Anda di halaman 1dari 14

Bab II

Pelaksanaan Forum Penataan Ruang

1. Permasalahan/ Kendala
Masih banyak yang belum mengenal konsep pembangunan
perkotaan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
dan melakukan pembangunan daerah tanpa ada perencanaan
ke depannya padahal untuk menciptakan kota yang nyaman,
penataan kota harus direncanakan secara matang tidak asal.
Diperlukan perencanaan tata ruang berupa Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) kota/kawasan strategis lainnya.
Sesuai dengan Peraturan pemerintah Nomor 21 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, pengertian
Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang
meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pemanfaatan ruang. Dalam pelaksanaannya
tersebut tentu menemui adanya kendala dan permasalahan.
Kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam
penyelenggaraan penataan ruang adalah sebagai berikut :
a. Belum semua amanat yang disampaikan dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 1 Tahun 2018
tentang RTRW Kabupaten Kotawaringin Barat
ditindaklanjuti.
b. Masih terdapatnya ketidaksesuaian antara pola ruang
dengan kondisi real di lapangan (Desa Pasir Panjang yang
dikukuhkan sebagai kawasan RTH Kabupaten), komplek
perumahan di kawasan pertanian, bangunan sarang walet di
kawasan perkotaan.

Forum Penataan Ruang Kabupaten Kotawaringin Barat (FPR) II -1


c. Masih lemahnya koordinasi penegak hukum (PPNS, Polisi
Pamong Praja) dalam implementasi rencana tata ruang.
d. Sasaran sosialisasi penataan ruang yang belum optimal

1.1 Proses Perencanaan Tata Ruang


Permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan
perencanaan tata ruang, sebagai berikut:
Tahapan Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Pada tahapan penyusunan Rencana Tata Ruang ada
beberapa permasalahan sebagai berikut
1. Keterbatasan anggaran untuk pelaksanaan
- Belum adanya standar tentang anggaran/biaya untuk
penyusunan suatu produk rencana tata ruang
- Kemampuan penyediaan anggaran untuk membiayai
penyusunan rencana tata ruang dan ketersediaanya
pun cenderung terbatas
2. Ketersediaan, keakuratan dan integrasi data termasuk
peta
- Ketersediaan data regional/ wilayah dalam lingkup
kabupaten baik data umum maupun data sektoral
sulit diperoleh
- Kualitas dan kuantitas data berbeda untuk jenis data
yang sama karena sumber keluaran yang berbeda
- Kurang adanya sinkronisasi dan koordinasi antar
instansi mengenai data masing-masing/ego sektoral
masih mendominasi keakuratan data yang selalu
dipertanyakan terkait dengan cara perolehan data
yang cenderung berdasarkan asumsi

Forum Penataan Ruang Kabupaten Kotawaringin Barat (FPR) II -2


- Ketersediaan peta citra satelit (one map policy) di
daerah tidak ada, baik berdasarkan cakupan luasan
maupun skala yang diperlukan
- Citra satelit dan peta yang dibuat dalam rencana tata
ruang harus melalui proses persetujuan peta di BIG
yang memakan waktu antrian panjang dalam proses
konsultasinya untuk mendapatkan rekomendasi.
- Penggunaan foto udara dan drone yang merupakan
teknologi yang masih sangat mahal, masih belum
dapat dijangkau bagi pemerintah daerah.
3. Kemampuan SDM, keterbatasan perangkat analisis
- Keterbatasan kemampuan sumber daya manusia baik
dari pemerintah maupun pihak ketiga dalam hal:
a. Melakukan pengolahan dan analisis data
b. Merumuskan konsep rencana
c. Menggunakan perangkat analisis terutama
berteknologi tinggi
d. Membuat dan menyajikan peta
- Keterbatasan sumber daya di daerah yang berlatar
belakang pendidikan perencanaan wilayah dan kota
- Para pemangku kepentingan daerah tidak menguasai
persoalan dan kebutuhan ruang didaerahnya
- Ketidakpahaman masyarakat akan pentingnya tata
ruang serta peranannya dalam penataan ruang
- Tidak ada PPNS bidang Tata Ruang
- Rendahnya kualitas pemahamanan stakeholders
terhadap penataan ruang

