Kebijakan Pengelolaan Keuangan Publik

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 111

KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN PUBLIK

MENURUT PEMIKIRAN IBNU TAIMIYAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana


Jurusan Ekonomi Islam Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh

NURUL HIDAYAH
90100117009

JURUSAN EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nurul Hidayah

Nim : 90100117009

Tempat/Tanggal Lahir : Bantaeng, 09 September 1999

Jurusan/Prodi/Konsentrasi : Ekonomi Islam

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Alamat : Bantaeng

Judul :Kebijakan Pengelolaan Keuangan Publik

Menurut Pemikiran Ibnu Taimiyah.

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya saya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini

merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau

seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang saya peroleh karenanya batal demi

hukum.

Gowa, 2021

Penyusun

Nurul Hidayah
90100117009

i
ii
KATA PENGANTAR

‫ٱلر ۡح ٰ َم ِن ﱠ‬
‫ٱلرحِ ِيم‬ ‫بِسۡ ِم ٱ ﱠ ِ ﱠ‬

Assalamu'AlaikumWarahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil Alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah Swt atas segala limpahan karunia dan nikmatnya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebijakan Pengelolaan

Keuangan Publik menurut Pemikiran Ibnu Taimiyah.” Shalawat dan salam

kita hadiahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa

umatnya dari zaman jahilliyah menuju zaman yang penuh dengan ilmu

pengetahuan yang di sinari iman dan taqwa.

Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Universitas Islam Negeri

Alauaddin Makassar. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi

ini dari awal sampai akhir tidaklah mudah, banyak rintangan, hambatan,

serta cobaan yang penulis alami dalam proses ini, hanya dengan tawakal,

berdoa, dan berusaha, karna dengan berusaha di sertai dengan doa penulis

yakin bisa menyelesaikanya dan menjadi motivasi penulis sendiri. Selain itu

karna adanya bantuan baik materil maupun non materil, dorongan, semangat

yang di berikan oleh beberapa pihak yang telah membantu memudahkan

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

iii
Ucapan terima kasih terkhusus untuk orang tua tercinta Bapak Husain

Ruddin S.Pdi dan Ibu Rahmawati, adikku Nurfadillah Hidayah dan segenap

keluarga yang senantiasa memberikan semangat, motivasi, materi, dan selalu

berdoa kepada Allah SWT untuk kelancaran proses dan terselesaikannya

skripsi ini (Terima kasih semoga kemulian dan perlindungan Allah SWT

selalu menyertai beliau). Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak

yang telah banyak membantu, membimbing dengan penuh sabar dan yang

mendampingi penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan para wakil

rektor beserta seluruh staf jajarannya.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M.Ag. Selaku dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar.

3. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, dan Pembantu Dekan

Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam.

4. Bapak Akramunnas, SE., MM. dan Ibu Ayu Ruqayyah Yunus,

S.Ei., M.E.K selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi dan

Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

iv
5. Ibu Dr. Hj. Rahmawati Muin, M.Ag selaku Pembimbing I dan

Bapak Akramunnas, SE.,MM. selaku Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan perhatian di tengah kesibukannya untuk

memberikan arahan, nasehat, dan saran selama bimbingan.

6. Bapak Prof. Dr. H. Muslimin Kara, M.Ag selaku Penguji I dan

Bapak Dr. Ir. H. Idris Parakkasi, MM. selaku Penguji II yang

telah meluangkan waktu dan perhatiannya di tengah

kesibukannya untuk menguji, mengoreksi, dan vi memberikan

arahan dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan

dengan baik.

7. Civitas Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang

secara konkrit memberikan bantuan baik langsung maupun tidak

langsung.

8. Keluarga Besar khususnya orang tua yang selalu memberikan

doa dan dorongan motivasi dan semangat demi mencapai cita-

cita saya.

9. Teman dan sahabat seperjuanganku Candra Aditya Kurniawan B,

Nurul Faizah Azis, Vemilah Ardiana, Dina Fajriani Azis, Perut

Karet, Ranjang Kecu’, Reroces, Expount yang tidak pernah

berhenti untuk selalu mendorong dan membantu penulis dalam

tahap penyelesaian skripsi sampai saat ini.

10. Teman-teman Jurusan Ekonomi Islam angkatan 2017 khususnya

Kelas A, Teman KKN SINOA yang namanya tidak bisa penulis

v
sebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas segala hal yang

telah kalian berikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

11. End then my partner in every way, Abdul Syahrul yang selalu

senantiasa memberikan semangat serta motivasi sehingga bisa

menyelesaikan skripsi ini bersama-sama.

12. Semua keluarga penulis, teman-teman dan berbagai pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak

memberikan bantuan dengan ikhlas kepada penulis selama kuliah

hingga penulisan skripsi ini.

Tiada kata yang indah selain ucapan terima kasih, semoga Allah SWT,

memberikan balasan kebaikan atas segala bantuan yang diberikan kepada

penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak

pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gowa, 20 November 2021

Penulis

Nurul Hidayah
90100117009

vi
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... i

PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iii

DAFTAR ISI ........................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .................................................................................. ix

ABSTRAK ............................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ......................................... 7

D. Pengertian Judul.......................................................................... 7

E. Kajian Pustaka ............................................................................ 8

F. Metode Penelitian ..................................................................... 13

G. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 17

H. Sistematika Penulisan ............................................................... 19

BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................... 21

A. Keuangan Publik ....................................................................... 21

1. Pengertian Keuangan Publik ............................................... 21

2. Keuangan Publik dalam Perspektif Jumhur Ulama .............. 22

3. Fungsi dan Tujuan Keuangan Publik ................................... 24

B. Keuntungan Sistem Keuangan Publik dalam Islam ................... 27

vii
C. Kebijakan Pendapatan Keuangan Publik dalam Ekonomi Islam 28

D. Peran Negara dalam Bidang Perekonomian/Keuangan .............. 30

BAB III BIOGRAFI IBNU TAIMIYAH ................................................ 32

A. Riwayat Hidup Ibnu Taimiyah .................................................. 32

B. Pendidikan Ibnu Taimiyah ........................................................ 35

C. Kondisi Sosial dan Politik Ibnu Taimiyah ................................. 37

D. Karya-Karya dari Ibnu Taimiyah............................................... 39

BAB IV KONSEP PENERIMAAN DAN PENGELOLAAN SERTA

PENDISTRIBUSIAN KEUANGAN PUBLIK MENURUT IBNU

TAIMIYAH ............................................................................................. 43

A. Konsep Sumber Penerimaan Keuangan Publik .............................. 43

1. Sumber Penerimaan Keuangan Publik menurut Ibnu Taimiyah . 43

2. Sumber Penerimaan Keuangan Publik Secara Umum ................ 52

B. Pengelolaan dan Pendistribusian Keuangan Publik Menurut pendapat

Ibnu Taimiyah ............................................................................... 70

1. Pengelolaan Keuangan Publik menurut Ibnu Taimiyah ............. 70

2. Pengelolaan Keuangan Publik Saat ini ...................................... 74

BAB V PENUTUP ................................................................................. 80

A. Kesimpulan ............................................................................ 80

B. Saran ...................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 83

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ..................................... 7

Tabel 1.2 Kajian Pustaka ........................................................................ 8

ix
ABSTRAK

Nama : Nurul Hidayah


Nim : 90100117009
Judul : Kebijakan Pengelolaan Keuangan Publik menurut Pemikiran
Ibnu Taimiyah

Skripsi ini membahas tentang kebijakan pengelolaan keuangan publik


menurut pemikiran Ibnu Taimiyah. Adapun tujuan penelitian ini, yaitu untuk : 1).
mengetahui konsep mengenai sumber penerimaan keuangan publik menurut Ibnu
Taimiyah. 2). mengetahui pengelolaan dan pendistribusian dari sumber keuangan
publik tersebut menurut Ibnu Taimiyah. 3). Mengetahui relevansi keuangan publik
Ibnu Taimiyah dan sekarang. Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat baik
secara teoritis maupun praktis.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif atau
library research (study kepustakaan) yang menjelaskan pengelolaan dan
pendistribusian keuangan publik menurut Ibnu Taimiyah. Dalam mengumpulkan
data mengenai penelitian ini berasal dari bahan referensi yang dijadikan bahan
penelitian adalah karya-karya berupa buku, jurnal karya Ibnu Taimiyah, buku
karya orang lain yang relevan dengan pembahasan.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah (1). Sumber penerimaan keuangan
publik menurut Ibnu Taimiyah dalam Islam terdiri dari sumber yaitu a).
Ghanimah, yaitu barang-barang rampasan itu adalah kekayaan yang dirampas dari
orang-orang non muslim setelah perang usai, b). Zakat, adalah zakat yang
dikenakan atas harta kekayaan muslim tertentu, c). Fay’ distribusikan untuk
kepentingan umum. (2). Adapun pengelolaan dan pendistribusian keuangan publik
yakni: a). Ghanimah, pendistribusiannya dapat diserahkan kepada ijtihad ulama,
dan harus dibagikan sesuai dengan panduan didalam Al-qur’an, b). Zakat,
pendistribusiannya tidak boleh berijtihad didalamnya dan menjadi objek zakat
menurut Ibnu Taimiyah adalah zakat pertanian dan zakat mineral, tambang, c).
Fay’ semua harta yang mengikutinya berupa kharja, jizyah, dan usyr merupakan
harta yang boleh dimanfaatkan oleh kaum muslimin dan disimpan dalam Baitul
maal, semuanya termasuk kategori pajak dan merupakan sumber pendapatan tetap
bagi negara. Sedangkan pengelolaan keuangan publik saat ini sudah berkembang
sangat pesat kita bisa lihat BUMN yang berkembang pesat dan Lembaga
pengelola zakat yang semakin besar pula merupakan kemajuan dari keuangan
publik saat ini.

Kata Kunci: Keuangan Publik, Pengelolaan, Ibnu Taimiyah

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah Islam, keuangan publik berkembang seiring dengan

berkembangnya komunitas Islam dan berdirinya negara Islam di tangan Nabi

Muhammad. Kemudian para sahabatnya (Khalfur Al-Rasyidin) mengirimnya, dan

sebelum berdirinya negara, secara sukarela menegaskan perintahnya untuk

membantu orang miskin. Banyak dari perintah ini ditemukan dalam Al-Qur'an,

khususnya dalam ayat 24-25 Surat Al-Miraj:

٢٥ ‫ لِّلس ۤﱠاى ِل َو ْال َمﺣْ ُر ْو ِۖم‬٢٤ ‫َوالﱠ ِذيْنَ ﻓ ِْٓﻲ اَ ْم َوال ِِه ْم َﺣ ﱞﻖ ﱠم ْعلُ ْو ۖ ٌم‬
Artinya: “Mereka yang memiliki kekayaan memiliki harta tertentu bagi
orang miskin yang mencarinya dan tidak memiliki apa-apa.”1
Islam adalah agama tauhid sebagai kerangka atau model yang harus diikuti

dalam kehidupan manusia dan bentuk cinta kepada Tuhan. Semesta (rahmatan lil

alamin).2 Dalam tatanan ekonomi negara-negara Islam yang secara khusus

mengatur jalannya pemerintahan harus menempuh kebijakan kesejahteraan bagi

negaranya dalam tatanan ekonomi.

Sebuah negara kaya jika memiliki sistem ekonomi yang baik atau maju -

jika memiliki pendapatan yang baik. Sebaliknya, jika situasi ekonomi tidak dapat

dikelola dengan baik, ada banyak orang di ambang kemiskinan, ada pengangguran

di suatu tempat, negara itu tidak bisa disebut negara kaya.

1
Q.S Al-Ma’arij : 24-25
2
Huston Smith. Agama-Agama Manusia, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2001, h.254.

1
2

Negara memainkan peran penting sebagai mitra penting dan kuat dalam

visi dan misi ekonomi Islam, termasuk pengelolaan keuangan. Realitas Dunia

Usaha Salah satu masalah terpenting yang harus dijelaskan dalam pemikiran Islam

adalah bagaimana mengelola masyarakat, kelompok, atau pemerintahan dalam

masyarakat atau perjuangan Islam.3

Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, menentukan pengelolaan tanah, air, dan

segala sumber daya alam yang tersedia oleh negara dan pemanfaatannya secara

maksimal untuk kepentingan masyarakat. Termasuk didalamnya adalah unsur

tanggung jawab yang diberikan oleh negara untuk mengelola kekayaan negara

agar aset tersebut dapat menjadi sumber pendapatan bagi negara4.

Sistem keuangan adalah hukum atau peraturan yang menentukan sumber

pendanaan publik (keuangan) bagaimana uang masuk ke dalam kehidupan

perusahaan. Pada Abad Pertengahan (ketika Islam ada) ia hidup di Eropa, tetapi

pada akhir Abad Pertengahan beberapa negara membutuhkan anggaran negara

untuk menghasilkan keuangan yang lebih baik.

Sistem ekonomi Islam dipandang sebagai alternatif dan harus mampu

bereaksi terhadap permasalahan dunia masa depan. Al-Qur'an menekankan bahwa

ekonomi adalah salah satu bidang Islam dan memberikan beberapa contoh

masalah ekonomi yang penting.

ٓ‫ َو َما‬١٧٩ ۚ ‫ ﻓَاتﱠقُوا ﱣ َ َواَطِ ْيعُ ْو ِن‬١٧٨ ۙ ٌ‫س ْولٌ اَمِ يْن‬ ُ ‫ اِنّ ِْﻲ َل ُك ْم َر‬١٧٧ ۚ َ‫اِ ْذ قَالَ َل ُه ْم ُشعَيْبٌ اَ َﻻ تَتﱠقُ ْون‬
َ‫ ۞ اَ ْوﻓُوا ال َكيْلَ َو َﻻ ت َ ُك ْونُ ْوا مِ ن‬١٨٠ ۗ َ‫ي ا ﱠِﻻ َع ٰلﻰ َربّ ِ العٰ لَمِ يْن‬
ْ ْ َ ‫اَسْـلُ ُك ْم َع َل ْي ِه مِ ْن اَجْ ٍر ا ِْن اَجْ ِر‬
ۤ
‫اس ا َ ْشيَا َء ُه ْم َو َﻻ تَ ْعث َ ْوا ﻓِﻰ‬ ُ ‫ َو َﻻ تَ ْب َخ‬١٨٢ ۚ ‫اس ْال ُم ْست َ ِقي ِْم‬
َ ‫سوا النﱠ‬ َ ‫ َو ِزنُ ْوا ِب ْال ِق ْس‬١٨١ ۚ َ‫ْال ُم ْخس ِِريْن‬
ِ ‫ط‬
١٨٣ ۚ َ‫ض ُم ْف ِس ِديْن‬ ِ ‫اﻻ ْر‬ َْ
3 Tina Arfah, Jurnal Islamika, vol. 3, No.2, 2020, h. 14-23
4
Mustafa Umar Edwin Nasution dkk, (2006), M.A Mannan (1997)
3

Artinya : Syuaib memberi tahu mereka: mengapa kamu tidak saleh?


Sungguh saya utusan terpercaya padamu (dikirim). Takutlah
akan Tuhan dan ikutilah aku. Dan saya tidak pernah meminta
hadiah untuk undangan ini. “Perbuatan itu tidak lain hanyalah
Rabb semesta alam. Itu bukan milik orang yang menyelesaikan
langkah-langkah dan melakukan kerusakan. Beratnya lurus. Dan
orang-orang yang melakukan kerusakan tidak memiliki hak
mereka dan di bumi dengan menyebabkan kerusakan. Tidak
berkembang biak. ".”5
Pada awal tahun 1930-an, peran negara hanya sebatas mengelola anggaran

dan mengalokasikan dana untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Saat itu,

perkembangan sistem ekonomi menganut prinsip kebebasan ekonomi, dan negara

tidak dapat menentukan kebijakan ekonomi kecuali perubahan dalam kehidupan

sosial ekonomi.6

Oleh karena itu, kita harus ingat bahwa keuangan publik, yang dipraktikkan pada

masa awal Islam, memiliki landasan yang jelas dalam etika umum dan filosofi sosial

Islam. Keuangan publik bukan hanya proses keuangan di tangan penguasa, tetapi

sebaliknya, berdasarkan petunjuk Syariah Islam dan ditujukan untuk kemaslahatan

umum. Pada intinya, prinsip umum keuangan publik dalam Islam bersumber dari ayat-

ayat Al-Qur'an, sedangkan ucapan, praktik, dan persetujuan berasal dari Sunnah Nabi

Muhammad.7

Dalam hal ini mengenai keuangan publik pada zaman Nabi Muhammad SAW.

dimulai dari posisinya sebagai kepala negara. Sebelum hijrah ke Medina, situasi Medina

sangat pelik dan banyak masalah, karena tidak memiliki pemimpin atau raja yang

5
Q.S Ash-Shu’araa: 177-183

7
Sahabuddin azmi, Menimbang Ekonomi Islam-keuangan Publik, konsep perpajakan dan
peran baitul maal, Bandung : penerbit Nuansa, 2005, h..41
4

berdaulat pada saat itu. Kondisi ekonomi masih lemah dan hanya mengandalkan hasil

pertanian.8

Prinsip-prinsip keuangan publik dalam ajaran Islam bersumber dari ayat-

ayat Al-Qur'an. Yang perlu kita ketahui adalah bahwa Al-Qur'an tidak

memberikan rincian tentang kebijakan keuangan, tetapi ada berbagai ajaran

ekonomi dan prinsip-prinsip pedoman yang menentukan kebijakan, seperti

Rincian dan prinsip-prinsip arahan yang diklasifikasikan oleh Nabi Muhammad

SAW untuk praktis dan fungsional.tujuan keuangan negara. Dengan ini, sunnah

nabi menjadi sumber keuangan publik terpenting kedua dalam Islam setelah

AlQur'an. Dalam hal ini, pemikiran para akademisi atau pengacara merupakan

penjabaran dari detail penerapan kebijakan keuangan publik di suatu negara.

Ibnu Taimiyah seorang pemikir Islam yang berbicara tentang keuangan

publik, terkejut dengan kisah kekuasaan Mamluk, di mana Mamluk adalah budak

Turki pertama yang kemudian menjadi Muslim dan kemudian menjadi raja. dibuat

dengan campuran Islam dan adat istiadat. al-yasah (keamanan), yang mengacu

pada adat setempat, hukum Islam dan kemudian ke sistem keuangan negara.9

Namun salah satu pemikir Islam yaitu Ibnu Taimiyah yang membahas

keuangan publik dipengaruhi oleh latar belakang rezim Mamluk, dimana kaum

Mamluk awalnya adalah budak Turki yang masuk Islam dan kemudian menjadi

raja, sistem pemerintahan dan administrasi Negara tidak sepenuhnya didasarkan

8
P3EI, Ekonomi Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008, h. 486
9
Craig Winn, Yada Yobues. A. conversation with god, book 4, the book of salvation,
(Crikersong Boks), 2004
5

pada Islam, tetapi juga pada campuran adat istiadat setempat, hukum Islam dan

hukum yang mereka sebut al-yasah yang berarti (keamanan), yang kemudian

mencerminkan sistem keuangan negara.10

Pada masa pemerintahan ini sumber-sumber penerimaan negara adalah

pajak bumi dan bangunan, pajak pertambangan, pajak perikanan dan industri,

zakat, jizyah, bea masuk, warisan, pajak prestasi, dan hajatan, penghasilan wajib

perang atau penghasilan sultan untuk keperluan perang. perang. Semua

pendapatan yang diperoleh dikumpulkan dan kemudian dikelola oleh departemen

Baitul Maal, dari jumlah departemen Baitul Maal yang telah dibentuk, misalnya;

diwan al-rawatib untuk gaji tentara dan gaji dinas, diwan al-jawaly wal-mawarits

al-basbiriyah untuk pajak pribadi dan harta ahli waris, diwan al-kharaj untuk

pemungutan pajak bumi (kharraj) dan diwan al-Hilali untuk pajak bulanan.11

Ibnu Taimiyah yang menjelaskan hak-hak penerima dari perbendaharaan,

harus berdasarkan prinsip umat dan kontribusinya kepada masyarakat dalam hal

pendidikan dan dakwah. Pemilik hak lebih, pembagian ini tidak sama dengan

pembagian harta, pemilik pribadi ingin membagi harta sesuka hati. Tetapi sebagai

kepala negara, ia harus mendistribusikan uang atau menghasilkan negara menurut

aturan hukum.

