Kelompok 4 - Bab 4,5,6 Lanjut y
Kelompok 4 - Bab 4,5,6 Lanjut y
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
MATA KULIAH :
Rekayasa Industri
DOSEN PENGAMPU :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk laporan ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan ini tepat waktu. Laporan ini disusun guna memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Rekayasa Industri di Universitas Negeri Medan. Selain itu, penulis juga berharap agar
laporan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang apa yang telah disampaikan.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2. Gambaran Umum Potensi Ekonomi........................................................................2
1.3. Gambaran Umum Industri.......................................................................................3
BAB II
ASPEK UMUM DAN ORGANISASI....................................................................................4
2.1. Legalitas Usaha..........................................................................................................4
2.2. Organisasi...................................................................................................................5
1.1.1 Bagan Organisasi.................................................................................................6
2.2.1. Alur Koordinasi antar tingkat jabatan.................................................................7
2.2.2. Analisis pekerjaan................................................................................................8
2.3. Personalia...................................................................................................................9
2.3.1. Kebutuhan Tenaga Kerja...................................................................................10
2.3.2. Tingkat Balas Jasa.............................................................................................15
BAB III....................................................................................................................................17
ASPEK PEMASARAN..........................................................................................................17
3.1. Permintaan...............................................................................................................17
3.1.1. Perkembangan Permintaan Selama ini..............................................................17
3.2.2. Prospek Permintaan di Masa Mendatang..........................................................18
3.2. Penawaran................................................................................................................20
3.2.1. Perkembangan Permintaan Selama ini..............................................................20
3.2.2. Prospek Penawaran di Masa Mendatang..........................................................21
3.3. Analisis penawaran dan Permintaan.....................................................................22
3.4. Program Pemasaran................................................................................................23
3.4.1. Tingkat Pelayanan.............................................................................................23
3.4.2. Penetapan Harga...............................................................................................24
3.4.3. Kegiatan Promosi...............................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bika Ambon adalah salah satu kue tradisional khas Indonesia, terutama dari
daerah Medan, Sumatera Utara. Kue ini terbuat dari adonan tepung tapioka, telur,
gula, dan santan yang dicampur dan dipanggang dalam loyang khusus dengan api
kecil hingga matang dan berpori-pori. Bika Ambon biasanya memiliki rasa manis dan
aroma pandan atau suji yang khas.
Kue bika ambon Medan merupakan salah satu kue tradisional yang banyak
diminati dan memiliki nilai jual, kue ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam
proses pembuatannya. Kesulitan dalam membuat kue bika ambon Medan ini antara
lain ialah pembentukan serat halus yang menjadi ciri khas kue ini, proses fermentasi
yang lama dan teknik yang berbeda dalam proses pemanggangannya. Oleh karena itu,
umumnya masyarakat lebih suka membeli dari pada membuat sendiri kue bika ambon
Medan ini. Kue ini memiliki daya tahan berkisar 3 – 4 hari.
Saat ini, bahan utama pembuatan kue bika ambon Medan menggunakan 100%
tepung tapioka (Manihot utilissima) kualitas terbaik, yang dibuat dari pati umbi
singkong. Pada beberapa tahun terakhir, Bika Ambon dengan penambahan ubi jalar
kuning semakin populer di Indonesia. Ubi jalar kuning memiliki rasa yang manis dan
kaya akan serat, vitamin A, dan antioksidan. Selain itu, ubi jalar kuning juga memiliki
warna yang menarik dan bisa menjadi alternatif pewarna alami untuk Bika Ambon.
Penambahan ubi jalar kuning dalam Bika Ambon juga memberikan nilai
tambah dalam segi kesehatan dan nutrisi, karena kue tersebut menjadi lebih kaya akan
nutrisi dan serat. Hal ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang
diperlukan oleh tubuh.
Pada penelitian ini ubi jalar kuning diaplikasikan sebagai bahan substitusi
dalam pembuatan kue bika ambon Medan karena memungkinan yaitu memiliki
struktur kemiripan dengan tepung tapioka maka dapat digunakan sebagai substitusi,
walau tidak dalam persentase tinggi perlu diteliti seberapa banyak sebagai bahan
utama pembuatan kue bika ambon Medan.Karena alasan tersebut, Bika Ambon
dengan penambahan ubi jalar kuning semakin populer dan banyak dicari oleh
masyarakat. Terdapat juga produsen Bika Ambon yang menambahkan inovasi pada
1
kue tersebut dengan penambahan berbagai macam bahan seperti keju, cokelat, atau
bahkan green tea.
Bika Ambon dengan penambahan ubi jalar kuning adalah inovasi dari kue
tradisional Bika Ambon yang telah ada sejak lama. Ubi jalar kuning ditambahkan ke
dalam adonan Bika Ambon sebagai tambahan bahan utama bersama dengan sagu,
telur, gula, dan santan. Kue Bika Ambon dengan penambahan ubi jalar kuning
memiliki rasa yang lebih lezat dan kaya akan nutrisi, karena ubi jalar kuning
mengandung serat, vitamin, dan antioksidan yang baik untuk kesehatan tubuh.
Kue bika ambon Medan sangat populer terutama di sepanjang Jalan Majapahit
dengan sekitar 30 toko kue bika ambon Medan yang bisa menjual hingga 1000 – 2000
kotak per hari (Nurjanah, 2015). Jika produksi kue bika ambon Medan bisa menjual
hingga 1000 – 2000 kotak perhari maka jumlah tepung tapioka yang digunakan adalah
75 – 150 kg perharinya.
Permintaan tepung tapioka di Indonesia cenderung meningkat karena
peningkatan jumlah industri makanan yang menggunakan bahan baku tapioka. Selama
ini, sebagian besar hasil produksi tapioka hanya mampu memenuhi kebutuhan
beberapa wilayah di Indonesia, antara lain Surabaya, Bogor, Indramayu dan
Tasikmalaya (Bank Indonesia, 2009:7).
Hal tersebut mengindikasikan masih luasnya potensi usaha dan permintaan
tapioka di Indonesia. Produksi tepung tapioka di Lampung Timur pada tahun 2003
mencapai 56 927,08 ton (yang tercatat pada Dinas Pertanian Lampung Timur) di
mana produksi tersebut belum mampu memenuhi pasar dalam negeri.
Pada tahun 1996 sampai 2001 Indonesia menghasilkan rata-rata 15 sampai 16
juta ton tepung tapioka dari industry tepung tapioka yang berlokasi di Sumatera, Jawa,
dan Sulawesi. Jumlah produksi tapioka yang terserap pasar dalam negeri sebanyak 13
juta ton dan permintaan dalam negeri mengalami peningkatan 10% per tahun. Saat ini,
produksi tapioka Indonesia belum dapat memenuhi pasar dengan maksimal karena
setiap tahun meningkat 10% atau 1,3 juta ton pertahun. Sementara 70% produksi
dihasilkan dari Pulau Sumatera, sedangkan 30% merupakan produksi Pulau Jawa dan
Sulawesi (Bank Indonesia, 2009:7).
