Anda di halaman 1dari 11

BAB VI

Ruang Hasil Kali Dalam

VI.1 Hasil kali dalam


Definisi
Hasil kali dalam adalah fungsi yang mengaitkan setiap pasangan vektor di ruang vektor V
(misalkan pasangan u dan v , dinotasikan dengan ¿ u , v >¿ ) dengan bilangan riil dan
memenuhi 4 aksioma, yaitu:
1. Simetris : ¿ u , v >¿< v ,u >¿
2. Aditivitas : ¿ u+ v , w>¿<u , w> +¿ v , w>¿
3. Homogenitas : ¿ k u , v ≥k <u , v >¿ , k skalar
4. Positivitas : ¿ u , u>≥ 0 dan (¿ u , u≥0 ↔ u=0)
Ruang vektor yang dilengkapi hasil kali dalam seperti diatas disebut Ruang hasil kali dalam
(RHKD)
Contoh 6.1.1
Tunjukkan bahwa operasi perkalian titik-titik standar di R3 Euclides merupakan hasil kali
dalam!
Jawab
Akan ditunjukkan bahwa perkalian titik standar memenuhi keempat aksioma hasil kali dalam:
Misalkan a=( a 1 , a2 , a3 ), b=( b 1 , b2 , b3 ), c=( c 1 , c 2 , c3 ) maka a , b , c ∈ R3
1. Simetris
¿ a , b> ¿(a . b)
¿ ( a 1 b 1+ a2 b 2+ a3 b3 )
¿ ( b 1 a 1+b 2 a2+ b3 a3 )
¿< b , a>¿ ................... (terpenuhi)
2. Aditivitas
¿ a+ b , c> ¿ ( ( a+b ) . c )
¿ ( ( a1 + b1 ,a 2 +b 2 , a 3 +b 3 ) . ( c 1 , c 2 , c 3 ) )
¿¿
¿ ( a 1 c 1 +a2 c 2+ a3 c 3 ) + ( b1 c 1+ b2 c 2+ b3 c3 )
¿ ( a . c ) +(b .c )
¿< a , c>+ ¿ b , c>¿ ................... (terpenuhi)
3. Homogenitas
¿ k a , b≥( k a . b )
¿ ( k a1 b 1+ k a2 b2 +ka3 b3 )
¿ k ( a1 b 1+ a2 b2+ a3 b3 )
¿ k ( a . b)
¿< k a , b>¿................... (terpenuhi)
4. Positivitas
¿ a , a> ¿ ( a . a )=( a1 +a2 +a3 ) ≥ 0................... (terpenuhi)
2 2 2

dan
¿ u , u>¿ ( u .u )=( u 12+u 22 +u32 ) =0 ↔u=( 0,0,0 ) =0 ................... (terpenuhi)
RHKD yang memiliki hasil kali dalam berupa perkalian titik standar seperti diatas biasa
disebut RHKD Euclides.
Contoh 6.1.2
Diketahui ¿ u , v >¿ ad +cf dengan u=(a ,b ,c ) dan v=(d , e , f ), apakah ¿ u , v >¿ tersebut
merupakan hasil kali dalam?
Jawab
Akan ditunjukkan apakah ¿ u , v >¿ tersebut memenuhi keempat aksioma hasil kali dalam
Aksioma
1. Simetris
¿ u , v >¿ ad +cf
¿ da+ fc
¿< v ,u> ¿ ................... (terpenuhi)
2. Aditivitas
Misalkan w=(g ,h , i )
¿ u+ v , w>¿ ( a+ d , b+ e , c+ f ) ,(g , h , i)
¿¿
¿¿
¿<u , w >+¿ v , w> ¿ ................... (terpenuhi)
3. Homogenitas
¿ k u , v >¿ k ( ad+ cf )
¿ ( kad +kcf )
¿< k u , v> ¿ ................... (terpenuhi)
4. Positivitas
¿ u , u>¿ ( u , u )=(a2 +c 2 )≥ 0 ................... (terpenuhi)
dan
(¿ u , u>¿ ( a 2+ c2 ) =0 tidak selalu ↔ u=(0,0,0) karena untuk nilai u=(0 , b , 0) dengan b ≠ 0
maka nilai ¿ u , u>¿ 0 ................... (tidak terpenuhi)
Aksioma positivitas tidak terpenuhi maka ¿ u , v >¿ ad +cf dengan u=(a ,b ,c ) dan
v=( d , e , f ) bukan merupakan hasil kali dalam.