Namun salah satu pemikir Islam yaitu Ibnu Taimiyah yang membahas

keuangan publik dipengaruhi oleh latar belakang rezim Mamluk, dimana kaum

10
Craig Winn, Yada Yobues. A. conversation with god, book 4, the book of salvation,
(Crikersong Boks), 2004
11
Iqtishodia, Jurnal Ekonomi Syariah
6

Mamluk awalnya adalah budak Turki yang masuk Islam dan kemudian menjadi

raja, sistem pemerintahan dan administrasi Negara tidak sepenuhnya didasarkan

pada Islam, tetapi juga pada campuran adat istiadat setempat, hukum Islam dan

hukum yang mereka sebut al-yasah yang berarti (keamanan), yang kemudian

mencerminkan sistem keuangan negara.12

Menurut pendapat peneliti masalah keuangan publik yang dikemukakan

oleh Ibnu Taimiyah sangat tepat, karena untuk masalah keuangan publik yang

dimaksud adalah masalah sumber pendapatan dan distribusi keuangan publik.

Selain itu, untuk mengatasi masalah ini, bagi Ibnu Taimiyah perlu dibedakan

secara rinci antara sumber pendapatan dan distribusi atau penyalurannya. Dengan

cara ini, konsep keuangan publik akan ditampilkan dengan jelas. Berdasarkan hal

tersebut, Ibnu Taimiyah menyarankan agar pembagian kekayaan negara harus

diberikan kepada mereka yang memiliki hak lebih.

Berdasarkan informasi yang diberikan, peneliti ingin melakukan penelitian

dan menulis artikel ilmiah dengan judul “Kebijakan Pengelolaan Keuangan

Publik menurut pemikiran Ibnu Taimiyah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan topic permasalahan di atas, tujuandalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana konsep mengenai penerimaan keuangan publik menurut Ibnu

Taimiyah?

2. Bagaimana pengelolaan dan pendistribusian keuangan publik menurut

Ibnu Taimiyah?

12
Sahabuddin azmi, Menimbang Ekonomi Islam-keuangan Publik, konsep perpajakan
dan peran baitul maal, Bandung : penerbit Nuansa, 2005, h..41
7

3. Bagaimana Relevansi keuangan publik Ibnu Taimiyah dan masa

sekarang?

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Fokus penelitian merupakan penjelasan dari dimensi-dimensi yang

menjadi fokus perhatian dalam suatu penelitian. Memperoleh penjelasan dan

mencegah kesalahpahaman dan kesalahan, serta perbedaan pemahaman yang

mungkin atau mungkin terjadi dalam penyelidikan ini.

No. Fokus Penelitian Deskripsi Fokus

Kebijakan pengelolaan keuangan Objek yang akan di teliti dalam

publik menurut pemikiran Ibnu penelitian ini adalah proses sumber

Taimiyah penerimaan, pengelolaan dan


1
pendistribusian keuangan menurut

Ibnu Taimiyah

D. Pengertian Judul

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul skripsi

sebelumnya, penulis terlebih dahulu akan memberikan penjelasan mengenai

definisi judul skripsi. “Kebijakan pengelolan Keuangan publik menurut pemikiran

Ibnu Taimiyah” dengan maksud agar pembahasan berikutnya dapat terarah dan

dapat diambil suatu pengertian lebih jelas.

1. Kebijakan

Kebijakan adalah serangkaian keputusan yang dibuat oleh para aparat

pemerintahan untuk tujuan dan metode dalam mencapai hal tersebut.


8

2. Pengelolaan

Pengelolaan adalah suatu proses yang mengawasi segala hal yang

berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. Secara umum

pengelolaan adalah suatu kegiatan untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik,

bobotnya memiliki nilai yang sangat tinggi sejak awal, dapat juga dijelaskan

kepada pengelolaan untuk melakukan sesuatu agar lebih sesuai dan cenderung

lebih efisien

3. Keuangan Publik

Keuangan Publik adalah segala kegiatan atau upaya atau kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah (pusat dan daerah) dalam mengelola semua urusan

negara, terutama yang berkaitan dengan kegiatan keuangan pemerintah mulai

dari pengelolaan penerimaan, pengeluaran hingga kebijakan pembiayaan..

4. Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah adalah seorang ulama atau pemikir terkemuka dan jenius

dalam pemikiran ekonomi Islam saat itu. Jasa-jasa yang didedikasikan untuk

pemikiran Islam masih ada di benak orang luas.

E. Kajian Pustaka

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi penelitian yang relevan

bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian tentang analisis keuangan

publik sejak zaman Nabi hingga saat ini, menurut pemikiran Ibnu Taimiyah..

Adapun diantaranya adalah sebagai berikut:

Pengarang Judul Penelitian


Adib Susilo Keuangan Publik Ibn Metode pustaka ini ialah
9

Taimiyah dan penggunaan teknik pengumpulan

permasalahan pajak data dengan menelaah adanya

pada era kontemporer buku-buku, literature-literatur,

catatan-catatan, dan laporan yang

terdapat hubungannya dengan

masalah yang di diteliti atau

dipecahkan. Adapun yang menjadi

hasil dari penelitian ini adalah

penjelasan mengenai pengelolaan

keuanganpublik menurut Ibnu

Taimiyah, dengan berbagai

mekanisme keuangan publik, Ibnu

taimiyah mengklasifikasi

pendapatan utama negara

yakni(ghanimah,fai,zakat) dan

sekunder yakni

(amwal,fadhla,usbr,dsb) serta

untuk apa saja pendapatan ini

dikeluarkan melalui administrasi

yang rapih (diwan). Sedangkan

solusi yang didapat ialah sebagai

kebijakan terhadap berbagai

kecurangan pengelolaan pajak


10

adalah dengan memberikan

punishment and reward, tax

amnesty dan pelaporan kekayaan

dan keuangan terhadap wajib

pajak.13

Wahyu Wibisana Pendapat Ibnu Penelitian ini menggunakan jenis

Taimiyah tentang penelitian library research atau

keuangan public kepustakaan. Adapun hasil dari

penelitian ini adalah yang pertama

dari sumber penerimaan keuangan

publik menurut Ibnu taimiyah

dalam islam terdiri dari tiga sumber

yakni (ghanimah,shadaqah,fay),

yang kedua Ibnu Taimiyah

berpendapat pengeluaran keuangan

publik dalam islam diantaranya;

untuk keseluruhannya bagi

masyarakat yang kurang atau tidak

mampu dan untuk kesejahteraan

umum, dan yang ketiga yakni

13
Adib Susilo, “Keuangan Publik Ibn Taimiyah dan permasalahan pajak pada era
kontemporer”. (Gontor, Universitas Darussalam Gontor,2017). h.1
11

usaha negara di dalam

mensejahterakan masyarakat

dengan cara memberantas

kemiskinan.14

Fasiha Pemikiran Ekonomi Jenis penelitian ini ialah penelitian

Ibnu Taimiyah studi pustaka. Adapun hasil dari

penelitian ini adalah deskripsi

pemikiran ekonomi Ibnu Taimiyah,

pada sisi keuangan publik nya,

Ibnu Taimiyah membahas

mengenai anggaran belanja negara

ketimbang tentang penerimaan15

Ririn Noviyanti Pengelolaan Keungan Penelitian ini menggunakan

Publik Islam metode deskriptif-kualitatif dengan

perspektif Historis pendekatan sosio-historis, yang

kemudian akan membahas berbagai

perstiwa-peristiwa pada masa lalu

tentang pengelolaan keuangan

publik dan juga akan

mendeskripsikan kehidupan

14
Wahyu Wibisana, Pendapat Ibnu Taimiyah tentang keuangan publik. Jurnal pendidikan
Agama islam-Ta’lim.2016. h. 85
15
Fasiha, Pemikiran ekonomi Ibnu Taimiyah, (Palopo, Institut agama islam negeri (IAIN)
palopo), September 2017. h.111
12

masyarakat pada saat itu. Adapun

hasil dari penelitian ini adalah

pendeskripsian tentang keuangan

publik pada masa islam klasik,

yang terfokus kepada periode

Rasulullah Saw dan para

sahabatnya.16

Tina Arfah dan Keuangan Publik Penelitian ini menggunakan

Putri Jamilah dalam perspektif metode library research atau

ekonomi islam kepustakaan. Adapun hasil dari

penelitian ini adalah pengaturan

keuangan publik pada dasarnya

merupakan kegiatan yang penting

untuk diperhatikan, keuangan

publik ini bertujuan untuk

mengelola penerimaan dan

pengeluaran negara, apabila

keuangan publik tidak dikelola

dengan baik maka akan

memunculkan berbagai dampak

buruk terhadap perekonomian

16
Ririn Noviyanti, Pengelolaan keuangan publik Islam perspektif historis, (Malang,
Institut agama islam Al-Qalam Malang), 2016, h.95
13

suatu negara, namun sebaliknya

jika keuangan publik dikelola

dengan baik akan memberikan

dampak positif terhadap suatu

negara pula dengan menunjukkan

peningkatan ksejahteraan dan

kemakmuran masyarakatnya.17

F. Metodologi Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau library

research karena data yang diteliti berupa manuskrip atau buku, atau majalah,

jurnal dari khazanah keperpustakaan.

1. Jenis Penelitian

Secara lebih spesifik, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif kualitatif. Kualitatif adalah jenis penelitian yang mengumpulkan

berbagai sumber data dari buku-buku perpustakaan atau penelitian kepustakaan.

Meskipun bersifat deskriptif, namun merupakan gambaran dan gambaran tentang

realitas sosial yang akan disajikan. Penelitian ini dilakukan dengan

mengumpulkan berbagai informasi dan data dengan bantuan bahan-bahan yang

ada di perpustakaan, seperti buku referensi, hasil penelitian serupa sebelumnya,

dan artikel.

17
Tina Arfah,Putri Jamilah, Keuangan public dalam perspektif ekonomi Islam, (Institut
agama islam negeri padang sidimpuan), 2020, h.14
14

Penelitian semacam ini dilakukan untuk mengumpulkan data dan

informasi tentang Kebijakan Pengelolaan Keuangan Publik Ibnu Taimiyah sampai

sekarang.

2. Jenis Pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

filosofis terhadap pemikiran seorang tokoh pada masanya, serta pendekatan

penelitian yang digunakan adalah pendekatan sejarah (historical approach).18

Historical approach atau pendekatan sejarah adalah penelaahan dokumen

serta sumber-sumber lain yang membahas infomasi-informasi terdalulu dan

dikemukakan secara otomatis, dengan mempelajari dan menggali sesuatu yang

telah lampau agar dapat dipahami keadaannya, praktik keuangan dengan lebih

baikdan selanjutnya akan memecahkan berbagai masalah yang timbul berdasarkan

dengan pengalaman yang lampau.19

3. Sumber Data

Dalam mengumpulkan data mengenai kebijakan pengelolaan keuangan

publik menurut Ibnu Taimiyah, bahan referensi digunakan karena bahan

penelitian merupakan karya ilmiah yang penting dalam buku-buku, jurnal, , buku-

buku dan pembahasan-pembahasan lainnya tentang Ibnu Taimiyah. Oleh karena

itu, penulis menggunakan data primer dan sekunder. Ini adalah:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer ialah sumber data yang langsung berkaitan dengan

objek riset.Jadi, yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah

18
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta; Rineka Cipta, 2005. h.252
19
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, h. 253
15

Jurnal-jurnal, buku-buku yang ditulis langsung oleh Ibnu Taimiyah dan buku

yang relevan dengan pembahasan.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder ialah sumber data yang mendukung dan melengkapi

data-data primer. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah karya

ilmiah atau bahan pustaka yang membahas tentang gagasan dan teori Ibnu

Taimiyah.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah metode

reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data sebagaimana

yang dipahami penulis adalah proses pemilihan, penyederhanaan, kategorisasidan

transformasi dari data yang diperoleh di lapangan. Sementara display data adalah

analisis merancang data yang diperoleh kemudian menentukan jenis dan bentuk

data serta memasukkan nya ke dalam matriks. Setelah melakukan dua tahap 16

diatas, maka selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dengan cara menuliskan

informasi-informasi yang penting secara garis besar

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahap penulisan yang paling penting karena dapat

dilakukan dan digunakan untuk memberikan distribusi yang benar-benar dapat

digunakan untuk memecahkan masalah yang muncul pada tahap ini.

Secara defenitif, analisis data merupakan proses pengorganisasian atau

pengelompokkan dan pengurutan data ke dalam pola kategori dan suatu uraian

dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
16

seperti yang dirumuskan oleh data. Adapun bentuk teknik analisis data yang akan

digunakan adalah sebagai berikut:

a) Analisis Deskriptif

Metode analisa deskriptif yaitu suatu usaha yang digunakan untuk

menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau mengemukakan data yang

telah ada.20 Pendapat ini diperkuat oleh Bogdan dan Taylor, sebagaimana yang

telah dikutip oleh Lexy J. Moleong, bahwasanya analisis data deskriptif ini adalah

data yang dikumpulkan dengan bentuk kata-kata, gambar, dan bukan angkaangka.

Hal ini dikarenakan adanya penerapan metode kualitatif, yang kemudian selain

yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci tehadap apa yang sudah diteliti.21

Penelitian deskriptif ini dilakukan agar dapat memecahkan atau menjawab

segala persoalan yang sedang dihadapi pada kondisi atau situasi sekarang, yang

kemudian dilakukan dengan menjalankan keseluruhan prosedurnya yang dimulai

dari pengumpulan klasifikasi, analisis data, mengandung kesimpulan dan laporan

yang tujuan utamanya untuk membuat deskripsi suatu keadaan secara obyektif

dalam deskriptif situasi. Dengan demikian, laporan penelitian ini akan berisi

kutipan-kutipan data dan pengolahan data untuk gambaran penyajian pada laporan

tersebut, yang selanjutnya peneliti akan member kesimpulan dari masing-masing

kutipan data yang telah diambil dari berbagai sumber data tersebut.

b) Analisis Isi (Content Analysis)

Analisis isi ialah analisis mengenai suatu pesan dengan cara memahami

atau menganalisis apa yang telah disampaikan oleh para tokoh, baik melalui

20
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, h.3 2013
21
Sudarwan Danim, metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja rosdakarya,
2002), cetak.1 h.17
17

tulisan ataupun pesan yang menyerupai dengan apa yang telah dikaji. Menurut

para ahli yakni Weber mengatakan bahwa Analisis isi adalah metodologi yang

memanfaatkan seperangkat prosedur yang ada untuk mengambil kesimpulan yang

sahih dari sebuah buku ataupun dokumen.22

Sedangkan menurut Holsti, yang mengatakan pula bahwa Analisis isi

adalah teknik yang digunakan untuk menyimpulkan atau membuat kesimpulan

melalui usaha untuk menemukan karakteristik pesan, yang dilakukan secara

objektif dan sistematis tentunya.23

Adapun yang dapat dilakukan disamping analisis isi ini ialah dapat

dilakukan dengan cara menemukan di antara satu buku dengan buku lainnya

dalam bidang yang sama, dengan perbedaan waktu dalam penulisannya maupun

mengenai kemampuan buku-buku tersebut yang dalam perwujudan objek sebagai

bahan yang disajikan kepada sekelompok masyarakat tertentu. Demikian halnya

data kualitatif tekstual yang diperoleh diklasifikasikan dengan memilih data

tersebut, hal ini dilakukan sebagai salah satu syarat yang telah dijelaskan oleh

Holsti tentang analisis isi (content analysis) yaitu, objektif, sistematis dan jufa

general.24

G. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

22
Satori dan Komariah, Content Analysis, 2009:157
23
Satori dan Komariah, Content Analysis, 2009: 157
24
satori dan Komariah, content analysis, 2009: 158
18

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pemikiran Ibnu

Taimiyah tentang Keuangan Publik Adapun tujuan yang diharapkan dari

penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui konsep mengenai sumber penerimaan keuangan publik

menurut Ibnu Taimiyah

b. Untuk mengetahui pengelolaan dan pendistribusian dari sumber keuangan

publik menurut Ibnu Taimiyah.

c. Untuk mengetahui relevansi keuangan publik Ibnu Taimiyah dan masa

sekarang

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Ilmiah

1) Untuk menambah dan memperdalam wawasan pengetahuan

utamanya yang berkaitan dengan keuangan publik

2) Untuk menumbuhkan kembali pemahaman terkait dengan proses

keuangan publik yang di rintis oleh para ulama klasik maupun

yang dikembangkan oleh sarjana-sarjana modern.

b. Manfaat Praktis

1) Dapat digunakan sebagai bahan bacaan atau bahan referensi

untuk kepentingan penelitian.

2) Dapat digunakan sebagai bahan ajar pendidikan dan ekonomi di

tingkat universitas, negeri dan swasta.


19

H. Sistematika Penulisan

Pada umumnya sistematika penulisan berisi tentang uraian singkat tentang

pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam setiap bab dari skripsi. Dan untuk itu

peneliti mengemukakan garis-garis besarnya dengan sistematika yakni sebagai

berrikut:

BAB I Pada penelitian ini berisikan tentang uraian pendahuluan yang

memberikan gambaran umum mengenai latar belakang, rumusan masalah, fokus

penelitian, pengertian judul, kajian pustaka, metodologi penelitian, tujuan

penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Berisikan tentang Tinjauan Teoritis Keuangan Publik masa

Rasulullah menurut pemikiran Ibnu Taimiyah yang meliputi: Pengertian

Keuangan Publik, Fungsi dan Tujuan pengelolaan keuangan publik, serta

kebijakan pendapatan keuangan publik dalam Ekonomi Islam. .

BAB III Membahas tentang Biografi seorang tokoh yakni Ibnu Taimiyah

yang meliputi: Riwayat hidup Ibnu Taimiyah, Pendidikan Ibnu Taimiyah, Kondisi

sosial dan politik Ibnu Taimiyah, dan karya dari Ibnu Taimiyah.

BAB IV Berisi tentang Kebijakan Pengelolaan Keuangan Publik menurut

Ibnu Taimiyah dan keuangan publik saat ini yang meliputi: konsep sumber

penerimaan keuangan publik menurut Ibnu Taimiyah dan sumber penerimaan

keuangan publik secara umum, Pengelolaan dan pendistribusian dari sumber

keuangan publik menurut Ibnu Taimiyah, serta pengelolaan keuangan publik saat

ini tepatnya di Indonesia.


