EBN - R.RAJAWALI - 4B Fatra

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 27

APLIKASI TERAPI MURROTAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI PADA

PASIEN CA OVARY DI RUANG RAJAWALI 4B RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Oleh :

Harvina Sindy Prastiwi G3A022135

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2023
BAB I
PENDAHULUAN

Kanker adalah penyebab utama kematian kedua secara global dan diperkirakan mencapai
9,6 juta kematian pada tahun 2018. Kanker paru-paru, prostat, kolorektal, perut dan hati adalah
jenis kanker yang paling umum pada pria, sementara payudara, kolorektal, paru-paru, leher
rahim dan kanker tiroid adalah yang paling umum di antara wanita (World Health Organization,
2018).

Jumlah penderita kanker di Indonesia sangat tinggi. Hal ini terlihat dari berbagai data
kanker yang telah dipublikasikan baik oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga kanker.
Bahkan menurut WHO pada tahun 2030 akan terjadi peningkatan penderita kanker di Indonesia
sampai tujuh kali lipat. Kanker payudara dan kanker serviks merupakan jenis kanker yang
tertinggi prevalensinya pada perempuan di Indonesia. Kedua kanker ini dapat ditemukan pada
tahap yang lebih dini, akan tetapi saat ini kanker lebih sering diketahui pada stadium lanjut
(70%) sehingga angka kematiannya tinggi. Itu membuat kanker serviks disebut sebagai penyakit
pembunuh wanita nomor satu di Indonesia (Kemenkes, 2018).

Sampai dengan tahun 2017 sudah dilakukan deteksi dini kanker serviks dan payudara
terhadap 3.040.116 perempuan usia 30-50 tahun (2,98%) di Indonesia. Pemeriksaan dilakukan
menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) untuk deteksi dini kanker
payudara dan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) atau Pap Smear untuk deteksi
dini kanker serviks. Cakupan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan payudara pada
perempuan usia 30-50 tertinggi terdapat di Bangka Belitung yaitu sebesar 13,19%, diikuti oleh
Sumatera Barat sebesar 9,34%, dan Kalimantan Selatan sebesar 8,77%. Hasil pemeriksaan
deteksi dini kanker leher rahim dan payudara di Indonesia, dimana sampai dengan tahun 2017
telah ditemukan 105.418 IVA positif, 12.023 tumor payudara, 3.601 curiga kanker leher rahim,
dan 3.079 curiga kanker payudara (Kemenkes, 2018)

Salah satu pengobatan penyakit kanker secara sistemik adalah kemoterapi. Namun
kemoterapi memiliki efek samping karena obat kemoterapi yang digunakan tidak hanya
menghancurkan sel-sel kanker tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang
membelah dengan sangat cepat. Efek yang muncul pada pasien yang menjalani kemoterapi
adalah respon fisik dan fisiologis. Respon fisik yang dialami diantaranya adalah mual dan
muntah, kerontokan pada rambut (alopecia) dan nyeri (Raphael, 2010).

Nyeri adalah keluhan yang umum pasca pengobatan bagi penderita kanker, bahkan
bertahun-tahun setelah pengobatan. Nyeri kanker sering ditemukan dalam praktek sehari-hari
pada pasien yang pertama kali datang berobat, sekitar 30% pasien kanker disertai dengan
keluhan nyeri dan hampir 70% pasien kanker stadium lanjut yang menjalani pengobatan,
ternyata pada 20% penderita yang mendapat pengobatan, timbul keluhan nyeri bukan disebabkan
penyakit yang dideritanya, tetapi justru dari pengobatan yang telah didapatkannya (Gartner,
2011). Pengendalian nyeri dapat dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis. Dengan
berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dimasa sekarang, banyak ditemukan
terapi komplementer dan holistik non farmakologis dikalangan keperawatan. Terapi non
farmakologis yang dapat menurunkan nyeri antara lain teknik relaksasi, terapi suara, dan aroma
terapi (Suwanto, et al, 2016).

Terapi musik merupakan salah satu terapi komplementer non invasif yang dapat
digunakan dalam menurunkan intensitas nyeri. Beberapa penelitian membuktikan bahwa musik
memiliki pengaruh yang besar pada kehidupan manusia. Para ahli mengemukakan bahwa musik
bisa berpengaruh pada kecerdasan manusia, kesehatan fisik, mental dan emosional.
BAB II

KONSEP DASAR

A. DEFINISI
Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah
kehilangan pengendalian dan fungsi nomal, seingga mengalami pertumbuhan
yang tidak normal, cepat, serta tidak terkendali. Sel-sel tersebut membelah
diri lebih cepat dari sel normal dan berakumulasi, yang kemudian membentuk
benjolan atau massa (Putra, 2015).