Bika Ambon dengan penambahan ubi jalar kuning juga memiliki potensi
ekonomi yang menjanjikan. Kue tersebut semakin populer dan banyak dicari oleh
2
masyarakat sebagai alternatif makanan ringan yang sehat dan bergizi. Hal ini
berdampak pada peningkatan permintaan dan penjualan Bika Ambon dengan
penambahan ubi jalar kuning di pasaran.Selain itu, Bika Ambon dengan penambahan
ubi jalar kuning juga memberikan peluang bisnis bagi produsen makanan dan
UMKM. Dengan inovasi ini, variasi produk kue Bika Ambon yang dapat menarik
minat konsumen. Selain itu, bahan-bahan yang digunakan juga mudah didapatkan di
pasaran sehingga biaya produksi dapat ditekan.
Industri Bika Ambon dengan penambahan ubi jalar kuning berkembang cukup
pesat dalam beberapa tahun terakhir. Permintaan yang tinggi dari konsumen membuat
industri ini semakin berkembang dan berinovasi dalam menciptakan produk-produk
baru dan berkualitas. Industri Bika Ambon dengan penambahan ubi jalar kuning juga
turut berperan dalam meningkatkan perekonomian daerah dan nasional. Industri ini
dapat memperluas pasar dan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat
sekitar. Selain itu, penggunaan bahan-bahan lokalseperti ubi jalar kuning juga dapat
mendukung pertumbuhan industri pertanian.
3
BAB II
1. Izin Usaha
Pembuatan makanan komersial harus memiliki izin usaha yang sah. Izin
usaha ini dapat diperoleh dari instansi pemerintah terkait seperti Dinas
Kesehatan, Dinas Perdagangan, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM). Pemilik usaha juga harus memastikan bahwa lokasi usaha sudah
sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.
2. Sertifikasi Halal
Bagi produk makanan yang akan dijual secara nasional atau internasional,
sertifikasi halal sangat penting untuk dipenuhi. Sertifikasi halal ini dapat
diperoleh dari Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika
Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).
3. Hak Cipta
Jika pemilik usaha ingin melindungi inovasinya dalam pembuatan Bika
Ambon dengan penambahan ubi jalar kuning, maka perlu untuk mengurus hak
cipta. Dalam hal ini, pemilik usaha harus mengajukan permohonan hak cipta
ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum
dan HAM.
4. Perpajakan
Sebagai pelaku usaha, pemilik usaha juga harus memperhatikan kewajiban
perpajakan. Hal ini dapat diurus dengan mendaftarkan usaha ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) terdekat dan memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
4
juga memberikan kepercayaan kepada konsumen mengenai kualitas dan keamanan
produk yang dihasilkan.
2.2. Organisasi
Berikut adalah contoh struktur organisasi untuk tim inovasi pembuatan Bika
Ambon dengan penambahan ubi jalar kuning:
1. Direktur Utama
Bertanggung jawab atas keseluruhan operasi perusahaan dan strategi
inovasi
Mengambil keputusan strategis untuk memperluas bisnis dan
meningkatkan kinerja perusahaan
2. Manajer Inovasi Produk
Bertanggung jawab atas pengembangan produk baru dan inovatif,
termasuk Bika Ambon dengan penambahan ubi jalar kuning
Menjalin hubungan dengan pemasok bahan baku dan mengembangkan
proses produksi yang optimal
Menguji produk dan mengoptimalkan formulasi untuk memastikan
kualitas dan keunggulan rasa
3. Ahli Riset dan Pengembangan
Melakukan riset dan pengembangan untuk menciptakan resep baru yang
lebih sehat dan lezat
Mengembangkan proses produksi yang efisien dan ekonomis untuk
mempercepat waktu produksi dan meningkatkan kualitas
4. Ahli Pemasaran dan Penjualan
Mengembangkan strategi pemasaran yang efektif untuk memasarkan
produk ke konsumen
Bertanggung jawab atas promosi dan penjualan produk
Melakukan riset pasar dan analisis tren untuk memperluas pasar dan
meningkatkan penjualan
5. Ahli Produksi
Bertanggung jawab atas produksi massal Bika Ambon dengan
penambahan ubi jalar kuning
Menjaga kualitas produk dan efisiensi produksi
5
Memastikan kepatuhan pada standar keselamatan dan kebersihan
6. Tim Kreatif
Melakukan desain kemasan produk yang menarik dan inovatif
Membuat materi promosi yang menarik dan efektif untuk
memperkenalkan produk ke konsumen
7. Staf Administratif
Mendukung kegiatan operasional dan administratif tim inovasi
pembuatan Bika Ambon dengan penambahan ubi jalar kuning
Melakukan tugas-tugas administratif seperti pengelolaan dokumen,
pengaturan rapat, dan manajemen inventaris.
DIREKTUR
PRODUKSI DESAIN
MASSAL KEMASAN
PENGEMBANGAN
PRODUK BARU RISET
RESEP
STRATEGI
BARU MATERI
PEMASARAN
MITRA PROMOSI KEGIATAN
KERJA OPERASIONAL
DAN
PROMOSI ADMINISTRATIF
PENGEMBANGAN DAN
PENGUJIAN PROSES PENJUALAN KUALITAS
PRODUK PRODUKSI PRODUK
RISET PASAR
DAN ANALISIS STANDAR
TREN KESELAMATAN
DAN TUGAS TUGAS
KEBERSIHAN ADMINISTRASI
6
2.2.1. Alur Koordinasi antar tingkat jabatan
7
2.2.2. Analisis pekerjaan
8
2.3. Personalia
Karyawan atau tenaga kerja adalah asset penting dalam menjalankan usaha
inovasi pembuatan bika ambon dengan penambahan ubi jalar kuning. Oleh karena
itu, perlu diperhatikan kebutuhan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah,
kualifikasi, dan kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan usaha
dengan baik.
Dalam usaha inovasi pembuatan bika ambon dengan penambahan ubi jalar
kuning, personalia memiliki peran penting dalam mengelola karyawan atau tenaga
kerja. Berikut adalah pembagian dan tugas personalia dalam usaha tersebut:
Manager
Manager bertanggung jawab dalam mengelola seluruh aspek
personalia di perusahaan. Beberapa tugas HR Manager dalam usaha
pembuatan bika ambon dengan penambahan ubi jalar kuning antara lain:
a. Menentukan kebijakan dan strategi personalia
b. Membuat rencana pengembangan karir dan pelatihan karyawan
c. Mengelola rekrutmen, seleksi, dan penempatan karyawan
d. Menetapkan kebijakan kompensasi dan benefit untuk karyawan
e. Mengelola kinerja karyawan dan program penghargaan
f. Menangani masalah dan konflik karyawan
Staf
Staff berperan dalam mendukung tugas HR Manager dalam
mengelola personalia. Beberapa tugas HR Staff dalam usaha pembuatan
bika ambon dengan penambahan ubi jalar kuning antara lain:
a. Mengelola administrasi personalia seperti pengarsipan dokumen
karyawan
b. Mengelola absensi, cuti, dan penggajian karyawan
c. Menyusun dan memelihara database karyawan
d. Mengelola program pelatihan dan pengembangan karyawan
e. Mendukung proses rekrutmen dan seleksi karyawan
Marketing Manager
Marketing Manager bertanggung jawab dalam mengembangkan dan
mengeksekusi strategi pemasaran perusahaan. Beberapa tugas Marketing
9
Manager dalam usaha pembuatan bika ambon dengan penambahan ubi
jalar kuning antara lain:
a. Menentukan target pasar dan strategi pemasaran
b. Membuat rencana promosi dan penjualan produk
c. Menjalin hubungan dengan pelanggan dan mitra bisnis
d. Menangani riset pasar dan analisis kompetitor
e. Mengelola anggaran pemasaran dan evaluasi hasil kampanye
pemasaran
Marketing Staff
Marketing Staff berperan dalam mendukung tugas Marketing
Manager dalam menjalankan aktivitas pemasaran. Beberapa tugas
Marketing Staff dalam usaha pembuatan bika ambon dengan penambahan
ubi jalar kuning antara lain:
a. Mengumpulkan data dan informasi pasar
b. Mengelola media sosial dan konten pemasaran
c. Membantu pelaksanaan kampanye pemasaran
d. Menangani hubungan dengan pelanggan dan mitra bisnis
e. Membuat laporan hasil pemasaran dan evaluasi
Operational
Operational bertanggung jawab dalam mengelola seluruh aspek
operasional perusahaan. Beberapa tugas Operational Manager dalam
usaha pembuatan bika ambon dengan penambahan ubi jalar kuning antara
lain:
a. Menyusun rencana operasional dan mengelola sumber daya
b. Menentukan standar operasional dan prosedur kerja
c. Menjaga kualitas produk dan layanan
d. Menangani masalah produksi dan logistik
e. Membuat laporan hasil operasional dan evaluasi
Production Staff
Production Staff berperan dalam menjalankan aktivitas produksi.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen
personalia antara lain
10
2.3.1. Kebutuhan Tenaga Kerja
Keterangan :
11
C = Jumlah hari libur dalam setahun
Jam kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal dikurangi dengan
waktu kerja yang hilangkarena tidak bekerja (allowance) seperti melepas
lelah, istirahat makan, dansebagainya.Allowancediperkirakan rata-rata
sekitar 30 persen dari jumlah jam kerja formal. Dalammenghitung jam
kerja efektif sebaiknya digunakan ukuran 1 minggu.