4. Konflik kepentingan dan kualitas rencana

Forum Penataan Ruang Kabupaten Kotawaringin Barat (FPR) II -3


- Tarik ulur kepentingan politik/penguasa/pribadi/
kelompok dalam merumuskan dan menetapkan
rencana tata ruang
- Perencanaan tata ruang saat ini masih cenderung
berorientasi pada pencapaian tujuan ideal jangka
panjang yang sering meleset akibat banyaknya
ketidakpastian
- Rencana yang disusun cendrung menggunakan
pendekatan pemikiran sekadar untuk memecahkan
masalah secara ad hoc yang berjangka pendek dan
kurang berwawasan luas
- Perencanaan tata ruang cendrung terlalu ditekankan
pada aspek penataan ruang dalam arti fisik dan visual
tanpa memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan
dengan perencanaan komunitas (sosial-budaya) dan
perencanaan sumber daya
- Pembangunan Kota dan daerah masih berpihak
kepada aspek fisik yang langsung bisa dirasakan dari
berbagai tingkatan/ golongan masyarakat untuk
menikmatinya sehingga kebutuhan perencanaan tata
ruang kurang diperhatikan baik dari sisi anggaran
maupun urgensi tata ruang itu sendiri.
- Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan
tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup pun
masih sangat terbatas
5. Kurangnya koordinasi antar instansi
- Kurangnya koordinasi antar instansi dalam
penyusunan Rencana Tata Ruang dan rancangan
peraturannya

Forum Penataan Ruang Kabupaten Kotawaringin Barat (FPR) II -4


- Kurang optimalnya peranan FPR dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya
- Adanya tumpang tindih kewenangan instansi
pemerintah dalam hal otorisasi penyelenggaraan
penataan ruang
- Tidak adanya keseragaman atau sudut pandang
kebijakan penataan ruang di Kabupaten Kotawaringin
Barat
- Kurang optimalnya peranan dan partisipasi stake
holder terkait baik vertikal maupun horizontal dalam
penyediaan data dan informasi tentang ketata
ruangan.

1.2 Proses Pemanfaatan Ruang


Pemanfaatan ruang adalah rangkaian program kegiatan
pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang
menurut jangka waktu yang ditetapkan di dalam rencana
tata ruang. Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara
bertahap melalui penyiapan program kegiatan pelaksanaan
pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang
yang akan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, baik
secara sendiri-sendiri maupun bersama, sesuai dengan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Dalam hal ini kegiatan pemanfaatan ruang seharusnya
disesuaikan dengan produk rencana tata ruang yang telah
disusun, namun pada kenyataannya masih banyak terjadi
permasalahan-permasalahan pemanfaatan ruang.
Permasalahan pemanfaatan ruang yang terjadi di
kawasan perkotaan dilihat 4 (empat) aspek yaitu aspek tata

Forum Penataan Ruang Kabupaten Kotawaringin Barat (FPR) II -5


ruang, aspek transportasi, aspek perumahan, dan aspek
industri/jasa angkutan.
a. Aspek Tata Ruang
Perkembangan kawasan perkotaan dicirikan dengan
adanya ketidakseimbangan perkembangan antar
kawasan dan tidak meratanya pusat-pusat pelayanan
untuk masyarakat, sehingga muncul permasalahan
sebagai berikut :
 Kecenderungan pemusatan kegiatan (over
concentration) pada kawasan-kawasan tertentu;
 Perkembangan penggunaan lahan yang bercampur
(mixed use);
 Terjadinya alih fungsi lahan (land conversion) dari
ruang terbuka, lahan konservasi, atau ruang terbuka
hijau menjadi kawasan terbangun intensif
(permukiman, industri, perkantoran, prasarana).
 Terjadinya pembangunan fisik secara terpencar (urban
sprawl) di wilayah sub urban;
b. Aspek Transportasi
Permasalahan aspek transportasi yang terjadi di
kawasan perkotaan dan sub urban adalah
berkembangnya kegiatan on street parking yang dapat
mengurangi ruang bebas kendaraan yang dapat
berakibat mengurangi keamanan dan kenyamanan
berlalu lintas.
c. Aspek Industri /jasa angkutan
Permasalahan aspek industri/jasa angkutan yang terjadi
di kawasan perkotaan dan sub urban adalah :
 Pencemaran lingkungan
 Penurunan kualitas fisik dan tingkat pelayanan jalan