Dampak psikososial yang dialami penderita kanker payudara yaitu distres yang akan
memengaruhi kualitas hidup pasien. Pemicu stres pada penderita kanker
payudara berasal dari tergganggunya fungsi tubuh, keputusasaan,
ketidakberdayaan, dan perubahan perubahan citra diri (Utami, 2017)

B. ETIOLOGI
Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah
faktor risiko yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu
asap rokok, konsumsi alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur
saat melahirkan pertama, lemak pada makanan, dan sejarah keluarga
tentang ada tidaknya anggota keluarga yang menderita penyakit ini.
Terdapat banyak factor yang akan menyebabkan terjadinya kanker
payudara.
a. Usia : Pada wanita yang berusia 60 tahun keatas memiliki resiko tinggi
terjadinya kanker payudara.
b. Riwayat penyakit : Penderita pernah memilii riwayat penyakit yang
sama yaitu kanker payudara tetapi masih tahap awal dan sudah
melakukan pengangkatan kanker, maka akan beresiko pula pada
payudara yang sehat.
c. Riwayat keluarga : Penderita memiliki riwayat keluarga yang mana
ibu, atau saudara perempuan yang mengalami penyakit yang sama akan
beresiko tiga kali lipat untuk menderita kanker payudara.
d. Faktor genetik dan hormonal : Kadar hormonal yang berlebihan akan
menumbuhkan sel-sel genetic yang rusak yang akan menyebabkan
kanker payudara.
e. Menarce, menopause, dan kehamilan pertama : Seseorang yang
mengalami menarce pada umur kurang dari 12 tahun, 13 menopause
yang lambat, dan kehamilan pertama pada usia yang tua akan beresiko
besar terjadinya kanker payudara.

C. PATOFISIOLOGI
Sel abnormal membentuk klon dan mulai berproliferasi secara
abnormal, mengabaikan sinyal yang mengatur pertumbuhan dalam
lingkungan sel tersebut. Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel
mendapatkan ciri-ciri invasif, dan terjadi perubahan pada jaringan
sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh
akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah
tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk
metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain. Neoplasma
adalah suatu proses pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang tidak
mengikuti tuntutan fisiologik, yang dapat disebut benigna atau maligna.
Pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, faktor-faktor yang dapat menyebabkan kanker biasanya disebut
dengan karsinogenesis. Transformasi maligna diduga mempunyai
sedikitnya tiga tahapan proses seluler, diantaranya yaitu inisiasi dimana
inisiator atau karsinogen melepaskan mekanisme enzimatik normal dan
menyebabkan perubahan dalam struktur genetic asam deoksiribonukleat seluler
(DNA), promosi dimana terjadi pemajanan berulang terhadap agens
yang mempromosikan dan menyebabkan eskpresi informal abnormal atau
genetik mutan bahkan setelah periode laten yang lama, progresi dimana
sel-sel yang telah mengalami perubahan bentuk selama insiasi dan promosi
mulai menginvasi jaringan yang berdekatan dan bermetastase
menunjukkan perilaku maligna.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium seperti,
perut membesar/merasa adanya tekanan, dyspareunia, berat badan meningkat karena
adanya massa/asites, peningkatan lingkar abdomen, tekanan panggul, kembung, nyeri
punggung, konstipasi, nyeri abdomen, urgensi kemih, dyspepsia, perdarahan
abnormal, flatulens. peningkatan ukuran pinggang, nyeri tungkai, nyeri panggul.
E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
a) Bedah Lumpektomi
Bedah lumpektomi adalah prosedur untuk mengangkat tumor dan sebagian
kecil jaringan sehat di sekitarnya. Lumpektomi biasanya disarankan kepada
pasien yang tumornya berukuran kecil.
Lumpektomi juga dapat dilakukan pada pasien yang ukuran tumornya lebih
besar, tetapi didahului dengan kemoterapi untuk menyusutkan tumor.

b) Bedah Mastektomi

Bedah mastektomi adalah prosedur yang dilakukan oleh dokter bedah


onkologi untuk mengangkat seluruh jaringan di payudara. Umumnya,
mastektomi dilakukan ketika kondisi pasien tidak bisa ditangani dengan
lumpektomi.