∑ WPT
Keterangan :
BT = jumlah beban tugas dalam waktu tertentu
SKR = standar kemampuan rata-rata waktu penyelesaian tugas
12
WPT = waktu penyelesaian tugas
Tingkat Absensi : Hari Kerja yang Hilang
13
Alasan yang sering terjadi adalah sakit. Sebab lain dikarenakan
oleh sulitnyatransportasi, keperluan pribadi, dan menjaga anaknya.
Dengan alas an tersebut perusahaan akan mudah menganalisa
keputusan yang akan diambil untuk mengatasi sebab ketidak
hadiran.
c. Memperhatikan kelompok umur yang sering absen
Pada umumnya karyawan dalam usia belasan mempunyai
kecenderungan sering tidakhadir. Sedangkan bagi karyawan yang
cukup umur, biasanya mereka jarang masukkerja. Tetapi karyawan
yang termasuh golongan tua absensinya sering dalam waktulama
karena sebab kesehatan.
d. Kelompok jenis kelamin
Kelompok karyawati pada umumnya cenderung sering tidak
hadir karena permasalahanupah yang terlalu rendah dan pekerjaan
yang dianggap tidak menyenangkan.
e. Hari-hari sering tidak masuk kerja
Tabulasi hari-hari sering tidak masuk kerja, akan bisa
memberikan pola yang sangatmenarik. Biasanya hari tersebut hari
sabtu dan senin, sesudah hari gajian atau sesudahhari libur.
f. Kondisi kerja
Tingkat absensi yang tinggi bisa juga dipengaruhi oleh kondisi
kerja yang buruk, pekerjaan yang membosankan dan rekan kerja
yang tidak menyenangkan.
2. Perputaran Tenaga Kerja atauTurnover
Analisa perputaran karyawan perlu dilakukan karena turnover diartikan
sebagai aliran parakaryawan yang masuk dan keluar perusahaan. Turnover
merupakan petunjuk kestabilankaryawan. Semakin tinggi turnover berarti
semakin sering terjadi pergantian karyawan. Dan halini akan merugikan
perusahaan, karena apabila seorang karyawan meninggalkan
perusahaanakan membawa berbagai biaya antara lain adalah :
a. Biaya penarikan karyawan. Menyangkut waktu dan fasilitas untuk
wawancara, penarikan dan mempelajari penggantian.
b. Biaya latihan. Menyangkut waktu pengawas, departemen personalia
dan karyawan yangdilatih.
14
c. Apa yang dikeluarkan buat karyawan lebih kecil dari yang dihasilkan
karyawan barutersebut.
d. Tingkat kecelakaan para karyawan baru, biasanya cenderung tinggi.
e. Adanya produksi yang hilang selama masa pergantian karyawan.
f. Peralatan produksi yang tidak bisa digunakan sepenuhnya.
g. Banyaknya pemborosan karena adanya karyawan baru.
h. Perlu melakukan kerja lembur, kalau tidak akan mengalami penundaan
pekerjaan.
Accesions rate = jml. penambahan naker x 100%
jml. naker rata-rata
Tingkat balas jasa atau kompensasi karyawan harus sesuai dengan standar
upah / gaji / tunjangan yang berlaku di daerah atau wilayah tempat usaha berada.
15
Perlu diperhatikan pula kelayakan upah / gaji / tunjangan untuk masing-masing
posisi berdasarkan kualifikasi dan kemampuan yang dibutuhkan. Beberapa faktor
yang perlu diperhatikan dalam menentukan tingkat balas jasa antara lain :
16
BAB III
ASPEK PEMASARAN
3.1. Permintaan
17
Dalam aspek pemasaran, produk inovasi ini memiliki beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi permintaan konsumen, di antaranya adalah:
1. Keunikan Produk
Dengan penambahan ubi jalar kuning pada bika ambon, produk inovasi
ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bika ambon biasa.
Keunikan produk ini dapat menjadi daya tarik bagi konsumen yang ingin
mencoba variasi rasa baru.
2. Kualitas Produk
Kualitas produk juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi
permintaan konsumen. Produk inovasi ini harus memiliki kualitas yang
baik, mulai dari bahan baku yang berkualitas, proses pembuatan yang
higienis, hingga rasa yang enak dan tahan lama.
3. Branding Produk
Brand atau merek produk inovasi ini juga mempengaruhi permintaan
konsumen. Brand yang kuat dan dikenal di pasaran dapat meningkatkan
kepercayaan konsumen terhadap produk ini.
4. Promosi
Promosi juga dapat mempengaruhi permintaan konsumen. Promosi
yang efektif dapat meningkatkan pengetahuan konsumen tentang produk
inovasi ini dan memotivasi mereka untuk mencoba produk ini.
Potensi usaha bika ambon memang sangat bagus. Usaha bika ambon yang
telah lama dijalankan masyarakat hingga kini masih saja bertahan dan eksis.
18
Usaha bika ambon menjadi salah satu usaha kue basah yang menguntungkan dan
peminatnya sangat besar. Bika ambon banyak dicari dan dibeli masyarakat setiap
waktu dengan jumlah permintaan yang besar. Usaha bika ambon dari dahulu
hingga sekarang berkembang pesat di Indonesia. Usaha kue basah ini bahkan
tidak pernah mati dan tumbuh dengan berbagai inovasi dan kreasi yang makin
bagus. Usaha bika ambon juga menjadi salah satu usaha dengan untung besar
yang diraih bagi pelakunya. Di berbagai derah di Indonesia bika ambon memang
menjadi salah satu jenis kue yang paling banyak dicari, baik untuk kebutuhan
konsumsi, jamuan tamu, oleh-oleh juga pemanis dalam berbagai acara dan
kegiatan masyarakat. Kebutuhan bika ambon dalam jumlah besar sehingga
menjalankan usaha bika ambon merupakan salah satu cara menambah
penghasilan yang menguntungkan. Usaha bika ambon menjadi salah satu usaha
kue basah dengan keuntungan yang sangat menjanjikan. Jumlah penggemar bika
ambon yang terbilang tinggi menjadikan usaha bika ambon memiliki potensi yang
menggiurkan. Meski usaha bika ambon ini sudah banyak ditekuni masyarakat kita
namun peminat bika ambon ini tak surut bahkan makin meningkat. Tingginya
penggemar bika ambon, membuat bika ambon ini berkembang pesat hingga saat
ini.
