Anda di halaman 1dari 2

Cerita Teguh Tetris, Sulap Limbah Kertas Jadi Lukisan Mahal di Jombang

Moh. Syafií, 27/1/2023

Sejumlah lukisan tertata rapi di sebuah ruangan berukuran sekitar 2x3 meter.  Di
antara karya-karya yang berderet, terdapat lukisan wajah pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH.
Hasyim Asy’ari, wajah Gus Dur dan Shinta Nuriyah dalam satu bingkai, serta lukisan tokoh-
tokoh cerita pewayangan. Lukisan lain menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita legenda
hingga panorama alam. Lukisan-lukisan tersebut ialah karya dari Teguh Tetris (43), warga
Desa Mojongapit, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Siapa sangka,
sejumlah lukisan dihasilkan dari pemanfaatan limbah kertas. Lukisan yang dihasilkan dari
pemanfaatan dan pengolahan limbah kertas, antara lain lukisan tokoh pendiri NU KH.
Hasyim Asy’ari, lukisan Gus Dur dan istrinya, serta lukisan tokoh dalam cerita Wayang
Topeng Jatiduwur.
Tetris menuturkan, proses melukis dengan memanfaatkan olahan limbah kertas,
diawali proses penghancuran kertas dengan pemberian air dan mengolahnya menjadi bubur
kertas. Dengan tambahan lem secukupnya, bubur kertas tersebut kemudian ditempelkan ke
kanvas sesuai dengan sketsa yang telah ditorehkan. “Bubur kertas menjadi dasar lukisan,
ditempel sesuai dengan sketsa. Sketsanya dibuat dulu, baru ditempeli bubur kertas.Pemberian
warna sebagai proses penyempurnaan juga memerlukan waktu karena harus menunggu bubur
kertas mengering. “Untuk pemberian warna, menggunakan cat akrilik. Melukisnya memang
perlu waktu, harus nunggu kering dulu, baru diberi warna,”
Sejak 1998 Bakat Tetris sebagai pelukis terasah sejak kecil. Pria lulusan SMA itu tak
memiliki kesempatan untuk belajar di Perguruan Tinggi karena kondisi ekonomi yang
terbatas. Berbekal bakat alami, Tetris belajar melukis secara otodidak. Suatu hari, Tetris
mengamati banyak kertas buku pelajaran sekolah yang saat itu berakhir dibakar atau terbuang
sia-sia. Kemudian terbersit dalam pikiran Tetris untuk memanfaatkan kertas-kertas tersebut
sebagai bahan dari karyanya. Percobaan demi percobaan dia lakukan, hingga akhirnya Tetris
yakin jika limbah kertas yang telah diolah bisa menghasilkan karya lukis yang unik dan
berkualitas. Sejak 1998, Tetris mulai serius memanfaatkan limbah kertas untuk melukis
setelah memastikan lukisannya layak dinikmati publik, dia pun mulai berani memamerkan
karyanya di beberapa tempat dalam beragam acara.
Hingga saat ini, Tetris masih melukis dengan menggunakan limbah kertas.  Diakui
Tetris, pesanan lukisan dari limbah kertas memang tidak cukup banyak jika dibandingkan
dengan permintaan melukis dengan pensil maupun cat. “Setiap bulan ada dua sampai tiga
pesanan lukisan dari limbah kertas. Peminatnya memang enggak banyak, tetapi setiap bulan
ada (pesanan),” ujar Tetris. Dia mengungkapkan, untuk lukisan dari limbah kertas, dia
memberlakukan tarif bervariasi. Untuk satu bingkai lukisan dengan ukuran 40x60 sentimeter,
biasanya dijual dengan harga Rp 800.000 hingga Rp 1 juta. Variasi harga, lanjut Tetris, juga
tergantung pada tingkat kerumitan lukisan maupun tingkat kesulitan dalam melukis.  Dia
menambahkan, pendapatannya sebagai pelukis mengalami penurunan drastis sejak pandemi
Covid-19. Pendapatannya kini rata-rata Rp 5 juta per bulan. Sedangkan sebelum pandemi pria
tersebut bisa mencapai Rp 25 juta per bulan.

Anda mungkin juga menyukai