuhkan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
j. Setiap Pegawai harus menghindari kepentingan pribadi yang berbenturan
dengan kepentingan Rumah Sakit, atau yang dapat mempengaruhi
pertimbangan atau tindakan dalam pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
k. Pegawai tidak boleh memiliki hubungan usaha, keuangan atau hubungan lain
dengan rekanan dan mitra Rumah Sakit, yang mungkin dapat merusak
kemandirian Rumah Sakit.
l. Pedoman yang dapat diterapkan pada hampir semua situasi benturan:
1) Pegawai harus menghindari adanya kepentingan finansial dengan rekanan
dan mitra Rumah Sakit lainnya.
2) Pegawai harus menghindari prakarsa atau persetujuan tindakan kepegawaian
yang mempengaruhi imbalan atau tindakan disiplin Pegawai dimana mereka
memiliki hubungan keluarga atau keterlibatan pribadi.
3) Pegawai tidak diperkenankan menggunakan aset Rumah Sakit untuk
keuntungan pribadi, kecuali atas persetujuan Direksi rumah sakit. Pegawai
tidak diperbolehkan menjalankan usaha pribadi dengan mengatasnamakan
nama Rumah Sakit, menggunakan aset Rumah Sakit dan pada jam kerja.
m. Rumah Sakit menyediakan tempat kerja, sarana dan peralatan kerja dan alat
pelindung diri yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sehingga
dapat bekerja secara produktif.
n. Setiap kelompok profesional sejenis di Rumah Sakit dapat dibentuk sebuah
komite sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hubungan antara
kelompok profesional (komite) diarahkan dan disinergikan untuk terwujudnya
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

2. Pasien
Jasa layanan kesehatan merupakan sumber pendapatan pokok untuk menjamin
kelangsungan usaha Rumah Sakit. Kelancaran penerimaan pembayaran jasa
layanan tergantung kepada terbentuknya hubungan yang saling menguntungkan
bagi Rumah Sakit dan pasien. Dalam pelayanan kepada pasien, Rumah Sakit

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 31


berkomitmen untuk memberikan pelayanan 24 (dua puluh empat) jam, dengan
menerapkan prinsip terbuka, integritas, transparan, adil dan akuntabel untuk
menciptakan hubungan yang saling menguntungkan. Berikut ini adalah kebijakan
dalam berhubungan dengan pasien.
a) Rumah Sakit menghormati hak-hak pasien sesuai dengan kaidah-kaidah profesi
medis yang dibuat oleh Rumah Sakit, kebijakan hubungan pasien, maupun
Peraturan Daerah yang berlaku. Rumah Sakit menjamin pemulihan hak pasien
yang dirugikan karena penyimpangan medis (malpraktek) terhadap pasien.
b) Rumah Sakit secara aktif menggali keinginan dan kebutuhan pasien, baik
melalui survei kepuasan pasien maupun saluran pengaduan dari pasien yang
dibuka oleh Rumah Sakit.
c) Rumah Sakit memberikan perlakuan atau pelayanan yang sama tanpa
membedakan kepada semua pasien. Rumah Sakit berkomitmen untuk
senantiasa melakukan upaya-upaya guna mempertahankan dan menjaga agar
pemberian jasa layanan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum.
d) Rumah Sakit senantiasa memberikan informasi secara akurat, lengkap dan
tepat pada waktunya mengenai jasa pelayanan kesehatan, serta hak dan
kewajiban calon pasien. Setiap perubahan kebijakan berkaitan dengan hak dan
kewajiban pasien, termasuk kebijakan tarif serta prosedur pelayanan jasa medis
dan pengaduan, senantiasa disosialisasikan kepada pasien .
e) Rumah Sakit senantiasa meneliti alasan yang melatarbelakangi pengaduan
pasien dan segera mengambil tindakan yang tepat untuk menghindari
terulangnya pengaduan tersebut. Selain itu bila dianggap perlu akan menegur
kepada setiap pegawai yang terkait dengan pengaduan tersebut tentang
kesalahan yang telah diperbuatnya atau kelemahan teknis yang ada dalam
praktek.
f) Rumah Sakit senantiasa menjaga rahasia pasien kecuali atas permintaan pasien
dan/atau perintah undang-undang (peradilan)

5.3.3 Hubungan dengan stakeholders lainnya


1. Lingkungan dan Masyarakat
Salah satu tujuan pendirian rumah sakit adalah turut berperan dalam usaha
pemerintah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah Sakit menyadari
tanggung jawabnya kepada masyarakat dan telah melaksanakan serangkaian
tindakan dalam memenuhinya. Berikut ini adalah kebijakan dalam berhubungan
dengan lingkungan dan masyarakat.
a. Rumah Sakit berkomitmen untuk senantiasa melakukan upaya-upaya
perlindungan guna mempertahankan kualitas lingkungan sekitar Rumah Sakit
terhadap pencemaran yang timbul dari sampah medis Rumah Sakit.
b. Rumah Sakit melakukan berbagai upaya untuk menjadi warga yang dapat
diterima sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat, serta
mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar tempat usaha Rumah Sakit.
Dengan demikian Rumah Sakit akan turut serta memelihara lingkungan hidup
yang bersih dan sehat, serta ketertiban di sekitar Rumah Sakit. Rumah Sakit

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 32


membangun dan membina hubungan yang baik dengan masyarakat di sekitar
tempat usaha Rumah Sakit.
c. Rumah Sakit mendorong timbulnya rasa ikut memiliki bagi masyarakat
sekitar Rumah Sakit dengan tujuan agar turut serta menjaga asset dan
kepentingan-kepentingan Rumah Sakit di lingkungannya.
d. Rumah Sakit melaksanakan kegiatan sosial dan pendidikan sebagai
perwujudan tanggung jawab sosial Rumah Sakit terhadap masyarakat
lingkungan di sekitar Rumah Sakit beroperasi.
e. Dana atau aset Rumah Sakit tidak boleh digunakan untuk kepentingan partai
politik atau calon partai politik baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penerapan larangan hanya untuk penggunaan dana atau aset Rumah Sakit
untuk tujuan politik dan tidak diartikan untuk mengecilkan Pegawai dari
kontribusi pribadi kepada calon atau partai politik yang dipilih.
f. Seluruh anggota Rumah Sakit mematuhi setiap peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang mengatur keterlibatan Rumah Sakit dan
Anggota Rumah Sakit dalam urusan politik.

2. Rekanan
Berikut ini adalah kebijakan dalam berhubungan dengan rekanan.
a. Rumah Sakit melakukan pengadaan baik penunjukan langsung maupun
tender secara efisien, efektif, bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan
dapat dipertanggungjawabkan, dengan melibatkan rekanan yang mempunyai
reputasi dan rekam jejak yang baik.
b. Rumah Sakit memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon rekanan
dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu,
dengan cara dan/atau alasan apapun.
c. Rumah Sakit menghindari rekanan yang mempunyai hubungan keluarga
dengan pengambil keputusan dan/atau adanya konflik kepentingan. Setiap
Anggota Rumah Sakit dilarang melakukan peminjaman pribadi dari rekanan.
Rumah Sakit melarang setiap anggota Rumah Sakit bertindak selaku
perantara bagi seorang atau dewan hukum untuk mendapatkan pekerjaan atau
pesanan dari Rumah Sakit.
d. Rumah Sakit untuk mengoptimalkan kinerja dapat melakukan Kerjasama
Operasional dengan pihak ketiga (rekanan) dalam bentuk kerjasama
pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelatihan, pembangunan gedung,
pemanfaatan alat kedokteran dan kerjasama lainnya yang sah. Kerjasama
operasional ini didasarkan prinsif saling menguntungkan, akuntabel,
transparan dan wajar serta tidak merugikan stakeholders.
e. Rumah Sakit menuangkan semua kesepakatan dalam suatu dokumen tertulis
yang disusun berdasarkan itikad baik dan saling menguntungkan.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 33


3. Kreditur
a. Peminjaman dari kreditur harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Rumah Sakit menghormati hak-hak kreditur sesuai
dengan perjanjian yang dibuat oleh Rumah Sakit dan kreditur.
b. Rumah Sakit memberikan informasi akurat dan lengkap yang diperlukan
kreditur, termasuk pelaksanaan kewajiban Rumah Sakit sesuai dengan
perjanjian.
c. Rumah Sakit melaksanakan pemenuhan kewajiban kepada kreditur secara
tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang dibuat oleh Rumah Sakit dengan
kreditur.