Dahulunya bika ambon hanya dijual di pedagang keliling, namun sekarang
ini bika ambon telah banyak bermunculan di berbagai restoran dan hotel mewah
ataupun outlet yang menjual bika ambon.
19
usaha dari bika ambon ini bisa dilakukan untuk Anda para ibu rumah tangga,
pedagang, petani, karyawan, pegawai, buruh, mahasiswa, pelajar dan profesi
lainnya. Keuntungan memilih terjun di peluang dari usaha bika ambon ini yakni
merupakan kue basah yang banyak dicari dan diburu berbagai kalangan, dengan
harga cukup terjangkau bika ambon mudah untuk dibeli semua orang. Rasa bika
ambon yang disukai banyak orang dengan rasa gurih dan lezat menjadikan usaha
bika ambon menjadi pilihan usaha kuliner yang paling banyak diburu oleh
masyarakat. Kesimpulan yang telah kami dapat, peluang usaha bika ambon ini
menjanjikan dari dulu hingga sekarang dan untuk dimasa yang akan mendatang
dengan adanya inovasi-inovasi pembuatan bika ambon yang makin terbaru
dengan resep-resep yang menggiurkan dan tak akan bosan untuk dicoba oleh
konsumen.
3.2. Penawaran
Kue bika ambon Medan merupakan salah satu kue tradisional yang banyak
diminati dan memiliki nilai jual, kue ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi
dalam proses pembuatannya. Kesulitan dalam membuat kue bika ambon Medan
ini antara lain ialah pembentukan serat halus yang menjadi ciri khas kue ini,
proses fermentasi yang lama dan teknik yang berbeda dalam proses
pemanggangannya. Oleh karena itu, umumnya masyarakat lebih suka membeli
dari pada membuat sendiri kue bika ambon Medan ini. Kue bika ambon Medan
sangat populer Diaman kue tersebut menjadi salah satu oleh khas kota medan
yang sangat digemari terutama di sepanjang Jalan Majapahit dengan sekitar 30
toko kue bika ambon Medan yang bisa menjual hingga 1000 – 2000 kotak/ hari .
Jika produksi kue bika ambon Medan bisa menjual hingga 1000 – 2000 kotak
perhari maka jumlah bahan baku yang digunakan pastinya akan terus meningkat.
20
Adannya inovasi baru Bika Ambon dengan penambahan ubi jalar kuning
merupakan inovasi yang menjadi salah satu peluang usaha dimana pembeli tidak
hanya mencoba varian original dari Bika Ambon tetapi juga dapat merasakan
inovasi baru denga bahan dasar berbeda dan tentunya memiliki kandungan gizi
yang lebih baik dikarenakan ubi jalar kuning yang mengandung vitamin A,
vitamin B, dan zat antioksidan. Jenis antioksidan yang terkandung dalam umbi ini
yaitu beta karoten, asa, klorogenat ,antosianin.
21
bergantung pada harga produk sekarang, selain itu harus juga memperhatikan dan
menyesuaikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran lainnya.
22
3.4. Program Pemasaran
Pemasaran ialah proses sosial antara individu atau kelompok yang ingin
mendapatkan sesuatu atau produk yang mereka butuhkan dengan menciptakan,
menawarkan barang atau jasa yang melakukan pertukaran produk yang mempunyai
mutu atau kualitas dengan pihak lain. Pemasaran merupakan suatu porses yang
dilakukan oleh organisasi atau perusahaan dalam menciptakan nilai untuk pelanggan
serta membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan yang bertujuan agar
menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Pemasaran ialah tindakan-
tindakan yang mempengaruhi permintaan produk seperti melakukan tingkat
pelayanan, menetapkan harga produk, melakukan berbagai promosi. Apabila program
pemasaran dilakukan dengan benar dan tepat maka akan berdampak baik bagi
konsumen dimana konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap produk.
23
dapat mencakup cara berkomunikasi yang efektif dengan konsumen,
pengetahuan tentang produk, dan keterampilan dalam menyelesaikan
masalah.
b. Fasilitas yang memadai: Fasilitas yang memadai seperti area parkir yang
luas, ruang tunggu yang nyaman, dan toilet yang bersih dapat memberikan
kenyamanan kepada konsumen.
c. Responsif terhadap keluhan: Jika konsumen mengalami masalah atau
keluhan terkait produk, maka perusahaan harus responsif dalam
menanggapi dan menyelesaikan masalah tersebut.
Aspek Keuangan
Pada aspek keuangan ini, bisnis kami mendapat modal dari bagi modal yang terdiri
dari 4 orang, per orangnya mengeluarkan modal Rp 500.000,00. Jadi Modal awal kita
sebesar Rp 3.000.000,00. Berikut ini kami tampilkan proyeksi keuangan kami dalam
1 bulan.
Harga Bahan:
24
Gula Pasir Rp. 14.000,00 / kg
Ubi Jalar Kuning Rp. 12.000,00/ buah
Kelapa Rp. 3000,00/ buah
Tepung Kanji Rp. 10.000,00 / kg
Pendapatan
Harga 1 loyang Rp. 35.000,00 x 300 loyang = Rp. 10.500.000,00
Biaya Angkut Rp 80.000,00
Biaya Tenaga Kerja Rp 4.000.000,00
Biaya Bahan Baku Rp 3.000.000,00
Laba Rp 3.420.000,00
25
Proposal usaha Bika Ambon Ubi Jalar Kuning- Mengingat jumlah dana
yang diperlukan lumayan besar, maka sebaiknya sumber pendanaan akan lebih
baik dari semua anggota yang ingin berpartisipasi membangun usaha Bika
Ambon Ubi Jalar Kuning. Dan dapat disimpulkan harga jual bika ambon ubi jalar
kuning ini lebih murah dibandingkan harga bika ambon yang ada sekarang,
dengan kualitas yang sama baiknya dan dari segi manfaat yaitu gizi dalam bika
ambon ubi jalar kuning ini memiliki khas dan menjadi pilihan terbaik untuk
konsumen.
Kegiatan promosi menjadi salah satu aspek pemasaran yang penting dalam
memasarkan produk inovatif seperti bika ambon dengan penambahan ubi jalar
kuning. Beberapa kegiatan promosi yang dapat dilakukan untuk memperkenalkan
produk baru ini antara lain:
a. Iklan : Perusahaan dapat membuat iklan tentang produk inovatif ini di
media cetak atau elektronik seperti koran, majalah, radio, atau televisi.
Iklan ini dapat menjangkau banyak konsumen dan membantu
meningkatkan kesadaran merek.
b. Event atau Pameran : Perusahaan dapat mengadakan event atau pameran
khusus untuk memperkenalkan produk inovatif ini kepada konsumen.
