Peran BPOM Terkait Penggunaan Obat Secara Rasional - Compressed
Peran BPOM Terkait Penggunaan Obat Secara Rasional - Compressed
Disampaikan pada:
Pendahuluan
Penutup
2
Pendahuluan(1)
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk
biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia
Kategori Obat
Obat Baru (chemical entity)
Produk Biologi (biological)
Obat generic (me too product)
3
Pendahuluan (2)
Pengunaan obat rasional menurut WHO apabila pasien
menerima obat:
– yang tepat untuk kebutuhan klinis
– dalam dosis yang memenuhi kebutuhan untuk jangka waktu yang
cukup, dan
– dengan biaya yang terjangkau baik untuk individu maupun
masyarakat.
4
KRITERIA OBAT RASIONAL
Diagnosis
Cara
pemberian Dosis
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL
Overprescribing
• Memberikan obat yang tidak diperlukan untuk penyakit yang bersangkutan
Underprescribing
• Pemberian obat kurang dari yang seharusnya diperlukan (dosis, jumlah atau lama
pemberian)
Multiple prescribing
• Pemberian beberapa obat untuk satu indikasi penyakit yang sama
Incorect prescribing
• Pemberian obat untuk indikasi yang keliru
DAMPAK PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL
Mutu pengobatan dan pelayanan
Penggunaan obat yang tidak rasional dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas penyakit
Biaya pengobatan
Dapat menyebabkan peningkatan biaya yang membebabni pasien
Ketersediaan obat
Ketersediaan obat dapat berkurang karena obat digunakan tidak sesuai dengan indikasinya
Komponen yang terkait dengan penggunaan Obat
yang Rasional
G
O
V
E Lembaga pengawas Sarana dan pelayanan
R (regulator) dlm tahap Kesehatan: RS termasuk
N pengembangan, Kementerian sarana diagnostik,
M produksi, distribusi dan Badan POM Kesehatan tenaga kesehatan
E surveilans
N
T
• Lembaga litbang
development Pelaku User (pasien)
• Industri Farmasi Usaha Masyarakat Keluarga
produksi Masyarakat
• PBF distribusi
8
Peran kementerian Kesehatan
• Tersedianya tenaga Kesehatan yang handal sesuai
keilmuannya yang antara lain:
– Dokter bisa menegakkan diagnosis dan meresepkan obat sesuai dengan
jenis dan keparahan penyakit. Misal: nyeri ringan dengan PCT, nyeri berat
dan kronik dengan opioid
– Apoteker bertanggung jawab meracik dan menyerahkan obat beserta
informasi lengkap kepada pasien
• Tersedianya sarana kesehatan termasuk sarana laboratorium
untuk menegakkan diagnosis. Untuk obat-obat targeted
therapy memerlukan pemeriksaan spesifik seperti reseptor atau
mutasi genetik supaya penggunaan obat bisa tepat (rasional)
9
Peran Pelaku Usaha
• Lembaga pengembangan dan penelitian bertanggung jawab
untuk membuktikan efikasi, keamanan dan mutu obat
• Industri Farmasi bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
efikasi, keamanan dan mutu produk yang diedarkan
dengan patuh terhadap prinsip CPOB
• Distributor seperti PBF (Pedagang Besar Farmasi) bertanggung
jawab terhadap mutu produk selama proses distribusi hingga
ke sarana pelayanan Kesehatan termasuk sarana pelayanan
bertanggung jawab hingga obat diterima oleh pasien
10
Peran Masyarakat
• Masyarakat di sini adalah pasien, keluarga/pendamping pasien
dan masyarakat secara luas
• Pasien harus menggunakan obat sesuai aturan pada informasi
produk obat atau sesuai anjuran dokter
• Pasien harus mendapatkan obat pada jalur resmi antara lain dari RS,
apotik, took obat berizin
• Obat Keras harus dengan resep dokter
• Penggunaan Obat Terbatas harus memperhatikan peringatan
pada masing-maisng kemasan/informasi produk obat
• Membeli obat secara online sesuai ketentuan
• Masyarakat sebagai pengawas dapat melaporkan hal-hal tidak
wajar terkait penggunaan obat
11
BADAN POM
Badan POM merupakan lembaga pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan tugas
pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
Obat dan Makanan aman, bermutu, dan berdaya saing untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan
1. Membangun SDM unggul terkait Obat dan Makanan dengan mengembangkan
kemitraan bersama seluruh komponen bangsa dalam rangka peningkatan
kualitas manusia Indonesia;
2. Memfasilitasi percepatan pengembangan dunia usaha Obat dan Makanan
dengan keberpihakan terhadap UMKM dalam rangka membangun struktur
ekonomi yang produktif dan berdaya saing untuk
kemandirian bangsa;
3. Meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan serta penindakan
kejahatan Obat dan Makanan melalui sinergi pemerintah pusat dan daerah
dalam kerangka Negara Kesatuan guna perlindungan bagi segenap bangsa
dan memberikan rasa aman pada seluruh warga;
4. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya untuk
memberikan pelayanan publik yang prima di bidang Obat dan Makanan;
PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DI INDONESIA
15
REGULASI PENGAWASAN PRE - POST MARKET
Product
Peraturan Badan POM nomor 34 tahun 2018 tentang Information
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
STANDAR MUTU BAHAN BAKU & PRODUK JADI
PEDOMAN EVALUASI
OBAT
ndustri Farmasi dalam penjaminan dan pemastian mutu dan keamanan obat yang beredar
16
INTEGRITAS DATA DAN KONSISTENSI
JAMINAN
*Sumber: PerkaBPOM Nomor 24 Tahun 2017 tentang Kriteria Tata Laksana Registrasi Obat 17
PENGAWASAN MUTU CPOB DI INDUSTRI FARMASI
PENERAPAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB) DI INDUSTRI FARMASI
Bab 1. Sistem Mutu Industri Farmasi Bab 7. Pengawasan Mutu
Bab 2. Personalia Bab 8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
PENGAWASAN MUTU TERHADAP BAHAN Situasi yang berpotensi menghasilkan produk yang TMS
BAKU OBAT Pengenaan sanksi administratif ditetapkan berdasarkan
Industri farmasi bertanggung jawab atas pengujian bahan
awal sebagaimana dijelaskan dalam dokumen registrasi
RISIKO OBAT TIDAK BERMUTU DAN TIDAK AMAN
KUALIFIKASI PEMASOK DALAM PEMASTIAN
MUTU & INTEGRITAS RANTAI PASOK
Industri Farmasi harus melakukan seleksi, kualifikasi, PENCABUTAN SERTIFIKAT CPOB, diikuti PEN
persetujuan dan pemeliharaan pemasok bahan baku obat,
beserta pembelian dan penerimaannya, dalam
memastikan mutu dan integritas rantai pasok terjaga. 18
PENGAWASAN CDOB DI SARANA DISTRIBUSI
PENERAPAN CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK (CDOB) DI SARANA DISTRIBUSI
Bab I. Manajemen Mutu Bab VII. Transportasi
Bab II. Personalia Bab VIII. Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak
Bab III. Bangunan dan Peralatan Bab IX. Dokumentasi
Bab IV. Operasional Aneks I. Bahan Obat
Bab V. Inspeksi Diri Aneks II. Produk Rantai Dingin (Cold Chain Product)
Bab VI. Keluhan, Obat, dan/atau Bahan Obat Aneks III. Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
kembalian, diduga palsu, dan penarikan kembali Farmasi
Industri BB
Luar Negeri PBF Bahan Obat
Pemenuhan
Pemenuhan
Standar CDOB
Standar CDOB
Industri Farmasi Penyusunan
Pedoman Sampling (berbasis risiko) dan
Perencanaan
Tindak Monitoring Pelaksanaan Sampling di Peredaran
dan Evaluasi Sampling
Lanjut Hasil Sampling dan Pengujian
Pengujian
Pelaporan
Pemenuhan Standar Pemenuhan Standar Sampel
Pelayanan Pelayanan Hasil Sampling dan Pengujian
Fasilitas Pelayanan Sample Handling
Kesehatan
Menjaga mutu dan integri
Pasien
Industri Farmasi
Pelaporan Manual:
TOOLS PELAPORAN KTD/ESO
Form Kuning (nakes) / CIOMSPelaporan elektronik Form (industri farmasi)htt
REGISTRASI
22
LandasanHukum
UU Kesehatan 36/2009
Obat yang diedarkan di wilayah
Indonesia, sebelumnya harus dilakukan Permenkes 1010/2008
registrasi untuk memperoleh Izin Edar.