20

BAB V adalah penutup yang berisi tentang kesimpulan dari pembahasan

yang telah dibahas sebelumnya dan menjawab pokok-pokok masalah yang telah

dirumuskan.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Keuangan Publik

1. Pengertian Keuangan Publik

Pada Keuangan publik terdapat beberapa sumber keuangan yang dikelola

untuk berbagai kepentingan masyarakatnya, baik itu yang pengelolaannya secara

individual, kolektif, ataupun oleh pemerintah. Menurut salah satu ahli yakni Abu

Ubaid yang mengatakan bahwasanya kekayaan publik merupakan kekayaan

khusus, yang dimana pemerintah memegang kendali untuk mengatur dan

mengelolanya, bahkan ia pula yang mendistribusikannya kepada masyarakat..25

Adapun kebijakan keuangan publik yang dalam pengelolaannya dikenal

dengan kebijakan fiskal, yang dimana agama Islam telah menetapkan bagaimana

pemerintah mengumpulkan dana dan menyalurkannya kembali untuk

kesejahteraan masyarakatnya.26 Pada masa lampau tidak terdapat konsep yang

jelas tentang cara mengurus keuangan dan kekayaan negara. Pemerintahannya

pada suatu negara tersebut adalah suatu badan yang dipercayakan untuk menjadi

pengurus atau yang mengurusi kekayaan atau keuangan suatu negara tersebut.

Pentingnya dilakukan pengawasan dan pengaturan terhadap harta sangat

memegang peranan penting dikarenakan harta yang dihasilkan ini ialah miliknya

negara dan digunakan untuk kemakmuran masyarakatnya. Penjelasan dari

25
Haniyah Indayani, Pengelolaan Keuangan Publik di Indonesia di Tinjau dari Perpektif
Ekonomi Islam. Jakarta. 2006. h.21
26
Adib Susilo, Keuangan Publik Ibnu Taimiyah dan permasalahan pajak pada era
Kontemporer. Ponorogo. 2017. h.2

21
22

pengawasan harta ini tidak berbeda jauh dari yang dikemukakan oleh para ahli,

yakni setiap aturan-aturan, petunjuk yang memiliki tujuan untuk menjaga harta

yang umum, melindungi dan mengembangkannya dan menjauhi segala hal yang

akan merugikan masyarakat serta untuk mewujudkan kemashlatan bagi ummat.

Dan lebih lagi pengawasan harta memiliki peranan yang sangat penting

dikarenakan ini merupakan sebuah pegangan untuk melindungi dan menjaga

berbagai sumber baitul maal dari hal yang bisa merugikan, baik dari para kalangan

pemerintahan maupun dari kalangan masyarakat itu sendiri.27

2. Keuangan Publik dalam Perspektif Jumhur Ulama

a. Keuangan public perspektif Abu Yusuf

Keuangan publik merupakan keuangan negara secara menyeluruh,

yang mana di dalam sistem keuangan publik tersebut terbagi menjadi

dua bagian, yaitu pertama adanya pendapatan negara atau disebut

public income, yang di dapatkan dari hasil dalam negeri yang berada

di dalm negeri, maupun hasil negara yang berada di luar negeri,

ataupun yang didapatkan dari asing yang berada di dalam negeri.

Pendapatan yang di dapat tersebut, biasanya masuk ke dalam dana

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), yang merupakan

anggaran pendapatan dan belanja negara. Kedua, adanya pengeluaran

negara atau dapat dikatakan public expenditures. Adapun pengeluaran

negara atau belanja menurut UU pasal 11 No.17 tahun 2003 tentang

keuangan negara, yaitu belanja pegawai, yang merupakan konpensasi

27
Haniyah Indayani, Pengelolaan Keuangan Publik di Indonesia di Tinjau dari Perpektif
Ekonomi Islam. Jakarta. 2006. h.23
23

atau gaji yang diberikan oleh para Pegawai Negeri Sipil (PNS),

belanja barang, yang digunakan untuk pemeliharaan dan belanja

perjalanan dinas, belanja modal, yang digunakan untuk menambah

aset negara, pembayaran bunga hutang, sibdisidi, hibah, bantuan

sosial, belanja lain-lain, belanja daerah atau transfer ke daerah.28

b. Keuangan public perspektif Yahya Bin Adam atau Abu Zakariyya

Yahya ibn Adam

Menurut Yahya bin Adam atau sebutan biasanya dipanggil Ibnu

Adam ada empat bagian yang membicarakan topik-topik yang

berkenaan dengan keuangan publik yakni Ghanimah, fay’, dan pajak,

baik berupa kharaj atau jizyah, hanya dibebankan kepada orang-orang

yang ditaklukan. Adanya pembagian ini menunjukkan bahwa

pembagian harta rampasan yang dihasilkan melalui jalan perang,

sangat berbeda dengan harta rampasan yang dihasilkan melalui jalan

damai.

Pembagian harta rampasan tersebut menunggu keputusan sang

Imam. Harta rampasan dilarang untuk digunakan sebelum ada

pembagian dan fatwa resmi dari seorang Imam. Disini sangatlah

penting, apakah tanah rampasan tersebut dibiarkan tanpa dibagi,

digunakan oleh pemiliknya, atau diberikan kepada Bait al-mal sebagai

pendapatan masa depan umat Islam.

c. Keuangan publik perspektif Qudamah ibn Ja’far

28
Wulandari Citra Aryani, Pemikiran Abu Yusuf Terhadap Keuangan Publik di
Implementasikan Terhadap keuangan publik Indonesia, h.1
24

Tidak jauh berbeda dengan kedua ulama diatas yang memiliki

keterkaitan dengan pemerintahan saat itu. Namun ada pula yang beda

dengan keduanya, Qudamah adalah seorang aparat yang terlibat

langsung dalam pemerintahan sehingga tulisannya bersifat

kontekstual. Qudamah mengeluarkan buku tentang keuangan publik

yang berjudul Al-amwal yaitu bentuk jamak dari al-mal yang berarti

“kekayaan atau keuangan”29

Kitab yang menggunakan judul ini pada umumnya membahas

tentang sumber-sumber serta pengelolaan pendapatan negara. Dengan

demikian istilah al-amwal sering digunakan secara bergantian oleh

para ulama pada masa itu. Dalam penggunaannya, pembahasan ini

membicarakan semua bentuk dan sumber-sumber pendapatan

keuangan publik. Dengan kata lain, kitab al-amwal memiliki cakupan

lebih luas dibanding al-kharaj.

3. Fungsi dan Tujuan Keuangan publik

Kebijakan fiskal pemerintah disebut kebijakan keuangan. Semua kebijakan

keuangan negara harus berpegang pada prinsip dan nilai-nilai hukum Islam.

Kebijakan fiskal, atau perolehan dan pengeluaran anggaran, adalah prinsip

pembangunan sosial Islam yang didasarkan pada distribusi kekayaan yang

seimbang dan penerapan nilai-nilai material dan moral yang setara..30

Tujuan kebijakan fiskal atau keuangan publik dalam ekonomi Islam

berbeda dengan ekonomi biasa, namun terdapat kesamaan terutama dalam analisis

29
Ibn Manzur, Lisan al-Araby, XIV : 158
30
M.A. Manan (terj), c1992), h.230
25

dan pengembangan kebijakan ekonomi. Tujuan dari semua kegiatan ekonomi

semua orang adalah memaksimalkan kesejahteraan manusia dan ketertiban umum

sebagai sarana untuk mencapai ini. Dalam sistem tradisional, konsep hidup adalah

manfaat terbesar bagi semua orang di dunia. Namun dalam Islam konsep

kesejahteraan sangat luas, mencakup kehidupan di dunia ini dan menekankan

perbaikan spiritual daripada makhluk material. Dalam ekonomi kapitalis,

keuangan publik atau kebijakan fiskal meliputi:

a. Distribusi sumber daya yang efektif

b. untuk mencapai stabilitas ekonomi

c. Mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan muncul baru-baru ini

d. Memastikan distribusi pendapatan yang tepat.

Al-Faridi dan Salama (keduanya ekonom Muslim) mengklaim bahwa

penafsiran ini berlaku dalam sistem ekonomi Islam, bahkan dengan interpretasi

yang berbeda.31

Kebijakan ekonomi Islam atau kebijakan fiskal digunakan untuk mencapai

tujuan yang sama dari ekonomi non-Muslim, kecuali untuk tujuan yang berbeda

hukum Islam (doktrin). Ada tiga alasan dalam Islam:

1) Islam menetapkan tingkatan yang mulia (tinggi) terwujudnya persamaan

dan demokrasi, diantara prinsip-prinsip dan hukum yang lain, prinsip

mendasar yang berbunyi “Agar kekayaan harta itu tidak hanya beredar

diantara segelintir orang kaya saja” (Q.S 59:7). Hal ini mengambil

31
M. Nazori Majid. Pemikiran Ekonomi Islam Abu yusuf relevansinya dengan ekonomi
kekinian, h.205
26

tindakan bahwa ekonomi Islam harus lebih berperan dalam setiap anggota

masyarakat.

2) Islam melarang pembayaran bunga atas segala bentuk pinjaman. Hal ini

menunjukkan bahwa ekonomi Islam tidak akan menggunakan seperangkat

bunga dalam tujuan mencapai tingkat keseimbangan pada pasar utang

(keseimbangan antara permintaan dan penawaran uang).

3) Ekonomi Islam akan dikelola untuk membantu dan mendukung ekonomi

masyarakat yang terbelakang untuk memajukan dan menyebarkan ajaran

Islam selias mungkin. Dengan demikian sebagian dari pengeluaran

pemerintah akan diperuntukkan untuk kegiatan-kegiatan yang sesuai

syariah dan meningkatkan kesejahteraan saudara muslim yang kehidupan

ekonominya kurang berkembang (terbelakang).32

Tujuan dan fungsi utama ekonomi Islam adalah:

1) Kelayakan ekonomi yang luas berlandaskan full employment dan

tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum

2) Keadilan sosio ekonomi dengan pemerataan distribusi pendapatan dan


kesejahteraan

3) Stabilitas dalam nilai uang sehingga memungkinkan medium of


exchangedapat dipergunakan sebagai satuan perhitungan, patokan

yang adil dalam penangguhan pembayaran, dan nilai tukar yang stabil

32
Sayed Afzal Peerzade, Reading In Islamic fiscal policy. (Delhi: Adam Publishers &
Distributors. 1996), h.88-89
27

4) Penagihan yang efektif dari semua jasa biasanya diharapkan dari

system perbankan.33

Keuangan publik atau kebijakan fiskal dalam Islam tidak lepas dari

kendali politik ekonomi (as-siyasatu al-iqtishad) yang bertujuan sebagaimana

dikemukakan Abdurrahman Al-Maliki, yaitu menjamin pemenuhan

kebutuhankebutuhan primer (al-hajat al-asasiyah/basic needs) per individu secara

menyeluruh, dan membantu tiap-tiap individu diantara mereka dalam memenuhi

kebutuhan-kebutuhan sekunder dan seterusnya (al-hajat al-kamaliyah) sesuai

kadar kemampuannya.34

Kita tahu bahwa pemerintah memiliki otoritas mutlak atas kebijakan dan

kesepakatannya dalam mengambil keputusan Islam sesuai dengan nilai dan tujuan

hukum Islam.

B. Keuntungan Sistem Keuangan Publik dalam Islam

Ada banyak kelebihan atau keuntungan yang didapatkan dalam sistem

keuangan Islam ini diantaranya pertama, mewujudkan seorang muslim yang

kaffah karena syariah, akhlak, dan akidah merupakan tiga ajaran pokok dalam

Islam. Mengamalkan sistem ini memberikan keuntungan bagi seorang dalam

bentuk kepatuhan hambanya terhadap perintah-perintah Allah Swt. Salah satu

perintah Allah Swt. adalah bermuamalah dengan meninggalkan konsep riba.

Kedua, terdapat beberapa keuntungan yang akan didapatkan secara

rasional yakni; (1). Angsuran pembiayaan yang tetap (fixed) atau angsuran yang

33
M. Nazori Majid, Pemikiran ekonomi islam abu yusuf relevansinya dengan ekonomi
kekinian, h.213-214
34
Mustafa Edwin nasution, dkk.Pengenalan eksklusif ekonomi islam. (Jakarta: kencana
prenada media group, 2006), h.225
28

dibayarkan oleh nasabah dari awal pembiayaan sampai dengan lunas besarannya

tidak berubah. (2). Sistem bagi hasil yang lebih adil, pembiayaan berbasis bagi

hasil ini atau biasa dikenal dengan pembiayaan mudharabah dan musyarakah.

Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul

maal) yang menyediakan seluruh kebutuhan modal dengan pihak pengelola usaha

(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha bersama.

Keuntungan dibagi menurut perbandingan (nisbah) yang di sepakati,

pemilik modal tidak ikut campur dalam pengelolaan usaha, akan tetapi

mempunyai hak untuk melakukan pengawasan. (3). Bebas biaya penalti jika

dilakukan pelunasan sebelum jatuh tempo.35

C. Kebijakan Pendapatan Keuangan Publik Dalam Ekonomi Islam

Islam telah menetukan sector-sektor penerimaan pemerintah baik melalui

zakat, ghanimah, fay, jizyah, kharaj, sedekah dan lain-lain. Jika diklasifikasikan

makan pendapatan tersebut ada yang bersifat rutin seperti: zakat, jizyah, kharaj,

ushur, infak dan sedekah serta pajak jika diperlukan, dan ada yang bersifat

temporer seperti : ghanimah, fay dan hara yang tidak ada pewarisnya..

Secara umum, ada kaidah-kaidah yang membatasi kebijakan pendapatan

tersebut. Khaf berpendapat bahwa sedikitnya ada tiga prosedur yang harus

dilakukan pemerintah Islam modern dalam pendapatan kebijakan fiskalnya

dengan asumsi bahwa pemerintah tersebut sepakat dengan adanya kebijakan

pungutan pajak (terlepas dari ikhtilaf ulama mengenai pajak). .

a) Kaidah syariah yang berkaitan dengan kebijakan pungutan zakat

35
Hanim Nurputranto, keuntungan sistem ekonomi/keuangan dalam Islam. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. 2 juni 2014.
29

Menurut Abu Ubaid zakat merupakan institusi khusus keuangan publik.

Zakat sebagai sumber pendapatan publik dan salah satu jalan pembiayaan publik

memainkan peranan khas dalam keuangan publik,ia hanya diwajibkan kepada

muslim dan didistribusikan hanya kepafa muslim. Dalam hal ini Abu Ubaid

menginterpensi hadis Mu’adz bin jabbal yang menyatakan bahwa Nabi

memerintahkan untuk mengambil zakat dari muslim yaman yang kaya dan

mendistribusikannya kembali kepada orang-orang muslin yaman yang miskin. 36

b) Kaidah-kaidah Syariah yang berkaitan dengan hasil pendapatan yang berasal

dari asset pemerintah.

Menurut prinsip-prinsip hukum Islam, pendapatan pemerintah dapat dibagi

menjadi dua kategori:

1. Pendapatan dari asset pemerintah yang umum, yaitu berupa investasi asset

pemerintah yang dikelola baik oleh pemerintah sendiri atau masyarakat.

Ketika asset tersebut dikelola individu masyarakat maka pemerintah

berhak menentukan berapa bagian pemerintah dari hasil yang dihasilkan

ole asset tersebut dengan berpedoman kepada kaidah umum yaitu

mashlahah dan keadilan.

2. Pendapatan yang masyarakat ikut memanfaatkannya adalah berdasarkan


kaidah syariah yang menyatakan bahwa manusia berserikat dalam

memiliki air, api, garam dan sejenisnya. Kaidah ini dalam konteks

pemerintahan modern adalah sarana-sarana umum yang sangat dibutuhkan

masyarakat.

36
Mustafa Edwin Nasution,dkk. Pengenalan ekskusif ekonomi Islam, h-221
30

c) Kaidah syariah yang berkaitan dengan kebijakan pajak

Dalam hal perpajakan, Abu Yusuf telah meletakkan prinsip-prinsip

yang jelas dimana setelah berabad-abad kemudian dikenal oleh para ahli

ekonomi sebagai canons of taxion. Kesanggupan membayar, pemberian

waktu yang longgar bagi pembayar pajak dan sentralisasi pembuatan

keputusan dalam administrasi pajak adalah beberapa prinsip yang

ditekankannya.

D. Peran Negara dalam Bidang Perekonomian/Keuangan

Menurut Ibnu Taimiyah, Negara memiliki beberapa peran, antara lain:

1) Menghilangkan kemiskinan, menurut Ibnu Taimiyah seseorang harus hidup

sejahtera dan tidak tergantung pada orang lain, sehingga mereka mampu

memenuhi sejumlah kewajiban dan keharusan agamanya. Menjadi kewajiban

sebuah negara untuk membantu warga negara mampu mencapai kondisi

financial yang lebih baik. Beliau menyatakan : “Merupakan sebuah konsensus

umum bahwa siapa pun yang tak mampu memperoleh penghasilan yang

mencukupi harus dibantu dengan sejumlah uang, agar mampu memenuhi

kebutuhannya sendiri.”

2) Regulasi harga, menurut Ibnu Taimiyah pemerintah memiliki otoritas penuh

untuk menetapkan harga, manakala didapati adanya ketidaksempurnaan pasar

yang mengganggu jalannya perekonomian negara. Akan tetapi hal ini berlaku

apabila disebabkan oleh hal yang bersifat alamiah, bukan karena ulah oknum

tertentu.
31

3) Menetapkan kebijakan moneter, Ibnu Taimiyah sangat jelas menyatakan

pentingnya kebijakan moneter bagi stabilitas ekonomi. Uang harus dinilai

sebagai pengukur harga dan alat pertukaran. Setiap penilaian yang merusak

fungsi-fungsi uang akan berakibat buruk bagi perekonomian negara.

Perencanaan ekonomi, menurut salah satu pemikiran penting Ibnu

Taimiyah adalah terkait dengan industri pertanian, pemerintahan dan sebagainya.

Apabila masyarakat secara sukarela gagal memenuhi kebutuhan terkait dengan

industri-industri tersebut diatas, maka negara harus mengambil alih tugas tersebut

untuk mengatur kebutuhan suplai yang layak. Hal ini hanya bisa dilakukan apabila

negara memiliki perencanaan ekonomi yang memadai. Salah satu cara untuk

memastikan tercapainya tujuan dalam perekonomian ekonomi, perlu dibentuk

suatu lembaga pengawasan yang dikenal sebagai lembaga hisbah.


BAB III

BIOGRAFI IBNU TAIMIYAH

A. Riwayat Hidup Ibnu Taimiyah

Agama Islam telah menghadapi berbagai gejolak perdebatan yang luar

biasa, baik yang telah disebabkan oleh perpecahan intern umat Islam itu sendiri

ataupun di karenakan permusuhan dari bagian barat (Nasrani). Kemudian lahirlah

seorang bayi yang ditakdirkan oleh Allah SWT yang akan menjadi seorang

pemimpin yang intelektual Muslim dan banyak orang yang mengatakan dia

sebagai seorang pembaharu.