VI.2 Panjang vektor, jarak antar vektor, dan besar sudut dalam RHD
Ketika kita membahas tentang panjang vektor, maka kita harus menghilangkan rumusan yang
selama ini kita gunakan mengenai panjang vektor dalam ruang–n Euclides berdasarkan
operasi hasil kali titik. Kita akan menghitung panjang suatu berdasarkan hasil kali dalam
yang telah diberikan, dan sudah dibuktikan bersama-sama bahwa hasil kali titik dalam ruang–
n Euclides juga merupakan hasil kali dalam jadi konsep yang digunakan ini akan lebih luas
daripada konsep sebelumnya.
Misalkan V merupakan ruang hasil kali dalam, u , v ∈V maka
1
a. Panjang u=¿ u ,u> ¿ 2 ¿
1
b. Jarak u dan v , maka d ( u , v )=¿ u−v , u−v >¿ 2 ¿

c. Misalkan ∅ sudut antara u dan v dalam RHKD, maka besar cos ∅ adalah:
⟨u , v ⟩
cos θ= ¿
¿ u∨¿ v∨¿
Jika u dan v saling tegak lurus maka ¿ u+ v∨¿2 =¿ u∨¿2 +¿ v∨¿2 ¿ ¿ ¿
Bukti
¿ u+ v∨¿2 =⟨ u+ v ,u+ v ⟩ ¿
¿ ⟨ u+ v , u ⟩ + ⟨ u+ v , v ⟩
¿ ⟨ u ,u ⟩ + ⟨ v , v ⟩ +2 ⟨ u , v ⟩
2 2
¿ ¿ u∨¿ + ¿ v∨¿ ¿ ¿
Contoh 6.2.1
Diketahui V adalah RHKD dengan hasil kali dalam ⟨ u , v ⟩ =( u1 v 1+ 2u 2 v 2 +u3 v 3 ) dengan
u=( u1 ,u 2 , u3 ), v=( v 1 , v 2 , v 3 ). Jika vektor- vektor a , b ∈V dengan a=(1,2,3) dan b=(1,2,2),
Tentukan
a. Besar cos θ jika sudut yang dibentuk antara a dan b adalah θ !
b. Jarak antara a dan b !
Jawab
⟨a , b ⟩
cos θ= ¿
¿ a∨¿ b∨¿
¿ a , b> ¿1.1+2.2+2.3=11
|a|= √ 12 +22 +32=√ 14
¿ b∨¿ √ 12 +22 +22= √ 9
⟨a,b ⟩ 11 11
Jadi cos θ= = = ¿
¿ a∨¿ b∨¿ √ 9 √ 14 3 √ 14
Jarak antara a dan b adalah |ab|= √ ( 1−1 )2 + ( 2−2 )2+(3−2)2=1

VI.3 Basis orthonormal


Diketahui V ruang hasil kali dalam dan v 1, v 2, ..., v n adalah vektor-vektor dalam V.
Beberapa definisi penting
a. H= { v 1 , v 2 ,... , v n } disebut himpunan orthogonal bila setiap vektor dalam V saling tegak
lurus, yaitu ¿ vi , v j≥0 untuk i≠ 0 dan i , j=1,2 ,... , n.
b. G= { v 1 , v 2 , ... , v n } disebut himpunan orthonormal bila G himpunan orthogonal dan HKD
dari v i=1, i=1,2 , ..., n atau ¿ vi , v i≥1

Metode Gramm-Schimdt
Metode Gramm-Schimdt digunakan untuk merubah suatu himpunan vektor yang bebas linier
menjadi himpunan yang orthonormal, jadi dalam hal ini disyaratkan himpunan yang
ditransformasikan ke himpunan orthonormal adalah himpunan yang bebas linier. Jika yang
akan ditransformasikan adalah himpunan vektor yang merupakan basis dari ruang vektor V
maka metode Gramm-Schimdt akan menghasilkan basis orthonormal untuk V.
Sebelum membahas tentang metode ini, akan dibahas tentang proyeksi orthogonal vektor
terhadap ruang yang dibangun oleh himpunan vektor.

