Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

PENGARUH PENERAPAN PEMBERIAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP


PERUBAHAN RESPIRATORY RATE PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA

Siti Zuraida Muhsinin1), Diny Kusumawardani2)


Program Studi D3 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Nahdlatul Wathan
Mataram, Email : zuraidamuhsinin@gmail.com
Alamat Korespondensi : Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Nahdlatul Wathan Mataram,
Jl. Kaktus No.1-3, Gomong, Kecamatan Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat,
Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article History : Pneumonia adalah penyakit infeksi Saluran Pernafasan Bawah


Received: 22 Nov 2018 dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang
Revised form: Nov-Dec, 2019 disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri,
Accepted: 20 Jan 2019 mycoplasma. Metode yang paling sederhana dan efektif untuk
Published: 4 Feb 2019 mengurangi rasa sesak yaitu dengan mengatur posisi pasien
yaitu posisi semi fowler. Keefektifan dari tindakan tersebut
Kata Kunci : dapat dilihat dari respiratory rate yang menunjukkan angka
Posisi Semi Fowler, Respiratory normal yaitu 16-24x/menit. Tujuan mengetahui penerapan
Rate, Pneumonia pemberian semi fowler terhadap perubahan repiratory rate pada
pasien pneumonia di RSUD Kota Mataram. Desain penelitian
yang digunakan adalah quasy experiment design, pendekatan
penelitian metode one group pre test post test, lokasi penelitian
diruang Rawat Inap Irna III B RSUD Kota Mataram, waktu
penelitian pada bulan april 2018, jumlah sampel 9 responden,
Sebelum diberikan penerapan posisi semi fowler dari
didapatkan hasil bahwa semuanya respiratory rate > 24x/menit
sedangkan setelah penerapan posisi semi fowler dari 9
responden didapatkan hasil, 4 responden respiratory rate 16-
24x/menit, 5 responden respiratory rate > 24x/menit.
Berdasarkan hasil uji T- test dengan taraf signifikan 5%
didapatkan hasil P value (0,002). hal ini menjukkan bahwa ada
pengaruh penerapan pemberian posisi semi fowler terhadap
perubahan respiratory rate pada pneumonia di RSUD Kota
Mataram.