Adapun nama lengkap dari seorang Ibnu Taimiyah adalah Abu Ahmad Al-

Halim bin Abd Salam Abdullah bin Muhammad bin Taimiyah, yang memiliki

gelar Taqiyyudin, Abu Abbas, Ibnu Taimiyah.37 Beliau lahir di Harran, pada

sebuah kota kecil yang terdapat di kota Damaskus lima tahun setelah jatuhnya

Baghdad ke tangan bangsa Tartar yang memiliki arti masa kekuasaan dinasti

Abbasiyah telah berakhir,38 yang jatuh pada hari senin, 10 Rabi’ul Awwal 661

Hijriah (12 Januari 1263 M). dan beliau wafat di Damaskus pada tahun 728 H.

selama 7 tahun Harran diserang oleh pasukan Mongol, bersama dengan kedua

orang tuanya ia harus mengungsi ke damaskus di karenakan kepanikan yag

melanda Siriah bagian selatan, banyak diantara mereka yang menderita dan

kesulitan ditempat pengungsian mereka. Dengan peristiwa ini sangatlah

37
Shaib Abdul Hamid, Ibnu Taimiyah Rekam Jejak Sang Pembaharu. Jakarta: Citra,
2009. h.17
38
Goldziher, Ibnu Taimiyah, Encyclopedia of Religion and Ethics: h.72

32
33

membekas pada ingatan seorang Ibnu Taimiyah yang masih sangat muda dan

senstif 39

Asal usul keluarga Ibnu Taimiyah ini berasal dari keluarga besar taimiyah,

yang pada zamannya sangat terpelajar dan terpandang dan disegani oleh

masyarakat umum ditempatnya.40 Akan tetapi para sejarawan berbeda pendapat

mengenai ibunya berasal dari arab, ada juga yang mengatakan bahwa ibunya ialah

orang kurdi, beliau memiliki peran di dalam mendidik dan mengembangkan

dirinya. Ayah dari Ibnu Taimiyah bernama Syihab ad-Din Abd As Salam (627-

682 H). beliau adalah seorang Ulama atau Kyai besar yang memiliki kedudukan

tertinggi dimasjid tersebut, ia sebagai guru dalam mata pelajaran tafsir dan hadis.

Jabatan lain dipegangnya yakni sebagai Direktur Madrasah Dar al-Hadis

asSukkariyah, ini adalah salah satu lembaga pendidikan Islam bermahzab

Hambali yang pada waktu itu sangat maju dan bermutu. Ditempat inilah beliau

mendidik seorang Ibnu Taimiyah putra kesayangannya.41

Kakek dari Ibnu Taimiyah bernama, Syeikh Majd ad-Din Abi as-Salam

Ibn Abd Allah (590-625 H), oleh asy-Syaukani (1172-1250 H), beliau dinyatakan

sebagai mujtahid mutlak, ia juga seorang yang alim dikenal sebagai ahli tafsir,

ahli hadis, ahli usul al-fiqh, ahli fiqh, Paman beliau bernama al-Khatib Fakhr

adDin, beliau paman Ibnu Taimiyah dari pihak bapaknya, ia adalah seorang

cendiawan muslim populer yang pada masanya ia adalah seorang pengarang yang

produktif. Dan selanjutnya adik laki-laki dari Ibnu Taimiyah bernama Syaraf ad-

39
Goldziher, Ibnu Taimiyah, Encyclopedia of Religion and Ethics: h.72
40
Muhammad Amin Suma, Ijtihad Ibnu Taimiyah dalam Fiqih Islam. Jakarta: pustaka
Firdaus, 2002. h.12
41
Khalid Ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah. Jakarta:
Rineka Cipta.1994. h.22
34

Din Abd Allah Ibn Abn al-Halim (696-727 H), ia dikenal sebagai ilmuan muslim

yang pada masa itu ahli dalam bidang kewarisan islam.42

Pada masa kecilnya Ibnu Taimiyah sudah dikenal sebagai anak yang

cerdasnya luar biasa, dalam studi kemauannya sangat tinggi, tekun dan tegas

dalam memecahkan suatu masalah, dan tak tertinggal pula dengan sifatnya yang

teguh di dalam mengemukakan dan mempertahankan pendiriannya, ikhlas

didalam mngerjakan sesuatu dan selalu beramal shaleh, dan sikapnya yang rela

berjuang dan selalu menjunjung kebenaran.43 Diusianya yang semakin hari

semakin bertambah maka kebenciannya terhadap bangsa Mongol semakin

besarpula. Ibnu Taimiyah ialah seorang tokoh pemersatu pasukan tempur yang

besar didalam memerangi bangsa Mongol meskipun bangsa mongol tersebut

sudah memeluk agama Islam..

Pada saat Ibnu Taimiyah menginjak usia 25 tahun, beliau yang

menggantikan pekerjaan ayahnya sebagai guru dan khatib di masjid-masjid yang

kemudian ia mengawali kariernya yang kontroversial di dalam kehidupan

bermasyarakat. Ia terkenal sebagai seorang pemikir yang tegas dalam berpikir

yang selalu konsisten terhadap kebenaran, sikapnya yang penuh dengan

keberanian dan sangat tekun.44 Sepanjang kehidupanya, Ibnu Taimiyah banyak

terlibat dalam perdebatan-perdebatan polemik dan berbagai macam konflik.

Menjelang wafatnya, Ibnu Taimiyah mengalami kisah yang cukup tragis

dikarenakan beliau dipenjarakan akibat problem masyarakat dan musuh-

42
Ayi Sofyan, Etika Politik Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia,2012. h.277
43
Munawir jazali, Islam and governmental system. Jakarta: INIS, 1991. h.56
44
Khalid Ibrahim, Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah. Jakarta: Rineka
Cipta. h.21
35

musuhnya yang menganggap Ibnu Taimiyah melarang umat untuk berziarah

kubur. Hal ini dianggap tabuh oleh masyarakat karena sebagian besar mereka

berziarah karena ada hal lain yang diinginkan seperti mendatangkan rahmat dan

keselamatan, ada juga yang berpikir dengan berziarah kubur mampu memenuhi

berbagai keperluan duniawi yakni dapat menyembuhkan segala macam penyakit

dan terhindar dari segala kejahatan pula. Inilah yang membuat seorang Ibnu

Taimiyah menganggap hal yang dilakukan sebagian besar masyarakat salah

danmenuai berbagai macam konflik. Dan Akhirnya Ibnu Taimiyah dipenjara dan

menghabiskan sisa akhir menjelang kematiannya .45

B. Pendidikan Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah dalam hal mencari ilmu ia belajar dari orang tuanya sendiri

mengenai apapun termasuk dalam hal ilmu agama, banyak juga dari guru lain,

salah satunya guru wanit, dikarenakam beliau memiliki kapasitas ilmu yang

sangat besar, Ibnu Taimiyah sejak masih kecil saja sudah memperlihatkan

kemampuannya yang luar biasa dalam berbagai hal, dengan demikian saat umur

beliau masih belasan tahun sudah dipercayai untuk menggantikan posisi ayahnya

menjadi juru bicara kuliah di salah satu Universitas tempat ayahnya bekerja.46

Tidak hanya itu, Ibnu Taimiyah kemudian melanjutkan pendidikannya ke

jenjang yang lebih tinggi dalam bidang fiqh, tafsir, hadist, pada Al-Hasan

AlJumayyizi, yang ahli atau pakar dalam Ilmu Hadist, dengan hal ini beliau

mampu menghafal kemudian mengetahui segala kekuatan dan kekurangannya.

45
Khalid Ibrahim, Teori Pemerintahn Islam Menurut Ibnu Taimiyah. Jakarta: Rineka
Cipta. h.33
46
Eko Purwanto, Kritik kepemimpinan terhadap penguasa perspektif Ibnu Taimiyah dan
Aktualisasinya di Indonesia, 2017. h. 53
36

Dan masih banyak guru yang ia tempati untuk mempelajari ilmu fiqh dan

memperdalam bahasa arabnya.47

Kemudian beliau memasukkan dirinya kesekolah di Damaskus, yang

mempelajari banyak ilmu mengenai keislaman. Saat usia beliau sepuluh tahun ia

sudah mempelajari buku hadist utama, seperti kitab-kitab yang diriwayatkan oleh

Imam-imam besar yakni Imam Ahmad bin Hambali dan masih banyak lagi.

Dengan banyak ilmu yang telah didapatkannya beliau sudah menguasainya

dengan begitu baik sehingga masyarakat Damaskus kagum dengan keahlian yang

dimiliki. Pada usia dua puluh tahun beliau sudah menyelesaikan seluruh studinya

dan setahun setelahnya beliau diangkat menjadi guru besar hukum Mazhab

Hambali yang mengaantikan posisi ayahnya yang telah tiada. Ibnu Taimiyah

sudah menjadi ulama yang besar dan terkemuka dikalangan publik, pada saat usia

beliau sudah memasuki tiga puluh tahun ia sudah diakui keahliannya yang

kompoten sebagai ulama besar, yang menandingi ulama besar laiinya pada masa

itu, dan beliau kuat dalam ajaran salaf.48

Pendidikan Ibnu Taimiyah diawali dengan belajar Al-Qur’an dan Hadist

pada ayahnya sendiri, saat usia beliau masih sangat muda yakni berkisar tujuh

tahun ia sudah berhasil menghafal Al-Qur’an dengan sangat lancar. Disamping itu

juga, yang mengatakan bahwasanya pada saat beliau masih remaja sampai ke

masa lanjut usianya, beliau dikenal sebagai orang yang tidak pantang menyerah

dan selalu berusahan untuk mengamalkan nilai-nilai yang terdapat dalam

AlQur,an. Hal ini sudah menjadi kegemaran beliau dalam membaca Al-Qur’an

47
Nurcholis Madjid, Kontroversi Sekitar ketokohan Ibnu Taimiyah, 1993. h.2
48
Penyusun Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam.Jakarta 1994. h. 169
37

meskipun beliau mendekam dipenjara saja dan melewatkan masa-masa sulitnya

itu, ia masih menyempatkan khatam Al-Qur’an kurang lebih sebanyak delapan

puluh kali selama beliau didalam jeruji besi tersebut.49

C. Kondisi Sosial dan Politik Ibnu Taimiyah

Dalam sejarah kehidupan seorang Ibnu taimiyah tidak terlepas dari

pergolakan mengenai kondisi sosial dan politik yang diarunginya. Kelebihan

moral yang dimiliki beliau diperjelas dengan visi kehidupannya yang begitu

berarti, dengan terlibatnya ia kedalam berbagai jabatan yang penting. Beliau tidak

sekedar menjadi seorang guru dan hakim saja seperti tradisi keturunan

keluarganya melainkan dengan menjadi seorang pemimpin perlawanan militer

terhadap bangsa mongol demi membela tanah siriah. Ketika beliau memimpin

perlawanan ini, ia mengemukakan ide yang banyak ditentang oleh para penguasa

dan sebagian besar masyarakat. Meskipun dengan itu, beliau tidak pernah pantang

menyerah meskipun selalu dipojokkan dan dipersulit.50

Pada masa ini, Ibnu Taimiyah dapat meraih pengalaman akademik, politik

dan ekonomi. Sultan Nasir memberinya kedudukan yang tinggi diantara para

ulama.51 Banyak masyarakat muslim yang mengenal Ibnu Taimiyah, hal ini terjadi

dikarenakan keterlibatannya dalam masalah politik, awal terjadinya masalah ini

terjadi atas rasa ketidak puasan terhadap penyelesaian kasus Assaf al-Nasrani,

yang dikarenakan seseorang beragama Kristen menghina Nabi Muhammad Saw.

dan umat Islam setempat. Hal ini di picu oleh sikap pemimpin yakni Gubernur

49
Eko Purwanto, Kritik kepemimpinan terhadap penguasa perspektif Ibnu Taimiyah dan
Aktualisasinya di Indonesia, 2017. h. 54
50
Ishlahi, Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah. PT. Bina Ilmu. 1997. h.15
51
Qawwam Sabilalhaq Muthodhari, Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Taimiyah. 2019. h.12
38

yang memberikan pilihan kepada Assaf, yakni antara hukuman mati atau

memeluk agama Islam.Yang kemudian memilih masuk agama Islam saja.52

Hal pertama yang dilakukan Ibnu Taimiyah ialah bentrok dengan penguasa

dari dinasti Mamluk (1260-1383), yang dikenal dengan sebutan Bahrite

Mamluks,53 dan menjadi pemimpin dalam peperangan ini yang menentang khatib

Kristen yang di tuduh telah menghina Nabi Muhammad Saw. renggangnya

hubungan negara ini awalnya berbagai pendapat yang bertentangan dengan

keyakinan ulama pemerintah masyarakat Damaskus dan Kairo. Hal ini dianggap

tabuh sebab Ibnu Taimiyah kembali dipenjarakan di Kairo dengan lontaran

pendapatnya tersebut, kemudian para penguasa ini memberi pengumuman kepada

masyarakat apabila ada yang membela Ibnu Taimiyah, mereka akan mendapatkan

hukuman mati.

Ibnu Taimiyah mengawali kehidupannya kembali dipenjara selama satu

setengah tahun yang kemudian dibebaskan berkat intervensi seorang pejabat

tinggi di siriah. Namun dengan demikian harapannya untuk bebas hidup kembali

pupus dikarenakan tokoh-tokoh Sufi Kairo kembali menggugat kutukan terhadap

Ibnu Taimiyah, yang kemudian dipenjara untuk ketiga kalinya pada sebuah istana

di Alexandria selama dua tahun sampai beliau dibebaskan oleh Sultan al-Malikan

an-Nasir. Setelah berapa tahun beliau mendekam dipenjara akhirya dibebaskan,

dan menjalani kegiatan sehari-harinya dengan mengajar, menulis dan kembali ke

siriah pada tahun 1312 M. dan beliau yang memimpin pemerintahannya, akan

tetapi ketika al-Malik an-Nasir ini mengeluarkan larangan tentang masalah

52
Thomas Michel SJ, Ibnu Taimiyah: h.175
53
Fasiha, Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah, September 2016, h.107
39

perceraian atau talak, Ibnu Taimiyah kembali dipenjara selama enam bulan karena

tidak mematuhi pemerintah penguasa setempat dan hukumannya ditambah lagi

selama lima bulan akibat para anggota dewan yang menyebar fitnah akan beliau.54

Kehidupan beliau kembali tertunda dengan tidak adanya kegitan mengajar

dan menulis seperti biasa yang beliau lakukan. Ibnu Taimiyah menghabiskan sisa

hidupnya yang kemudian wafat di dalam penjara pada tanggal 26 september 1328

M. yang saat itu usia beliau genap 67 tahun. Beliau disambut dengan cucuran air

mata oleh para pengikutnya, mereka mengantar jenazahnya sampai ke tempat

peristirahatan terakhirnya dan pengikutnya ini menyajikan berbagai ragam sebagai

tanda kehormatan terakhirnya yang sebenarnya tindakan ini ditentang oleh Ibnu

Taimiyah karena dianggap bid’ah.55

D. Karya-karya dari Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah memiliki banyak karya ilmiah yang sangat populer, ia

begitu banyak memiliki karya buku yang menjelaskan atau menguraikan tentang

ekonomi, hukum, filsafat dan masih banyak lagi. Para peneliti tidak bisa

menentukan mengenai berapa banyak jumlah karya atau buku yang dibuatnya,

akan tetapi mereka menyebutkan sekitar 300-500 buah buku karya ilmiah yang

telah dikarang oleh Ibnu Taimiyah baik dalam jumlah besar maupun kecil, baik

dalam ukuran tebal maupun tipis. Sebagian karya beliau kini telah terhimpun dan

disimpan dalam Majmu’ Fatwa Ibnu Taimiyah yang berjumlah 37 jilid. Hal ini

54
Eko Purwanto, Kritik kepemimpinan terhadap penguasa perspektif Ibnu Taimiyah dan
Aktualisasinya di Indonesia, 2017. h. 57
55
Khalid Ibrahim, Teori Pemerintahn Islam Menurut Ibnu Taimiyah. Jakarta: Rineka
Cipta. h.45
40

belum termasuk mengenai karangannya yang tergolong besar itu seperti Minhajas

Sunnah.

Karya-karya yang telah dibuat oleh Ibnu Taimiyah berbagai hal dalam

bidang keilmuan, diantaranya Tafsir, Hadist, Ilmu Hadist, Fiqh, Ushul Fiqh,

Tasawuf, Mantiq (logika), Politik, Filsafat, Pemerintahan, Tauhid (Ilmu Kalam).

Sebagian besara dari kitabnya seperti, Majmu’ Fatwa Syaikh al-Islam, Intitip

alSiratal Mustaqim wa Mukhlmafah Ashab al-Jahir, al-Sarim al-Maslul’Ula

Syatim al Rasul, al jawab al salih Liman Baddala Din al masih, al Jawami fi al

Siyasah al Ilahiyah wa al Ayat al Nabawiyah, al-Rass ‘ala al Mantiqin, al-Siyasah

al Syar’iyyah fi Ishlah al Ra’I wa al Ra’iyah, fatawa Ibnu Taimiyah dan masih

banyak lagi.56

Beliau memahami semua Hadist dari Kutubus Sittah dan Al-Musnad.