4. Media Massa
Media massa berfungsi sebagai jembatan komunikasi antara Rumah Sakit dengan
stakeholders dan sekaligus sebagai alat kontrol bagi Rumah Sakit. Pemberitaan
media massa diharapkan bersifat seimbang dan terbuka sehingga dapat dijadikan
informasi yang berguna bagi Rumah Sakit maupun pihak-pihak lain yang
berkepentingan untuk meningkatkan kinerja dan membangun citra positif Rumah
Sakit. Berikut ini adalah kebijakan dalam berhubungan dengan media massa:
a. Rumah Sakit membangun kerjasama positif, saling menghargai dan
menguntungkan dengan menempatkan media massa sebagai mitra usaha yang
sejajar.
b. Rumah Sakit berpegang pada kebenaran dan keterbukaan informasi sesuai
dengan kode etik jurnalistik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5.3.4 Hubungan dengan lembaga terkait


1. Rumah Sakit harus memelihara hubungan yang baik dengan pemilik berdasarkan
nilai-nilai etika yang berlaku di masyarakat Indonesia.
2. Rumah Sakit harus memelihara hubungan yang baik antar rumah sakit dan
menghindarkan persaingan yang tidak sehat.
3. Rumah Sakit harus menggalang kerjasama yang baik dengan instansi atau badan
lain yang bergerak di bidang kesehatan.
4. Rumah Sakit harus berusaha membantu kegiatan pendidikan tenaga kesehatan
dan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan
kesehatan.

5.3.4 Hubungan Kerjasama dengan Pelayanan Kesehatan Lainnya


1. RS Orthopedi dan Traumatologi Surabaya bekerjasama dengan jejaring pelayanan
kesehatan lainnya, lembaga-lembaga pendidikan, organisasi profesi tenaga
kesehatan, organisasi perumahsakitan, serta organisasi kesehatan lainnya yang
relevan untuk meningkatkan pelayanan, pendidikan dan penelitian.
2. Bila terdapat keterbatasan fasilitas atau tenaga ahli, demi kepentingan pasien, RS
Orthopedi dan Traumatologi Surabaya dapat bekerjasama dan merujuk pasien ke
Rumah Sakit lain yang lebih lengkap dengan sepengetahuan dan sepertujuan
pasien atau keluarga pasien.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 34


3. RS Orthopedi dan Traumatologi Surabaya menerima kerjasama dan rujukan dari
institusi kesehatan lainnya yang memerlukan fasilitas RS Orthopedi dan
Traumatologi Surabaya demi penanganan pasien secara optimal.

5.3.5 Promosi Pemasaran Rumah Sakit


1. Pemberian informasi tentang hal-hal yang bersifat promosi, reklame dan iklan
serta marketing, dilaksanakan oleh bagian yang ditugaskan untuk hal tersebut
dengan tetap mengindahkan nilai-nilai etik.
2. Promosi, reklame dan iklan serta marketing harus menyatakan yang sebenarnya
dan sebaiknya menyatakan fakta yang signifikan, tidak mencantumkan hal-hal
yang menyesatkan masyarakat.
3. Promosi, reklame dan iklan serta marketing harus menahan diri dari membuat
pernyataan yang salah, menyesatkan atau tidak mendukung pesaing atau produk
/ jasa pesaing.
4. Promosi, reklame dan iklan serta marketing harus bebas dari pernyataan,
ilustrasi atau implikasi yang menghina cita rasa yang baik atau kesopanan
masyarakat.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 35


BAB 6
DOKUMENTASI

Dokumen yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penerapan etika di Rumah Sakit
Orthopedi dan Traumatologi Surabaya selain dari panduan etik dan perilaku (code of conduct)
ini, dapat dilihat pula pada dokumen sebagai berikut:
1. Buku Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI) yang diterbitkan oleh Perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia.
2. Surat Keputusan dari Organisasi Profesi Tenaga Kesehatan terkait dengan Kode Etik
Profesi sebagaimana telah dicantumkan pada Subbab 4.1 tentang Kode Etik Profesional
Tenaga Kesehatan.
3. Hospital by Law yang terdiri dari Corporate by Law dan Medical Staff By Law Rumah
Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya.
4. Peraturan Perusahaan (PP) Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya.
5. Pedoman Kerja Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit.
6. SPO Penanganan Pelanggaran Etika Profesi
7. SPO Penanganan Pelanggaran Etika Non Profesi
8. SPO Penanganan Dilema Etik dalam Asuhan Pasien
9. SPO Penanganan Dilema Etik dalam Pelayanan Non Klinis

Apabila terdapat pelanggaran etika di rumah sakit, maka seluruh proses penanganan
pelanggaran tersebut wajib didokumentasikan oleh Komite Profesi terkait dan/atau Panitia
Etik dan Hukum Rumah Sakit dan/atau Bagian Kepegawaian yang menangani kasus
pelanggaran. Dokumentasi tersebut sekurang-kurangnya terdiri dari:
1. Laporan dugaan pelanggaran / laporan pengaduan
2. Dokumen bukti pemeriksaan
3. Notulensi rapat/sidang panitia/komite yang menangani kasus pelanggaran
4. Laporan hasil kajian penanganan kasus
5. Surat Keputusan Direktur terkait putusan pemberian sanksi atau surat keterangan
pengembalian nama baik

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 36


DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 2013. Kode Etik Kedokteran Indonesia. Pengurus Besar Ikatan
Dokter Indonesia.

Ikatan Elektromedis Indonesia. 2018. Keputusan Ketua Umum Ikatan Elektromedis Indonesia
Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Kode Etik Elektromedis Indonesia.

Ikatan Fisioterapis Indonesia (IFI). 2019. Kode Etik Profesi Fisioterapis Indonesia Edisi
2019. Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Fisioterapi Indonesia – Ikatan Fisioterapi
Indonesia (IFI)

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2009. Keputusan Kongres Nasional XVIII/2009 Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia Nomor: 006/KONGRES XVIII/ISFI/2009 tentang Kode Etik
Apoter Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 573/Menkes/SK/VI/2008 tentang Standar Profesi Asisten Apoteker.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


374/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


373/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Sanitarian

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun
2018 tentang Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Kode Etik Keperawatan Indonesia.


https://ppni-inna.org/doc/ADART/KODE_ETIK_KEPERAWATAN_INDONESIA.pdf.
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2020

Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia.2018. Kode


Etik Perekam Medis dan Informasi Kesehatan.
http://www.pormiki-dki.org/index.php/profil/etika-profesi. Diakses tanggal 23 Oktober
2020

Pengurus Pusat Perhimpunan Radiografer Indonesia (PARI). 2018. Peraturan Pengurus Pusat
Perhimpunan Radiografer Indonesia Nomor 191.1/PP PARI/XI/2018 tentang Standar
Kompetensi dan Kode Etik Radiografer

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 37


Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. 2015. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia
(KODERSI) dan Penjelasannya.

Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia. 2017. Surat Keputusan


Musyawarah Nasional Kedelapan Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan
Indonesia (MUNAS VIII PATELKI) Nomor 08/MUNAS VIII/5/2017 tentang Kode Etik
Ahli Teknologi Laboratorium Medik

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 38


LAMPIRAN 1

KODE ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA

MUKADIMAH

Bahwa lembaga perumahsakitan telah tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari sejarah
peradaban umat manusia, yang bersumber pada kemurnian rasa kasih sayang, kesadaran sosial
dan naluri untuk saling tolong menolong diantara sesama,serta semangat keagamaan yang
tinggi dalam kehidupan umat manusia.