Perka BPOM 24/2017
Pengawasan Pre-Market
Registrasi obat dan makanan bertujuan: Melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang berisiko terhadap ke
PERATURAN TERKAIT REGISTRASI OBAT
• Permenkes 1010/Menkes/Per/XI/2008 Registrasi Obat
• Perka BPOM No. 24 tahun 2017 Kriteria Dan Tata Laksana Registrasi Obat
• PerBPOM No. 15 tahun 2019 Perubahan Perka BPOM No. 24 tahun 2017 Kriteria Dan
Tata Laksana Registrasi Obat
• PerBPOM No. 27 tahun 2020 Perubahan kedua Perka BPOM No. 24 tahun 2017 Kriteria
Dan Tata Laksana Registrasi Obat
• PerBPOM No. 13 tahun 2021 Perubahan kedua Perka BPOM No. 24 tahun 2017 Kriteria
Dan Tata Laksana Registrasi Obat
• PerBPOM No. 11 Tahun 2022 tentang Tata Laksana Uji Bioekivalensi
• Kepka BPOM No.65 Tahun 2022 tentang Daftar Obat Generik Wajib Uji
Bioekivalensi
• Perka BPOM No, 16 Tahun 2015 Tata Laksana dan Penilaian Obat Pengembangan Baru
• Perka Bpom No. 17 Tahun 2015 Pedoman Penilaian Produk Biosimilar
• Perka BPOM No. 21 Tahun 2015 Tata Laksana Persetujuan Uji Klinik
• Keputusan Kepala BPOM No. HK.00.05.3.00914 tahun 2002 Pemasukan Obat Jalur Khusus
Peraturan
Kepala Khasiat yang meyakinkan dan keamanan
Badan yang memadai dibuktikan melalui uji nonklinik
POM No.24 dan uji klinik
tahun 2017
Data dapat berasal dari
pengembangan dalam negeri atau
Obat yang Mutu yang memenuhi syarat sesuai dengan luar negeri.
registrasi.obat@pom.go.id Instagram
Email Facebook @registrasiobat.bpom
&
Twitter Youtube
@regobatbpom Direktorat Registrasi Obat
BPOM
STANDAR PENILAIAN
EFIKASI DAN KEAMANAN OBAT
Uji Non-Klinik
Farmakologi, Farmakokinetik, Assessment Reports PUSTAKA
Toksisitas dari negara dg sistem
evaluasi yang baik
Uji Klinik Fase I, (USA, Uni Eropa,
II, III, IV Australia), Kanada,
Biofarmasetika, Inggris, dan Jepang)
Farmakokinetik, Farmakodinamik,
Hubungan Dosis-respon, Efikasi dan
(supporting)
Keamanan
Menilai profil PK dan keamanan pada manusia pada pemberian dosis tunggal dan
• Menentukan peningkatan
• Menilai dosis
efikasi dan keamanan
Dilakukan pada subyek sehat dosis/posologi yang tepat obat pada populasi target.
bagi pasien
• Mendapatkan bukti awal
profil efikasi dan
keamanan obat Critical points:
• Non inferiority,
superiority
• Comparator, placebo
• Randomisasi, blinding
• Power study
• Endpoints
Ekivalensi farmaseutik,
ekivalensi terapeutik
Obat Obat
Generik Inovator
(in vivo / in vitro)
Nama Dagang dan Nama
Generik
Pedoman
ASEAN
33
Dosis yg tepat
34
Penggunaan Klinis yg tepat
35
Informasi Produk
SPC Tenaga kesehatan PIL Pasien
36
Cara Penyimpanan, Batas Kadaluarsa
37
Validitas Izin Edar
5
Kecuali Obat Kontrak/Lisensi Tahun
tergantung durasi
Dapatkerja sama
diperpanjang dengan Registrasi Ulan
38
Penutup
01
Penggunaan Obat Rasional
02
ditentukan oleh multisector:
pemerintah (BPOM, Kemnkes, pelaku
usaha dan masyarakat
Badan POM sebagai regulator
melakukan pemastian efikasi,
keamanan dan mutu obat
mulai sejak Pengembangan Badan POM melakukan pengawasan
0
hingga setelah digunakan oleh dengan memastikan kepatuhan
pasien pelaku usaha terhadap peratusan dan
pedoman yang berlakuk seperti
CUKB, CPOB, CDOB dll
Bahkan Badan POM tetap
0
memastikan obat aman hingga
setelah dikonsumsi oleh pasien
0
Badan POM telah melakukan
melalui pelaporan kejadian
evaluasi dan merilis informasi
tidak diinginkan (surveilans)
produk sebagai panduan
penggunaan obat yang
rasional
Terima
Kasih