Kemampuan yang dimiliki oleh Ibnu Taimiyah ini sangatlah luar biasa, ia mampu

memaparkan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau ahli tafsir, beliau dalam

kesehariannya menulis tafsir dan ilmu lainnya sambil member komentar kepada

para filsuf. Dan sebagian dari karya yang telah dibuat oleh Ibnu Taimiyah yang

keseluruhannya berbahasa Arab itu, kini telah cukup banyak yang

menerjemahkannya kedalam beberapa bahasa, seperti bahasa Urdu Indonesia dan

Inggris.57

Berikut beberapa karya Ibnu Taimiyah yang paling terkenal yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:

1. Fatwa-fatwa Ibnu Taimiyah (Majmu al-Fatawa)

56
Qawwam Sabilalhaq Muthodhari, Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Taimiyah. 2019. h.24
57
Eko Purwanto, Kritik kepemimpinan terhadap penguasa perspektif Ibnu Taimiyah dan
Aktualisasinya di Indonesia, 2017. h. 59
41

2. Sharimul Maslul Hukuman Mati Bagi Penghina Nabi (Ash-Sharimul

Maslul Ala Syatimir rasul)

3. Jam’u Kalimat Al-Muslimin

4. Politik Islam Ta’liq siyasah Syar’iyah Ibnu Taimiyah (At-Taliq ala as-

siyasah asy-Syar’iah fi Ishlah ar-Ra’iyah li Syaikhul Islam Ibnu

Taimiiyah)

5. Iqtidha ash-shirat al-Mustqim Mukhalafatul al-Jahin.

6. Aqidah Ahl-Sunnahh wa al-Jama’ah

7. An-Nubuat

8. Ar-Risalah al-Madaniyah fi al-Majaz wa al-haqiqah fi sitatillahi Ta’ala

9. Arsyal-Rahman wa ma warada fihi min al-ayat wa al-hadist

10. Al-jawab ash-shahih liman Badala di al-masih

11. Al-Iman

12. Idhah al-Dalalah fi Umm al-Risalah

13. Al-washiah al-Jami’ah li Khair ad-Dunya wa al-Akhirah

14. Al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahi’am al-Munkar

15. Al-Aqidah al-Wasathiyah

16. Minhaj al-Sunnah

17. Huquq ahl al-Bait

18. Al-Furqan Baina al-Haq wa al-Bathil

19. Al-radd ‘Ala al-Manthiqiyyin

20. Ulumul al-Tafsir

21. Risalah al-Taubat


42

22. Syarh Hadits Jibril al-Islam wa al-Iman.

Banyak karya-karya yang telah dibuat oleh Ibnu Taimiyah yang

memberikan kesan perubahan perkembangan dunia Islam, dengan adanya gagasan

serta wawasan tentang keilmuannya beliau dikenal sebagai pembaharu artinya

Ibnu Taimiyah telah memurnikan mengenai ajaran agama Islam agar tidak

tercampur dengan hal-hal yang berbau bid’ah. Yang diantaranya melakukan

reformasi melawan praktek-praktek yang menyalahi aturan agama Islam, berbuat

untuk kebaikan publik melalui intervensi pemerintah dalam kehidupan ekonomi

serta menjungjung tinggi keadilan dan keamanan publik untuk orang-orang yang

hanya memikirkan diri sendiri dan mengacuhkan disekitarnya.58

58
Qawwam Sabilalhaq Muthodhari, Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Taimiyah. 2019. h.25
BAB IV

KONSEP PENERIMAAN DAN PENGELOLAAN SERTA

PENDISTRIBUSIAN KEUANGAN PUBLIK MENURUT IBNU

TAIMIYAH

A. Konsep Sumber Penerimaan Keuangan Publik

1. Sumber Penerimaan Keuangan Publik Menurut Ibnu Taimiyah

Menurut Ibnu Taimiyah ada tiga sumber pendapatan keuangan publik,

sebagai berikut:

a. Ghanimah

Dalam hal ini Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ghanimah (barang

rampasan perang) itu kekayaan yang dirampas dari orang-orang non

muslim setelah perang usai, seperti dinyatakan dalam Al-Qur’an surah

AlAnfal ayat 41 yang berbunyi:

‫ِلر ُس ْو ِل َو ِلذِى ْالقُ ْربٰ ﻰ َو ْاليَ ٰت ٰمﻰ َو ْال َمسٰ كِ ي ِْن َواب ِْن‬ ‫َﻲءٍ ﻓَا َنﱠ ِ ﱣ ِ ُخ ُم َسهٗ َول ﱠ‬ ْ ‫۞ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَنﱠ َما َغن ِْمت ُ ْم ِ ّم ْن ش‬
‫ع ٰلﻰ ُك ِّل‬ ‫و‬
َ ُ ‫َ ْ عٰ ِ َ ﱣ‬‫ن‬ۗ ‫م‬ ‫ج‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ﻰ‬ َ
‫ق‬ َ ‫ت‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ان‬ َ ‫ق‬ ‫ر‬ ُ
َ َْ ِ ْ َ َْ ِ َ ‫ف‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫د‬ ‫ب‬
ْ ‫ع‬ ‫ﻰ‬ ‫ل‬ٰ ‫ع‬
َ ‫َا‬ ‫ن‬‫ل‬ْ َ‫ز‬ ْ
‫ن‬ َ ‫ا‬ ‫ال ﱠس ِبي ِْل ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ٰا َم ْنت ُ ْم ِبا ﱣ ِ َو َمآ‬
٤١ ‫َﻲءٍ قَ ِدي ٌْر‬ ْ ‫ش‬
Artinya :“ Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu
peroleh sebagai rampasan perang, Maka Sesungguhnya seperlima
untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada
apa yang kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad) di hari
Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S Al-Anfal: 41)59

59
Q.S Al-Anfal : 41

43
44

Yang dimaksud dengan rampasan perang (ghanimah) adalah harta

yang diperoleh dari orang-orang kafir dengan melalui pertempuran, sedang

yang diperoleh tidak dengan pertempuran dinama fa'i.pembagian dalam ayat

Ini berhubungan dengan ghanimah saja. Fa'i dibahas dalam surat al-Hasyr

dan seperlima dari ghanimah itu dibagikan kepada:

a. Allah dan Rasul-Nya.

b. kerabat Rasul (Banu Hasyim dan Muthalib).

c. Anak Yatim.

d. Fakir Miskin.

e. Ibnussabil.

Sementara itu, empat-perlima dari ghanimah dibagikan kepada

mereka yang yang berperang. Dan yang dimaksud dengan: ayat-ayat Al-

Quran, malaikat dan pertolongan.

Lalu Furqaan..ialah: pemisah antara yang hak dan yang batil. yang

dimaksud dengan hari Al Furqaan ialah hari jelasnya kemenangan orang

Islam dan kekalahan orang kafir, yaitu hari bertemunya dua pasukan di

peprangan Badar, pada hari Jum'at 17..Ramadhan tahun ke 2 Hijriah

sebagian Mufassirin berpendapat bahwa ayat Ini mengisyaratkan kepada

hari permulaan Turunnya Al Quranul Kariem pada malam 17 Ramadhan.

Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:


45

“Aku diberi empat perkara yang tidak diberikan kepada nabi-nabi

sebelumku, dijadikannya musush-musuhku takut kepadaku sebulan

sebelum peperangan terjadi, dijadikan bumi sebagai masjid dan tempat

suci, barang siapa yang ingin shalat, maka boleh melakukannya diatas

bumi itu, dan di halalkannya ghanimah kepadaku, yang tidak dihalalkan

kepada umat-umat sebelumku, juga aku diberi syafaat, dan setiap nabi di

utus khusus kepada kaumnya, sedangkan aku diutus kepada umat manusi

seluruhnya.” (HR.Bukhari)

Dalam hal ini Ibnu Taimiyah tidak berbeda dengan ulama-ulama

lain mengenai ghanimah sebagai pendapatan negara. Adapun perbedaan

dengan para ulama terdapat pada cara pendistribusian ghanimah ini

b. Zakat

Dalam bukunya yakni Fatawa,Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa

yang dimaksud shadaqah adalah zakat yang dikenakan atas harta kekayaan

muslim tertentu. Termasuk di dalamnya zakat hasil panenan, yaitu

sepersepuluh (usyr)atau separuh dari sepersepuluh (nishfu al-usyr)yang di

pungut dari hasil panen biji-bijian atau buah-buahan. Juga zakat atas

binatang ternak, seperti unta, domba, sapi, zakat atas barang dagangan dan

zakat atas dua logam mulia, yaitu emas dan perak.60

Zakat merupakan tonggak dari system perpajakan dalam negara

Islam. Itu merupakan pajak yang wajib dikeluarkan oleh orang-orang kaya

yang menjadi anggota masyarakat muslim. Ibnu Taimiyah menyatakan

60
Ibnu Taimiyah, AL-FATWA, vol.28, h.567
46

:“Itu merupakan kewajiban bagi setiap penduduk, seperti juga shalat,

yang menjadi hak Allah SWT.” Jadi karenanya ada sanksi agama juga,

sehingga usaha untuk mewujudkan pendapatan negara itu menjadi mudah.

Tujuan utama dari pajak apapun adalah untuk membiayai

perbelanjaan negara dan mengurangi jurang antara orang yang kaya dan

miskin. Kedua tujuan itu sangat efektif busa dipenuhi dari zakat, Ibnu

Taimiyah menyatakan bahwa zakat itu merupakan kewajiban bagi setiap

muslim untuk menciptakan keseimbangan. Ia mendasarkan pandangannya

dari ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan bahwa member makan orang

miskin itu sama wajibnya dengan mencukupi kebutuhan keluarganya

sendiri.61

Di tempat lain dia menyatakan bahwa basis zakat adalah kesadaran

untuk melaksanakan perintah pemerataan kecukupan (al-muwasah).62

Barangkali, inilah alasan dan prinsip penggunaan dana zakat untuk

memenuhi kebutuhan orang-orang miskin di kota bersangkutan, kecuali

ada penduduk daerah lain yang penduduknya lebih menderita sehingga

lebih membutuhkan. Menurut Ibnu Taimiyah, zakat dikenakan terhadap

kekayaan produktif. Apakah produktif karena jenis kekayaan sendiri,

seperti binatang ternak dan tanaman atau produktif karena diubah

fungsinya atau nilai tukarnya, seperti logam mulia emas dan perak dan

barang dagangan.

61
Ibnu Taimiyah, Kitab al-Tawassul wa al-Wasilah (Mesir al-Manar, 1327 H), h.50
62
Ibnu Taimiyah, AL-FATWA, h.83-84
47

Mekanisme itu justru bisa menjadi pendorong investasi, sebab jika

kekayaan itu tidur (tak dijadikan modal produktif), tetap akan dikenakan

zakat yang sehingga akan habis dengan sendirinya. Tetapi, adanya

tingkatan zakat yang tetap, yang mendorong seseorang untuk bekerja

sehingga iklim investasi menjadi tak di tekan.Karena itu, sejumlah

angkatan kerja yang besar bisa di serap dan memperoleh penghasilan,

dengan tingkat zakat yang rendah.Jadi pekerjaan itu hanya memerlukan

tenaga kerja dan biaya dalam jumlah yang sedikit, maka kasus seperti ini

mendapat presentase yang besar, misalnya seperlima (10%) dari seluruh

hasil.

Tingkat zakat seperlima ini dikenakan atas hasil pertanian tadah

hujan, tak menggunakan saluran irigasi, tenaga kerja yang dilibatkan

hanya tukang bajak tanah dan penabur benih.Tetapi, jika tanah pertanian

tersebut memerlukan system irigasi artificial, diperlukan lebih banyak

tenaga kerja, zakatnya hanya separuh dari sepersepuluh (5%). Akhirnya,

sebuah pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja sepanjang tahun,

zakatnya dikurangi menjadi hanya seperempat puluh (2,5%), misalnya

akumulasi dari simpanan berupa emas, perak dan barang dagangan.63

Alhasil, tenaga kerja merupakan faktor ekonomi yang sangat

penting yang digunakan sebagai pertimbangan uatama dalam menetapkan

tingkat zakat yang berbeda, untuk memenuhi kebutuhan keadilan, dan

keseimbangan ekonomi. Jika presentase yang sama dikenakan kepada

63
Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, vol.14 No. 1-2016
48

seluruh jenis kekayaan, pastilah akan menimbulkan ketidak semangatan

dalam bekerja dan menimbulkan ketidakadilan dalam perputaran harta.

Apakah zakat harus selamanya ditunaikan dengan barang yang

bersangkutan, ataukah boleh dibayar dengan uang?Tentang ini ada tiga

pandangan diantara ahli fiqh Islam.Mashab Hanafi membolehkannya,

tanpa syarat apapun, sementara itu mashab Syafi’I sepenuhnya menolak.

Ibnu Taimiyah berdiri diantara dua pendapat tersebut, menurutnya suatu

saat ada baiknya dibayar dengan barang sejenis, dan pada saat yang lain

lebih baik dibayar dengan uang.

Secara lebih eksplisit dia menyatakan bahwa: “Jika pembayaran

dengan uang itu diperbolehkan tanpa syarat apapun, nilai uang itu subyek

zakat tersebut harus dinyatakan sesuai dengan harga yang setimpal

dengan nilai barang tersebut. Lebih dari itu, semangat zakat adalah

perasaan kebersamaan dan kesederajatan, akan menjadi lebih baik jika

seandainya zakat dikeluarkan dalam bentuk komoditas yang sama dari

barang dagangan yang di zakati. Disamping itu juga pembayaran dengan

uang sebagai pengganti barang tersebut diperbolehkan apabila

pembayaran dengan barang justru mempersulit para wajib zakat atau

manfaat zakat lebih baik dikeluarkan dalam bentuk uang.”

Pandangan Ibnu Taimiyah diatas berdasar pada pertimbangan

ekonomi yang sehat.Dalam kondisi ekonomi yang sehat dan stabil,

pembayar zakat dengan barang atau uang tak ada bedanya. Ketika salah

satunya dilakukan dan menimbulkan dampak ketidak seimbangan, maka


49

harus disesuaikan sehingga ketimpangan dan ketidakadilan akan berubah

menjadi keselarasan dan keadilan.

Menetapkan pembayaran zakat dengan barang sepanjang waktu,

bisa menciptakan kesulitan bagi wajib zakat maupun yang membutuhkan.

Hal ini akan mengakibatkan besarnya biaya transaksi, penyimpanan, dan

sebagainya. Ibnu Taimiyah mencoba berpandangan realistis tentang suatu

masalah dan membiarkan otoritas mengadopsi metode apapun dalam

mengumpulkan zakat, sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada.

Sehingga nilai-nilai syari’ah sebagai pembawa kemalahatan terhadap

umatnya tidak akan terabaikan..

c. Fay’

Berbeda dengan penerimaan ghanimah dan zakat yang memiliki

ciri-ciri untuk kategori khusus penduduk, manfaat fay’bisa diperluas ke

seluruh penduduk bahkan generasi kemudian. Bagi Ibnu Taimiyah, seluruh

penerimaan ghanimah dan zakat, bisa masuk kategori fay’. Fay’ menurut

Ibnu Taimiyah mencakup beberapa hal sebagai berikut :64

a. Jizyah dipaksakan pada orang Yahudi dan Nasrani.

b. Upeti yang dibayarkan oleh musuh.

c. Hadiah diperkenalkan kepada kepala negara.

d. Kewajiban pabean ('unsyur) atau pungutan biaya yang dipaksakan


pada pedagang dari negeri musuh.

e. Denda sebagai uang tunai.

64
Ibnu Taimiyah, al-Siyasah al-Syar’iyah, h.53-54
50

f. Tidak ada milik manusia (luqatah).

g. Properti yang tidak memiliki penerima manfaat.

h. Kharaj

i. Deposito, atau uang tunai atau barang-barang yang pemilik aslinya


pada saat ini tidak diketahui dan dalam hal ini tidak dapat
dikembalikan.

j. Sedekah

k. Wakaf

l. Hibah

m. Kifarat

Berbeda dengan para ahli pikir Islam, Ibnu Taimiyah tidak

membatasi sumber-sumber penerimaan keuangan dengan zakat dan

sumber lain yang di sebut secara ekspilisit saja, ia membuka lebar-lebar

pintu terbuka untuk pajak-pajak baru, jika memang diperlukan.

Ibnu Taimiyah tak membahas secara rinci sumber-sumber yang

terdaftar diatas. Ia hanya menggaris bawahi secara umum bahwa

penerimaan publik selain ghanimah dan zakat dimasukkan ke dalam fay’.

Seiring dengan ini, Al-Ghazali juga berpendapat seperti Ibnu Taimiyah,

yaitu bahwa semua penerimaan negara selain ghanimah dan zakat juga

dimasukkan ke dalam fay’ dan fay’ ini manfaatnya di distribusikan untuk


51

kepentingan umum, sehingga Al-Qur’an Ghazali menamakan fay’ ini

dengan amwal al-mashalih.65

Sebelum mengupas pandangannya tentang pengeluaran public

perlu dicatat beberapa point khusus yang dimunculkan Ibnu Taimiyah

berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan yang ada di dalam daftar

diatas. Ia menentang pandangan dari para ahli fiqh yang berpkir bahwa

jizyah tidak bisa dikenakan atas orang-orang Arab non muslim yang

tinggal di Arabia. Ia menjelaskan bahwa aturan syariat secara umum

berlaku untuk semua orang dan tak ada perbedaan antara orang Arab

dalam kaitan dengan soal ini. Ia mencatat perbedaan pandangan berkaitan

dengan pertanyaan yakni apakah kharaj dan ‘usyr (zakat sepersepuluh dari

hasil) dapat dikenakan kepada seorang muslim yang menjadi pelaksana

tanah kharaj atau ia hanya membayar kharaj saja? Ia mengutip pandangan

Iman Abu Hanifah bahwa ‘usyr itu termasuk pajak bumi, sehingga tanah

kharaj yang mengeluarkan hasil bumi tidak usah dikeluarkan lagi

zakatnya, cukup hanya membayar kharaj. Menurut Ibnu Taimiyah

pendapat ini lemah.

Dalam hal ini Ibnu Taimiyah sependapat dengan jumhur yang

mengatakan bahwa tanah kharaj disamping harus ditunaikan pajaknya,

juga harus dikeluarkan zakatnya.Alasannya adalah bahwa pajak tanah itu

merupakan hak tanah kharaj, sedangkan ‘usyr adalah hak tanaman yang

menghasilkan. Disamping itu juga bahwa pajak atas tanah diwajibkan atas

65
Al-Ghazali, Ilya’ Ummu al-Din, Beirut: Dar al-Nadwah t, h.135
52

tanah kharaj baik itu yang ditanami atau tidak tetap harus dikeluarkan

pajaknya, sedangkan hadist yang terkait mengatakan bahwa: “Tidak

bertemu antara zakat (‘usyr) dengan kharaj”.Hadist ini adalah dusta sesuai

dengan kesepakatan mayoritas ulama.66

2. Sumber Penerimaan Keuangan Publik Secara Umum

Adapun sumber penerimaan keuangan publik secara umum ada enam

sumber, sebagai berikut:

a. Zakat

Secara bahasa, zakat berarti suci, tumbuh, berkah, dan terpuji,

dalam buku pedoman zakat, zakat menurut bahasa berarti nam

(kesuburan), thahrar (kesucian), barakah (keberkahan), dan juga

tazkiyahtathr (mensucikan). Dalam kamus Al-Kautsar zakat berarti

tumbuh bertambah, berkembang.Jadi zakat menurut bahasa dapat diartikan

bahwa harta yang telah dikeluarkan seseorang dengan tujuan untuk

menjadikan harta itu subur, suci dan berkah. Zakat itu merupakan

ketentuan yang wajib diberikan umat muslim kepada mustahiq zakat jika

sudah mencapai haul dan nisab.67

Zakat mempunyai kedudukan penting dalam rukun Islam setelah

syahadat dan shalat. Baik itu di dalam Al-Qur’an, sunnah maupun nash

ijma, zakat mempunyai hukum yang wajib untuk dilaksanakan. Perintah

66
Ibnu Taimiyah, Al-Fatwa, vol. 6, h.32
67
Tina Arfah, Keuangan publik dalam perspektif Ekonomi Islam, h. 19
53

wajib turun di madinah pada bulan syawal tahun kedua hijriah Nabi

Muhammad Saw. kewajibannya terjadi setelah kewajiban atas puasa di

bulan Ramadhan dan zakat fitrah. Zakat mulai diwajibkan karena pada

masa itu masyarakat Islam di Madinah sudah mulai terbentuk.

Kewajiban zakat di maksudkan untuk membina umat muslim,

membina rasa solidaritas dari orang kaya terhadap orang tidak mampu

yang membutuhkan. Juga terbina sikap yang baik dari orang-orang kaya,

karena orang kaya yang berzakatlah yang patut di masukkan ke dalam

barisan orang-orang yang beriman.

Zakat itu terbagi dua yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat mal

adalah harta yang wajib dikeluarkan umat Islam letika sudah mencapai

haul dan nisab. Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan umat

muslim pada bulan Ramadhan sampai menjelang idul fitri yang bertujuan

untuk mensucikan diri dari perbuatan dosa. Sedangkan zakat mal Abu

Ubaid mengungkapkan ketentuan yang disepakati (tidak ada ikhtilaf), yang

wajib dikeluarkan umat muslim ketika sudah mencapai haul dan nisab,

apabila seseorang memiliki harta yang wajib di zakati diantaranya 200

dirham, 20 dinar, 5 ekor unta, 30 ekor sapi, atau 40 ekor kambing.68

Konsekuensinya bila seseorang memiliki salah satu diatas dari

awal haul sampai akhir, maka ia wajib mengeluarkan zakatnya yang

68
Tina Arfah, keuangan publik perspektif Ekonomi Islam, h.20
54

dinamakan nishab oleh imam Malik dan penduduk Madinah, sedangkan

penduduk Iraq menyebutnya asal harta.69

Sebenarnya ketika umat Islam masih berada di Mekah Al-Qur’an

telah menegaskan ketentuan mengenai membelanjakan harta, akan tetapi

belum di namakan zakat karena hanya keharusan mengeluarkan infaq bagi

mereka yang mempunyai kelebihan harta kekayaan untuk membantu orang

yang kekurangan. Tidak ada ketentuan berapa besarnya infaq, tergantung

kepada kerelaan masing-masing orang tentu saja kerelaan itu berkaitan erat

dengan kualitas iman seseorang.

