Laporan Revisi
Laporan Revisi
BAB I
PENDAHULUAN
(PITSS). Sebagai realisasi dari peresmian tersebut untuk pertama kali dibukalah
Fakultas Hukum Islam dan Pengetahuan Masyarakat. (Pedoman Akademik
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang,
2015 : 1)
Perkembangan zaman yang setiap tahunnya sejak saat diresmikan Institut
Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang Pada tahun 1975 s.d tahun 1995
IAIN Raden Fatah memiliki 5 Fakultas, tiga Fakultas di Palembang, yaitu
Fakultas Syariah, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin dan dua Fakultas
di Bengkulu, yaitu Fakultas Ushuluddin di Curup dan Fakultas Syariah di
Bengkulu. Sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam upaya pengembangan
kelembagaan perguruan tinggi agama Islam, maka pada tanggal 30 juni 1997,
yang masing- masing ke dua Fakultas di tingkatkan statusnya menjadi sekolah
tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), yaitu STAIN Curup dan STAIN
Bengkulu. Periode 1996-2013 IAIN Raden Fatah Palembang memiliki 5
Fakultas dan Program Pascasarjanayaitu 5 fakultas terdiri dari Fakultas Syari’ah,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, dan Fakultas Adab dan Humaniora. Sejak
bertransformasi menjadi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
berkembang menjadi enam fakultas dan program pasca sarjana yang terdiri dari
Fakultas Syari’ah dan Hukum, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Adab
dan Humaniora, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Fakultas Dakwah
dan Komunikasi, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). (Pedoman
Akademik Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang,
2015)
Dalam hal penelitian ini mengungkap tentang gaya kepemimpinan dan
kinerja karyawan yang hanya fokus pada Fakultas Tarbiyah di Universitas Islam
negeri Raden Fatah Palembang. Dikarenakan falkultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan merupakan fakultas dengan program studi yang paling banyak
dibandingan dengan fakultas lainnya yaitu ada 12 (duabelas) program studi,
yang mana jumlah mahasiswanya juga sesuai dengan kuota kursi yang tersedia.
Maka dengan banyaknya jumlah program studi, maka jumlah pegawai untuk
membantu kelancaran administrasi fakultas dan program studi juga sebanding.
4
B. PERMASALAHAN
Berdasarkan fenomena di atas, maka permasalahan pada penelitian ini
adalah :
1. Apakah ada hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan kinerja
karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang
2. Factor-faktor apakah yang mempengaruhi gaya kepemimpinan
transformasional dengan kinerja karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Raden Fatah Palembang
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan
kinerja karyawan Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah
Palembang
2. Untuk mengetahui factor-faktor apakah yang mempengaruhi gaya
kepemimpinan transformasional dengan kinerja karyawan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang
6
D. SIGNIFIKANSI PENELITIAN
Mengenai signifikansi dari penelitian ini secara teoritis ialah memperkuat
sisi keilmuwan dalam berorganisasi antara gaya pimpinan dengan karyawan
dalam dunia kerja sehingga dapat menyatukan persepsi dalam melakukan
pekerjaan. Sedangkan secara praktis penelitian ini menyumbangkan konsep
mengenai gaya kepemimpinan transformasional dapat menentukan cara bekerja
karyawannya dan memberikan pengalaman yang konkrit kepada karyawan yang
membantu bagaimana memaksimalkan cara kerja dan bekerjasama dengan rekan
kerja.
E. PENELITI TERDAHULU
Pada bagian ini dikemukakan beberapa hasil penelitian empiris yang
pernah dilakukan dan relevan dengan penelitian ini yaitu :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Nanik Nurhayati, dkk dengan
judul “ Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kepuasan
Kerja Dan Kinerja Karyawan “. Hasil penelitian di dapatkan bahwa gaya
kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan
jika dimediasi oleh kepuasan kerja.
Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Roy Johan Agung Tucunan dkk
tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap
Motivasi Dan Kinerja Karyawan (Sudi Kasus Pada PT. Pandawa)”. Hasil
penelitian di dapatkan ada pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan
transformasional dengan kinerja dan motivasi karyawan.
Ketujuh, penelitian yang dilakukan oleh Fheiren Rahim dkk, tahun 2018
dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Dan Kepemimpinan
Transaksional Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Pln (Persero) Wilayah
Suluttenggo”. Hasil penelitian di dapatkan Kepemimpinan Transformasional dan
Kepemimpinan Transaksional secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja
Karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah SULUTTENGGO.
Kedelapan, penelitian yang dilakukan oleh Ujang Tri Cahyono dkk
tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional
Terhadap Kinerja Karyawan Di Perusahaan Daerah Perkebunan Jember”. Hasil
penelitian di dapatkan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh
signifikan dan positif terhadap pemberdayaan karyawan, hasil ini mendukung
(menerima) hipotesis pertama pada penelitian ini yang menyatakan
kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan dan positif terhadap
pemberdayaan karyawan PDP Jember. Kepemimpinan transformasional
berpengaruh signifikan dan positif terhadap perilaku bekerja.
8
manusia dapat mengkritik dan meminta yang layak dari apa yang diberikannya
secara kemanusiaan. Bahkan dalam terminilogi motivasi Maslow, manusia di
era ini adalah manusia yang memiliki keinginan mengaktualisasikan dirinya,
yang berimplikasi pada bentuk pelyanan dan penghargaan terhadap manusia itu
sendiri.
Kepemimpinan transformasional tidak saja didasarkan pada kebutuhan
akan penghargaan diri, tetapi membutuhkan kesadaran pada pemimpin untuk
berbuat yang terbaik sesuai dengan kajian perkembangan manajemen dan
kepemimpinan yang memandang manusia, kinerja, dan pertumbuhan
organisasi adalah sisi yang saling berpengaruh.
Bruns (dalam Komariah, 2008) menjelaskan kepemimpinan
transformasional sebagai suatu proses yang pada dasarnya “para pemimpin dan
pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih
tinggi”.. Para pemimpin adalah seseorang yang sadar akan prinsip
pengembagan organisasi dan kinerja manusia sehingga ia berupaya
mengembangkan segi kepemimpinanya secara utuh melalui pemotivasian staf
dan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti
kemerdkaan, keadilan dan kemanusiaan, bukan disadarkan pada emosi, seperti
misalnya keserakahan, kecemburuan dan kebencian.
Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memiliki wawasan
jauh kedepan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi
bukan untuk saat ini tapi di masa datang, oleh karena itu pemimpin
transformasional adalah pemimpin yang dapat dikatakan sebagai pemimpin
yang visioner.
Pemimpin transformasional adalah agen perubahan dan bertindak
sebagai katalisator, yaitu yang memberi peran mengubah sistem kea rah ia
berperan meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada. Berusaha
memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat
semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelapor dan pembawa perubahan.
Menurut Covey dan Peters seorang pemimpin transformasional memiliki
visi yang jeas, memiliki gambaran hilostis tentang bagaimana organisasi di
masa depan ketika semua tujuan dan sasarannya telah tercapai. Inilah yang
13
proses penilaian ciri-ciri kepribadian, perilaku kerja, dan hasil kerja seseorang
tenaga kerja atau karyawan (pekerja dan manajer), yang dianggap menunjang
unjuk kerjanya, yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan tentang tindakan-tindakan terhadap bidang ketenagakerjaan.
Faktor lain yang memengaruhi kinerja adalah pemberdayaan karyawan
dan perilaku bekerja. Pemberdayaan karyawan adalah pemberian wewenang
kepada karyawan untuk merencanakan, mengendalikan dan membuat keputusan
tentang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa harus mendapatkan
perlakuan yang berbeda secara eksplisit dari atasannya (Hansen dan Mowen,
2000). Sadarusman (2004) mengartikan pemberdayaan sebagai pemberian
otonomi, wewenang, kepercayaan, dan mendorong individu dalam suatu
organisasi untuk mengembangkan peraturan dalam rangka menyelesaikan
pekerjaan. Pemberdayaan karyawan pada dasarnya membentuk karyawan
menjadi produktif dan berkomitmen.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006) mengungkapkan bahwa “Kinerja
merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang
pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran
serta tingkat motivasi pekerja”. Apabila kinerja tiap individu atau karyawan
baik, maka diharapkan kinerja perusahaan akan baik pula.
