Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

THAHARAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Ushul Fikih
Dosen pembimbing:
Amung Ahmad Syahir Muharam,M.Ag

Disusun Oleh :
Agi Bufori Yusuf (1215010224)
Muhammad Raihan Averoes (1215010136)

Nisfi Laili Alfaidi (1215010154)

Nurul Fauziah Raudatul Janah (1215010156)

Renaldi Firdaus (1215010167)

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2021/1443 H

i
Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. atas segala limpahan rahmat pertolongan
dan kasih sayang-Nya sehingga makalah yang berjudul “Thaharah” dapat disusun dan
diselesaikan sesuai yang diharapkan. Salam dan shlawat kepada Rasulullah Muhammad saw.
Demikian juga dengan keluarga beliau, para sahabat, dan seluruh umatnya yang tetap
istiqamah di atas ajaran Islam.
Dengan segala kekurangan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan-kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu,
kami bersikap positif dalam menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir dari segalanya kami kembalikan kepada Allah swt. untuk memberikan restu dan
ampunan-Nya terhadap apa yang telah dilakukan dalam setiap untaian kata dan hembusan
nafas. Semoga makalah ini terhitung sebagai amal untuk kepentingan bersama. Amin.

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul......................................................................................................................i
Kata pengantar ....................................................................................................................ii
Daftar isi .............................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................5
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Thaharah................................................................................................6
B. Hukum Thaharah.....................................................................................................6
C. Macam macam Thaharah.........................................................................................7
D. Tata cara Thaharah..................................................................................................8
E. Hikmah dan Urgensi Thaharah................................................................................9
BAB III Penutup
A. Kesimpulan..............................................................................................................12
Daftar Pustaka......................................................................................................................13

iii
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang masalah

Terkait dengan pelaksanaan ibadah, hal sangat mendasar yang paling utama harus
diperhatikan dan patut diketahui dan dilaksanakan ialah kebersihan dan kesucian
seseorang dalam melaksanakan ibadah, terutama dalam melaksanakan ibadah salat.
Anjuran tentang pentingnya pemeliharaan kebersihan dan kesucian banyak terdapat
dalam ayat al-Qur’an dan hadis Nabi saw. yang di arahkan bagi kebahagiaan hidup.

Usaha-usaha menjaga kebersihan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan


pekarangan rumah, termasuk bak mandi, bak wudhu, tempat belajar, dan yang paling
utama ialah menjaga kebersihan tempat ibadah. Yang tidak kalah pentingnya ialah
menjaga kebersihan badan dan pakaian karena seseorang dapat dikatakan bersih apabilah
dapat menjaga kebersihan badan dan pakaian. Seperti yang terungkap dalam syair arab. “
‫ ”النظافة من اإلیمان‬Artinya: “Kebersihan adalah setengah dari iman.”

Umat Islam harus selalu menjaga kebersihan karena kebersihan akan mewujudkan
kesehatan jasmani dan rohani. Semua usaha yang ditunjukkan kepada kebersihan akan
mendapat imbalan dari Allah swt. sebagaimana terungkap dalam Q.S. al-Muddatstsir/74
ayat 4-5, yang artinya: “Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa
tinggalkanlah.”

Disamping itu umat islam juga harus menjaga kesucian, karena Allah swt. sangat
mencintai hamba-Nya yang senantiasa menjaga kesucian serta kebersihan. Tetapi apakah
umat islam tau menahu tentang pengetahuan dan pengamalan tentang thaharah/bersuci?

Terkait dengan makalah ini, bagi kami sangat penting untuk di teliti dan diketahui,
karena persoalan thaharah erat hubungannya dalam hal ibadah. Untuk itu, thaharah perlu
diketahui dan di praktekan dengan cara yang benar.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, kami mengemukakan beberapa


rumusan masalah yang menjadi topik pembahasan makalah ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud thaharah?

4
2. Bagaimana hukum thaharah itu?
3. Apa macam-macam thaharah itu?
4. Bagaimana cara thaharah yang sesuai syari’at?
5. Mengapa kita harus ber-thaharah?