Adanya kewajiban zakat di dalam syari’at Islam yang

menunjukkan bahwa agama Islam sangat memperhatikan masalah

kemasyarakatan terutama mengenai nasib mereka yang lemah.Islam

mewujudkan hubungan kasih sayang diantara semua manusia, hal ini

merupakan perwujudan bahwa Islam bersaudara, saling membantu, tolong

menolong, yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu yang

miskin.

Maka tidaklah mengherankan bahwasanya zakat merupakan

penjamin hak fakir miskin dalam harta umat dan negara yang merupakan

pilar pokok Islam ketiga, bahkan ahli fiqh sekalipun mengatakan bahwa

zakat adalah saudara kandung shalat di dalam melaksanakan ibadah,

69
Tina Arfah, Keuangan publik perspektif Ekonomi Islam, h.20
55

sehingga di dalam Al-Qu’ran banyak kata-kata tentang shalat yang selalu

di ikuti dengan keharusan zakat.

Para ulama sejak zaman sahabat nabi sudah memperingati suatu hal

yang penting, yakni bahwa Al-Qur’an selalu menghubungkan zakat

dengan shalat dan jarang sekali disebutkan tanpa shalat. Abdullah bin

Mas’ud mengatakan bahwa “kalian diperintahkan mendirikan shalat dan

membayar zakat, siapa yang tidak berzakat berarti tidak ada arti shalat

baginya.” Bahkan Allah Swt mengancam orang yang tidak mau berzakat

dalam firman-Nya. Mengenai zakat, Allah Swt telah berfirman dalam Al-

Qur’an surah At-Taubah ayat: 103 yang berbunyi. Adapun, Allah SWT

telah berfirman dalam Al-Qur'an surah At-Taubah bait: 103 yang berbunyi

َ ُ ‫ص ٰلوتَكَ َسكَنٌ لﱠ ُه ۗ ْم َو ﱣ‬
‫سمِ ْي ٌع َع ِل ْي ٌم‬ َ ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِنﱠ‬ َ ُ ‫ص َد َقةً ت‬
َ ‫ط ِ ّه ُر ُه ْم َوتُزَ ِ ّك ْي ِه ْم ِب َها َو‬ َ ‫ُخ ْذ مِ ْن اَ ْم َوا ِل ِه ْم‬
١٠٣
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan membersihkan mereka dan
memohon kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya doamu
(menjadi) ketenangan jiwa bagi mereka. Terlebih lagi, Allah Maha
Mendengar, Maha Mengetahui.”70

Dalam pandangan Al-Qur’an, seseorang belumlah bisa disebut

orang yang baik dan belum bisa dimasukkan dalam barisan orang-orang

yang bertakwa apabila ia belum membayar zakat. Tanpa membayar zakat,

seseorang dibedakan dari orang-orang yang musyrik yang tidak membayar

zakat dan tidak meyakini hari kemudian.Tanpa membayar zakat, seseorang

tidak bisa dibedakan dari dibedakan dari orang-orang munafik. Tanpa

70
Q.S At-Taubah : 103
56

zakat seseorang tidak akan memperoleh rahmat Allah Swt. tanpa zakat

seseorang tidak akan mendapatkan pertolongan dan pembenjaaan dari

Allah dan Rasulnya.

Dalam hal kewajiban zakat, Al-Qur’an di perkuat oleh Sunnah.

Pada periode Makkah, shalat, puasa dan zakat disebutkan bukanlah shalat

lima waktu, puasa Ramadhan dan zakat yang telah ditentukan besar nisab

dan waktunya, karena ketentuan mengenai hal itu belum di turunkan. Baru

pada periode Makkah ada beberapa Hadis atau Sunnah yang

mengungkapkan persoalan mengenai zakat yang wajib beserta ketentuan

nisab dan syarat-syarat lainnya, kedudukannya, perintah menjalankan dan

larangan tidak melaksanakan serta bentuk pelaksanaannya yang konkrit,

juga mengenai sasaran para penerima zakat.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang tidak wajib bagi

Nabi Muhammad saw tetapi juga bagi seluruh umatnya, dimana

kewajibannya itu di tentukan dengan jelas dan tegas baik di dalam ayatayat

Al-Qur’an, Sunnah maupun hasil Ijma. Karena sifatnya yang wajib

tersebut, maka barang siapa yang mengingkari dan tidak melaksanakan

kewajiban berzakat seseorang itu sudah di anggap sebagai kafir dan sudah

keluar dari Islam. Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas yang

membedakan zakat di dalam Islam dengan zakat yang ada di dalam

agama-agama lain.71

Berikut adalah ciri-ciri khas zakat, antara lain sebagai berikut:

71
Al-Qardawi, Yusuf, Fiqh al-Zakah, Beirut: Mu’asasah al-Risalah, n,d, vol. II h.757
57

a. Zakat dalam Islam bukan hanya merupakan suatu kebajikan dan

perbuatan baik, tetapi merupakan salah satu fondamen (rukun) Islam

yang utama. Orang yang tidak mau membayar zakat di nilai fisik dan

orang yang mengingkari zakat wajib disebut kafir. Zakat bukan hanya

merupakan kewajiban secara ikhlas atau sedekah tak mengikat, tapi

merupakan kewajiban bila di pandang dari segi moral dan agama

adalah suatu yang mutlak di laksanakan.

b. Zakat merupakan hak fakir miskin di dalam kekayaan orang-orang kaya.

Hak itu diterapkan langsung oleh pemilik kekayaan yang sebenarnya

yaitu Allah Swt

c. Zakat merupakan kewajiban yang sudah ditentukan, yang oleh agama

sudah ditentukan nisab, besar, batas-batas, syarat-syarat, waktu dan

cara pembayarannya sejelas-jelasnya.

d. Kewajiban membayar zakat tidak hanya diserahkan kepada seseorang,

tapi juga harus disertai campur tangan dan menjadi tanggung jawab

pemerintah dalam hal memungut dan mendistribusikannya, yaitu

melalui para amil.

e. Negara mempunyai kewenangan member pelajaran atau menghukum

siapa saja yang tidak bersedia membayar kewajibannya.

f. Zakat merupakan sarana ibadah bagi seorang muslim untuk

mendekatkan diri kepada Allah Swt. serta membersihkan diri dan

kekayaannya.
58

g. Sasaran zakat adalah orang-orang yang ditentukan, tidak boleh

diserahkan kepada orang yang tidak berhak.

h. Zakat bertujuan untuk selama-lamanya, mencari penyebab kemiskinan

itu dan mengusahakan agar orang-orang miskin itu mampu

memperbaiki sendiri kehidupan mereka.

i. Zakat harus mampu mencapai tujuannya, baik tujuan spiritual, moral,

sosial dan politik.

Dari beberapa ciri khas zakat diatas, sangatlah jelas bahwa zakat di

dalam Islam merupakan suatu system baru yang berbeda dengan

anjurananjuran dalam agama lain tentang kewajiban manusia untuk saling

berbagi, dan tidak kikir. Zakat berbeda dari pajak dan upeti dan pajak yang

di pungut justru dari orang-orang miskin untuk diberikan orang-orang kaya

yang berbeda dalam tampuk kekuasaan.

Setelah hijrah dan pembentukan negara Islam di Madinah, orang-

orang yang beriman dianjurkan untuk membayar sejumlah tertentu dari

hartanya dalam bentuk zakat. Pembayaran zakat merupakan kewajiban

agama dan merupakan salah satu dari lima rukun Islam, kewajiban itu

berlaku bagi setiap muslim yang telah dewasa, merdeka dan berakal sehat,

dan telah memiliki harta itu setahun penuh dalam memenuhi nisab (kadar

tingkat wajib zakat). Zakat dikenakan atas harta kekayaan berupa emas,

perak, barang dagangan, binatang ternak tertentu, barang tambang, harta

karun dan hasil panen, kewajiban membayar zakat secara jelas dinyatakan

dalam Al-Qur’an.
59

Firman Allah Swt dalam surah At-Taubah: 60

‫ب َو ْال ٰغ ِرمِ يْنَ َو ِﻓ ْﻲ‬ ّ ِ ‫ص َد ٰقتُ ل ِْلفُ َق َر ۤاءِ َو ْال َمسٰ ِكي ِْن َو ْالعٰ مِ ِليْنَ َعلَ ْي َها َو ْال ُم َؤلﱠ َف ِة قُلُ ْوبُ ُه ْم َوﻓِﻰ‬
ِ ‫الر َقا‬ ‫۞ ِانﱠ َما ال ﱠ‬
ِ
٦٠ ‫ضة ِ ّمنَ ﱣ َۗو ﱣ ُ َع ِل ْي ٌم َﺣ ِك ْي ٌم‬ ً َ ۗ
َ ‫س ِب ْي ِل ﻓ ِر ْي‬ ‫سبِ ْي ِل ﱣ ِ َواب ِْن ال ﱠ‬
َ
Artinya : ” Sesungguhnya zakat itu hanya untuk fakir, fakir, ketua
zakat, para mubaligh yang hatinya diyakinkan, untuk
(membebaskan) budak, orang-orang yang membayar hutang, untuk
jalan Allah dan untuk orang-orang yang memperoleh. . akan datang,
sebagai ketetapan yang ditetapkan oleh Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”,72
Adapun yang berhak menerima zakat ialah:

a. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai

harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya..

b. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam

keadaan kekurangan.

c. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan

membagikan zakat.

d. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang

baru masuk Islam yang imannya masih lemah..

e. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang

ditawan oleh orang-orang kafir

f. Orang berhutang: orang yang berhutang Karena untuk kepentingan

yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. adapun orang

yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar

hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.

72
Q.S At-Taubah : 60
60

g. Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam

dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa

fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti

mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

h. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami

kesengsaraan dalam perjalanannya..

Zakat merupakan sumber pertama dan terpenting dan penerimaan

negara, pada awal pemerintahan Islam.Zakat bukanlah merupakan sumber

penerimaan biasa bagi negara-negara dunia, karena itu juga tak dianggap

sebagai sumber pembiayaan utama. Karena itu, negara bertanggung jawab

dalam penghimpunan dan menggunakannya secara layak dari penghasilan

dan zakat tak boleh di campur dengan penerimaan publik lainnya..73

b. Ghanimah

Ghanimah merupakan jenis barang bergerak yang diperoleh dari

pertempuran melawan musuh yakni orang-orang kafir. Hal ini dijelaskan

dalam Al-Qur’an surah Al-Anfal ayat 1 tentang rampasan perang, ayat ini

diturunkan ketika perang badar, ayat ini diturunkan ketika perang badar.

ٓ ٗ‫س ْولَه‬ ْ َ‫س ْو ۚ ِل َﻓاتﱠقُوا ﱣ َ َوا‬


ُ ‫ص ِل ُﺣ ْوا َذاتَ َب ْي ِن ُك ْم ۖ َواَطِ ْيعُوا ﱣ َ َو َر‬ ‫اﻻ ْنفَا ُل ِ ﱣ ِ َو ﱠ‬
ُ ‫الر‬ َ ْ ‫يَسْـلُ ْونَكَ َع ِن‬
َ ْ ‫اﻻ ْنفَا ۗ ِل قُ ِل‬
١ َ‫ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ﱡمؤْ مِ ِنيْن‬
Artinya: “Mereka mendapatkan beberapa informasi tentang
(penyebaran) permata mahkota perang. Katakanlah: “Permata
mahkota perang memiliki tempat di sisi Allah dan Rasul[593],
karena itu takutlah kepada Allah dan kembangkan lebih jauh
hubungan di antara kamu sendiri; dan berserah diri kepada

73
Jurnal pendidikan Agama Islam-Ta’lim Vol.14 No. 1 - 2016
61

Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang


bertakwa.”74

Nabi Muhammad Saw. juga menjelaskan dalam hadis bahwa ia

diberi khumus oleh Allah Swt. yang mana khumus tidak pernah diberikan

kepada nabi-nabi sebelumnya. Oleh karena itu ghanimah harus diambil

seperlima bagian yang ada dalam surah Al-Anfal, yaitu untuk Allah dan

Rasul-Nya dalam konteks ini adalah negara, dan untuk sanak saudara,

anak-anak yatim, orang miskin dan musafir..75

‫س ْو ِل َو ِلذِى ْالقُ ْر ٰبﻰ َو ْاليَ ٰتمٰ ﻰ َو ْال َمسٰ كِ ي ِْن َواب ِْن‬ ْ ‫۞ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَنﱠ َما َغن ِْمت ُ ْم ِ ّم ْن ش‬
‫َﻲءٍ ﻓَا َ ﱠن ِ ﱣ ِ ُخ ُم َسهٗ َول ﱠ‬
ُ ‫ِلر‬
ٍ‫َﻲء‬ ُ
ْ ‫علﻰ ك ِّل ش‬ ٰ ۗ ْ ْ
َ ُ ‫ان يَ ْو َم التَ َقﻰ ال َج ْمعٰ ِن َو ﱣ‬ ُ ٰ
ِ َ‫سبِي ِْل ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ٰا َم ْنت ُ ْم بِا ﱣ ِ َو َمآ ا َ ْنزَ لنَا َعلﻰ َع ْب ِدنَا يَ ْو َم الف ْرق‬
ْ ْ ‫ال ﱠ‬
٤١ ‫قَ ِدي ٌْر‬
Artinya : “Ketahuilah, sesungguhnya, apa saja yang bisa kamu peroleh
sebagai harta perang, maka pada saat itu, seperlima untuk
Allah, Rasul, anggota keluarga misionaris, gelandangan,
orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman. pada Allah
dan pada apa yang Kami turunkan kepada para hamba. Kami
(Muhammad) pada saat kedatangan Furqaan, yang
merupakan hari pertemuan dua angkatan bersenjata. Terlebih
lagi, Allah memiliki kendali atas segala sesuatu.”76

Yang dimaksud dengan rampasan perang (ghanimah) adalah harta

yang diperoleh dari orang-orang kafir dengan melalui pertempuran, sedang

yang diperoleh tidak dengan pertempuran dinama fa'i.pembagian dalam

ayat Ini berhubungan dengan ghanimah saja. Fa'i dibahas dalam surat al-

Hasyr dan seperlima dari ghanimah itu dibagikan kepada:

1. Allah dan Rasul-Nya.

2. Kerabat Rasul (Banu Hasyim dan Muthalib).

3. Anak yatim

74
Q.S Al-Anfal : 1
75
Ibn Taimiyah, al-siyasah al-Syariyah , h.47
76
Q.S Al-Anfal : 41
62

4. Fakir miskin

5. Ibnu sabil.

Sedangkan empat-perlima dari ghanimah itu dibagikan kepada

yang ikut bertempur.Dan juga ayat-ayat Al-Quran, malaikat dan

pertolongan.Furqaan ialah: pemisah antara yang hak dan yang batil. yang

dimaksud dengan hari Al Furqaan ialah hari jelasnya kemenangan orang

Islam dan kekalahan orang kafir, yaitu hari bertemunya dua pasukan di

peprangan Badar, pada hari Jum'at 17 Ramadhan tahun ke 2 Hijriah.

sebagian Mufassirin berpendapat bahwa ayat Ini mengisyaratkan kepada

hari permulaan Turunnya Al Quranul Kariem pada malam 17 Ramadhan.

Pada masa awal Islam, tanah juga dipertimbangkan sebagai

ghanimah yang penggunaannya juga di bagi diantara para pengikut

perang.Tetapi, di masa pemerintahan khalifah Umar bin khattab

dikeluarkan dari ghanimah dan dibiarkannya di kuasai para pemilik

sebelumnya dan wajib baginya untuk membayar pajak tanah (kharaj).

Ghanimah merupakan sumber signifikan dalam periode di mana sering

terjadi beberapa kali peperangan melawan orang-orang kafir pada masa

Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, wahyu yang menerangkan tentang

pembagian barang rampasan perang dan pengeluaran negara turun setelah

perang badar, yaitu pada tahun kedua setelah hijrah ke Madinah.77

Dan pada masa pemerintahan Islam di Madinah tahun 632 M atau

tahun 1 Hijriah, pendapatan dna pengeluaran negara hampir tidak ada,

77
Wahyu Wibisana, Pendapat Ibnu Taimiyah tentang Keuangan Publik, h.98
63

Rasulullah sendiri adalah seorang kepala negara. Pada fase awal ini,

hampir seluruh pekerjaan yang dilakukan tidak mendapat upah sebab pada

masa ini umat Islam baru mendirikan pemerintahan Islam.Situasi mulai

berubah, setelah turunnya surah Al-Anfal (Rampasan Perang). Pada waktu

perang badar di tahun 2 hijriah, sejak itu negara mulai mempunyai

pendapatan dari hasil rampasan perang (ghanimah) yang disebut dengan

khumz (seperlima), berupa kuda, unta, dan barang-barang bergerak lainnya

yang di dapatkan dalam peperangan.

Sumber pendapatan negara saat itu adalah Ghanimah. Ghanimah

(barang rampasan perang) merupakan kekayaan yang di rampas dari

orang-orang non muslim setelah perai usai. Kemudian Rasulullah Saw.

mengelola ghanimah sebagai sumber pendapatan untuk membantu umat

muslim pada saat itu.78

c. Fay’

Secara bahasa fay’ berarti mengembalikan sesuatu.79 Fay’

diperoleh dari barang yang dirampas dan orang-orang tidak beriman yang

takluk tanpa peperangan.80 Fay’ merupakan sumber penerimaan dari

negara Islam dan sumber pembiayaan negara, seperti digambarkan dalam

ayat Al-Qur’an yang turun pada tahun keempat hirjiah. Harta fay’ ini

digunakan untuk kepentingan pemerintahan dan kesejahteran umat. 81

78
Tina Arfah, Putri Jamilah. Keuangan publik dalam perspektif Ekonomi Islam, h.20-21
79
Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab (Mesir al-Dar al-Mishiriyyah), h. 30
80
Al-Mawardi, al-Ahkam al-Sulthaniyyah (Beirut: Dar al-Kutub, 1978), h.126
81
Chaundry, keuangan publik Islam, 2016, h.128
64

Ketentuan tentang fay’ ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an surah al-Hasyr

ayat: 6-7 yang berbunyi:

‫سلَهٗ َع ٰلﻰ َم ْن‬


ُ ‫ط ُر‬ ُ ّ‫ب ﱠو ٰلكِ ﱠن ﱣ َ يُ َس ِل‬ ُ ‫َو َمآ اَﻓَ ۤا َء ﱣ ُ َع ٰلﻰ َر‬
ٍ ‫س ْول ِٖه مِ ْن ُه ْم َﻓ َما ٓ اَ ْو َج ْفت ُ ْم َعلَ ْي ِه مِ ْن خَ ي ٍْل ﱠو َﻻ ِركَا‬
‫س ْو ِل َو ِلذِى‬
ُ ‫ِلر‬ ْ ٰ ۤ
‫ َمآ اَﻓَا َء ﱣ ُ َعلﻰ َر ُس ْول ِٖه مِ ْن اَ ْه ِل القُ ٰرى َ ِ ﱣ ِ َول ﱠ‬٦ ‫ش ْﻲءٍ قَ ِدي ٌْر‬ َ ‫ع ٰلﻰ ُك ِّل‬ َ ُ ‫يﱠش َۤا ۗ ُء َو ﱣ‬
‫س ْو ُل‬ ‫َﻲ َﻻ َي ُك ْونَ د ُْولَةً ۢ َبيْنَ ْاﻻَ ْغ ِن َي ۤاءِ مِ ْن ُك ۗ ْم َو َما ٓ ٰا ٰتى ُك ُم ﱠ‬
ُ ‫الر‬ ْ ‫ا ْلقُ ْربٰ ﻰ َوا ْل َي ٰت ٰمﻰ َوا ْل َمسٰ ِكي ِْن َواب ِْن ال ﱠس ِبي ۙ ِْل ك‬
٧‫ب‬ َ َ ‫ﻓَ ُخذُ ْو ُه َو َما نَهٰ ى ُك ْم َع ْنهُ ﻓَا ْنتَ ُه ْو ۚا َواتﱠقُوا ﱣ َ ۗاِنﱠ ﱣ‬
ِۘ ‫ش ِد ْي ُد ا ْل ِعقَا‬
Artinya: “Juga, barang apa pun (fai-I) yang diberikan Allah untuk Rasul-
Nya (dari harta mereka), Jadi untuk mendapatkannya kamu tidak
membawa kuda poni dan (bahkan) unta, namun Allah memberi
Rasul-Nya otoritas atas segalanya. dia membutuhkannya.
Selanjutnya, Allah memiliki kendali atas segala sesuatu. Artinya.
Selanjutnya, reruntuhan (fai-I) apa pun yang Allah berikan kepada
Rasul-Nya (dari harta) yang berasal dari penghuni perkotaan,
maka, pada saat itu, itu ditujukan untuk Allah, untuk Rasul,
anggota keluarganya, gelandangan, orang miskin dan individu.
datang, dengan tujuan agar keberuntungan tidak terjadi di antara
orang-orang kaya di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul
kepadamu, kemudian, pada saat itu, ambillah. tinggalkan apa yang
dia batasi. lebih jauh lagi, takutlah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah sangat serius dalam disiplin.”82

Maksud dari ayat diatas yakni fay’ ialah harta rampasan yang

diperoleh dari musuh tanpa terjadinya pertempuran.Pembagiannya

berlainan dengan pembagian ghanimah.ghanimah harta rampasan yang

diperoleh dari musuh setelah terjadi pertempuran. pembagian fai-i sebagai

yangs tersebut pada ayat. sedang pembagian ghanimah tersebut pada ayat

41 Al Anfal dan yang dimaksud dengan rampasan perang (ghanimah)

adalah harta yang diperoleh dari orang-orang kafir dengan melalui

pertempuran, sedang yang diperoleh tidak dengan pertempuran dinama

fay’.