Event atau pameran ini dapat menampilkan produk dan memberikan
informasi tentang keunggulan dan manfaat dari produk inovatif ini.
c. Promosi Khusus: Perusahaan dapat memberikan promosi khusus seperti
diskon, voucher belanja, atau hadiah kepada konsumen yang membeli
produk inovatif ini. Promosi khusus ini dapat menarik minat konsumen
untuk mencoba produk baru ini.
d. Endorsement : Perusahaan dapat meminta dukungan dari selebriti atau
influencer untuk mempromosikan produk inovatif ini. Endorsement ini
dapat menarik minat konsumen untuk mencoba produk baru ini.
e. Media Sosial :Perusahaan dapat menggunakan media sosial untuk
mempromosikan produk inovatif ini. Dengan menggunakan media sosial,
perusahaan dapat memperkenalkan produk baru ini kepada banyak
konsumen dan membangun keterlibatan dengan konsumen.
26
Dengan melakukan kegiatan promosi yang tepat, perusahaan dapat
memperkenalkan produk inovatif ini kepada konsumen potensial dan membantu
meningkatkan kesadaran merek serta penjualan produk bika ambon dengan
penambahan ubi jalar kuning.
BAB IV
Identifikasi dan persiapan bahan baku: Identifikasi bahan baku utama untuk
membuat bika ambon seperti tepung terigu, gula, telur, santan, ragi, dan air. Selain itu,
persiapkan juga ubi jalar kuning yang sudah dikupas, dicuci, dan diiris-iris tipis.
27
lokasi untuk agribisnis di Sumatera Utara, seperti "Evaluasi
Kelayakan Lokasi Agribisnis di Sumatera Utara" oleh Dian Nurmala
Sari, dkk.
1) Ruang Produksi:
Area produksi yang luas dan steril untuk pembuatan
Bika Ambon dengan fasilitas kebersihan yang tinggi.
Area penyimpanan bahan baku seperti tepung terigu,
ubi jalar kuning, gula, telur, dan bahan-bahan lain yang
diperlukan.
Meja kerja dan peralatan pembuatan seperti mixer,
oven, cetakan Bika Ambon, dan peralatan pengukur
untuk menghasilkan produk yang konsisten.
2) Bahan Baku:
Ubi jalar kuning segar dan berkualitas tinggi sebagai
bahan tambahan dalam pembuatan Bika Ambon.
Bahan baku utama seperti tepung terigu, gula, telur,
ragi, dan air dengan kualitas terbaik dan sesuai standar
keamanan pangan.
Bahan tambahan seperti vanili, emulsifier, atau bahan
pewarna alami (jika diperlukan) yang diperoleh dari
sumber yang terpercaya.
3) Peralatan Pengolahan:
28
Mesin penggiling untuk mengolah ubi jalar kuning
menjadi bentuk yang dapat dicampurkan dalam adonan
Bika Ambon.
Mixer atau pengaduk adonan untuk mencampurkan
bahan-bahan secara merata.
Oven dengan kontrol suhu yang baik untuk
memanggang Bika Ambon dengan sempurna.
Cetakan khusus Bika Ambon yang sesuai dengan
ukuran dan bentuk yang diinginkan.
4) Fasilitas Pendukung:
Sistem pendingin udara atau AC untuk menjaga suhu
ruangan agar sesuai dengan kebutuhan produksi.
Sistem ventilasi yang baik untuk sirkulasi udara yang
optimal.
Sistem penyimpanan untuk menyimpan produk jadi
sebelum didistribusikan ke pasar.
Peralatan kebersihan seperti sink, alat pembersih, dan
sanitasi yang memadai untuk menjaga kebersihan
selama proses produksi.
5) Tenaga Kerja:
Tenaga kerja terampil dalam pembuatan Bika Ambon
yang mengerti proses produksi dan memiliki
pengetahuan tentang penggunaan ubi jalar kuning dalam
resep.
Staf yang terlatih dalam menjaga kebersihan dan
sanitasi, serta mengikuti standar produksi yang
ditetapkan.
6) Pengujian dan Pengembangan:
Laboratorium untuk melakukan pengujian kualitas
bahan baku dan produk jadi.
Tim pengembangan produk yang bertugas untuk
melakukan penelitian dan pengujian inovasi dalam
pembuatan Bika Ambon dengan penambahan ubi jalar
29
kuning, termasuk pengujian rasa, tekstur, dan daya
simpan produk.
Bagian Tenaga Ahli dan Tenaga Kerja Biasa dalam Inovasi Pembuatan
Bika Ambon dengan Penambahan Ubi Jalar Kuning (Ipomea Batatas L.)
terdiri dari:
1) Tenaga Ahli:
Ahli Pangan: Memiliki pengetahuan mendalam tentang
teknologi pangan, formulasi, dan proses produksi
pangan. Mereka dapat memberikan panduan teknis
dalam pengembangan inovasi pembuatan Bika Ambon
dengan penambahan ubi jalar kuning, termasuk
pemilihan bahan baku, pemrosesan, dan pemantauan
kualitas produk.
Ahli Riset: Bertanggung jawab untuk melakukan
penelitian dan pengembangan terkait inovasi produk.
Mereka mampu mengumpulkan data, menganalisis
hasil, dan memberikan rekomendasi terkait formulasi,
kualitas, dan keamanan produk Bika Ambon dengan
penambahan ubi jalar kuning.
Ahli Pertanian: Memiliki pengetahuan tentang budidaya
ubi jalar kuning, mulai dari pemilihan varietas yang
sesuai, teknik penanaman, perawatan, dan panen.
Mereka dapat memberikan informasi tentang cara
30
mendapatkan ubi jalar kuning berkualitas tinggi sebagai
bahan tambahan dalam pembuatan Bika Ambon.
2) Tenaga Kerja Biasa:
Ahli Pembuat Kue: Memiliki keahlian dalam
pembuatan kue tradisional, termasuk Bika Ambon.
Mereka dapat menguasai teknik mengolah adonan,
proses pemanggangan, dan penanganan produk jadi.
Operator Peralatan: Bertanggung jawab untuk
mengoperasikan dan merawat peralatan produksi seperti
mixer, oven, penggiling, dan cetakan Bika Ambon.
Mereka harus memahami prosedur operasional yang
benar dan menjaga kebersihan peralatan.
Pekerja Produksi: Melakukan tugas-tugas produksi
harian seperti menyiapkan bahan baku, mencampur
adonan, memanggang Bika Ambon, dan melakukan
proses pengepakan. Mereka harus mengikuti instruksi
kerja dan memastikan kebersihan dan kualitas produk
sesuai standar.
Kerjasama yang baik antara tenaga ahli dan tenaga kerja biasa
akan menjadi kunci kesuksesan dalam mengimplementasikan inovasi
pembuatan Bika Ambon dengan penambahan ubi jalar kuning.
31
telur, dan ragi instan merk Saft-instant. Bahan yang digunakan dalam
analisis adalah n-heksan, HgO, K2 S2 O4 , H2 SO4 98%, akuades,
lempeng Zn, NaOH 50%, indikator metil merah 1%, HCl 0,1 N, NaOH
0,1 N, HCl 2 N, larutan luff schoorl, KI 10%, H2 SO4 25 %, natrium
tiosulfat 0,1 N, indikator amilum 1%, H2 SO4 0,255 N, NaOH 0,313 N,
K2 SO4 10%, alkohol 95%, etanol 96%, dan larutan DPPH. Alat yang
digunakan dalam pembuatan bika ambon adalah pisau, sendok, oven,
talenan, timbangan, gelas ukur, mangkuk, sendok makan, dandang,
loyang, mixer, kompor gas, blender, dan saringan. Alat untuk analisis
adalah oven, cawan porselen, timbangan analitik, penjepit, spatula,
desikator, kertas saring, labu lemak, soxhlet, beaker glass, labu kjeldahl,
gelas ukur, labu destilasi, erlenmeyer, biuret, kondensor, kertas lakmus,
booth dan alat tulis.