c) Bedah Pengangkatan Kelenjar Getah Bening

Bedah pengangkatan kelenjar getah bening bisa dilakukan bersamaan dengan


bedah pengangkatan tumor di payudara atau secara terpisah. Ada dua metode
bedah untuk mengangkat kelenjar getah bening

d) Radioterapi

Radioterapi adalah prosedur untuk menghancurkan sel kanker dengan


menggunakan sinar berkekuatan tinggi, seperti sinar-X dan proton.
Radioterapi bisa dilakukan dengan menembakkan sinar ke tubuh pasien
menggunakan mesin (radioterapi eksternal), atau dengan menempatkan
material radioaktif ke dalam tubuh pasien (brachytherapy).

Radioterapi eksternal biasanya dilakukan setelah pasien selesai menjalani


lumpektomi, sedangkan brachytherapy dilakukan jika risiko munculnya
kembali kanker payudara rendah. Radioterapi juga bisa dilakukan setelah
mastektomi untuk mengatasi kanker yang berukuran besar dan telah
menyebar ke kelenjar getah bening.

Radioterapi atau terapi radiasi pada kanker payudara dapat berlangsung


selama 3 hari sampai 6 minggu, tergantung jenis terapi yang dilakukan dan
kondisi pasien secara menyeluruh.
e) Terapi Hormon
Terapi hormon digunakan untuk mengatasi kanker payudara yang dipengaruhi
oleh hormon estrogen dan progesteron. Terapi hormon bisa dilakukan sebelum
atau setelah prosedur bedah, untuk mencegah sel kanker kembali muncul.
Selain itu, terapi ini juga dapat dilakukan untuk mengatasi kanker yang
kambuh setelah pengobatan atau kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh
lain. Metode yang digunakan dalam terapi hormon antara lain:
 Pemberian obat golongan selective estrogen receptor modulator, seperti
tamoxifen, toremifene, dan fulvestrant, untuk menghambat hormon estrogen
dan progesteron menempel pada sel kanker
 Pemberian obat golongan penghambat aromatase, seperti anastrozol dan
letrozole, untuk menghentikan produksi hormon estrogen setelah menopause
 Prosedur bedah atau pemberian obat-obatan untuk menghentikan produksi
hormon di indung telur.

f) kemoterapi

Kemoterapi adalah pemberian obat khusus melalui infus atau suntik, untuk
membunuh sel-sel kanker yang tumbuh dengan cepat. Kemoterapi bisa
dilakukan sebelum bedah untuk menyusutkan ukuran kanker agar lebih mudah
diangkat.

Kemoterapi juga dapat dilakukan setelah bedah untuk menghancurkan sel-sel


kanker yang mungkin tertinggal setelah prosedur bedah. Kemoterapi setelah
bedah juga dilakukan bila sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lain atau
bila kanker berisiko kambuh kembali.

g) Terapi Target

Terapi target adalah pemberian obat untuk menghambat pertumbuhan sel kanker
secara spesifik. Berbeda dengan kemoterapi yang dapat merusak sel-sel sehat,
obat yang digunakan pada terapi target tidak merusak sel-sel yang sehat.

Sebagai contoh, salah satu obat yang digunakan pada terapi target bertujuan
untuk menghambat kerja protein HER2, yang membantu sel kanker tumbuh
lebih agresif.
F. KONSEP CA OVARIUM
1. Pengkajian fokus
a) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
asal suku bangsa, tempat lahir, nama orang tua, pekerjaan orang tua.
Keganasan kanker ovarium sering ditemui pada usia sebelum menarche atau
diatas 45 tahun (Manuaba, 2010).
b) Keluhan utama
Biasanya mengalami perdarahan yang abnormal atau menorrhagia pada
wanita usia subur atau wanita diatas usia 50 tahunatau menopause untuk
stadium awal. Pada stadium lanjutakan mengalami pembesaran massa yang
disertai asites (Reeder,dkk. 2013).
c) Riwayat kesehatan sekarang
Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis, kesulitan makan atau
merasa cepat kenyang, dan gejala perkemihan kemungkinan menetap Pada
stadium lanjut, sering berkemih, konstipasi, ketidaknyamanan pelvis, distensi
abdomen, penurunan berat badan, dan nyeri pada abdomen.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pernah memiliki kanker kolon, kanker payudara,
dan kanker endometrium (Reeder, dkk. 2013)
e) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami kanker payudara dan
kanker ovarium yang beresiko 50% (Reeder, dkk. 2013)
f) Keadaan psiko social, ekonomi dan budaya
Kanker ovarium sering ditemukan pada kelompok sosial ekonomi yang
rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang
dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene.
g) Data penunjang
Data khusus pada pengkajian asuhan keperawatan meliputi : Riwayat haid,
riwayat obstetri, data psikologis, data aktivitas atau istirahat, data makanan
atau cairan, data nyeri atau kenyamanan, pemeriksaan fisik (kesadaran, kepala
dan rambut, telinga, wajah, leher, abdomen, dan genetalia), pemeriksaan
penunajang (pemeriksaan laboratorium : Uji asam deoksiribonukleat
mengindikasikan mutasi gen yang abnormal. Penanda atau memastikan tumor
menunjukkan antigen karsinoma ovarium, antigen karsinoembrionik, dan
HCG menunjukkan abnormal atau meningkat yang mengarah ke komplikasi).

