Konsep Dasar Prilaku Kekerasn
Konsep Dasar Prilaku Kekerasn
2. Penyebab
1. Faktor predisposisi
Fakto pendukung terjadinya prilaku kekerasan, purwanto (2009)
a. Faktor biologis
1) Intinctual drive theory (teori dorong naluri)
b. Faktor psikologis
1) Frustasion aggresion theory ( teori agresif frustasi )
3. Faktor presipitasi
Adaftif Maladaptif
1. Asertif
Adalah mengemukakan pendapat / ekspresi tidak senang tidak setuju
tanpa lawan bicara. Hal ini menimbulkan ketegangan.
2. Frustasi
Adalah respon akibat gagal mencapai tujuan, kepuasan atau rasa aman
yang tidak terjadi biasanya dalam keadaan tersebut , individu tidak
menemukan alternatif lain.
1. Pasif
Adalah prilaku yang ditandai dengan perasaan yang tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-haknya,
merasa kurang mampu, harga diri rendah, pendiam, malu, sulit diajak
berbicara.
2. Agresif
Adalah suatu prilaku yang menyertai marah merupakan dorongan mental
untuk bertindak dan masih terkontrol.
3. Amuk / prilaku kekerasan
Adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol
diri sehingga dapat merusak diri dan lingkungan.
5. Proses terjadinya marah
Stres, cemas, marah merupakan bagian hidup sehari-hari yang
harus dihadapi oleh setiap individu. Sters dapat menyebabkan kecemasan
yang dapat menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan dan
terancam, kecemasan dapat menimbulkan kemarahan (purba dkk, 2008).
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu
mengungkapkan secara verbal, menekan, menentang. Dari tiga cara ini
cara yang pertama adalah konstruktif sedangkan dua cara yang lain
adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menentang akan
menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka
kemarahan akan dapat diekspresikan kepada diri sendiri atau lingkungan
dan akan tampak sebagai depresi psikomatik atau agresi dan ngamuk
( purba dkk, 2008)
Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal
atau eksternal. Stersor internal seperti penyakit hormonal, dendam,kesal
sedangkan stresor eksternal bisa berasal dari ledekan, cacian,
makian ,hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana, dan
sebagainya. Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan
pada sistem individu (Disruption & Loss). Hal yang terpenting adalah
bagaimana seorang individu memaknai setiap kejadian menyedihkan atau
menjengkelkan tersebut (personal hening) (Purba dkk,2008).
Bila seseorang memberi makna positif, minsalnya : macet adalah waktu
untuk istirahat, penyakit adalah sarana penggugur dosa, suasana bising
adalah melatih persyarapan teling (nervus auditorius) maka ia akan dapat
melakukan kegiatan secara positif (compensatory act) dan tercapai perasaan
lega (resolution). Bila ia gagal dalam memberikan makan menganggap
segala sesuatunya sebagai ancaman dan tidak mampu melakukan kegiatan
positif ( olah raga, menyapu atau membaca puisi saat dia marah dan
sebagainya ) maka akan muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara
(Helplessness). Perasaan itu akan memicu timbulnya kemarahan (Anger).
Kemarahan yang diekspresikan keluar (Expressed outward) dengan
kegiatan yang konstruktif (contruktive action) dapat menyelesaikan masalah.
Kemarahan yang diekspresikan keluar (Expressed outward) dengan kegiatan
yang destultif (Destruktiv action) dapat menimbulkan perasaan bersalah dan
menyesal (guilt). Kemarahan yang dipendam ( Expressed inward) akan
menimbulkan gejala psikosomatis (poinfi l symtom) (yosep, 2007).
6. Tanda dan gejala
Manifestasi klinik prilaku kekerasan, Menurut Stuart G. W. (2007)
1. Emosi : Jengkel, marah (dendam), rasa terganggu, merasa takut,
tidak aman, cemas.
2. Fisik : Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit
fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meninglkat.
3. Intelektual : Mendominasi, bawel, berdebat, meremehkan.
4. Spiritual : Keraguan, kebijakan / keberanian diri, tidak bermoral,
kreativitas terhambat.
5. Sosial :Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor
7. Pemeriksaan penunjang
Resiko prilaku
Akibat /Effect mencederai diri
masalah utama
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial,
dimana perawat dengan pendidikan dan pengalamannya, mampu dan
mempunyai izin untuk mengatasinya (Potter & Perry, 2005).
Adapun beberapa tipe diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Diagnosa Keperawatan Aktual
Diagnosa keperawatan aktual adalah menyajikan keadaan klinis yang telah
divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi.
b. Diagnosa Keperawatan Risiko
Diagnosa keperawatan risiko adalah keputusan klinis tentang individu,
keluarga atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah
dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir
sama.
c. Diagnosa Keperawatan Kemungkinan
Diagnosa keperawtan kemungkinan adalah pernyataan tentang masalah yang
diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih
diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor
risiko.
d. Diagnosa Keperawatan Sejahtera
Diagnosa keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu,
kelompok atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke
tingkat kesejahteraan yang lebih baik.
e. Diagnosa Keperawatan Sindrom
Diagnosa keperawatan sindrom adalah diagnosa keperawatan yang terdiri
dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diduga
akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
Menurut Potter & Perry, (2005) setelah menetapkan diagnosa
keperawatan secara spesifik, perawat perlu untuk menentukan prioritas
dengan membuat peringkat dalam urutan kepentingannya. Prioritas dapat
didasarkan pada hirarki kebutuhan.
Ada beberapa diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah
utama perilaku kekerasan menurut Capernito (2009) :
a. Prilaku kekerasan
b. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain
c. Harga2 diri rendah
3. Rencna keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan
dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan
ditetapkann dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut
(Potter & Perry, 2005).
Perencanaan merupakan proses keperawatan ini harus dilaksanakan secara
lengkap, ditulis dengan jelas, ringkas dengan istilah buku dan luas dilakukan
selama pasien dirawat inap, rawat jalan, dan kamar tindakan,catatan
mengunakan formulir yang baku,disimpan sesuai peraturan yang berlaku,dan
setiap melakukan tindakan perawat mencantumkan paraf /nama jelas dan
tanggal, jam dilaksanakanya tindakan tersebut.
Kegiatan perencanaan asuhan keperawatan klien antara lain meliputi:
a. Membuat perioritas dan kriteria hasil
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan (tahap kedua), perawat dapat
mulai membuat urutan prioritas diagnosis. Penentuan prioritas ini dilakukan
karena tiak semua diagnosis keperawatan dapat diselesaikan pada waktu yang
bersamaan. Pada tahap ini, perawat dan klien bersama- sama menentukan
diagnosis keperawatan mana yang harus dipecahkan lebih dulu dan
memprioritaskannya.
b. Merumuskan Tujuan
Tujuan ditetapkan dalam bentuk tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka panjang dimaksudkan untuk mengatasi masalah
secara umum, sedangkan tujuan jangka pendek dimksudkan untuk
mengatasi etiologi guna mencapai tujuan jangka panjang.
Rumusan tujuan keperawatan ini harus (SMART), yaitu :
S : Spesifik (Tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda).
M : Measurable (Tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang
prilaku klien, dapat dilihat, didengar, di raba, dirasakan dan dibau).
A : Achievable (Tujuan harus dapat dicapai)
R : Reasonable (Tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan secara klinis).
T : Times (Tujuan keperawatan harus ada batasan waktu yang ditentukan).
c. Merumuskan Kriteria Evaluasi
Dalam penyusunan kriteria hasil /evaluasi, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Di antaranya, kriteria hasil/evaluasi terkait dengan tujuan,
bersifat khusus, dan konkret. Selain itu, hasilnya harus dapat dilihat, didengar,
dan diukur oleh orang lain.
d. Merumuskan Intervensi Keperawatan
Dalam merencanakan intervensi keperawatan, perawat harus memerhatikan
beberapa kriteria yang terkait dengan rumusan intervensi keperawatan.
Kriteria rencana keparawatan tersebut, antara lain :
1) Memakai kata kerja yang tepat
2) Bersifat spesifik (apa yang dilakukan? Siapa yang melakukan? Dimana hal
tersebut dilakukan? Bagaimana cara melakukannya? dan seberapa sering hal
tersebut dilakukan?).
3) Dapat dimodifikasi.
Intervensi keperawatan terdiri atas intervensi keperawatan yang indepeden
dan intervensi keperawatan kolaborasi. Intervensi keperawatan independen
adalah intervensi keperawatan yang dilakukan perawat terhadap klien secara
mandiri tanpa peran aktif dari tenaga kesehatan lain