Pekerjaan dengah hasil yang tinggi harus dicapai oleh karyawan.
Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa ukuran yang perlu diperhatikan dalam
penilaian kinerja antara lain:
1) Kualitas kerja, yaitu kerapian, ketelitian, dan keterkaitan hasil kerja dengan
tidak mengabaikan volume pekerjaan. Dengan adanya kualitas kerja yang
baik dapat menghindari tingkat kesalahan dalam penyeleseian suatu
pekerjaan serta produktivitas kerja yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi
kemajuan perusahaan.
2) Kuantitas Kerja, yaitu volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi
normal. Kuantitas kerja menunjukkan banyaknya jenis pekerjaan yang
dilakukan dalam satu waktu sehingga efisiensi dan efektivitas dapat
terlaksana sesuai dengan tujuan perusahaan.
3) Tangung jawab, yaitu menunjukkan seberapa besar karyawan dapat
17
2. Kerangka Teori
Kepemimpinan
Kinerja karyawan
transformasional
G. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka konseptual penelitian di atas, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ada hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan kinerja karyawan
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang
H. MEODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif,
menurut Sugiyono penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013).
Adapun rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah
korelasioanal. Menurut Saifudin Azwar, rancangan korelasional bertujuan
untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan
variasi pada satu atau lebih variabel lain. Melalui studi korelasional peneliti
dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi, bukan
mengenai ada tidaknya efek variabel atau terhadap variabel yang lain.
(Azwar, 2011).
2. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada karyawan Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan UIN Raden Fatah Palembang, adapun tahapan pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut :
1) Tahap Persiapan
a. Mencari data awal tentang fenomena yang terjadi
b. Menentukan topik penelitian
c. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan informasi
mengenai masalah yang diteliti
d. Mencari teori dan konsep-konsep yang berhubungan dengan
penelitian
19
e. Merumuskan permasalahan
f. Menetapkan sampel dan menentukan teknik pengambilan data
g. Menyusun dan mengajukan usulan penelitian sesuai dengan lingkup
permasalahan yang diteliti
h. Menentukan dan mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan
dalam penelitian
2) Tahap pelaksanaan
a. Melakukan expert judgment alat ukur.
b. Melakukan revisi terhadap alat ukur dari hasil expert judgment
3) Tahap pengolahan data
a. Melakukan scoring dan mebuat tabulasi dari data-data yang
terkumpul
sehingga data tersebut dapat digunakan untuk dianalisis.
b. Melakukan perhitungan statistik untuk menguji hipotesis penelitian
melalui uji statistik yang telah ditentukan.
4) Tahap interpretasi
a. Menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian.
b. Menginterpretasikan dan membahas hasil analisis statistik berdasarkan
teori dan kerangka pemikiran yang diajukan.
5) Tahap akhir
a. Menyusun laporan penelitian
b. Menarik kesimpulan terhadap hasil penelitian yang diperoleh
c. Mengajukan saran-saran
d. Melakukan perbaikan dan menyempurnakan hasil laporan
3. Variabel Penelitian
Identifikasi variabel Penelitian merupakan langkah penetapan variabel-
variabel utama dalam penelitian dan penentuan fungsi masing-masing,
(Azwar , 2016). Berdasarkan fenomena yang ada, peneliti mengidentifikasi
variabel-variabel yang ada dalam penelitian, diantaranya:
Variabel Bebas : Gaya Kepemimpinan Transformasional
Variabel Terikat : Kinerja Karyawan
20
4. Definisi Operasional
a. Kepemimpinan Transformasional
Menurut Bass dan Avolio (2003) mendefinisikan kepemimpinan
transformasional sebagai, sebuah proses dimana pemimpin mengambil
tindakan-tindakan untuk meningkatkan kesadaran rekan kerja mereka
tentang apa yang benar dan apa yang penting untuk meningkatkan
kematangan motivasi rekan kerja mereka serta mendorong mereka untuk
melampaui minat pribadi merekademi mencapai kemaslahatan kelompok,
organisasi, atau masyarakat.
Definisi operasional kepemimpinan transformasional adalah tipe
kepemimpinan yang memadu atau memotivasi para karyawan di FITK
UIN Raden Fatah Palembang dalam arah tujuan yang ditegakkan dengan
memperjelas peran dan tuntutan tugas. Pemimpin jenis ini yang
memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang
diindividualkan, dan yang memiliki karisma. Selanjutnya nilai
keseluruhan (skor total) setiap dimensi merupakan jumlah skor hasil
jawaban subjek dari item-item dalam dimensi tersebut. Skor total
kepemimpinan transformasional setiap subjek dapat diperoleh dengan
cara menjumlahkan skor masing-masing dimensi, yaitu :
1) Dimensi karismatik yang dijelaskan sebagai perilaku pemimpin yang
membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati, dan sekaligus
mempercayainya. Terlihat pada karyawan FITK UIN Raden Fatah
yang patuh kepada pimpinan karena karismatiknya dan
kebijaksanaannya bukan karena takut yang membuat karyawan
menjadi nyaman serta menunjukkan kemampuannya dalam bekerja
serta beretika dalam lingkungan kerja. (item no : 10, 11, 12, 31, 32,
33, pada lampiran alat ukur kepemimpinan transformasional)
2) Dimensi motivasi inspirasi), tercermin dalam perilaku yang
senantiasa menyediakan tantangan bagi pekerjaan yang dilakukan
oleh karyawan dan memberikan makna yang bersemangat untuk terus
membangkitkan antusiasme dan optimisme karyawan. Pemimpin
21
Tabel 1.1
Kisi-Kisi Alat Ukur Kepemipinan Transformasional
No Dimensi Favourabel Unfavourabel Jml
1 Karismatik 10, 11, 12 31, 32, 33 6
2 Motivasi 13, 14, 15 34, 35, 36 6
inspirasi
3 Stimulasi 16, 17, 18 37, 38, 39 6
intelektual
4 Pertimbangan 19, 20, 21 40, 41, 42 6
individual
Jumlah 24
12 12 24
Skor nilai yang diberikan pada setiap pilihan dalam alat ukur ini
merupakan nilai-nilai dengan skala ordinal karena masing-masing pilihan
menunjukan adanya intensitas yang berbeda sehingga dapat dibedakan
peringkatnya.
Hasil dari alat ukur ini merupakan suatu nilai atau skor, yang
menunjukan mengenai kepemimpinan transformasional di fakultas. Penilaian
subjek terhadap kepemimpinan transformasional merupakan jumlah total nilai
yang diperoleh subjek dari seluruh item. Semakin besar skor yang diperoleh,
menunjukan bahwa karyawan mempersepsi atau merasakan bahwa
kepemimpinan transformasional tersebut baik atau menyenangkan, sedangkan
semakin kecil skor yang diperoleh menunjukan bahwa karyawan mempersepsi
atau merasakan bahwa kepemimpinan transformasional di fakultas tersebut
buruk atau tidak menyenangkan untuk bekerja.