C. Tujuan penulisan

Dalam makalah ini, kami mengemukakan beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:

1. Ingin mengetahui apa yang dimaksud thaharah

2. Ingin mengetahui bagaimana hukum thaharah

3. Ingin mengetahui apa macam-macam thaharah

4. Ingin mengetahui bagaimana cara thaharah yang sesuai syari’at

5. Ingin mengetahui mengapa kita harus ber-thaharah

5
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Thaharah

Thaharah merupakan ciri terpenting dalam Islam yang berarti bersih dan sucinya
seseorang secara lahir dan bathin. Dalam kamus bahasa arab, thaharah berasal dari
kata ‫ طھره‬,secara bahasa (etimologi) berarti membersikan dan mensucikan. Sedangkan
menurut istilah (terminologi) bermakna menghilangkan hadas dan najis. Thaharah
berarti bersih dan terbebas dari kotoran atau noda, baik yang bersifat hissi (terlihat),
seperti najis (air seni atau lainnya), atau yang bersifat maknawi, seperti aib atau
maksiat. Sedangkan secara istilah adalah menghilangkan hadas dan najis yang
menghalangi pelaksanaan salat dengan menggunakan air atau yang lainnya.

Dengan demikian, thaharah adalah bersih dan suci dari segala hadas dan najis, atau
dengan kata lain membersihkan dan mensucikan diri dari segala hadas dan najis yang
dapat menghalangi pelaksanakan ibadah seperti salat atau ibadah lainnya.

Suci dari hadats adalah wudlu, mandi dan tayamum. Sedangkan suci dari najis
adalah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat ataupun pakaian. Alat yang
terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka tanah, batu dan sebagainya
dijadikan sebagai alat pengganti air.

B. Hukum Dasar Thaharah

Thoharoh itu hukumnya wajib bagi orang yang akan melaksanakan ibadah yang
mewajibkan untuk bersuci terlebih dahulu seperti saat akan melaksanakan
sholat,Thowwaf,dan memegang al qur’an secara langsung tanpa penghalang

Dalil thaharah dalam sholat

)‫ في حديث ابن عمر (ال يقبل هللا صالة بغير طهور‬- ‫رواه مسلم‬

“Allah Tidak akan menerima sholat seseorang tanpa bersuci terlebih dahulu”.

Dalil untuk thawwaf dalam hadist lain

6
‫الطواف بالبيت صالة اال ان هللا اباح فيه الكالم‬

“Tawaf itu (kedudukannya) sperti sholat yang Allah bolehkan berbicara”.

Sedang dalil yang menyebutkan bahwa memegang al quran secara langsung


dan tanpa penghalang mengharuskan dalam keadaan suci adalah Q.s.al waqiah : 79

‫ال يمسه اال المطهرون‬

“Tidak ada yang menyentuhnya ( Al quran ) selain hamba-hamba yang disucikan”.

Ada beberapa pendapat mengenai “ al mutohharuun” ada yang menyatakan


orang orang yang tidak dalam keadaan bersuci juga ada yang menyatakan orang orang
kafir yang tidak beriman. Juga terdapat dalam hadist

)‫ولقوله صلى هللا عليه وسلم (اليمس القراّن إالطاهر‬

Yang artinya : janganlah memegang Al quran kecuali orang yang dalam keadaan suci

C. Macam macam Thaharah

Pembagian thaharah dari segi praktik bersuci terbagi ke dalam dua jenis.

a. Bersuci dari hadas

Kata hadas berasal dari bahasa arab yang artinya suatu peristiwa, atau tidak suci
atau kotoran. Sedangkan menurut istilah adalah keadaan tidak suci bagi seseorang
sehingga menjadikannya tidak sah dalam melakukan ibadah. Hadas terbagi kepada
dua bagian yaitu hadas kecil dan hadas besar.

1) Hadas kesil adalah keadaan seseorang tidak suci,disebabkan keluarnya sesuatu dari
qubul dan dubur. Seperti: buang angin kecil dan buang air. Cara bersucinya yaitu
dengan wudhu atau tayamum.
2) Hadas besar yaitu keadaan seseorang tidak bersuci, karena nifas, jima, haid dll. Cara
bersucinya yaitu dengan mandi atau tayamum.
b. Bersuci dari najis

Najis berasal dari bahasa arab yang artinya kotor, sedangkan menurut istilah
adalah suatu benda yang kotor yang mencegah sahnya mengerjakan suatu ibadah.
Najis terbagi kepada tiga bagian yaitu:

