Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fahruddin

Nim : 2022312047P

Kebutuhan air bersih mengalami pertumbuhan lebih cepat


dibandingkan dengan pertumbuhan kemampuan memasok air, sehingga
secara relatif persentase penduduk yang dapat dilayani oleh PDAM
semakin menurun.
Akibatnya,pasokanairbersihlebihseringmengutamakankuantitas(ke
cukupan) daripada mempertahankan mutu tinggi. Hal ini sering
menyebabkan masalah tingginya variasi mutu air. Pada kondisi tertentu,
misalnya hujan lebat, mutu air rendah yang ditandai dengan tingkat
kekeruhan tinggi.

Selain untuk keperluan sehari-hari rumah tangga, air bersih


juga dibutuhkan dalam jumlah besar untuk keperluan industri dan
merupakan salah satu faktor pembatas dalam aktivitas industri.
Berbagai jenis industri, seperti agroindustri atau industri pengolahan
pangan merupakan pengguna air dalam jumlah besar.

Pada industri tersebut, air digunakan sebagai bahan baku atau bahan
penolong, sebagai sarana transportasi (conveyor), dan sebagai bahan utama
untuk pencucian atau sanitasi area pabrik. Selain untuk penggunaan
langsung “dalam proses”, air juga digunakan untuk berbagai tujuan,
misalnya untuk pengkondisian bahan baku (seperti perendaman,
pencucian, blansing, dan pendinginan), serta memproduksi uap untuk
pemasakan, sterilisasi, dan pemanas prose Jenis penggunaan air dalam
industri, misalnya agroindustri atau industri pangan dapat dikategorikan
menjadi beberapa kelompok, yaitu air untuk keperluan umum, air
proses, air pendingin, dan air umpan boiler. Penggunaan air yang
termasuk kategori untuk keperluan umum adalah air untuk mencuci dan
sanitasi berbagai bahan atau peralatan, misalnya bahan baku, peralatan
pengolahan, fasilitas pabrik, dan perlengkapan pendukung proses
pangan. Untuk keperluan ini air harus memenuhi syarat tertentu,
seperti layak minum (potable), jernih, tidak berwarna, dan bebas dari
kontaminan yang memengaruhi rasa atau bau. Untuk keperluan ini,
biasanya pengolahan air yang diperlukan adalah klorinasi di tempat
(in-plant chlorination) untuk membunuh atau mengurangi jumlah
mikroba pada bahan baku, produk olahan, dan pada permukaan
peralatan di pabrik. Tindakan pengendalian mikroorganisme ini
merupakan tindakan terpenting dalam industri makanan dan minuman.
Air yang mengandung klor sering digunakan untuk membilas
secara langsung bahan baku atau produk olahan. Bila penanganan
bahan seperti ini dilakukan, tindakan pencegahan harus diambil untuk
memastikan bahwa rasa dan rasa bahan baku atau produk tidak
terpengaruh oleh klor.
Air proses adalah air yang digunakan untuk memasak atau
ditambahkan langsung ke produk makanan atau minuman. Oleh
karena itu, air proses harus memiliki mutu yang cukup baik untuk
tidak menurunkan mutu produk, misalnya kadar mineral terlarut tidak
melebihi batas tertentu yang membuat air terlalu sadah dan
memengaruhi rasa produk. Sebagian besar produk minuman
(misalnya air minum dalam kemasan, teh botol, dan softdrink)
terdiri atas air proses. Untuk keperluan tersebut, air sering kali
membutuhkan proses pengolahan khusus agar mutu produk yang
dihasilkan konsisten tinggi. Proses pegolahan air tersebut sering
melibatkan pelunakan, reverse osmosis, dan deionisasi.
Sebelum digunakan dalam pengolahan makanan, air harus
memenuhi syarat tertentu. Air sadah dapat memengaruhi tekstur bahan
baku. Besi, mangan, atau sulfat dapat berdampak negatif pada warna
dan rasa produk. Selain harus memenuhi syarat fisik dan kimia, air
juga harus aman secara mikrobiologis, yakni bebas dari bakteri, virus,
kista, protozoa, dan cacing atau telur cacing. Penyisihan padatan
tersuspensi dapat mengurangi mikroorganisme, tetapi disinfeksi akan
menjamin persyaratan mikrobiologis tersebut. Metode yang dapat
digunakan untuk disinfeksi adalah secara kimia, termal, radiasi, dan
penanganan secara ultrasonik. Penggunaan klorin atau turunan klorin
adalah proses paling murah dan paling umum digunakan untuk
disinfeksi Tidak hanya menghasilkan warna dan bau pada minuman
dan makanan, mikroorganisme yang masuk ke dalam proses produksi
dapat mencemari peralatan dan produk jadi. Proses kontaminasi ini
dapat merusak bahan makanan. Bakteri patogen yang mengontaminasi
makanan atau minuman, dapat menimbulkan keracunan makanan bagi
yang mengonsumsinya. Oleh karena itu, sanitasi proses dan air proses
merupakan faktor penting dalam industri tersebut.
Air kadang-kadang digunakan untuk mendinginkan fasilitas
atau peralatan, misalnya dengan penukar panas (heat exchanger). Air
untuk keperluan ini disebut sebagai air pendingin (cooling water). Air
pendingin biasanya tidak bersentuhan dengan produk atau wadah
makanan, sehingga tidak harus memenuhi persyaratan air proses,
misalnya layak minum. Penyisihan mineral terlarut, warna, dan bau
tidak begitu penting untuk air pendingin, tetapi pengolahan air tetap
penting dilakukan untuk mencegah akumulasi pengkerakan dalam pipa
dan peralatan penting pindah panas. Sistem pengolahan air pendingin
yang efisien adalah dengan daur ulang untuk mengurangi air pendingin
terbuang, sehingga mengurangi biaya pengolahan. Air bersih, bahkan
air dari pasokan dari PDAM masih membutuhkan pengolahan
tambahan seperti pelunakan untuk menghindari pengkerakan dan
pengendapan mineral pada sistem perpipaan dalam sistem pendinginan.
Air umpan boiler memerlukan perlakukan khusus untuk
menghilangkan kesadahan. Jika air ini tidak bersentuhan dengan
makanan, tidak harus memenuhi syarat layak minum. Umpan boiler
tekanan tinggi memerlukan air dengan persyaratan lebih ketat, yaitu
memerlukan pengolahan untuk menyisihkan semua atau hampir semua
padatan terlarut atau demineralisasi.
Sebagaimana uraian tersebut, air bersih sangat dibutuhkan untuk
keperluan industri, baik secara langsung dalam proses produksi
maupun secara tidak lansung untuk membantu proses produksi.
Jumlah kebutuhan air untuk industri bervariasi dan ditentukan,
terutama oleh jenis industri dan jenis teknologi proses yang
diterapkan. Sebagai ilustrasi, sebuah pabrik tapioka tradisional skala
kecil menggunakan air sekitar 1,5 m3 air untuk 100 kg singkong
(http://www.fao.org/docrep), sedangkan industri tapioka modern
membutuhkan air 4,3 m3/ton singkong atau 18 m3 per ton tapioka
(Chavalparit dan Ongwandee 2009). Tabel 1.1 menunjukkan jumlah
penggunaan air beberapa jenis industri. Sebagai pendukung proses, air
diperlukan untuk berbagai keperluan operasi, antara lain untuk
pencucian bahan, produk dan alat, proses pemisahan (ekstrasi), media
reaksi, pendinginan, pembersihan,dan sanitasi. Jumlah penggunaan air
spesifik sebagaimana disajikan pada Tabel dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain harga air atau ketersediaan air, jenis dan tingkat
teknologi yang diterapkan, tingkat penerapan produksi bersih, dan
kesadaran lingkungan pengelola industri maupun masyarakat di
sekitarnya. Kecenderungan menunjukkan adanya penurunan
penggunaan air spesifik akibat semakin banyaknya implementasi
produksi bersih. Sebagai ilustrasi, industri pulp dan kertas pada
tahun 1959 menggunakan sekitar 240 m3 air untuk memproduksi 1
ton pulp kering udara, sedangkan tahun 1988 penggunaan air rata-rata
telah berkurang menjadi 72 m3 per ton udara kering. Teknologi baru
yang digunakan di Afrika Selatan mampu mereduksi kebutuhan air
hingga 16 m3 per ton produk kering udara (Johnston et al. 1996).
Teknologi pengolahan baru sering dibutuhkan untuk mengatasi
kontaminan baru, baik kontaminan fisik, kimia, maupun biologis.