27
B. Kinerja Karyawan
Alat Ukur Kinerja Karyawan
Alat ukur penelitian ini menggunakan kuesioner yang
dipergunakan untuk mengukur kinerja karyawan di FITK UIN Raden
Fatah Palembang yang mencakup tiga faktor menurut Steers (dalam Riani,
2011) adalah kemampuan, kepribadian dan minat kerja, kejelasan dan
penerimaan peran pekerja, dan tingkat motivasi pekerja
Kisi-kisi Penilaian alat ukur kinerja karyawan
Di bawah ini penjelasan tentang alat ukur yang digunakan :
Tabel 1.4
Kisi-Kisi Alat Ukur Kinerja Karyawan
No Dimensi Favourabel Unfavourabel Jml
1 Kemampuan, 1, 2, 3 22, 23, 24 6
kepribadian dan minat
2 Kejelasan dan 4, 5, 6 25, 26, 27 6
penerimaan peran
pekerja
3 Tingkat motivasi pekerja 7, 8, 9 28, 29, 30 6
Jumlah 18
9 9 18
Tabel 1.6
Penilaian Alat Ukur
No Alternatif Jawaban Positif Negatif
1. Sangat Sesuai (SS) 4 1
2. Sesuai (S) 3 2
3. Tidak Sesuai (TS) 2 4
4. Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 5
Education Background
No Tingkat Nama Fakultas Jurusan Thn Tempat
sekolah/PT lulus
1 SD SDN 12 - - 1988 Tanjung Enim
Tegal Rejo
2 SLTP SMPN 3 - - 1992 Tanjung Enim
Tegal Rejo
3 SLTA SMPSN - 1995 Palembang
4 Sarjana Universitas Psikologi Psikologi 2001 Yogyakarta
Mercu Buana
5 Magister UGM Psikologi Psikologi 2005 Yogyakarta
Sains
6 Doktoral Univ Muh Psikologi Psikologi 2017 Yogyakarta
Yogyakarta Pendidikan
Professional Experiences
No Tahun Uraian Pekerjaan
1 2016 Tim Penilaian kompetensi Assesment jabatan Pimpinan
31
8. Validitas Isi
Validitas dalam riset sosial merupakan masalah yang
sangat penting karena menyangkut ketepatan alat ukur yang
digunakan. Hal ini dapat dimaknakan bahwa instrument yang tidak
tepat/tidak sesuai maka akan berimplikasi pada validitas hasil riset itu
sendiri. Dalam praktiknya, para ahli - ahli psikometrika telah
mengembangkan berbagai cara, teknik maupun metode untuk meningkatkan
validitas instrumen ini, dan salah satunya adalah melalui validitas isi
sebagai langkah awal untuk menilaian kesesuaian item skala yang
digunakan. Validitas adalah sejauh alat ukur (tes) benar - benar
menggambarkan apa yang hendak diukur. Menetapkan validitas sebuah
32
test atau instrument test sangat sulit, terutama karena variable - variabel
psikologi biasanya adalah konsep - konsep abstrak, seperti inteligensi,
kecemasan, dan kepribadian. Konsep-konsep ini tidak memiliki
realitas konkret sehingga eksistensinya harus diinferensi melalui sarana
yang tidak langsung.
Menurut Azwar, (2016) mendefinisikan uji validitas yaitu sejauh
mana suatu instrument merekam atau mengukur apa yang dimaksudkan
untuk diukur. Secara teori terdapat tiga macam validitas instrument,
yaitu validitas isi, validitas construct dan yang terakhir yaitu validitas
berdasarkan kriteria. Untuk menguji validitas, alat ukur dalam penelitian ini
adalah validitas isi (Content Validity).
Validitas isi menunjukkan sejauh mana item- item yang dilihat
dari isinya dapat mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur.
Validitas isi alat ukur ditentukan melalui pendapat professional dalam
proses telaah soal. Sehingga item-item yang telah dikembangkan
memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Menurut Azwar ,
(2016). Tentang uji validitas ini dapat disampaikan hal- hal pokoknya,
sebagai berikut:
1. Uji ini sebenarnya untuk melihat kelayakan butir - butir pertanyaan
dalam kuisioner tersebut dapat mendefinisikan suatu variabel.
2. Daftar pertanyaan ini pada umumnya untuk mendukung suatu
kelompok variabel tertentu.
3. Uji validitas dilakukan dalam setiap butir soal. Hasilnya dibandingkan
dengan r tabel / df= n –k dengan tingakt kesalahan 5%.
4. Jika r tabel < r hitung, maka butir soal disebut valid.
Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur
validitas:
1. Content (face) validity
Merupakan salah satu konsep pengukuran validitas dimana suatu
instrument dinilai memiliki content validity. Jika mengandung butir -
butir pertanyaan yang memadai dan representatif untuk
mengukur construct sesuai dengan yang diinginkan peneliti. Suatu
33
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi empat bab, yaitu
dimulai dari pendahuluan dan diakhiri dengan penutup serta lampiran - lampiran
secara sistematis sesuai dengan pedoman penulisan laporan penelitian yang
ditentukan sebagai berikut :
Bab pertama, yaitu pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,
permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian,
penelitian terdahulu, kajian dan kerangka teori, hipotesis , metodologi,
sistematika penulisan.
Bab kedua, yaitu kajian teoritik yang berisi tentang kajian teori, kontekstualisasi
teori dalam riset.
Bab ketiga, yaitu pembahasan / hasil yang berisi tentang hasil penelitian, temuan
penelitian/ data.
Bab keempat, yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
37
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Kajian Teori
1. Gaya Kepemimpinan Transformasional
a. Definisi Gaya Kepemimpinan Transformasional
Menurut Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi (2011) gaya
kepemimpinan merupakan sekumpulan ciri yang digunakan pemimpin
untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau
dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpianan adalah pola perilaku
dan strategi yang dikuasi dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin”.
Gaya kepemimpinan adalah dasar dalam mengklasifikasikan tipe
kepemimpinan. Dimana gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar
yaitu yang mementingkan pelaksanakan tugas, yang mementingkan
hubungan kerja sama, dan yang mementingkan hasil yang dapat dicapai.
Menurut Miftah Thoha (2006) gaya kepemimpinan merupakan norma
perilaku yang diinginkan oleh sesorang pada saat 21 orang tersebut
mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat”
Menurtut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kepemimpinan
adalah perihal memimpin atau cara memimpin. Menurut kamus lengkap
psikologi J.P. Chaplin kepemimpinan adalah kualitas kepribadian dan
latihan, yang mengarah pada keberhasilan dalam membimbing dan
mengontrol orang lain (J.P Chaplin, 2015). Menurut Wahjosumidjo
mempunyai arti memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan, dan
berjalan di depan (precede). Pemimpin berperilaku untuk membantu
organisasi dengan kemampuan maksimal dalam mencapai tujuan.
Kepemimpinan transformasional juga merupakan sebuah proses
dimana pemimpin mengambil tindakan-tindakan untuk meningkatkan
kesadaran rekan kerja mereka tentang apa yang benar dan apa yang
penting, untuk meningkatkan kematangan motivasi rekan kerja mereka
serta mendorong mereka untuk melampaui minat pribadi mereka demi
38
g. Fungsi Kepemimpinan
Seorang pemimpin harus melakukan berbagai fungsi
kepemimpinannya. Fungsi kepemimpinannya, yaitu: menentukan tujuan,
menjelaskan, melaksanakan, memilih cara yang tepat, memberikan, serta
merangsang para anggota untuk bekerja. Adapaun menurut Ngalim
Purwanto dalam buku Endin Nasrudin (2007) fungsi kepemimpinan
adalah memandu, menuntun, membimbing, memberi atau membangun
motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-
jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi yang efesien, dan
membawa para pengikutnya kepada yang ingin dituju sesuai dengan
ketentuan waktu perencanaan. Lima fungsi pokok kepemiminan yaitu: a)
fungsi instruktif, b) fungsi konsultatif, c) fungsi partisipasi, d) fungsi
delegasi, d) fungsi pengendalian (Nasrudin, 2010)
P ُنP آPَ نP َشP ْمP ُكPَّ نP َمP ِرPجPْ Pَ اَل يP َوPۖ ني لِ لَّ ِه ُش َه َد اءَ بِ الْ ِق ْس ِط ِ
َ آم نُ وا ُك ونُ وا َق َّو ام
ِ َّ
َ يَ ا َأ يُّ َه ا ال ذ
َ ين
Pُ PرPَ P َأ ْقP َوPُ هPاP وPُ لP ِدP ْعP اPۚ PاP وPُ لP ِدPعPْ Pَ َأ اَّل تPىPٰ Pَ لP َعPمPٍ PوPْ Pَق
Pَ هَّللاP ِإ َّنPۚ Pَ هَّللاPاP وPُ قPَّتP اP َوPۖ PىPٰ PوPَ P ْقPَّتP لPِ لPب
P َنP وPُ لP َمP ْعPَ تP اP َمPِ بP ٌرP يPِ بPخPَ
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran)karena Allah, menjadi saksi dengan
adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakawalah kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui Apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Maidah : 8).
