Anda di halaman 1dari 21

A.

KONSEP DASAR PRILAKU KEKERASN


1. Penegrtian

Menurut stuart G.W (2007), prilaku kekerasan dapat


dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri sendiri , peningkatan
mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah tersinggung dan
menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa ,tidak bermoral).

Prilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan


untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut (purba dkk,2008)

Prilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada
diri sendiri atupun orang lain. Seiring juga disebut gaduh gelisah atau
amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan
gerakan motorik yang tidak terkontrol. ( Iyus Yosep,2009)

2. Penyebab
1. Faktor predisposisi
Fakto pendukung terjadinya prilaku kekerasan, purwanto (2009)
a. Faktor biologis
1) Intinctual drive theory (teori dorong naluri)

Teori ini menyatakan bahwa PK disebabkan oleh suatu


dorongan kebutuhan dasar yang kuat.

2) Psycomatic theory (teori psikomatik)

Pengalaman marah adalah akibat respon psikologi


terhadap stimulus internal maupun eksternal. Dalam hal ini sistem
limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun
menghambat rasa marah.

b. Faktor psikologis
1) Frustasion aggresion theory ( teori agresif frustasi )

Menurut teori ini PK terjadi sebagai hasil akumulasi


frustasi apabila keinginan untuk mencapai sesuatu gagal /
terhambat. Keadaan tersebut mendorong individu berperilaku
agresif karna perasaan prustasi akan berkurang melalui prilaku
kekerasan.

2) Behavioral theory (teori prilaku)

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat tercapai


apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung reinforcement
yang diterima pada saat melakukan kekerasan.

3) Existential theory (teori eksistensi)

Bertindak sesuai prilsku adalah kebutuhan yaitu


kebutuhan dasar manusia apabila kebutuhan dasar tersebut tidak
dapat dipenuhi melalui prilaku konstruktif maka individu akan
memenuhi kebutuhannya melalui prilaku destruktif.

c. Faktor sosio cultural


1) Social enviroment theory (teori lingkungan )

Lingkungan sosial mempengaruhi sikap individu dalam


mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara
diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap
PK akan menciptakan seolah-olah PK diterima.
2) Social learning theory ( teori belajar sosial )

PK dapat dipelajari langsung maupun melalui sosialisasi.

3. Faktor presipitasi

Secara umum orang akan berespon marah apabila merasa dirinya


terancam, ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau
ancaman terhadap konsep diri. Ancaman dapat berupa internal dan
eksternal. Contoh stresor eksternal : serangan secara psikis, kehilangan
hubungan yang dianggap bermakna , dan adanya kritikan dari orang lain.
Sedangkan contoh stresor internal: merasa gagal dalam bekerja, merasa
kehilangan orang yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang
diderita.

Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka faktor yang


mencetuskan terjadinya prilaku kekerasan terbagi dua, yaitu :

a. Klien : kelenahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang


percaya diri.
b. Lingkungan : ribut, kehilangan orang/objek yang berharga, konflik
interaksi social.
c. Prilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri : harga
diri rendah.
4. Rentang respon marah
Rentang Respon Marah

Adaftif Maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif amuk PK

Gambar 2.1 : Rentang Respon marah


( sumber : Stuart G.W.(2007)
Rentang respon marah yang adaftif meliputi :

1. Asertif
Adalah mengemukakan pendapat / ekspresi tidak senang tidak setuju
tanpa lawan bicara. Hal ini menimbulkan ketegangan.
2. Frustasi
Adalah respon akibat gagal mencapai tujuan, kepuasan atau rasa aman
yang tidak terjadi biasanya dalam keadaan tersebut , individu tidak
menemukan alternatif lain.

Rentang respon marah yang maladaptif, meliputi :