Pembuatan bika ambon mengacu pada Zumrotin (2016). Telur
sebanyak 2 butir (± 110 g), kuning telur 1 butir (± 20 g), dan gula 90 g
dimasukkan ke dalam wadah dan diaduk sampai warna adonan menjadi
kuning pucat. Lalu ditambahkan adonan biang 60 g, tapioka dan puree
ubi jalar kuning sesuai perlakuan sambil terus diaduk hingga tidak
menggumpal. Lalu dimasukkan santan 140 g sambil terus diaduk
hingga homogen. Adonan difermentasi selama 2 jam, selanjutnya
dimasukkan ke dalam cetakan, dan dipanggang dalam oven pada suhu
150-160o C selama ± 45 menit. Bika ambon yang telah matang
dikeluarkan dari oven dan didinginkan.
32
seperti bahan, kebutuhan pelanggan, serta hal lain yang menjadi output untuk pelanggan bika
ambon itu sendiri. Rencana operasional usaha berfokus dalam memastikan agar perusahaan
berhasil mengubah input menjadi output dengan cara efisien.
Proses operasi ialah proses menciptakan barang atau jasa dengan mengubah input
menjadi output dan akan didistribusikan kepada konsumen sehingga menghasilkan produk
atau jasa. Proses operasi perusahaan terdiri dari rencana penjualan, rencana persediaan
produk, penjadwalan pegawai serta penggajian pegawai, melakukan pengawasan, dan
melakukan pengawasan biaya dari penjualan maupun pemesanan. Proses operasi usaha
melakukan alur pekerjaan drai awal hingga akhir agar pencapaian tujuan dapat dilaksanakan
secara efektif dan dapat meminimalisir risiko yang mungkin akan terjadi saat bisnis
berlangsung.
Kebutuhan bahan operasi dalam pembuatan bika ambon dengan penambahan ubi
kuning dikelola oleh masing-masing petugas yang berkoordinasi didalamnnya. Pemimpin
membagikan tugas sesuai dengan kebutuhan bahan operasi yang meliputi pendanaan, jumlah
produk, dan kegiatan pemasaran produk.
Kegiatan perawatan mesin dan alat produksi melewati serangkaian aktifitas untuk
menjaga fasilitas produksi senantiasa efektif dan efisien sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan berdasarkan standar ( fungsional dam kualitas ).
33
BAB V
ASPEK KEUANGAN
Peralatan Harga
34
piring Rp. 192,000
Penyusutan mesin oven roti 1/62 x Rp. 1.209.500 Rp. 20,000
Penyusutan kompor dan gas 1/62 x Rp. 323.500 Rp. 5,000
35
Penyusutan wadah 1/44 x Rp. 80.500 Rp. 2,000
Penyusutan mesin pemarut kelapa 1/62 x Rp. 450.500 Rp. 7,000
Penyusutan nampan dan serbet 1/44 x Rp. 64.500 Rp. 1,500
Biaya Variabel
36
daun jeruk Rp. 3,000 x 30 = Rp. 90,000
37
Rp. 13,680,000 – 11,325,500 = Rp. 2,354,500
Berdasarkan atas deskripsi dari perhitungan analisa usaha bika ambon yang tercantum di
atas, dengan melihat asumsi tersebut maka akan mengeluarkan sejumlah biaya yang bernilai
Rp7,806,000 yang dialokasikan untuk biaya investasi, serta anggaran alokasi penggunaan
biaya tetap senilai Rp 780,500 untuk kebutuhan biaya variabel Rp 10,545,000 dan juga
anggaran Rp 11,325,500 untuk total biaya operasional. Dari analisa usaha bika ambon ini
dapat diasumsikan untuk waktu satu bulan totalnya penerimaan yang di peroleh dari
penjualan bika ambon sebanyak 76 porsi dalam sehari dengan dibanderol Rp 6.000 per porsi
akan mendapatkan rata-rata penjualan bika ambon perhari dengan mengantongi uang
berjumlah Rp 456,000. Namun bila dihitung dalam waktu satu bulannya usaha bika ambon
akan mendapatkan hasil Rp 2,354,500. Sehingga dapat dideskripsikan bilamana usaha bika
ambon sangat menguntungkan dengan harga nilai jual yang terjangkau. Untuk kembali modal
berjualan dari bika ambon ini selama 3 bulan.
1) Rencana Bisnis:
38
Menyertakan informasi tentang bagaimana penambahan ubi jalar
kuning akan mempengaruhi kualitas, rasa, dan keunikan produk
Bika Ambon.
2) Jumlah Pinjaman:
3) Justifikasi Pinjaman:
39
5) Proses Pinjaman:
1. Pendapatan:
Estimasi penjualan Bika Ambon dengan penambahan ubi jalar
kuning berdasarkan analisis pasar, potensi pangsa pasar, dan
permintaan yang diharapkan.
Menghitung jumlah unit yang akan dijual dan harga jual per unit.
40
Proyeksi pendapatan bulanan atau tahunan selama periode tertentu,
dengan mempertimbangkan pertumbuhan penjualan dari waktu ke
waktu.
2. Biaya Produksi:
Mencantumkan semua biaya produksi yang terkait dengan inovasi
pembuatan Bika Ambon dengan penambahan ubi jalar kuning,
termasuk bahan baku, bahan tambahan, tenaga kerja, dan biaya
overhead.
Menghitung biaya produksi per unit, dengan memperhitungkan
efisiensi produksi dan skala ekonomi yang mungkin terjadi seiring
dengan pertumbuhan produksi.
3. Biaya Pemasaran dan Promosi:
Menyertakan biaya pemasaran dan promosi yang diperlukan untuk
memperkenalkan inovasi Bika Ambon dengan penambahan ubi
jalar kuning ke pasar.
Biaya ini dapat mencakup kegiatan pemasaran seperti iklan,
promosi penjualan, pengembangan kemasan, partisipasi dalam
pameran atau acara khusus, dan kegiatan pemasaran digital.
4. Biaya Operasional:
Memperhitungkan semua biaya operasional yang terkait dengan
pengelolaan bisnis, termasuk biaya sewa atau pemeliharaan
fasilitas, utilitas, biaya administrasi, asuransi, dan lain-lain.
Menghitung biaya operasional bulanan atau tahunan yang
diharapkan untuk menjalankan inovasi pembuatan Bika Ambon
dengan penambahan ubi jalar kuning.
5. Margin Keuntungan:
Menghitung margin keuntungan kotor berdasarkan selisih antara
pendapatan dan biaya produksi.
Memperhitungkan margin keuntungan bersih setelah dikurangi
biaya pemasaran, biaya operasional, dan biaya lainnya.
Menganalisis rentabilitas proyek ini dengan membandingkan
margin keuntungan dengan investasi awal dan risiko yang terlibat.
6. Cash Flow:
41
Membuat proyeksi arus kas untuk memperkirakan aliran masuk dan
keluar dana selama periode tertentu.
Menilai kebutuhan dana jangka pendek dan jangka panjang, serta
memastikan ketersediaan dana yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan operasional dan pembayaran pinjaman.
7. Analisis Sensitivitas:
Melakukan analisis sensitivitas untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi proyeksi keuangan, seperti
1. Analisis Pasar:
Melakukan analisis pasar untuk mengidentifikasi potensi
permintaan Bika Ambon dengan penambahan ubi jalar kuning.
Menyelidiki tren konsumen, preferensi makanan, dan potensi
pertumbuhan pasar untuk jenis produk inovatif ini.
Mengidentifikasi pangsa pasar yang dapat diperoleh dan target
pasar yang relevan.
2. Estimasi Penjualan:
Menentukan jumlah unit Bika Ambon dengan penambahan
ubi jalar kuning yang diperkirakan akan dijual dalam periode
proyeksi (misalnya per bulan atau per tahun).
Memperhatikan faktor-faktor seperti kapasitas produksi,
pangsa pasar yang realistis, dan pertumbuhan penjualan yang
potensial.
3. Harga Jual:
Menentukan harga jual yang sesuai untuk Bika Ambon dengan
penambahan ubi jalar kuning.
42
Mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya produksi,
permintaan pasar, harga pesaing, dan nilai tambah produk
inovatif.
Menggunakan penelitian pasar, survei, atau kajian harga
sebagai acuan untuk menentukan harga yang kompetitif dan
menguntungkan.
4. Segmen Pasar:
Mengidentifikasi segmen pasar yang paling mungkin akan
tertarik dengan Bika Ambon inovatif ini.
Mempertimbangkan faktor seperti usia, demografi, preferensi
makanan, gaya hidup, dan kebiasaan konsumen untuk
menargetkan segmen pasar yang tepat.
5. Proyeksi Pendapatan:
Mengalikan jumlah unit yang diperkirakan terjual dengan
harga jual per unit untuk mendapatkan proyeksi pendapatan
bulanan atau tahunan.
Membuat proyeksi pendapatan berdasarkan penjualan di masa
depan, yang dapat mencakup beberapa tahun ke depan.
Melakukan analisis berdasarkan skenario yang berbeda,
seperti proyeksi pendapatan yang konservatif, moderat, dan
optimis, untuk memahami variasi potensial dalam pendapatan.
6. Faktor Pertumbuhan:
Mempertimbangkan faktor-faktor pertumbuhan yang dapat
mempengaruhi penjualan produk, seperti strategi pemasaran,
ekspansi geografis, atau kolaborasi dengan mitra bisnis.
Mengidentifikasi peluang peningkatan penjualan, seperti
pengenalan produk ke pasar baru atau inovasi tambahan yang
dapat menarik minat konsumen.
43
5.3.2 Proyeksi Biaya
Berikut adalah kerangka umum yang dapat digunakan sebagai menyusun
proyeksi biaya:
1. Rencana Produksi:
Tentukan jumlah bika ambon yang akan diproduksi per periode
(misalnya, per hari atau per bulan).
Hitung jumlah ubi jalar kuning yang dibutuhkan untuk setiap
periode produksi.
2. Bahan Baku:
Hitung total jumlah bahan baku yang diperlukan berdasarkan rencana
produksi.
Tentukan harga beli ubi jalar kuning dan bahan baku lainnya yang
diperlukan untuk membuat bika ambon.
3. Tenaga Kerja:
Tentukan jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk memproduksi bika
ambon.
Hitung biaya tenaga kerja berdasarkan jumlah pekerja yang terlibat
dan upah per pekerja.
4. Overhead Pabrik:
Hitung biaya overhead pabrik, seperti biaya listrik, air, bahan bakar,
perawatan peralatan, dan biaya sewa atau hipotek.
5. Biaya Produksi Total:
Jumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik untuk mendapatkan biaya produksi total per periode.
6. Biaya Lainnya:
Pertimbangkan biaya lain yang mungkin timbul, seperti biaya
pemasaran, biaya transportasi, dan biaya administrasi.
7. Harga Jual:
Tentukan harga jual per unit bika ambon.
8. Proyeksi Pendapatan:
44
Hitung proyeksi pendapatan berdasarkan harga jual per unit dan
jumlah unit yang diharapkan terjual per periode.
9. Laba Kotor:
Kurangi biaya produksi total dari pendapatan untuk mendapatkan
laba kotor.
10. Analisis Keuangan:
Selain biaya produksi dan pendapatan, lakukan analisis keuangan
lebih lanjut, seperti analisis pengembalian investasi, titik impas, dan
margin keuntungan.
Banyak orang yang beranggapan bahwa ciri utama dari sebuah perusahaan
yang sehat adalah besarnya keuntungan bisnis yang didapatkan oleh
perusahaan tersebut.Padahal, ada satu faktor lain yang tidak kalah pentingnya
dari profitabilitas perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan dalam mengelola
aset mereka sekaligus membayar setiap utang perusahaan.Utang dan profit dari
perusahaan harus berada di posisi tawar sehingga bisnis perusahaan dapat
terjamin kelangsungannya.Untuk manajemen utang, praktik akuntansi di
perusahaan mengenal istilah solvabilitas.Solvabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya.Solvabilitas juga berarti
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada
dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya.Ukuran ini dapat
dibandingkan dengan rasio likuiditas, yang mempertimbangkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek daripada jangka
45
menengah dan jangka panjang. Rasio solvabilitas disebut juga Ratio
Leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya
dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut.Analisis rasio
keuangan ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva
perusahaan dibiayai oleh utang.
46
dan PV Outlays atau nilai hasil sekarang dan nilai investasi
sekarang.
- Payback Period (PBP)
Payback Period menipakan jangka waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan modal suatu investasi. Jika payback perind suata
investasi kurang dari payback period yang disyaratkan, maka sulan
investasi layak diterima semua.
BAB VI
Berikut ini adalah penjelasan lebih rinci untuk penelitian mengenai proyeksi devisa
pada inovasi pembuatan Bika Ambon dengan penambahan ubi jalar kuning:
47
Hitung biaya produksi secara lengkap berdasarkan proyeksi biaya
yang telah disusun sebelumnya. Biaya produksi akan mencakup
bahan baku, tenaga kerja, overhead pabrik, dan biaya lainnya.
Misalnya, total biaya produksi per bulan adalah $1.500, termasuk
bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik.
5. Laba Kotor:
Kurangi biaya produksi dari pendapatan untuk mendapatkan laba
kotor. Laba kotor adalah selisih antara pendapatan dan biaya
produksi.
Dalam contoh ini, laba kotor per bulan adalah $2.000 (pendapatan) -
$1.500 (biaya produksi) = $500.
48
tersebut. Lebih lanjut, bergeraknya aktivitas perekonomian di berbagai sektor di
Indonesia seharusnya juga diikuti oleh kemampuan masing-masing sektor untuk
menyerap tenaga kerja yang tersedia di pasar tenaga kerja.
Perkembangan perekonomian suatu negara sendiri tidak terlepas dari peran
suatuwilayah atau daerah (Faisal Rifai, 2017). Indikator perekonomian suatu wilayah
dapat dilihatdari tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas harga
berlaku maupun atasdasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi mencerminkan
kegiatan produksi yang manakegiatan produksi memerlukan faktor produksi berupa
tenaga kerja. Oleh karena itu, ketersediaan usaha produksi dalam mempekerjakan
tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi dapat mencerminkan daya serap
usaha produksi tersebut dalam menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat
sehingga Produk Domestik Regional Bruto dalam hal ini dapat berpengaruh terhadap
penyerapan tenaga kerja itu sendiri.