2. Diagnosa Keperawatan
Jenis-jenis diagnosa keperawatan antara lain : yang pertama diagnosa
aktual, diagnosa ini menggambarkan respon pasien terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupannya yang menyebabkan pasien mengalami masalah
kesehatan. Tanda atau gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi
kepada pasien. Kedua yaitu diagnosa risiko, diagnosa ini menggambarkan respon
pasien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya atau proses
kehidupannya yang dapat menyebabkan pasien berisiko mengalami masalah
kesehatan. Tidak ditemukan tanda atau gejala mayor dan minor pada pasien,
namun pasien memiliki faktor risiko mengalami masalah kesehatan. Ketiga yaitu
diagnosa potensial (promosi kesehatan), diagnosa ini menggambarkan adanya
keinginan dan motivasi pasien untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ke
tingkat yang lebih baik atau optimal.
Berdasarkan SDKI 2017, diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a) Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
b) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
c) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakbugaran fisik
d) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi/struktur tubuh
e) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
f) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan pengobatan
g) Distress spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit kronis
h) Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan pada citra tubuh
i) Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan pola koping yang
berbeda diantara pasien dan orang terdekat
j) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
k) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
l) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan psikologis.
m) Risiko perdarahan berhubungan dengan proses keganasan.

3. Rencana Keperawatan
Perencaan berfokus pada memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan
dan kriteria hasil, membuat instruksi keperawatan, dan mendokumentasikan
rencana asuhan keperawatan. Dalam hal ini perawat menuliskan tujuan yang akan
dicapai dan hal-hal yang menjadi kriteria dalam keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan. Dalam menetapkan kriteria hasil, mengguanakan prinsip SMART :
S :Spesific (tidak menimbulkan arti ganda). Contoh tidak spesifik (pasien
dapat melakukan mobilisasi diri secara mandiri). Contoh spesifik (pasien dapat
berjalan ke kamar mandi tanpa bantuan).
M :Measurable (dapat diukur). Artinya, jika diangkakan missal “bisa”=1
dan tidak bisa=0, jadi jika pasien telah melakukan berjalan kaki sendiri ke kamar
mandi tanpa bantuan maka artinya terukur dengan angka 1.
A :Achivable (dapat dicapai). Artinya kita tahu bagaimana cara untuk
mencapainya. Tahu bagaimana supaya pasien dapat berjalan mandiri dengan
bantuan, yaitu dengan melatih pasien tersebut berjalan.
R :Realistic (rasional/masuk akal). Jangan membuat kriteria yang tidak
masuk akal. Misal pasien baru saja operasi ORIF sudah kita buat tujuan dapat
berjalan sendiri tanpa bantuan, ini termasuk tujuan yang tidak masuk akal kecuali
kita tetapkan waktunya sesuai dengan kriteria.
T :Time (punya batasan waktu yang jelas)
No. Diagniosa Kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1.11. Nyeri akut setelah dilakukan - Identifikasi lokasi,
tindakan keperawatan karakteristik,
selama 2 x 24 jam durasi, frekuensi,
diharapkan tingkat nyeri kualitas, intensitas
menurun nyeri
Kriteria hasil : - Identifikasi skala
1. Keluhan nyeri nyeri
menurun - Identifikasi respon
2. Meringis menurun nyeri non verbal
- Identifikasi faktor
3. Frekuensi nadi
yang memperberat
membaik
dan memperingan
nyeri
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
2.22. Gangguan setelah dilakukan tindakan - Identifikasi adanya
mobilitas fisik keperawatan selama 2 x nyeri atau keluhan
berhubungan 24 jam diharapkan status fisik lainnya
dengan - Identifikasi tolerasi
gangguan nutrisi meningkat fisik melakukan
neuromuskuler Kriteria hasil : pergerakan
-Pergerakan ekstermitas - Monitor frekuensi
meningkat jantung dan
-Kekuatan otot tekanan darah
meningkat sebelum memulai
mobilisasi
- Monitor kondisi
umum selama
melakukan
mobilisasi
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu (mis.
pagar tempat tidur)
- Libatkan keluarga
untuk
BAB III