Diketahui H= { v 1 , v 2 ,... , v n } adalah himpunan vektor yang bebas linier dari ruang vektor V
dengan dimensi≥ n dan S= {w1 , w2 , ... , wn } merupakan himpunan vektor yang orthonormal.
Jika W menyatakan ruang yang dibangun oleh w 1 , w 2 , ... , wn maka untuk setiap vektor z 1
dalam W, dituliskan z 1=k 1 w 1+ k 2 w2 ,+...+k n w n dengan k 1 , k 2 , … , k n skalar.
Jika u adalah sembarang vektor dalam V, maka tentunya u dapat dituliskan sebagai jumlah
dari dua vektor yang saling tegak lurus misalkan z 1 dan z 2, jadi dapat dituliskan u=z1 + z 2.
Karena z 1 dalam W, maka sebenarnya z 1 merupakan proyeksi orthogonal u terhadap W,
sedangkan z 2 merupakan komponen vektor u yang tegak lurus terhadap W. Jadi untuk
menentukan z 1, maka harus ditentukan nilai k 1 , k 2 , … , k n sedemikian hingga nilai k 1
merupakan panjang proyeksi u terhadap w 1, k 2 merupakan panjang proyeksi u terhadap w 2
dan seterusnya sehingga k n merupakan panjang proyeksi u terhadap w n. Proyeksi orthogonal
u terhadap w i adalah proywi ( u )=¿ u , wi >¿ , dikarenakan w 1 , w 2 , ... , wn merupakan vektor-
vektor yang orthonormal.
Jadi dapat dituliskan bahwa proyeksi orthogonal u terhadap W adalah:
proyw ( u )=z i=¿u , w1 >w1 +¿ u , w 2> w2 +…+ ¿u , w n >w n

dengan { w1 , w2 ,... , wn } merupakan himpunan orthonormal.


Komponen u yang tegak lurus terhadap W adalah
z 2=u−(¿ u , w 1> w1 +¿ u , w2 > w2 +…+¿ u , w n> wn )

Misal diketahui K= { v 1 , v 2 ,... , v n } adalah himpunan yang bebas linier, maka K dapat diubah
menjadi himpunan S= {w1 , w2 , ... , wn } yang orthonormal dengan menggunakan metode
Gramm-Schimdt yaitu:
v1
1. w 1= , ini proses normalisasi yang paling sederhana karena hanya melibatkan
¿ v 1∨¿ ¿
satu vektor saja. Pembagian dengan ¿ v1 ∨¿ bertujuan agar w i memiliki panjang = 1, pada
akhir langkah ini didapatkan w 1 orthonormal.
v 2 −⟨ v 2 , w1 ⟩ w 1
2. w 2=
¿ v 2− ⟨ v 2 , w 1 ⟩ w1 ∨¿ ¿
Pada akhir langkah ini didapatkan dua vektor w 1 dan w 2 yang orthonormal.
v 3 −⟨ v 3 , w1 ⟩ w1− ⟨ v3 , w 2 ⟩ w 2
3. w 3=
¿ v 3− ⟨ v 3 , w 1 ⟩ w 1−⟨ v 3 , w2 ⟩ w2∨¿¿
v n−⟨ v n , w1 ⟩ w1− ⟨ v n , w2 ⟩ w2−… ⟨ v n , w n−1 ⟩ w n−1
w n=
¿ v n− ⟨ v n , w1 ⟩ w1−⟨ v n , w 2 ⟩ w 2−… ⟨ v n , wn−1 ⟩ wn−1∨¿ ¿
v i− prow (v i)
Secara umum w i= dengan W merupakan ruang yang dibangun oleh
¿ v i− prow ( v i ) ∨¿ ¿
w 1 , … , w i−1.
Pada metode ini, pemilihan v 1 , v 2 , ..., v n tidak harus mengikuti urutan vektor yang diberikan
tetapi bebas sesuai keinginan kita karena satu hal yang perlu diingat bahwa basis suatu ruang
vektor tidak tunggal. Jadi dengan mengubah urutan dari v 1 , v 2 , ..., v n sangat memungkinkan
didapatkan jawaban yang berbeda-beda. Pemilihan urutan dari v 1 , v 2 , ..., v n yang disarankan
adalah yang mengandung hasil kali dalam yang bernilai 0 yaitu ¿ vi , v j> ¿ 0, dalam kasus ini
bisa diambil v 1=v i dan v 2=v j dan seterusnya.

Contoh 6.3.1
Diketahui H= { a , b , c } dengan a=(1,1,1), b=(1,2,1), c=(−1,1,0)
a. Apakah H basis R3 ?
b. Jika ya, transformasikan H menjadi basis orthonormal dengan menggunakan hasil kali
dalam Euclides!
Jawab
a. Karena dim (R¿¿ 3)=3 ¿ dan jumlah vektor dalam H = 3, maka untuk menentukan
apakah H merupakan basis R3 atau bukan, adalah dengan cara menghitung determinan
matriks koefisien dari Sistem Persamaan Linear A x=b dengan b adalah sembarang

[ ]
1 1 1
vektor dalam R3 , yaitu = det 1 2 1 . Jika det = 0 maka berarti H bukan merupakan
−1 1 0
basis R3 , sebaliknya jika det ≠ 0 maka berarti vektor-vektor di H bebas linier dan

| |
1 1 1
membangun R , jadi H merupakan basis R . Determinan dari 1 2 1 =1
3 3

−1 1 0
Karena det =1, ini berarti H merupakan basis R3 .
b. Hasil kali dalam antara a , b dan c
¿ a , b> ¿ 4 ,< a , c>¿ 0 ,< b , c> ¿1
Untuk memilih basis yang perhitungannya lebih sederhana dapat diambil
v 1=a, v 2=c , v 3=b
a
w 1=
a. ( 1,1,1 )
¿ a∨¿= ¿
√3
c−⟨ c , w 1 ⟩ w 1
w 2=
c
b. ¿ c−⟨ c , w1 ⟩ w1∨¿= ¿
(−1,1,0)
¿ c∨¿= ¿
√2
¿
{Karena ¿ a , c >¿ 0 maka
⟨ c , w1 ⟩ =¿ c , a> ¿
¿
¿ a∨¿=¿ a , c > ¿¿
¿ a∨¿=0 }¿
1 1
b− ⟨ b , a ⟩ a− ⟨ b , c ⟩ c
b−⟨ b , w1 ⟩ w1− ⟨ b , w 2 ⟩ w 2 3 2
c. w 3= =
| |
|b−⟨ b , w1 ⟩ w1− ⟨ b , w 2 ⟩ w 2| b− −1 ⟨ b , a ⟩ a− 1 ⟨ b , c ⟩ c
3 2

[]
1

[] [] [ ]
6

[]
1 1 −1 1
1 1 1 1 1 1
b− ⟨ b , a ⟩ a− ⟨ b , c ⟩ c= 2 − (4) 1 − ( 1) 1 = = 1
3 2 3 2 6 6
1 1 0 −2
−1
3

|b− 13 ⟨ b , a⟩ a− 12 ⟨ b , c ⟩ c|= √66 = √16


Jadi w 3=
1 1
1
√6 −2 []
Normalisasi himpunan orthogonal ke himpunan orthonormal
Diketahui V adalah RHKD dan H= { v 1 , v 2 ,... , v n } ∈V merupakan himpunan orthogonal
dengan v i ≠ 0 maka bisa didapatkan himpunan orthonormal yang didefinisikan sebagai
vi
S= { s 1 , s2 ,... , sn } dengan si= , i=1,2 , ..., n . Kalau dilihat secara seksama, sebenarnya
¿ vi ∨¿ ¿
rumusan ini merupakan rumusan dari metode Gramm-Schimdt yang telah mengalami reduksi
yaitu untuk nilai proy w (vi) = 0 akibat dari v 1 , v 2 , ..., v n yang saling orthogonal. Proses untuk
mendapatkan vektor yang orthonormal biasa disebut dengan menormalisasikan vektor. Jika
dim (V) = n, maka S juga merupakan basis orthonormal dari V.