7
1) Najis mukhaffafah ialah najis yang ringan, seperti kencing bayi laki-laki. Cara
mensucikannya yaitu dengan cara mencipratkannya.
2) Najis mutawasitah ialah najis pertengahan, seperti kotoranmanusianatau hewan. Cara
mensucikannya yaitu dengan menghilangkan sampai hilang bau,warnanya dengan air.
3) Najis mughaladzah ialah najis karena jilatan anjing atau babi. Cara mensucikannya
yaitu dengan memcuci tujuh kali, dan salah satunya di campur tanah.
D. Tata cara Thaharah
a. Wudhu

wudhu adalah mensucikan diri dari hadats kecil, adapun tata caranya adalah
berikut:

1) Membasuh kedua tangan terlebih dahulu. Membasuh tangan yang di maksud disini
adalah membasuh tangan dari ujung jari sampai pergelangan tangan.
2) Berkumur
3) Membersihkan hidung dengan cara memasukan/menghisap air kedalam hidung.
4) Membasuh muka sembari membaca niat wudhu dari mulai ujung dahi sampai ke
ujung dagu.
5) Membasuh kedua tangan. Membasuh kedua tangan dimulai dari ujung jari sampai
kedua siku-siku, jadi berbeda dengan membasuh tangan yang pertama tadi.
6) Membasuh sebagian kepala meskipun hanya sedikit.
7) Membasuh kedua telinga.
8) Membasuh kedua kaki dimulai dari ujung jari jari kaki sampai ke mata kaki.
9) Membaca doa setelah berwudhu.
b. Mandi junub

Bersuci dengan mandi terbagi menjadi 2, yaitu mandi wajib dan yang kedua
mandi shunah. Adapun tata cara mandi wajib adalah sebagai berikut:

1) Membesihkan kemaluan dan anus.


2) Bersiwak atau menggosok gigi.
3) Berwudhu terlebih dahulu.
4) Meratakan air keseluruh tubuh sembari membaca niat mandi wajib.
5) Mengulanginya hingga tiga kali.
6) Membaca doa.
c. Tayamum

8
Tayamum dilakukan jika sedang sakit yang tidak boleh menyentuh air sama sekali
dan ketika tidak ada air, adapun tata cara tayamum sebagai berikut.

1) Membaca niat sebelum tayyamum lalu menekan kedua telapak tangan di tanah atau
debu.
2) Mengusap wajah.
3) Menekan kedua telapak tangan ditanah atau debu, tetapi di tempat yang berbeda
atau yang belum digunakan.
4) Mengusap kedua tangan sampai siku, dilakukannya dengan cara bergantian.
5) Membaca doa.
E. Hikmah dan Urgensi Thaharah
a. Hikmah Thaharah

Diantara hikmah disyariatkannya bersuci (thaharah) dalam Islam adalah


sebagaimana uraian Syaikh Ali Ahmad Al-Jurjawi dalam buku karangan
Muhibbuthabary sebagai berikut:

Orang akan merasa jijik bila pakaian dan badan kita terkena kotoran. Hati dan
mata akan berpaling. Begitu juga halnya bila seseorang hendak menemui seorang raja
atau presiden. Ia pasti akan mengenakan pakaian yang paling bagus dan bersih. Ia
akan membersihkan semua debu dan kotoran yang menempel di badan dan
pakaiannya. Pokoknya, ia akan tampil dengan sangat rapi agar tidak membuat sang
presiden marah. Jika urusan sesama manusia saja sudah begitu, apalagi bila kita
hendak bertemu dengan Raja Diraja, Tuhan semesta alam? Allah mewajibkan wudhu
dan mandi agar manusia bersih dari noda dan kotoran ketika menunaikan ibadah.
Malaikat sangat benci menunaikan shalat dengan baju kotor dan bau tidak sedap.
Karena itu Allah mensyari’atkan mandi pada hari jum’at dan dua hari raya. Pada hari-
hari itu, kaum muslim berkumpul dan bercengkrama satu sama lain. Seandainya kita
pada hari itu kita tidak bersih dan berbau tidak sedap, kehadiran kita pasti akan
mengganggu kenyamanan dan kekhusyuan shalat orang lain.

b. Urgensi Thaharah
1) Islam adalah agama kebersihan

9
Perhatian Islam atas dua jenis kesucian itu -hakiki dan maknawi- merupakan bukti
otentik tentang konsistensi Islam atas kesucian dan kebersihan. Dan bahwa Islam
adalah peri hidup yang paling unggul dalam urusan keindahan dan kebersihan.

2) Islam memperhatikan pencegahan penyakit

Termasuk juga bentuk perhatian serius atas masalah kesehatan baik yang bersifat
umum atau khusus. Serta pembentukan fisik dengan bentuk yang terbaik dan
penampilan yang terindah. Perhatian ini juga merupakan isyarat kepada masyarakat
untuk mencegah tersebarnya penyakit, kemalasan dan keengganan.

Sebab wudhu’ dan mandi itu secara fisik terbukti bisa menyegarkan tubuh,
mengembalikan fitalitas dan membersihkan diri dari segala kuman penyakit yang
setiap saat bisa menyerang tubuh.

Secara ilmu kedokteran modern terbukti bahwa upaya yang paling efektif untuk
mencegah terjadinya wabah penyakit adalah dengan menjaga kebersihan. Dan seperti
yang sudah sering disebutkan bahwa mencegah itu jauh lebih baik dari mengobati.

3) Orang yang menjaga kebersihan dipuji Allah

Allah SWT telah memuji orang-orang yang selalu menjaga kesucian di dalam
Al-Quran Al-Kariem:

‫إن هللا يحب التوابي ويحب المتطهرين‬

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang taubat dan orang-orang


yang membersihan diri.” (QS. Al Baqarah : 222).

Sosok pribadi muslim sejati adalah orang yang bisa menjadi teladan dan idola
dalam arti yang positif di tengah manusia dalam hal kesucian dan kebersihan. Baik
kesucian zahir maupun maupun batin. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW kepada
jamaah dari shahabatnya:

Kalian akan mendatangi saudaramu, maka perbaguslah kedatanganmu dan


perbaguslah penampilanmu. Sehingga sosokmu bisa seperti tahi lalat di tengah
manusia (menjadi pemanis). Sesungguhnya Allah tidak menyukai hal yang kotor dan
keji. (HR. Ahmad)

4) Kesucian itu sebagian dari iman

10
Rasulullah SAW telah menyatakan bahwa urusan kesucian itu sangat terkait
dengan nilai dan derajat keimanan seseorang. Bila urusan kesucian ini bagus, maka
imannya pun bagus. Dan sebaliknya, bila masalah kesucian ini tidak diperhatikan,
maka kualitas imannya sangat dipertaruhkan.

5) Kesucian adalah syarat ibadah

Selain menjadi bagian utuh dari keimanan seseorang, masalah kesucian ini
pun terkait erat dengan sah tidaknya ibadah seseorang. Tanpa adanya kesucian, maka
seberapa bagus dan banyaknya ibadah seseorang akan menjadi ritual tanpa makna.
Sebab tidak didasari dengan kesucian baik hakiki maupun maknawi.

11
BAB III
Penutupan

A. Kesimpulan

Thaharah berasal dari kata ‫ طھره‬,secara bahasa (etimologi) berarti membersikan


dan mensucikan. Sedangkan menurut istilah (terminologi) bermakna menghilangkan
hadas dan najis. Jadi thaharah adalah bersih dan suci dari segala hadas dan najis, atau
dengan kata lain membersihkan dan mensucikan diri dari segala hadas dan najis yang
dapat menghalangi pelaksanakan ibadah seperti salat atau ibadah lainnya. hukum
thaharah itu wajib bagi orang yang akan melaksanakan ibadah, thaharah di bagi
menjadi dua bagian yaitu bersuci dari hadas dan bersuci dari najis, tata cara thaharah
dengan wudhu, mandi junub, tayamum. Hikmah mempelajari thaharah adalah agar
kita tetap kenjaga kebersihan dan kesucian diri kita saat menjalankan ibadah.

12
Daftar Pustaka

Al-Qaradhawi, Fiqih thaharah, (jakarta:pustaka al-kautsar,2004)


Muhammad Bagir Al-Habsyi, fiqih praktis, (bandung:media utama,2001
Kitab fiqh muyassar fii dhouil kitab wassunnah
M. Yasin, Fikih (jakarta:kementrian agama 2014)
Wahbah az zuhaili, fiqih islam wa adilatuhu, penerjemah Abdul Hayyie al katari,
(Jakarta:Gema insani, 2010).
Mustafa dhib al bugha, penjelasan hukum hukum islam mazhab syafi'i,(Solo:Media
zikir,2010)

13

Anda mungkin juga menyukai