82
Q.S Al-Hasyr : 6-7
65

Pembagian dalam ayat Ini berhubungan dengan ghanimah saja.

Fay’ dibahas dalam surat al-Hasyr.Maksudnya: seperlima dari ghanimah

itu dibagikan kepada:

1. Allah dan Rasul-Nya.

2. Kerabat Rasul (Banu Hasyim dan Muthalib).

3. anak yatim

4. fakir miskin.

5. Ibnu Sabil.

Sedangkan empat-perlima dari ghanimah itu dibagikan kepada

yang ikut bertempur.

Ringkasnya fay’diatur penggunaannya oleh Rasulullah Saw.

sebagai harta negara dan dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pangan

masyarakat umum, seperti fungsi kelima dari penggunaan ghanimah.

Alokasi dan pembagiannya berbeda-beda dari satu dan lainnya, tergantung

pada kebijaksanaan masing-masing kepala negara dan lembaga

musyawarah yang dipimpinnya.83

d. Kharaj

Secara sederhana kharaj berarti tanah, yang dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu proporsional dan tetap. Yang pertama dikenakan secara

proposional sebagai dari total hasil produksi pertanian, misalnya

seperempat, seperlima, dan sebagainya. Yang kedua, berupa pajak tetap

atas tanah.Kharaj proporsional itu tidak tetap tergantung hasil dan harga

83
Wahyu wibisana, keuangan public dalam pandangan Ibnu Taimiyah. h.99
66

setiap jenis pertanian.Sedangkan kharaj yang tetap dikenakan setahun

sekali.84

Pada masa Rasulullah Saw. dan kekhalifahan Islam, pajak tanah ini

merupakan salah satu sumber pendapatan negara dari selain zakat,

kekayaan yang diperoleh dari musuh tanpa perang (fay’), harta wakaf,

barang temuan (luqatah) dan dari kekayaan alam, pajak dalam Islam

terbagi atas 3 macam yaitu jizyah (pajak kepala), kharaj (pajak bumi), dan

‘usyur (pajak atau bea cukai atas barang ekspor dan impor).

Dalam terminologi keuangan Islam, kharaj adalah pajak atas tanah

atau hasil tanah, dimana para pengelola wilayah taklukan harus membayar

kepada negara Islam. Negara Islam setelah penaklukkan adalah pemilik

atas wilayah itu, dan pengelola harus membayar sewa kepada negara

Islam, dengan ketetapan kharaj ini dapat menjadikan sumber pendapatan

negara Islam.

Peristiwa sejarah yang terjadi di zaman Rasulullah Saw.

menginspirasi Abu yusuf untuk senantiasa mengembangkan pemikiran-

pemikiran yang terkait dengan perpajakan, agar keberadaannya betul-betul

dapat memberikan manfaat bagi umat. Pemerintah dapat melaksanakan

kewajibannya secara baik dan rakyat dapat menikmatinya dengan nyaman

tanpa ada unsur kezaliman. Abu Yusuf cenderung menyetujui negara

mengambil bagian dari hasil pertanian dari para penggarap dari pada

menarik sewa dari hasil pertanian dari para penggarap dari pada menarik

84
Abu yusuf, KItab al-Kharaj (Kharaj al-Matbatuha, 1392 H), h.52
67

sewa dari lahan pertanian. Dalam pandangannya, cara ini lebih adil dan

tampaknya akan memberikan hasil produksi yang lebih besar dengan

memberikan kemudahan dalam memperluas tanah garapan.85

Di dalam hukum Islam, kharaj dikenakan atas seluruh tanah di

daerah yang di taklukkan dan tak dibagikan kepada anggota pasukan, oleh

negara-negara dibiarkan dimiliki oleh pemilik awal atau dialokasikan

kepada petani non muslim dari mana saja. Kharaj ini pertama kali

diperkenalkan setelah perang Khaibar, ketika Rasulullah Saw.

membolehkan orang-orang yahudi Khaibar kembali ke tanah milik

mereka, dengan syarat membayar separuh hasil panennya kepada

pemerintah Islam, sebagai kharaj. Di sepanjang masa, Kharaj merupakan

sumber penerimaan utama dari negara Islam, dana itu dikuasai oleh

komunitas dan bukan kelompok-kelompok khusus. Besaran kharaj ini

sesuai dengan kebijakan iman.86

Adapun perbedaan antara Kharaj dan Pajak dapat dilihat dari dua

aspek baik subjek maupun objek dari keduanya yakni:

 Kharaj, subjek kharaj ini diberikan kepada alhludz dzimmah (non

muslim) oleh pemerintah Islam dan tidak dibebankan kepada umat

Islam, sedangkan objek kharaj dikenakan atas manfaat lahan

pertanian atau lahan lainnya yang dimiliki masyarakat non muslim.

85
Abu Yusuf: 1979 :117
86
Wahyu wibisana, Keuangan publik dalam pandangan Ibnu Taimiyah, h.99-100
68

 Pajak ialah pungutan yang dibebankan kepada seluruh warga negara

tanpa terkecuali. Sedangkan objek pajak mencakup semua lahan baik

bumi dan bangunan dalam artian luas.

e. Jizyah

Jizyah adalah iuran negara yang diwajibkan atas orang-orang ahli

kitab dan orang-orang kafir lainnya yang tinggal di negara Islam sebagai

kompensasi atas perlindungan yang diberikan negara Islam kepada

mereka.Perlindungan ini meliputi hak keamanan jiwa, harta mereka

selama mereka tinggal di negara Islam. Aturan ini berdasarkan firman

Allah SWT. yang berbunyi;

َ‫اﻻخِ ِر َو َﻻ ي َُﺣ ِ ّر ُم ْونَ َما َﺣ ﱠر َم ﱣ ُ َو َر ُس ْولُهٗ َو َﻻ َي ِد ْين ُْونَ ِديْن‬ٰ ْ ‫قَا ِتلُوا الﱠ ِذيْنَ َﻻ يُؤْ مِ ن ُْونَ ِبا ﱣ ِ َو َﻻ ِب ْال َي ْو ِم‬
ُ ْ َ ْ
٢٩ ࣖ َ‫طوا ال ِجز َية َعن يﱠ ٍد ﱠوه ْم صٰ غ ُِر ْون‬ ْ ُ ‫ب َﺣتﱣﻰ يُ ْع‬ َ ‫ﻖ مِ نَ الﱠ ِذيْنَ ا ُ ْوتُوا ْال ِك ٰت‬
ِ ّ ‫ْال َﺣ‬
Artinya: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah
dan tidak (begitu pula) di Hari Akhir, dan mereka tidak
mengingkari apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya dan
tidak beriman kepada agama yang hakiki (agama Allah),
(misalnya mereka) yang memberikan Kitab kepada mereka,
sampai mereka membayar jizyah dengan patuh ketika mereka
dalam kondisi akomodasi.” (Surat At-Taubah: 29)

Maksud dari ayat diatas yaitu Jizyah ialah pajak per kepala yang

dipungut oleh pemerintah Islam dari orang-orang yang bukan islam,

sebagai imbangan bagi keamanan diri mereka .87

Jizyah dikenakan kepada seluruh non-muslim dewasa, laki-laki,

yang mampu untuk membayarnya.Sedangkan bagi perempuan, anak-anak,

orang tua dan pendeta, orang-orang miskin, pengangguran, pengemis, tak

87
Q.S At-Taubah : 29
69

dikenakan jizyah. Jumlah jizyah yang harus dibayar kebanyakan bervariasi

antara 12,14 dan 48 dirham setahun, sesuai dengan kondisi keuangan

mereka dan juga sesuai dengan kebijakan kepala negara. Jika seseorang

memeluk ajaran Islam, kewajiban membayar jizyah itu ikut gugur. Hasil

pengumpulan dana dari jizyah, digunakan untuk membiayai kesejahteraan

umum.88

Pada masa Rasulullah juga sudah terdapat jizyah, yaitu pajak

kepala yang dibayarkan oleh orang non muslim khususnya ahli kitab,

untuk jaminan perlindungan jiwa, property, ibadah, bebas dari nilai-nilai,

dan tidak wajib militer. Besarnya jizyah satu dinar per tahun untuk orang

dewasa yang mampu membayarnya. Untuk pengambilan jizyah ini, umat

islam dianjurkan untuk berlemah lembut dan tidak diperbolehkan bersikap

kasar kepada mereka..

Abu Ubaid mengatakan bahwa tidakkah engkau melihat bahwa

pernah diambil dari mereka sehelai pakaian (atau al-maa’fir atau tempat

untuk menyimpan uang dinar) ini tidak lain dimaksudkan sebagai

kemudahan bagi ahli dzimmah, dan tidak boleh dijual, akan tetapi diambil

hanya sekedar nilai yang murah lagi bagi mereka. Tidaklah engkau

mendengar perkataan Rasulullah Saw. atau gantilah jizyah itu dengan nilai

yang seumpama dengannya.89

88
Wahyu Wibisana, Keuangan publik dalam pandangan Ibnu Taimiyah, h.100
89
Abu Ubaid, 2006, h.111
70

f. Bea Cukai

Perpajakan atas barang-barang di wilayah perbatasan atau

dipersimpangan perbatasan tertentu dipraktikkan semenjak dimulainya

perdagangan antar wilayah pada masa awal Islam sampai pada masa

Khaligah Abbasiyah. Adapun besarnya bea cukai ini bagi pedangang kafir

adalah 10% bagi kafir dzimmi 5% dan bagi pedagang muslim adalah 2,5%

yang dipungut setaip tahunnya..

Adapun contoh dari bea cukai itu sendiri yakni: Etil alkohol,

minuman mengandung Etil alkohol (Bir, Shandy, Anggur, Arak dll), hasil

tembakau seperti rokok (sigaret), cerutu, rokok daun, tembakau iris.90

B. Pengelolaan dan Pendistribusian Keuangan Publik menurut Ibnu

Taimiyah dan Saat ini

1. Pengelolaan Keuangan Publik menurut Ibnu Taimiyah

Pengelolaan keuangan publik pada saat itu ialah Baitul Maal. Baitul Maal

berasal dari kata bait yang berarti rumah dan maal (harta). Jadi dapat diartikan

dalam harfiahnya adalah rumah harta.91 Adapun secara terminologis (ma’na

Ishtilahi), sebagaimana yang telah diuraikan oleh Abdul Qadim Zallum dalam

kitabnya Al-Amwaal Fi Daulah Al Khilafah, Baitul Maal adalah suatu lembaga

atau pihak yang mempunyai tugas khusus menagani segala harta umat, baik

berupa pendapatan maupun pengeluaran negara.

90
http//:klc.kemenkeu.go.id
91
Adiwarman A. Karim. Ekonomi Makro Islam. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
2007. h.247)
71

Jadi setiap harta baik berupa tanah, bangunan, barang tambang, uang,

komoditas perdagangan, maupun harta benda lainnya.Secara hukumnya, harta-

harta itu adalah hak Baitul Maal, baik yang sudah benar-benar masuk ke dalam

tempat penyimpanan Baitul Maal maupun yang belum..92

Baitul Maal adalah lembaga pengelola pengelola keuangan negara

sehingga terdapat kebijakan fiskal seperti yang kita kenal saat ini.93Dengan

demikian, Baitul Maal dengan makna seperti ini mempunyai penjelasan sebagai

sebuah lembaga atau pihak yang menangani harta negara, baik pendapatan

maupun pengeluaran.Namun dengan demikian, Baitul Maal dapat juga diartikan

secara fisik sebagai tempat (al-makan) untuk menyimpan dan mengelola segala

macam harta yang menjadi pendapatan negara.

Pada masa Rasulullah Saw, selesainya perang badar 2 H, Baitul Maal

hanya sebagai pihak, belum berbentuk bangunan.Jika datangnya harta hanya

untuk negara, Rasulullah Saw dibantu oleh para sahabat mencatat dan langsung

membagikannya kepada yang berhak. Penyegaraan pembagian harta Baitul Maal

juga dilakukan sejak masa Rasulullah, semasa beliau masih hidup, Masjid

Nabawi digunakan sebagai kantor pusat negara sekaligus menjadi tempat

tinggalnya dan baitulmaal. Sesuai dengan alamnya, binatang-binatang tersebut

ditempatkan di padang terbuka.94

Setelah Abu Bakar wafat dan ke Khalifahan diteruskan oleh Umar bin

Khattab (13-23 H/ 634-644 M), di dalam ke Khalifaannya banyak kemajuan

92
M. Shiddiq Al Jawi, “Baitulmaal Tinjauan Historis dan Konsep Idealnya.” 25 Februari
2010
93
Adiwarman A. Karim. Ekonomi Makro Islam
94
M. Nazari Majid. Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf Relevansinya dengan Ekonomi
Kekinian, h. 182
72

yang dialami oleh ummat islam. Cikal bakal lembaga Baitul Maal yang telah

dicetuskan dan difungsikan oleh Rasulullah SAW dan diteruskan oleh Abu

Bakar ash-Shiddiq, semakin dikembangkan fungsinya pada masa pemerintahan

khalifah Umar bin Khattab sehingga menjadi lembaga yang regular dan

permanen.Pada tahun 16 H, bangunan lembaga Baitul Maal pertama kali

didirikan dengan madinah sebagai pusatnya.

Khalifah umar melakukan reorganisasi Baitulmaal dengan mendirikan

Diwan Islam (DI) yang pertama disebut dengan al-Diwan.Sebuah rumah khusus

untuk menyimpan harta. Khalifah umar juga mengangkat para penulisnya,

menetapkan gaji-gaji dari harta Baitul maal yang menarik, Baitulmaal memiliki

cabang-cabang di setiap ibu kota provinsi. Tiap cabang dan pusat memiliki buku

induk yang mencatat segalanya.95

Khalifah umar juga membuat ketentuan bahwa pihak eksekutif tidak

boleh turut campur dalam mengelola harta Baitul maal, di tingkat provinsi,

pejabat yang bertanggung jawab terhadap harta ummat tidak bertanggung pada

gubernur dan mereka mempunyai otoritas penuh dalam melaksanakan tugasnya

serta bertanggung jawab langsung kepada pemerintah pusat.96

Adapun pendistribusian dari sumber keuangan publik yang telah

didapatkan pada masa itu menurut Ibnu Taimiyah ialah:

95
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga
kontemporer,h.34
96
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga kontemporer.
73

a) Ghanimah

Ibnu Taimiyah mengatakan bahwasanya jika ghanimah didapatkan dari

hasil pertempuran dengan musuh, pendistribusian ghanimah ini dapat

diserahkan kepada ijitihad ulama, maka harus dibagikan sesuai dengan

panduan di dalam Al-qur’an surah An-Nahl ayat 41 yang berbunyi:

‫اﻻخِ َر ِة اَ ْك َب ۘ ُر لَ ْو كَانُ ْوا‬


ٰ ْ ‫ﻻجْ ُر‬ ُ ‫َوالﱠ ِذيْنَ هَا َج ُر ْوا ﻓِﻰ ﱣ ِ مِ ۢ ْن َب ْع ِد َما‬
َ َ ‫ظ ِل ُم ْوا لَنُبَ ّ ِوئَنﱠ ُه ْم ﻓِﻰ ال ﱡد ْنيَا َﺣ َس َنةً َۗو‬
٤١ َ‫يَ ْعلَ ُم ْو ۙن‬
Artinya: “Selain itu, orang-orang yang berhijrah karena Allah
setelah mereka dizalimi, pasti kami akan memberikan mereka
tempat yang layak di muka bumi. Juga, sesungguhnya ganti
rugi di akhirat lebih utama, jika mereka baru mengetahuinya.”
(Q.S An-Nahl: 41)

Pembagiannya yaitu 1/5 atau 20% dari total rampasan perang untuk

Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang miskin dan kerabat. Sedangkan

sisanya adalah untuk mereka yang ikut berperang melawan musuh.

b) Zakat

Adapun pendistribusian zakat tidak boleh berijtihad didalamnya dan yang

menjadi objek zakat yang menjadi objek perhatian dari Ibnu Taimiyah

adalah:

1. Zakat pertanian, jumlah pembayaran zakat pertanian adalah sebesar

‘usyryaitu 10% dan 5% tergantung dari jenis tanah dan irigasi. Tanah

yang tidak banyak membutuhkan tenaga untuk penyiapan sarana

pengairan, jumlah pajaknya 10%, sedangkan tanah yang memerlukan

kerja keras untuk menyediakan saluran air dan irigasi jumlah

pajaknya sebesar 5%.