Contoh 6.3.2
Diketahui a , b , c ∈ R3 dengan a=(2,−1,1), b=(2,5,1), c=(−1,0,2). Jika R3 merupakan
RHKD Euclides, transformasikan a , b , c ke basis orthonormal!
Jawab
¿ a , b> ¿ 0 ,< a , c >¿ 0 ,<b , c >¿ 0
¿ a∨¿ √ 22+(−1)2+12= √ 6 , ¿ b∨¿ √ 22+5 2+12= √30 ,
¿ c∨¿ √(−1) +0 +2 = √ 5
2 2 2

Misalkan H= { a , b , c } maka H merupakan himpunan orthogonal


Dim ( R3 ) =3 jadi dapat ditentukan basis orthonormal untuk R3 .
a b c
s1= s2= s3=
Misalkan 1 1 1
¿ a∨¿= (2 ,−1,1)¿ , ¿ b∨¿= (2,5,1) ¿ , ¿ c∨¿= (−1,0,2) ¿
√6 √ 30 √5
Basis orthonormal untuk R3 adalah {√ 1
6
( 2,−1,1 ) ,
1
√ 30
1
( 2,5,1 ) , (−1,0,2)
√5 }

VI.4 Perubahan basis


Seperti diketahui bahwa suatu ruang vektor bisa memiliki beberapa basis. Dari sifat inilah
tentunya jika terdapat sembarang vektor x dalam suatu ruang vektor V yang memiliki
himpunan vektor A dan B sebagai basisnya maka x tentunya merupakan kombinasi linier dari
vektor-vektor di A dan B. Kajian yang dilakukan sekarang ini adalah melihat hubungan antar
kombinasi linier tersebut. Secara sistematis, langkah-langkahnya dapat dilihat seperti berikut
ini:
Jika V ruang vektor, S : { s1 , s2 , ... , sn } merupakan basis V maka untuk sembarang x ∈ V , dapat
dituliskan:
x=k 1 s1 +k 2 s2 ...+ k n s n dengan k 1 , k 2 , … , k n skalar.
k 1 , k 2 , … , k n juga disebut koordinat x relatif terhadap basis S.

[]
k1
[ x ] s= k 2 disebut matriks x relatif terhadap basis S.
:
kn

Jika S merupakan basis orthonormal, maka:

[ ]
⟨ x , s1 ⟩
[ x ] s= ⟨ x , s2 ⟩
:
⟨ x , sn ⟩
Jika A={ x 1 , x 2 } dan B= { y 1 , y 2 } berturut-turut merupakan basis dari V, maka untuk
sembarang z ∈ V bisa didapatkan [ z ] A dan [ z ] B. Bagaimana hubungan [ z ] A dan [ z ] B?

Misalkan [ x 1 ]B= [ ab] dan [ x ] =[ dc ]


2 B

[ ab] didapatkan x =a y +b y ....................(1)


Dari [ x 1 ]B= 1 1 2

Dari [ x ] =[ ] didapatkan x =c y + d y ....................(2)


c
2 B 2 1 2
d

Untuk [ z ] A = []k1
k2
maka didapatkan z=k 1 x 1+ k 2 x2 .....(3)

Dengan melakukan substitusi dari persamaan 1 dan 2 ke persamaan 3 didapatkan:


z=k 1 ( a y1 +b y 2 ) + k 2 ( c y 1 +d y 2 )=( k 1 a+k 2 c ) y 1+ ( k 1 b+k 2 d ) y 2

Ini berarti [ z ] B= [ ] [ ][ ]
k 1 a+ k 2 c
k 1 b+k 2 d
=
a c k1
b d k2
=P [ z ] A

P disebut matriks transisi dari basis A ke basis B.


Secara umum, jika A={ x 1 , x 2 , … , x n } dan B= { y 1 , y 2 ,… , y n } berturut-turut merupakan basis
dari ruang vektor V, maka matriks transisi basis A ke basis B adalah:
P=[ [ x1 ]B [ x 2 ] B … [ x n ] B ]

Jika P dapat dibalik, maka P−1 merupakan matriks transisi dari basis B ke basis A.
Contoh 6.4
Diketahui A={ v , w } dan B= { x , y } berturut-turut merupakan basis R2, dengan
v=( 2,2 ) , w= (3 ,−1 ) , x=(1,3) dan y=(−1 ,−1)
Tentukan
a. Matriks transisi dari basis A ke basis B!

b. Hitung koordinat (2,3) terhadap basis A yang dinyatakan sebagai [( )]


2
3 A

c. Hitung ([ 23 )] dengan menggunakan hasil pada (b)!