1. Pasif
Adalah prilaku yang ditandai dengan perasaan yang tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-haknya,
merasa kurang mampu, harga diri rendah, pendiam, malu, sulit diajak
berbicara.
2. Agresif
Adalah suatu prilaku yang menyertai marah merupakan dorongan mental
untuk bertindak dan masih terkontrol.
3. Amuk / prilaku kekerasan
Adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol
diri sehingga dapat merusak diri dan lingkungan.
5. Proses terjadinya marah
Stres, cemas, marah merupakan bagian hidup sehari-hari yang
harus dihadapi oleh setiap individu. Sters dapat menyebabkan kecemasan
yang dapat menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan dan
terancam, kecemasan dapat menimbulkan kemarahan (purba dkk, 2008).
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu
mengungkapkan secara verbal, menekan, menentang. Dari tiga cara ini
cara yang pertama adalah konstruktif sedangkan dua cara yang lain
adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menentang akan
menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka
kemarahan akan dapat diekspresikan kepada diri sendiri atau lingkungan
dan akan tampak sebagai depresi psikomatik atau agresi dan ngamuk
( purba dkk, 2008)
Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal
atau eksternal. Stersor internal seperti penyakit hormonal, dendam,kesal
sedangkan stresor eksternal bisa berasal dari ledekan, cacian,
makian ,hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana, dan
sebagainya. Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan
pada sistem individu (Disruption & Loss). Hal yang terpenting adalah
bagaimana seorang individu memaknai setiap kejadian menyedihkan atau
menjengkelkan tersebut (personal hening) (Purba dkk,2008).
Bila seseorang memberi makna positif, minsalnya : macet adalah waktu
untuk istirahat, penyakit adalah sarana penggugur dosa, suasana bising
adalah melatih persyarapan teling (nervus auditorius) maka ia akan dapat
melakukan kegiatan secara positif (compensatory act) dan tercapai perasaan
lega (resolution). Bila ia gagal dalam memberikan makan menganggap
segala sesuatunya sebagai ancaman dan tidak mampu melakukan kegiatan
positif ( olah raga, menyapu atau membaca puisi saat dia marah dan
sebagainya ) maka akan muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara
(Helplessness). Perasaan itu akan memicu timbulnya kemarahan (Anger).
Kemarahan yang diekspresikan keluar (Expressed outward) dengan
kegiatan yang konstruktif (contruktive action) dapat menyelesaikan masalah.
Kemarahan yang diekspresikan keluar (Expressed outward) dengan kegiatan
yang destultif (Destruktiv action) dapat menimbulkan perasaan bersalah dan
menyesal (guilt). Kemarahan yang dipendam ( Expressed inward) akan
menimbulkan gejala psikosomatis (poinfi l symtom) (yosep, 2007).
6. Tanda dan gejala
Manifestasi klinik prilaku kekerasan, Menurut Stuart G. W. (2007)
1. Emosi : Jengkel, marah (dendam), rasa terganggu, merasa takut,
tidak aman, cemas.
2. Fisik : Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit
fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meninglkat.
3. Intelektual : Mendominasi, bawel, berdebat, meremehkan.
4. Spiritual : Keraguan, kebijakan / keberanian diri, tidak bermoral,
kreativitas terhambat.
5. Sosial :Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor
7. Pemeriksaan penunjang

Serangkaian tes diagnostik yang dapat dilakukan pada prilaku


kekerasan (Maramis, 2009) adalah sebagai berikut:

1. Computed Tomograph (CT) scan


Hasil yang ditemukan pada pasien Skizofrenia berupa abnormalitas
otak seperti atrofi lobus temporal, pembesaran ventrikel dengan
resiko ventrikrl-otak meningkat yang dapat dihubungkan dengan drajat
gejala yang dapat dilihat.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat memberikan gambaran otak tiga dimensi ,dapat
memperlihatkan gambaran yang lebih kecil dari lobus prontal rata-
rata, atrofi lobus temporal (terutama hipokampus,girus parahipokampus,
dan garis temporal superior).
3. Positron Emission Tomography (PET)
Alat ini dapat mengukur aktivitas metabolik dari area spesifik otak
dan dapat menyatakan aktivitas metabolik yang rendah dari lobus
prontal, terutama pada area prefrontal dari korteks serebral.
4. Regional Serebral Blood Flow (RCBF)
Alat yang dapat mematikan aliran darah dan menyatakan intensitas
aktivitas pada daerah otak yang bervariasi.
5. Brain Electrical Activity Mapping (BEAM)
Alat yang dapat menunjukkan respon gelombang otak terhadap
rangsangan yang bervariasi disertai dengan adanya respons yang
terhambat dan menurun, kadang-kadang di lobus frontal dan sistem
limbik.
6. Addiction Severity Index (ASI)
ASI dapat menentukan masalah ketergantungan (ketergantungan
zat), yang mungkin dapat dikaitkan dengan penyakit mental, dan
mengindikasikan area pengobatan yang diperlukan.
7. Electroensephalogram (EEG)
Dari pemeriksaan didapt hasi yang mungkin abnormal, menujukkan
ada atau luasnya kerusakan organik pada otak.
8. Penatalaksaan
1. Medis

Menurut yosep (2007) obat-obatan yang bisa diberikan pada


pasien dengan marah dan prilaku kekerasan:
a. Antianxiety dan sedative hypnotics
Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.
Benzodiazepine seperti Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan
dalam kedaduratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien.
b. Buspirone obat antianxiety
Efektif dalam mengendalikan prilaku kekerasan yang berkaitan
dengan kecemasan dan depresi.
c. Antidepressants
Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan prilaku
agresif klien yang berkaitan dengan mood.
d. Amitriptyline dan Trazodone
Menghilangkan agresifitas berhubungan dengan cidera kepala dan
gangguan mental organik.
e. Lithium efektif untuk agresif karena panik
Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan prilaku kekerasan
2. Keperawatan
Menurut yosep (2007) perawat untuk mengimplementasikan berbagai
cara untuk mencegah dan mengelola prilaku agresif melalui rentang
intervensi keperawatan.
Strategi preventif Strategi antisipatif Strategi pengurungan

Kesadaran diri Komunikasi Managemen krisis


Pendidikan klien Perubahan Seclusion
Latihan asertif lingkungan Restrains
Tindakan perilaku

Gambar. 2.2.Rentang Intervensi Keperawatan


Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa
a. Strategi preventif
1) Kesadaran diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapinya dapat mempengaruhi
komunikasinya dengan klien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas,
marah, atau apatis maka akan sulit baginya untuk membuat klien tertarik.
Untuk mencegah semua itu, maka perawat harus terus meningkatkan
kesadaran dirinya dan melakukan supervisi dengan memisahkan antara
masalah pribadi dan masalah klien.
2) Pendidikan klien
Pendidikan mengenai cara berkomunikasi dan mengekspresikan marah
yang tepat. Banyak klien yang mengalami kesulitan mengekspresikan
perasaannya, kebutuhan, hasrat, dan bahkan kesulitan mengkomunikasikan
semua ini kepada orang lain.
3) Latihan asertif
Kemampuan dasar yang harus dimiliki perawat.
a) Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang
b) Mengatakan “tidak” untuk suatu yang tidak beralasan
c) Sanggup melakukan komplain
d) Mengekspresikan penghargaan dengan tepat
b. Strategi antisipatif
1) Komunikasi
Strategi komunikasi dengan klien prilaku agresif :
a) Bersikap tenang
b) Berbicara lembut
c) Berbicara dengan tidak menghakimi
d) Bicara netral dan dengan cara yang kongkrit
e) Tunjukan respek pada klien
f) Hindari intensitas kontak mata langsung
g) Fasilitasi pembicaraan klien
h) Dengarkn klien
i) Jangan buat janji yang tidak dapat perawat tepati
2) Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti :
membaca, grup program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak
sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.
3) Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang
dapat diterina dan tidak dapat diterima serta konsekuensi yang didapat bila
kontrak dilanggar.
c. Strategi pengurungan
1. Managemen krisis
2. Seclusion
merupakan tindakan keperawatan yang terakhir dengan menempatkan
klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat keluar atas
kemauannya sendiri dan dipisahkan dengan pasien lain.
3. Pengekangan fisik
Merupakan tindakan keperawatan yang terakhir ada dua macam
pengekangan fisik secara mekanik (menggunakan manset ,seprai pengekang)
atau isolasi (menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak
dapat keluar atas kemauannya sendiri).
Jenis pengekangan fisik :
 Camisoles (jaket pengekang)
 Manset untuk pergelangan tangan
 Manset untuk pergelangan kaki
 Menggunakan seprai
Indikasi pengekangan :
 Prilaku amuk membahayakan diri sendiri atau orang lain
 Prilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan
 Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan klien
untuk beristirahat, makan, minum.
4. Restrains
Tujuan tindakan keperawatan adalah untuk memonitor alat restrains
mekanik atau manual terhadap pergerakan klien.
5. Isolasi
Adalah menempatkan klien pada suatu ruangan dimana klien tidak dapat
keluar atas kemauannya sendiri.
Indikasi pengekangan:
 Pengadilan prilaku amuk yang membahayakan klien atau orang lain dan
tidak dapat dikendalikan oleh orang lain dengan intervensi pengendalian
yang longgar, seperti kontak interpersonal atau pengobatan.
 Reduksi stimulus lingkungan, jika diminta oleh kilen.
Kontra indikasi :
 Kebutuhan untuk pengamatan masalah medic
 Resiko tinggi untuk bunuh diri
 Potensial tidak dapat mentoleransi depresi sensori
 Hukuman
B. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Dengan Masalah
Keperawatan Utama Prilaku Kekerasan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Pada umumnya identitas klien yang dikaji pada klien dengan
masalah utama prilaku kekerasan (marah) adalah identitas klien yang
meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit (MRS) dan
nomor register. Sedangkan identitass penanggung jawab meliputi : Nama,
umur, hubungan keluarga, alamat keluarga.
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Merupakan penyebab klien dibawa ke RS dan pada umumnya alasan
masuk rumah sakit klien dengan prilaku kekerasan adalah merusak, mengamuk,
bicara kasar, tangan mengepal, pandangan tajam, bermusuhan, tidak bisa
diarahkan, biasanya klien mengatakan “semuanya memusuhi saya”.
c. Faktor predisposisi
1) Pada umumnya pernah gangguan jiwa di masa lalu.
2) Pengobatan sebelumnya kurang berhasil.
3) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan yaitu perasaan ditolak,
dihina, dianiaya dan sampai penganiayaan.
4) Ada anggota keluarga yang pernah mangalami gangguan jiwa.
5) Pengalaman masa yang tidak menyenangkan yaitu kegagalan yang dapat
menimbulkan frustasi.
d. Factor presipitasi
Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa
dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis,
atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang.
Contoh stresor eksternal : serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang
dianggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang lain. Contoh stresor
internal : gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang yang dicintai, dan
ketakutan terhadaap penyakit yang diderita.
Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka factor yang mencetuskan
terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua, yaitu :
1) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang
percaya diri.
2) Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik
interaksi social
e. Pemeriksaan fisik
1) Tanda vital
Tekanan darah pada klien dengan PK relatif meningkat, nadi takikardi ,
suhu meningkat dan frekwensi respirasi bertambah.
2) Ukuran
BB/TB biasanya tidak mengalami perubahan yan g bermakna.
3) Keluhan fisik
Klien biasanya merasa tidak sakit dan tidak ada keluhan fisik.
f. Aspek psikososial
1) Genogram
Dalam genogram klien dengan perilaku kekerasan biasanya hubungan
klien dengan keluarga kurang harmonis, y ang ditandai dengan komunikasi
yang terganggu.
2) Konsep diri
Biasanya merasa tidak berharga, hidup tidak berguna, harga diri rendah,
klien mampu membentuk identitas diri, klien mampu berperan sesuai
dengan umur dan profesinya.
3) Hubungan social
Hubungan social merupakan kebutuhan bagi setiap manusia, karena
manusia tidak mampu hidup secara normal tanpa bantuan orang lain. Pada
umumnya klien dengan gangguan seperti bermusuhan atau malu bicara
dengan orang lain.
4) Spiritual
Biasanya klien sebelum sakit aktif melakukan ibadah.
5) Status mental
a) Penampilan
Penampilan tidak rapi, rambut tidak rapi, pakaian tidak rapi.
b) Pembicaraan
Pembicaraan klien dengan amuk kasar ,lantang, menentang.
c) Aktivitas motorik
Biasanya klien gelisah tidak dapat duduk dengan tenang, mondar-
mandir, menentang peraturan rumah sakit.
d) Alam perasaan
Biasanya tidak senang, ekspresi wajah tegang dan marah.
e) Afek
Biasanya sesuai (apporopriate afect) saat marah ekspresi wajah
klien tampak tegang.
f) Intraksi selama wawancara
Biasanya klien menunjukkan bahwa dirinya bermusuhan, tidak
kooperatif, mudah tersinggung, tatapan mata tajam.
g) Persepsi
Biasanya gangguan persepsi terutama halusinasi pendengaran, klien
biassanya mendengar suara-suara yang mengancam, sehingga klien
cenderung melawan.
h) Proses pikir
Biasanya kehilangan asosiasi, tiba-tiba terhambat dalam proses
berpikir.
i) Isi pikir
Biasanya mengalami gangguan proses berpikir ,waham terutama
waham curiga atau waham kebesaran, sehingga klien merasa mampu
mengendalikan orang lain dengan mudah sesuai dengan kehendak
klien walaupun tidak benar.
j) Tingkat kesadaran
Biasanya klien tampak bingung dan kacau
k) Memori
Biasanya tidak mengalami gangguan, dimana klien mampu
mengingat hal-hal yang terjadi.
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dengan amuk biasanya mengalami gangguan dalam
konsentrasi berhitung.
m) Kemampuan penilaian
Biasanya mengalami gangguan penilaian ringan.
n) Daya titik diri
Klien biasanya mengingkari penyakit yang dideritanya.
g. Kebutuhan pulang
1. Makan
Biasanya klien menolak makan dan tidak mampu menyiapkan
makannya sendiri serta membersihkan alat makannya.
2. BAB dan BAK
Kemampuan menggunakan dan membersihkan kamar mandi kurang.
3. Mandi
Biasanya klien tidak memiliki minat dalam perawatan diri (mandi)
4. Istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur klien biasanya terganggu.
h. Mekanisme koping
Koping yang digunakan klien biasanya proyeksi, displacement dan
cenderung kadang mencederai orang lain.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya mendapat perlakuan yang tidak wajar dari lingkungan seperti klien
diejek karena klien menderita gangguan jiwa.
j. Penegtahuan
Klien dengan amuk biasanya kurang mengetahui dalam hal mencari
bantuan, faktor predisposisi, koping mekanisme dan sistem pendukung dan
obat-obatan sehingga penyakit klien semakin berat.
k. Aspek medik
Meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan yang digunakan oleh klien
selama perencanaan.
l. Maslah keperawatan
1. Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
masalah utama prilaku kekerasan (marah) adalah :
2. Resiko prilaku mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3. Gangguan konsep diri, harga diri rendah kronis.
4. Gangguan pemeliharaan kesehatan
5. Defisit perawatan diri : mandi dan berhias
6. Ketidakefektifan koping keluarga : ketidakmampuan keluarga merawat
klien dirumah.
m. Pohon masalah