@2019 Jurnal Keperawatan dan kebidanan


Penerbit : LPPM Dian Husada Mojokerto

42 | Halaman
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

PENDAHULUAN adanya hyperreaktifitas dari saluran napas terdapat


Gangguan pernapasan diklasifikasikan berbagai macam rangasangan, sehingga
berdasarkan etiologi, letak anatomi, sifat kronik menyebabkan spasme otot-otot polos bronchus
penyakit, dan perubahan struktur serta fungsi. yang dikenal dengan bronkospasme,
Gangguan pernafasan biasanya dapat odemamembrane, mukosa, hypersekresi mucus /
menyebabkan disfungsi ventilasi. Salah satu secret.
penyebab gangguan pernapasan adalah infeksi Metode yang paling sederhana dan efektif
saluran pernapasan. Infeksi saluran pernapasan untuk mengurangi rasa sesak yaitu dengan
jauh lebih sering terjadi dibandingkan infeksi mengatur posisi pasien yaitu posisi semi
organ lain.Salah satu penyakit infeksi saluran fowler.Posisi semi fowler dengan derajat
pernapasan yang dapat mengakibatkan gangguan kemiringan 30°-45°, dengan menggunakan gaya
pernapasan adalah pneumonia (Marwah dkk, gravitasi untuk membantu mengembangkan paru
2015). dan mengurangi tekanan dari abdomen pada
Pneumonia adalah penyakit infeksi Saluran difragma. Keefektifan dari tindakan tersebut dapat
Pernafasan Bawah (SNBA) dengan gejala batuk dilihat dari respiratory rate yang menunjukkan
dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan angka normal yaitu 16-24x/menit pada usia dewasa
oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, (Refi dkk,2013).
mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi Respiaratory rate adalah suatu proses
asing,berupa radang paru-paru yang disertai pengambilan oksigen (O2) dari astmofir ke sel-sel
dengan eksudasi dan konsolidasi (Nurarif Huda tubuh sampai dengan menghembuskan udara yang
dan Kusuma Hardi, 2013). banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa
Menurut Kementrian Kesehatan RI pada dari oksidasi keluar dari tubuh (Refi dkk,2013).
tahun 2013, prevalensi kejadian pneumonia 4,5% Setelah dilakukan observasi di ruang Irna
dan merupakan salah satu dari 10 penyakit yang III RSUD kota Mataram tindakan yang dilakukan
masuk dalam rawat inap. Prevalensi pneumonia untuk mengurangi rasa sesak pada pasien
berdasarkan kelompok kedudukan umur,dimana pneumonia adalah dengan mengatur posisi pasien
pneumonia tertinggi terjadi pada umur 1-4 semi fowler. Seperti yang di jelaskan dalam teori
tahun,kemudian umur 45-54 tahun dan terus Azzis dkk bawah posisi semi fowler adalah posisi
meningkat pada kelompok umur berikutnyahal ini dengah tubuh setengah duduk atau duduk, mampu
tidak menenyingkirkan bawah pneumonia pun memaksimalkan ekspansi paru. Hal ini juga di
terjadi pada usia remaja dan dewasa. Sedangkan dukung dalam penelitian (Singal dkk,2013 ) yang
data dari rekan medis RSUD Kota Mataram berjudul “A Study on the Effect positionin COPD
kejadian pnumonia pada pasien dewasa terus Paitient to Improve breathing pattern”ditemukan
meningkat pada tahun 2016berjumlah 589 bahwa 64% pasien lebih baik dalam posisi 30-
penderita,dan 1,337 penderita pada tahun 2017. 45°,24% pada posisi 60°,dan 12% pasien lebih
Sedangkan pada bulan januari sampai februari baik dalam posisi 90°.Sama halnya dengan
2018 sebanyak 120 penderita. penelitian (Marwah dkk, 2015) yang berjudul
Penyebab pneumonia adalah virus, bakteri pengaruah pemberian posisi semi Fowler tarhadap
masuk kedalam sehingga kuman pathogen respiratory rate pada pasien tuberkulosis paru
mencapai bronkial terminal lalu merusak sel epitel didapakan kesimpulan bahwa pemberian posisi
basilika dan sel goblet yang menyebabkan cairan semi fowler dapat efektif mengurangi sesak pada
edema dan leukosit ke alveoli sampai terjadi pasien tuberkulosi paru
kosilidasi paru yang menyebabkan kapasitas vital
dan kompleance menurun dan menyebabkan TUJUAN PENELITIAN
meluasnya permukaan membrane respirasi dan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
menurunkan rasio ventilasi perpusi sehinga suplai penerapan pemberian semi fowler terhadap
O2 dalam tubuh terganggu. Dampak dari perubahan respiratory rate pada pasien pneumonia
pneumonia apabila tidak diberikan asuhan di RSUD Kota Mataram
keperawatan yang sesuai dapat menyebabkan
demam menetap, efusi pluera dan sesak nafas METODE PENELITIAN
(Zaenul dkk, 2015). Desain penelitian atau rancangan penelitian
Sesak nafas adalah perasan sulit bernafas, adalah rencana tentang bagaimana cara
perasaan itu sendiri merupakan hasil dari pengumpulan, menyajikan dan menganalisis data
kombinasi implus (rangsangan) ke otak dari saraf untuk memberi arti terhadap data tersebut secara
yang berakhir di paru-paru, tulang iga otot efisien dan efektif (Notoatmodjo, 2012). Desain
dada,atau diafragma. Sesak nafas disebabkan oleh penelitian yang dalam penelitian ini adalah quasy
adanya penyempitan saluran nafas terjadi karena experiment design. Quasy exsperiment design

Halaman | 43
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

bertujuan untuk mengetahui sebab- akibat pada


penelitian tampa adanya tehik random, sedangkan 2. Respiratory Rate Setelah Penerapan Posisi Semi
pendekatan penelitian yang di menggunakan Fowler
metode one group pretest posttest dalam rancanga Tabel 2 Distribusi Frekuensi Respiratory Rate
ini hanya menggunakan satu kelompok subjek Setelah Penerapan Posisi Semi Fowler
serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah Respiratory Setelah penerapan %
pemberian perlakuan pada subjek, tidak ada rate posisi semi fowler
kelompok pembanding (kontrol), tetapi sudah 16-4 X/menit 4 44,44%
dilakukan observasi pertama (pretest). < 16X/menit 0 0%
Populasi dalam penelitian ini adalah semua >24X / menit 5 55,55%
pasien yang mengalami pneumonia diruang Irna III Jumlah 9 100%
B RSUD Kota Mataram. Angka kejadian Berdasarkan tabel 2 hasil pengukuran
pneumonia diruang rawat inap RSUD Kota respiaratory rate setelah dilakukan penerapan
Mataram pada bulan januari sampai dengan pemberian posisi semi fowler dari 9 responden
Februari 2018 berjumlah 120 orang. Sampel dalam di peroleh data sebanyak 4 responden (44,44%)
penelitian ini adalah penderita pneumonia diruang respiratory rate 16- 24x/menit, sebanyak 5
rawat inap irna III B RSUD Kota Mataram. responden (55,55%) respiratory rate >
Besaran sampel yang digunakan dalam penelitian 24x/menit jadi, ada perubahan respiratory rate.
ini adalah berjumlah 9 orang jumlah ini sesuai 3. Pengaruh penerapan pemberian semi fowler
dengan perhitungan rumus pengambilan sampel terhadap perubahan respiratory rate pada pasien
yaitu : rumus isssac dan michael (Ridwan, 2005). pneumonia di RSUD Kota Mataram
Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini Tabel 3 Hasil Uji Respiratory Rate Sebelum
menggunakan Accidental sampling tehnik ini Dan Setelah Penerapan Posisi Semi Fowler
dilakukan dengan mengambil kasus atau responden Dengan uji T- test
yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat Sig. (2-
sesuai dengan konteks penelitian. Maka penelitian T df tailed)
ini di ambil diruang rawat inap, seberapa banyak Pair 1 Respiratory 4.626 8 .002
pasien pneumonia yang ditemukan pada hari yang Rate (Pre)
ditentukan tersebut menjadi sampel penelitian ini Respiratory Rate
(Notoatmodjo, 2014). Untuk mengetahui pengaruh (Post)
pemberian posisi semi fowler terhadap perubahan Berdasarkan tabel 3 diatas dengan
respiratory rate dilakukan analisis bivariate menggunakan analisa uji T- test dengan taraf
dengan menggunakan uji T test dengan signifikan 5% didapatkan hasil P value ( 0,002)
menggunakan program SPSS Dengan nilai p<0,05 <  (0,05), hal ini menjukkan bahwa ada
(signifikan) dan p≥0,05 (tidak signifikan). pengaruh penerapan pemberian posisi semi
fowler terhadap perubahan respiratory rate pada
HASIL PENELITIAN pneumonia di RSUD Kota Mataram.
1. Respiratory Rate Sebelum Penerapan Posisi PEMBAHASAN
Semi Fowler 1. Respiratory Rate Sebelum Penerapan Semi
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Respiratory Rate Fowler Pada Pasien Pneumonia di Ruang Irna
Sebelum Penerapan Posisi Semi Fowler III RSUD Kota Mataram
Respiratory Sebelum penerepan % Berdasarkan hasil penelitian sebelum
rate posisi semi fowler diberikan penerapan posisi semi fowler 9
16-24 0 0% responden respireatory ratenya >24x/menit. Hal
x/menit ini sesuai dengan teori Taqiyyah, M.Kep &
< 16x/menit 0 0% Muhammad Jauhar, (2013). Sistem pernafasan
>24x / menit 9 100% manusia secara garis besar terdiri dari rongga
Jumlah 9 100% hidung (cavus nasalis), faring, laring, trakea,
Berdasarkan tabel 1 hasil pengukuran bronkus, bronkiolus, alveoli, paru-paru. Salah
respiratory rate sebelum penerapan pemberian satu memilik peran penting yaitu paru-paru
posisi semi fowler dari 9 responden di peroleh terjadi pertukaran zat antara oksigen yang
data yaitu semua pasien respiratory ratenya > ditarik dari udara masuk kedalam darah dan
24x/menit. CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosi.
Seterusnya CO2 akan dikeluarkan melalui
traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan
masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler

44 | Halaman
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

vena pulmonaris kemudian masuk ke serambi respiratory ratenya >24x/menit sebelum


kiri jantung (atrium sinistra) kemudian ke aorta diberikan penerapan posisi semi fowler terlihat
dari aorta keseluruh tubuh (jaringan-jaringan perubahan setelah diberikan penerapan posisi
dan sel-sel), Karena paru-paru mempunyai semi fowler ada 4 responden yang repiratory
peran penting untuk menyalurkan udara rate 16- 24x/menit.
keseluruh tubuh, apabila sampai mengalami Dari hasil statistik menggunakan uji T-
gangguan maka akan mengakibatkan sesak test tentang penerpan pemberian posisi semi
nafas sehingga ekspansi paru- parupun tidak fowler terhadap perubahan respiratory rate pada
bisa maksimal. pasien pneumonia diperoleh P value sebesar
Dengan demikian untuk membantu 0,002 dengan menggunakan taraf signifikan
mengurangi sesak nafas dilakukan tindakan 0,05 ( P< ), karena nilai 0,002< 0,05 Ho
pemberian posisi semi fowler adalah posisi ditolak dan Ha diterima yang berarti dapat
setengah duduk atau duduk, dimana bagian disimpulkan bahwa adanya hubungan antara
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. penerapan pemberian posisi semi fowler
Bertujuan memaksimalkan ekspansi paru, dengan perubahan respiratory rate pada pasien
dengan derajat kemiringan 30°- 45° yaitu pneumonia di RSUD Kota Mataram 2018.
dengan menggunakan gaya gravitasi membantu Menurut supandi, dkk (2013) bahwa
mengembangkan dada dan mengurangi tekanan posisi semi fowler dimana posisi kepala
dari abdomen pada diafragma (Azis A. Hidayat dinaikan 45°membuat oksigen didalam paru-
2012). paru semakin meningkat sehingga
2. Respiratory Rate Setelah Penerapan Semi memperingan kesukaran napas. Penurunan
Fowler Pada Pasien Pneumonia di Ruang Irna sesak napas tersebut didukung juga dengan
III RSUD Kota Mataram sikap pasien yang kooperatif, patuh saat
Berdasarkan hasil peneltian setelah diberikan posisi sehingga pasien dapat bernafas.
pemberian posisi semi fowler ada 4 reponden Hasil ini juga sejalan dengan peneiltian yang
yang respiratory ratenya 16- 24x/menit hal ini dilakukan oleh Burhan dkk (2013) pengaruh
sesuai dengan konsep yang dikemukakan. Lilis pemberian posisi semi fowler terhadap
Suryani dkk (2016) Posisi semi fowler adalah respiratory rate pada tuberkulosis paru di
posisi pasien dengan kepala dan dada lebih RSUD Kabupaten Perkalongan. dalam
tinggi dari pada posisi panggul dan kaki. Posisi penelitian tersebut di peroleh kesimpulan
semi fowler kepala dan dada di naikkan dengan bawah penggunan posisi semi fowler dapat
derajat kemiringan 30°-45° yaitu dengan efektif untuk mengurangi sesak napas pada
menggunakan gaya gravitasi dapat pasien Tuberkulosis paru. hal ini dapat
meningkatkan tekanan intrapluera dan juga diketahui melalui nilai signifikan, (0,0001) < 
tekanan intra alveolar pada dasar paru. ( 0,05)
Kekuatan gravitasi meningkatkan jumlah
upaya yang dibutuhkan untuk ventilasi bagian KESIMPULAN
paru yang terggantung. Ini menyebabkan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
pertukaran udara dalam ventilasi dimana dilakukandiruang rawat inap Irana III B RSUD
ventilasi bagian ini menurun dan ventilasi Kota Mataram,maka dapat ditarik kesimpulan :
bagian lain dari area yang menggantung 1. Sebelum diberikan penerapan pemberian posisi
meningkat. Dengan demikian asupan oksigen semi fowler 9 responden respiratory rate >
yang dibutuhkan tubuh terpenuhi. 24x/menit karena posisi pasien kurang dari 30°-
Menurut Supandi, dkk (2013) bahwa 45° sehingga menyebabkan ekspansi paru tidak
posisi semi fowler dimana posisi kepala maksimal
dinaikan 45° membuat oksigen didalam paru- 2. Setelah diberikan penerapan posisi semi fowler
paru semakin meningkat sehingga ada 4 responden yang respiratory ratenya 16-
memperingan kesukaran napas. penurunan 24x/menit dan 5 responden respiratory rate
sesak napas tersebut didukung juga dengan >24x/menit. Penuruan sesak napas didukung
sikap pasien yang kooperatif, patuh saat juga dengan sikap pasien yang kooperatif.
diberikan posisi sehingga pasien dapat bernafas. Posisi fowler dilakukan dengan kepala dan dada
3. Pengaruh penerapan pemberian posisi semi lebih tinggi dari pada posisi panggul dan kaki,
fowler terhadap perubahan repiratory rate pada dengan derajat kemiringan 30°- 45°.
pasien pneumonia di RSUD Kota Mataram.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan diruang rawat inap Irna III B RSUD
Kota Mataram menjukkan bahwa 9 responden