يه ا َم ْن ِ
َ ف
ِ ِ ِ يِف ِئ ِ ِإ ِ ُّال ر ب
َ َ َ ََو ِإ ْذ ق
ُ قَ الُ وا َأ جَتْ َع لPۖ ًك ل ْل َم اَل َك ة يِّن َج اع ٌل اَأْل ْر ض َخ ل َيف ة
ْ ال ِإ يِّن
َُأع لَ م َ َ قPۖ لَ َك س ِ ي ْف ِس ُد فِ يه ا و ي س ِف ك ال دِّ م اء و حَن ن نُ س ب حِب
ُ ِِّّح َ ْم د َك َو نُ َق د
ُ َ ُ ْ َ َ َ ُ ََْ َ ُ
ون
َ َم ا اَل َت ْع لَ ُم
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang (khalifah) dimuka bumi .”
mereka berkata “ mengapa membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui. (Q.S. Al-Baqarah/02:30).
َ ك ُه ُم الْ َف ا ِئ ُز
ون َ ُأولَ ِئ
ٰ وPۚ ِع ْن َد اللَّ ِه
َ
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dijalan
Allah dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di
sisi Allah dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (Qs.At-
Taubah).
Pada ayat di atas akan terlihat adanya transformasi dari yang begitu kuat
terjadi. Transformasi diri merupakan perilaku paling mendasar dan awal jika
seseorang ingin menjadi pemimpin transformasional(Muhammad Karim,
2009).
Allah SWT telah memberi tahu kepada manusia, tentang pentingnya
kepemimpinan dalam islam, sebagaimana dalam Al-Quran kita menemukan
banyak ayat yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan.
PنPْ P َمP اPَهP يPِ فP ُلP َعPجPْ Pَ َأ تPاP وPُلP اPَ قPۖ Pً ةPَفP يPِ لP َخPض ِ PرPْ َأْلP اP يPِ فP ٌلP ِعP اP َجP يPِّ ِإ نP ِةP اَل ِئ َكP َمP ْلPِ لPك َ PُّP بP َرP َلP اPَ قP ِإ ْذPوPَ
اَلP اP َمP ُمPَ لPعPْ َأP يPِّ ِإ نP َلP اPَ قPۖ Pك
Pَ Pَ لPس Pُ PِّP دPَ قPُ نPوPَ Pك ُ Pِ فP ْسPَ يPوPَ P اPَهP يPِ فP ُدP ِسP ْفPُي
Pَ P ِدP ْمPحPَ Pِ بP ُحPِّP بP َسPُ نPنPُ PحPْ Pَ نPوPَ P َءP اP َمPِّPدPلP اPك
P َنP وP ُمPَ لP ْعPَت
Pۚ PاP وPُ فPرPَ P اP َعPَ تPِ لPِئ َلP اPَ بPَ قPوPَ P اPًبP وP ُعP ُشP ْمP ُكP اPَ نP ْلP َعPجPَ PوPَ PىPٰ Pَ ثP ُأ ْنP َوP ٍرP َكP َذPنPْ P ِمPمPْ P ُكP اPَ نP ْقPَ لP َخP اPَّ ِإ نPس
Pُ P اPَّنPلP اP اPَ هPُّP َأ يP اPَي
P ٌرP يPِ بP َخP ٌمP يPِ لP َعPَ هَّللاP ِإ َّنPۚ P ْمP ُكP اPَ قP َأ ْتPِ هَّللاP َدP ْنP ِعP ْمP ُكP َمP َرP َأ ْكPِإ َّن
2. Kinerja Karyawan
a. Definisi Kinerja
Menurut Prawirosentono (dalam Sinambela, 2016) mengemukakan
kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompokorang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hokum dan sesuai
dengan moral maupun etika.
Pendapat Afandi (2018) Kinerja adalah hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya
pencapaian tujuan organisasi secara illegal, tidak melanggar hukum dan
tidak bertentangan dengan moral dan etika.
Menurut Miner (1990), kinerja adalah bagaimana seseorang
diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah
dibebankan kepadanya. Setiap harapan mengenai bagaimana seseorang
harus berperilaku dalam melaksanakan tugas, berarti menunjukkan suatu
peran dalam organisasi. Suatu organisasi, baik organisasi
pemerintahmaupun organisasi privat dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang digerakkan
55
oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku (actors) dalam
upaya mencapai tujuan lembaga atau organisasi bersangkutan
(Prawirosentono,1999 dalam Rudi, 2006)
Kinerja (performance) merupakan suatu pencapaian persyaratan
pekerjaan tertentu yang akhirnya secara nyata dapat tercermin keluaran
yang dihasilkan. Kinerja merupakan salah satu alat ukur bagi pencapaian
tujuan organisasi. Kinerja dapat dipandang sebagai ‘thing done’. Hasibuan
(2002) juga mengartikan kinerja (prestasi kerja) sebagai hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya (Simmamora, 1995)
Swanson dan Graudous dalam Sutrisno (2010), menjelaskan
bahwa dalam sistem berapapun ukurannya, semua pekerjaan saling
berhubungan. Hasil dari seperengkat kinerja pekerjaan adalah masukan
bagi usaha kinerja lainnya. Karena saling bergantung, apa yang tampaknya
merupakan perolehan kinerja yang kecil dalam suatu aspek pekerjaan
dapat menghasilkan perolehan besar secara keseluruhan. Jadi,
produktivitas suatu sistem bergantung pada kecermatan dan efisiensi
perilaku kerja.
Gilbert (1978) berpendapat sebaliknya, bahwa kinerja pada dasarnya
adalah produk waktu dan peluang. Peluang tanpa waktu untuk
mengejarpeluang tersebut bukan apa-apa. Dan waktu yang tidak kita
miliki, yang tidak memberi peluang bahkan memiliki sedikit nilai.
Hamalik (1993) mengemukakan perilaku adalah semua kegiatan manusia
yang dapat diamati dengan menggunakan alat tertentu. Sedangkan sikap
adalah predisposisi untuk melakukan perbuatan suatu keadaan siap untuk
bertindak dengan cara tertentu (Sutrisno 2010).
Dalam Sutrisno (2010) menyatakan bahwa perilaku seseorang
akan terbawa dalam menjalankan kehidupan dan kegiatan dalam
organisasi, baik organisasi bisnis maupun public. Bila suatu organisasi
mempunyai SDM yang mempunyai tanggung jawab yang tinggi, moral
yang tinggi, hokum yang andal, maka dapat dipastikan organisasi tersebut
56
akan mempunyai kinerja yang baik. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Bagaimana mengorganisasikan berbagai kegiatan dan memobilisasi
para karyawan yang ada dalam organisasi agar tujuan organisasi dapat
tercapai.
b. Bagaimana mengelola para karyawan organisasi secara efektif, agar
tujuan organisasi dapat tercapai disertai efisiensi yang tinggi.
c. Bagaimana menciptakan kondisi organisasi, sistem balas jasa dan
hukuman untuk menunjang suasana kerja agar tercapai tujuan
organisasiyang suadah ditetapkan.
Dari paparan teori mengenai pengertian kinerja, dapat disimpulkan
bahwa kinerja merupakan hasil dari suatu yang telah dikerjakan dalam
organisasi sesuai tanggung jawab dan wewenang yang telah diberikan
kepada individu atau kelompok kerja guna mencapai tujuan organisasi
sesuai dengan nilai dan norma yang ada.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja
Faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan
(ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat
Keith Davis dalam A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2000:67) dalam
Prabu Mangkunegara (2007,13) yang merumuskan bahwa: Human
Performance : Ability x Motivation Motivation : Attitude x Situation
Ability: Knowledge x Skill
1. Faktor Kemampuan (Ability)
Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kekmpuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, pimpinan dan karyawan
yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ superior, very
superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk
jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka
akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.
2. Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan
terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka yang
57
produktivitas sehingga apa yang diharapkan bisa berjalan sesuai apa yang
diinginkan. Seseorang yang memiliki kinerja yang lebih baik maka akan
memberikan dampak atau pun hasil yang lebih baik bagi perusahaan,
misalnya: karyawan akan bekerja lebih bersungguh-sungguh, akan lebih
teliti dalam melakukan pekerjaannya, rapi, cepat, tepat, akurat, dan rasa
senang dalam menjalankan semua tugas yang telah diberikan.
Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan profitabilitas yang
lebih baik sehingga visi dan misi perusahaan dapat tercapai sesuai dengan
yang telah diharapkan. Namun sebaliknya jika kinerja seorang karyawan itu
buruk, secara otomatis akan memberikan dampak yang kurang baik bahkan
akan menyebabkan perusahaan itu mengalami kebangkrutan. Misalnya,
karyawan yang sudah tidak nyaman bekerja maka akan mempenggaruhi
pekerjaan yang sedang ditanganinya. Karena apabila ia bekerja sudah tidak
dengan sunguh-sungguh dan hasil yang akan didapatkannya pun akan tidak
maksimal dan tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan, akibatnya
perusahaan tidak dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Fath ayat 29 dan surat
Al-Jumu’ah ayat 10 yang berbunyi :
71
P اP ًعP َّكP ُرPمPْ PُهP اPرPَ Pَ تPۖ P ْمPُ هPَ نP ْيPَ بP ُءP اP َمP َحP ُرP ِرP اPَّ فP ُكP ْلP اP ىPَ لP َعP ُءP اP َّدP َأ ِشPُ هP َعP َمPنPَ P يP ِذPَّلP اP َوPۚ Pِ هَّللاP ُلP وP ُسPرPَ P ٌدP َّمPحPَ Pُم
Pۚ P ِدP وP ُجPُّPسPلP اP ِرPَ َأ ثPنPْ P ِمP ْمP ِهP ِهP وPج Pُ P ُوP يPِ فP ْمPُهP اP َمP يPسPِ Pۖ P اPًنP اPوPَ Pض Pْ P ِرPوPَ Pِ هَّللاPنPَ P اًل ِمPض Pْ Pَ فPنPَ P وP ُغPَ تP ْبPَ يP اP ًدPَّP جPُس
ْ P َشP َجPرPَ PخPْ َأPع
Pُ هP َرPزPَ P آPَ فPُ َأ هPط ٍ PرPْ P َزP َكPلPِ P يP ِجPِإْل ْنP اP يPِ فP ْمPُ هPُ لPَ ثP َمP َوPۚ P ِةP اPرPَ PوPْ PPَّتPلP اP يPِ فP ْمPُ هPُ لPَ ثP َمPكَ Pِ لP َذPٰ
P َنP يP ِذPPَّلP اPُ هَّللاP َدP َعPوPَ Pۗ P َرP اPَّ فP ُكP ْلP اP ُمP ِهPِ بPظ َ P يPغPِ Pَ يPِ لP َعP اPَّP رP ُّزPلP اPب
Pُ PجPِ P ْعPُ يP ِهPِقP وP ُسPىPٰ Pَ لP َعPىPٰ PوPَ Pَ تP ْسP اPَ فPظَ Pَ لP ْغPَ تP ْسP اPَف
Pِ P َعP اP ًرPجPْ َأPوPَ Pً ةPرPَ Pِ فP ْغP َمP ْمPُ هP ْنP ِمPت
P اP ًمP يPظ ِ P اP َحPِلP اPَّPصPلP اPاP وPُ لP ِمP َعPوPَ PاP وPُ نP َمPآ
Pَ هَّللاPاP وP ُرP ُكP ْذP اPوPَ Pِ هَّللاP ِلPض ِ PرPْ َأْلP اP يPِ فPاP وP ُرPشPِ Pَ تP ْنP اPَ فPُ اَل ةPَّPصPلP اPت
Pْ Pَ فPنPْ P ِمPاP وP ُغPَ تP ْبP اPوPَ Pض ِ Pَ يPض ِ Pُ قP اP ِإ َذPَف
P َنP وP ُحPِ لP ْفPُ تPمPْ P ُكPَّ لP َعPَ لP اP ًرP يPِ ثPَك
baik dan menunjukkan kinerja yang baik pula bagi organisasinya maka dia
akan mendapat hasil yang baik pula dari kerjanya dan akan memberikan
keuntungan bagi organisasinya.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kemudian sejak tanggal 1 Agustus 1963 sampai November 1964 Fakultas ini
menjadi Cabang UIN Ciputat Jakarta (sekarang UIN Syarif Hidayatullah).
Seiring dengan berdirinya Fakultas Syar’ah, maka pada tahun 1963
berdiri Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang yang
didirikan atas prakarsa Yayasan Taqwa Sumatera Selatan. Pimpinan Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang pertama kali adalah
Letkol. Drs.Hasbullah Bakry sebagai Dekan, M. Isa Sarul, MA sebagai wakil
dekan, Drs. Fahcry Bastari sebagai Sekretaris Dekan, dan Drs. Hasanuddin dan
Jauhari BA sebagai Kepala Kantor.
Pada tahun 1964, dibentuk panitia khusus untuk mempersiapkan
penegerian Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang yang
diketuai oleh Letkol. Drs. Hasbullah Bakry dan Drs. Hasanuddin sebagai
sekretaris. Usaha panitia berhasil, yaitu dinegerikannya Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang berdasarkan surat keputusan
Menteri Agama RI nomor 86 tahun 1964 tanggal 20 Oktober 1964.
Setelah mengalami proses penegerian, pimpinan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Fatah Palembang mengalami perubahan yaitu: M. Isa
Sarul, MA sebagai Dekan, Drs. Hasanuddin sebagai Pembantu Dekan I, Drs.
Hijazi sebagai Pembantu dekan II dan Drs.Abdullah Yahya sebagai Sekretaris
Fakultas. Pada saat itu, Pembantu Dekan II yang semula dijabat Drs. Hijazi
mengalami perubahan, dikarenakan beliau mendapat tugas penting sementara
masa tugasnya belum selesai, maka Pembantu Dekan II dijabat oleh Drs. Burlian
Somad.
Dengan demikian berdirinya Fakultas-Fakultas Agama swasta di
Palembang pada saat itu yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi
fakultas negeri merupakan cikal bakal dan modal berdirinya UIN Raden Fatah
yang ditetapkan dengan surat keputusan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 7 tahun 1964 tanggal 20 Oktober 1964.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang
sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan dan Kependidikan yang berbasis
Islam sudah hampir berusia setengah abad. Dalam usianya yang demikian
berbagai aspek kemajuan dan target pencapaian sudah diraih, dari sisi fasilitas
76
Wakil Dekan I (Bid. Wakil Dekan II (Bid. Wakil Dekan III ( Bid.