Resiko prilaku
Akibat /Effect mencederai diri

Core Problem/ Perilaku Kekerasan

masalah utama

Causa / penyebab Harga Diri Rendah

Gambar 2.3 ..Pohon Masalah (Budi Anna Keliat, 2005.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial,
dimana perawat dengan pendidikan dan pengalamannya, mampu dan
mempunyai izin untuk mengatasinya (Potter & Perry, 2005).
Adapun beberapa tipe diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Diagnosa Keperawatan Aktual
Diagnosa keperawatan aktual adalah menyajikan keadaan klinis yang telah
divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi.
b. Diagnosa Keperawatan Risiko
Diagnosa keperawatan risiko adalah keputusan klinis tentang individu,
keluarga atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah
dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir
sama.
c. Diagnosa Keperawatan Kemungkinan
Diagnosa keperawtan kemungkinan adalah pernyataan tentang masalah yang
diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih
diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor
risiko.
d. Diagnosa Keperawatan Sejahtera
Diagnosa keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu,
kelompok atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke
tingkat kesejahteraan yang lebih baik.
e. Diagnosa Keperawatan Sindrom
Diagnosa keperawatan sindrom adalah diagnosa keperawatan yang terdiri
dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diduga
akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
Menurut Potter & Perry, (2005) setelah menetapkan diagnosa
keperawatan secara spesifik, perawat perlu untuk menentukan prioritas
dengan membuat peringkat dalam urutan kepentingannya. Prioritas dapat
didasarkan pada hirarki kebutuhan.
Ada beberapa diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah
utama perilaku kekerasan menurut Capernito (2009) :
a. Prilaku kekerasan
b. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain
c. Harga2 diri rendah
3. Rencna keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan
dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan
ditetapkann dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut
(Potter & Perry, 2005).
Perencanaan merupakan proses keperawatan ini harus dilaksanakan secara
lengkap, ditulis dengan jelas, ringkas dengan istilah buku dan luas dilakukan
selama pasien dirawat inap, rawat jalan, dan kamar tindakan,catatan
mengunakan formulir yang baku,disimpan sesuai peraturan yang berlaku,dan
setiap melakukan tindakan perawat mencantumkan paraf /nama jelas dan
tanggal, jam dilaksanakanya tindakan tersebut.
Kegiatan perencanaan asuhan keperawatan klien antara lain meliputi:
a. Membuat perioritas dan kriteria hasil
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan (tahap kedua), perawat dapat
mulai membuat urutan prioritas diagnosis. Penentuan prioritas ini dilakukan
karena tiak semua diagnosis keperawatan dapat diselesaikan pada waktu yang
bersamaan. Pada tahap ini, perawat dan klien bersama- sama menentukan
diagnosis keperawatan mana yang harus dipecahkan lebih dulu dan
memprioritaskannya.
b. Merumuskan Tujuan