Bahwa sejalan dengan perkembangan peradaban umat manusia, serta perkembangan tatanan
sosio-budaya masyarakat, dan sejalan pula dengan kemajuan ilmu dan teknologi khususnya
dalam bidang kedokteran dan kesehatan, rumah sakit telah berkembang menjadi suatu
lembaga berupa suatu “unit sosio ekonomi” yang majemuk.

Bahwa perumahsakitan di Indonesia, sesuai dengan perjalanan sejarahnya telah memiliki jati
diri yang khas, ialah dengan mengakarnya azas perumahsakitan Indonesia kepada azas
Pancasila dan Undang-undang dasar 1945, sebagai falsafah bangsa dan negara Republik
Indonesia.

Bahwa dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan diperlukan upaya
mempertahankan kemurnian nilai-nilai dasar perumahsakitan Indonesia.
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta didorong oleh keinginan luhur demi
tercapainya:
1. Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merata material dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
2. Pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia seutuhnya khususnya dalam bidang
kesehatan
3. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap insan Indonesia sebagai hamba Tuhan.

Maka Rumah Sakit di Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI), bersama ini menyampaikan “KODE ETIK RUMAH SAKIT”
(KODERSI) yang memuat rangkuman nilai-nilai dan norma-norma perumahsakitan guna
dijadikan pedoman bagi semua pihak yang terlibat dan berkepentingan dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan perumahsakitan di Indonesia.

BAB 1
KEWAJIBAN UMUM RUMAH SAKIT

Pasal 1
Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) dan rumah sakit
wajib menyusun kode etik sendiri dengan mengacu pada KODERSI dan tidak bertentangan
dengan prinsip moral dan peraturan perundangan

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 39


Pasal 2
Rumah Sakit berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
sesuai kebutuhan klinis pasien dan kemampuan rumah sakit

Pasal 3
Rumah Sakit berkewajiban menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan yang aman, mengutamakan kepentingan pasien dan keluarga, bermutu, non
diskriminasi efektif dan efisien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit

Pasal 4
Rumah Sakit mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan

Pasal 5
Rumah Sakit harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua kejadian di
rumah sakit. Dalam penyelenggaraan rumah sakit dilakukan audit berupa audit kinerja dan
audit klinis

Pasal 6
Rumah Sakit berkewajiban menetapkan kerangka kerja untuk manajemen yang menjamin
asuhan pasien yang baik diberikan sesuai norma etik, moral, bisnis dan hokum yang berlaku

Pasal 7
Rumah Sakit harus memelihara semua catatan / arsip, baik medik maupun non medik secara
baik. Pencatatan, penyimpanan dan pelaporan (termasuk insiden keselamatan pasien) tentang
semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dilaksanakan dalam Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit

Pasal 8
Rumah Sakit dalam melakukan promosi pemasaran harus bersifat informatif, tidak
komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak berlebihan dan berdasarkan Kode Etik
Rumah Sakit Indonesia

BAB 2
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP MASYARAKAT

Pasal 9
Rumah Sakit harus mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu secara
berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya; rumah sakit harus melaksanakan
fungsi soaial dengan menyediakan fasilitas pelayanan kepada pasien tidak mampu / miskin,
pasien gawat darurat dan korban bencana

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 40


Pasal 10
Rumah Sakit berkewajiban memberikan pelayanan yang menghargai martabat dan
kehormatan pasien; karyawan rumah sakit menunjukan sikap dan perilaku yang sopan dan
santun, sesuai dengan norma sopan santun dan adat istiadat yang berlaku setempat

Pasal 11
Rumah Sakit harus senantiasa menyesuaikan kebijakan pelayanannya pada harapan dan
kebutuhan masyarakat setempat

Pasal 12
Rumah Sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik serta berusaha
menanggapi keluhan pasien dan masyarakat

Pasal 13
Dokter rumah sakit harus mengadakan koordinasi serta hubungan yang baik antara seluruh
tenaga Rumah sakit.
Pasal 14
Rumah Sakit dalam menjalankan operasionalnya bertanggungjawab terhadap lingkungan agar
tidak terjadi pencemaran yang merugikan masyarakat

BAB 3
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP PASIEN

Pasal 15
Rumah Sakit berkewajiban menghormati dan mengindahkan hak pasien dan keluarga selama
dalam pelayanan
Pasal 16
Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.

Pasal 17
Rumah sakit harus memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang apa yang
diderita pasien, tindakan apa yang akan dilakukan dan siapa yang melakukannya

Pasal 18
Rumah sakit harus meminta persetujuan atau penolakan pasien sebelum melakukan tindakan
medik. Persetujuan pasien diberikan setelah pasien mendapat informasi yang meliputi
diagnosis dan tata cara tindakan medik, tujuan tindakan medik, alternatif tindakan, resiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan

Pasal 19

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 41


Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga untuk berpartisipasi dalam proses
pelayanan.

Pasal 20
Rumah sakit harus menjelaskan pada pasien dan keluarganya tentang hak, kewajiban, dan
tanggung jawab mereka yang berhubungan dengan penolakan atau tidak melanjutkan
pengobatan, serta akibat lanjut dari penolakan ini. Rumah sakit berkewajiban membantu
dengan memberikan alternatif bagi pasien dan keluarga

Pasal 21
Rumah sakit berkewajiban merujuk dan memberikan penjelasan kepada pasien yang
memerlukan pelayanan diluar kemampuan pelayanan rumah sakit

Pasal 22
Rumah sakit harus mengupayakan pasien mendapatkan kebutuhan privasi dan berkewajiban
menyimpan rahasia kedokteran. Rahasia kedokteran hanya dapat dibuka untuk kepentingan
kesehatan pasien, untuk pemenuhan permintaan aparat penegak hukum dalam rangka
penegakan hokum, atas persetujuan pasien sendiri atau berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 23
Rumah sakit berkewajiban memperhatikan kebutuhan khusus pasien dan mengurangi kendala
fisik, bahasa dan budaya, serta penghalang lainnya dalam memberikan pelayanan

Pasal 24
Rumah sakit berkewajiban melindungi pasien yang termasuk kelompok rentan seperti anak-
anak, individu yang memiliki kemampuan berbeda (difabel), lanjut usia dan lainnya

Pasal 25
Rumah sakit berkewajiban menggunakan teknologi kedokteran dengan penuh tanggung jawab

BAB 4
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP
PIMPINAN, STAF, DAN KARYAWAN

Pasal 26
Rumah sakit harus menjamin agar pimpinan, staf, dan karyawannya memperoleh jaminan
social nasional
Pasal 27
Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan tata kelola rumah sakit, tata kelola klinis dan tata
kelola pasien yang baik
Pasal 28
Rumah sakit harus menetapkan ketentuan pendidikan, ketrampilan, pengetahuan dan
persyaratan lain bagi seluruh tenaga kesehatan

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 42


Pasal 29
Rumah sakit harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yang baik antara seluruh tenaga
di rumah sakit dapat terpelihara

Pasal 30
Rumah sakit berkewajiban menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
serta memberi kesempatan kepada seluruh tenaga rumah sakit untuk meningkatkan diri,
menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan

Pasal 31
Rumah sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan dilakukan berdasarkan
standar profesi yang berlaku. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja dirumah sakit harus
bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien, dan mengutamakan
keselamatan pasien

Pasal 32
Rumah sakit berkewajiban memberi kesejahteraan kepada karyawan dan menjaga
keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku

BAB 5
HUBUNGAN RUMAH SAKIT DENGAN LEMBAGA TERKAIT

Pasal 33
Rumah sakit harus memelihara hubungan baik antar rumah sakit dan menghindarkan
persaingan yang tidak sehat

Pasal 34
Rumah sakit harus menggalang kerjasama yang baik dengan instansi atau badan lain yang
bergerak di bidang kesehatan dan kemanusiaan