Forum Penataan Ruang Kabupaten Kotawaringin Barat (FPR) II -6


d. Aspek Perumahan
Aspek perumahan merupakan aspek yang penting dalam
kegiatan perkotaan karena perumahan merupakan
pemakai lahan terbesar dari lahan terbangun perkotaan.
Permasalahan aspek perumahan di kawasan perkotaan
dan sub urban sebagai berikut :
 Percampuran fungsi kawasan/bangunan antara
kawasan permukiman dengan kawasan non
permukiman (adanya sarang burung walet,
pergudangan);
 Penurunan kualitas estetika lingkungan akibat alih
fungsi bangunan (bangunan bawah toko, bangunan
atas sarang burung walet);
 Pembangunan kawasan permukiman di daerah rawan
bencana (bantaran sungai yang sering terkena banjir).
 Pembangunan perumahan yang dilaksanakan terlebih
dahulu tanpa adanya ijin-ijin sesuai aturan yang
berlaku.
 Pembangunan perumahan yang dilaksanakan bukan
pada peruntukannya.
1.3 Proses Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang
Belum adanya Intrumen Pengendalian Pemanfaatan Tata
Ruang dan inkonsistensi dari pemangku kepentingan
berdampak pada kurang terkendalinya pergerakan
masyarakat yang berdampak pada masalah tata kota.
Permasalahan dalam pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
- Belum diterapkannya pemberian insentif dan disinsentif

Forum Penataan Ruang Kabupaten Kotawaringin Barat (FPR) II -7


- Belum diterapkannya sanksi bagi pemanfaat ruang yang
tidak melaksanakan pembangunan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan
- Keterbatasan anggaran dalam melaksanakan instrumen
pengendalian pemanfaatan ruang
- Konflik kepentingan politik dan kebijakan
- Pemantauan, evaluasi dan pelaporan tidak dilaksanakan
secara berkala, cenderung hanya pelaksanaan secara
administrasi
- Belum adanya tenaga PPNS Penataan Ruang untuk
menilai/menindak pihak yang melakukan penyimpangan
penyelenggaaraan penataan ruang bahkan belum terjadi
penindakan terhadap pelanggaran itu.
- Masyarakat tidak berperan dalam melakukan pengawasan
terhadap penyelenggaraan penataan ruang
- Pemerintah/pemerintah daerah tidak menyediakan sarana
penyampaian hasil pengawasan penataan ruang
- Belum adanya PPNS di daerah
- Rendahnya komitmen perangkat daerah termasuk FPR
dalam melaksanakan pengawasan penyelenggaraan tata
ruang

2. Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang


Kegiatan Penataan Ruang merupakan bagian dalam
pembangunan masyarakat suatu wilayah. Masyarakat
merupakan pelaku/subjek dalam proses penyusunan
penataan ruang. Dalam setiap proses penataan ruang,
masyarakat diharapkan berperan secara aktif dalam setiap
tahap proses kegiatan. Peran masyarakat tidak hanya dalam

Forum Penataan Ruang Kabupaten Kotawaringin Barat (FPR) II -8


proses perencanaan, tetapi sampai pada pemanfaatan ruang
serta pengendalian pemanfaatan ruang.
Pelaku (stakeholder) yang terlibat dalam kegiatan penataaan
ruang, terdiri dari 3 kelompok utama, yaitu: Pemerintah
(Government), sebagai representatif negara yang memiliki
kemampuan-kemampuan legislatif, yudikatif, dan pelayan
publik, fungsinya menjaga supremasi hukum dan keamanan
nasional, menghasilkan program-program kebijakan publik,
mengumpulkan dana penghasilan untuk membiayai pelayanan
publik dan infrastruktur, budgeting dan implementasinya,
serta menciptakan pembangunan yang berkelanjutan;
Masyarakat (Civil Society) termasuk didalamnya organisasi-
organisasi non-pemerintah (LSM), organisasi professional,
grup-grup individu dan semua warga negara, yang fungsinya
dalam Good Governance antara lain memobilisasi kelompok-
kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan dan berbagai aktivitas ekonomi dan politik
lainnya; Swasta (Private Sector), terdiri dari perusahaan-
perusahaan dengan berbagai skala, dari yang paling kecil
(tradisional) hingga perusahaan besar/multinasional, termasuk
pula BUMN dan individu yang berusaha.
Secara umum, hak masyarakat yang dijamin Undang-
undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah :
1. Setiap orang berhak menikmati manfaat ruang termasuk
pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang.
2. Setiap orang berhak untuk :
a. Mengetahui rencana tata ruang; dan
b. Berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang;

Forum Penataan Ruang Kabupaten Kotawaringin Barat (FPR) II -9


3. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang
dialaminya sebagai akibat dari pelaksanaan kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.
Kewajiban yang harus dilaksanakan masyarakat adalah :
Setiap orang berkewajiban untuk berperan serta dalam
memelihara kualitas ruang. Setiap orang berkewajiban menaati
rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2010 tentang
bentuk dan tata cara peran masyarakat dalam tata ruang,
menyatakan bahwa masyarakat dapat berperan dalam
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang sesuai dengan hak dan kewajiban yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang
adalah sebagai berikut:
a. Pemberian masukan untuk menentukan arah pengembangan
wilayah yang akan dicapai;
b. Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah
pembangunan termasuk bantuan untuk memperjelas hak
atas ruang wilayah, termasuk perencanaan tata ruang
wilayah;
c. Pemberian masukan dalam merumuskan perencanaan tata
ruang wilayah;
d. Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat
dalam penyusunan strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang
wilayah.
e. Pengajuan keberatan terhadap rancangan Rencana Tata
Ruang Wilayah;
f. Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan; dan atau
g. Bantuan tenaga ahli.