RESUME ASKEP

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama : Ny. J
Tempat tanggal lahir : Blora, 03/06/1968
Pendidikan terakhir :
Agama : islam
Alamat : Blora
2. Status kesehatan
- Status kesehatan saat ini
a) Alasan masuk rumah sakit : pasien mengeluh nyeri dibagian payudara kiri
b) Lamanya keluhan : 6 bulan
c) Timbulnya keluhan : bertahap
d) Faktor yang memperberat : pasien mengatakan nyeri bertambah ketika
bergerak dan melakukan aktivitas
- Status kesehatan masa lalu
a) Penyakit yang pernah dialami :-

- Pengkajian nyeri
P : faktor penyakit
Q : seperti teriris
R : terasa di bagian payudara sebelah kiri
S :5
T : hilang timbul
3. Pengkajian pola fungsi dan pemeriksaan fisik
a. Nutrisi, cairan dan metabolic
a) Gejala (subjektif)
1) Diit : biasa jumlah makanan perhari : 2 porsi
2) Nafsu/selera makan : kadang mual
3) Muntah : kadang kadang karakteristik : cair
4) Nyeri ulu hati : tidak ada
5) Alergi makanan : tidak ada
6) Masalah mengunyah/menelan: tidak ada
7) Keluhan demam : tidak ada
8) Pola minum/cairan : 4 gelas / hari
9) Penurunan BB : selama 2 bulan terakhir pasien mengatakan BB
turun sebanyak 3 kg
b) Tanda (objektif)
Suhu tubuh : 36.1
Berat badan : 46 kg Tinggi Badan : 150cm
Edema :-
Acites :-

b. Pernafasan aktivitas dan latihan


a) Gejala (subjektif)
1) Dyspnea : pasien mengeluh sesak nafas
2) Yang meningkatkan : pasien mengatakan sesak bertambah jika duduk
dan melakukan aktivitas
3) Penggunaan alat bantu : pasien terpasang nasal kanul 4 lpm
b) Tanda (objektif)
1) Pernafasan :
Frekuensi : 18x/menit
Kedalaman : nafas pendek dan cepat

4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


Hemoglobin L 12.1 11.5-16.5
Hematocrit 3.4 36-45
Lekosit 7.8 3.6-11.0
Trombosit 78 150-400
Eritrosit 4.48 4.0-6.0
Limfosit L 23.9 25-40
Monosit 6.9 2-8
MCH 27 26-34
MCHC 32.4 32-36
MCV 83.3 80-100

b. Therapy

1. IVFD RL 20 tpm
2. Inj. Ampicilin sulcutam 1500 mg / 8 jam
3. Inj. Omperazole 40 mg /12 jam
4. Cetorolac 30 mg / 8 jam
ANALISA DATA

DATA FOKUS MASALAH (P) ETIOLOGI (E)


DS : Nyeri kronik Agen cedera fisik
- Pasien mengeluhkan nyeri bagian
pada bagian payudara kiri
P : saat beraktivitas
Q : seperti tajam tertusuk
R : payudara kiri
S : VAS skala 5
T : hilang timbul
DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak kesakitan
- Pasien tampak terbatas dalam
aktivitasnya
- Pasien tampak gelisah karena nyeri
yang dialaminya
- TD 100/76 mmHg N 78 x/menit,
kuat, Suhu 36.3oC

DS : Gangguan mobilitas fisik Gangguan


- Pasien mengatakan lemas neuromuskuler
- Pasien mengatakan jika bergerak
merasa nyeri dan harus dibantu
DO :
- Pasien terlihat lemah
- Pasien terlihat terbatas saat
beraktivitas
- BAB dan BAK dibantu oleh
keluarga