Teknologi baru juga sering dibutuhkan untuk memenuhi standar


baru mutu air yang semakin ketat. Selain itu, berbagai teknologi
pengolahan baru atau inovatif dewasa ini telah dikembangkan untuk
meningkatkan efisiensi penyisihan kontaminan atau untuk
meningkatkan efisiensi pengolahan, reduksi konsumsi energi, atau untuk
mengurangi atau menghilangkan timbulan limbah dari proses
pengolahan. Beberapa teknologi inovatif menjajikan hasil yang lebih
efektif dan lebih murah daripada metode tradisional. Teknologi ini
mampu untuk mengatasi masalah yang jauh lebih kompleks
dibandingkan dengan masalah yang kita hadapi saat ini.
Teknologi yang dikembangkan dan diimplementasikan sebagai
akibat dari peraturan baru yang lebih ketat, misalnya i) disinfeksi
dengan sinar ultraviolet (UV) untuk menghindari timbulnya produk
sampingan disinfeksi dengan klorinasi; ii) teknologi untuk eliminasi
arsenik (misalnya adsorpsi) guna mematuhi standar mutu arsenik di
air minum; dan iii) pengolahan air secara biologis dalam reaktor
bentuk unggun tetap (fixed bed), biofilitrasi, fluidized bed, dan
bioreaktor membran untuk mengeliminasi bahan organik, perklorat,
nitrat, dan kontaminan lainnya.
Sebagai akibat peningkatan permintaan dan kelangkaan pasokan air
baku, penyedia air mulai bergeser ke arah penanganan atau pengelolaan
sumber air baku daripada pengolah air baku dengan mutu rendah.
Pengolahan air baku mutu rendah membutuhkan biaya tinggi dan
berisiko pada pengguna.
Proses pengolahan baru menggunakan membran filtrasi (seperti
reverse osmosis) mulai banyak digunakan untuk menghilangkan garam
dalam air payau untuk keperluan minum. Selain itu, teknologi membran
mulai umum digunakan untuk instalasi pengolahan air permukaan,
misalnya membran mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi.
Sebelum introduksi teknologi-teknologi baru ke industri air,
biasanya teknologi tersebut harus diverifikasi yang mencakup aspek
kehandalan dalam mengeliminasi kontaminan yang menjadi target dan
aspek biaya investasi dan operasi wajar. Teknologi pengolahan baru
yang ditawarkan untuk digunakan di suatu wilayah hendaknya
diverifikasi oleh suatu lembaga independen atau lembaga yang
ditunjuk oleh pemerintah. Lembaga tersebut harus kompeten dalam
menilai atau memverifikasi kinerja teknologi inovatif dalam
meningkatkan perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan,
sehingga mempercepat masuknya teknologi baru tersebut ke dalam
pasar.

Sumber :
Suprihatin, Ono Suparno. 2013. Teknologi Proses Pengolahan Air.
IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai