Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Desa Menurut Undang-Undang No.6 Tahun 2014 adalah desa dan desa adat
atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisonal yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Desa merupakan suatu tempat atau wilayah yang memiliki suatu sistem
pemerintahan yang didalamnya memiliki banyak peran penting dalam membantu
suatu daerah baik dalam hal penyelenggaraan pemerintahannya maupun dalam
pembangunan. Desa diberikan wewenang oleh pemerintah pusat untuk
menjalankan pemerintahannya secara mandiri, karena pemerintah desa tentu
paling mengetahui masalah dan kebutuhan di daerahnya sendiri. Dalam
menyelenggarakan pemerintahannya, tentunya desa membutuhkan sumber
pendapatan atau sumber dana. Terdapat tujuh sumber pendapatan desa antara lain:
Pendapatan Asli Desa, Dana Desa yang bersumber dari APBN, bagian dari hasil
PDRD Kabupaten/Kota, Alokasi Dana Desa dari Kabupaten/Kota, bantuan
keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota, Hibah dan
Sumbangan pihak ke-3, serta lain-lain pendapatan desa yang sah.
Pemerintah desa diyakini lebih mampu dalam melihat prioritas dan
kebutuhan desa dan masyarakat dibandingkan pemerintah kabupaten yang tentu
memilik runag lingkup permasalahan yang lebih luas. Untuk itu pembanugnan
pedesaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan masalah yang dihadapi,
kebutuhan masyarakat, potensi yang dimiliki, aspirasi masyrakat dan prioritas
pembanunan pedesaan yan telah ditetapkan.
Pemerintah memberikan Dana Desa kepada desa dengan jumlah yang cukup
besar, yaitu sekitar Rp 1 Milyar setiap satu tahun anggaran. Sehingga pemerintah
juga menuntut pertanggungjawaban pengelolaan Dana Desa. Oleh karena itu,
Pemerintah Desa harus menerapkan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan desa. Setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sehingga terwujud tata kelola
pemerintahan desa yang baik. Pengelolaan Dana Desa memiliki peran penting
dalam menyukseskan pembangunan desa. Pengelolaan Dana Desa yang tepat
sasaran menjadi suatu bentuk kemampuan pemerintah desa dalam mengelola
penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di desa. Namun
kenyataannya banyak ditemukan keluhan masyarakat yang berkaitan dengan
pengalokasian Dana Desa yang tidak sesuai skala prioritas.
Untuk itu perlu adanya sebuah sistem informasi akuntansi yang sangat
dibutuhkan untuk mengatasi hal tersebut. Sistem informasi akuntansi berguna
dalam mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas keuangan.
Memproses data menjadi informasi guna memudahkan dalam pengambilan
keputusan terkait perencanaan serta sebagai alat pertanggungjawaban . Desa
mempunyai sistem informasi akuntansi sendiri yang khusus dibuat sesuai standar
pelaporan keuangan desa yaitu Sistem Keuangan Desa (Siskeudes).
Kemajuan teknologi informasi yang pesat dengan potensi
pemanfaatan yang sangat luas, menyediakan peluang bagi pengaksesan,
pengelolaan, dan penggunaan teknologi informasi dalam jumlah yang sangat
besar. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan sistem teknologi informasi
khususnya media elektronik dan aplikasi berbasis web merupakan hal yang
sangat penting dalam berbagai transaksi nasional maupun internasional,
khususnya dalam transaksi keuangan.
Pemerintah bersama Kementrian Dalam Negeri dan BPKP mengembangkan
aplikasi tata kelola keuangan desa dengan meluncurkan Sistem Keuangan Desa
(Siskeudes) pada tahun 2015 sebagai upaya untuk mengawal transparansi
keuangan desa. Sebelum aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) diluncurkan,
sebagian besar desa membuat anggaran, pembukuan dan laporan keuangan secara
manual yang formatnya tidak standar. Hal ini mengakibatkan pegawai desa
kesulitan dalam menyusun laporan keuangan sehingga pengelolaan Dana Desa
menjadi kurang efisien dan efektif. Pemerintah Kabupaten/Kota pun mengalami
kesulitan dalam mengevaluasi Dana Desa dan laporan keuangan desa.
Dana Desa perlu dievaluasi untuk memastikan bahwa di setiap pengelolaan
Dana Desa tidak terjadi penyimpangan. Pelaksanaan evaluasi ini dilakukan secara
berjenjang dari level pusat hingga daerah. Dengan hadirnya aplikasi Sistem
Keuangan Desa (Siskeudes) tentunya memudahkan Pemerintah Pusat dan Daerah
dalam melaksanakan evaluasi terkait pengelolaan Dana Desa. Secara umum
evaluasi Dana Desa dilakukan sejak dari tahap perencanaan sampai dengan tahap
pertanggungjawaban.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, Dana Desa memiliki
tujuan mulia yaitu untuk meningkatkan pelayanan publik di desa, mengatasi
kemiskinan, memajukan perekonomian desa, mengatasi kesenjangan
pembangunan anatar desa, dan memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari
pembanguanan (Peraturan Pemerintah Indonesia 2014). Guna mendukung tugas
dan fungsi desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa
dalam segala aspeknya sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 memberikan mandat kepada Pemerintah untuk
mengalokasikan Dana Desa. Dana Desa dianggarkan setiap tahun dalam APBN
yang diberikan kepada setiap desa sebagai salah satu sumber pendapatan desa.
Setiap rupiah dari Dana Desa harus diupayakan untuk dioptimalkan pada
program dan kegiatan yang produktif, sehingga mampu untuk memberikan output
dan outcome yang berkelanjutan. Pelaksanaan kegiatan tersebut juga harus
mengedepankan transparasi, akuntabilitas, dan prinsip-prinsip tata kelola
keuangan yang baik. Dengan demikian, Dana Desa diharapakan dapat mendukung
pertumbuhan ekonomi dan mendukung upaya perluasan kesempatan kerja,
pengentasan kemiskinan, dan pengurangan ketimpangan.
Desa Caringin merupakan salah satu Desa di Kecamatan Caringin,
Kabupaten Bogor yang telah menggunakan aplikasi Sistem Keuangan Desa
(Siskeudes) dalam melaksanakan tata kelola keuangan desa. Desa Caringin telah
menggunakan aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) sejak tahun 2017.
Dalam hal keuangan desa, Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) memberikan ruang
bagi instansi pemerintah desa untuk mendapatkan infromasi lebih luas dan
mendorong mereka untuk berperan dalam menyampaikan informasi. Sistem ini
memudahkan pemerintah desa dalam melakukan penyusunan program desa,
dengan semakin beratnya tugas pemerintahan desa, sistem informasi akuntansi
khusus desa yakni Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) menjadi pendukung bagi
Desa Caringin dalam melaksanakan tata kelola pemerintahan yang trasnparan,
akuntabel, kredibel dan mempermudah partisipasi masyarakat sehingga pada
proses pengelolaan sistem keuangan desa harus lebih diperhatikan.
Aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) dibuat sederhana dan
mudah digunakan sehingga memudahkan pengguna untuk mengoperasikannya.
Dengan satu kali proses penginputan sesuai dengan transaksi yang ada,
dapat menghasilkan output berupa dokumen penatausahaan dan laporan lain
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan yang berlaku,
dengan demikian Aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) ini sangat
membantu aparatur pemerintah desa dalam mengelola keuangan desa.
Dengan adanya Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) ini diharapkan dapat
memepermudah dalam menyajikan laporan keuangan desa kedepannya, serta
menjadi solusi bagi pemerintah untuk lebih transparan dan akuntabel dalam
melakukan kegiatan pengelolaan Dana Desa sesuai dengan tujuan dari penerapan
aplikasi tersebut. Kesalahan dalam pembuatan laporan keuangan dapat terjadi
apabila dalam pembuatan laporan keuangan dikerjakan secara manual karena
manusia memiliki batas kemampuan sehingga dapat terjadi kesalahan. Namun
dalam penggunaan sistem informasi akuntansi seperti Sistem Keuangan Desa
(Siskeudes) ini tidak pula menutup kemungkinan dapat ditemukan kendala, baik
yang berasal dari pengguna yaitu pegawai desa ataupun dari aplikasi itu sendiri.
Sehubungan dengan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut
mengenai bagaimana penerapan dan penyajian laporan pengelolaan Dana Desa
menggunakan Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) dengan mengambil judul
penelitian “Penerapan Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) Dalam
Pengelolaan Dana Desa di Desa Caringin Kabupaten Bogor”
1.2 Fenomena Permasalahan
Kantor Desa Caringin, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor telah
menggunakan aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) dalam mengelola Dana
Desa demi mewujudkan pengelolaan keuangan desa yang transparan, akuntabel,
partisipatif, tertib dan disiplin anggaran sesuai dengan asas pengelolaan keuangan
desa. Namun, tidak dipungkiri bahwa dalam menerapkan aplikasi Sistem
Keuangan Desa ini mempunyai kendala baik dari SDM/Pemerintah Desa maupun
dari aplikasi Sistem Informasi Keuangan Desa (Siskeudes) itu sendiri. Kendala
tersebut dapat menyebabkan pengelolaan Dana Desa menjadi kurang baik
sehingga tujuan dari diberikannya Dana Desa sebagai tidak terwujud dengan baik.
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti merumuskan fenomena permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) dalam Pengelolaan
Dana Desa di Desa Caringin Kabupaten Bogor?
2. Apa saja kendala Desa Caringin, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor
dalam menggunakan aplikasi Sistem Keuangan Desa terkait pengelolaan Dana
Desa?

1.3 Tujuan KKL


Berdasarkan fenomena permasalahan yang telah diuraikan di atas, tujuan
dari pelaksanaan KKL ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Sistem Keuangan Desa (Siskeudes)
dalam Pengelolaan Dana Desa di Desa Caringin Kabupaten Bogor
2. Untuk mengetahui apa saja kendala Desa Caringin, Kecamatan Caringin,
Kabupaten Bogor dalam menggunakan aplikasi Sistem Keuangan Desa terkait
pengelolaan Dana Desa?

Anda mungkin juga menyukai