B

d. Matriks transisi dari basis B ke basis A!


Jawab

[ba] maka [ 22]=[ 13 −1


a. Misalkan [ v ]B = ][
−1 b
a
], didapatkan [ ]=[ ] dan untuk [ w ] =[ ]
a
b −2
0 c
d
B

maka [ ]=[
3 −1 ][ d ]
, maka didapatkan [ ]=[ ]
3 1 −1 c c −2
−1 d −5
Jadi matriks transisi dari basis A ke basis B adalah : P= [ 0 −2
−2 −5 ]
b. Misalkan [( ) ] [ ] [
2
3 A
=
k1
k2
maka][ ] [ ]
0 −2 k 1
−2 −5 k 2
2
[][ ] k
= didapatkan 1 =
3 k2
−1
1

Dari (a) dan (b) didapatkan P=[ dan [( ) ] =[ ]


−2 −5 ]
0 −2 2 −1
c. sehingga
3 1 A

[(23)] =P [ (23)] =[−20 −5−2][−11]=[−2−3]


B A

d. Matriks transisi dari basis B ke basis A adalah P−1 dengan P merupakan matriks transisi
terhadap basis A ke basis B.

Jadi P =
−1
[
−1 −5 2
4 2 0 ]
merupakan matriks transisi dari basis B ke basis A.

Latihan 6
1. Diketahui ¿ a , b> ¿ a1 b 1+ a22 b22 dengan a=( a 1 , a2 ) dan b=( b 1 , b2 ). Tunjukkan sifat hasil
kali dalam yang tidak dipenuhi!
2. Diketahui ¿ a , b> ¿ a1 b 1−a 2 b2 + a3 b 3 dengan a=( a 1 , a2 , a3 ) dan b=( b 1 , b2 , b3 ). Periksa
apakah ¿ a , b> ¿ merupakan hasil kali dalam atau tidak! Jika tidak tentukan aksioma
mana yang tidak memenuhi!
3. R
3
merupakan RHD dengan hasil kali dalam ¿ u , v >¿ u1 v 1 +2 u2 v 2+u 3 v 3 dengan
u=( u1 ,u 2 , u3 ), v=( v 1 , v 2 , v 3 ). W adalah sub-ruang R
3
yang memiliki basis
B= { (−2,2,2 ) , ( 1,3 ,−3 ) }
a. Transformasikan B menjadi basis orthonormal!
b. Misal x=( 2,2 ,−4 ) di R3 , nyatakan x= y + z dengan x ∈ W dan x orthogonal terhadap
W! Tentukan komponen x yang orthogonal terhadap W.
4. R3 merupakan RHD dengan hasil kali dalam ¿ u , v >¿ u1 v 1 +2 u2 v 2+u 3 v 3 dengan
u=( u1 ,u 2 , u3 ), v=( v 1 , v 2 , v 3 ). W adalah sub-ruang R
3
yang memiliki basis
C={b 1=(−1,0 ,−1 ) , b2 =( 2,1,2 ) }
a. Transformasikan C menjadi basis orthonormal!
b. Hitung sin β jika β adalah sudut antara b 1 dan b 2!
c. Tentukan jarak antara b 1 dan b 2
d. Misal x=( 1,2 ,−1 ) di R3 , x= y + z , dengan x ∈ W dan x orthogonal terhadap W,
tentukan y dan z , tentukan komponen x yang orthogonal terhadap W
5. Diketahui P= [ 1 2
−1 1 ]
merupakan matriks transisi dari basis A terhadap basis B, dengan

A={a 1 , a2 } dan B={b1 , b2 } merupakan basis R2. Jika x=2 a1 −a2, tentukan [ x ] B!

{[ ] [ ] [ ]} {[ ] [ ] [ ]} []
1 0 1 −1 0 1 2
6. Diketahui A= 2 , 1 , 1 dan B= , ,
0 1 −1 basis R . Jika [ x ] A = 2 , tentukan
3

1 1 1 1 0 1 1

a. x
b. Matriks transisi dari basis A ke basis B
c. [ x ]B

Anda mungkin juga menyukai