Variabel lain yang juga berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja adalah
investasi. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran penanaman modal atau
pengeluaranperusahaan untuk membeli barang-barang modal dan berbagai
perlengkapan produksi untukmenambah kemampuan memproduksi barang dan jasa
yang tersedia dalam perekonomian(Sukirno, 2012). Dengan begitu, adanya investasi
akan mendorong terciptanya barang modalbaru sehingga akan menyerap faktor
produksi baru yaitu menciptakan lapangan pekerjaanbaru atau kesempatan kerja yang
akan menyerap tenaga kerja yang pada gilirannya akanmengurangi pengangguran
(Prasojo, 2009).
49
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E., & Susilowati, A. (2020). Pengaruh Penambahan Ubi Jalar Kuning pada
Kualitas Fisikokimia Kue Bika Ambon. Jurnal Pendidikan Teknologi
Pertanian, 6(2), 89-98.
Ayu Ning Jagat, Y. B. (2017). Pengkayaan Serat pada Pembuatan Biskuit dengan Substitusi
Tepung Ubi Jalar Kuning (Ipomea Batatas L.). Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan. [2]. Istikha Tri Hastuti, D. R. (2014). Kajian Sifat Fungsional dan
Sensoris Cake Ubi Jalar Kuning (Ipomea Batatas L.). Jurnal Teknosains
Pangan, 74-83.
Chua, K. J., Chou, S. K., & Mujumdar, A. S. (2012). Innovative quick-freezing process for
food products. Journal of food engineering, 109(4), 716-723.
El-Mashad, H. M., & Zhang, R. (2016). Integrated management system for food safety and
quality in bakery industry. Journal of food science and technology, 53(9),
3599-3606.
50
Hadiyanto, & Rosyidi, D. (2017). The application of 5S in the food and beverage industry: A
case study in a small business. Journal of food science and technology, 54(4),
851-858.
Haryani, A., Sudewi, S., & Ilyas, S. (2018). Pembuatan bika ambon berbahan dasar tepung
sagu dengan penambahan ubi jalar kuning. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, 6(1),
43-48.
Hidayah, N. (2020). Analisis Permintaan Dan Penawaran Terhadap Barang Pokok Dan Non
Pokok. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 3(2), 29-37.
Indrayani, Y., Utami, R., & Rahman, A. (2020). Karakteristik bika ambon berbahan dasar
tepung terigu dan ubi jalar kuning. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 31(2), 179-
185.
Istikha Tri Hastuti, D. R. (2014). Kajian Sifat Fungsional dan Sensoris Cake Ubi Jalar
Kuning (Ipomea Batatas L.). Jurnal Teknosains Pangan, 74-83.
Jiang, F., Wang, Y., Zhang, B., & Zhao, H. (2021). Optimization of extrusion process
parameters for improved quality of potato-based snack by response surface
methodology. Journal of food science and technology, 58(4), 1211-1222.
Karim,A.R. Analisi kelayakan usaha (Uuntuk kalangan Sendiri) . Dosen Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UNSOED
Maulina, Fauzia. 2012. Standarisasi Formula Kue Bika Ambon Medan [Tugas Akhir].
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Nurjanah, Rina. 2015. Bika Ambon Tapi Kok dari Medan. Citizen6. [terhubung berkala]
51
"Pengaruh Penambahan Tepung Ubi Jalar Kuning terhadap Kualitas Fisik dan Sensoris Bika
Ambon" oleh Elok Siti Nurhayati, dkk. (Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.
4, No. 2, 2016)
"Pengaruh Penambahan Ubi Jalar Kuning Terhadap Karakteristik Kimia dan Organoleptik
Bika Ambon" oleh Rina Yenrina, dkk. (Jurnal Agroindustri Vol. 7, No. 1,
2017)
"Pengaruh Penambahan Ubi Jalar Kuning terhadap Kualitas Bika Ambon" oleh Rina
Wahyuni, dkk. (Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. 22, No. 2, 2011)
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2018 tentang Tanda Daftar Produk Pangan
Olahan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722 Tahun 2013 tentang Registrasi Produk Pangan
Olahan.
Prabowo, F. I., Keke, Y., & Istidjah, B. (2021). Pengaruh Strategi Pemasaran dan Kualitas
Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian KOnsumen di PT Sarana Bandar
Logistik. Jurnal Manajemen Pemasaran, 75-82.
Purnamasari, dewi,et.al. (2013). Analisis Kelayakan Bisnis Usaha Roti Ceriwis sebagai
Oleh-oleh Khas Kota Batam. JURNAL AKTANSI
Rasyad, Husni; dkk. 2003. Peluang Bisnis Makanan Berbasis Tepung. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Resep Bika Ambon Ubi Jalar. Dapur Resep. Diakses pada 9 Mei 2023, dari
https://www.dapur-resep.com/resep-bika-ambon-ubi-jalar/
Rika Wahyu Damayanti, I. K. (2018). Pengaruh Lama Blanching Uap terhadap Kandungan
Kadar BetaKaroten, Kadar air, Daya serap air, Densitas Kamba dan Rendemen
Tepung Ubi Jalar Kuning (Ipomea Batatas L.). Jurnal Agromix, 99-110.
52
Rizki, F., Nurjayadi, M., & Kusumaningtyas, R. (2019). Karakteristik Kualitas Bika Ambon
dengan Penambahan Ubi Jalar. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia,
22(2), 397-404.
Sari, D. N., dkk. (2018). Evaluasi Kelayakan Lokasi Agribisnis di Sumatera Utara. Jurnal
Agribisnis dan Pengembangan Wilayah, 2(2), 91-103.
Siburian, E., & Astuti, W. (2020). Pengembangan Produk Bika Ambon Berbahan Dasar Ubi
Jalar Sebagai Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Desa Sumberrejo,
Kecamatan Bandar Kabupaten Batang. Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen,
8(2), 145-154.
Sukmawati, R. S. (2020). Potensi Ekonomi Olahan Ubi Jalar di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Agribisnis dan Agroteknologi, 4(2), 79-85.
Tandiono, W., Sari, S. M., & Prasetyo, E. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Minat Masyarakat Terhadap Produk Inovasi Bika Ambon
Berbahan Dasar Ubi Jalar. Jurnal Manajemen Bisnis dan Kewirausahaan, 9(1),
62-71.
Widiyastuti, E., & Sunarti, T. C. (2021). Analisis Potensi Industri Makanan Ringan Lokal
(Studi Kasus pada UKM Bika Ambon dengan Penambahan Ubi Jalar Kuning
di Kota Batam). Jurnal Manajemen dan Bisnis, 18(1), 37-45.
Wulandari, T., & Darwis, H. (2019). Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Dan Rentabilitas
Dalam Laporan Keuangan Perusahaan. Jurnal Akuntansi, 8(1), 34-50.
Yeh, T. S., & Chen, H. H. (2015). Productivity improvement for food industry by using value
stream mapping: A case study. Journal of food science and technology,
52(12), 8005-8011.
Yuliani, S., & Daulay, H. A. (2019). Pemanfaatan ubi jalar kuning sebagai pengganti
sebagian tepung terigu dalam pembuatan bika ambon. Jurnal Teknologi Pangan dan
Hasil Pertanian, 2(1), 17-25.
53