Pasal 35
Rumah sakit harus berusaha membantu kegiatan pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkait dengan kedokteran dan kesehatan

Pasal 36
Rumah sakit berkewajiban menyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan kepentingan lokal dan nasional

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 43


Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 44
LAMPIRAN 2

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA

Sejak permulaan sejarah peradaban umat manusia, sudah dikenal hubungan kepercayaan
(fiduciary relationship) antara dua insan yaitu sang pengobat dan penderita yang melahirkan
konsep profesi. Manusia penderita ataupasien yangsangat memerlukan pertolongan sik,
mental, sosial dan spiritual mempercayakan bulat-bulat dirinya, khususnya kelangsungan
kehidupan, penderitaan, ketergantungan dan kerahasiaannya kepadasang pengobat.
Kepercayaan bulat yang teramat besar inisebagai inti jaminan proses hubungan pengobat-
pasien tersebut memunculkan tanggung jawab sang pengobat sebagai profesi. Universalitas
tanggung jawab profesi pengobat yang kemudian di era modern dikenal sebagai dokter adalah
tetap abadi, sepanjang masa. Dokter bahkan dikenal sebagai pelopor profesi luhur tertua
dalam sejarah karena dimensi tanggung jawabnya di bidang kemanusiaan yang membuahkan
ahlak peradaban budaya sejagat. Budaya ini diyakini akan abadi sepanjang sejarah manusia
sebagai mahluk sosial karena moralitas luhur kedokteran sebagai sisi deontologik dan tipe
ideal manusia penolong kemanusiaan senantiasa meneguhkan semata-mata kewajiban atau
tanggung jawab dan tidak segera atau bahkan selamanya tidak akan mengedepankan hak-hak
profesi ketika melaksanakan pengabdian profesinya.

Imhotep dari Mesir, Hippocrates dari Yunani, Galenus dari Roma, sebagai perintis
peletak dasar moralitas dan tradisi luhur kedokteran sebagai suatu janji publik sepihak yang
dibuat oleh kaum pengobat/dokter akan mengusung model keteladanan tokoh panutan yang
seragam dan diakui dunia. Selain itu, suara batin atau nurani dokter sebagai manusia bio-
psiko-sosio-kultural-spiritual, akan melambangkan ajaran keteladanan dan kebaikan sosial
budaya dan agama masing-masing. Kumpulan janji publik penuh keteladanan dan
kesejawatan tersebut kemudian dirumuskan oleh organisasi profesi dari negara tempat
berpijak pengabdian profesi menjadi norma etika dan disiplin. Perumusan norma etika
berdasarkan ajaran filsafat tentang universalitas kewajiban dalam relasisosial partikular dokter
- pasien yang mengedepankan nilai-nilai tanggung jawab profesional, kesejawatan dan
proporsionalitas tugas dan jasa dokter dalam rangka keberlangsungan profesidi era global.
Ajakan orientasi panggilan nurani demi tujuan umum kepentingan terbaik dan keselamatan
pasien sebagai bahagian dari komunitas atau masyarakat setempat dan diterapkannya secara
legeartis ilmu pengetahuan dan teknonolgi kedokteran mutakhir yang senantiasa dinamis dan
berkembang, disatukan dalam norma profesi. Norma etika praktik kedokteran yang dibakukan
berfungsi sebagai ciri dan cara pedoman dokter dalam bersikap, bertindak dan berperilaku
profesional sehingga mudah dipahami, diikuti dan dijadikan tolok ukur tanggung jawab
pelayanan profesi yang sering kali mendahului kebebasan profesi itu sendiri. Norma profesi,
selain pelayanan kesehatan termasuk juga dalamlapangan pendidikan dan penelitian dan
kegiatan sosial atau kesejawatan lainnya.

Pada jaman modern seperti saat ini yangditandaioleh spesialisasi dan keseminatan
kedokteran atau kelompok kesejawatan lainnya, nilai-nilai etika profesi akan senantiasa
mewarnai ciri dan cara pelayanan pasien,klien atau masyarakat setempat ataupun manusia

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 45


sejagat, dengan dimensi meningkatkan hubungan dokter-pasien juga dalam format hubungan
saling kerjasama. Nilai etika yang berdimensi “apa yang seyogyanya", apalagi jenis yang
melambangkan keluhuran profesi, senantiasa akan menjadi pencerah dan pembingkai “apa
yang senyatanya” dari dimensi teleologik penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
demikian dalam setiap penyempurnaan norma etika secara tertulis, baik idealisme teoritis
maupun penerapannya akan mempertimbangkan kaidah-kaidah dasar moral ataupun
prinsip/kaidah dasar bioetika, antara lain seperti berbuat baik (benecence), tidak merugikan
(non malecence), menghargai otonomi pasien (autonomy), dan berlaku adil (justice). Khusus
di Indonesia, perumusan normadan penerapan nyata etika kedokteran kepada perseorangan
pasien/klien atau kepada komunitas/ masyarakat di segala bentuk fasilitas pelayanan
kesehatan / kedokteran juga didasarkan atas azas-azas ideologi bangsa dan negara yakni
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945. Menyadari bahwa pada akhirnya semua pedoman
etik dimanapun diharapkan akan menjadi penuntun perilaku sehari-hari setiap dokter sebagai
pembawa nilai-nilai luhur profesi, pengamalan etika kedokteran yang dilandaskan pada
moralitas kemanusiaan akan menjadi tempat kebenaran “serba baik” dari manusia
penyandangnya. Para dokter Indonesia selayaknya menjadi model panutan bagi
masyarakatnya. Dokter Indonesia seyogyanya memiliki keseluruhan kualitas dasariah
manusia baik dan bijaksana, yaitu sifat Ketuhanan, kemurnian niat, keluhuran budi,
kerendahan hati, kesungguhan dan ketuntasan kerja, integritas ilmiah dan sosial, serta
kesejawatan dan cinta Indonesia. Dari pancaran kualitas dasariah tersebutpengamalan
nilainilai etik oleh siapapun dokternya, akan menjadi cahaya penerang peradaban budaya
profesi di tanah air tercinta Indonesia, pada situasi dan kondisi apapun, dimanapun berada dan
sampai kapan pun nanti.

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dengan maksud untuk lebih nyata menjamin
dan mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokteran sebagaimana dimaksud di atas,
kami para dokter Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia, membakukan dan
membukukan nilai-nilai tanggung jawab profesional profesi kedokteran dalam suatu Kode
Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), yang diuraikan dalam pasal-pasal berikut :

KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji
dokter.

Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesionalsecara
independen,danmempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.

Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhioleh
sesuatu yangmengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 46


Pasal 4
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri .
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun sik,
wajib memperoleh persetujuan pasien/ keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan
dan kebaikan pasien tersebut.

Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal
yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7
Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.

Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan secara
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan.

Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan
lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup makhluk
insani.

Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan aspek
pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-
sosial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.

Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di bidang kesehatan,
bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 47


KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien
kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.

Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi
dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah
pribadi lainnya.

Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/ kesehatan.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 48


LAMPIRAN 3

KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA

Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku
dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang
perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat
nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik
sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik keperawatan Indonesia:

a. Perawat dan Klien


1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat
manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warnakulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut
serta kedudukan sosial.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan
hidup beragama klien.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

b. Perawat dan Praktek


1) Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui
belajar terus menerus
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu
menunjukkan perilaku profesional.

c. Perawat dan masyarakat


Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 49


d. Perawat dan teman sejawat
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun
dengan tenaga kesehatan lainnya dan dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal

e. Perawat dan profesi


1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan
3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara
kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu
tinggi

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 50


LAMPIRAN 4

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

MUKADIMAH

Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam


mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan
Yang Maha Esa.

Apoteker di dalam pengabdiannya serta dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang


teguh kepada sumpah/janji Apoteker.

Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu
ikatan moral yaitu :

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

BAB I
KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1
Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah/Janji
Apoteker

Pasal 2
Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan
Kode Etik Apoteker Indonesia

Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam
melaksanakan kewajibannya

Pasal 4
Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada
umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya

Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari
keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 51


Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.

Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya

Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di
bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya

BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN

Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan
masyarakat, menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk hidup insani.

BAB III
KEAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan

Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu ingin mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi
ketentuan-ketentuan kode etik

Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjsama
yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian,
serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAIN

Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat
petugas kesehatan lain.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 52


Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas
kesehatan lain.

BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik Apoteker
Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.

Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi dari
pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI) dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 53


LAMPIRAN 5

KODE ETIK ASISTEN APOTEKER

A. MUKADIMAH
Asisten Apoteker yang melaksanakan profesi kefarmasian mengabdikan diri dalam upaya
memelihara dan memperbaiki kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui
upaya perbaikan pelayanan farmasi, Pendidikan farmasi, pengembangan lmu dan
teknologi farmasi, serta ilmu-ilmu terkait. Asisten Apoteker dalam menjalankan
profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan YME, menunukkan sikap dan
perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah-falsafah dan nilai-nilai Pancasila, Undang-
Undang dasar 1945 serta anggaran dasar dan angaran rumah tangga Persatuan ahli
Farmasi Indonesia (PAFI) serta etika profesninya.

Kode etik PAFI ini sebagai landasan moral profesi yang harus diamalkan dan
dilaksanakan oleh seluruh Asisten Apoteker

B. KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI


1. Seorang asisten apoteker harus menjunjung tinggi serta memelihara martabat,
kehormatan profesi, menjaga integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya
2. Seorang Asisten Apoteker berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan
pengetahuannya sesuai dengan perkembangan teknologi.
3. Seorang Asisten Apoteker senantiasa harus melakukan pekerjaan profesinya sesuai
dengan standar operasional prosedur, standar profesi yang berlaku dan kode etik
profesi.
4. Seorang Asisten Apoteker harus menjaga profesionalisme dalam memenuhi
panggilan tugas dan kewajiban profesi.

C. KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN SEJAWAT


1. Seorang Asisten Apoteker memandang teman sejawat sebagaimana dirinya dalam
memberikan penghargaan
2. Seorang Asisten Apoteker senantiasa menghindari perbuatan yang merugikan teman
sejawat secara material maupun moril
3. Seorang Asisten Apoteker senantiasa meningkatkan kerjasama dan memupuk
kebutuhan martabat jabatan kefarmasian, mempertebal rasa saling percaya dalam
menunaikan tugas.

D. KEWAJIBAN TERHADAP PASIEN / PEMAKAI JASA


1. Seorang Asisten Apoteker harus bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya
dalam memberikan pelayanan kepada pasien /pemakai jasa secara professional.
2. Seorang Asisten Apoteker harus menjaga rahasia kedokteran dan rahasia
kefarmasian, serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak.
3. Seorang Asisten Apoteker dapat berkonsultasi/merujuk kepada teman sejawat atau
teman sejawat profesi lain untuk mendapatkan hasil yang akurat atau baik.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 54


E. KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT
1. Seorang Asisten Apoteker harus mampu sebagai suri tauladan ditengah-tengah
masyarakat.
2. Seorang Asisten Apoteker dalam pengabdian profesinya memberikan semaksimal
mungkin pengetahuan dari keterampilan yang dimiliki.
3. Seorang Asisten Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan peraturan
perundang-undangan dibidang kesehatan khususnya dibidang farmasi.
4. Seorang Asisten Apoteker harus selalu melibatkan diri dalam usaha-usaha
pembangunan nasional khususnya bidang kesehatan.
5. Seorang Asisten Apoteker harus menghindarkan diri dari usaha-usaha yang
mementingkan diri sendiri serta bertentangan dengan jabatan kefarmasian.

F. KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI KESEHATAN LAINNYA


1. Seorang Asisten Apoteker senantiasa harus menjalin kerjasama yang baik, saling
percaya, menghargai dan menghormati terhadap profesi kesehatan lainnya.
2. Seorang Asisten Apoteker harus mampu menghindarkan diri terhadap perbuatan-
perbuatan yang dapat merugikan, menghilangkan kepercayaan, penghargaan
masyarakat terhadap profesi kesehatan lainnya.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 55


LAMPIRAN 6

KODE ETIK RADIOGRAFER

MUKADIMAH

Ahli Radiografi adalah salah satu profesi yang baik langsung maupun tidak langsung ikut
berperan didalam upaya menuju kesejahteraan fisik material dan mental spiritual bagi
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, segala sesuatu yang menyangkut profesi Ahli
Radiografi selalu berorentasi kepada tuntutan masyarakat. Ahli Radiografi adalah suatu
profesi yang melakukan pelayanan kepada masyarakat, bukanlah profesi yang semat-mata
pekerjaan untuk mencari nafkah, akan tetapi merupakan pekerjaan kepercayaan, dalam hal ini
kepercayaan dari masyarakat yang membutuhkan pelayanan profesi, percaya kepada
ketulusan hati, percaya kepada kesetiaannya dan percaya kepada kemampuan profesionalnya.

Adanya limpahan dari anggota masyarakat tersebut, menuntut setiap anggota profesi agar
dalam mempersembahkan pelayanan dengan cara yang terhormat, dengan disadari
sepenuhnya bahwa anggota profesi selain memikul tanggung jawab kehormatan pribadi, juga
memikul tanggung jawab terhadap kehormatan profesi dalam mengamalkan pelayanannya.
Dan disamping itu juga dengan penuh kesadaran bahwa pelayanannya merupakan bagian dari
upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu Anggota Profesi Ahli
Radiografi memandang perlu menyusun rumusan-rumusan sebagai indikasi dengan harapan
dapat menjadi ikatan moral bagi anggota – anggotanya. Dan anggota Profesi Radiologi
menyadari sepenuhnya bahwa hanya karena bimbingan Tuhan Yang Maha Esa anggota
Profesi Ahli Radiografi dapat melaksanakan tugas pengabdiannya demi kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan negara dengan berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

KEWAJIBAN UMUM
1. Setiap Anggota Radiografi di dalam melaksanakan pekerjaan profesinya tidak diizinkan
membeda-bedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, jenis kelamin, agama, politik serta
status sosial kliennya.
2. Setiap Anggota radiografi didalam melaksanakan pekerjaan profesinya selalu memakai
standar profesi.
3. Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesi, tidak
diperbolehkan melakukan perbuatan yang dipengaruhi pertimbangan keuntungan pribadi.
4. Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesinya, selalu
berpegang teguh pada sumpah jabatan dan kode etik serta standar profesi Ahli Radiografi.

KEWAJIBAN TERHADAP PROFESINYA


1. Ahli Radiografi harus menjaga dari menjunjung tinggi nama baik profesinya.
2. Ahli Radiografi hanya melakukan pekerjaan radiografi, imejing dan radioterapi atas
permintaan Dokter dengan tidak meninggalkan prosedur yang telah digariskan.
3. Ahli Radiografi tidak dibenarkan menyuruh orang lain yang bukan Ahlinya untuk
melakukan pekerjaan radiografi, Imejing dan Radioterapi.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 56


4. Ahli Radiografi tidak dibenarkan menentukan diagnosa Radiologi dan perencanaan dosis
Radioterapi.

KEWAJIBAN TERHADAP PASIEN


1. Setiap Anggota radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya senantiasa
memelihara suasana dan lingkungan dengan menghayati nilai-nilai budaya, adat istiadat,
agama dari penderita, keluarga penderita dan masyarakat pada umumnya.
2. Setiap Anggota radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya wajib dengan tulus
dan ikhlas terhadap pasien dengan memberikan pelayanan terbaik terhadapnya. Bila ia
tidak mampu atau menemui kesulitan, ia wajib berkonsultasi dengan teman sejawat
yang Ahli atau Ahli lainnya.
3. Setiap Ahli radiografi wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui baik hasil
pekerjaan profesinya maupun dari bidang lainnya tentang keadaan pasien, karena
kepercayaan pasien yang telah bersedia dirinya untuk diperiksa.
4. Setiap Ahli Radiografi wajib melaksanakan aturan kebijakan yang telah digariskan oleh
Pemerintah di dalam bidang kesehatan.
5. Setiap Ahli Radiografi demi kepentingan penderita setiap saat bekerja sama dengan
anggota lain yang terkait dan melaksanakan tugas secara cepat, tepat dan terhormat serta
percaya diri akan kemampuan profesinya.
6. Setiap Ahli Radiografi wajib membangun hubungan kerja yang baik antara profesinya
dengan profesi lainnya demi kepentingan pelayanan terhadap masyarakat

KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI


1. Setiap Anggota Radiografi harus menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya baik
terhadap bahaya radiasi maupun terhadap penyakitnya.
2. Setiap Anggota Radiografi senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan profesinya
baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan jalan mengikuti perkembangan ilmu
dan teknologi, meningkatkan keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi
pelayanan terhadap masyarakat.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 57


LAMPIRAN 7

KODE ETIK
PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

MUKADIMAH

Bahwa memajukan kesejahteraan umum adalah satu diantara tujuan nasional yang ingin
diwujudkan oleh bangsa Indonesia. Kesehatan merupakan wujud dari kesejahteraan nasional
dan mempunyai andil yang besar dalam pembangunan sumber daya manusia berkualitas yang
dapat mendukung kelangsungan kehidupan bangsa dan terwujudnya cita-cita nasional yaitu
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Rekam Medis dan Informasi Kesehatan merupakan aspek penting untuk mendukung
keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, pengembangan sistem dan
penerapannya didukung oleh tenaga profesi yang berkualitas. Karena Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan menyangkut kepentingan kerahasiaan pribadi pasien dan rahasia jabatan,
maka Perekam Medis dan Informasi Kesehatan merasa perlu untuk merumuskan pedoman
sikap dan perilaku profesi.

Pedoman sikap dan perilaku Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ini dirumuskan dalam
rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna partisipasi kelompok Perekam Medis dan
Informasi Kesehatan dalam pembangunan nasional khususnya pembangunan kesehatan. Maka
berdasarkan pemikiran di atas, Kongres IX PORMIKI menyepakati Kode Etik Perekam
Medis dan Informasi Kesehatan sebagai berikut:

BAB I
PENGERTIAN

Pasal 1
1. PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN:
Seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan atau Manajemen Informasi Kesehatan sehingga memiliki kompetensi yang
diakui oleh pemerintah dan profesi serta mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang
dan hak secara penuh untuk melakukan kegiatan pelayanan Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan pada unit fasilitas pelayanan kesehatan.
2. KODE ETIK
Kode etik merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal
suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang
memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.
3. KODE ETIK PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
Pedoman sikap dan prilaku Perekam Medis dan Informasi Kesehatan dalam
menjalankan serta mempertanggungjawabkan segala tindakan profesinya baik kepada
profesi, pasien, maupun masyarakat luas.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 58


BAB II
KEWAJIBAN UMUM

Pasal 2
1. Dalam melaksanakan tugas profesi, tiap Perekam Medis dan Informasi Kesehatan selalu
bertindak demi kehormatan diri, profesi dan organisasi PORMIKI.
2. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan selalu menjalankan tugas berdasarkan standar
profesi tertinggi.
3. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan lebih mengutamakan pelayanan daripada
kepentingan pribadi dan selalu berusaha memberikan pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu.
4. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib menyimpan dan menjaga data rekam
medis serta informasi yang terkandung di dalamnya sesuai dengan ketentuan prosedur
manajemen, ketetapan pimpinan institusi dan peraturan perundangan yang berlaku.
5. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan selalu wajib menjunjung tinggi doktrin
kerahasiaan dan hak atas informasi pasien yang terkait dengan identitas individu atau
sosial.
6. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib melaksanakan tugas yang dipercaya
pimpinan kepadanya dengan penuh tanggungjawab, teliti dan akurat.

Pasal 3
Perbuatan / tindakan yang bertentangan dengan kode etik :
1. Menerima ajakan kerjasama seseorang/orang untuk melakukan pekerjaan yang
menyimpang dari standar profesi yang berlaku.
2. Menyebarluaskan informasi yang terkandung dalam rekam medis yang dapat merusak
citra Perekam Medis dan Informasi Kesehatan.
3. Menerima imbalan jasa dalam bentuk apapun atas tindakan no.1 dan 2.

Pasal 4
Peningkatan pengetahuan dan kemampuan profesional, baik anggota maupun organisasi
dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan profesi melalui penerapan ilmu dan
teknologi yang berkaitan dengan perkembangan di bidang Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan atau Manajemen Informasi Kesehatan.

BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI

Pasal 5
1. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib mencegah terjadinya tindakan yang
menyimpang dari Kode Etik Profesi.
2. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib meningkatkan mutu rekam medis dan
informasi kesehatan.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 59


3. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib berpartisipasi aktif dan berupaya
mengembangkan serta meningkatkan citra profesi.
4. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib menghormati dan mentaati peraturan dan
kebijakan organisasi profesi.

BAB IV
KEWAJIBAN DALAM BERHUBUNGAN DENGAN ORGANISASI PROFESI DAN
INSTANSI LAIN

Pasal 6
1. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan memberikan informasi dengan identitas diri,
kredensial profesi, pendidikan dan pengalaman serta rangkapan minat dalam setiap
pengadaan perjanjian kerja atau pemberitahuan yang berkaitan.
2. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib menjalin kerjasama yang baik dengan
organisasi pemerintah dan organisasi profesi lainnya dalam rangka meningkatkan mutu
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan.

BAB V
KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 7
1. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib menjaga kesehatan dirinya agar dapat
bekerja dengan baik.
2. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan sesuai dengan perkembangan IPTEK yang ada.

BAB VI
PENUTUP

Pasal 8
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan wajib menghayati dan mengamalkan Kode Etik
profesinya.

Hasil Sidang Komisi B pada Kongres ke IX PORMIKI di Medan 19-20 Februari 2018
Ketua Komisi B : Nuryati, A.Md., S.Far., MPH
Sekretaris Komisi B : Tarmizi, A.Md., SKM

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 60


LAMPIRAN 8

KODE ETIK AHLI GIZI

MUKADIMAH

Ahli gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya memelihara dan
memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui upaya
perbaikan gizi, Pendidikan gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu
terkait. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan
nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya.

A. KEWAJIBAN UMUM
1. Ahli Gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam
meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
2. Ahli Gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan
menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri.
3. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut standar profesi
yang telah ditetapkan.
4. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan
adil
5. Ahli Gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan,
informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa
membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.
6. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami keterbatasnnya
sehingga dapat bekerjasama dengan fihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan.
7. Ahli Gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan
berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masrakat yang
sebenarnya
8. Ahli Gizi dalam bekerjasama dengan para professional lain di bidang kesehatan
maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-
baiknya.

B. KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN


1. Ahli Gizi berkewajiban sepanjang waktu senantiasa berusaha memelihara dan
meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau
masyarakat umum
2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang
dilayaninya baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan
juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian
hukum

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 61


3. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai
kebutuhan unit setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan
tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, status sosial, jenis
kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual.
4. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan
akurat
5. Ahli Gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas,
sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan
informasi tersebut.
6. Ahli Gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan dalam
memberikan pelayanan berkewajiban senantias berkonsultasi dan merujuk kepada
Ahli Gizi lain yang mempunyai keahlian.

C. KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT


1. Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya tentang
penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis
berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet. Ahli gizi
hendaknya senantiasa memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual,
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2. Ahli Gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga
dapat mencegah masalah gizi di masyarakat
3. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa peka terhadap status gizi masyarakat untuk
mencegah terjadinya maslah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat.
4. Ahli Gizi berkewajiban memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas
fisik yang seimbang sesuai dengan nilai praktek gizi individu yang baik
5. Dalam bekerjasama dengan professional lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban
hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan
bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan
optimal di masyarakat
6. Ahli Gizi dalam mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu
berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah
interpretasi atau menyesatkan masyarakat.

D. KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN SEPROFESI DAN MITRA KERJA


1. Ahli Gizi dalam bekerja melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan
status gizi masyarakat secara optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama dan
menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat.
2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memliharan hubungan persahabatan yang
harmonis dengan semua organisasi atau disiplin ilmu/profesional yang terkait dalam
upaya meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.
3. Ahli Gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan
terbaru kepada sesama profesi dan mitra kerja.

E. KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI DAN DIRI SENDIRI

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 62


1. Ahli Gizi berkewajiban menaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang
dicanangkan oleh profesi.
2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memajukan dan memperkaya pengetahuan dan
keahlian yang diperlukan dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu
dan teknologi terkini serta peka terhadap perubahan lingkungan.
3. Ahli Gizi harus menunjukkan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani
mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukkan kerendaan hati dan mau
menerima pendapat orang lain yang benar.
4. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi
oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai
dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana
ahli gizi diperkerjakan)
5. Ahli Gizi berkewajiban tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum dan
memaksa orang lain untuk melawan hukum
6. Ahli Gizi berkewajiban memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat
bekerja dengan baik.
7. Ahli Gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan
perseorangan atau kebesaran seseorang.
8. Ahli Gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan
organisasi profesi.

F. PENETAPAN PELANGGARAN
Pelanggaran terhadap ketentuan kode etik ini diatur tersendiri dalam Majelis Kode Etik
Persatuan Ahli Gizi Indonesia

G. KEKUATAN KODE ETIK


Kode Etik Ahli Gizi ini dibuat atas prinsip bahwa organisasi profesi bertanggung jawab
terhadap kiprah anggotanya dalam menjalankan praktek profesinya.

Kode etik ini berlaku setelah hari dari disahkannya kode etik ini oleh sidang tertinggi
profesi sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam anggaran dasar dana anggaran
rumah tangga profesi gizi

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 63


LAMPIRAN 9

KODE ETIK SANITARIAN / AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN

A. PEMBUKAAN
Bahwa untuk mengisi kemerdekaan Indonesia yang bertujuan mencapai masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 diperlukan peran serta dan
pengabdian dari segenap warga negara Indonesia.
Bahwa untuk mencapai tujuan tersebut diatas dilaksanakan pembangunan diberbagai
bidang yang antara lain untuk mencapai lingkungan kehidupan yang sehat, sehingga
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai bagian dari
kesejahteraan rakyat dan menciptakan lingkungan yang sehat dan harmoni. Untuk itu
perlu adanya penyatuan, pembinaan dan pengembangan profesi serta pengamalan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan yang dilandasi oleh semangat, moralitas
yang bertanggung jawab dan berkeadilan.
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa disertai kesadaran dan keinginan luhur,
berdasarkan ilmu, keterampilan dan sikap yang dimiliki untuk mencapai tujuan tersebut,
dengan ini Organisasi Profesi Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI)
menyusun dan menetapkan kode etik sanitarian atau ahli kesehatan lingkungan sebagai
landasan semangat, moralitas dan tanggung jawab yang berkeadilan dan merupakan
keajiban baik untuk dirinya sendiri, teman seprofesinya, klien/masyarakat maupun
kewajiban yang sifatnya umum sebagai insan profesi dan dalam melaksanakan peran dan
pengabdiannya sebagai berikut

B. KEWAJIBAN UMUM
1. Seorang sanitarian harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi
sanitasi dengan sebaik-baiknya.
2. Seorang sanitarian harus senantiasa berupaya melaksanaan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi
3. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi sanitasi, seorang sanitarian tidak
boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi
4. Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji
diri sendiri.
5. Seorang sanitarian senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan,
teknik atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat
6. Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu proses
analisis secara komprehensif
7. Seorang sanitarian dalam menjalankan profesinya, harus memberikan pelayanan
yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan keselamatan manusia,
serta kelestarian lingkungan
8. Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau
masyarakat dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 64


seprofesinya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi,
atau yang melakukan penipuan atau kebohongan dalam menangani masalah klien
atau masyarakat.
9. Seorang sanitarian harus menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hak-hak
teman seprofesi dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan
klien atau masyarakat.
10. Dalam melakukan pekerjaannya seorang sanitarian harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan lingkungan
secara menyeluruh, baik fisik, biologi maupun sosial, serta berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
11. Seorang sanitariaan dalam bekerjasama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

C. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP KLIEN / MASYARAKAT


1. Seorang sanitarian wajib bersikap tulus ilhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan penyelesaian masalah klien atau masyarakat.
Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau penyelesaian masalah,
maka ia wajib berkonsultasi, bekerjasama dan/atau merujuk pekerjaan tersebut
kepada sanitarian lain yang mempunyai keahlian dalam penyelesaian masalah
tersebut.
2. Seorang sanitarian wajib melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab.
3. Seorang sanitarian wajib melakukan penyelesaian masalah sanitasi secara tuntas dan
keseluruhan.
4. Seorang sanitarian wajib memberikan informasi kepada kliennya atas pelayanan
yang diberikannya
5. Seorang sanitarian wajib mendapatkan perlindungan atas praktek pemberian
pelayanan.

D. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP TEMAN SEPROFESI


1. Seorang sanitarian memperlakukan teman seprofesinya sebagai bagian dari
penyelesaian masalah.
2. Seorang sanitarian tidak boleh saling mengambil alih pekerjaan dari teman seprofesi,
kecuali dengan persetujuan, atau berdasarkan prosedur yang ada

E. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP DIRI SENDIRI


1. Seorang sanitarian harus memperhatikan dan mempraktekan hidup bersih dan sehat
supaya dapat bekerja dengan baik
2. Seorang sanitarian harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan linkungan, kesehatan dan bidang-bidang lain yang terkait.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 65


F. PENUTUP
Seorang sanitarian dalam melaksanakan hak dan kewajibannya senantiasa dilandasi oleh
kode etik dan selalu menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi. Di
dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam pengabdiannya berpedoman pada standar
kompetensi. Standar kompetensi ini senantiasa teru dilengkapi dengan perangkat-
perangkat keprofesian yang lain.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 66


LAMPIRAN 10

KODE ETIK AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

MUKADIMAH

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.

Upaya kesehatan melalui pendekatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif


dilaksanakan
secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan dengan menitikberatkan pada pemerataan
akses serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar
dan primer baik di tingkat propinsi sampai di daerah terpencil dan terluar pulau.

Kegiatan pelayanan kesehatan di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan salah satunya adalah
pelayanan laboratorium medik yang pada hakikatnya adalah bagian dari perawatan pasien
(patient care) dengan senantiasa mengutamakan pada mutu hasil pemeriksaan laboratorium
sebagai dasar dari penegakan diagnosa sangat tergantung pada kualitas Ahli Teknologi
Laboratorium Medik.

Prinsip umum etika pelayanan kesehatan adalah bahwa keselamatan pasien merupakan yang
utama. Dapat diartikan bahwa laboratorium medik hendaknya menjamin bahwa keselamatan
dan kepentingan pasien selalu menjadi pertimbangan utama dan diletakkan lebih tinggi dalam
memperlakukan semua pasien secara adil dan tanpa diskriminasi.

Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (PATELKI) atau The Indonesian
Association of Medical Laboratory Technologists (IAMLT) merupakan organisasi profesi
sebagai satu-satunya wadah berhimpunnya Ahli Teknologi Laboratorium Medik di Indonesia
lahir dan dibentuk pada tanggal 26 April 1986 di Jakarta bertujuan meningkatkan kualitas dan
kesejahteraan anggotanya.

Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas serta dalam rangka upaya meningkatkan kualitas
Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam menyelenggarakan pelayanan di berbagai unit
Laboratorium Medik dan atau Laboratorium kesehatan, maka disusun Kode Etik sebagai
landasan moral dan etika profesi berdasarkan norma serta nilai-nilai luhur bangsa Indonesia
senantiasa mengutamakan prinsip beneficience, non maleficence, outonomy dan justice. Atas
berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, telah dirumuskan Kode Etik Ahli Teknologi
Laboratorium Medik yang diuraikan dalam pasal-pasal berikut:

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 67


BAB I
KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah profesi

Pasal 2
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam menyelenggarakan praktik profesinya
harus berpedoman pada standar profesi.

Pasal 3
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak
teman sejawat dan hak-hak tenaga kesehatan lainnya.

BAB II
KEWAJIBAN ATLM TERHADAP PROFESI

Pasal 4
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menjunjung tinggi serta memelihara
martabat, kehormatan profesi, menjaga integritas, kejujuran serta dapat dipercaya, produktif,
efektif, efisien, peduli terhadap tugas dan lingkungan.

Pasal 5
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik berkewajiban menjunjung tinggi norma-norma
dan
nilai-nilai luhur dalam kehidupan dalam penyelenggaraan praktik profesinya

Pasal 6
Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik senantiasa harus melakukan pekerjaan profesinya
sesuai dengan standar prosedur operasional, standar keselamatan kerja yang berlaku dan kode
etik profesi.

Pasal 7
Setiap ATLM yang akan menjalankan pekerjaannya wajib memiliki Surat Tanda Registrasi
(STR) dan Surat Ijin Praktik (SIP)

BAB III
KEWAJIBAN ATLM TERHADAP TEMAN SEJAWAT DAN PROFESI LAIN

Pasal 8

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 68


Setiap ATLM memperlakukan setiap teman sejawat dalam batas-batas norma yang berlaku
sebagaimana dia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 9
Setiap ATLM harus menjunjung tinggi kesetiakawanan dan sikap saling menghargai dengan
teman sejawat dalam penyelenggaraan profesinya.

Pasal 10
Setiap ATLM harus membina hubungan kerjasama yang baik dan saling menghormati dengan
teman sejawat dan tenaga profesional lainnya dengan tujuan utama untuk menjamin
pelayanan
senantiasa berkualitas tinggi.

BAB IV
KEWAJIBAN ATLM TERHADAP PASIEN / PEMAKAI JASA

Pasal 11
Setiap ATLM dalam memberikan pelayanan harus bersikap adil dan mengutamakan
kepentingan pasien dan atau pemakai jasa tanpa membeda-bedakan kedudukan, golongan,
suku, agama, jenis kelamin dan kedudukan sosial.

Pasal 12
Setiap ATLM harus bertanggungjawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan
pelayanan kepada pasien dan atau pemakai jasa secara profesional.

Pasal 13
Setiap ATLM berkewajiban merahasiakan segala sesuatu baik informasi dan hasil
pemeriksaan yang diketahui berhubungan dengan tugas yang dipercayakannya kecuali jika
diperlukan oleh pihak yang berhak dan jika diminta oleh pengadilan.

Pasal 14
Setiap ATLM dapat berkonsultasi/merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang lebih ahli
untuk mendapatkan hasil yang akurat.

BAB V
KEWAJIBAN ATLM TERHADAP MASYARAKAT
Pasal 15
Setiap ATLM dalam menjalankan praktik profesinya harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan aspek pelayanan kesehatan serta nilai budaya, adat istiadat
yang berkembang di masyarakat

Pasal 16

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 69


Setiap ATLM harus memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan kemampuan
profesionalnya baik secara teori maupun praktek kepada masyarakat luas serta selalu
mengutamakan kepentingan masyarakat.

Pasal 17
Setiap ATLM dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya harus mengikuti
peraturan perundang- undangan yang berlaku serta norma-norma yang berkembang pada
masyarakat.

Pasal 18
Setiap ATLM harus dapat mengetahui penyimpangan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar prosedur operasional dan norma yang berlaku pada saat itu serta melakukan upaya
untuk dapat melindungi kepentingan masyarakat.

BAB VI
KEWAJIBAN ATLM TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 19
Setiap ATLM senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Pasal 20
Setiap ATLM berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pasal 21
Setiap ATLMberkewajiban untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan
di
bidang teknologi Laboratorium Medik maupun bidang lain yang dapat menunjang pelayanan
profesinya.

Pasal 22
Dalam melakukan pekerjaannya, setiap ATLM harus bersikap dan berpenampilan sopan dan
wajar serta selalu menjaga nilai-nilai kesopanan.

Pasal 23
Setiap ATLM harus memelihara kesehatan dirinya supaya dapat bekerja dan melayani dengan
baik.
BAB VII
SANKSI

Pasal 24

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 70


Sanksi profesi adalah hukuman yang memaksa ATLM untuk mentaati ketentuan yang telah
disepakati profesi.

JENIS SANKSI

Pasal 25
Sanksi etik adalah sanksi moral berupa;
1. Sanksi ringan berupa peringatan tertulis
2. Sanksi berat berupa tugas menjalankan pelatihan/pendidikan tertentu sampai pencabutan
hak sebagai profesi atau direhabilitasi

BAB VIII
PENUTUP

Pasal 26
1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Kode Etik Ahli Teknologi Laboratorium Medik
ini akan diputuskan kemudian oleh Dewan Pimpinan Pusat PATELKI dengan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan etika.
2. Kode Etik Ahli Teknologi Laboratorium Medik ini berlaku mulai tanggal ditetapkan dan
apabila terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 71


LAMPIRAN 11

KODE ETIK ELEKTROMEDIS INDONESIA

MUKADIMAH

Bahwa kerja seorang profesional beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya
kehormatan profesi yang digeluti dan oleh karenanya tidak selalu mementingkan imbalan
upah materil. Kerja seorang profesional harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang
berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang,
ekslusive, dan berat.

Elektromedis dalam segala aktifitas profesional dan pelayanan kepada individu dan
masyarakat harus selalu menjunjung tinggi kehormatan profesi dan menjaga citra profesi
berdasarkan kode etik. Elektromedis adalah profesi yang turut berperan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia khususnya pada bidang kesehatan oleh
karenanya profesi elektromedis selalu berorientasi kepada kebutuhan masyarakat.

BAB I
KEWAJIBAN UMUM

1. Setiap elektromedis harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah


tenaga kesehatan.
2. Setiap elektromedis harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi.
3. Setiap elektromedis Dalam melakukan pekerjaan elektromedik tidak boleh dipengaruhi
oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
4. Setiap Elektromedis harus senantiasa berhati -hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau metode baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal
yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
5. Setiap elektromedis hanya memberi keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
kebenarannya.
6. Setiap elektromedis harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan, dalam melakukan pekerjaan elektromedik.
7. Setiap elektromedis dalam melakukan pekerjaan elektromedik, harus memberikan
pelayanan yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 72


8. Setiap elektromedis harus menghormati hak-hak klien, hak-hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan Iainnya.
9. Setiap elektromedis dalam melakukan pekerjaannya harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
10. Setiap elektromedis dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan
bidang Iainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

BAB II
KEWAJIBAN ELEKTROMEDIS TERHADAP KLIEN

Setiap elektromedis wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan klien. Dalam hal ini jika tidak mampu melakukan suatu
pekerjaan, maka atas persetujuan klien, ia wajib merujuk klien kepada elektromedis yang
mempunyai keahlian dalam hal tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB III
KEWAJIBAN ELEKTROMEDIS TERHADAP TEMAN SEJAWAT

1. Setiap elektromedis memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana diri sendiri ingin


diperlakukan.
2. Setiap elektromedis tidak boleh mengambil alih klien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

BAB IV
KEWAJIBAN ELEKTROMEDIS TERHADAP DIRI SENDIRI

1. Setiap elektromedis senantiasa melaksanakan tugasnya dengan memperhatikan kesehatan


dan keselamatan kerja.
2. Setiap elektromedis harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Panduan Etika dan Perilaku (Code of Conduct) RSOT Surabaya 73

Anda mungkin juga menyukai