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler

C. INTERVENSI
KRITERIA HASIL (NOC)
N KRITERI HASIL (NOC)
O
1. setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI
keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan tingkat nyeri menurun Observasi
Kriteria hasil : 1 Identifikasi lokasi,
1. Keluhan nyeri menurun karakteristik, durasi,
2. Meringis menurun frekuensi, kualitas, intensitas
3. Frekuensi nadi membaik nyeri
2 Identifikasi skala nyeri
3 Identifikasi respon nyeri non
verbal
4 Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
5 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
6 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

Edukasi
7 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
8 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Kolaborasi
9 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
D. IMPLEMENTASI

TINDAKAN
NO
WAKTU KEPERAWATAN EVALUASI (SO)
DX

1 24/5/23 1. Mengidentisikasi 1. S : pasien mengeluh nyeri di daerah


08.30 WIB lokasi, karakteristik, payudara kiri, nyeri seperti tajam teriris
durasi, frekuensi, O : pasien tampak meringis pada saat
kualitas, intensitas bergerak
nyeri 2. S : pasien mengatakan skala nyeri yang
2. Mengidentifikasi dialami nya pada angka 4(nyeri sedang)
skala nyeri O : skala VAS 5
3. Mengidentifikasi 3. S : -
respon nyeri non O : pasien tampak mringis, pasien tampak
verbal tidak nyaman, dan tampak gelisah
4. Mengidentifikasi 4. S : pasien mengatakan nyerinya akan
faktor yang semakin meningkat jika bergeak
memperberat dan O : pergerakan fisik pasien minimal,
memperingan nyeri tampak lemas, tampak berbaring
5. Memberikan teknik 5. S : pasien mengatakan akan menerapkan
non farmakologis teknik relaksasi nafas dalam untuk
untuk mengurangi mengontrol rasa nyerinya
rasa nyeri (tarik nafas O : pasien mengikuti apa yang diajarkan,
dalam) pasien tampak memahami apa yang
6. Memfasilitasi disampaikan
istirahat dan tidur 6. S : pasien mengatakan masih sulit untuk
7. Mengidentifikasi tidur karna rasa nyeri yang dialaminya
penyebab, periode, O : pasien tampak lemas karena
dan pemicu nyeri mengatakan sulit tidur, TD 11/76
8. Mengkolaborasi 7. S : pasien mengatakan nyeri pada bagian
pemberian analgetik payudara kiri sudah 2 bulan terakhir
O : pasien tampak kesakitan
8. S : -
O : pasien mendapat MST 10 mg /12 jam
2. 24/5/23 1. Mengidentifikasi 1. S : pasien mengatakan nyeri,
09.00 WIB adanya nyeri atau P: saat beraktivitas
keluhan fisik lainnya Q: seperti tajam teriris
2. Mengidentifikasi R : di bagian payudara sebelah kiri
tolerasi fisik T : hilang timbul
melakukan O : pasien terlihat meringis kesakitan
pergerakan 2. S : pasien mengatakan jika badannya
3. Memonitor frekuensi lemas, tidak bisa menggerakkan kakinya
jantung dan tekanan O : pasien terlihat lemah
darah sebelum 3. S : -
memulai mobilisasi O : TD 110/76 mmHg
4. Memfasilitasi 4. S : -
aktivitas mobilisasi O : meningikkan pagar tempat tidur
dengan alat bantu 5. S : kluarga pasien mengatakan jika semua
(pagar tempat tidur) aktivitas seperti BAK, BAB dan makan
5. Melibatkan keluarga dibantu oleh keluarga
untuk membantu O : keluarga terlihat membantu aktivitas
pasien dalam pasien
meningkatkan
pergerakan
1. 25/4/23 1. Mengidentisikasi 1. S : pasien mengeluh masih nyeri di
14.30 WIB lokasi, karakteristik, bagian payudara kiri nyeri hilang timbul,
durasi, frekuensi, rasanya seperti tajam tertusuk
kualitas, intensitas O : pasien tampak kesakitan
nyeri 2. S : -
2. Mengidentifikasi O : skala VAS 4
skala nyeri 3. S : -
3. Mengidentifikasi O : pasien tampak gelisah, meringis dan
respon nyeri non kesakita
verbal 4. S : pasien mengatakan masih merasa nyeri
4. Mengidentifikasi ketika bergerak
faktor yang O : pasien tampak lemas
memperberat dan 5. S : pasien mengatakan masih ingat cara
memperingan nyeri relaksasi nafas dalam yang telah ajarkan
5. Mereview teknik non O : pasien bisa mempraktikkan kembali
farmakologis untuk teknik relaksasi nafas dalam yang sudah
mengurangi rasa diajarkan
nyeri (tarik nafas 6. S : pasien mengatakan tadi malam masih
dalam) kesulitan untuk tidur
6. Memfasilitasi O : pasien tampak lemas
istirahat dan tidur
7. Mengkolaborasi
pemberian analgetik
2. 25/5/23 1 Mengidentifikasi adanya 1. S : pasien mengatakan masih merasa nyeri
15.00 WIB nyeri atau keluhan fisik P: saat beraktivitas
lainnya Q : seperti tajam teriris
2 Mengidentifikasi R : di bagian payudara bagian kiri S: VAS
tolerasi fisik melakukan skala 3
pergerakan T : hilang timbul
3 Memonitor frekuensi O : pasien terlihat meringis dan gelisah
jantung dan tekanan darah 2. S : pasien mengatakan jika badannya
sebelum memulai masih terasa lemas
mobilisasi O : pasien terlihat lemah
4 Memfasilitasi aktivitas 3. S : -
mobilisasi dengan alat O : TD 119/89 mmHg
bantu (pagar tempat tidur) 4. S : -
5 Melibatkan keluarga O : meningikan pagar tempat tidur
untuk membantu pasien 5. S : kluarga pasien mengatakan jika semua
dalam meningkatkan aktivitas seperti BAK, BAB dan makan
pergerakan dibantu oleh keluarga
O : keluarga terlihat membantu aktivitas
pasien
E. EVALUASI
N
O WAKTU EVALUASI (SOAP) TTD
DX
1 24/5/23 S: Pasien mengeluhkan masih merasa nyeri
08.30 P : saat beraktivitas
WIB Q : seperti tajam teriris
R : di bagian payudara bagian kiri
S : VAS skala 4
T : hilang timbul