74

2. Zakat dari hasil mineral atau tambang lainnya. Ibnu Taimiyah

berpendapat bahwa standar zakat untuk barang-barang tersebut,

tarifnya sama dengan ghanimahyaitu 1/5 atau 20% dari total

tersebut.

c) Fay’

Fay’ adalah segala sesuatu yang dikuasai kaum muslimin dari orang kafir

tanpa peperangan, termasuk harta yang mengikutinya, yaitu kharajtanah

tersebut, Jizyah perorangan dan ‘usyrdan perdagangan. Dan

pendistribusian dari fay’ ini dapat pula diserahkan kepada ijtihad ulama

Semua harta fay’ dan harta-harta yang mengikutinya berupa kharaj,

jizyah, dna usyr merupakan harta yang boleh dimanfaatkan oleh kaum

muslimin dan disimpan dalam baitul mal, semuanya termasuk kategori

pajak dan merupakan sumber pendapatan tetap bagi negara. Harta

tersebut dapat dibelanjakan untuk memelihara dan mewujudkan

kemaslahatan masyarakat.97

2. Pengelolaan Keuangan publik saat ini

Dalam konteks ekonomi modern saat ini, negara memiliki pos

penerimaan yang cukup bervariasi, misalnya:

1) Penerimaan devisa ataupun keuntungan yang diperoleh dari badan-badan

usaha milik negara (BUMN)

Dalam konteks ekonomi islam, BUMN harus dikelola secara professional

dan efisien. Pengelolaan BUMN ini tidak boleh melibatkan penguasa

97
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam klasik, h. 72-75
75

ataupun para pemimpin negara dalam pengaturannya, karena dalam

ekonomi-politik islam para pemimpin atau pejabat negara dilarang untuk

terlibat dalam aktifitas perekonomian, dengan kata lain pemimpin atau

pejabat negara tidak boleh menjadi pelaku pasar.

Namun jika hal itu terjadi, kecenderungan terjadinya praktek

kolusi, korupsi, dan nepotisme akan semakin besar. Abu bakar sebagai

khalifah pertama pernah mengingatkan sahabatnya Umar bin khattab

untuk tidak berniaga (bertani), sudah cukup bagi umar upah yang telah

didapatkannya dari baitulmaal.

Abu bakar menyadari betul bahwa sukar bagi siapapun untuk dapat

berlaku adil dan maksimal pada masing-masing perannya, jika pada saat

yang sama seseorang berperan ganda, sebagai pemegang otoritas politik

dan sebagai pelaku pasar.98

2) Baznas

Melihat perkembangan sampai saat ini, serta dinamika perzakatan yang

terus bergerak, maka wajah masa depan zakat Indonesia diperkirakan

akan menjadi sebagai berikut:

i. BAZNAS akan memiliki peran yang sangat besar dalam pengelolaan

zakat di Indonesia

Baznas akan melakukan fungsi koordinator dan pengawasan dalam

pengelolaan zakat di Indonesia. Baznas akan terus berupaya untuk

melakukan proses integrasi zakat nasional, dari waktu ke waktu

98
Ikhwan A.Basri, Menguak pemikiran ekonomi islam ulama klasik, (Jakarta: Lembaga
Pengembangan perbankan Indonesia, 2006), h.19-20
76

peran Baznas akan semakin sentral, baik karena hierarkienya Baznas

mulai dari pusat, provinsi dan kabupaten/kota, juga karena semakin

harmonisnya Baznas dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ).

ii. Peningkatan kualitas Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)

Melalui berbagai regulasi, pengembangan kapasitas dan penetapan

standar-standar yang harus dipenuhi oleh OPZ, jadilah OPZ

mengalami peningkatan kualitas. LAZ akan mengalami

penggabungan atau koneksi yang akan mengkokohkan kekuatan

OPZ. Pengelolapengelola zakat dari masyarakat yang tidak memiliki

izin akan menjadi Unit Pengelola Zakat dari Baznas atau Laz.

Dengan tidak persaingan antar OPZ dan daya kritis masyarakat yang

semakin tinggi, maka OPZ akan menjadi semakin tinggi menetapkan

dan menerapkan standar kualitas manajemen organisasinya.

iii. Peningkatan mobilisasi zakat secara nasional

Masyarakat yang memiliki kesadaran berzakat akan semakin banyak

yang menyalurkan zakatnya melalui organisasi pengelola zakat.

Diperkirakan dalam waktu 10 tahun ke depan, 50% pembayar zakat

akan menyalurkan zakatnya melalui organisasi pengelola zakat dan

akan menyalurkan zakatnya melalui organisasi pengelola zakat dan

total zakat nasional yang akan dikumpulkan bisa mencapai Rp. 50

Triliun.

iv. Zakat akan menjadi pengurang pajak


77

Melalui berbagai usaha dan langkah yang dilakukan, maka akhirnya

zakat dapat menjadi pengurang pajak. Pemerintah dalam hal ini

kementrian keuangan akhirnya menyadari bahwa pengelolaan zakat

yang benar memiliki tujuan yang sama dengan pembangunan.

Sehingga pengelolaan zakat yang dilakukan baik oleh Baznas

maupun Laz yang telah memenuhi standar pengelola zakat yang

amanah dan professional merupakan sebagian dari implementasi

pembangunan untuk menyejahterakan masyarakat.

v. Berkembangnya pusat data zakat nasional

Dengan proses kordinasi yang baik, khususnya dalam hal pelaporan

dan pengumpulan data akan terwujud pusat data zakat nasional.

Apalagi jika digunakan system informasi yang cepat, akurat dan

andal sehingga menghasilkan pusat data zakat nasional yang sangat

baik. Pada pusat data zakat nasional ini terhimpun data pembayar

zakat (muzakki), penerima zakat (mustahik), pengelola zakat, jumlah

orang miskin dan sebaran wilayahnya, serta berbagai program

penyaluran atau pemanfaatan zakat yang dilakukan Baznas dan Laz

serta wilayah pelaksanaan programnya

vi. Meningkatnya sinergi zakat

Karena meningkatnya kesadaran untuk mencapai efektivitas

pengelolaan zakat, juga atas dasar regulasi yang ada serta

keberhasilan koordinasi zakat yang dilakukan oleh Baznas, maka

terjadi peningkatan sinergi zakat. Sinergi yang dilakukan dalam


78

bidang penghimpunan zakat, kerja sama perwujudan program

strategis umat dan pelaksanaan program strategis umat dan

pelaksanaan program pendayagunaan. Keberhasilan sinergi zakat ini

di dukung oleh kompetensi masing-masing OPZ, pengalokasian

bidang program dan wilayah tempat pelaksanaan program.

vii. Peningkatan program pendayagunaan zakat

Program pendayagunaan zakat juga mengalami peningkatan yang

luar biasa. Baik dari sisi kreasi dan inovasi, jumlah, maupun dari

tingkat kedalaman dan sebaran program di seluruh wilayah

Indonesia.Berbagai pengalaman pengelolaan program yang telah

dimiliki oleh OPZ membuat perencanaan dan pelaksanaan program

menjadi lebih baik.Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program

pendayagunaan zakat menjadi semakin lebih baik.

viii. Banyaknya orang miskin yang tertolong dengan zakat

Karena peningkatan dalam kualitas pengelolaan program

pendayagunaan zakat, maka keberhasilan program dalam membantu

orang miskin juga mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam

waktu 10 tahun yang akan datang, diperkirakan program zakat secara

nasional akan menyumbangkan pengentasan kemiskinan 20% dari

jumlah keselurahan orang miskin yang ada di Indonesia saat ini.

ix. Peran Indonesia dalam perzakatan internasional akan semakin

menguat
79

Dengan berbagai perkembangan zakat di Indonesia dan

meningkatnya konsolidasi zakat Indonesia, maka potensi Indonesia

untuk memiliki peran yang lebih banyak dalam urusan zakat di

tingkat internasional akan terbuka lebar. Indonesia bisa melakukan

berbagai upaya dalam rangka meningkatkan peran perzakatan pada

level antar bangsa. Indonesia bisa terus mendorong berfungsinya

forum interaksi dan kordinasi zakat dunia, berlangsungnya berbagai

pengkajian gagasan zakat internasional dan pengembangan kapasitas

para pengelola zakat di tingkat dunia..99

99
Solikin M. Juhro, Ferry Syarifuddin, Ali Sakti, Enny T. Suryanti, Keuangan Publik dan
Sosial Islam (Teori dan Praktik), h.235-238. 2019
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari pembahasan diatas, maka

kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sumber Penerimaan keuangan public menurut Ibnu Taimiyah dalam Islam

terdiri dari tiga sumber, yaitu: (1). Ghanimah, yaitu (barang rampasan

perang) itu adalah kekayaan yang dirampas dari orang-orang non muslim

setelah perang usai. (2). Shaaqah yaitu zakat yang dikenakan atas harta

kekayaan muslim tertentu. Termasuk didalamnya zakat hasil panen, yaitu

sepersepuluh (usyr) atau separuh dari seperseepuluh (nishfu al-usyr) yang

dipungut dari hasil panen biji-bijian atau buah-buahan, juga zakat atas

binatang ternak, seperti unta, domba, sapi, zakat atas barang-barang

dagangan dan zakat atas dua logam mulia, yaitu emas dan perak. (3) fay’.

Bagi seluruh penerimaan selain ghanimah dan zakat, bisa termasuk

kategorifay’. Selain dari pada barang rampasan dan musuh tanpa melalui

peperangan yang sebenarnya. Adapun sumber penerimaan keuangan

public secara umum ada 6 yaitu : (1). Zakat, mempunyai kedudukan

penting dalam rukun Islam setelah syahadat dan shalat. (2). Ghanimah,

merupakan jenis barang bergerak yang diperoleh dari pertempuran

melawan musuh. (3). Fay’ diperoleh dari barang yang dirampas dan orang-

orang yang tidak beriman yang takluk tanpa peperangan. (4). Kharaj,

berarti pajak tanah. (5). Jizyah, ialah iuran negara yang diwajibkan atas

80
81

orang-orang ahli kitab dan orang-orang kafir lainnya. (6). Beaorang-orang

kafir lainnya. (6). Bea cukai, perpajakan atas barang-barang di wilayah

perbatasan atau dipersimpangan perbatasan tertentu.

2. Pengelolaan dan pendistribusian Keuangan Publik menurut Ibnu

Taimiyah. Pengelolaan keuangan publik pada saat itu ialah Baitul Maal.

Baitul Maal adalah lembaga pengelola pengelola keuangan negara

sehingga terdapat kebijakan fiskal seperti yang kita kenal saat ini. Dengan

demikian, Baitul Maal dengan makna seperti ini mempunyai penjelasan

sebagai sebuah lembaga atau pihak yang menangani harta negara, baik

pendapatan maupun pengeluaran. Namun dengan demikian, Baitul Maal

dapat juga diartikan secara fisik sebagai tempat (al-makan) untuk

menyimpan dan mengelola segala macam harta yang menjadi pendapatan

negara. Adapun pendistribusian dari sumber keuangan publik yang telah

didapatkan pada masa itu menurut Ibnu Taimiyah ialah: (1).

Ghanimah,Pembagiannya yaitu 1/5 atau 20% dari total rampasan perang

untuk Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang miskin dan kerabat.

Sedangkan sisanya adalah untuk mereka yang ikut berperang melawan

musuh. (2). Zakat,Adapun pendistribusian zakat tidak boleh berijtihad

didalamnya dan yang menjadi objek zakat yang menjadi objek perhatian

dari Ibnu Taimiyah. (3). Fay harta yang boleh dimanfaatkan oleh kaum

muslimin dan disimpan dalam baitul mal, semuanya termasuk kategori

pajak dan merupakan sumber pendapatan tetap bagi Negara.


82

Dan adapun Pengelolaan Keuangan publik pada saat ini (1).

Penerimaan devisa ataupun keuntungan yang diperoleh dari badan-badan

usaha milik negara (BUMN), Pengelolaan BUMN ini tidak boleh

melibatkan penguasa ataupun para pemimpin negara dalam

pengaturannya, karena dalam ekonomi-politik islam para pemimpin atau

pejabat negara dilarang untuk terlibat dalam aktifitas perekonomian,

dengan kata lain pemimpin atau pejabat negara tidak boleh menjadi pelaku

pasar. (2). Zakat/Baznas

B. Saran

Setelah melihat kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran kepada para

pembaca bahwasanya skripsi ini berisi tentang keuangan publik Ibnu Taimiyah

yang masih jauh dari kesempurnaan, peneliti berharap diberi masukan untuk lebih

baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

A.Basri Ikhwan, 2006. Menguak pemikiran ekonomi Islam ulama klasik, (Jakarta:
Lembaga Pengembangan perbankan Indonesia)
Abdul Hamid Shaib, 2009. Ibnu Taimiyah Rekam Jejak Sang Pembaharu.
(Jakarta: Citra persada)
Abu Ubaid, 2006, : 111
Abu Yusuf: 1979 :117
Adiwarman A. Karim, 2007. Ekonomi Makro Islam. (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada)
Afzal Sayed Peerzade, 1996. Reading In Islamic fiscal policy. (Delhi: Adam
Publishers & Distributors).
Al-Ghazali, Ilya’ Ummu al-Din, Beirut: Dar al-Nadwah t,
Al-Mawardi,1978. al-Ahkam al-Sulthaniyyah (Beirut: Dar al-Kutub)
Al-Qardawi, Yusuf, Fiqh al-Zakah, Beirut: Mu’asasah al-Risalah, n,d, vol. II
Amalia Euis, 2001. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga
kontemporer. Jakarta : Pustaka Asatrus.
Arfah Tina, Jamilah Putri, 2020. Keuangan public dalam perspektif ekonomi
Islam, (Institut agama Islam negeri padang sidimpuan)
Arfah Tina. 2020. Jurnal Islamika, vol. 3, No.2
Arikunto Suharsimi, 2005. Manajemen Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta)
Aryani, Wulandari Citra, Pemikiran Abu Yusuf Terhadap Keuangan Publik di
Implementasikan Terhadap Keuangan Publik Indonesia.
Azmi Sahabuddin, 2005, Menimbang Ekonomi Islam-keuangan Publik, konsep
perpajakan dan peran baitul maal, (Bandung: Penerbit Nuansa)
Budiarjo Miriam, 2001. Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Chamid Nur, 2010. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Chaundry, 2016. keuangan publik Islam
Danim Sudarwan, 2002. Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja
rosdakarya), cetak.1
Fasiha, 2017. Pemikiran ekonomi Ibnu Taimiyah, (Palopo, Institut agama islam
negeri (IAIN) palopo)
Goldziher, Taimiyah Ibnu, 1972. Encyclopedia of Religion and Ethics
Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab (Mesir al-Dar al-Mishiriyyah),
Ibn Taimiyah, al-siyasah al-Syariyah\
Ibnu Taimiyah, 1327. Kitab al-Tawassul wa al-Wasilah (Mesir al-Manar)
Ibnu Taimiyah. Al-Hisbah fi al-Islam aw Wazifah al-Hukumah al-Islamiyah,
Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah

83
84

Ibnu Taimiyah, 1967. AL-FATWA, vol.28


Ibnu Taimiyah, al-Siyasah al-Syar’iyah,
Indayani Haniyah, 2006. Pengelolaan Keuangan Publik di Indonesia di Tinjau
dari Perpektif Ekonomi Islam. Jakarta
Iqtishodia, Jurnal Ekonomi Syariah
Ishlahi, 1997. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (terj). Ashari Thayib. Surabaya
:PT. Bina Ilmu
Jazali Munawir, 1991. Islam and governmental system.Jakarta: INIS
Jindan Ibrahim Khalid, 1994. Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah.
(Jakarta: Rineka Cipta).
Komariah, Satori, 2009. Content Analysist
Karim M Abdul, 2012. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,
cet.IV.Yogyakarta : Bagaskara
M. Majid Nazori, 2005. Pemikiran Ekonomi Islam Abu yusuf relevansinya dengan
ekonomi kekinian.
M. Shiddiq Al Jawi, 2010. Baitul maal Tinjauan Historis dan Konsep Idealnya.
Madjid Nurcholis, 1993. Kontroversi Sekitar ketokohan Ibnu Taimiyah
Mahmud Muhammad Bablily, 1990. Studi Kajian Konsep Perekonomian Menurut
al-qur’an dan as-sunnah, terj. Rosihin A.Ghani, Solo: Ramadhani
Manan M.A, 1992.Terjemahan
Mantra Ida Bagus. 2007. Filsafat penelitian dan metode penelitian sosial.
Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Michel Thomas SJ, 1975. Ibnu Taimiyah
Muhammad, 2002. Kebijakan fiskal dan moneter dalam ekonomi Islam. (Jakarta :
Salembat Empat)
Muthodhari Sabilalhaq Qawwam, 2019. Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu
Taimiyah.
Nasution Edwin Mustafa, ddk, 2001. Pengenalan ekskusif ekonomi Islam
Noviyanti Ririn, 2016. Pengelolaan keuangan public Islam perspektif
historis,(Malang, Institut agama islam Al-Qalam Malang)
Nurputranto Hanim, 2014. Keuntungan sistem ekonomi/keuangan dalam Islam.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
P3EI (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam), 2008. Ekonomi
Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada)
Penyusun Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, 1994.Jakarta.
Purwanto Eko, 2017. Kritik kepemimpinan terhadap penguasa perspektif Ibnu
Taimiyah dan Aktualisasinya di Indonesia,
Qomaruddin Khan, 1983. Pemikiran Ekonomi Islam-Keuangan Publik, Konsep
perpajakan dan Peran Baitul Maal. Bandung : Penerbit Nuansa.
85

Ridwan Muhammad, 2004. Manajemen Baitul Maal wa Tamwil


(BMT).Yogyakarta : UII Press
Rahmawati, Lilik, 2008. Kebijakan Fiskal dalam Islam. Jurnal Al-Qanun Vol.11
No.2
Smith Huston, 2001.Agama-agama Manusia.(Jakarta: yayasan obor Indonesia)
Suparmoko, dkk, 2000. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek, ed.
(Yogyakarta: BPFE)
Sudarsono Heri, 2004. Konsep Ekonomi Islam.Yogyakrta : Ekonosia
Sofyan Ayi, 2012. Etika Politik Islam. Bandung: (CV. Pustaka Setia)
Solikin M. Juhro, Ferry Syarifuddin, Ali Sakti, Enny T. Suryanti, 2019. Keuangan
Publik dan Sosial Islam (Teori dan Praktik),
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kualitatif
Suma Amin Muhammad, 2002. Ijtihad Ibnu Taimiyah dalam Fiqih Islam.
(Jakarta: pustaka Firdaus)
Susilo Adib, 2017. Keuangan Publik Ibn Taimiyah dan permasalahan pajak pada
era kontemporer, (Gontor, Universitas Darussalam Gontor)
Tisnawan Hilman, 2010. Resensi Buku Keuangan Publik Dalam Perspektif
Hukum Teori, Praktik dan Kritik.
Tim Pusdiklat, 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pengelolaan
Keuangan Negara. Departemen Keuangan
Wibisana Wahyu, 2016. Pendapat Ibnu Taimiyah tentang keuangan public Jurnal
pendidikan Islam-Ta’lim, Vo.14 No.1
Winn Craig, Yobues Yada, 2004. A. conversation with god, book 4, the book of
salvation, (Crikersong Boks),
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95

JURNAL-JURNAL
96
97
98
99
100

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Nurul Hidayah, lahir di

Bantaeng, 09 September 1999. Merupakan anak pertama

dari dua bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Husain

Ruddin S.Pdi dan Rahmawati. Penulis menyelesaikan

pendidikan dasar pada tahun 2011 di SD Inpres Tala-

Tala, lalu di tahun 2014 melanjutkan pendidikan di MTs

Muhammadiyah Bantaeng kemudian melanjutkan Pendidikan di SMK Negeri 1

Bantaeng dan lulus pada tahun 2017. Pada tahun 2017 melanjutkan Pendidikan ke

perguruan tinggi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan memilih

jurusan Ekonomi Islam di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

Anda mungkin juga menyukai