Akademik Dan Administrasi Umum, Kemahasiswaan dan
Kelembagaan) Perencanaan dan Kerja Sama)
Keuangan)
Dr. Dewi warna, Hj. Choirun Niswah,
M.Ag Drs. H. Tastin, M.Ps M.Ag
Kasubag Akademik,
Kabag Tata Usaha
Kemahasiswaan dan Alumni
Usman Ali, S. Ag
Yuni Melati, M.H
NAMA
NO GOL PANGKAT JABATAN
NIP
1 Usman Ali, S.Ag IV/a
NIP. 19640925 198603 1 Pembina Kabag. TU Tarbiyah
003
Rian Kartika Sari, S.Sos.,
III/c Kasubbag. Perencanaan,
2 M.Si
Penata Akuntansi dan
NIP. 19870918 200912 2
Keuangan
003
3 Yuni Melati, MH. III/d
Penata TK. Kasubbag. Akademik, Alumni dan
NIP. 19690607 200312 2
I Kemahasiswaan
001
Indra Jaya Susilawati,
4 M.Si. IV/a Staf Fungsional Akademik,
Pembina
NIP. 19631028 198403 2 Alumni dan Kemahasiswaan
001
80
5 Sudirman, SH III/b
Penata Staf Administrasi Umum dan
NIP. 19650806 200302 1
Muda TK. I Kepegawaian
001
6 Harun Rasyid, S.Sos III/b
Penata Staf Akademik, Alumni dan
NIP. 19721120 200212 1
Muda TK. I Kemahasiswaan
002
7 Ibrahim Lakoni, S.A.P. III/b
Penata Staf Akademik, Alumni dan
NIP. 19681206 200701 1
Muda TK. I Kemahasiswaan
029
8 Yulianto III/a
Penata Staf Administrasi Umum dan
NIP. 19730707 200701 1
Muda Kepegawaian
042
9 M. Indera II/d
Pengatur Staf Administrasi Umum dan
NIP. 19651115 200312 1
TK. I Kepegawaian
001
Nur Habibah, S.Sos.I.,
III/b
10 M.E.I. Penata Bendahara Pengeluaran Pembantu
NIP. 19861112 201403 2 Muda TK. I (BPP) Fakultas
003
Dr. Haljuliza Fasari P.,
11 S.Pd.,M.Si. IV/b Pembina Staf Administrasi Umum dan
NIP. 19680706 199903 2 TK. 1 Kepegawaian
003
Yan Hery Darmansyah,
12 S.Pd., M.M. IV/a Staf Akademik, Alumni dan
Pembina
NIP. 19710127 199703 1 Kemahasiswaan
001
13 Kemas. Muhammad, MA Staf Akademik, Alumni dan
Kemahasiswaan
O AN
TERAKHI
NYAYU NURRAHIM, 201502 26081967 Perencanaan &
1 S-1
SE. 02/BLU Keuangan
201401 18101989 Perencanaan &
2 ANDI HARTO, SE. S-1
01/BLU Keuangan
FITRIANI MUFTI, 201001 30081978 Umum &
3 S-1
S.Si. 02/BLU Kepegawaian
201101 18061975 Umum &
4 UMI KULSUM SMU
02/BLU Kepegawaian
201601 02011996 Umum &
5 ILHAM AZHARI, SE. S-1
01/BLU Kepegawaian
201206 26071975 Umum &
6 M. TABRANI SMU
01/BLU Kepegawaian
199711 20061966 Umum &
7 SUHENDI SD
01/BLU Kepegawaian
201701 22091973 Driver, Umum
8 M. HABIBULLAH SMU
01/BLU &Kepegawaian
201001 12081983 Akademik &
9 LISDIANA, S.Pd. S-1
02/BLU Kemahasiswaan
IZTIA RAHMA 201202 04111989 Akademik &
10 S-1
LESTARI, S.S.I. 02/BLU Kemahasiswaan
201101 09031980 Akademik &
11 ELDAINI, S.Th.I. S-1
02/BLU Kemahasiswaan
MIKA SILVIANI, 201101 05091988 Akademik &
12 S-1
S.Pd. 02/BLU Kemahasiswaan
ALIHAN SATRA, 201502 06091987 Akademik &
13 S-1
S.Pd.I. 01/BLU Kemahasiswaan
KRISNA HARTATI, 201502 04041992 Akademik &
14 S-1
S.Pd. 02/BLU Kemahasiswaan
15 RENI SARI DEVI, 201701 17121990 S-1 Akademik &
82
Keterangan:
Karyawan ASN : 10 Orang
83
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Responden Penelitian
Adapun deskripsi responden penelitian bertujuan untuk memberikan
informasi tentang responden, berikut adalah gambaran responden penelitian.
Responden ini berjumlah 42 dengan karakteristik responden berusia 24-57 tahun di
FITK UIN Raden Fatah Palembang.
Tabel 2.2
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 20 47,62 %
Perempuan 22 52,38 %
Total 42 100 %
Laki-laki
Perempuan
B. Usia Responden
84
Tebel 2.3
Usia Responden
Usia Frekuensi Persentase
24 tahun 1 2,380 %
25 tahun 1 2,380 %
26 tahun 2 4,761 %
27 tahun 4 9,523 %
28 tahun 3 7,142 %
30 tahun 1 2,380 %
31 tahun 3 7,142 %
32 tahun 1 2,380 %
33 tahun 2 4,761 %
34 tahun 1 2,380 %
36 tahun 2 4,761 %
37 tahun 1 2,380 %
38 tahun 1 2,380 %
39 tahun 2 4,761 %
40 tahun 1 2,380 %
42 tahun 3 7,142 %
47 tahun 2 4,761 %
49 tahun 1 2,380 %
51 tahun 1 2,380 %
52 tahun 2 4,761 %
53 tahun 1 2,380 %
54 tahun 1 2,380 %
55 tahun 2 4,761 %
56 tahun 1 2,380 %
57 tahun 2 4,761 %
Total 42 100
85
24 tahun
25 tahun
Usia Responden 26 tahun
27 tahun
28 tahun
30 tahun
31 tahun
32 tahun
33 tahun
34 tahun
36 tahun
37 tahun
38 tahun
39 tahun
40 tahun
42 tahun
47 tahun
49 tahun
51 tahun
52 tahun
53 tahun
54 tahun
55 tahun
56 tahun
57 tahun
1 Tahun
Lama Bekerja Responden 2 Tahun
3 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
6 Tahun
8 Tahun
9 Tahun
10 Tahun
11 Tahun
13 Tahun
16 Tahun
17 Tahun
18 Tahun
21 Tahun
23 Tahun
34 Tahun
36 Tahun
87
Tabel 2.5
Deskripsi Data Penelitian
Variabel Skor X yang digunakan (Empirik)
X min X max Mean Standar
Deviasi
Kinerja Karyawan 45 67 56,19 4,830
Kepemimpinan 56 92 75,10 7,855
Transformasional
Pada tabel di atas terlihat skor empirik variabel kinerja karyawan dan
kepemimpinan transformasional yang akan menjadi pedoman dalam pembuatan
kategorisasi beserta frekuensi dan persentase terhadap kedua variabel tersebut
dengan rumus kategorisasi sebagai berikut (Azwar, 2015).
88
Tabel 2.6
Kategorisasi Skor Skala Kinerja Karyawan
Skor Kategorisasi N Persentase
X < 51,36 Rendah 3 7,1 %
51,36 ≤ X < 61,02 Sedang 36 85,7 %
61,02 ≤ X Tinggi 3 7,1 %
Total 42 100%
Tabel 2.7
Kategorisasi Skor Skala Kepemimpinan Transformasional
Skor Kategorisasi N Persentase
X < 67,24 Rendah 5 11,9 %
67,24 ≤ X < 82,95 Sedang 29 69,0 %
82,95 ≤ X Tinggi 8 19,0 %
Total 42 100%
3. Uji Asumsi
Uji prasyarat dilakukan uji normalitas dan uji linieritas. Hal ini
merupakan syarat sebelum melakukan uji analisis parametrik dengan
menggunakan bantuan program SPSS 25 for windows dengan maksud agar
kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya
ditarik.
89
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normalitas sebaran data
penelitian, adapun teknik normalitas penelitian ini menggunakan teknik
Kolmogrov-Smirnov, jika taraf signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,05) maka
sampel berdistribusi normal. Namun, jika signifikansi kurang dari 0,05 (p <
0,05) maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
(Alhamdu, 2016). Adapun hasil uji normalitas terhadap variabel kinerja
karyawan dengan kepemimpinan transformasional dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 2.8
Deskripsi Hasil Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov- Keterangan
Smirnov
Kinerja Karyawan 0,085 Normal
Kepemimpinan 0,003 Tidak Normal
Transformasional
b) Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan sebagai prasyarat untuk melakukan analisis
parametrik seperti korelasi pearson dan regresi linier. Tujuan dari uji linieritas
ini adalah untuk mengetahui apakah dua variabel secara signifikan
mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Uji linieritas ini dilakukan pada
kedua variabel dengan menggunakan test for linierity pada taraf signifikansi
0.05. Bila nilai pada Deviation From Linierity > 0,05 maka kedua variabel
dinyatakan mempunyai hubungan yang linier (Alhamdu, 2016). Hasil uji
linieritas antara kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.9
Deskripsi Hasil Uji Linieritas
F Signifikansi Keterangan
Linearity 3,584 0,072
Deviation from 2,204 0,041 Tidak Linier
Linearity
90
Dari tabel di atas dapat diketahui nilai signifikansi pada Deviation from
Linierity adalah 0,041. Berarti nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa antara variabel kinerja karyawan dan variabel
kepemimpinan transformasional mempunyai hubungan yang tidak linier
(0,041 < 0,05). Dengan demikian, asumsi linieritas tidak terpenuhi.
c) Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian ini dimaksudkan untuk menguji ada tidaknya
hubungan variabel X (kepemimpinan transformasional) terhadap variabel Y
(kinerja karyawan). Variabel yang akan dianalisis diketahui tidak distribusi
normal dan linier, maka analisis yang digunakan adalah analisis
nonparametrik yaitu Kendall dan Spearman dengan menggunakan bantuan
program SPSS 25 for windows. Adapun hasil uji hipotesis antara kedua
variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.10
Deskripsi Hasil Uji Hipotesis
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang berbunyi ada
hubungan antara kinerja karyawan dengan kepemimpinan transformasional pada
karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang.
Responden dalam penelitian ini yaitu 42 orang yang mana terdapat 20
responden laki-laki atau 47,62 % sedangkan terdapat 22 responden perempuan
atau 52,38 %. Sehingga responden dalam penelitian ini bisa dikatakan seimbang
hanya selisih dua angka. Sedangkan untuk usia responden berusia dari 24 tahun
sampai dengan 57 tahun di FITK UIN Raden Fatah Palembang. Sehingga dapat
diketahui responden yang berusia 24 tahun berjumlah 1 atau 2,380 %, responden
berusia 25 tahun berjumlah 1 atau 2,380 %, responden berusia 26 tahun
berjumlah 2 atau 4,761 %, responden berusia 27 tahun berjumlah 4 atau 9,523
%, responden berusia 28 tahun berjumlah 3 atau 7,142 %, responden berusia 30
tahun berjumlah 1 atau 2,380 %, responden berusia 31 tahun berjumlah 3 atau
7,142 %, responden berusia 32 tahun berjumlah 1 atau 2,380 %, responden
berusia 33 tahun berjumlah 2 atau 4,761 %, responden berusia 34 tahun
berjumlah 1 atau 2,380 %, responden berusia 36 tahun berjumlah 2 atau 4,761
%, responden berusia 37 tahun berjumlah 1 atau 2,380 %, responden berusia 38
tahun berjumlah 1 atau 2,380 %, responden berusia 39 tahun berjumlah 2 atau
4,761 %, responden berusia 40 tahun berjumlah 1 atau 2,380 %, responden
berusia 42 tahun berjumlah 3 atau 7,142 %, responden berusia 47 tahun
berjumlah 2 atau 4,761 %, responden berusia 49 tahun berjumlah 1 atau 2,380
%, responden berusia 51 tahun berjumlah 1 atau 2,380 %, responden berusia 52
tahun berjumlah 2 atau 4,761 %, responden berusia 53 tahun berjumlah 1 atau
2,380 %, responden berusia 54 tahun berjumlah 1 atau 2,380 %, responden
berusia 1 atau 2,380 %, responden berusia 55 tahun berjumlah 2 atau 4,761 %,
92
Artinya: “Setiap kalian adalah Ra’in (pengembala, pemimpin) dan setiap kalian
akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinan kalian”. (HR,Bukhori)
95
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu antara lain;
penelitian dari Perwitasari dan Helmi (2014) menyimpulkan bahwa
kepemimpinan transformasional tidak memiliki kontribusi dalam
mempertahankan atau meningkatkan kinerja karyawan tanpa mediasi work
engagement. Penelitian ini juga sejalan juga dengan penelitian Shahab (2014),
menyimpulkan bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap kinerja karyawan. Penelitian ini juga sejalan dengan
96
atau 7,1 % dalam kategori tinggi, artinya karyawan tersebut dapat memahami
tugasnya tanpa harus diberikan contoh dan dapat melaksanan tugasnya dengan
sebaik mungkin. Maka dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan di Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang berada dalam taraf
sedang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara gaya
kepemimpinan transformasional dengan kinerja karyawan, yang mana
ketidakada hubungan tersebut disebabkan oleh berbagai factor yang tidak
diungkap dalam penelitian ini. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
dalam uji korelasi/ hubungan yaitu menggunakan teknik statistik nonparametrik
yaitu dengan teknik Kendall dan Spearman. Adapun hasil penelitian ini
membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara kinerja karyawan dengan
kepemimpinan tranformasional pada karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Raden Fatah Palembang, pada taraf signifikansi (0,058 > 0,05). Sehingga
hipotesis yang diajukan ditolak dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara kinerja karyawan dengan kepemimpinan transformasional pada
karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang.
Adapun correlations dalam uji hipotesis menunjukan bahwa hubungan atau nilai
koefisien korelasi antara variabel kepemimpinan transformasional dengan
kinerja karyawan versi Kendall sebesar 0,214, sedangkan versi Spearman
sebesar 0,298. Sehingga pada penelitian ini terlihat gaya kepemimpinan yang
ada tidak memberikan pengaruh perubahan perilaku kerja terhadap karyawan.
Dengan demikian hasil analisis ini tidak sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang memberikan informasi bahwa kepemimpinan berpengaruh
signifikan dan positif secara langsung terhadap kinerja karyawan, dimana jika
tanda positif menunjukkan bahwa semakin kuat pemahaman dan pelaksanaan
kepemimpinan maka semakin kuat kinerja pegawai.
Beberapa hal yang mendasari penelitian yang dilakukan penulis
memberikan hasil yang berbeda dengan penelitian terdahulu, antara lain
disebabkan karena para karyawan di lingkungan FITK UIN Raden Fatah
berdasarkan kuisioner yang sudah diolah, merasakan bahawa ada pimpinan yang
memberikan perintah tanpa instruksi yang jelas, selain itu pimpinan juga
98
cakupannya kurang luas yaitu hanya dibatasi satu fakultas saja meskipun
fakultas yang paling besar yang memiliki program studi dan mahasiswa
terbanyak. Alasan tidak terbukti dapat terjadi karena penelitian dilaksanakan saat
WFH sehingga pimpinan dan karyawan banyak melaksanakan tugasnya dari
rumah sehingga tidak dapat langsung bertemu fisik dan saat dirumah ada banyak
gangguan sehingga responden menjadi kurag focus dalam mengisi skala.
Hasil penelitian ini Sejalan juga dengan hasil penelitian Ridwan dan
Hamelinda Hasil pengujian variabel gaya kepemimpinan tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Nilai signifikan variabel gaya
kepemimpinan adalah 0,951> 0,05. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian Taruno, dkk (2012) yang menemukan bahwa gaya kepemimpinan
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja bawahan pada suatu instansi. Hal
ini mencerminkan keberadaan perilaku yang tidak menjamin secara otomatis
pengaruh pimpinan terhadap para bawahan akan terwujud. Gaya kepemimpinan
baru akan efektif apabila didukung oleh berbagai perilaku yang kompeten,
termasuk berorientasi pada hasil, berfokus pada tujuan, memiliki prakarsa,
perhatian dan mampu berkomunikasi, memberdayakan dan mengembangkan
para dosen, membangun komitmen kelembagaan, dan mampu mengelola kinerja
bawahan.
Perkembangan organisasi dipengaruhi oleh kinerja karyawan yang
optimal, kinerja merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh karyawan
yang biasanya dipakai sebagai dasar penilaian terhadap karyawan atau
organisasi. Kinerja yang baik merupakan langkah untuk tercapainya tujuan
perusahaan. Sehingga perlu diupayakan usaha untuk meningkatkan kinerja.
Dimana dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an surat Al-ahqaaf ayat 19:
ِ ِ و لِ ُك ل د ر ج مِم
ون
َ َأع َم ا هَلُ ْم َو ُه ْم اَل يُ ظْ لَ ُم َ َو ل ُي َو فPۖ ات َّ ا َع م لُ وا
ْ ِّي ُه ْم ٌ َ َ َ ٍّ َ
Artinya: “Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah
mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan)
pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan”.
100
Selanjutnya dalam Al-Quran pada surah yang lain, yaitu: Q.S. At-
Taubah, dengan tegas Allah SWT, memerintahkan agar hambaNya bekerja,
sebagai dasar untuk mencari nafkah dan rezeki, karena Allah SWT, akan
memberi bantuan kepada HambaNya yang suka bekerja, didorong dengan
motivasi yang tinggi, bahwa bekerja dalam rangka untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan serta sebagai sarana untuk selalu mendekatkan diri
hanya kepada Allah SWT. Dijelaskan pada QS A Taubah: 105
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh, maka peneliti
menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan
anatar gaya kepemimpinan transformasional dengan kinerja karyawan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Palembang dengan nilai pada taraf
signifikansi (0,058 > 0,05) artinya semakin tinggi gaya kepemimpinan
transformasiona maka semakin rendah rendah kinerja karyawan.
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka dapat disampaikan
saran-saran/rekomendasi sebagai berikut :
102
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dan kelemahan pada penelitian ini antara lain:
1. Sikap kurang kepedulian dan keseriusan responden dalam menjawab semua
pernyataan-pernyataan yang ada. Masalah subjektivitas dari responden dapat
mengakibatkan hasil penelitian ini rentan terhadap biasnya jawaban
responden.
2. Minimnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini mengakibatkan hasil
penelitian terkendala ketika akan digeneralisasikan.
103
3. Hasil penelitian ini hanya terbatas di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Raden Fatah, sehingga memungkinkanadanya perbedaan hasil dan
simpulan apabila pada lingkungan fakultas lain, lingkungan se UIN Raden
Fatah Palembang atau universitas lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, P. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori, Konsep dan Indikator).
Riau: Zanafa Publishing.
Ambar, Teguh Sulistiyani dan Rosidah. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia,
(Yogyakarta : Graha Ilmu).
A Karim, Adiwarman. 2009. Bank Islam analisis Fikih dan Keuangan. Jakarta:
Rajawali Pers.
As’ad, Moh., (2004), Teori Ilmu Sumber Daya Manusia, Psikologi Industri, Liberty,
Yogyakarta.
Baidan, Nasarudin. (2005). Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Candra Wijaya. dan Muhamad Rifa'i. 2016. Dasar-Dasar Manajemen. Medan: Perdana
Publishing.
Chaplin,J.P, (2015). Kamus Lengkap Psikologi, Alih Bahasa: Kartono Kartini. Jakarta:
Raja Grafindo.
Dessler, Gary. (2010) . Manajemen Sumber Daya Manusia (edisi kesepuluh). Jakarta
Barat: PT Indeks
Edy Sutrisno. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama. Cetakan
Pertama. Jakarta : Penerbit Kencana
Ghozali, Imam (2011). Analisis Multivariat dengan SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hasibuan, Malayu. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Cetakan
ketujuh belas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hariandja, Marihot T.E, (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo.
Husaini, Usman, (2009), Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara
105
Kreitner, Robert, and Kinicki, Angelo, (2003), Perilaku Organisasi, Dalam: Early
Suandy (penterjemah), Jakarta: Salemba Empat.
Miftah Toha. (2007). Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Nasharuddin Baidan& Erwati Aziz, (2014). Etika Islam Dalam Berbisnis, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar.
Parwita, G.B.S. (2013). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi dan
Disiplin Kerja pada Dosen Yayasan. Denpasar: Universitas Udayana.
Robbins, S.P. & Timothy A Judge. (2008). Perilaku Organisasi Buku satu. Jakarta.
Penerbit Salemba Empat.
106
Siagian, Sondang P. (2003). Teori & Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.
Solso, Robert. Dkk. (2008). Psikologi Kognitif Edisi Delapan. Jakarta: Erlangga
Sulistiyani dan Rosidah, (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia, Graha Ilmu:
Yogyakarta.
Sutrisno, Edi. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Suwanto dan Donni Juni Priansa. (2013). Manajemen SDM Dalam Organisasi Publik
dan Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Veithzal. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori Ke
Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Yukl, G.A. (1998). Leadership in Organization. Second Edition. Englewood Clifs, New
Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Bezuijen, X.M., van Dam, K., van den Berg, P.T., & Thierry, H. (2010). How leader
stimulate employee learning: A leader-member exchange approach. Journal of
Occupational and Organizational Psychology. Vol. 83. 673-693. Dajani, M. A. Z.
(2015). The Impact of Employee Engagement on Job Performance and
Francisco. Gil, Ramon Roco, Carlos M Alcover, Angel Barrasa. (2005). Change-
Oriented Leadership, Satisfaction and Performance in Work Group: Effect of
Team Climate and Group Potency. Journal of Managerial Psychology. Bradford:
Vol. 20, Iss. 3/4 , Pg. 17 of 312
INDEKS
A F
Abstrak, 110 fenomena, 5, 18, 19
Agen, 110 frekuensi, 87
analisis, 8, 18, 19, 34, 35, 88, 89, 90, 96, 97, 101, 103,
105 G
aspek, 2, 15, 47, 55, 66, 69, 75, 98
gaji, 15
generalisasi, 22
B
bekerja, 1, 2, 5, 6, 7, 16, 20, 22, 24, 25, 26, 28, 50, 59, H
62, 64, 65, 68, 69, 70, 97, 98, 99, 101
hipotesis, 7, 18, 19, 34, 35, 36, 89, 90, 96, 99
E
I
efektif, 1, 4, 9, 10, 43, 48, 55, 66, 72, 98
efisiensi, 15, 16, 25, 49, 55, 59, 67, 98 ideal, 13, 42, 43, 45, 60
empirik, 87 Iklim, 44, 45
inovatif, 10, 21, 41, 44, 45
inspirasi, 13, 20, 23, 24, 42, 44, 45
110
L T
target, 15, 25, 61, 64, 69, 72, 75
linier, 34, 89
Transformasional, 5, 6, 7, 8, 9, 19, 20, 23, 24, 37, 41,
loyal, 1, 72
42, 44, 46, 47, 71, 87, 88, 103, 107, 108
M
V
metode, 8, 18, 22, 31
validitas, 29, 31, 32, 33
minat, 10, 13, 16, 20, 21, 22, 27, 37, 40, 93
variabel, 13, 18, 19, 31, 32, 87, 88, 89, 90, 93, 94, 96,
motivasi, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 16, 20, 22, 23, 27, 28,
97, 98
37, 40, 42, 43, 50, 56, 57, 58, 65, 93, 95, 99
111
GLOSARIUM
Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat penting bahkan
tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun perusahaan. SDM
juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan perusahaan. Pada hakikatnya,
SDM berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah organisasi sebagai penggerak,
pemikir dan perencana untuk mencapai tujuan organisasi itu.
Kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi tercapainya
tujuan organisasi berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan
sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah
ditetapkan sebelumnya.
Perubahan organisasi adalah suatu proses dimana organisasi tersebut berpindah dari
keadaannya yang sekarang menuju ke masa depan yang diinginkan untuk meningkatkan
efektifitas organisasinya.
Ilmu tarbiyah merupakan proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal,
dan jiwa, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan tujuan akhir si anak didik
tumbuh dewasa dan hidup mandiri di tengah masyarakat.
Situasi sosial suatu kondisi hubungan tertentu dimana berlangsung hubungan antara
individu yang satu dengan individu yang lain atau terjadi saling hubungan antara dua
individu atau lebih.
Performance adalah seberapa baik seseorang, mesin dsb dalam melakukuan sebuah
aktivitas atau pekerjaan tertentu.
Perilaku kerja merupakan tindakan dan sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang yang
bekerja.
kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Personality adalah suatu sistem diri dalam diri individu, sebagai wujud dari
pengorganisasian dalam dirinya, yang mana sistem tersebut bersifat dinamis mengikuti
113
Attitude artinya sikap atau perilaku seseorang dalam melakukan interaksi dengan orang
lain disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap tersebut.