Halaman | 45
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

DAFTAR PUSTAKA Taqiyyah & M. Jauhar, 2013. Asuha keperawatan


panduan lengkap menjadi perawat
Alimul Hidayat AA & Uliyah Musrifatul,2012. propesional : prestasi pustakarya
Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Wahid Abd.& Suprapto Imam. 2013. Keperawatan
Manusia. EGC : Jakarta Medical Bedah, Asuhan Keperawatan Pada
Lilis Suryani, 2016. Pemberian Posisi Semi Fowler Gangguan Respirasi. Jakarta
Terhadap Kesatabilitasan Hemodinamik Zaenul dkk, 2015. Asuha Keperawatan Pada
Asuha Keperawatan Pada Tn. E Dengan Pasien Pneumonia Denga Ketidak Efektifan
Diagnosa Medis Cedra Kepala Ringan Pola Nafas. Jakarta : Program Study DIII
Diruag IGD Rumah Sakit Sataliga. Keperawatan Stikes Palembang Jombang.
Surakarta : Program Studi DIII
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehtan Kusuma Husada.
Marwah dkk, 2015. Pengaruh Pemberian Posisi
Semi Fowler Terhadap Respiratory Rate
Pada Pasien Tuberkulosis Paru. Jakarta:
Program Studi Keperawatan
Notoatmodjo 2014. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta
Nurarif Huda A.& Kusuma H,2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Dignosa
Medis & Nanda Nic-Noc. Jilid 3
Mediaction Publishing
Refi dkk, 2013. Keefektifan Pemberian Posisi
Semi Fowler Terhadap Penurunan Sesak
Nafas Pada Pasien Asma. Surakarta:
Program SI Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta.
Sugiyono 2014, Metode penelitian kuanttitatif,
kualitatif dan R&D
Supadi dkk, 2013, hubungan analisa tidur semi
fowler dengan kualitas tidur pada pasien
gagal jantung di RSU banyumas jawa
tenggah.
Syaifuddin 2014. Anatomi Fisiologi. Untuk
Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3 EGC :
Jakarta

46 | Halaman

Anda mungkin juga menyukai