O: Pasien tampak lemas, pasien tampak meringis


kesakitan, pasien sudah menerapkan teknik relaksasi
nafas dalam, TD 100/76

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
2. 24/5/23 S: Pasien mengatakan kaki masih lemas, tidak bisa
09.00 digerakkan
WIB
O: Pasien tampak lemas, dan tidak bisa menggerakkan
kakinya, aktivitas terbatas dibantu oleh keluarga

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
1. 25/11/22 S: Pasien mengatakan masih merasa nyeri di bagian
14.30 payudara sebelah kiri
WIB S: Pasien mengeluhkan masih merasa nyeri
P : saat beraktivitas
Q : seperti tajam teriris
R : payudara sebelah kiri
S : VAS skala 3
T : hilang timbul

O: Pasien tampak lemas, pasien gelisah pasien sudah


menerapkan teknik relaksasi nafas dalam,TD 119/89

A: Masalah belum teratasi


BAB IV
APLIKASI JURNAL EBN RISET

A. Identitas Pasien

Nama : Ny.
Tempat tanggal lahir : Blora, 3/06/1968
Pendidikan terakhir :
Agama : islam
Alamat : Blora

B. Data fokus Pasien


Keluhan utama : pasien mengeluh nyeri dibagian payudara sebelah kiri
Pengkajian nyeri :
P : faktor penyakit
Q : seperti tajam teriris
R : terasa di bagian payudara kiri
S :5
T : hilang timbul

C. Diagnosa Keperawatan yang berhubungan dengan jurnal EBN riset yang daplikasikan
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
D. Evidance Based Nursing Practice yang diterapkan
Efektifitas Terapi Murrotal Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Kanker
Pengendalian nyeri dapat dilakukan dengan pengobatan non farmakologis,
diantaranya menggunakan terapi murottal yaitu terapi dengan mendengarkan alunan ayat-
ayat suci al- qur’an yang dibacakan oleh ‘qori. Hasil dari beberapa riset, terapi murrotal
terbukti dapat menurunkan tingkat nyeri pada pasien kanker, didapatkan hasil pasien
dengan terapi murottal merasakan rileks yang begitu dalam, mendapatkan ketenangan
jiwa, sehingga ada dorongan energi baru dan dorongan motivasi untuk menghadapi
masalah yang dihadapi dengan mengingat tuhan dan terjadi perubahan yang mendadak
drastis pada fisiologis dan psikologis sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan
tenang.