Forum Penataan Ruang Kabupaten Kotawaringin Barat (FPR) II -10


3. Bentuk Peran Masyarakat dalam Perencanaan,
Pemanfaatan, dan Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang
3.1 Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata
ruang berupa:
a. masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau
kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah
pembangunan wilayah atau kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.
b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau sesama unsur masyarakat dalam
perencanaan tata ruang.
3.2 Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang
dapat berupa:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau sesama unsur masyarakat dalam
pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan
kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian
dalam pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang
udara, dan ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan;

Forum Penataan Ruang Kabupaten Kotawaringin Barat (FPR) II -11


e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan
keamanan serta memelihara dan meningkatkan
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya
alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3.3 Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian


pemanfaatan ruang dapat berupa:
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta
pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi
pelaksanaan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang
berwenang dalam hal menemukan dugaan
penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan
ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah
ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang
berwenang terhadap pembangunan yang dianggap tidak
sesuai dengan rencana tata ruang.
Dalam hal pengawasan penataan ruang, PP No.
15/2010 menyebutkan bahwa masyarakat dapat
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
penataan ruang dengan menyampaikan hasil pengawasan
melalui sarana yang disediakan oleh Pemerintah/
pemerintah daerah.
Terkait dengan peran masyarakat dalam penataan
ruang, kurangnya partisipasi masyarakat dalam

Forum Penataan Ruang Kabupaten Kotawaringin Barat (FPR) II -12


memanfaatkan dan mengendalikan pemanfaatan ruang
sesuai dengan rencana tata ruang menjadi permasalahan
lain yang dihadapi dalam pengendalian pemanfaatan
ruang. Masyarakat dan/atau organisasi sosial
kemasyarakatan maupun LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) yang ada, masih belum berpartisipasi dalam
penataan ruang, meskipun bentuk dan tata cara
partisipasi masyarakat dalam penataan ruang ini telah
diatur dalam PP No. 68/2010. Hal ini disebabkan
pemerintah daerah belum menyediakan sarana
penyampaian hasil pengawasan penataan ruang oleh
masyarakat.
4. Hasil Pelaksanaan Koordinasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia nomor Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia nomor
SK. 9415/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/11/2019 Tentang Peta
Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi
Kalimantan Tengah Sampai Dengan Tahun 2018, Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
nomor SK.5446/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/8/2021
Tanggal 26 Agustus 2021 Tentang Penetapan Peta Indikatif
Penghentian Pemberian Perizinan Berusaha, Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan, Atau Persetujuan Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan Baru Pada Hutan Alam Primer
Dan Lahan Gambut Tahun 2021 Periode II dan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
nomor SK.6627/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.2/2021 Tanggal
27 Oktober 2021 Tentang Peta Perkembangan Pengukuhan

Forum Penataan Ruang Kabupaten Kotawaringin Barat (FPR) II -13


Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Tengah sampai dengan
tahun 2021.
Sebagaimana yang tertuang dalam RTRW Kabupaten
Kotawaringin Barat pada bagian ketiga tentang ketentuan
perizinan, pasal 105 nomor 2 izin pemanfaatan ruang dapat
berupa (a) izin lokasi, (b) izin penggunaan pemanfaatan tanah
(IPPT), (c) izin mendirikan bangunan, dan (d) izin lainnya
berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Hasil
inventarisir dari izin-izin tersebut sebagaimana pada lampiran.
Sebagai salah satu tugas FPR Kabupaten Kotawaringin
Barat dengan mengacu pada Peraturan Menteri Agraria Dan
Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Tentang Koordinasi Penyelenggaraan
Penataan Ruang Paragraf 3 Tugas Forum Penataan Ruang
kabupaten/kota dalam perencanaan tata ruang Pasal 28
Forum Penataan Ruang kabupaten/kota memiliki tugas pada
aspek:
a. perencanaan tata ruang;
b. pemanfaatan ruang; dan
c. pengendalian pemanfaatan ruang.

Forum Penataan Ruang Kabupaten Kotawaringin Barat (FPR) II -14

Anda mungkin juga menyukai