Tujuan ditetapkan dalam bentuk tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka panjang dimaksudkan untuk mengatasi masalah
secara umum, sedangkan tujuan jangka pendek dimksudkan untuk
mengatasi etiologi guna mencapai tujuan jangka panjang.
Rumusan tujuan keperawatan ini harus (SMART), yaitu :
S : Spesifik (Tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda).
M : Measurable (Tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang
prilaku klien, dapat dilihat, didengar, di raba, dirasakan dan dibau).
A : Achievable (Tujuan harus dapat dicapai)
R : Reasonable (Tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan secara klinis).
T : Times (Tujuan keperawatan harus ada batasan waktu yang ditentukan).
c. Merumuskan Kriteria Evaluasi
Dalam penyusunan kriteria hasil /evaluasi, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Di antaranya, kriteria hasil/evaluasi terkait dengan tujuan,
bersifat khusus, dan konkret. Selain itu, hasilnya harus dapat dilihat, didengar,
dan diukur oleh orang lain.
d. Merumuskan Intervensi Keperawatan
Dalam merencanakan intervensi keperawatan, perawat harus memerhatikan
beberapa kriteria yang terkait dengan rumusan intervensi keperawatan.
Kriteria rencana keparawatan tersebut, antara lain :
1) Memakai kata kerja yang tepat
2) Bersifat spesifik (apa yang dilakukan? Siapa yang melakukan? Dimana hal
tersebut dilakukan? Bagaimana cara melakukannya? dan seberapa sering hal
tersebut dilakukan?).
3) Dapat dimodifikasi.
Intervensi keperawatan terdiri atas intervensi keperawatan yang indepeden
dan intervensi keperawatan kolaborasi. Intervensi keperawatan independen
adalah intervensi keperawatan yang dilakukan perawat terhadap klien secara
mandiri tanpa peran aktif dari tenaga kesehatan lain

Tabel 2.1. Rencana Asuhan Keperawatan Pasien dengan Perilaku Kekerasan.


No Diagnosa Perencanaan Intervensi
Kep. Tujuan Kriteria Hasil
1 2 3 4 5
1. Perilaku TUM : 1. Klien mau
kekerasan Klien dapat me- mem-balas 1. Beri salam/panggil
lanjutkan hubungan salam. nama klien
peran sesuai dengan 2. Klien mau 2. Sebutkan nama
tanggung jawab. men-jabat perawat sambil jabat
TUK : tangan tangan
1. Klien dapat 3. Klien mau me- 3. Jelaskan maksud
membina nyebutkan hubungan interaksi
hubungan saling nama 4. Jelaskan tentang
percaya 4. Klien mau ter- kontrak yang akan
senyum dibuat
5. Klien mau 5. Beri rasa aman dan
kontak mata sikap empati
6. Klien mau me- 6. Lakukan kontak
ngetahui nama
perawat 7. singkat tapi sering
7. Menyediakan
waktu untuk
kontak
3 4 5
2. Klien dapat 1.Klien dapat 1.Beri kesempatan
mengidentifikasi mengungkapka untuk
penyebab perilaku n perasaannya mengungkapkan
kekerasan 2. Klien dapat perasaannya
mengungkapka 2. Bantu klien untuk
n penyebab mengungkapkan
perasaan penyebab jengkel atau
jengkel atau kesal.
kesal (dari diri
sendiri, dari
lingkungan atau
orang lain)
3. Klien dapat 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien meng-
mengidentifikasi mengungkapkan ungkapkan yang dialami

tanda-tanda perasaan saat saat marah atau jengkel


marah atau
perilaku
jengkel 2. Observasi tanda perilaku
kekerasan
2. Klien dapat kekerasan
menyimpulkan Simpulkan bersama
Sumber : Keliat, (2011).

Anda mungkin juga menyukai