E. Analisa sintesa justifikasi


Kanker adalah penyebab utama kematian kedua secara global dan diperkirakan
mencapai 9,6 juta kematian pada tahun 2018. Kanker paru-paru, prostat, kolorektal, perut
dan hati adalah jenis kanker yang paling umum pada pria, sementara payudara,
kolorektal, paru-paru, leher rahim dan kanker tiroid adalah yang paling umum di antara
wanita (World Health Organization, 2018).
Jumlah penderita kanker di Indonesia sangat tinggi. Hal ini terlihat dari berbagai
data kanker yang telah dipublikasikan baik oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga
kanker. Bahkan menurut WHO pada tahun 2030 akan terjadi peningkatan penderita
kanker di Indonesia sampai tujuh kali lipat. Kanker payudara dan kanker serviks
merupakan jenis kanker yang tertinggi prevalensinya pada perempuan di Indonesia.
Kedua kanker ini dapat ditemukan pada tahap yang lebih dini, akan tetapi saat ini kanker
lebih sering diketahui pada stadium lanjut (70%) sehingga angka kematiannya tinggi. Itu
membuat kanker serviks disebut sebagai penyakit pembunuh wanita nomor satu di
Indonesia (Kemenkes, 2018)
hSalah satu pengobatan penyakit kanker secara sistemik adalah kemoterapi.
Namun kemoterapi memiliki efek samping karena obat kemoterapi yang digunakan tidak
hanya menghancurkan sel-sel kanker tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel
yang membelah dengan sangat cepat. Efek yang muncul pada pasien yang menjalani
kemoterapi adalah respon fisik dan fisiologis. Respon fisik yang dialami diantaranya
adalah mual dan muntah, kerontokan pada rambut (alopecia) dan nyeri (Raphael, 2010)
Nyeri adalah keluhan yang umum pasca pengobatan bagi penderita kanker,
bahkan bertahun-tahun setelah pengobatan. Nyeri kanker sering ditemukan dalam praktek
sehari-hari pada pasien yang pertama kali datang berobat, sekitar 30% pasien kanker
disertai dengan keluhan nyeri dan hampir 70% pasien kanker stadium lanjut yang
menjalani pengobatan, ternyata pada 20% penderita yang mendapat pengobatan, timbul
keluhan nyeri bukan disebabkan penyakit yang dideritanya, tetapi justru dari pengobatan
yang telah didapatkannya (Gartner, 2011). Pengendalian nyeri dapat dilakukan secara
farmakologis dan non farmakologis. Dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) dimasa sekarang, banyak ditemukan terapi komplementer dan
holistik non farmakologis dikalangan keperawatan. Terapi non farmakologis yang dapat
menurunkan nyeri antara lain teknik relaksasi, terapi suara, dan aroma terapi (Suwanto, et
al, 2016)
Terapi musik merupakan salah satu terapi komplementer non invasif yang dapat
digunakan dalam menurunkan intensitas nyeri. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
musik memiliki pengaruh yang besar pada kehidupan manusia. Para ahli mengemukakan
bahwa musik bisa berpengaruh pada kecerdasan manusia, kesehatan fisik, mental dan
emosional.

F. Landasan teori
Berdasarkan hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa terapi musik klasik
memberikan hasil penurunan nyeri sedang ke nyeri ringan. Namun terapi musik klasik
tidak menunjukkan hasil yang signitifkan karena rata-rata responden baru pertama kali
mendengarkan dan merasa asing dengan musik klasik tersebut sehingga terapi musik
klasik hanya memberikan efek rasa rileks saja tanpa mengandung makna dalam musik
tersebut.
Hal tersebut didukung oleh pendapat Sesrianty dan Wulandari (2018) menyatakan
bahwa setalah tiga kali pemberian terapi musik klasik ditemukan responden yang
mulanya dengan rata-rata skala nyeri pada tingkat berat terjadi penurunan rata-rata skala
nyeri pepada tingkat sedang. Musik merupakan intervensi yang efektif untuk
meningkatkan relaksasi fisiologis serta memberikan stimulus yang unik yang bisa
mempengaruhi respon fisik dan psikologi pendengar (Herawati, et all, 2018).
Tinjauan teori menyebutkan bahwa sebagian besar pasien yang mengalami kanker
yang menyebut nyeri akut sebagai gejala primer yang menimbulkan diagnosis, cenderung
menghubungkan nyeri dengan permulaan penyakit yang mereka alami. Jika pasien
tersebut mengalami nyeri selama sakit atau setelah terapi, mereka seringkali menerima
nyeri sebagai permulaan kanker lain, kekambuhan kanker asli atau komponen terapi
kanker (LeMone, et all, 2016).

Anda mungkin juga menyukai